The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by gilangilhammahendra, 2023-01-03 23:01:27

Kumpulan Cerpen Kelas 9C

Kumpulan Cerpen Kelas 9C

mulai mengeluarkan air matanya. "Engga sayang, Bunda ga bercanda." "HUAAAA
AYAHH!!!!!" Tangis Diba semakin kencang, tangisannya sungguh menyayat hati para pelayat
yang ada disana. "Ayah... kok ninggalin Diba? Katanya Ayah janji akan bawa Diba, Bunda, sama
Abang ke luar pulau bulan ini, tapi kok Ayah udah ninggalin Diba duluan?" Tanya Diba kepada
Ayahnya yang dimana pertanyaannya tidak akan dijawab oleh Ayahnya.

Siang harinya pukul 13.00, ayah Diba mulai disholatkan dan segera untuk dimakamkan.
Selama perjalanan Diba hanya melihat keranda Ayahnya dengan tatapan kosong, seolah Ia tak
percaya, kalau Ayahnya telah meninggalkan Ia untuk selamanya. Semuanya telah sampai di
tempat makam yang dimana ayah Diba akan dimakamkan. Proses pemakaman telah usai, semua
orang kembali kerumah dan menyisahkan Diba, Bunda dan Abang. "Diba.. pulang yuk nak, mau
hujan ini." Ajak bunda. "Bunda duluan aja, Diba masih mau disini." "Diba..." "Bisa ga Bun
tinggalin Diba bentar? Diba pulang kok nanti." "Bun.. udah ayo kita pulang, biarin Diba disini
bentar." Ajak Abang yang membiarkan waktu untuk Diba.

Waktu sore pun tiba, dan akhirnya Diba pulang kerumah dengan keadaan basah kuyup.
Diba pun langsung ke kamar tanpa menghiraukan panggilan Bunda. Diba turun dan menemui
bundanya yang sedang duduk sambil menyambut tamu tamu yang datang untuk melayat.
"Bunda... Diba mau bicara sama bunda." Diba mengajak bunda untuk pergi ke kamar bunda.
"Jadi ini ya Bun, masalah yang selalu bunda tutupi dari aku. Kenapa bunda tutupi dari aku? apa
salah Diba bun?" Tanya Diba. "Kamu ga ada salah sama sekali nak, bukan niat bunda untuk
menutupi semua ini." "Lalu, kenapa bun?" "Ini semua perintah ayah kamu untuk tidak
memberitahu kamu nak." "Hah?" "Ayah sudah mengidap kanker otak sejak 2 tahun yang lalu,
Ayah selalu berobat tanpa sepengetahuan Bunda, Bunda awalnya curiga kenapa Ayah sering
pulang malam, bahkan tidak pulang sama sekali." Bunda mulai menceritakan semua awal dari
permasalahan keluarganya. Dan Diba mendengarkan semua cerita bunda dengan seksama.
"Bunda baru tahu kalau Ayah kamu punya sakit kanker otak bulan kemarin, Ayah selama ini
menutupi semuanya karena Ayah tidak mau kalian khawatir, Ayah ingin menyenangkan kalian
semua." Diba mulai terisak mendengar cerita bunda. "Ayah selama ini selalu membelikan kalian
barang barang indah dan menuruti semua kemauan kalian karena Ayah ingin menyenangkan
Abang dan Diba sebelum akhir hayat Ayah." Diba mulai menangis histeris. "Oh iya Diba,
Ayahmenitipkan surat ini untuk Diba." Bunda mengambil surat kecil itu dari laci lalu
memberikannya kepada Diba. Diba menerima surat itu, Diba pun mulai membaca isi surat
tersebut.
‘Diba anak Ayah yang cantik dan manis ini, maafin Ayah jika Ayah ada salah selama ini, maafin
Ayah kalau Ayah tidak mau memberitahu penyakit Ayah ini. Diba, jadilah anak yang kuat ya
nak, meskipun Ayah sudah pergi dan tidak ada lagi disamping Diba, Diba harus kuat Diba harus
tetap tersenyum ga boleh sedih terus ya nak. Ayah titip Bunda ya nak, jaga Bunda ya.–Ayah’

Diba menangis sejadi-jadinya setelah membaca surat dari Ayahnya tersebut. "Makasih
banyak Ayah, banyak kata yang belum Diba sampaikan kepada Ayah tapi Ayah telah ninggalin
Diba duluan. Intinya terima kasih Ayah, Diba akan menjaga Bunda dan juga Abang yah..." balas
Diba, dirinya berharap balasannya terdengar oleh Ayahnya yang sudah berada di surga-Nya.
Diba menghapus air matanya dan berbicara kepada Bunda. "Bunda makasih juga ya, Ayah
disana pasti bahagia kalo kita bahagia bun. Meskipun rela tidak semudah kata, tetapi kita harus
tetap tabah dan ikhlas ya bun." "Iya nak." Diba memeluk bunda dengan erat dan meluapkan

47

semuanya di pelukan Bunda. Diba sangat bersyukur mendapatkan ayah yang sangat baik di dunia
ini, meskipun Ayahnya sudah tiada di dunia, tetapi Ayahnya akan selalu ada di jiwanya.

48

Ingin Menjadi Raja Bajak Laut

Karya
QAYSHARRAUF AHMADINOV SUBIANTORO

Pada suatu hari ada satu keluarga yang diyakini akan menjadi raja bajak laut,
yang dimana keluarga tersebut  terdiri dari empat orang, tiga diantaranya adalah saudaranya, dan
seorang kakek yang merawat mereka sedari lahir. 3 saudara tersebut terdiri dari, si sulung
bernama Portgas D. Ace; penengah Sabo; dan si bungsu sekaligus tokoh utama bernama Monkey
D.Luffy.  Disinilah cerita dimulai.

Disuatu pagi kakek Luffy yang selesai berlayar membawa harta karun yang sangat
melimpah, dimana salah satu harta tersebut ada buah yang dijuluki dengan ‘Buah Iblis’
“Dan, barang siapa yang makan buah itu akan menjadi manusia yang bertubuh lentur.”

Luffy yang masih berusia delapan tahun tersebut dengan lancang memakan buah itu,
sehingga membuat kakeknya marah karena itu bisa saja menggagalkan impian Luffy menjadi
Raja bajak laut. Saking besarnya amarah sang Kakek. Sang Kakek menyuruh Luffy untuk
mencari obat dari buah tersebut dengan ditemani para kakak-kakaknya. Obat tersebut dipegang
oleh bigmom atau sebut saja sebagai nenek sihir tua bangka yang berusia 1945. (Yah, kalian
pasti bingung kenapa umurnya sama dengan tahun Kemerdekaan Negara kita). Karena Luffy tau
bahwa yang ia hadapi adalah nenek bermuka jelek, memiliki sifat licik. Jadi dia harus merekrut
sebuah team agar dia dapat menang melawan nenek atau bigmom.

Luffy memutuskan pergi ke Pulau bernama Sword  Lane. Pulau tersebut diketuai oleh
Zoro yang juga dikenal sebagai Pecinta Janda. Syarat agar Luffy bisa merekrut team adalah
dengan membuatnya tunduk atau berlutut pada Luffy. Dikarenakan Luffy tertarik dengan satu
jurus yang disebut haki, dengan jurus tersebut Luffy dapat menundukkan semua pemimpin dari
semua Pulau.Setelah lima bulan perjalanan memutari lautan Luffy pun bisa merekrut 20 orang
sebagai timnya yang dimana 20 orang tersebut berkumpul karena telah ditakhlukan oleh Luffy.
Team itu disebut aliansi.

Setelah tim Luffy siap, ia langsung menyerang bigmom dengan pasukan aliansi , dan raja
lautan ikut membantu Luffy untuk mengambil obat untuk Luffy. Dikarenakan pasukan
dari bigmom jumlahnya lebih banyak, para sahabat dari almahrum ayah Luffy yang memimpin
aramada lautan atau tentara yang membantu Luffy akhirnya habis terbantai oleh pasukan
bigmom. Namun usaha dan kerja keras Luffy beserta pasukannya yang tersisa membuahkan
hasil, ia mendapatkan obat tersebut dari tangan bigmom dan segera meminumnya. Setelah selesai
mendapatkan obat itu, Luffy beserta rombongannya melanjutkan perjalanan untuk mewujudkan
mimpi Luffy menjadi raja bajak laut. Namun sepertinya semesta tidak membiarkan Luffy begitu
saja mendapatkan gelar raja bajak laut, setelah beberapa hari berlayar, Luffy dan rombongannya
dihadang oleh monster penjaga lautan. Dia berwujud cumi cumi tetapi dengan ukuran yang
berkali kali lipat lebih besar dari cumi cumi pada umumnya.

