The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by hartantteack, 2022-05-25 20:39:14

makalah studi hadist

makalah studi hadist

MAKALAH
ALQUR’AN HADIST NABI DAN HADIST QUDSI

Makalah Ini Di Sususn Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
STUDI HADIST

DOSEN PENGAMPU:
Dr.H. Kholilur Rahman, M.Pd.I

DI SUSUN OLEH:
Isabella izzu .A. (2021390101367)

FAKULTAS TARBIYAH ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY
GENTENG-BANYUWANGI
2022

KATA PENGANTAR
Puji Syukur Atas Kehadirat Allah Swt Karena Atas Nikmat Dan Rahmatnya
Saya Dapat Menyelesaikan Makalah Ini Dengan Tujuan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Studi Hadist Yang Berjudul Al Qur’an Hadist Nabi Dan Hadist
Qudsi
Dengan Makalah Ini Saya Berharap Smoga Makalah Ini Dapat Di Terima,
Membawa Manfaat, Dan Menambah Ilmu Pegetahuan Kita Yang Berkaitan
Dengan Al Qur’an Hadist Qudsi Dan Hadist Nabawi. Saya Menyadari Dalam
Proeses Penyusunan Makalah Ini Yang Mungkin Masih Belum Sempurna Untuk
Mempelajari Ini Tidak Lepas Dari Beberapa Hambatan, Tetapi Berkat Bantuan
Dari Beberapa Informasi Yang Saya Dapat Hambatan Itu Dapat Terselesaikan.
Jika Didalam Makalah Ini Ada Hal Hal Yang Kurang Jelas Atau Bahkan Tidak
Sesuai Dengan Pengamatan Peneliti, Dan Jika Ada Penulisan Yang Kurang
Berkenan Saya Sebagai Penyusun Makalah Ini Mohon Maaf Yang Sebesar
Besarnya.

Banyuwangi,04-Maret-2022

DAFTAR ISI

JUDUL……………………………………………..........................………...…….i

KATA
PENGANTAR……………………………………………………...............…….ii

DAFTAR
ISI……………………………………………………………..…..........................iii

BAB I
PENDAHULUAN……………………………………………………….....……..1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………2
C. Tujuan Masalah………………………………………………………..….2
BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………......……3
A. Pengertian Al Qur’an Hadist Nabi Dan Hadis Qutsi……………………...3
B. Fungsi dan kedudukan hukum Islam dalam struktur Al Qur’an Ijma’ dan
Qiyas........................................................................................................................9

BAB III PENUTUP
KESIMPULAN…………………………………...………………………..…….17

DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………..………………….……..18

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al Qur’an Sebagai Sumber Hukum Pertama Dan Utama Dalam Ajaran

Agama Islam Tentunya Menempati Posisi Yang Signifikan.Mengingat
Posisinya Yang Signifikan Itu Maka Di Perlukan Adanya Pemahaman
Yang Kompherensif Terkait Dengan Eksistensi Al Qur’an. Selain Al
Quran,Setiap Muslim Juga Mengenal Adanya Sumber Hukum Yang
Kedua Yakni Al Hadist Atau Sunnah, Baik Hadist Qudsi Maupun Hadist
Nabi.Keduanya Menjadi Sumber Hukum Islam Yang Di Yakini Dan Oleh
Seluruh Umat Islam. Keduanya Memiliki Perbedaan-Perbedaan,
Perbedaan Di Antaranya Harus Di Ketahui Oleh Umat Muslim Sebagai
Landasan Awal Dalam Memahami Keduanya Lebih Lanjut. Pemahaman
Yang Baik Terhadap Keduanya Akan Membawa Pengaruh Terhadap
Qualitas Ibadah Dari Setiap Umat Muslim.

Al Qur’an Di Turunkan Bukan Hanya Untuk Kaum Muslim Atau Suatu
Kelompok Semata, Tetapi Kehadiranya Juga Menjadi Rahmat Bagi Seluru
Umat. Al Qur’an Merupakan Kitab Yang Sanagt Lengkap Tentunya Dia
Memiliki Kelebihan-Kelebihan Karena Al Quran Adalah Kitab Suci
Terakhir Yan Di Turunkan Kepada Umat Manusia Me8lalui Nabi
Muhammad Saw, Untuk Menjadi Pedoman Hidup, Petunjuk-Petunjuk
Yang Di Bawanya Pun Dapat Menyinari Sluruh Isi Alam Ini. Sebagai
Kitab Hidayah Sepanjang Zaman, Al Qur’an Muat Informasi-Informasi
Dasar Tentan Berbagai Masalah, Baik Informasi Tentang
Hukum,Etika,Kedokteran Dan Sebagainya. Hal Ini Merupakan Salah Satu
Bukti Tentang Keluasan Dari Kandungan Al Quran .

