1
MODUL
Keragaman Budaya di Indonesia
Wilayah Jawa Tengah & DIY
OLEH
1.Angga Rizky Gagah Syahputra (201933285)
2.Ryan Peby Andriani (201933298)
3.Hiqmatul Ika Yulianti (201933301)
4.Muhammad Musa Alfa Hidayatullah (201933308)
UNIVERSITAS MURIA KUDUS
Kampus Gondangmanis PO.BOX 53 Bae Kudus
Telpon : (0291) 438229 , Fax. (0291) 437198
i
PRAKATA
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esakarena atas limpahan rahmat-
Nya sehinga kami dapat menyelesaikan modul Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) untuk
siswa kelas 5 Sekolah Dasar. Modul ini disusun berdasarkan Standar K13 yang
lebih menempatkan siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran. Modul ini
juga dilengkapi dengan latihan soal untuk menguji pemahaman siswa terkait materi
yang terdapat pada modul. Dalam modul Ilmu Pengetahuan Sosial ini akan dibahas
tentang “Keragaman Budaya di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY)”.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun modul ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
kesempurnaan modul ini.
Kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu proses
penyelesaian modul ini, terutama dosen pengampu mata kuliah Aplikasi IPS ibu
Imaniar Purbasari S.Pd, M.Pd , yang telah membimbing dalam penyusunan modul ini.
Semoga modul ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya para peserta
didik.
Pati, 24 November 2020
Penulis
ii
DAFTAR ISI
MODUL............................................................................................................................................... i
PRAKATA .......................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................................... iii
PETA KEDUDUKAN MODUL..........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................1
A. Latar belakang .......................................................................................................................1
B. Deskripsi.................................................................................................................................1
C. Prasyarat ............................................................................................................................... 2
D. Manfaat Modul...................................................................................................................... 2
E. Petunjuk Penggunaan Modul ................................................................................................... 2
F. Tujuan Akhir ......................................................................................................................... 3
Peta Konsep................................................................................................................................... 4
BAB II PEMBELAJARAN.....................................................................................................................5
KEBUDAYAAN ................................................................................................................................. 5
TRADISI MASYARAKAT ........................................................................................................... 12
BUDAYA MASA LAMPAU, MASA KINI, MASA DEPAN........................................................ 30
BAB III EVALUASI...................................................................................................................... 38
Soal-soal ...................................................................................................................................... 38
Pedoman penilaian ...................................................................................................................... 39
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................... 40
A. KESIMPULAN..................................................................................................................... 40
B. Saran....................................................................................................................................40
GLOSARIUM.................................................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 42
iii
PETA KEDUDUKAN MODUL
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
3. Memahami pengetahuan faktual 3.2 Mengidentifikasi keberagaman
dengan cara mengamati dan menanya sosial, budaya, etnis, dan agama di
berdasarkan rasa ingin tahu tentang provinsi setempat sebagai identitas
dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan bangsa Indonesia; serta hubungannya
kegiatannya, dan benda-benda yang dengan karakteristik ruang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain
4. Menyajikan pengetahuan factual 4.2 Menyajikan hasil identifikasi
dalam karya yang estetis, dalam mengenai keberagaman sosial,
gerakan yang mencermikan anak ekonomi, budaya, etnis, dan agama di
sehat, dan dalam tindakan yang provinsi setempat sebagai identitas
mencermikan perilaku anak bermain bangsa Indonesia; serta hubungannya
dengan berakhlak mulia dengan karakteristik ruang.
iv
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dengan diberlakukannya standar isi untuk satuan pendidikan dasar, maka
penyusun modul menjadi suatu tuntunan bagi para guru. Apalagi dalam upaya untuk
meningkatkan kemandirian dan kreatif siswa dalam belajar, maka modul merupakan
suatu bahan ajr yang tepat digunakan.
Kemudian, diharapkan setelah mempelajari modul ini siswa akan memperoleh
pemahaman tentang konsep-konsep yang berkaitan dengan lingkungannya.
Kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, memecahkan
masalah dan keterampilan didalam lingkungan. Setelah itu, diharapkan pembaca
juga akan memiliki kemampuan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
B. Deskripsi
Dalam modul ini akan mempelajari keragaman budaya di Jawa Tengah dan
DIY. Kegiatan belajar yang terdiri dari kegiatan:
1. Membahas tentang definisi budaya dan konsep budaya.
2. Membahas tentang perkembangan budaya hanya mencakup tradisi di Jawa
Tengah dan DIY dari masa lampau, sekarang dan yang akan datang
3. Membahas tentang dampak pelestarian budaya.
Dalam pembelajaran pertama akan menjelaskan pengertian dari budaya dan akan
dijabarkan tradisi yang menjadi budaya di daerah Jawa Tengah dan DIY. Kemudian
dalam kegiatan kedua akan dijelaskan tentang perkembangan budaya yang
mengalami perbedaan dari masa lampau kemudian saat ini kemudian perkiraan apa
mengalami perubahan yang bagaimana. Dan kegiatan ketiga akan menjelaskan
tentang bagaimana peran masyarakat dalam melestarikan tradisi yang menjadi
budaya.
1
Modul ini merupakan bahan sebagai pelengkap materi IPS yang menjelaskan
tentang keragaman budaya di Indonesia ( wilayah Jawa Tengah dan DIY), sehingga
siswa dapat lebih memahaminya materi tersebut.
C. Prasyarat
Prasyarat yang di pelajari untuk mempelajari modul ini adalah siswa
diharapkan membaca dan mencoba memahami isi dan modul ini, kemudian
mengaplikasikannya dalam diri siswa. Hal ini dimaksudkan agar tujuan dari materi
yang di paparkan dapat tercapai secara optimal dan siswa dapat mengatasi
masalah yang di alami.
D. Manfaat Modul
Modul ini diharapkan dapat membantu siswa untuk memahami tentang
kebudayaan yang berada di sekitar daerah.
E. Petunjuk Penggunaan Modul
1.Petunjuk bagi Guru
a) Guru memberikan pengarahan kepada siswa sebelum belajar
menggunakan modul.
b) Guru menjawab pertanyaan dari siswa.
2
2. Petunjuk bagi Siswa
a) Baca deskripsi singkat isi deskripsi modul agar mengetahui
gambaran isi modul.
b) Sebelum mempelajari isi modul, baca terlebih dahulu tujuan
pembelajaran dan apresiasi setiap kegiatan belajar
c) Bacalah isi modul secara cermat, bila sekiranya ada yang kurang
jelas tanyakan pada temanmu yang kamu anggap bisa. Jika masih
belum jelas mintalah penjelasan guru.
d) Kerjakan soal evaluasi dengan sungguh-sunggguh dan cocokan
dengan kunci jawaban yang telah disediakan di modul bagian
belakang.
F. Tujuan Akhir
1. Siswa mampu menjelaskan mengenai apa itu budaya.
2. Siswa mengetahui apa yang menjadi tradisi di Jawa Tengah dan DIY.
3. Siswa dapat mengidantifikasi tradisi apa yang didaerah mereka.
3
Peta Konsep
Keragaman
Budaya
Indonesia
Jawa Tengah dan
DIY
kebudayaan Budaya Masa
Lampau, Masa
Kini, dan Masa
Depan
Tradisi
Masyarakat
Jawa Tengah
dan DIY
4
1 KEBUDAYAAN
Pada kegiatan pembelajaran satu peserta didik akan mempelajari apakah
yang disebut dengan budaya dan apakah konsep dasar dari kebudayaan, Sebelum
mempelajari lebih mendalam peserta didik harus mengetahui dasar mengenai
budaya. Kemudian pembelajaran selanjutnya akan memperdalam kebudayaan yang
berada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan definisi dari kebudayaan
2. Menjelaskan tentang konsep dasar kebudayaan
B. Materi Pokok
1. Definisi kebudayaan
2. Konsep dasar kebudayaan
5
A. Definisi Kebudayaan
Kebudayaan atau yang dapat disebut juga „Peradaban‟ mengandung
pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman perasaan suatu bangsa
yang sangat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,moral, hukum, adat-
istiadat, kebiasaan dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat. (Taylor, 1897).