Setelah beberapa hari dibuat kewalahan dengan monster cumi cumi tersebut, Luffy
dengan kepandaiannya berhasil mendapatkan kelemahan monster tersebut. Bukan tanpa
sebab Luffy menemukan kelemahan monster tersebut, tetapi setiap kali pasukannya menyerang
ke arah kepala monster tersebut, penyerangan monster tersebut melemah. Tanpa berfikir panjang
lagi, Luffy memerintahkan pasukannya untuk mengarahkan seluruh meriam yang ada di kapal ke
kepala sang monster.Duarrrr… Suara keras tembakan meriam yang mengarah tepat ke kepala
sang monster terdengar sangat nyaring. Dan benar saja, setelah peluru peluru meriam tersebut
mengenai kepala sang monster, monster tersebut hancur dan meninggalkan 1 buah kristal
berwarna biru muda mengkilat. Luffy yang melihat itu, langsung mengambil dan menyimpan
kristal tersebut. Setelah mengalahkan monster cumi cumi tersebut, Luffy dan rombongannya
dibuat kebingungan dengan fungsi dari kristal yang ia dapat setelah mengalahkan monster cumi-
cumi.

49

Setelah beberapa bulan melanjutkan pelayaran, Luffy dan rombongannya memutuskan
untuk singgah di sebuah pulau kecil berpenghuni hanya sekedar untuk beristirahat serta melihat
lihat. Namun saat berjalan jalan dipulau tersebut, Luffy melihat ada sebuah pasar yang cukup
ramai. Akhirnya Luffy memutuskan untuk berjalan menuju pasar tersebut.

Sesampainya dipasar itu, Luffy merasa ada orang yang memanggil dirinya. "Hei anak
muda, apa kau tidak berniat untuk menjual barang yang kau bawa itu? Aku mungkin dengan
senang hati akan membelinya." Begitulah panggilan yang terdengar oleh telinga Luffy. "Apa
yang kau maksud kristal ini paman? Memang apa fungsi kristal ini sampai sampai kau mau
membelinya?" Luffy yang keheranan karena dia pikir itu hanyalah sebuah kristal yang tidak ada
harganya. "Apa kau gila?! Ini adalah kristal langka yang hanya bisa didapatkan jika kau
mengalahkan salah satu dari 5 monster penguasa lautan. Dalam sejarah hanya ada 3 orang saja
yang dapat mengalahkan monster itu dan 3 orang itu disebut sang legenda bajak laut. Katakan
padaku kau ini sebenarnya siapa?" Jelas pedagang itu dengan raut wajah terkejut setelah
melihat krsital yang dibawa Luffy. "Aku hanyalah seorang anak dari negri sebrang yang tidak
direstui oleh kakekku menjadi seorang bajak laut. Tetapi dengan mendengar penjelasanmu tadi,
apakah aku bisa menjadi legenda bajak laut yang ke 4 paman?" Tanya Luffy pada pedagang
tersebut dengan raut wajah penuh harap. "Apa?! Jangan bilang kau cucu dari 3 bersaudara yang
diceritakan akan menjadi raja bajak laut? Kalau memang benar, berarti kau adalah cucu dari
salah satu 3 orang yang mengalahkan monster yang sama dengan monster yang kau kalahkan?"
Tanya pedagang penuh selidik. "Mungkin memang benar, kakekku dulu pernah bercerita jika dia
telah mengalahkan monster yang sangat kuat, namun aku tidak tahu jika monster yang dimaksud
adalah monster penguasa lautan." Jawab Luffy seadanya. "Wah… Tidak diragukan lagi, kau
adalah penerus kakekmu dengan gelar sang raja bajak laut".

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan pedagang itu, Luffy beserta
rombongannya melanjutkan perjalanan mereka. Namun kali ini ada yang berbeda, Luffy
melanjutkan perjalanannya dengan membawa gelar "Raja Bajak Laut", ya Luffy sudah
mendapatkan gelar itu semenjak dia berhasil mengalahkan monster cumi cumi yang tak lain
adalah salah satu dari 5 monster penguasa lautan.

50

Welcome Back To School

Karya
RIZKY ANGGA ARYANDA

Dring... Dring... Suara jam ku berbunyi. Saat itu menunjukkan pukul 05.00 aku pun
segera sholat subuh. Setelah selesai melaksanakan sholat subuh aku pun bersantai sejenak sambil
membuka HP. Saat waktu menunjukan pukul 05.40 aku pun segera mandi dan memakai seragam
sekolah. Saat itu sekolah di SMP PGRI 1 BUDURAN baru saja melakukan PTM 100%. Aku pun
bersemangat untuk pergi ke sekolah dan bertemu teman-teman seperti dahulu.Pada saat itu
sekolah ditutup karena adanya pandemi covid-19. Dan sekarang di buka kembali. Aku pun tidak
sampai sarapan karena terlalu bersemangat. Setelah itu aku pun berangkat ke sekolah dengan
salah satu teman ku di sekolah. Ketika saat berada dalam perjalanan aku pun bertanya kepada
teman ku yang bernama Agus. “Gus. Apakah kamu bersemangat untuk ke sekolah lagi seperti
dulu?” Tanyaku kepada Agus. “Emm... Kalo aku biasa saja sih.” Jawab Agus. “Lah.. Kenapa
Gus?” Tanyaku kepada Agus. “Sudah lama kita tidak masuk sekolah, makanya aku sedikit
malas.” Jawab Agus dengan sedikit malas. “Ohh... Ya sudah kalo begitu” Jawab ku sambil
sedikit heran.

Ketika sudah sampai di sekolah, kami selalu melakukan protokol kesehatan seperti
memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan. Setelah aku dan Agus selesai mencuci
tangan, kami pun segera menuju ke kelas dan setelah itu bel tanda kelas akan di mulai pun
berbunyi kring... Kring... Setelah bel berbunyi kami pun berdoa bersama supaya diberikan
kelancaran dan kemudahan pada saat pembelajaran.

Dan setelah itu ada guru mata pelajaran yang masuk ke dalam kelas dan memberikan
tugas kepada kami. Aku pun sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas tersebut. Tetapi di
saat aku mulai mengerjakan tugas tiba-tiba perutku terasa lapar. Pada saat itu waktu telah
menunjukkan pukul 09.00 yang artinya masih kurang beberapa menit lagi. Disaat itulah
semangatku terasa sedikit hilang dan terasa sedikit lemas. Ketika waktu menunjukan pukul 09.30
aku pun segera mengajak Agus ke kantin supaya tidak terlalu antri. “Gus, ayo kita segera ke
kantin sekolah. Supaya tidak terlalu antri.” Ajakku kepada Agus. “Sebentar Ji, aku belum
membereskan semua peralatan ku.” Jawab Agus. “Ya sudah cepat” Jawab ku sambil tergesa-
gesah. “Ok... Gassji” Jawab Agus.

Setelah sampai di kantin sekolah aku pun segera memilih makanan yang ku sukai dan
setelah itu kami pun kembali ke kelas. Setelah itu aku pun memakan makanan itu hingga
kekenyangan. Setelah kami selesai kami pun bersantai sebentar dan bermain game. Tidak lama
kemudian bel pun berbunyi tanda waktu jam istirahat sudah selesai. Setelah perutku sudah terasa
kenyang aku pun menjadi sangat bersemangat untuk mengerjakan tugas itu lagi. Hingga bel
pulang sekolah pun berbunyi pada pukul 12.00.

Setelah itu Agus pun mengantar ku untuk pulang kerumah. Saat berada di tengah
perjalanan saat kami mau pulang aku pun melihat banyak anak sekolah yang juga sangat senang.
Aku pun sangat gembira karena sekolah mulai dibuka kembali untuk PTM 100%. Saat aku sudah
sampai di rumah ku aku pun tidak lupa untuk berterima kasih kepada Agus.

51

Sahabat Sejati

Karya
SATRIA EMIL NUGRAHA

“Robi, nanti kalau berangkat jangan lupa kunci pintu ya!” Teriak Ayah yang sedang
mengenakan sepatu di teras rumah. Mendengar itu Robi segera menghampiri ayah dan mencium
tangannya sopan. “Iya Ayah.” “Yaudah, Ayah berangkat dulu ya.” Robi mengangguk melihat
punggung Ayah yang mulai menjauh. Setelah Ayahnya sudah tidak terlihat Robi kembali masuk
ke dalam rumah untuk mengambil tas. Dirinya juga harus segera berangkat sekolah.

Robi mengunci pintu sesuai perintah Ayahnya. Setelah menggunakan sepatu ia mulai
mengeluarkan sepeda motornya dari garasi. Entah kenapa rasanya sedikit berat. Karena curiga
Robi menurunkan jagang motornya. Robi menekan ban depan pada motornya. Tidak ada yang
salah menurutnya. Akhirnya Robi beralih pada ban belakang. Sepertinya memang ada sesuatu
yang salah pada ban belakangnya.

Robi berdiri lalu mencari botol yang sudah tidak terpakai. Setelah itu ia mengisinya
dengan air dan sedikit sabun cuci piring. Ia mengocok botol itu pelan pelan agar air sabun itu
tercampur tanpa memunculkan banyak busa. Setelah di rasa cukup ia membuat lubang kecil di
tutup botol itu sebagai jalan keluarnya air. Setelah itu ia kembali pada ban belakang motornya. Ia
memutar ban motornya perlahan sembari menyemprotkannya dengan air sabun. Dengan fokus ia
memutar ban dan mengamatinya. Awalnya tidak ada yang aneh, namun Robi tak menyerah dan
terus memutar bannya berusaha menemukan sesuatu yang salah. Dan benar saja. Pada salah satu
sisi ban terdapat kebocoran. Robi mengetahuinya berkat air sabun yang ia semprotkan pada ban.
Air sabun itu mengeluarkan banyak busa hanya pada satu titik itu. Artinya pada titik itu terjadi
kebocoran yang menyebabkan udara dari dalam ban keluar.