B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Al Qur’an Hadist Nabi Dan Hadist Qudsi.
2. Bagaimana Fungsi Dan Kedudukan Hukum Islam Dalam Struktur
Al Qur’an

C. Tujuan masalah
1. Bagaimana Penegertian Alqur’an Hadist Nabi, Dan Hadist Qudsi.
2. Bagaimana Fungsi Dan Kedudukan Hukum Islam Dalam Struktur
Al Qur’an

BAB II

PEMBAHASAN

I. PENGERTIAN HADIST NABI DAN HADIST QUDSI
i. Pengertian Hadist Nabi
 Hadist Nabi Secara Etimologi: Dikutip Dari Buku
Memahami Ilmu Hadits Oleh Asep Herdi, Secara
Etimologis Hadits Dimaknai Sebagai Jadid, Qarib, Dan
Khabar. Jadid Adalah Lawan Dari Qadim Yang Artinya
Yang Baru. Sedangkan Qarib Artinya Yang Dekat, Yang
Belum Lama Terjadi.
 Hadist Nabi Secara Terminology:
Secara Terminologis, Hadits Dimaknai Sebagai Ucapan
Dan Segala Perbuatan Yang Dilakukan Nabi Muhammad
SAW. Sedangkan Secara Bahasa, Hadits Berarti Perkataan,
Percakapan, Berbicara.

Secara Umum Pengertian Istilah Hadist Nabi Adalah Peraturan Sahabat
Tentang Rasulullah, Baik Mengenai Perkataan Pernuatan Atau Taqririyah,
Bahkan Termasuk Sifat Sidfatnya. Jika Peraturan Para Sahabat Itu Menggunakan
Kata Kata Yang Di Pergunakan Nabi, Dinamakan Riwayat Bi Al-Lafd.
Sedangkan Apabila Penuturan Itu Menggunakan Redaksi Para Sahabat Sendiri,
Maka Disebut Riwayat Bi Al-Makna. Jika Yang Di Tuturkan Para Sahabat Itu
Kata-Kata Nabi, Maka Boleh Jadi Penuturan Itu Persis Dengan Redaksi Yang Di
Pergunakan Nabi, Tetapi Ada Pula Penuturan Yang Menggunakan Kalimat Atau
Redaksi Itu Perbuatan,Taqrir, Kebiasaan,Dan Sifat-Sifat Nabi, Maka Tentu
Semuanya Merupakan Periwayatan Makna.

Dari Pengetian Di Astas Maka Termasuk Hadist Nabi Adalah Semua Bentuk
Dan Jenis Penuturan (Periwayatan)Sahabat Tentang Segala Aspek Yang
Berhubungan Dengan Muhammmad Rasulullah, Baik Tentang Segala Aspek
Yang Berhubungan Dengan Nabi Muhammmad SAW, Baik Tentang Hasil-Hasil

Pemikiran Qaul,Sikap Maupun Keseluruhan Sifat-Sifat Beliau, Baik Yang
Bersifat Fisik Maupun Non Fisik, Baik Yang Berhubungan Dengan Aktivitas
Ritual, Kemasyarakatan Dan Kenegaraan Maupun Aktivitas Pribadi Rasul, Yang
Berhubungan Dengan Keluarga Ataupun Yang Berhubungan Dengan Dirinya
Sendiri. Jadi Yang Dinamakan Hadist Nabi Bukan Hanya Riwayat Tentang
Bagaimana Cara Nabi Melakukan Shalat, Zakat, Puasa Dan Hajji Saja, Tetapi
Periwayatan Tentang Bentuk Tubuh Dan Gambaran Fisikal Nabi Yang Lainya
Juga Termasuk Dinamakan Hadist Nabi.