Mempelajari pengertian kebudayaan bukanlah suatu kegiatan yang mudah
dan sederhana, karena banyak sekali batasan konsep dari berbagai bahasa,
sejarah, sumber bacaan atau literatur baik yang berwujud ataupun yang abstrak
dari sekelompok orang atau masyarakat. Dalam hal pendekatan metode juga telah
banyak disiplin ilmu lain yang juga mengkaji berbagai macam permasalahan terkait
kebudayaan seperti, Sosiologi, Psikoanalisis, Psikologi (Perilaku) dan sebagainya
yang masing-masing mempunyai tingkat kejelasan sendiri-sendiri tergantung pada
konsep dan penekanan masing-masing.
Apabila ditinjau dari asal katanya, maka „Kebudayaan‟ berasal dari bahasa
Sanskerta yaitu „Budhayah‟ , yang merupakan bentuk jamak dari „Budhi‟ yang
berarti Budi atau Akal. Dalam hal ini,‟ Kebudayaan‟ dapat diartikan sebagai Hal-hal
yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Selanjutnya Koentjaraningrat (1980) mendefinisikan Kebudayaan sebagai
“Keseluruhan darihasil budi dan karya”. Dengan kata lain “Kebudayaan adalah
keseluruhan dari apa yang pernah dihasilkan oleh manusia karena pemikiran dan
karyanya”. Jadi Kebudayaan merupakan produk dari Budaya.
Dalam disiplin Ilmu Antropologi Budaya, pengertian Kebudayaan dan Budaya
tidak dibedakan. Adapun pengertian Kebudayaan dalam kaitannya dengan Ilmu
Sosial Budaya Dasar (ISBD) adalah: “Penciptaan, penertiban dan pengolahan nilai-
nilai insani yang tercakup di dalamnya usaha memanusiakan diri di dalam alam
6
lingkungan, baik fisik maupun sosial”. Manusia memanusiakan dirinya dan
memanusiakan lingkungannya.
B. Wujud Kebudayaan
Menurut Dimensi Wujudnya, maka Kebudayaan mempunyai 3 wujud, yaitu:
1. Wujud Sistem Budaya
Sifatnya Abstrak, Tidak bisa dilihat.
Berupa kompleks gagasan, ide-ide, konsep, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya yang berfungsi untuk mengatur,mengendalikan dan memberi
arah kepada perilaku manusia serta perbuatannya dalam masyarakat.
Disebut sebagai Sistem Budaya karena gagasan, pikiran, konsep, norma dan
sebagainya tersebut tidak merupakan bagian-bagian yang terpisahkan,
melainkan saling berkaitan berdasarkan asas-asas yang erat hubungannya
sehingga menjadi sistem gagasan dan pikiran yg relatif mantap dan kontinyu.
2. Wujud Sistem Sosial
Bersifat Konkret, dapat diamati atau diobservasi.
Berupa aktivitas manusia yang saling berinteraksi dan selalu mengikuti pola-
pola tertentu berdasarkan adat tata kelakuan yang ada dalam masyarakat.
Gotong royong, kerja sama, musyawarah, dsb.
3. Wujud Kebudayaan Fisik
Aktivitas manusia yang saling berinteraksi tidak lepas dari berbagai
penggunaan peralatan sebagai hasil karya manusia untuk mencapai tujuannya.
7
Hasil karya manusia tersebut pada akhirnya menghasilkan sebuah benda dalam
bentuk yang konkret sehingga disebut Kebudayaan Fisik.
Berupa benda-benda hasil karya manusia, seperti candi-candi, prasasti, tulisan-
tulisan (naskah), dsb.
C. Kerangka Kebudayaan
Kerangka kebudayaan merupakan dimensi analisis dari konsep kebudayaan yang
dikombinasikan ke dalam suatu bagan lingkaran yang ditujukan untuk
menunjukkan bahwa kebudayaan bersifat dinamis. Berikut adalah gambaran
Kerangka Budaya menurut Koentjaraningrat (1985): Organisasi
Sistem Budaya Sosial
Sistem
Pengetahuan
Religi Sistem
Ekonomi
Kesenian Sistem
Teknologi
8
KETERANGAN:
: Kebudayaan Fisik
: Sistem Sosial
: Sistem Budaya
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa, Sistem Budaya digambarkan
dengan lingkaran yang „paling dalam‟ dan merupakan inti, kemudian Sistem Sosial
digambarkan dengan lingkaran kedua di sekitar inti, sedangkan Kebudayaan Fisik
digambarkan dengan lingkaran yang paling luar. Adapaun pembagian lingkaran
menjadi 7 (Tujuh) bagian adalah melambangkan 7 Unsur Kebudayaan Universal .
D. Unsur Kebudayaan
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan.
Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan
universal tersebut adalah :
1. Kesenian
2. Sistem teknologi dan peralatan
3. Sistem organisasi masyarakat
4. Bahasa
5. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem religi
Pada jaman modern seperti ini budaya asli negara kita memang sudah mulai
memudar,faktor dari budaya luar memang sangat mempengaruhi pertumbuhan
kehidupann di negara kita ini.Contohnya saja anak muda jaman sekarang,mereka
sangat antusias dan up to date untuk mengetahui juga mengikuti perkembangan
9
kehidupan budaya luar negri.Sebenarnya bukan hanya orang-orang tua saja yang
harus mengenalkan dan melestraikan kebudayaan asli negara kita.Tetapi juga para
anak muda harus senang dan mencintai kebudayaan asli negara kita sendiri.Banyak
faktor juga yang menjelaskan soal 7 unsur budaya universal yaitu :
1. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik manusia juga memerlukan sesuatu yang
dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka sehingga lahirlah kesenian yang
dapat memuaskan.
2. Sitem teknologi dan peralatan.
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan
manusia dengan makhluk hidup yang lain.
3. Sistem organisasi masyarakat
Sistem yang muncul karena kesadaran manusia bahwa meskipun diciptakan
sebagai makhluk yang paling sempurna namun tetap memiliki kelemahan dan
kelebihan masing-masing antar individu sehingga timbul rasa untuk
berorganisasi dan bersatu.
4. Bahasa
Sesuatu yang berwal dari hanya sebuah kode,tulisan hinggan berubah
menjadi lisan untuk mempermudah komunikasi antar sesama
manusia.Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal seperti
bahasa Inggris.
5. Sistem mata pencaharian dan sistem ekonomi
Sistem yang timbul karena manusia mampu menciptakan barang-barang dan
sesuatu yang baru agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan membedakan
manusia dengan makhluk hidup lain.
10
6. Sistem pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap manusia memiliki akal dan pikiran yang
berbeda sehingga memunculkan dan mendapatkan sesuatu yang berbeda
pula,sehingga perlu disampaikan agar yang lain juga mengerti.
7. Sistem religi
Kepercayaan manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul
karena kesadaran bahwa ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
E. Faktor Pendorong dan Penghambat Kebudayaan
1. Faktor Pendorong :
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah,terutama
unsur-unsur teknologi dan ekonomi,adanya individu-individu yang dengan mudah
menerima unsur-unsur perubahan kebudayaan terutama generasi muda.
2. Faktor Penghambat :
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti :
adat istiadat dan keyakinan agama.Adanya individu-individu yang sukar menerima
unsur-unsur perubahan terutama generasi kolot.
11
2 TRADISI MASYARAKAT
Pada kegiatan pembelajaran dua ini, peserta didik akan mempelajari apa
saja kebudayaan yang menjadi tradisi. Akan di jelaskan beberapa macam tradisi
yang berada di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kemudian
pembelajaran selanjutnya akan memperdalam perubahan yang terjadi terhadap
kebudayaan dari masa lampau hingga saat ini.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan bebrapa macam kebudayaan di Jawa Tengah
2. Menjelaskan bebrapa macam kebudayaan di Yogyakarta
B. Tujuan Pembelajaran
1. Kebudayaan yang menjadi tradisi di Jawa Tengah
2. Kebudayaan yang menjadi tradisi di Yogyakarta
12
A. Tradisi di Masyarakat Jawa Tengah
Upacara Ruwatan
Di masyarakat jawa tradisi ruwatan adalah salah satu bentuk upacara atau
ritual penyucian yang hingga saat ini tetap dilestarikan oleh masyarakat
jawa.Tradisi ini diberlakukan bagi orang-orang Nandang Sukerta atau berada
dalam dosa.Bahkan tak hanya itu saja pasalnya meruwat bisa berarti mengatasi
atau menghindari sesuatu kesusahan batin dengan cara mengadakan pertunjukan
atau ritual.Umumnya ritual tersebut menggunakan media wayang kulit yang
mengambiol tema atau cerita murwakala.Istilah ruwat berasal dari istilah
Ngaruati yang memiliki makna menjaga kesialan Dewa Batara.