Robi berdiri setelah mengetahui masalahnya. Sekarang ia bingung ingin melakukan apa.
Haruskah ia menuntunnya ke bengkel? Tapi itu akan memakan waktu lama, ia pasti akan
terlambat sampai ke sekolah. Tapi motor adalah satu satunya alat transportasi yang ia miliki
untuk berangkat kesekolah

“Robi ngapain berdiri di sini? Nggak berangkat sekolah?” Wahyu, teman masa kecilnya
menghampirinya di tengah kebingungannya. Robi langsung tersenyum lebar seperti baru saja
bertemu dengan pahlawannya. Dengan cepat Robi menjelaskan sesuatu yang terjadi pada sepeda
motor, dan sesuatu yang membuatnya berdiri di depan rumah dengan wajah kebingungan. “Oh,
gimana kalo kamu berangkat bareng aku aja? Nanti waktu pulang sekolah aku temenin kamu ke
tukang tambal ban.” Tawar Wahyu yang segerah di setujui Robi. Wahyu benar benar menjadi
penyelamatnya. Mungkin lain kali Robi harus melakukan sesuatu untuk membalas budi. Mereka
akhirnya berangkat sekolah bersama dan menuju kelas bersama.

Saat waktu istirahat mereka ingin segera pergi ke kantin. Murid murid di kelas mereka
sudah banyak keluar menyisakan beberapa siswa termasuk mereka. “Yu, ke kantin yok. Aku
laper nih.” Ajak Robi yang di balas gelengan pelan dan senyuman tipis dari Wahyu. “Kenapa?
Tugas mu belum selesai? Mau Pinjem punyaku?” Tawar Robi, yang lagi lagi hanya di balas oleh
gelengan. “Kamu aja ke kantin sendiri. Uang saku ku ketinggalan di rumah, aku lupa ga ngecek.”
Jelas Wahyu. “Oh yaudah kalo ketinggalan, aku bisa pinjami kamu uang.” Wahyu kembali
menggeleng. Ia merasa tidak enak bila harus meminjang uang dari Robi. Seakan mengerti apa
yang dipikirkan Wahyu, Robi menariknya untuk berdiri dan menariknya untuk ke kantin. “Gak

52

usah sungkan. Kaya ke siapa aja haha. Anggap aja ini sebagai balas budi.” Ucap Robi sembari
tertawa konyol. Akhirnya Wahyu pun pasrah dan ikut tertawa.

Itulah yang membuat hubungan mereka sangat erat sedari mereka kecil hingga saat ini.
Mereka saling melengkapi. Ketika salah satu dari mereka kesusahan maka yang lain akan
membantu. Mereka selalu berbagi suka dan duka bersama. Mereka adalah sahabat sejati.

53

Hari Pertama Setelah Liburan Sekolah

Karya

TYO FANI PRATAMA

Di hari pertamaku setelah liburan saat sekolah aku telat dan terbangun pada pukul 07:30,
dan setelahnya sampai disekolah aku bertemu dengan 3 anak yang sedang dihukum oleh guru
karna telat. Lalu guru itu pun mendatangi aku, dan aku pun ikut dihukum bersama anak" Yang
telat tadi. Dan aku berkenalan dengan mereka, mereka sangat baik kepadaku. Kami pun
berkenalan. "Hai, perkenalkan namaku Rosyid, aku dari kelas 9H." Sapaku memulai
pembicaraan. “Halo namaku Rama, aku kelas 9A.” Balas Rama ramah.“Hai, aku Bhakti dari
kelas 9F.” Sahut anak lainnya. “Haloo, namaku Reyhan dari kelas 9C!!” Tak mau kalah, Reyhan
pun memperkenalkan diri dengan ceria. Kami pun mengobrol dan bertanya satu sama lain
kenapa kami bisa telat. “Bhakti, kenapa kamu bisa telat?” Tanya Reyhan. “Aku terjebak macet,
tadi soalnya ada truck yang menerobos trotoar.” Bhakti menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kenapa truck kok bisa menerobos ke trotoar??” Bhakti mengangkat bahunya dan menggeleng
pelan.“Aku gak tau yang pasti gimana, tapi katanya sih supirnya ngantuk saat dijalan. Untungnya
tidak ada korban dalam kecelakaan itu sih.” “Syukurlah kalo gitu. Oh iya kalo kamu kenapa telat
Ram??”Reyhan merasa lega lalu lanjut menanyai anak yang lain. “Aku telat gara-gara rumahku
jauh, dan ikut terjebak macet di jalan tadi.” Jelas Rama.“Kalo kamu kenapa han?? Bukannya
kamu anak rajin ya?” Kali ini giliran Bhakti yang bertanya. “Aku telat gara-gara sepeda motor
ayahku tadi mogok, jdi aku harus ikut menuntunnya sampai bengkel dan naik angkutan umum.”
Reyhan tersenyum tipis. “Ohhh begitu..”“Rosyid kamu kenapa kok telat masuk sekolah??”
Tanya Bhakti kepadaku.“Hehehe aku telat gara-gara bangun kesiangan.” Ucapku sambil
tersenyum konyol. “Kenapa kamu bisa bangun kesiangan??” Tanya Bhakti lagi. “Aku semalam
bermain game sampai larut malam.” “Game apa yg kamu mainin?” Tanya Reyhan sedikit
tertarik. “Game moba, namanya mobile legend.” Balasku. “Wah aku juga main tuh itu game,
seru emang!!” Sahut Rama semangat.“Wahhh kebetulan aku juga main” Ucap Bhakti tak kalah
semangat. “Wihhh sama nih, kapan-kapan Kita maen yuk!!” Ajak Reyhan yang tentu langsung
disetujui anak yang lain.

Kami mengobrol hingga kami dipanggil oleh Bu Guru untuk masuk kelas masing-masing
dan siangnya kami sepakat untuk bermain di rumah Reyhan. Teman-teman satu persatu pun udah
datang, tinggal Rama yang belum datang “Eh dimana ya rama kok tidak datang datang padahal
udah dari tadi lohh” Heran si Reyhan. Tak lama kemudian Raam pun datang berkeringat, “Eh
Rama kamu dari mana sih kok datang nya lama banget?” Tanya si Reyhan “Maaf ya kalian
sudah menunggu, tadi Bensin motor aku habis dijalan dan aku harus berjalan lumayan jauh untuk
mencari pom bensin terdekat.” Ucap si Rama. Akhirnya si Reyhan mengambilkan Rama minum
dan membiarkan Rama istirahat sejenak, setelah istirahat kurang lebih 5 menit akhirnya kita
semua bermain. Kita bermain hingga petang hari, tak lama kemudian Ibu nya Bhakti datang
kerumah Reyhan untuk mencari Bhakti, Bhakti akhirnya dimarahi Ibunya dan disuruh pulang
karena langit sudah gelap. Di malam hari aku mengerjakan tugas yang dikasih ibu guru pada
saat sekolah tadi, aku tidak lupa mengabari teman-temanku agar besok tidak datang kesiangan
lagi agar tidak dihukum lagi.

Pagi pun datang, kali ini aku tidak bangun kesiangan lagi. Akhirnya aku berangkat
sekolah, setelah sampai disekolah aku tidak melihat si Reyhan masuk sekolah, setelah tanya Ibu
Guru katanya si Reyhan tidak masuk karena sedang sakit.Aku, Bhakti dan Rama akhirnya
berencana menjenguk Reyhan setelah pulang sekolah. Akhirnya Aku dan teman teman sudah
sampai dirumah Reyhan, dan kami langsung masuk untuk melihat si Reyhan. Setelah aku dan
teman-teman masuk aku langsung bertanya ke Ibunya, “Reyhan sakit demam karena kemaren

54

hujan.” Ucap Ibu Reyhan sambil tersenyum anggun. Setelah lumayan lama, aku dan teman-
teman berpamitan untuk pulang, tak lupa mendoakan reyhan supaya cepat sembuh dan besok
dapat mengikuti pelajaran di sekolah.

55

Kita Itu Beda!

Karya

ZASKIA CANTIK NUGRAHA

‘Drrtrt drttrt’ getar dari handphone.
“Aaakhh kalahhhh. Ini siapa sih yang telpon. Ganggu aja!”

Sambil melihat riwayat panggilan. Ternyata oh ternyata...
“Astaghfirullah, mampus!. 8 panggilan tak terjawab dari kanjeng mamih.”

