The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ebook Kajian Kebahasaan penugasan Matakuliah TIK

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Mita Berutu, 2023-03-26 05:23:06

Ebook Kajian Kebahasaan_Mita Maharani Berutu

Ebook Kajian Kebahasaan penugasan Matakuliah TIK

Keywords: Ebook Kajian Kebahasaan

KAJIAN KEBAHASAAN TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MITA MAHARANI BERUTU


Kajian Kebahasaan Kata Pengantar Segala puji bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ajar. Tak lupa juga mengucapkan salawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, karena berkat beliau, kita mampu keluar dari kegelapan menuju jalan yang lebih terang. Adapun, buku ajar yang telah penulis selesaikan berjudul ‘Kajian Kebahasaan’ ini telah penulis buat secara semaksimal dan sebaik mungkin agar menjadi manfaat bagi pembaca yang membutuhkan informasi dan pengetahuan mengenai bagaimana sistem kajian kebhasaan. Dalam buku ini, tertulis bagaimana pentingnya sistem informasi kajian kebahasaan dan juga bagaimana materi yang disajikan yang relevan dengan mata kuliah mengenai kajian kebahasaan. Penulis sadar, masih banyak luput dan kekeliruan yang tentu saja jauh dari sempurna tentang buku ini. Oleh sebab itu, penulis mohon agar pembaca memberi kritik dan juga saran terhadap karya buku ajar ini agar penulis dapat terus meningkatkan kualitas buku. Demikian buku ajar ini penulis buat, dengan harapan agar pembaca dapat memahami informasi dan juga mendapatkan wawasan mengenai bidang sistem informasi kajian kebahasaan serta dapat bermanfaat bagi masyarakat dalam arti luas. Terima kasih. i Medan, Maret 2023 Penulis Mita Maharani Berutu


Kajian Kebahasaan Daftar Isi KATA PENGATAR........................................................................i Daftar Isi..........................................................................................ii 1. PENDAHULUAN.......................................................................1 A. Latar Belakang.........................................................................1 2. RAGAM BAHASA......................................................................2 A. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakainya.....................2 B. Ragam Bahasa Berdasarkan Mediumnya.................................2 C. Keberagaman bahasa Indonesia...............................................2 3. FONOLOGI.................................................................................4 A. Hakikat Fonologi.....................................................................4 B. Fonetik....................................................................................5 C. Fonemik..................................................................................6 D. Tahapan Komunikasi..............................................................7 E. Proses Pembentukan Buny......................................................7 F. Fon..........................................................................................8 G. Fonem, Vokal dan Konsonan..................................................8 4. MORFOLOGI............................................................................10 A. Hakikat Morfologi..................................................................10 B. Morfologi dalam Ilmu Linguistik............................................13 C. Objek Kajian Morfologi..........................................................13 D. Hubungan Morfologi dengan Subsistem Bahasa Lain............14 DAFTAR PUSTAKA...................................................................17 ii


Kajian Kebahasaan Pendahuluan 1 A. Latar Belakang Bahasa menjadi ciri identitas suatu bangsa. Melalu1 bahasa orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat, bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat penuturnya. Oleh karena itu, masalah kebahasaan udak terlepas dari kehidupan masyarakat penuturnya. Dalam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbaga1 perubahan, terutama yang berkaitan dengan tatanan baru kehidupan dunia dan perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi, khususnya teknologi informasi, yang semakin sarat dengan tuntutan dan tantangan globalisasi. Kondisi itu telah menempatkan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, pada posisi strategis yang memungkinkan bahasa itu memasuki berbagai sendi kehidupan bangsa dan mempengaruhi perkembangan bahasa Indonesia Kondisi itu telah membawa perubahan perilaku masyarakat Indonesia dalam bertindak dan berbahasa. Gejala munculnya penggunaan bahasa asing di pertemuan-pertemuan resmi, di media elektronik, dan di media luar .-uangan menunjukkan perubahan perilaku masyarakat tersebut. Sementara itu, bahasa-bahasa daerah, sejak reformasi digulirkan tahun 1998 dan otonomi daerah diberlakukan, tidak memperoleh perhatian clan masyarakat ataupun dari pemerintah, terutama sejak adanya alih kewenangan pemerintah di daerah. Penelitian bahasa clan sastra yang telah dilakukan Pusat Bahasa sejak tahun 197 4 tidak lag1 berlanjut. Kini Pusat Bahasa mengolah hasil penelitian yang telah dilakukan masa lalu sebagai bahan informasi kebahasaan dan kesastraan di Indonesia. Selain itu, bertambahnya jumlah Balai Bahasa dan Kantor Bahasa di seluruh Indonesia turut memperkaya kegiatan penelitian di berbagai wilayah di Indonesia. 1