Namun,tak hanya itu saja pasalnya upacara ruwatan biasa dilakukan orang
jawa ketika mengalami kesialan hidup.Misalnya anak sedang sakit,anak tunggal
yang tidak memiliki adik maupun kakak,terkena sial,jauh jodoh,susah meencari
kehidupan dan lain sebagainya. Dalam Budaya Jawa sendiri, Tradisi Ruwatan telah
13
dibagi dalam tiga golongan besar yakni ruwatan untuk diri sendiri, ruwatan untuk
lingkungan dan ruwat untuk wilayah. Proses ruwat untuk perorangan biasanya
dilaksanakan di siang hari dimana sang sukerta (orang yang berada dalam dosa) di
potong rambutnya.
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa kesialan dan kemalangan sudah
menjadi tanggungan dalang karena anak sukerta sudah menjadi anak dalang. Untuk
ritual ruwatan dalam lingkup lingkungan dilaksanakan di malam hari dan pemilihan
waktu pelaksanaan pagelaran ditentukan melalui perhitungan hari dan pasaran.
Namun tak hanya itu saja pasalnya Ritual Ruwatan bisa dibilang sebagai
upacara besar dan sakral yang pastinya juga membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Meskipun masih tetap dilestarikan, ruwatan yang dilengkapi pagelaran wayang
mungkin hanya bisa kita dapati dalam lingkup pedesaan atau pedusunan.
Tawuran Sego
TAWURAN. Pasti jika kita
mendengar kata itu selalu identik
dengan kekerasan,dan sangat
menakutkan.Tapi,tawuran yang satu
ini berbeda.Tawuran kali ini
merupakan sebuah tradisi warga
desa di wilayah Jawa Tengah.Namanya tawuran sego atau tawuran nasi.Tawuran
sego/perang nasi ini merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan warga desa
kawasan Jawa Tengah.Tradisi ini dilakukan untuk mengungkapkan rasa syukur atas
melimpahnya hasil panen dan biasanya bertepatan juga dengan hari besar
penanggalan tahun jawa.
14
Tradisi yang dilakukan setelah masa panen tiba ini biasanya dilangsungkan
di punden keramat tokoh desa.Mengawali ritual ini warga desa berbondong-
bondong menuju tempat dimana ritual akan dilaksanakan dengan membawa nasi
beserta lauk pauknya. Biasanya lauk yang dipakai adalah ikan,tahu,tempe sebagai
syarat berkah rezeki yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha
Esa.Namun,sebelum ritual dimulai warga terlebih dulu akan berdoa bersama di
punden tersebut dengan dipimpin oleh moden di desa tersebut.
Tawuran sego diikuti oleh seluruh kalangan masyarakat desa mulai dari
orang tua, dewasa, remaja, dan anak-anak. Ritual tawuran sego ini dilakukan
dengan hati gembira,tidak untuk tawuran kekerasan pada umumnya. Seluruh
warga desa saling lempar nasi ke segala arah.Tak heran siapapun bisa menjadi
korban lemparan. Semua dilakukan dengan penuh suka cita tanpa ada rasa dendam.
Saling lempar kesana kemari sampai tertawa terbahak-bahak meskipun badan
sudah berlumur nasi.Tradisi adalah ritual sejak jaman nenek moyang
sehingga,apabila tidak dijalankan warga khawatir akan terjadi hal yang tidak
diinginkan.
Tawuran sego ini baru akan selesai apabila nasi yang dibawa warga sudah
habis sebagai alat perang.Biasanya nasi-nasi yang tidak tertangkap atau jatuh
berserakan akan dipunguti warga sebagai pakan ternak.Ritual ini tidak hanya
sebatas tawuran sego namun juga biasanya dibarengi dengan pertunjukan
ketoprak.Tradisi ini adalah sebuah keprcayaan yang dianut masyarakat
tertentu,dimana ritual ini merupakan simbol rasa syukur terhadap Tuhan Yang
Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan.
Meskipun teknologi dan kehidupan saat ini sudah modern,namun tradisi
yang dianut oleh warga tidak tergerus oleh jaman.Inilahyang menjadi salah satu
cara untuk melestarikan tradisi nenek moyang agar tetap ada di tengah-tengah
modernisasi.
15
Mauludan
Mauludan adalah
tradisi yang dilaksanakan
oleh masyarakat Muslim
terkait dengan hari
kelahiran Nabi Muhammad
saw. Maulidan atau
mauludan merujuk pada
maulid (hari kelahiran)
Nabi Muhammad saw. Kelahiran Nabi Muhammad saw diyakini tepat pada tanggal
12 Rabi‟ul Awal pada kalender Hijriyah.
Pada sebagian umat muslim bulan maulud termasuk salah satu bulan yang
memiliki makna dan posisi tersendiri yakni sebagai bulan yang agung atau suci di
samping bulan suci lainnya,yakni bulan Muharram,Ramadhan,Rajab,dan Dzulhijah.
Setiap bulan memiliki keagungan masing-masing. Bulan Muharram diagungkan
karena 1) “peralihan tahun lama menuju tahun baru”, selain itu juga 2) karena
peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah dan Madinah. Bulan
Ramadhan diagungkan karena terdapat “aktivitas dilaksanakan oleh shaum yang
dilaksanakan oleh seluruh manusia yang mengaku muslim, mampu, dan sehat, serta
tidak sedang berhalangan”. Syawal diagungkan karena terdapat hari idul fitri dan
juga dipenuhi dengan aktivitas “halal bi halal”. Rajab diagungkan karena terdapat
peristiwa “isra mi‟raj”nya Nabi Muhammad saw. serta turunnya perintah shalat.
Sedangkan Muludan diagungkan, sebagaimana dituliskan di atas, karena
bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Muhammad saw. Pada tingkat Great
tradition (terutama pada tingkat esensinya), peringatan maulid Nabi merupakan
fenomena umum yang dilaksanakan oleh banyak kalangan muslim.
16
Upacara Larung Saji
Masyarakat Jawa
memiliki berbagai cara dalam
mengungkapkan rasa syukur
mereka kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Salah satunya
adalah dengan menggelar
upacara atau ritual larung saji
atau larung sesaji. Ritual ini
merupakan bentuk sedekah alam yang dilakukan sebagai perwujudan rasa syukur
kepada Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rejeki terutama dalam bentuk
hasil bumi bagi masyarakat.
Selain itu, upacara ini juga dimaksudkan sebagai bentuk permohonan rejeki
dan keselamatan. Upacara larung saji ini dapat ditemukan di berbagai daerah di
pulau Jawa terutama di daerah yang berdekatan dengan pantai, misalnya daerah
Blitar, Pacitan, Banyuwangi dan Madura. waktu pelaksanaannya tergantung dari
kepercayaan masyarakat sekitar. Sebagai contoh, di daerah Banyuwangi, Jawa
Timur, ritual larung saji (masyarakat Banyuwangi menyebutnya sebagai upacara
petik laut) dilakukan pada hari rabu terakhir pada bulan Sapar. Masyarakat
mempercayai bahwa hari tersebut merupakan hari turunnya wabah penyakit dan
bencana, sehingga diharapkan ritual petik laut yang dilakukan akan menghalau
bencana yang ada.
Di beberapa daerah lain, upacara larung saji ini lebih sering dilaksanakan
pada tanggal Satu Suro yang bertepatan dengan tanggal 1 Muharram tahun baru
Hijriah. Pelaksanaan ritual ini menjadi salah satu dari sekian banyak ritual yang
dilakukan masyarakat Jawa dalam rangka memperingati datangnya tahun baru
Hijriah. Inti dari upacara larung saji ini adalah melarungkan atau menghanyutkan
sesaji yang terbuat dari bahan-bahan hasil bumi masyarakat sekitar. Pada
17
umumnya, sesaji yang akan dilarungkan berupa Tumpeng Agung atau tumpeng
berukuran besar setinggi 1 hingga 1,5 meter yang terbuat dari beras putih atau
beras merah.Tumpeng ini kemudian dihias dan dilengkapi dengan berbagai jenis
buah dan sayuran serta hasil bumi masyarakat sekitar seperti pepaya, pisang,
kacang panjang, ketela dan berbagai hasil bumi lainnya. Sesaji tersebut diatur
dan ditata diatas anyaman bambu yang nantinya akan dilarungkan ke laut. Selain
sesaji dalam bentuk makanan dan hasil bumi, sering juga disertakan kelengkapan
ritual lainnya berupa kepala sapi.