‘Drrrt Drdrt’
“Waduh bunda nelpon lagi, angkat dah. Assalamu’alaikum ada ap-”

“AREKA!!!” teriak Bunda lewat panggilan itu.
“Aduh! bunda bikin kaget! kenapa bun?” jawab Areka sedikit panik.
“Dari mana aja kamu?! ini udah jam berapa Rekaaa!!!” tanya Bunda.
“Di warnet, masih setengah sepuluh bun. Bentar ya, 2 ronde game lagi. Gara-gara bunda

nelpon, jadi kalah nih.” jawab Areka.
“Kok jadi salahin bunda. Cepetan pulang SE-KA-RANG. Atau bunda usir kamu!” gertak

Bunda
“Dih bunda mainnya ngusir, toh lagian bunda gak bakal beneran ngusir. Karena aku... uhukkk

kesayangan bundaaaa~.” ucap ngeles Areka.
“Nggak peduli. Pokoknya dalam 25 menit kamu gak juga nyampe dirumah... nih, baju dan

barangbarang kamu bunda keluarin dari rumah.” ancam Bunda.
“Ja-jangan bunnn. Ini otw.” *tut*
“Hadeh dimatiin. Bakal gawat nih, telat semenit eh- telat beberapa detik aja... bisa tidur

dijalanan. Kudu pakai jurus SKS!!! (Sistem Kebut Semenit.)

Dan pulanglah Areka dengan mengendarai sepeda motornya.

Dengan jurus kecepatannya itu, Areka pun sampai di depan gerbang komplek perumahannya

hanya dengan waktu 7 menit. (Gak jadi semenit)
“Untung aja jalanan lagi sepi. Bisa kebut-kebutan jadinya, seru juga... berasa jadi pembalap

MotoGP hohoho.” khayal Areka.
“Yah udah ditutup aja gerbangnya.” gumam Areka sambil menghampiri Pos Security.
“Punten (permisi) pakde...?” sapa Areka.
“Loh, Doni?” kata Pak Satpam.
“Doni saha (siapa) pakde?, saya Areka...” kata Areka.
“Ooo mas Areka dari blok H-12 toh... dari mana mas?” tanya Pak Satpam sambil

membukakan gerbang untuk Areka.
“Biasalah pakde... warnetan...” jawab Areka.
“Loh loh, sekarang baru pulang... apa gak marah itu kanjeng mami nya?” Pak Satpam

terheran.
“Yo ndak tau pakde... moga mood bunda berbunga-bunga... semoga...” kata Areka.
“Kalau menurut pakde, mood umami lagi membara loooh~.” kata Pak Satpam.
“Nggak mungkin pakde...kan bunda baik hati nan penyabar, buktinya Areka gak pernah kena

marah sama bunda.” kata Areka.
“Ho’oh,,, pernahnya kena sandal mabur (terbang). Kejadiannya kemarin depan rumah, pukul

15.48 toh...?” kata Pak Satpam.
“Rinci banget... kok tau sih, pakde nguntit ya-.” kata Areka.
“Kan ada CCTV mas...” balas Pak Satpam.
“Sungguh memalukan... biar Tuhan, pakde, dan saya yang tahu ya...” kata Areka.
“Hmmmm... monggo cepetan masuk. Saya tutup lagi nih?” kata Pak Satpam.

56

“Jangan dong... nuhun (terimakasih) pakde.” kata Areka.
“Iyo, sami-sami.” kata Pak Satpam.

Doenggg-

Seketika Areka terdiam sambil memandangi jalanan komplek.
“Loh? kenapa gak jalan mas? ” tanya Pak Satpam.
“Pakde...” kata Areka dengan menatap Pak Satpam.
“Kenapa mas, jangan liatin saya kayak gitu. Saya juga tau kok saya cakep dari lahir...” kata

Pak Satpam.
“Yang bener pakde, saya kudu lewat sana sendirian?, temenin lah pakde. Nanti... saya kasih

kopi serenteng deh...” kata Areka memelas.
“Ogah mas...” tolak Pak Satpam.
“Gimana toh pakde... kok rejeki ditolak, gabaik kata Pak Ustadz..” kata Areka.
“Jangankan serenteng mas, 3 box full saya punya...” kata Pak Satpam.
“Waduh nge-stock, terus gimana pakde? saya takut.” kata Areka
“Moso, gitu aja takut...badan mas Areka loh, kayak... maskulin. Setan mah lewat...” kata Pak

Satpam.
“H-haha, saya akui nyali saya ampas pakde...saya juga manusia biasa, saya juga takut ketemu

yang ‘begituan’. Kalau tiba-tiba saya hilang ditelan bumi gimana?” kata Areka.
“Masih kalah serem sama bunda mas yang nunggu depan rumah nih... bawa sapu pula.” kata

Pak Satpam sambil menunjukkan rekaman siaran CCTV.
“Ya Gusti... yasudah pakde... saya balik dulu. Do’akan saya balik-balik selamat sampai

tujuan, bukan tinggal nama doang.” kata Areka dengan pasrah.
“Aamiin-in gak ya~.” kata Pak Satpam.
“Mari pakde...” kata Areka kemudian pergi meninggalkan Pos Security.
“Hahaha, udah pasrah gitu...” tawa Pak Satpam.
“Kasian... jiwanya agar-agar, pasti sekarang hatinya lagi ambyar... turut prihatin.” batin Pak

Satpam.

Jalanlah Areka menuju rumah. Karena jiwanya yang penakut, ia mencairkan suasana yang

tegang itu dengan bergumam sambil bernyanyi.
“BaAalonkUu aAdaa limaaa ruUpaA-rupa warna- hi-hiyy apaan tuh? galiat-galiat.” gumam

Areka.
“Duhhh, sepi banget... jadi merinding-- taAaapi jangan takut... jangan takut... daku pasti bisa

melewati ujian ini. Kenapa gangnya paling pojok sih jauh bangettt-.” batin Areka.
“Mending nyanyi lagi.” kata Areka.
“Pada hari Minggu ku pergi main ke warnet~ sampe lupa waktu padahal besok sekolah~

kena marah bundaAa- eh- apaan tuh?” kata Areka.

Areka pun terhenti karena melihat sesosok cewe yang duduk sendirian.
“Weh ada cewe dong... samperin deh...” batin Areka.
“Halo ceu~ sendirian aja nih?” sapa Areka pada cewe itu.

Cewe itu memutar lehernya 180° dan bertatapan empat mata bersama Areka.
“Hiyyy, ba-badut lampu merah kok bisa nyasar di komplek. Gak liat apa? ada larangannya

loh... mana kostumnya putih-putih, kek pernah liat...” kata Areka.

Suasana pun menghening, tiba-tiba cewe itu tertawa... dan membuat Areka merinding.
“Hihihihihihi...” tawa cewe itu.
“Astagfirullah, ceu kok mirip- loh eh ilang. Mampus, bukan manusia sih ini dahlah...” kata

Areka.
“pu-punten... maaf ganggu...” kata Areka.
“KABOORRRR” teriaknya.

Begitulah kisah melewati jalan penuh paku (rintangan) nan berkelok si Areka, sungguh

menegangkan. Bayangkan, bunda nunggu di rumah sambil bawa sapu. Menuju pulang malah

57

ketemu bangsa lelembut, apa mungkin karena suaranya yang terlalu bagus?. Sampai-sampai
bisa buat makhluk sebelah jadi mampir, padahal mah gak diundang. ‘Dia’ juga gak bener-

bener ilang, yang ada malah ikut naik ke motor Areka (berasa jadi kang ojek dari dunia lain).

Makanya... kalo liat seseorang sendirian belum tentu itu orang- apalagi... ketemunya pas sepi-

sepi.

Keesokan harinya...
“Reka...Reka...bangun...” kata Bunda(?).
“Ngg- bentar bund, 5 menit...” kata Areka setengah bangun.
“BANGUN AREKA!” teriak Bunda (?).
“Duhhh, iya iya, nih bangun nihhh.” kata Areka.

Areka pun terbangun. Lalu... ia mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat Subuh.

Tak lama setelah sholat...

*Tok tok tok tok* suara ketukan dari pintu kamar Areka.
“Masuk...” jawab Areka.
“Oh? tumbenan kamu bangun sendiri, biasanya juga bunda yang bangunin. Udah besar ya...

anak bunda....” ejek Bunda.
“...Kan bunda yang bangunin, gimana sih?!” kata Areka.
“Lah? Kapan? bunda baru selesai sholat. Terus baru aja ini ke kamar mu.” kata Bunda.
“Hahhh te-terus t-tadi yang bangunin... siapa???” tanya Areka merinding.
“Hayoloooh~~~ jangan-jangan-” kata Bunda menakuti Areka.
“Sttttt bun, jangan nyebut bunnn.” bisik Areka.
“Tapi... baik juga tuh 'makhluk', bangunin kamu buat sholat, hmmm lumayan jadi alarm kamu

hahaha.” kata Bunda.
“Aaakh, gatau ah. Areka mandi dulu.”

Selesainya mandi, Areka bersiap-siap lalu pergi berangkat sekolah.
“Bunddd, Reka berangkaaaattt. Assalamu’alaikum.” teriak Areka dari depan rumah.
“IyoOo Wa’alaikumussalam.” sahut Bunda sambil berjalan keluar rumah.

Diluar rumah---
“Lah??? tumbenan Reka boncengin cewe?, yah semoga aja cewenya gak lupa bayar...” kata

Bunda dalam hati.