Secara Umum Hadist Nabi Dapat Dipahami Identic Dengan Sunah Nabi. Para
Ahli Hadist Dan Banyak Di Antara Kita Menyamakan Keduanya. Tetapi
Penyamaan Ini Sebenarnya Terjadi Akibat Perkembangan Yang Di Lalui Oleh
Sunnah Dan Hadist Nabi. Untuk Kepentingan Fiqh Dan Penetapan Hokum, Para
Ulama Ushul Fiqh Membedakanya. Mereka Mengartikan Sunnah Nabi Sebagai
Segala Sesuatu Yang Dating Dari Nabi Sebagai Segala Sesuatu Yang Dating Dari
Nabi SAW, Selain Al Qur’an Baik Berupa Ucapan, Perbuatan, Dan Taqrir Nabi
Yang Layak Untuk Dijadikan Dalil Hokum Syar’i Jadi Menurut Ulama Ushul,
Tidak Semua Hadist Dapat Dinyatakan Sebagai Sunnah Nabi.

ii. Pengertian Hadist Qudsi
 Hadist Qudsi Secara Etimologi:( ‫ ) الحديث‬Segala Yang
Dinisbahkan Kepada Nabi Muhammad, Baik Berupa
Ucapan, Perbuatan, Persetujuan, Atau Karakter, Kemudian
Qudsi ( ‫ ) القدسي‬Secara Bahasa Diambil Dari Kata Quddus,
Yang Artinya Suci.
 Hadist Qudsi Secara Terminology:.Hadits Qudsi Adalah
Hadits Yang Secara Makna Datang Dari Allah, Sementara
Redaksinya Dari Rasulullah. Hadits Qudsi Diartikan
Sebagai Berita Dari Allah Kepada Nabi-Nya Melalui Ilham
Atau Mimpi, Kemudian Rasulullah SAW Menyampaikan
Hal Itu Dengan Ungkapan Beliau Sendiri.

“Hadis Qudsi Adalah Wahyu Yang Di Turunkan Kepada Nabi Muhammad
Dengan Tanpa Perantara Malaikat Melainkan Dengan Ilham Atau Mimpi. Ada
Kalanya Hadis Qudsi Itu Turun Berupa Lafadz Dan Maknanya Dan Adakalanya
Lafadznya Saja Dan Kemudian Nabi Sendiri Yang Mengungkapkan Dengan
Beberapa Lafadz Dari Dirinya Sendiri Yang Di Nisbahkan Kepada Allah Dan
Membaca Hadis Qudsi Tersebut Tidak Di Anggap Ibadah Dan Jga Tidak
Mengandung Mukjizat”.

Meski Hadis Qudsi Disebut Hadis Ilahi Atau Juga Hadis Robbani Karena
Bersumber Dari Allah Subhanahu Wata’ala, Namun Hadis Qudsi Bukanlah Al-
Qur’an. Tidak Boleh Menyamakan Kedudukan Al-Qur’an Dengan Hadis Qudsi.

Dalam Kitab At-Tahbir Fi Ilmittafsir Halaman 39, Imam As-Suyuthi Tidak
Memasukkan Hadis Qudsi Kepada Pengertian Al-Quran.

‫منه بسورة للإعجاز وسلم عليه الله صلى محمد على المنزل الكلام فهو العرف في وأما‬، ‫على بالمنزل فخرج‬
‫وسلم عليه الله صلى محمد‬: ‫والإنجيل التوراة‬، ‫الكتب وسائر‬، ‫وبالإعجاز‬: ‫كحديث القدسية الربانية الأحاديث‬
‫الصحيحين‬

“Adapun Pengertian Al-Qur’an Secara ‘Uruf (Definisi Umumnya Ulama) Adalah
Wahyu Allah Yang Diturunkan Kepada Nabi Muhammad Shollallahu ‘Alaihi
Wasallam Yang Mempunyai Muatan Mukjizat Dalam Setiap Satu Suratnya. Tidak
Termasuk Pada Definisi Al-Quran Yang Diturunkan Kepada Nabi Muhammad
Adalah Kitab Taurat, Injil Dan Kitab-Kitab Yang Lain. Tidak Termasuk Yang
Mempunyai Mukjizat Adalah Hadis-Hadis Yang Dinisbahkan (Seperti Hadis
Qudsi) Kepada Allah Yang Suci, Sebagaimana Hadis (Yang Di Riwayatkan)
Imam Bukhori Dan Muslim”.

Jumlah Hadis Qudsi

Jumlah Hadis Qudsi Tidak Sebanyak Hadis Nabawi Yang Jumlahnya Menurut
Sebagian Ulama Lebih Dari Seratus Ribu Hadis. Secara Keseluruhan Jumlah
Hadis Qudsi Masih Kisaran Ratusan Hadis, Itupun Jika Dihitung Dengan Redaksi

Atau Riwayat Yang Diulang-Ulang. Ulama Berbeda Pendapat Perihal Kepastian
Jumlah Hadis Qudsi.