Ritual ini dimulai dengan melakukan selamatan yang dipimpin oleh para
sesepuh desa. Setelah itu, sesaji tersebut akan diarak dari tempat sesaji menuju
ke pinggir laut. Sesampainya dipinggir laut, sesaji tersebut akan diserahkan
kepada sekelompok nelayan yang bertugas melarungkan sesaji tersebut. Sesaji ini
diletakkan diatas perahu, kemudian dibawa hingga ke tengah laut sebelum
akhirnya dilepaskan dan dibawa oleh ombak menuju samudra luas.
Proses pelepasan sesaji ini pada umumnya tidak dilakukan sendiri.
Masyarakat sekitar biasanya turut menyertai pelepasan sesaji di tengah laut
dengan menggunakan perahu nelayan yang telah dihias seindah mungkin, yang
membuat prosesi ini menjadi lebih meriah.
Saat ini ritual larung saji bukan hanya menjadi sebuah tradisi belaka,
melainkan juga telah menjadi daya tarik wisata tersendiri. Setiap tahunnya,
prosesi larung saji mampu menarik ratusan wisatawan baik yang berasal dari
daerah sekitar hingga wisatawan yang berasal dari luar negeri sehingga tidak
heran bila pemerintah daerah setempat seperti di daerah Blitar, menjadikan
ritual larung saji ini sebagai salah satu agenda tahunan yang akan dihadiri oleh
Bupati dan segenap pimpinan daerah.
18
Tedak Sinten
Setiap perkembangan bayi, sudah tentu menjadi kebahagiaan bagi
orangtua. Termasuk saat bayi sudah bisa turun ke lantai untuk belajar
berjalan.Berbagai tradisi pun dilakukan untuk mensyukuri kebahagiaan tersebut.
Salah satunya adalah upacara ritual tedak siten. Bukan hanya sebagai tradisi
untuk bersyukur, upacara ini juga dianggap dapat memprediksi masa depan bayi.
Upacara adat ini digelar sebagai bentuk rasa syukur karena sang Anak akan mulai
belajar berjalan. Selain itu, upacara ini juga merupakan salah satu upaya
memperkenalkan anak kepada alam sekitar dan juga ibu pertiwi. Hal ini juga
merupakan perwujudan dari salah satu pepatah Jawa yang berbunyi “Ibu pertiwi,
bopo angkoso” (Bumi adalah ibu dan langit adalah Bapak).
Tedak siten adalah budaya warisan leluhur masyarakat Jawa untuk bayi
yang berusia sekitar tujuh atau delapan bulan. Tedak siten dikenal juga sebagai
upacara turun tanah. Berasal dari kata „tedak‟ yang berarti turun dan „siten‟
berasal dari kata „siti‟ yang berarti tanah. Upacara tedak siten ini dilakukan
sebagai rangkaian acara yang bertujuan agar anak tumbuh menjadi anak yang
mandiri.Tradisi ini dijalankan saat anak berusia hitungan ketujuh bulan dari hari
kelahirannya dalam hitungan pasaran Jawa.
Perlu diketahui juga bahwa hitungan satu bulan dalam pasaran Jawa
berjumlah 36 hari. Jadi bulan ketujuh kalender Jawa bagi kelahiran si Bayi setara
dengan 8 delapan bulan kalender masehi. Bagi para leluhur, adat budaya ini
19
dilaksanakan sebagai penghormatan kepada bumi tempat anak mulai belajar
menginjakkan kakinya ke tanah. Dalam istilah Jawa disebut tedak siten. Selain itu
tedak siten juga diiringi doa-doa dari orangtua dan sesepuh sebagai pengharapan
agar kelak anak sukses menjalani kehidupannya.
Prosesi tedak siten dimulai di pagi hari dengan serangkaian makanan tradisional
untuk selamatan. Makanan tradisional tersebut berupa „jadah‟ atau ‟tetel‟
sebanyak tujuh warna. Makanan ini terbuat dari beras ketan dicampur parutan
kelapa muda dan ditumbuk hingga bercampur menjadi satu dan bisa diiris. Beras
ketan tersebut diberi pewarna merah, putih, hitam, kuning, biru, jingga, dan ungu.
Jadah ini menjadi simbol kehidupan bagi anak, sedangkan warna-warni yang
diaplikasikan menggambarkan jalan hidup yang harus dilalui si Bayi kelak.
Penyusunan jadah ini dimulai dari warna hitam hingga ke putih, sebagai
simbol bahwa masalah yang berat nantinya ada jalan keluar atau titik terang.
Makanan tradisional lainnya yang disediakan untuk acara tedak siten ini berupa
tumpeng dan perlengkapannya serta ayam utuh.Tumpeng sebagai simbol
permohanan orangtua agar si Bayi kelak menjadi anak yang berguna.Sayur kacang
panjang sebagai simbol umur panjang. Sayur kangkung sebagai simbol
kesejahteraan. Kecambah sebagai simbol kesuburan, sedangkan ayam adalah
simbol kemandirian. Setelah acara selamatan dengan mengumpulkan para
undangan telah dilakukan, rangkaian acara tedak siten dilanjutkan dengan prosesi
menapakkan kaki bayi di atas jadah tujuh warna. Selanjutnya adalah prosesi naik
tangga. Tangga tradisional yang terbuat dari tebu jeni „arjuna‟ dengan dihiasi
kertas warna-warni. Ritual ini melambangkan harapan agar si Bayi memiliki sifat
kesatria si Arjuna (tokoh pewayangan yang dikenal bertanggungjawab dan
tangguh).Dalam bahasa Jawa „tebu‟ merupakan kependekan dari „antebing kalbu‟
yang bermakna kemantapan hati.
20
B.Tradisi di Masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta
Upacara Labuhan
Labuhan adalah salah
satu upacara adat yang
dilakukan oleh Raja-raja di
Keraton Yogyakarta.
Upacara adat ini bertujuan
untuk memohonkan
keselamatan Kanjeng Sri
Sultan, Kraton Yogyakarta
dan rakyat Yogyakarta.
Upacara tersebut sarat akan makna magis yang biasanya dihubungkan dengan
legenda-legenda tertentu. Sebagai contoh adalah Upacara Labuhan Parangkusumo
yang identik dengan legenda Ratu Pantai Selatan dan Panembahan Senopati.
Upacara adat Labuhan diadakan dalam empat waktu, yaitu :
1. Satu hari setelah Jumenengen (penobatan seoorang raja).
2. Satu hari setelah Tingalan Jumenengen (peringatan satu tahun
penobatan raja) biasanya disebut Labuhan Alit.
3. Dilakukan 8 tahun sekali.
4. Dilakukan dalam kondisi tertentu (contohnya adalah ketika putra/putri
dari raja akan menikah).
Dalam prosesinya, banyak perlengkapan yang perlu disiapkan. Diantaranya
adalah Apem (gunungan), Panjenengan Dalem yang telah dibungkus kain putih dan
dipayungi, kain batik, rambut dan kuku milik Sri Sultan yang dikumpulkan selama
satu tahun. Diawali dengan membawa bahan persembahan labuhan ke Kecamatan
Kretek yang diterima langsung oleh Bupati Bantul, kemudian dilakukan penyerahan
sesembahan labuhan dari Bupati Bantul ke juru kunci Parangkusumo. Sesembahan
dibawa berjalan kaki menuju pembusanaan di pendapa LKMD, dilanjutkan prosesi
21
doa oleh juru kunci. Setelah pembacaan doa, maka mulai dilakukan penanaman
benda labuhan di areal pantai dan juga pelarungan barang ke laut.
Masyarakat Yogyakarta, khususnya daerah pesisir pantai selatan meyakini
bahwa dengan upacara labuhan akan tercipta ketenteraman, kesejahteraan dan
keselamatan. Semoga tradisi dan adat istiadat yang mencerminkan pribadi
masyarakat ini dapat tetap terjaga kelestarianya.