Berangkatlah Areka menuju sekolah. Saat diperjalanan ia merasa seperti ada yang janggal.

Ternyata lupa belum sisirin rambut.
“Waduh, berantakan banget rambut aing (aku)... tapi...tetap ganteng uhukkk.” batin Areka

sambil melihat kaca spion.
“Pas banget! mumpung lampu merah, rapiin dulu deh...” batin Areka.

*Set set set set set**jeng

jeng...*
“TaAdaAaa, masterpiece of kegantenganku makin paripurna yahahaha.” ucap bangga Areka.
“Bu... kakak itu kenapa???” bisik anak kecil pada ibunya.
“Udah biarin aja, biar bahagia. Kamu jangan liatin, nanti ikut ketularan.” jawab ibu si anak.
“Puntennn saya denger lohhh bukkk... itu bisik-bisik apa pidato...” sahut Areka.
“E-eh maaf, sengaja... ayo dek pergi...” kata Ibu tersebut dan langsung pergi.
“Yahhh, gini deh kalo jadi orang tampan... ada aja yang julit.” gumam Areka sambil berkaca

di spion. “L-loh eh-, siapa nih? kok mirip badut yang kemarin malam. Salah liat kali yak?
dasar mataku.” Kata Areka sambil mengusap mata.

“Teryata mata indah ku baik-baik saja. Mampus beneran ternyata, asli ‘dia’ dibelakangku.”

ucap Areka dalam hati.

*Tin tin tin tin tin*
“OI MAS BURUAN JALAN UDAH IJO TUH LAMPUNYA. MALAH BENGONG!!!”

teriak para pengemudi dan pengendara.

58

“EH! Iya maapin yak.” teriak kembali Areka kemudian lanjut menyetir.
“Apes banget... kok bisa ‘dia’ ngikutin aku??? k-ketempelan kah?” batin Areka.
“Hihihihihihi.” tawa si Kukun.
“Ya Gusti....” kata Areka.

Pftttt
“Ahahahahah, apasih? takut banget ya kamu?” Kata Kukun.
“Eh kok gaul banget bahasa nih setan, pasti hantu gen-Z” gumam Areka.
“HaaAloOo Rekaaa.” sapa Kukun.
“Hi-hiyyyy, kok bisa tau namaku?” kata Areka.
“Kukun gitu loh..., tadi pagi yang bangunin kamu, aku loooh!” Kata Kukun.
“P-pantes... lembut banget suaranya. Kalo bunda, udah kayak sirine ambulan 10 deret.” Kata

Areka.
“Hihihihihihihi....” Kukun tertawa.

Mereka pun tiba disekolah...
“Kalo kamu mau ikut aku, kudu nurut!. Jangan jahil, jangan suka ngagetin, jangan ganggu

orangorang. Paham?” bisik Areka.
“Blablablabla, iye iye.” jawab Kukun.
“Kalau aneh-aneh aku bacain kamu do’a sebelum makan.” kata Areka sambil tersenyum

jahat.

Kemudian Dikelas.....
“Jadi begitu anak-anak. Disini kita akan- (blablablabla)” ucap Pak Guru yang menjelaskan

sesuatu.
“Reka! Ini apa?” tanya Kukun.
“Itu penggaris.” bisik Areka.
“Kalau ini apa Reka?” tanya Kukun lagi.
“Itu duuu-it eh- nemu dimana sini-sini biar masuk kantongku.” Kata Areka.
“Ini apa rek? kalo ini? ini? ini? Rek???” tanya Kukun lagi lagi dan lagi.
“OI DIEM JANGAN BANYAK OMONG! GANGGU BANGET TAU GA?!” teriak Areka.
“AREKA MAHARDIKA!” teriak Pak Guru.

“M-maaf pak, saya bukan bermaksud-.”
“KELUAR KAMU!!!” gertak Pak Guru.
“T-tapi pak-” jawab Areka.
“KE-LU-AR.” kata Pak Guru sambil melotot.

Gara-gara kelakuan Kukun, Areka harus dihukum keluar kelas sampai pergantian bel pelajaran.
“Gara-gara kamu KUUUUUN, sialaannnn.” teriak Areka.
“Hihihihihi maafff~” kata Kukun.

Inilah awal mula pertemanan mereka. Kukun memang sangat menyebalkan. Terkadang Areka

membencinya, kadang menyesatkan juga menguntungkan. Jadi, Areka juga bingung harus
bagaimana. Tetapi ia juga bisa memanfaatkan Kukun. (“Toh jalani aja dulu” kata Areka.)

(Disisi Kukun). YaaAaa kami selalu bersama, menghabiskan waktu bersama, bermain bersama,
pokoknya bersama-sama (“Dunia berasa milik berdua.” kata Kukun). Walaupun kelihatan sih...

kalo Kukun yang nempel mulu,,, lengket banget malah udah kayak lem uhuh. Apakah boleh? jika

Kukun menyukai manusia satu ini, walau berbeda nasib terpisah alam.

Suatu hari...
“Areka... ada yang harus kukatakan. Aku mau jujur... sebenarnya aku suka sama kamu... sejak

pandangan pertama...” kata Kukun. “A-aku juga suka-.” jawab Areka.
“Waaa, kita saling suka!, ayo nikah dan hidup bahag-.”
“WAAAKSHNZBSKSZ, apa-apaan ini?!suram banget mimpiku hah hah hah...” terbangunlah

Areka dari tidurnya.

59

“Untung kebangun, kalau nggak... bisa jadi happy ending. Kenapa dimimpi aku bilang ‘juga
suka' hiiiiiyyyy” kata Areka.

Paginya di sekolah...
“Halo yang kesekian kalinya Reka... Selamat pagiii...” sapa Kukun.
“Hm.” gumam Areka.
“Dihhh dingin banget kayak bukan Areka.” batin Kukun.
“Oi Rek! gausah so-soan jadi cowo cool kayak kulkas dua pintu kowe (kamu). Ada masalah?

cerita aja. What happened?.” tanya Kukun.
“Lagi krisis uang kuuuun...mana tagihan kas aku bolong 2 bulan, duhhhh...” kata Areka.
“Waduh, kalo bendahara ngamuk, bisa jadi ayam geprek kamu. Turut berduka... Kukun juga

gabisa bantu... daripada tambah stress, mending kita jalan-jalan sambil menikmati senja...” ajak

Kukun.
“Nanti pas pulang sekolah, tapi jangan jauh-jauh.” jawab Areka.

Karena tidak ingin tempat yang jauh... akhirnya mereka pergi ke pinggir sungai depan sekolah.

Mereka bermain, tertawa canda ria walaupun gak ada yang lucu.
“Oi kun pulang yuk... malu diliatin banyak orang gara-gara aku ketawa sendiri, mana dibilang

sakit lagi. Nanti aku kena kamera tersembunyi terus viral judulnya ‘ODGJ (Orang dengan
Gangguan Jiwa) yang kabur' gimana?!” bisik Areka.

“Hihihihihi, kan nggak kelihatan. Jadi tenang wae...” kata Kukun.
“Lah??? dikira kita sebangsa kali gak kelihatan???” batin Areka.

Senja pun... tiba~
“Rek Reka, tuh liat warna langit senja... bagus kannnn?” tanya Kukun.
“Wowww, keren...” jawab Areka.
“Apakah sekarang saatnya?” batin Kukun.
“...Reka...” panggil Kukun.
“Apalagi?” sahut Areka.
“Aku, a-aku, aku... suka sama Reka...” gumam Kukun.
“Hah, apasih... yang jelas ngomongnya. Kan tau sendiri, kuping aku agak error.” kata Areka.
“AKU SUKA SAMA KAMU!, AAA-.” teriak Kukun.
“Bentar,,, kok berasa dejavu---.” ucap Areka dalam hati.

Suka sama kamu~ suka sama kamu~ suka kamu~~~ tiba-tiba muncul bisikan dan menusuk ke

kuping Areka.
“H-hah?!” Areka terkejut.
“Ih, Kukuntitih suka sama Areka Mahardika.” bisik Kukun.

Tiba-tiba ada dering panggilan dari telepon Areka...
“Ehhhh- bunda telpon. Ha-halo bun... hah? pulang? Okeh Reka berangkat nih, m-

meluncurrr.” kata Areka lalu ia kabur begitu saja.
“Eeeeh Loh HEHHH!, kurang ajar. Malah ditinggal... Aterin dulu kek... wasem-.” teriak

Kukun.

Saat dirumah, tepatnya dikamar. Terdapat seorang siswa laki-laki yang sedang merenung

meratapi nasib.
“Ya Allah, kok bisa... aku disukai sama hantu. Efek ganteng dari lahir kali?” gumam Areka.
“Ini baru ngungkapin perasaan. Kalo ngajak rujuk... bisa masuk rumah sakit jalur kejiwaan

aku.” batin Areka.
“AAAAAAAAAKKKKKHHHHHHH KENAPA HARUS KETEMU ‘DIA’ SIIIIIH” teriak

Areka.
“Yak! hanya ini jalan satu-satunya supaya aku tidak tersesat. Daku kudu menciptakan jarak

diantara kita.” kata Areka.