Menurut Imam Ahmah Ibnu Hajar, Ulama Yang Mensyarahi Kitab Hadis
Araba’in An-Nawaiyah, Jumlah Hadis Qudsi Lebih Dari 100 Hadis. Imam Al-
Munawi Dalam Kitabnya Al-Ithafatu As-Saniyah Bi Al-Ahaditsi Al-Qudsiyah
Menyebutkan Jumlah Hadis Qudsi Sebanyak 272 Hadis.

Sebagian Ulama Lain Mengatakan Bahwa Jumlah Hadis Qudsi Sebanyak 100
Hadis Atau Lebih Sedikit.

Terlepas Dari Perbedaan Ulama Dalam Mendefinisikan Jumlah Hadis Qudsi Dan
Jumlahnya, Berikut Adalah Contoh-Contoh Hadis Qudsi Yang Sering Kita
Dengar:

‫ َعنهُ ّل َلاُ َر ِض َي ُه َري َرةَ أَبِي َعن‬، ‫ َقا َل َو َسلَ َم َعلَي ِه ّل َلاُ َصلَى ّل َل ِا َر ُسو َل أَ َن‬: ” ‫ّل َلاُ َقا َل‬: ‫آدَ َم اب َن َيا أَن ِفق‬، ‫أُن ِفق‬
‫َعلَي َك‬

“Diriwayatkan Dari Abi Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu Sesungguhnya Rasulullah
Shollallahu’alaihi Wasallam Bersabda, “Allah Subhanahu Wa Ta’ala Berfirman,
Berinfaklah Wahai Anak Adam, (Jika Kamu Berbuat Demikian) Aku Memberi
Infak Kepada Kalian”.(HR. Bukhari Dan Muslim)

‫ َقا َل َعنهُ ّل َلاُ َر ِض َي ُه َري َرةَ أَبِي َعن‬: ‫ َوسَ َل َم َع َلي ِه ّل َلاُ َص َلى ال َن ِبي قَا َل‬: “‫تَعَالَى ّل َلاُ يَقُو ُل‬: ‫َعب ِدي َظ ِن ِعندَ أَنَا‬
‫ ِبي‬، ‫ذَ َك َرنِي إِذَا َم َعهُ َوأَ َنا‬..”

Diriwayatkan Dari Abu Hurairah Radiyallahu ‘Anhu Beliau Berkata, Telah
Bersabda Rasulullah Shollallahu’alaihi Wasallam, “Telah Berfirman Allah
Subhanahu Wa Ta’ala, ‘Aku Adalah Sebagaimana Prasangka Hambaku
Kepadaku, Dan Aku Bersamanya Ketika Dia Mengingatku..”(HR. Bukhori Dan
Muslim).

Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadis Qudsi

Perbedaan Al-Qur’an Dengan Hadis Qudsi, Selain Prosesnya Turunnya Beda,
Kedudukan Dan Fungsinyapun Juga Beda;

a) Al-Qur’an Adalah Mukjizat Yang Terjaga Sepanjang Masa Dari Segala
Pengubahan, Serta Lafadznya Dan Seluruh Isinya Sampai Taraf Hurufnya,
Tersampaikan Secara Mutawatir.

b) Al-Qur’an Tidak Boleh Diriwayatkan Maknanya Saja. Ia Harus
Disampaikan Sebagaimana Adanya. Berbeda Dengan Hadits Qudsi, Yang
Bisa Sampai Kepada Kita Dalam Hadis Yang Diriwayatkan Secara Makna
Saja.

c) Dalam Madzhab Syafi’i, Mushaf Al-Qur’an Tidak Boleh Dipegang Dalam
Keadaan Berhadats Kecil, Serta Tidak Boleh Dibaca Saat Berhadats Besar.
Sedangkan Pada Hadis Qudsi, Secara Hukum, Ia Boleh Dibaca Dalam
Kondisi Berhadats.

d) Hadits Qudsi Tentu Tidak Dibaca Saat Shalat, Berbeda Dengan Ayat Al-
Qur’an.

e) Membaca Al-Qur’an, Membacanya Adalah Ibadah, Dan Setiap Huruf
Mendapat Sepuluh Kebaikan, Sebagaimana Disebutkan Dalam Banyak
Hadits.

f) Al-Qur’an Adalah Sebutan Yang Memang Berasal Dari Allah, Beserta
Nama-Nama Al-Qur’an Yang Lainnya.

g) Al-Qur’an Tersusun Dalam Susunan Ayat Dan Surat Yang Telah
Ditentukan.

h) Lafadz Dan Makna Al-Qur’an Sudah Diwahyukan Secara Utuh Kepada
Nabi Muhammad, Sedangkan Lafaz Hadits Qudsi Bisa Hanya
Diriwayatkan Oleh Para Periwayat Secara Makna.

