Semua ini sungguh terasa mengharukan. Indah! Hari itu, sore itu, waktu itu, penduduk langit mencatatnya dengan baik. (Oo-dwkz-oO) Maha suci Engkau, ya Allah! Yang selalu menepati janji. Cukuplah percaya dengan satu janjiMu, Maka kehidupan di dunia ini akan terasa jauh lebih indah.... Semua akan terasa jauh lebih indah. (Oo-dwkz-oO) Epilog: Sore itu, 21 Mei 2005. Delisa melanjutkan belajar menggurat kaligrafi di atas pasir di dalam ember plastik. Kak Ubai mengajarkan mereka menulis kata-kata Ummi! Dan Delisa menggurat "wajah" Ummi di atas pasirnya. Sore datang menjelang. Matahari senja pelan menghujam bumi di ujung cakrawala. Dari atas lereng bukit ini Delisa dan teman-temannya bisa melihat matahari tenggelam di laut Lhok Nga di kejauhan. Jingga. Saat mereka akan pulang. Delisa ingin mencuci kedua tangannya yang kotor oleh pasir ke sungai kecil di dekat lapangan tersebut. Kak Ubai membiarkan saja, meskipun anak-anak yang lain cukup mengibas-ngibaskan tangannya. Mereka bersiap-siap pulang. Memasukkan ember-ember plastik ke dalam mobil. Melipat tikar. Membersihkan sampah-sampah. Delisa sedang menuju tempat pertemuannya. Ketika Delisa patah-patah menuruni sungai kecil tersebut. Ketika Delisa menyibak rambut ikal pirangnya yang menutupi Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
dahi. Ketika ujung jemari Delisa menyentuh sejuknya air sungai. Ketika itulah. Seekor burung belibis terbang di atas kepalanya. Memercikkan air di mukanya. Delisa terperanjat. Mengangkat kepalanya. Menatap burung tersebut yang terbang menjauh. Ketika itulah, Delisa menatap sesuatu di seberang sungai yang lebarnya hanya berbilang dua-tiga meter tersebut. Sesuatu di seberang. Kemilau kuning. Indah menakjubkan memantulkan cahaya matahari senja. Sesuatu itu terjuntai. Terjuntai di sebuah semak belukar. Semak belukar itu juga indah. Semak belukar liar itu sedang berbuah. Buahnya kecil-kecil. Berwarna merah-ranum. Memenuhi seluruh permukaannya. Delisa gementar menyeberangi sungai. Celananya basah hingga sepaha. Delisa gentar sekali. Ya Allah! Seuntai kalung tersangkut. Seuntai kalung yang indah. Delisa serasa mengenalinya. Ya Allah, ada huruf D di sana. D untuk Delisa. Delisa terkesiap. Tidak! Bukan karena menatap kalung tersebut. Di sana. Di atas semak belukar yang merah oleh buahnya. Di sana! Delisa tidak terkesiap oleh kalung tersebut! Kalung itu bukan tersangkut di dedahanan. Tidak tersangkut di dedaunan. Kalung itu tersangkut di tangan. Tangan yang sudah menjadi kerangka. Sempurna kerangka manusia. Putih. Tulang-belulang. Utuh. Bersandarkan semak belukar tersebut. "U-m-m-i!" Delisa jatuh terjerambab ke dalam sejuknya air sungai. Delisa buncah oleh sejuta perasaan itu. Delisa— Ummi.... Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
(Oo-dwkz-oO) Dan seribu malaikat yang mengungkung bukit mengucap namaMu.... Seribu malaikat yang mengungkung bukit melesat ke atas langit.... Kembali! Semua urusan sudah usai. (Oo-dwkz-oO) Tiraikasih Website http://kangzusi.com/