60

Dimalam itu, Areka berencana datang menemui Kukun. Saat di kediaman Kukuntitih.
“Assalamu’alaikum... misi paket eh- apa benar ini rumah mbak Kukuntitih? maaf kalo bukan...
berarti salah pohon—.” kata Areka.

“Wa’alaikumussalam ehh? Reka... tumbenan mampir...” sambut Kukun.
“K-kun, kok... bisa ada manusia sih? nyasar ya?” bisik Poci.
“Oh. Kenalin ini temen aku Areka namanya. Reka kenalin ini Poci.” kata Kukun.
“H-halo bang-?” sapa Poci.
“Kun, aku gak mau lama-lama disini karena serem. Maaf kita akhiri sampai sini aja ya.” kata

Areka.
“Etdah di kacangi... sombong amat.” batin Poci

“Loh kenapa? aku ada salah? maaf.” kata Kukun.
“Yaelah... jadi nyamuk aing...” batin Poci.
“Soal kemarin...maaf aku gabisa nerima kamu.” kata Areka.

*Jederrrr*
“Jadi selama ini... cintaku... bertepuk sebelah kaki-.”
“Kun!, kita gak bisa bersama. Kamu itu bangsa lelembut, udah pucet, mirip ondel-ondel.

Inget kita itu beda kasta, toh aku juga gak mau sama dedemit. Aku masih suka sama manusia.”

kata Areka.
“Reka... kamu manggil aku badut lampu merah gak apa-apa. Tapi jangan miripin ondel-ondel,

lebih serem.” kata Kukun
“Hampura (maaf).” kata Areka.
“Teganya kamu... padahal aku selalu setia sama kamu. Kurang baik apalagi coba... aku udah

bantu kamu ngejawab soal ulangan.” kata Kukun
“HEHHH, STTTSTTT. diem nanti ada yang denger... sebagai gerakan tutup mulut, nih... sate

201 tusuk. Ada dagingnya itu bukan sekedar tusuk doang.” kata Areka.
“O-okedeh setuju.” kata Kukun.
“Jangan ember ya. Jangan datengi aku lagi... aku mau menyegel diri dengan ruqyah.” kata

Areka.

Karena terkejut. Kukun hanya hanya bisa diam.
“Anu- pamit dulu... punteun...- Oiya hampir kelupaan. Jangan dendam sama aku ya, aku takut

kena siksa kubur. Adios~~~ (selamat tinggal).”

Itulah kata-kata terakhir dari Areka,

Lalu...
“Kunnn- are you... ok?” tanya Poci.
“HU-HU-HUAAAAHUHUHUHU.” tangis si Kukun.
“Oww terkejut, khodamnya keluar.” kata Poci.
“HUHUHUHUHUHU.”
“E-eeh kok makin deres. Udah-udah jangan ketawa- eh maksudnya nanges. Oci gak punya

balon.” kata Poci sambil menepuk bahu Kukun.
“Cup cup cup, masih banyak yang lebih tampan dari tu manusia. Malah... melebihi oppa-oppa

koriyah. Contohnya uhukkk-uhukkk Oci~ EA~.” kata Poci.
“Sedihhh ci... dia manusia satu-satunya yang paaaaling baik kadang nyebelin sih. Yang lain

kayak tukang suka ngebully... huhuhu...” kata Kukun.
“Heleh, Oci juga baik hati ramah dan tidak sombong... tenang...” sahut Poci.
“Nanti Kukun nebeng siapa... aku gamau ngabisin duit...” kata Kukun.
“So-soan bilang ‘ngabisin duit’, bayar aja pake daun...” ejek Poci.
“Tau aja kamu. Pengalaman ya?” tanya Kukun.
“Idihhh, gak pernah ya... Oci kalo kemana-mana pake metode lompat katak. Toh masih

mending situ, bisa mabur.” kata Poci.
“Lah? Iya juga ya, aku kan bisa terbang... lupa hehe...” kata Kukun.

61

“Gini amat punya temen dedemit lupa jati diri. Pengen resign rasanya-.” batin Poci
“Oiya! Oci laper nggak? mau... makan bareng...? ada sate nih... mabar (makan bareng) yuk?”
ajak Kukun.
“Pake ditanya, ya mau lah pake banget. Kukun nawarinnya lama banget sampe-sampe ada
yang konser di perut Oci. Cacing di perut oci juga butuh asupan... yok gas... makan-makan~~~”
kata Poci.
“WEEEEE! AYOOO” teriak Kukun.
Seperti itulah hari dan suasana terakhir pertemuan si manusia dengan si makhluk astral. Karena
adanya si Poci, Kukuntitih gak jadi kesepian. Perlahan juga... Kukun berusaha melupakan
Areka dan sebaliknya. Hingga suatu hari ada kejadian ajaib yang tak terduga. Seperti sihir...
ingatan Areka dan Kukun hilang!. Mereka akan lupa pada peristiwa kebersamaan mereka.
Apa... sengaja dihapus mungkinnn(?). Ah! entahlah.... dan ‘katanya sih'... Kabarnya, setelah di
ruqyah... Areka sudah taubat dan jadi golongan kaum normies (orang normal). Mereka pun
kembali di kehidupan (dan kematian) masing-masing.

62

Inikah Kebahagiaan?

Karya

ZIA MAZAYA QANITA

‘Kring' bel istirahat berbunyi. “WOI SYILA, CEPETAN BELIIN KITA MAKANAN!”
Ucap seseorang sambil berteriak. “I-iya sebentar." Jawab Syila. Syila bergegas pergi menuju
kantin. “Bu beli, seperti biasanya ya Bu.” Ucap Syila. “Iya Syila, ini." Jawab Ibu Kantin sambil
memberikan pesanan makanan kepada Syila. “Kok cepet Bu?” Tanya Syila heran. “Iya, ini Ibu

udah siapin dari tadi. Ibu gak mau kamu di omelin sama temen-temen mu." Jawab Ibu Kantin.
“Makasih ya Bu, ini uangnya.” Ucap syila sembari memberikan uang. “Nak, kamu gak capek
disuruh-suruh terus?” Tanya Ibu Kantin sambil menerima uang Syila. “Enggak lah Bu, mereka
kan teman aku. Sesama teman harus saling membantu kan?” Jawab Syila. “Iya sih nak, tapi

menurut Ibu ini sudah keterlaluan. Kamu itu bukan robot yang bisa seenaknya disuruh-suruh.

Kalau kayak gini sama aja kamu di manfaatkan sama mereka. Emangnya kamu bahagia
berteman sama mereka?” Ucap Ibu Kantin berusaha menyadarkan Syila. “Tapi Syila gak merasa

di manfaatkan kok bu, justru Syila seneng bisa bantu mereka. Dan Syila bahagia kalau mereka

juga bahagia." Jawab Syila tersenyum.
“Tapi kan nak...” Belum sempat Ibu Kantin membalas, Syila sudah pergi sambil

membawa makanan pesanan teman-temannya. “Nah akhirnya nih anak dateng juga.” Ucap
seseorang. “Tumben cepet?” Tanya Vira heran. “Hehe iya." Jawab Syila sambil memberikan
makanan tadi kepada anak-anak itu. “Ya gini dong cepet, gak lelet kayak biasanya. Good job.”
Ucap Farel. Syila pergi meninggalkan mereka, namun tiba-tiba... “Karena kamu cepet bawain
makanan kita hari ini, jadi kamu bisa makan bareng kita.” Ucap Farel. “Beneran? Makasih.”

Balas Syila senang. Mereka makan bersama sambil berbincang-bincang.
Istirahat telah usai dan kelas telah dimulai kembali. “Baik anak-anak, keluarkan PR

Matematika kalian!” Perintah Pak Hendra. “WHAT?! Ada PR?” Ucap Vira kaget. “Iya. Udah
dari minggu kemarin loh, gimana sih?” Sahut Anya. “What?! Aku belum ngerjain... gimana
doang??” Tanya Vira panik. “Kalau nyalin sekarang juga gak bakal sempet sih, lumayan banyak
soalnya.” Jawab Anya membuat Vira semakin panik. “Terus aku harus ngapain? Mana gurunya
killer lagi.” Keluh Vira. “Lagian sih, bisa-bisanya lupa.” Vira kebingungan dan panik. Ia
memikirkan cara agar bisa mengumpulkan tugas itu. Ia menoleh ke kanan dan ke kiri. Dan... “Ah
kan ada dia" Ucapnya dalam hati. Vira memangt idak pernah kehabisan akal bulus. “Syila, kamu
udah ngerjain PR?” Tanya Vira. “Udah. Kenapa?” Jawab Syila. “Boleh pinjem bentar gak? Ada
satu nomer yang belum ku kerjain. Susah banget.” Balas Vira dengan penuh alasan. “Boleh, tapi
jangan lama-lama ya! Bentar lagi kan dikumpulin.” ucap Syila sembari memberikan buku itu.

Vira mengambil buku Syila. Dengan liciknya, ia mengganti nama pada sampul Syila
menjadi nama dirinya. “Ayo anak-anak tugasnya di kumpulkan kedepan!” Perintah Pak Hendra.