Demikian Pengetahuan Mengenai Istilah Hadis Qudsi, Setelah Mengetahui
Pengertian Dan Perbedaannya Dengan Al-Qur’an, Tidak Ada Alasan Bagi
Tiap Muslim Untuk Berpaling Atau Menolak Hadits Qudsi. Semoga
Penjelasan Ini Dapat Menambah Ilmu Dan Manfaat Bagi Pembacanya.

II. FUNGSI DAN STRUKTUR HUKUM ISLAM DALAM STRUKTUR
AL-QUR,AN, IJMA’DAN QIYAS

 Fungsi hadist
Dalam Uraian Tentang Al-Qur’an Telah Dijelaskan Bahwa Sebagian

Besar Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an Adalah Dalam Bentuk Garis
Besar Yang Secara Amaliyah Belum Dapat Dilaksanakan Tanpa Penjelasan
Dari Hadits. Dengan Demikian Fungsi Hadits Yang Utama Adalah Untuk
Menjelaskan Al-Qur’an. Hal Ini Telah Sesuai Dengan Penjelasan Allah
Dalam Surat An-Nahl :64
Artinya: Dan Kami Tidak Menurunkan Kepadamu Al-Kitab (Al Quran) Ini,
Melainkan Agar Kamu Dapat Menjelaskan Kepada Mereka Apa Yang
Mereka Perselisihkan Itu.

Dengan Demikian Bila Al-Qur’an Disebut Sebagai Sumber Asli Bagi
Hukum Fiqh, Maka Hadits Disebut Sebagai Bayani. Dalam Kedudukannya
Sebagai Bayani Dalam Hubungannya Dengan Al-Qur’an, Ia Menjalankan
Fungsi Senagai Berikut :

1. Menguatkan Dan Mengaskan Hukum-Hukumyang Tersebut Dalam
Al-Qur’an Atau Disebut Fungsi Ta’kid Dan Taqrir. Dalam Bentuk Ini
Hadits Hanya Seperti Mengulangi Apa-Apa Yang Tersebut Dalam
Al-Qur’an. Umpanya Firman Allah Dalam Surat Al-Baqarah :110
Yang Artinya :

“ Dan Dirikanlah Sholat Dan Tunaikanlah Zakat “ Ayat Itu Dikuatkan Oleh
Sabda Nabi Yang Artinya :
“ Islam Itu Didirikan Dengan Lima Pondasi : Kesaksian Bahwa Tidak Ada
Tuhan Selain Allah Dan Muhammad Adalah Rasulullah, Mendirikan Shalat,
Menunaikan Zakat.

2. Memberikan Penjelasan Terhadap Apa Yang Dimaksud Dalam Al-Qur’an Dalam
Hal :

3. Menjelaskan Arti Yang Masih Samar Dalam Al-Qur’an
4. Merinci Apa-Apa Yang Dalam Al-Qur’an Disebutkan Secari Garis Besar.
5. Membatasi Apa-Apa Yang Dalam Al-Qur’an Disebutkan Secara Umum
6. Memperluas Maksud Dari Sesuatu Yang Tersebut Dalam Al-Qur’an