Upacara Sekaten
Sekaten adalah
rangkaian kegiatan
tahunan yang umunya
diadakan umat Islam
sebagai peringatan hari
kelahiran Nabi
Muhammad SAW. Sekaten
diadakan oleh Keraton
Surakarta dan Yogyakarta.
Tradisi Sekaten telah
berlangsung sejak masa
pemerintahan Kerajaan
Demak.Sekaten terus
menerus dilestarikan oleh
kerajaan-kerajaan Islam di Jawa Tengah,diantaranya Kerajaan Demak,Pajang,dan
Mataram hingga Kasunanan Surakarta,dan Kasultanan Ngayogyakarta.
Dilansir dari situs laman resmi Keraton Yogyakarta,Sekaten berasal dari
Bahasa Arab “syahadatain” yang berarti dua kalimat syahadat. Sekaten juga
dikaitkan dengan gamelan yang diberi nama Kyai Sekati. Pada masa kerajaan
Demak,para wali menggunakan momentum kelahiran Nabi Muhammad saw yang
jatuh pada bulan maulud.Para wali akan membunyikan Gamelan Sekati untuk
22
menarik perhatian masyarakat. Upacara ini dilaksanakan selama 7 hari dari
tanggal 5 sampai tanggal 11 pada bulan Maulud/Rabiul awal untuk memperingati
hari lahir Nabi Muhammad saw dengan puncak acara keluarnya Gunungan dari
Keraton menuju masjid besar.
Tahap-tahap dalam sekaten dimulai dengan dibunyikan pertama kali
gamelan pusaka sebagai pertanda dimulainya upacara sekaten dan diselenggarakan
upacara udhik-udhik, Gamelan dipindahkan ke halaman Masjid Besar, Sri Sultan
dan pengiringnya hadir untuk mendengarkan pembacaan riwayat Maulud Nabi
Muhammad SAW dan diselenggarakan upacara Udhik-Udhik di serambi masjid
besar dan terakhir dikembalikannya gamelan Sekaten dari halaman masjid besar
ke dalam keraton untuk menandai ditutupnya upacara sekaten.
Tujuan dari upacara sekaten ini untuk sarana penyebaran agama Islam.
Gamelan sekaten dianggap sebagai benda pusaka keraton yang dinamakan Kyai
Sekati.Gamelan itu terdiri dari dua rancak yaitu:
1. Kyai Guntur Madu berasal dari kata “Guntur” berarti runtuh dan “Madu”
bermakna anugerah.Jadi,guntur madu berarti anugerah yang turun.
2. Kyai Nogowilogo berasal dari kata “nogo” berarti ular bermakna lestari
atau terus menerus “wi” bermakna unggul, “logo” berarti laga atau
perang.Jadi,Nogowilogo berarti lestari menang perang.
Perbendaharaan gendhing-gendhing yang khusus diperdengarkan selama
sekaten berjumlah 21 judul atau lebih. Untuk pembukaan selalu diperdengarkan
gendhing wirangrong. Setiap menjelang tanggal 5 bulan maulud kedua gamelan itu
dibersihkan dan diberi sesaji, kemudian selepas isya kedua gamelan pusaka itu
ditabuh untuk diperdengarkan dalam kompleks keraton sebagai isyarat resmi
pembukaan acara sekaten, dan tepat pada pukul 24.00 WIB kedua gamelan
diusung ke pelataran Masjid Besar untuk ditempatkan di Pagongan.
Kyai Gunturmadu disemayamkan di pagongan selatan sedangkan Kyai
Nogowilogo disemayamkan di pagongan utara.Pada tanggal 11 bulan maulud pada
pukul 24.00 WIB, kedua gamelan tersebut diusung kembali ke keraton untuk
disemayamkan di tempat masing-masing.
23
Grebeg Muludan
Yogyakarta dikenal sebagai kota yang punya beranekaragam budaya, salah
satunya Tradisi Grebeg Maulud. Tradisi ini dilakukan ketika hari besar agama
Islam. Sebanyak tujuh gunungan besar (makanan atau hasil bumi yang ditumpuk
mengerucut menyerupai gunung) akan diarak melewati Kraton Yogyakarta hingga
menuju Masjid Agung Kauman. Acara ini digagas oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I yang tujuan awalnya untuk menyebarkan agama Islam. Acara Grebeg
Dimulai pada pukul 09.00 WIB.Tradisi Grebeg Maulud dilakukan setiap tanggal 12
pada bulan Maulud, yang merupakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Upacara Grebeg Maulud diawali dengan Parade prajurit kraton yang
berpakaian lengkap ditambah senjata khusus, ada juga yang membawa alat musik.
Setelah para prajurit keluar disusul oleh rombongan prajurit yang menunggangi
kuda maupun yang terakhir adalah rombongan gunungan akan diarak menuju alun-
alun kemudian didoakan di Masjid
Gede Kauman. Selanjutnya akan
diperebutkan untuk siapa saja yang
menonton. Banyak warga percaya
jika mengambil hasil bumi dari
gunungan tersebut akan
mendapatkan berkah. Oleh karena
itu banyak wisatawan domestik
maupun luar yang menunggu
acara Grebeg Maulud ini, untuk
sekadar melihat maupun berebut
hasil gunungan tersebut.
24
Upacara Nguras Enceh
Enceh dalam bahasa Indonesia berarti tempayan. Enceh ini merupakan benda yang
terbuat dari tanah liat, yang berukuran sangat besar bisaanya digunakan untuk
tempat menyimpan air untuk memasak maupun berwudlu, serta juga sering
digunakan untuk menyimpan barang-barang berharga pada jaman dahulu. Mneurut
sejarahnya, Enceh yang terdapat di makam raja-raja Imogiri ini bukan sembarang
enceh, enceh ini dahulu pada zaman Sultan Agung digunakan untuk berwudlu.
Enceh ini merupakan cinderamata
dari kerajaan-kerajaan sahabat
Sultan Agung, Enceh yang
dahulunya digunakan sebagai
tempat wudlu Sultan Agung dan
keluarganya tersebut kemudian
diboyong ke makam raja-raja
Imogiri setelah Sultan Agung
magkat, hal ini karena enceh
tersebut merupakan salah satu
kesayangan Sultan Agung sehingga
tempat penyimpanannya pun harus didekatkan di pusaran Sultan Agung.
Adapun barang-barang yang ikut diboyong kemakam imogiri setelah Sultan
Agung mangkat yaitu genthong/enceh, cincin yang terbuat dari tongkat Sultan
Agung, dan daun tujuh rupa (daun yang digunakan sebagai ramuan wedhang uwuh
minuman khas Imogiri). Enceh yang diperoleh Sultan Agung tersebut berjumlah 4
buah, masing-masing diperoleh dari 4 kerajaan berbeda. dapat diketahui bahwa
hubungan kerajaan Mataram tidak hanya terbatas di dalam bumi nusantara saja,
namun hubungan kerjasama itu terjalin sampai ke luar negeri yaitu ke Thailand
dan Turki yang jaraknya sangat jauh. Dapat diketahui pula bahwa empat genthong
atau enceh tersebut didapat masing-masing satu buah untuk setiap kerajaan,
dapat diambil kesimpulan bahwa dengan alasan Sultan Agung adalah seorang
pemeluk agama Islam yang sangat taat beribadah, dan dimanapun beliau berada
Sultan Agung tak akan melupakan Ibadahnya. Ini dilihat dari Imogiri, Kabupaten
25
Bantul permintaan cinderamata yang sama antara satu kerajaan dengan kerajaan
lainnya yaitu sebuah genthong untuk berwudlu.
Enceh yang tersimpan di makam raja-raja Imogiri merupakan benda pusaka
yang dianggap memiliki tuah karena memiliki sejarah yang amat panjang hingga
bisa sampai ke makam raja-raja Imogiri sampai sekarang, karena sejarah inilah
benda yang semula hanya dipakai oleh raja sebagai tempat wudlu pada akhirnya
digunakan untuk menampung air yang dianggap bertuah. Pada zaman dahulu
upacara tradisi nguras enceh hanya dilakukan oleh keluarga kerajaan saja,
sehingga tidak sembarangan setiap orang boleh meminumnya. Dari penjelasan
tersebut dapat diketahui bahwa munculnya kepercayaan terhadap air enceh
bermula dari keluarga keraton yang meminum air tersebut untuk menyembuhkan
penyakit.
