The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Ferdyansyah, 2023-05-29 03:05:27

cerpenwafa

cerpenwafa

CERPEN B.INDONESIA Karya: Wafawilda Kelas: XI-TKRO


Mengajarkan tentang Bersikap Rendah Hati Ada seorang anak bernama Fitri, dia merupakan murid kelas 6 SD yang sangat pintar dan baik hati. Di sekolah sangat banyak teman yang menyukainya karena sikapnya tersebut. Tidak jarang, semua ingin berteman dengan Fitri. Ada lagi anak perempuan bernama Ita, ia berbanding terbalik dengan Fitri. Ia pintar namun sangat sombong. Temannya hanya dua yaitu Lisa dan Lily, gadis kembar di sekolahnya. Suatu hari, Ibu guru mengumumkan bahwa akan ada perlombaan membaca


pidato dua minggu lagi. Bu Yati selaku wali kelas 6 membuka kesempatan seluasluasnya bagi siapa saja yang ingin ikut seleksi. Fitri dan Ita jelas ikut berpartisipasi. Setiap hari mereka selalu latihan membaca pidato agar lolos seleksi. Sampai hari penyeleksian tiba, keduanya memberikan tampilan yang memukau lalu dinyatakan lolos. Saat hari perlombaan tiba, Ita terus saja membanggakan dirinya, menyatakan bahwa pasti ia akan juara. Sebab sebelumnya dia juga pernah menjadi juara waktu kelas 5 SD di lomba pidato. Berbeda dengan Fitri, ia tidak henti-hentinya berdoa dan berlatih, mencoba menghafal kembali teks pidato. Ita pun dipanggil lebih dulu, sang juara kelas 5 SD kini mendadak lupa teks pidato yang sudah dihafalnya.


Setelah itu, Fitri maju dan memberikan penampilan yang sangat bagus. Semua juri kagum termasuk Bu Yati yang saat itu datang untuk menemani mereka lomba. Pengumuman pun tiba, Fitri keluar menjadi juara 1 sedangkan Ita harus menahan air matanya karena dia tidak menang sama sekali Indahnya Berbagi dengan Sahabat Pagi itu hujan turun dengan deras. Ani merasa bingung bagaimana untuk berangkat ke sekolah. Ketika sedang memandang hujan, terdengar suara HP berdering dari kamar Ani, lantas saja


Ani masuk ke kamar dan menjawab telepon. Ternyata yang menghubungi Ani adalah Lia sahabatnya. Dalam teleponnya Lia mengatakan bahwa ia akan menjemput Ani, sebab Lia tahu jika Ani sedang kebingungan bagaimana untuk pergi ke sekolah. Tak selang berapa lama, Lia sudah sampai di depan rumah Ani bersama ayahnya menggunakan mobil. Ani pun bergegas berpamitan pada orang tuannya dan keluar untuk menemui Lia. Setelah sampai di sekolah, yang merupakan teman sebangku tersebut pun masuk menuju kelasnya. Istirahat pun tiba, keduanya pergi ke kantin untuk menghilangkan rasa lapar. Ketika hendak membayar ternyata Lia lupa membawa dompet. Sehingga Ani sang sahabat


membayarkannya Seperti Bunga dan Lebah


“Rif, berikan aku sebuah kisah untuk kujadikan pelajaran” ujar Risa tiba-tiba di sore hari yang sejuk itu. “Hmm, kisah apa ya? Aku bacakan sepenggal kisah tentang analogi Bunga dan Lebah, mau?” jawabku yang berbalas anggukan penuh semangat dari Risa. Seperti bunga dan lebah. Ya, aku lebah dan ia bunganya. Atau mungkin sebaliknya. Aku tak peduli. Simbiosis mutualisme, pikirku. Karena kami saling memberi, dan tanpa sadar saling menerima. Lalu aku mulai meminta lebih banyak. Dan


otomatis ia memberi lebih banyak. Begitu yang kami lakukan sebagai bunga dan lebah. Tapi aku sadar. Mungkin aku bunganya. Objek yang tidak akan pernah bisa berpindah tempat, hanya menunggu untuk disinggahi sesaat. Ia lebahnya. Hadir kala memang saatnya hadir. Pergi kala memang saatnya pergi.


Kala sang bunga menutup diri, berhenti untuk meminta, maka sunyi akan segera tercipta. Sang lebah boleh pergi, mencari keindahan bunga yang lain. Lalu sepi. Risa menatapku dengan nanar, seraya berkata “Tuan Rifazi, sejak kapan kamu pandai bercerita seperti ini?”. “Sejak aku sadar, bahwa aku dan kamu hanya bisa sekedar menjadi teman, Nyonya Risa. Akulah bunganya, dan tentu, kau lebahnya” ujarku, tentu saja hanya berani kusampaikan dalam hati


Click to View FlipBook Version