Contoh Menjelaskan Arti Kata Dalam Al-Qur’an Umpamanya Kata Shalat
Yang Masih Samar Artinya, Karena Dapat Saja Shalat Itu Berarti Do’a
Sebagaimana Yang Biasa Dipahami Secara Umum Waktu Itu. Kemudian Nabi
Melakukan Serangkaian Perbuatan, Yang Terdiri Dari Ucapan Dan Pebuatan
Secara Jelas Yang Dimulai Dari Takbiratul Ihram Dan Berakhir Dengan Salam.
Sesudah Itu Nabi Bersabda :Inilah Shalat Itu, Kerjakanlah Shalat Sebagimana
Kamu Melihat Saya Mengerjakan Shalat.
 Menetapkan Suatu Hukum Dalam Hadits Yang Secara Jelas Tidak Terdapat
Dalam Al-Qur’an. Dengan Demikian Kelihatan Bahwa Hadits Menetapkan
Sendiri Hukumyang Tidak Ditetapkan Dalam Al-Qur’an. Fungsi Hadits Dalam
Bentuk Ini Disebut Itsbat. Sebenarnya Bila Diperhatikan Dengan Teliti Akan Jelas
Bahwa Apa Yang Ditetapkan Hadits Itu Pada Hakikatnya Adalah Penjelasan
Terhadap Apa Yang Disinggung Al-Qur’an Atau Memperluas Apa Yang
Disebutkan Al-Qur’an Secara Terbatas. Umpamanya Allah SWT Mengharamkan
Memakan Bangkai, Darah, Dan Daging Babi. Larangan Nabi Ini Menurut
Lahirnya Dapat Dikatakan Sebagai Hhukum Baru Yang Ditetapkan Oleh Nabi,
Karena Memang Apa Yang Diharamkan Nabi Ini Secara Jelas Tidak Terdapat
Dalam Al-Qur’an. Tetapi Kalau Dipahami Lebih Lanjut Larangan Nabi Itu
Hanyalah Sebagai Penjelasan Terhadap Larangan Al-Qur’anlah Memakan Sesuatu
Yang Kotor.

 Kedudukan Dan Fungsi Hadist Nabi
Pada Zaman Rasulullah Saw (632 M) Umat Islam Telah Sepakat Bahwa
Hadist Nabi (Sunnah Nabi) Merupakan Salah Satu Sumber Ajaran Islam, Di

Samping Al-Qur’an. Bahkan Pada Masa Khulafa’al-Rasyidin (632-661m) Dan
Bani Umaiyah (661-750 M) Belum Terlihat Secara Jelas Adanya Umat Islam
Yang Menolak Hadist Nabi Sebagai Bagian Dari Dalil Syar’i. Gerakan
Penolakan Dari Segelintir Umat Baru Terlihat Pada Awal Masa Kekhalifahan
Abbasiyah (750-1258 M)Dalam Kitab Al Umm.

Kelompok Ini Di Bagi Menjadi 3 Yaitu:
1. Kelompok Yang Menolak Keseluruhan Hadist Nabi.
2. Kelompok Yang Menolak Hadist-Hadist Yang Tidak Memiliki
Kesamaan Dalam Al-Qur’an.
3. Kelompok Yang Menolak Hadist Yang Bestatus Ahad.

Dalam Pada Itu Para Ulama Yang Membela Hadist Nabi Sebagai Dalil
Syar’i Yang Otoritatif Sejak Zaman Nabi Hingga Saat Ini Jumlahnya Tetap
Sangat Besar. Dalam Upaya Melestarikan Dan Mempertahankan Otoritas
Kehujjahan Hadist, Para Ulama Telah Melakukan Penelitian Mendalam,
Menyusun Berbagai Buku/Kitab, Merumuskan Berbagai Istilah, Metode Dan
Berbagai Kaidah Yang Dapat Di Pertanggung Jawabkan Secara Ilmiyah.

 Kedudukan Dan Fungsi Hadist Qudsi

Dikatakan Bahwa Hadis Qudsi Adalah Firman Allah. Bukankah Al-Quran
Juga Firman Allah? Lantas Apa Bedanya Al-Quran Dengan Hadist Qudsi ?

Berikut Perbedaan Sederhana Antara Keduanya.

Al-Quran Merupakan Kalam Allah Yang Diturunkan Kepada Nabi
Muhammad Saw Melalui Perantara Malaikat Jibril.

Hadist Qudsi Merupakan Kalam Allah Yang Diturunkan Kepada Nabi
Muhammad Saw, Kadang Melalui Perantara Malaikat Jibril, Kadang Allah
Memberikan Ilham Langsung Kepada Nabi Muhammad Saw.

Al-Qur’an: Al-Quran Qat’iyatssubut, Karena Seluruhnya Mutawatir.
Membacanya Bagian Dari Ibadah (Muta’abbid Bitilawatihi). Setiap Hururf
Dalam Bacaan, Akan Diberi Pahala.

Hadist Qudsi: Hadis Qudsi Ada Yang Shahih, Dhaif Dan Maudhu.
Membacanya Tidak Dianggap Sebagai Ibadah. Dengan Kata Lain Dalam
Setiap Huruf Yang Dibaca Tidak Ada Pahala Kebaikan.

Al Quran: Dibagi Menjadi Surat, Ayat Dan Juz. Lafal Dan Maknanya Dari
Allah.