Semua anak maju kedepan untuk mengumpulkan tugasnya, sedangkan Syila hanya duduk
kebingungan menunggu bukunya yang tak kunjung kembali. “Vina, mana buku ku?” Tanya Syila
panik. “Udah aku kumpulin kok, tenang aja.” Jawab Vina berbohong. “Huh, Alhamdulillah.”

ucap Syila lega. Pak Hendra mengecek satu-persatu PR murid-muridnya. Semua mengumpulkan
PRnya, kecuali satu anak yang tidak mengumpulakan PR. “Ini hanya satu anak yang tidak
mengumpulkan PRnya.” Ucap Pak Hendra. Satu kelas kebingungan karena tidak ada yang
merasa belum mengumpulkan. “Anak yang belum mengumpulkan... Syila.” Ucap Pak Hendra
mengagetkan semua murid termasuk Syila. “Loh tumben banget si anak rajin gak ngumpulin
tugasnya?” Heran murid satu kelas. “Syila, kenapa kamu tidak mengumpulkan PR?” Tanya Pak
Hendra. Belum sempat Syila menjawab, Vira terlebih dahulu menjawab. “Tadi Syila bilang ke
saya kalau buku PR dia ketinggalan di rumah Pak.” “Astaga Syila, KAMU INI NIAT

63

SEKOLAH ATAU TIDAK?!” Bentak Pak Hendra. “T-tapi pak.” Syila berusaha menjelaskan
tetapi Pak Hendra tidak mau mendengarkan alasan Syila. “Tidak usah banyak alasan, sekarang
kamu keluar! Kerjakan diluar!” Ucap Pak Hendra tegas. Syila hanya bisa pasrah, ia berjalan
keluar sambil menahan tangis. Ia juga sempat menatap ke arah Vira. “Kenapa kamu ngelakuin
ini Vir? Apa salahku?” Ucapnya dalam hati. Vira menatap Syila tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Syila bergegas untuk menyelesaikan tugasnya. “Duh mana tugasnya lumayan banyak
lagi, untung aku inget jawabannya.” Keluh Syila. “Semangat Syila kamu pasti bisa!” Ucapnya
dalam hati. ‘Kring' bel pulang berbunyi, namun tugas Syila masih belum terselesaikan. Syila
melihat satu-persatu temannya pergi meninggalkan sekolah. Syila melihat Vira, namun Vira
hanya tersenyum licik dan berkata “Semangat Syila!” Syila hanya bisa diam mematung
mendengar ucapan Vira. Setengah jam berlalu, akhirnya Syila menyelesaikan tugasnya. “Pak ini
tugas saya.” Ucap Vira sembari memberikan tugasnya. “Lain kali kalau sampai hal ini terulang
lagi, orang tua kamu akan saya panggil!” Tegas Pak Hendra. Syila hanya menunduk dan
menjawab, “Baik pak, saya janji hal ini tidak akan terulang lagi.”

Syila merapikan barang-barangnya dan bergegas untuk pulang. Di tengah perjalanannya,
tiba-tiba hujan turun. Syila melihat keatas langit dan berkata “Ya Allah mengapa hamba merasa
di perlakuan dengan tidak adil? Mengapa dunia ini sangat jahat kepada hamba Ya Allah?” Syila
sudah tidak kuat menahan tangis. ‘Sesekali aku nangis di depan umum, lagian nyanyian hujan ini
menutupi suara tangisanku. Jadi nggak akan ada orang yang sadar kalau aku lagi nangis.’
Ucapnya dalam hati. ‘Apa yang Bu Kantin bilang tadi bener ya? Aku cuman dimanfaatin sama
mereka...’ Pikirnya dalam hati. Dia terus berjalan sambil menangis dan mengeluh kepada
Tuhannya. Dia tenggelam dalam suasana seperti ini, sampai tidak sadar bahwa dia sudah sampai
rumah. “Assalamualaikum.” “Waalaikumsalam. Loh kak kok basah kuyup sih?” Tanya adik
Syila. “Ya kan hujan.” Jawab Syila. “Kenapa gak neduh dulu? Biasanya kalau hujan selalu
neduh dulu.” “Kakak lagi capek pengen cepet-cepet rebahan. Oiya papa sama mama udah
pulang?” Tanya Syila. “Belum.” jawab adik Syila. Syila bergegas ke kamarnya dan segera
mengganti bajunya. Karena besok ada ulangan, Syila menyempatkan untuk belajar sejenak lalu
tidur.

Keesokan harinya, “Hai cupu!" sapa Farel. “Hei cupu! beliin kita makan dong kayak
biasanya.” Ucap Anya berteriak. Anak lain hanya tertawa sambil melihat kearah Syila. “Maksud
kalian apa?! Kenapa kalian panggil aku cupu? Itu hinaan tau gak?!” Balas Syila dengan tegas.
“Ih apaan sih, kita cuman bercanda doang. Baperan amat sih.” Ucap Anya. “Dahlah skip,
baperan.” Sahut Farel. “Gausah deket-deket sama orang baperan!” Ucap seseorang. Mereka pergi
meninggalkan Syila. ‘Bukannya memanggil orang dengan sebutan cupu adalah sebuah hinaan?
Tapi kenapa aku yang di bilang baperan?’ Kesalnya dalam hati.

Syila berjalan menuju kantin sekolah. “Bu beli ini satu ya.” Ucap Syila. “Tumben nduk
tadi temennya pada beli sendiri-sendiri? Biasanya minta tolong Syila buat beliin.” Tanya Bu
Kantin heran. Syila hanya tersenyum tanpa menjawab pertanyaan Ibu Kantin. Syila pergi
meninggalkan warung dan mencari tempat duduk untuk makan. “Permisi, aku boleh duduk di
sebelahmu gak?” Tanya Syila kepada salah seorang murid. Belum sempat murid itu menjawab
tiba-tiba “Jangan mau! Dia orangnya baperan. Ntar dia marah-marah lagi kayak tadi. Hahahaha.”
Ucap seseorang yang ternyata adalah Anya. Murid tadi hanya diam lalu pergi meninggalkan
tempat itu. “Kalian kok jahat sih sama aku? Aku salah apa sama kalian?” Tanya

64

Syila kesal. “Duh Syila, salah kamu tuh karena kamu itu CUPU!” Mereka semua tertawa

terbahak-bahak. Syila yang sudah muak, pergi meninggalkan mereka dan menuju ke kelasnya.
Pelajaran telah dimulai kembali. “Eh nanti ulangan Bahasa Indonesia ya?” Tanya Farel.

“Lah iya ya, duh aku lupa gak belajar lagi, duh gimana nih?” Jawab Vira panik. “Tenang aja, kan
ada Syila.” Ucap Anya. “Tapi kan kita baru aja hina Syila tadi.” Ucap Vira berbisik. Syila
terlihat sudah siap ulangan karena sudah belajar kemarin. “Syila.” Sapa Vira. “Maafin kita tadi
ya, kita gak bermaksud gitu kok.” Ucap Vira. “Iya Syila, kita tadi cuman bercanda doang kok.”
Timpa Anya. “Emm.. maafin juga soal kemarin ya. Aku lupa gak bawa buku, aku takut nanti di
hukum. Kamu tau kan kalau aku sampe di hukum orang tuaku bakal marahin aku.” Ucap Vira
memohon. “Ya gapapa. Mungkin akunya yang emang sensian haha.” Balas Syila berusaha
memaafkan perlakuan buruk teman-temannya. “Kamu udah belajar kan buat ulangan nanti?”
tanya Anya. “Udah.” Jawab Syila. “Emm kita kan sahabat nih, kemaren aku lupa belajar, jadi
nanti aku tanya kamu boleh kan?” Ucap Vira. “Ha.. I-iya.” Jawab Syila sedikit keberatan.
“Beneran? Aaa makasih Syila. Kamu ini emang sahabat terbaik kita deh.” Puji Vira. Syila hanya

tersenyum.
“Baik anak-anak, siapkan selembar kertas sobekan. Kita mulai ulangan Bahasa

Indonesia.” ucap Bu Wati selaku guru Bahasa Indonesia. “Silahkan di tulis jawabannya saja.
Untuk soalnya silahkan liat di layar LCD ini.” perintah Bu Wati. “Tidak boleh ada yang

mencontek! Jika ketahuan mencontek, saya ambil kertas ulangannya dan saya panggil orang tua
kalian.” Ucap Bu Wati tegas. Semua anak mulai mengerjakan ulangan. “Pst... pst... Woi Syila.”

Panggil Vira sambil melempar selembar kertas kearah Syila. Syila mengambil kertas tersebut
lalu dibuka. Ternyata kertas tersebut bertuliskan ‘Syila ini tolong kamu jawab ya ulanganku,
nanti kalau sudah kasih ke aku ya!’. Ternyata kertas itu merupakan lembaran kertas jawaban

milik Vira. Dengan cepat Syila menyelesaikan ulangannya. Lalu syila menyalin jawabannya ke
lembar kertas yang diberikan oleh Vira tadi. “Pst... Vira ini udah selesai.” Ucap Syila berbisik-

bisik sambil memberikan kertas ulangan. Belum sampai kertas itu ke tangan Vira, tiba-tiba
“Syila Vira kalian ngapain itu? Kalian mencontek ya?” Tanya Bu Wati. Belum ada yang
menjawab, Bu Wati langsung menyuruh Syila dan Vira untuk ke ruang guru. “Kalian berdua ikut
Ibu ke ruang guru sekarang juga!”