Pada saat itu hanya kalangan keraton saja yang mengetahui khasiat dari air
tersebut, hingga pada akhirnya saat terjadinya serangan umum 1 Maret di
Yogyakarata, Presiden Soekarno mengirimkan surat kepada Sri Sultan
Hamengkubuwana IX agar prajurit TNI yang bertempur di Yogyakarta
diperbolehkan untuk meminum air suci dari enceh itu. Sultan memperbolehkan
para prajurit untuk meminum air tersebut. Usai meminum air enceh tersebut,
kekuatan para prajurit bertambah sehingga dapat memenangkan pertempuran
melawan Belanda. Dalam perkembangannya wujud dari pengabdian dan
penghormatan kepada Sultan Agung menjadi sebuah upacara tradisi yang
dilaksanakan oleh abdi dalem dan masyarakat Imogiri setiap tahunnya, yaitu
setiap bulan Sura.
Upacara tradisi nguras enceh di Makam raja-raja Imogiri merupakan wujud
dari sebuah kepercayaan masyarakat atau wujud dari perilaku religius masyarakat
terhadap rajanya yang dianggap mampu melindungi rakyatnya walaupun raja itu
telah mangkat. Pada Bulan Sura di Kecamatan Imogiri dilaksanakan upacara
tradisi nguras enceh dan ngarak siwur yang merupakan satu rangkaian upacara
tradisi besar karena diikuti oleh keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat,
26
Surakarta Hadiningrat beserta perwakilan Abdi dalem dan prajurit kedua keraton
tersebut dan Jajaran pemerintahan Kabupaten Bantul, Kecamatan Imogiri dan
semua perangkat Desa se-kecamatan Imogiri, abdi dalem juru kunci makam raja-
raja. Imogiri dengan didukung oleh para pecinta budaya (FORCIBB) serta
masyarakat Imogiri.
Upacara tradisi nguras enceh atau bisa disebut nawu kong dilaksanakan
setiap hari Selasa atau Jum‟at Kliwon yang ada dibulan sura tersebut. Pemerintah
kecamatan Imogiri dalam menyambut Nguras Enceh mengadakan berbagai
festival kesenian dan budaya untuk menyambut upacara tradisi nguras enceh
seperti mengadakan lomba gunungan yang wajib diikuti oleh setiap desa di
Kecamatan Imogiri, gunungan tersebut diarak dalam festival kirab budaya
“ngarak siwur” yaitu alat yang digunakan untuk menguras enceh dalam tradisi
nguras enceh di makam raja-raja Imogiri. Dalam festival yang diadakan oleh
pemerintah kecamatan Imogiri dalam menyambut upacara nguras enceh terdapat
juga pentas seni tradisional seperti kuda lumping (jathilan), dan kethoprak.
Upacara Bekakak
Ritual upacara Bekakak adalah sebuah ritual budaya Jawa asli yang
bertujuan mengenang kesetiaan salah satu abdi dalem kesayangan Sri Sultan
Hamengku Buwono I bernama Kyai Wirasuta dan Nyai Wirasuta. Upacara adat ini
selalu dilaksanakan pada hari Jumat bulan Sapar. Di tahun 2013 ini, perayaan
Bekakak jatuh pada hari Jumat 20 Desember mulai pukul 15.00 WIB sampai pukul
18.00 WIB. Pembuatan boneka Bekakak ini dilakukan secara bergilir dari masing-
masing dusun. Sebelum dibawa ke pesanggrahan, Bekakak ini diarak mengelilingi
wilayah Ambarketawang disertai kirab budaya yang ikut meramaikan ritual adat
27
tahunan ini, diantaranya parade Bregodo atau barisan prajurit, kesenian Jathilan,
Reog Ponorogo, Gunungan yang berisi sayuran dan buah-buahan serta boneka
Ogoh-ogoh yang berukuran sangat besar menyerupai raksasa.
Setelah dibawa berkeliling, boneka Bekakak dibawa ke pesanggrahan
Gunung Gamping. Disana satu persatu sang pengantin dikeluarkan dan disembelih
oleh pemerintah setempat. Sesudah upacara penyembelihan selesai, boneka
bekakak dibagikan kepada pengunjung. Dalam ritual adat ini, pemerinat
menghimbau masyarakat untuk tidak menyangkutkan dengan kepercayaan atau
agama apapun karena tujuan diadakannya acara Bekakak ini untuk memelihara seni
tradisi agar tak punah oleh zaman. Tujuan utama dari perayaan ini adalah
mengenang kesetiaan sang abdi dhalem yaitu Kyai dan Nyai Wirasuta.
Sekarang kawasan Gunung Gamping dijadikan sebagai kawasan cagar alam,
dimana gunung gamping yang dulunya sangat luas sekarang hanya tersisa
sebongkah bukit kecil. Lokasi ini dilindungi oleh Balai Konservasi Sumber Daya
Alam Yogyakarta, karena batu gamping yang tersisa adalah jenis batuan Eosin
yang berusia lebih dari 50 juta tahun yang lalu.
Menurut mbah Gito, salah seorang penjaga di lokasi Pesanggrahan Gunung
Gamping, bahwa sekitar tahun 1755 Sri Sultan Hamengku Buwono I yang pada
masa itu masih bergelar Pangeran Mangkubumi sedang membangun Keraton yang
28
saat ini berada di kotamadya, sambil mengawasi pembangunan keraton, Pangeran
Mangkubumi tinggal di pesanggrahan yang berada di Ambarketawang bersama
abdinya yang setia yakni Kyai Wirasuta yang disebut juga dhalem kinasih yang
artinya abdi yang dikasihi. Daerah gunung Gamping sendiri adalah pegunungan
batu kapur yang dimanfaatkan masyarakat sekitar sebagai mata pencaharian
pengumpul batu kapur.
Setelah pembangunan keraton selesai, Pangeran Mangkubumi beserta abdi
dhalem hendak kembali ke keraton, namun Kyai Wirasuta beserta istrinya memilih
tetap tinggal di pesanggarahan tersebut. Akhirnya Pangeran Mangkubumi pun
pindah ke keraton dan bergelar Sri Sultan Hamengku Buwono I.Malapetaka tak
diduga terjadi, pada hari Jumat Kliwon di bulan Sapar, Gunung Gamping tempat
tinggal sang abdi dhalem kinasih runtuh dan menewaskan kedua abdi dhalem
tersebut. Kabar runtuhnya Gunung Gamping sampai ke telinga Sri Sultan yang
kemudian memerintahkan para prajuritnya menggali reruntuhan dan mencari
jasad abdi dhalemnya. Namun keanehan terjadi, ketika seluruh longsoran berhasil
di singkirkan, jasad kedua abdi dhalem tak ditemukan. Masyarakat setempat
meyakini Kyai dan Nyai Wirasuta muksa atau menghilang dan masih menempati
Gunung Gamping hingga saat ini.
Seiring berjalannya waktu, masyarakat Ambarketawang diresahkan dengan
terjadinya musibah yang serupa setiap bulan Sapar dimana para pekerja
tertimbun runtuhan gunung. Menanggapi keresahan masyarkat, Sri Sultan
menitahkan untuk mengadakan upacara ritual setiap bulan Sapar dengan
menyembelih sepasang pengantin Bekakak di pesanggrahan Gunung Gamping untuk
menolak bala dan menjauhkan masyarakat dari musibah.
Sepasang pengantin Bekakak ini terbuat dari tepung ketan yang dibuat
menyerupai manusia dan didandani seperti pengantin lengkap dengan sesaji yang
ditempatkan pada sebuah keranda yang dihiasi berbagai macam bunga maupun
dedaunan. Didalam sepasang pengantin Bekakak berisi air gula jawa atau juruh
yang diumpamakan darah, sehingga ketika pengantin Bekakak di sembelih, seolah-
olah mengeluarkan darah.
29
3 BUDAYA MASA LAMPAU, MASA KINI, MASA
DEPAN
Pada kegiatan pembelajaran tiga ini, peserta didik akan mempelajari
perubahan yang terjadi terhadap kebudayaan dari masa lampau hingga saat ini.
A. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan metode pewarisan budaya
2. Menjelaskan perubahan kebudayaan masa lalu dan masa sekarang
B. Tujuan Pembelajaran
1. Menjelaskan metode pewarisan budaya
2. Menjelaskan perubahan kebudayaan masa lalu dan masa sekarang
30
Masyarakat Indonesia saat ini merupakan kelanjutan dari masyarakat yang
sudah ada sebelumnya. Turun temurun dari nenek moyang dan mewariskan
budayanya kepada masyarakat sekarang. Di masa lampau, masyarakat sudah hidup
secara berkelompok, gotong-royong dan pola kepemimpinannya yang demokratis
dan rasional, yaitu primus inter pares. Dalam buku Sejarah Nasional Indonesia:
Masa Prasejarah (2010) karya Junaedi, pola kehidupan masyarakat saat itu dapat
berkembang hingga sekarang. Berikut cara masyarakat prasejarah dalam
mewariskan apa yang mereka miliki, yaitu :
1. Melalui keluarga
Keluarga merupakan lingkup sosial terkecil, tetapi paling kental dalam hidup
kebersamaan. Nilai-nilai dan tatanan kehidupan dibina terus melalui keluarga. Hal-
hal yangterus dibina mengenai cara membuat alat kebudayaan, bahasa, sampai
upacara-upacara yang kemudian dilestarikan secara turun-temurun.
2. Melalui masyarakat
Masyarakat dapat dibedakan berdasarkan budaya yang ada dan berkembang di
dalamnya. Masyarakat prasejarah mewariskan masa lalunya dengan benda-benda
kebudayaan, baik dari batu, tulang, atau logam. Selain itu, mereka juga
meninggalkan jejak seperti lukisan di dinding gua, sampah dapur, dan gua tempat
tinggal. Selain peninggalan dalam bentuk benda, masyarakat praaksara juga
meninggalkan budaya tidak berwujud benda. Bentuk-bentuknya seperti sistem
religi (kepercayaan) dan adat istiadat (bahasa, seni, upacara adat, dan
sebagainya). Kebudayaan itu tidak selamanya ada, ada beberapa yang punah namun
juga ada yang tetap dipelihara oleh masyarakat. Misalnya, pemberian sesaji pada
tempat keramat, pertunjukan hiburan rakyat, tata cara perkawinan, kematian,
31
dan perhitungan hari baik. Keluarga dari nenek moyang yang sudah meninggal dan
menjadi peserta upacara tiwah menari mengelilingi tempat sesembahan dalam
upacara rukun kematian tingkat akhir, tiwah, di Desa Tumbang Manggu,
Kecamatan Sanaman Mantikei, Kabupaten Katingan, Kalimantan Tengah, Kamis
(2/6/2016).
Metode pewarisan masa lalu masyarakat prasejarah
Berikut metode-metode pewarisan masa lalu yang dilakukan masyarakat
praaksara, baik keluarga maupun masyarakat:
A. Folklore
Floklore adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan
secara turun temurun, tetapi belum dibukukan. Ada juga yang mengartikan
folklore adalah sebuah cerita tokohnya adalah binatang, makhluk hidup di luar
manusia, atau personifikasi abstrak yang mengambil perwatakan kemanusiaan.
Folklore dibedakan menjadi dua, seperti:
- Lisan, misalnya bahasa, teka-teki, dan puisi rakyat.
- Nonlisan, misalnya arsitektur rakyat, kerajinan tangan, pakaian, perhiasan
tradisional, dan obat tradisional.
B. Mitoloogi
Mitologi adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan
bertalian dengan terjadinya tempat, alam semesta, para dewa, adat istiadat, dan
konsep dongeng suci. Sehingga mitologi adalah cerita tentang asal-usul alam
semesta, manusia, atau bangsa yang diungkapkan dengan cara-cara gaib dan
mengandung arti yang dalam.
C. Legenda
Legenda adalah cerita rakyat yang dianggap benar-benar terjadi yang
ceritanya dihubungkan dengan tokoh sejarah, telah dibumbui dengan keajaiban,
kesakitan, dan keistimewaan tokohnya. Ada empat kelompok legenda, yaitu:
Legenda keagamaan
32
Legenda kegaiban
Legenda perseorangan
Legenda local
D. Dongeng
Dongeng adalah cerita rakyat yang tidak benar-benar terjadi, diceritakan
karena berisi petuah, kebaikan mengalahkan kejahatan, ajaran moral, dan petuah
bijak lainnya.
E. Upacara
Upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada
aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama, dan kepercayaan. Jenis
upacara dalam kehidupan masyarakat, antara lain upacara penguburan, upacara
perkawinan, dan upacara pengukuhan kepala suku.
F. Lagu-lagu daerah
Lagu-lagu daerah atau lagu rakyat adalah syair-syair yang ditembangkan dengan
irama menarik dalam bentuk lisan. Lagu rakyat dikenal dengan sebutan folksong.
Perubahan Kebudayaan dari Masa Lampau
Perubahan dapat kita lihat dari beberapa aspek, yakni cara berpakaian,
sudut pandang, cara berbicara, serta gelagat dari manusia. dan tentunya seiring
dengan perubahan jaman, kebudayaan juga ikut berubah.
33
Pada masa lalu, kebudayaan masih sangatlah kental khususnya di negara
Indonesia ini. Tata krama serta sopan santun masih terlihat jelas di kalangan
bangsa ini. Ini terlihat dari prolaku serta gaya bicara pada masa tersebut. Ini
juga terjadi pada tulisan-tulisan yang ada ditanah air. Ejaan-ejaan lama masih
digunakan di masa ini. Ditambah lagi dengan pakaian-pakaian yang sederhana dan
sopan mencerminkan khas bangsa timur yang berbeda dengan bangsa barat.
Budaya pada masa lampau memiliki relevansi dengan budaya masa sekarang
dan masa yang akan datang. Di masa lalu hidup nenek moyang kita hidup sangat
terbatas , tidak ada alat penerangan sama sekali pada malam hari dunia serasa
tiada penghuni, namun mereka tetap dapat bertahan hidup dengan pakaian
seadanya makanan seadanya yang tersedia di alam bahkan mereka tidak mengenal
bahasa dan buta akan pengetahuan hidup hanya bermodal jasad dan jiwa. Namun,
manusia di berkahi pikiran untuk terus berinovasi begitu pula dengan perubahan
budaya yang terus berlangsung dan tidak akan berhenti selama manusia berfikir
di muka bumi ini.
Kebudayaan masa lalu adalah kebudayaann yang masih terikat dengan adat
istiadat atau kepercayaan pada leluhur, sehingga pada masyarakat terikat satu
ikatan yang diwariskan secara turun temurun. Ada ciri-ciri tertentu pada
masyarakat lampau yaitu, hubungan langsung dengan alam, kehidupan dalam
konteks agraris, dan tidak memmpunyai tempat tinggal yang tetap atau
berpindah-pindah.
Warisan budaya masa lalu dari perkembangan peradaban dari paling
primitive yaitu ketika manusia masih menggantungkan hidup pada batu-batuan
kemudian manusia mulai menemukan api lalu kepercayaan pada hal-hal gaib, tradisi
dan adat istiadat yang sudah mulai berkembang pada setiap Negara dan daerah
nya masing-masing.nilai-nilai budaya masih sangat melekat di masa lalu norma dan
nilai agama, adat istiadat masih di junjung tinggi oleh masyarakat dulu. Budaya
yang di wariskan nenek moyang kita telah mulai di tinggalkan dan mulai terkikis
34
pada masa kini. Pada masa sekarang masyarakat di uji oleh berbagai budaya asing
dan perlahan mulai menerimanya.
Perubahan Kebudayaan pada Masa Kini
Seiring dengan perjalanan waktu, kebudayaan mengalami perubahan. Hal ini
juga terjadi di Indonesia. Orang-orang lebih suka mengadopsi kebudayaan luar.
sebenarnya hal ini sudah terjadi sejak masa penjajahan. perubahan-perubahan ini
terjadi dari segi pakaian, prilaku dan lain-lain. Orang-orang yang masih
menggunakan adat masa lalu dinilai kolot. Nilai dalam tata krama semakin
dilupakan. Menghilang dan tenggelam di perubahan zaman. Pakaian-pakaian mereka
lebih terbuka. tak hanya dikalangan orang dewasa, bahkan remaja, orang tua
sampai anak-anak sudah biasa berpakaian seperti ini. Bahkan menghormati orang
yang lebih tua tidak diindahkan oleh prilaku mereka. mereka lebih individualisme.
anak-anak muda lebih bersikap acuh dengan lingkungan sekitarnya. Perubahan
budaya timur ke barat lebih terasa. Dan bangsa timur mulai melupakan
identitasnya.