Hadist Qudsi: Tidak Dibagi-Bagi Seperti Al-Quran. Makna Dari Allah Dan
Lafal Dari Rasul.
Al-Qur’an: Mereka Yang Inkar Terhadap Al-Quran Dianggap Kafir. Dan
Tidak Boleh Meriwayatkan Dengan Makna Secara Substantif.

Hadist Qudsi: Mereka Yang Inkar Tidak Dianggap Kafir. Dan Boleh
Meriwayatkan Dengan Makna Secara Substantif.

Al-Quran: Allah Menantang Orang Untuk Dapat Menandingin Al-Quran

Hadist Qudsi: Allah Tidak Menantang Orang Untuk Membuat Seperti Hadis
Qudsi.

 Struktur Hukum Islam

Pada Dasarnya Pemikiran Rahman Tentang Al-Qur`An Dan Sunnah

Sama Persis Sebagaimana Pandangan Kalangan Tradisionalis Terkait
Dengan

Kesahihan Dan Keharusan Berlandaskan Terhadap Qur`An Dan Sunnah.

Tetapi Dalam Keberlanjutan Masa, Al-Qur`An Dan Sunnah Tidak Lagi
Dapat

Menjawab Perkembangan Sebagaimana Sedari Awal Keduanya Ada.
Sehingga

Disinilah Peranan Kedua, Berupa Akal Dan Pemahaman Manusia Pun Ikut

Diterima.

1. Al-Qur`An

Berdasarkan Proses Pewahyuan, Rahman Memaparkan Bahwa,
Alqur`An Turun Secara Berangsur Dan Diterima Oleh Nabi. Pada Mulanya
Ayat Turun Dalam Bentuk Pendek Dan Berangsur Menjadi Lebih Panjang.
Surahsurah Pendek Tersebut Terpetakan Oleh Rahman Terdapat Pada
Periode Makkah, Dikemudian Dikenal Dengan Istilah Surah Makkiyah.
Rahman Melihat Awal Ayat Surah Makkiyah Yang Ringkas Namun
Meledak-Ledak Tersebut Adalah Sarat Dengan Momen Psikologis Yang
Dalam Dan Kuat. Digambarkan Olehnya Bahwa, Ada Semacam Penekanan
Suara Menyeruak Dari Kedalaman Hidup Dan Menghantam Pikiran Nabi,
Berusaha Mengemuka Di Alam Sadar. Tekanan Suara Itupun Berangsur
Menjadi Ringan Dan Fasih Seiring Bertambahnya Muatan Hukum Yang
Mengatur Dan Mengarahkan Masyarakat Islam Yang Baru Lahir, Terutama
Pada Periode Madaniyyah.

Proses Pewahyuan Yang Digambarkan Oleh Rahman Tersebut,
Merupakan Bagian Awal Bagaimana Sesungguhnya Al-Qur`An Diterima
Oleh Nabi. Rahman Mengatakan Al-Qur`An Adalah Firman Tuhan (Kalam
Allah). Nabi Muhammad Saw Mayakini Bahwa Ia Adalah Penerima Pesan
Allah, Sehingga Ia Menolak, Atas Daya Kesadaran Ini, Sejumlah Klaim
Utama Tradisi Yudeo-Kristen Tentang Ibrahim Dan Nabi Lainnya.Tentang
Isi Kandungan Al-Qur`An, Rahman Memaparkan Konsepsi Umat Muslim
Mengenai Al-Qur`An Pada Dasarnya Adalah Kitab Tentang Prinsip Dan
Seruan Moral Keagamaan, Bukan Dokomen Hukum. NamunRahman Juga
Mengakui, Al-Qur`An Memang Memuat Beberapa Pernyataan Hukum
Penting Yang Muncul Semasa Proses Pembinaan Masyarakat Di Madinah.14

Bahkan Menurutnya, Bagian Al-Qur`An Yang Menetapkan Hukum Secara
Ketat Relative Sedikit, Kecuali Pernyataan Terperinci Mengenai Hukum
Waris Dan Pidana Seperti Pencurian Dan Perzinahan.