Sesampainya di ruang guru, “Jawab dengan jujur! Kalian mencontek kan?” Tanya Bu
Wati tegas. “I-itu bu tadi...” Belum selesai Syila menjawab, Vira menyela omongan Syila.“Itu

bu, tadi Syila pinjam lembaran kertas ulangan saya sebentar, katanya mau lihat jawaban nomer
tiga.” Apa benar itu Syila?” Tanya Bu Wati. “Enggak bu, saya tidak meminjam kertas ulangan
Vira, justru sebaliknya. Vira yang melihat jawaban saya.” Jawab Syila. “Jangan memutar balikan
fakta dong Syila.” Sahut Vira. “Syila, orang tuamu hari ini akan saya panggil.” Ucap Bu Wati

tegas.
Satu jam kemudian, mama Syila datang ke sekolah. “Ada apa ya bu?” Tanya mama Syila.

“Ini anak ibu ketahuan mencontek saat ulangan Bahasa Indonesia tadi. Dia juga menfitnah
temannya Vira.” Jelas Bu Wati. “Bener Syila?” tanya mama Syila kepada Syila. “Enggak ma,
bukan aku yang nyontek tapi Vira.” Jawab Syila sambil menangis. “Anak saya bilang kalau dia

tidak mencontek, anak saya tidak pernah berbohong. Justru kata Syila, Vira yang mencontek
jawaban anak saya.” Ucap mama Syila kesal. “Apa benar itu Vira?” tanya Bu Wati kepada Vira.
Vira hanya menunduk dan tidak menjawab. “Tuh kan bu, anaknya diem aja. Berarti bener.” ucap
mama Syila kesal. “Astaga Vira, kenapa kamu fitnah Syila? Ibu kecewa sama kamu.” Bentak Bu

Wati. Mama syila tidak bisa berkata-kata lagi, ia sangat kecewa. Mama Syila menyuruh Syila

untuk merapikan barang-barangnya dan bergegas membawanya pulang.
Sesampainya dirumah. “Mama kecewa banget sama sekolah kamu, masak kamu di fitnah

gini. Terus juga ibu kantin bilang, kalau kamu sering diuruh-suruh sama temen-temen kamu.

65

Pokoknya mulai besok gak usah sekolah disitu lagi! Mama pindah kamu ke sekolah yang lain.
Biar papa yang ngurus berkas-berkasnya nanti.” Ucap mama Syila kesal.

Seminggu kemudian, hari ini adalah hari pertama Syila di sekolah barunya. “Anak-anak,
perkenalkan dia Syila. Murid baru disini. Ibu berharap kalian bisa berteman baik dengan Syila.”
Ucap guru baru Syila. Semua anak menyapa Syila, namun Syila hanya menunduk dan menjawab
dengan suara lirih. Ia merasa takut dengan orang-orang yang menatapnya. Ia trauma akan
kejadian di sekolah lamanya. Ia takut kejadian-kejadian di sekolah lamanya akan terulang disini.
“Syila silahkan kamu duduk di samping Mita.” Ucap sang guru sambil menunjuk bangku
kosong. Syila berjalan menuju bangku itu. “Hai Syila, kenalin aku Mita." Sapa Mita. “H-hai
Mita.” Balas Syila gugup. “Ih kenapa gugup gitu, santai aja. Kita kan satu kelas, dan sekarang
kamu udah jadi bagian dari kita. Kita semua udah jadi temenmu, jadi santai aja oke!” Ucap Mita
berusha meyakinkan Syila. “Iya, makasih..” Balas Syila.

Sudah satu bulan Syila sekolah disana. Tidak ada yang mengganggu atau menyuruh-
nyuruhnya lagi. Syila sangat bahagia sekolah disana. Dikelilingi oleh orang-orang yang sayang
dan peduli dengannya. Rasa berani dan percaya diri Syila kini telah kembali. “Pada akhirnya,
aku sadar bahwa orang yang benar-benar ingin berteman denganku tidak akan berani menyakiti
atau memanfaatkanku. Dan setelah sekian lama aku menunggu, akhirnya kebahagian yang
sesungguhnya datang kepadaku.” Gumam Syila dalam hati.

66

Profil IX-C

Nama : Abdul Aziz
TTL : Lamongan, 17 Oktober 2006
Quotes : Jangan menyesal suatu kegagalan, karena masih
banyak kegagalan yang belum kamu coba.

Nama : Adrian Dwi Prayoga
TTL : Madiun, 26 Oktober 2006
Quotes : Hidup jangan seperti Newton, kebanyakan gaya.

Nama : Afif Mahdiyanto
TTL : Surabaya, 18 Desember 2006
Quotes : Cukup diam dan tunjukkan.

Nama : Ahmad Sofyan Wahidin
TTL : Sidoarjo, 01 April 2007
Quotes : Balas dendam terbaik adalah PEMBUKTIAN!!!

67

Nama : Anan Dhita Febriyanti
TTL : Bojonegoro, 09 Februari 2007
Quotes : Do what you want to do, don’t think about what
people say, they’re just jealous.

Nama : Andrian Adi Nugroho
TTL : Surabaya, 11 Desember 2006
Quotes : Rumah bukan hanya sebuah tempat, tetapi itu
adalah perasaan.

Nama : Azis Novian Ardavi
TTL : Sidoarjo, 22 November 2006
Quotes : Sekali tampil, harus berhasil.

Nama : Farah Nur Fadhilah
TTL : Sidoarjo, 20 April 2007
Quotes : Keberhasilan bukan milik orang yang pintar,
tetapi milik orang-orang yang mau berusaha.

Nama : Frisca Aulia
TTL : Blitar, 06 Maret 2007
Quotes : Tuntutlah ilmu sampai ke negri Korea, karena di
Cina tidak ada Choi Beomgyu.

68

Nama : Jefri Eka Rakhmansyah
TTL : Jombang, 01 Mei 2006
Quotes : Visi tanpa eksekusi adalah halusinasi.

Nama : Karina Malika Balqis
TTL : Bekasi, 29 September 2006
Quotes : Hargailah waktu, karena waktu tidak bisa
diputar, dijilat, apalagi dicelupin.

Nama : Kartika Tantri Cahyani
TTL : Sidoarjo, 29 April 2006
Quotes : Percayalah disaat kamu ikhlas dengan
keadaanmu, disitulah Allah merencanakan kebahagiaan
untukmu.

Nama : Maya Anidya Citra
TTL : Sidoarjo, 15 Juli 2007
Quotes : Berharaplah sampai yang fiksi menjadi nyata.

Nama : Meilani Sindi Puspitasari
TTL : Sidoarjo, 13 Mei 2006
Quotes : Hidup tak semudah membalikkan telapak
tangan, tetapi dengan telapak tangan kita dapat
mengubah hidup kita jauh lebih baik.

69

Nama : Mochammad Syahrul Gufron
TTL : Sidoarjo, 21 Oktober 2006
Quotes : Sehancur apapun dirimu, seremuk apapun
hatimu. Ingat! Tetaplah bersyukur dan tersenyum.

Nama : Mohammad Dani Prakoso
TTL : Sidoarjo, 13 November 2006
Quotes : Jadilah pribadi yang menantang masa depan,
bukan pengecut yang aman di zona nyaman.

Nama : Mohammad Nafis Irsyaduddin
TTL : Sidoarjo, 09 Mei 2007
Quotes : Kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda.

Nama : Nashwa Ashar Az-Zahra
TTL : Surabaya, 6 April 2007
Quotes : Teruslah bermimpi hingga dipertemukan
dengan manusia sewangy Raden Azzam Al-Baihaqi.

Nama : Navaria Marsha Suntawinarsyah
TTL : Sidoarjo, 20 Maret 2007
Quotes : Sedang Menyaingi kekayaan Zhong Chenle.

70

Nama : Qaysharrauf Ahmadinov Subiantoro
TTL : Surabaya, 02 Agustus 2007
Quotes : Diam seperti wibu, bergerak mengambil
idamanmu.

Nama : Rizky Angga Aryanda
TTL : Sidoarjo, 11 Mei 2006
Quotes : Manusia boleh menentukan, tapi saldo yang
menentukan.

Nama : Satria Emil Nugraha
TTL : Sidoarjo, 07 Agustus 2006
Quotes : Sedekah tidak akan mengurangi kekayaanmu.

Nama : Tyo Fani Pratama
TTL : Jember, 21 November 2006
Quotes : Yakinkan diri bahwa anda bisa menggapai
impian.

Nama : Zaskia Cantik Nugraha
TTL : Sidoarjo, 29 Juli 2006
Quotes : Kalau stress beli kacang, terus lepasin.
Karena... melepas peanut.

71

Nama : Zia Mazaya Qanita
TTL : Surabaya, 04 April 207
Quotes : Segera selesaikan masalah yang ada di
hidupmu, sebelum masalah baru muncul.

72

73

74

75

76


Click to View FlipBook Version