Di masa sekarang nilai-nilai kebudayaan mulai pudar, mungkin suatu saat
akan hilang seiring berjalan nya waktu, pada kenyataan nya tradisi masyarakat
35
dulu tidak dapat bertahan seiring berkembang nya zaman, tradisi lama di ganti
dengan dunia modern, budaya modern saat ini berpusat pada hiburan , dunia
gemerlap, dunia anak muda , teknologi canggih dan semacamnya. Bagaimana
dengan masa yang akan datang ? tentunya perubahan akan terus terjadi seiring
dengan perkembangan zaman. Di masa sekarang pun sebagian besar masyarakat
Indonesia mulai meninggalkan tradisi nenek moyang kita. Kebudayaan masa kini
relatif bebas dari kekuasaan adat istiadat lama. Sebagian besar warga mempunyai
orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa
kini. Ciri-cirinya adalah mereka mampu mengendalikan alam dengan pengetahuan
yang menunjang kehidupan yang lebih baik. Selain itu mereka juga hidup dari
sektor perdagangan, kepariwisataan, dan jasa lainnya, mereka juga mempunyai
sarana telekomunikasi yang lebih baik dan juga canggih.
Perubahan Kebudayaan pada Masa depan
Pada masa depan pasti akan mengalami perubahan. ditambah lagi dengan
terjadinya modernisasi. Hal itu akan makin merubah kehidupan sebuah bangsa
yang akan mempengaruhi kebudayaannya. Kebudayaan akan semakin berunbah
dimasa depan. Majunya teknologi juga ikut andil dalam perubahan jaman. Karena
teknologi merupakan jalur masuknya kebudayaan asing. sehingga Kebudayaan yang
ada di bangsa tersebut mulai terkontaminasi dengan kebudayaan yang masuk.
Kebudayaan masa yang akan datang akan lebih modern, karena masyarakat sudah
mengembangkan kebudayaan-kebudayaan dari masa lampau dan masa kini,
sehingga menciptakan kebudayaan yang lebih baru dan mutakhir. Ciri-cirinya
adalah segala sesuatu lebih terlihat cangih dan serba praktis ( tidak memakan
waktu banyak ), tekhnologi sering sekali digunakan dalam aktifitas sehari-hari.
Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahhnya struktur sosial
dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan
gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan
36
sosial budaya terjadi karena adanya beberapa faktor. Diantaranya, komunikasi,
cara berfikir masyarakat, faktor internal lain seperti perubahan jumlah
penduduk, penemuan baru, terjadinya konflik revolusi, dan faktor external
seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan
masyarakat lain.
Apakah di masa yang akan datang tradisi kita akan hilang dan punah atau
malah sebalik nya, untuk itu di masa sekarang harus nya kita terus cepat sadar
dan membangun kembali budaya kita dangan inovasi yang menarik agar akan tetap
terus bertahan sampai kapan pun.
37
EVALUASI
Soal-soal
Nah kegiatan selanjutnya, kalian akan mengerjakan kuis melalui
link dibawah ini!
Selamat mengerjakan!
B
https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIp
QLSf46yhL2AjnDCyh-u1BF-
YYLsy_S0iyVKq1qU0fSg7imPLXNg/viewfor
38
Pedoman penilaian
PENILAIAN
I. PILIHAN GANDA = BENAR X 1 = ....(10)
II. URAIAN = BENAR X 2 = ....(10)
III. ESSAY = BENAR X 3 = ....(15)
JUMLAH I + II + III = 10 + 10 + 15 = 35
35 x 20/7 × 100% = 100
39
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebudayaan atau yang dapat disebut juga „Peradaban‟ mengandung
pengertian yang sangat luas dan mengandung pemahaman perasaan suatu bangsa
yang sangat kompleks meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,moral, hukum,
adat-istiadat, kebiasaan dan pembawaan lainnya yang diperoleh dari anggota
masyarakat.
Menurut Dimensi Wujudnya, maka Kebudayaan mempunyai 3 wujud, yaitu:
1. Wujud Sistem Budaya, 2. Wujud Sistem Sosial, 3. Wujud Kebudayaan Fisik.
Koentjaraningrat (1985) menyebutkan ada tujuh unsur-unsur kebudayaan.
Ia menyebutnya sebagai isi pokok kebudayaan. 1. Kesenian, 2. Sistem teknologi
dan peralatan, 3. Sistem organisasi masyarakat, 4. Bahasa, 5. Sistem mata
pencaharian hidup dan sistem ekonomi, 6. Sistem pengetahuan, 7. Sistem religi.
Berikut macam-macam tradisi di Masyarakat Jawa Tengah.
Upacara Ruwatan, Tawuran Sego, Mauludan, Upacara Larung Saji, Tedak Sinten.
Berikut macam-macam tradisi di Masyarakat Jawa Tengah. Daerah Istimewa
Yogyakarta
Upacara Labuhan, Upacara Sekaten, Grebeg Muludan, Upacara Nguras Enceh,
Upacara Bekakak.
B. Saran
Siswa diharapkan membaca materi kebudayaan dan memahaminya.
Kemudian siswa mengamati dilingkungan sekitar apakah ada kebudayaan dalam
bentuk tradisi, yang sama persis didaerah-nya masing-masing.
Hendaknya perlu memahami pentingnya pemahaman konsep keragaman
tradisi budaya Jawa Tengah dan DIY dan penerapannya. Serta pemanfaatan
dalam kehidupan sehari- hari dengan baik, untuk menghindari kesalahan konsep
(misconception) dalam pembelajaran mengenai materi Keberagaman Budaya.
40
GLOSARIUM
Abdi dalem : Orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja
Abstrak dengan segala aturan yang ada
Candi
Faktor external : Ringkasan dari keseluruhan isi dokumen yang disajikan
Faktor internal secara singkat dan akurat.
Konkret
Kraton : Bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala
Peradaban yang berasal dari peradaban Hindu-Buddha.
Prasasti
dan : Faktor yang berasal dari luar.
Prasejarah
: Faktor yang berasal dari dalam.
Psikoanalisis
Psikologi : Benar-benar ada (berwujud, dapat dilihat, diraba, dan
sebagainya)
Relevansi
: Daerah tempat seorang penguasa (raja atau ratu)
memerintah atau tempat tinggalnya (istana)
: Perkembangan manusia
: Piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras
tahan lama.
: Sebutan bagi kurun waktu yang bermula ketika makhluk
hominini mulai memanfaatkan perkakas batu sekitar 3,3
juta tahun silam, dan berakhir ketika sistem tulis
diciptakan.
: Suatu metode penelitian dari pikiran.
: Ilmu pengetahuan dan ilmu terapan yang mempelajari
tentang perilaku, fungsi mental, dan proses mental
manusia melalui prosedur ilmiah.
: hubungan; kaitan
41
DAFTAR PUSTAKA
https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/177-upacara-sekaten
https://correcto.id/beranda/read/27587/tradisi-ruwatan-ritual-penyucian-
dosa-dalam-budaya-masyarakat-jawa
https://dadanrusmana.wordpress.com/2011/02/10/tradisi-muludan/
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ditwdb/nguras-enceh-1/
https://pgsp.big.go.id/labuhan-tradisi-upacara-adat-yang-masih-terjaga/
https://travel.detik.com/domestic-destination/d-5107547/mengenal-grebeg-
maulud-di-keraton-yogyakarta
https://www.kompasiana.com/lelalalebog/57fb4bde377b613a323ee2cf/tradisi-
unik-jawa-tengah-tawuran-sego-atau-perang-nasi
https://www.liputan6.com/citizen6/read/781742/bekakak-ritual-masyarakat-di-
ambarketawang-
jogja#:~:text=Ritual%20upacara%20Bekakak%20adalah%20sebuah,pada%20hari
%20Jumat%20bulan%20Sapar.
https://www.popmama.com/baby/7-12-months/sarrah-ulfah/tedak-siten-ritual-untuk-
memprediksi-masa-depan-anak/3
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-kebudayaan/
https://jateng.garudacitizen.com/tradisi-unik-jawa-tengah-mulai-upacara-adat-
kehidupan-setiap-hari-dan-perayaan/
https://mubengjogja.com/blog/5-upacara-adat-jogja-dengan-keunikan-khas-
paket-tour-jogja/
42