2. Sunnah

Mengenai Sunnnah, Rahman Mengatakan Sebagai Sebuah Ideal Yang

Hendak Dicontohkan Persis Oleh Generasi-Generasi Muslim Pada Masa

Lampau, Dengan Menafsirkan Keteladanan-Keteladanan Nabi Berdasarkan

Kebutuhan Mereka Yang Baru Dan Materi-Materi Baru Yang Mereka
Peroleh,

Dan Bahwa Penafsiran Yang Kontinu Dan Progresif Ini, Meski Berbeda
Pada

Daerah Berbeda, Dapat Disebut Pula Sebagai Sunnah.17 Dengan Kata Lain,

Sunnah Dalam Pengertian Rahman Dapat Mengadung Dua Arti: Sunnah
Atau

Preseden Yang Otoritatif Dapat Bersumber Dari Setiap Orang Yang
Kompeten

Dan Bahwa Sunnah Nabi Saw, Jauh Lebih Tinggi Dari Pada Preseden-
Preseden

Lainnya Dan Memiliki Prioritas Di Atas Preseden-Preseden Tersebut

Terkait Pembagian Sunnah Ini, Rahman Menjelaskan Lebih Jauh Apa

Yang Dimaksud Dengan Sunnah Dari Orang-Orang Yang Dianggap Kopeten

Yaitu Setiap Hal Yang Datang Dari Empat Generasi Pertama Dari Khulafa`
ArRasyidin, Dan Sunnah Para Sahabat. Kata Rahaman Masing-Masing
Disebut

Sunnah Secara Derivative Karena Generasi Ini Dipandang Sebagai
Pengejewantahan Sunnah Nabi.18 Belakangan Rahman Menyebutkan Istilah
Sunnah Pada Tindakan Para Sahabat Tidak Berlaku Lagi Sebagaimana Pada
Masa Generasi Awal Dan Berganti Dengan Sebutan Jin.
3. Relasi Ijma`dan Qiyas
Rahman sendiri menawarkan konsepsi baru mengenai ijama`.
Menurut Rahman, ijma` adalah suatu consensus umat melalui ijtihad (jihad
intlektual) oleh masyarakat untuk memahami suatu teks al-qur`an atau
sunnah melalui interkasi ide yang relevan dalam situasi dan kondisi yang
tidak monolitis, bersifat local dan regional serta tidak bersifat ma`shum
(tidak mungkin salah).20 Bedasarkan definisi tersebut, rahman hendak
menegaskan bahwa, proses pencapaian ijma` bermula dari perbedaan
penafsiran yang kemudian menimbulkan pendapat umum dan berlangsung
secara demokratis.21 Karakter lain dari ijma` menurut Rahman ialah ijma`
tidak meniadakan perbedaan pendapat, bahkan ia mampu tegak di atas
perbedaan, dan memiliki karakter regional.

BAB III

KESIMPULAN

 Dari Pengetian Di Astas Maka Termasuk Hadist Nabi Adalah Semua
Bentuk Dan Jenis Penuturan (Periwayatan)Sahabat Tentang Segala
Aspek Yang Berhubungan Dengan Muhammmad Rasulullah, Baik
Tentang Segala Aspek Yang Berhubungan Dengan Nabi Muhammmad
Saw, Baik Tentang Hasil-Hasil Pemikiran Qaul,Sikap Maupun
Keseluruhan Sifat-Sifat Beliau.

 Hadis Qudsi Adalah Wahyu Yang Di Turunkan Kepada Nabi
Muhammad Dengan Tanpa Perantara Malaikat Melainkan Dengan Ilham
Atau Mimpi.

 Dalam Uraian Tentang Al-Qur’an Telah Dijelaskan Bahwa Sebagian
Besar Ayat-Ayat Hukum Dalam Al-Qur’an Adalah Dalam Bentuk Garis
Besar Yang Secara Amaliyah Belum Dapat Dilaksanakan Tanpa
Penjelasan Dari Hadits. Dengan Demikian Fungsi Hadits Yang Utama
Adalah Untuk Menjelaskan Al-Qur’an. Dan Mengaskan Hukum-
Hukumyang Tersebut Dalam Al-Qur’an Atau Disebut Fungsi Ta’kid Dan
Taqrir. Dalam Bentuk Ini Hadits Hanya Seperti Mengulangi Apa-Apa
Yang Tersebut Dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Nawawi.m pengantar studi hadist kompertais iv press Surabaya 2010

https://mui.or.id/opini/30451/mengenal-hadist-qudsi-pengertian-dan-
perbedaanya-dengan-al-quran/

jurnal/https;//adoc.pub/ kedudukan dan fungsi hadist sebagai sumber hukum
islam vol;14 no:3 tahun 2010 di akses pada 9 april 2022 jam 02.00wib.

jurnal struktur hukum islam studi pemikiran fazlur rahman vol:1 no:1 tahun
2020 di akses pada 12 april 2022 jam 19.00wib.


Click to View FlipBook Version