Pengantar Kajian Kebahasaan Ragam Bahasa 2 A. Ragam Bahasa Berdasarkan Situasi Pemakainya Berdasarkan situasi pemakaiannya, ragam bahasa terdiri atas tiga bagian, yaitu ragam bahasa formal, ragam bahasa semiformal, dan ragam bahasa nonformal. Setiap ragam bahasa dari sudut pandang yang lain dan berbagai jenis laras bahasa didentifikasikan ke dalam situasi pemakaiannya. Misalnya, ragam bahasa lisan didentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal. Begitu juga laras bahasa diidentifikasikan sebagai ragam bahasa formal, semiformal, atau nonformal Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013: 6). 2 Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang terbentuk karena pemakaian bahasa. Pemakaian bahasa itu dibedakan berdasarkan media yang digunakan topik pembicaraan, dan sikap pembicaranya. Di pihak lain, laras baFungsi pemakaian bahasa lebih diutamakan dalam laras bahasa dari pada aspek lain dalam ragam bahasa. Selain itu, konsepsi antara ragam bahasa dan laras bahasa saling terkait dalam perwujudan aspek komunikasi bahasa. Laras bahasa apa pun akan memanfaatkan ragam bahasanya. Misalnya, lisan dan ragam bahasa tulis. Ragam bahasa formal memperhatikan kriteria berikut agar bahasanya menjadi resmi. Kemantapan dinamis dalam pemakaian kaidah sehingga tidak kaku tetapi tetap lebih luwes dan dimungkinkan ada perubahan kosa kata dan istilah dengan benar. Penggunaan fungsi-fungsi gramatikal secara konsisten dan eksplisit. Penggunaan bentukan kata secara lengkap dan tidak disingkat. Penggunaan imbuhan (afiksasi) secara eksplisit dan konsisten. Penggunaan ejaan yang baku pada ragam bahasa tulis dan lafal yang baku pada ragam bahasa lisan.


Kajian Kebahasaan Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata. Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam mengungkapkan ide.dayaanaan, 2013: 6). B. Ragam Bahasa Berdasarkan Mediumnya Berdasarkan mediumnya, ragam bahasa terdiri atas dua ragam, yaitu; ragam bahasa lisan, ragam bahasa tulis. Rgam bahasa lisan adalah bahasa yang dilafalkan atau dituturkan langsung oleh penutur kepada pendengar atau lawan bicara. Ragam bahasa tulis merupakan komunikasi dalam bentuk tuisan dengan memperhatikan tanda baca dan ejaan yang benar. Di dalam penulisan karya ilmiah, seperti makalah, artikel, skripsi, penulis harus menggunakan ragam bahasa formal. Ragamagam bahasa tulis merupakan komunikasi dalam bentuk tulisan dengan memperhatikan penempatan tanda baca dan ejaan yang benar Ragam bahasa tulis dapat bersifat formal, semiformal, dan nonformal. Di dalam penulisan karya ilmiah, seperti makalah, artikel, skripsi, penulis harus menggunakan ragam bahasa formal Ragam bahasa semiformal dapat digunakan dalam perkuliahan. Ragam bahasa nonformal dapat digunakan pada aktivitas keseharian. 3 1) Ragam bahasa Lisan Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech) dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau isyarat untuk mengungkapkan ide. 2) Ragam bahasa tulis bahasa Lisan


Kajian Kebahasaan C. Keberagaman Bahasa Indonesia Indonesia kaya akan bahasa daerah. Pemetaan bahasa yang dilaksanakan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menunjukkan bahwa bahasa daerah di Indonesia berjumlah 718 bahasa (Oktober 2019). Berdasarkan persebaran menurut wilayah pulau/kepulauannya ditemukan data bahasa daerah di Indonesia sebagai berikut: (1) Sumatra: 26 bahasa, (2) Jawa dan Bali: 10 bahasa, (3) Kalimantan: 58 bahasa, (4) Sulawesi: 62 bahasa, (5) Nusa Tenggara Barat: 11 bahasa, (6) Nusa Tenggara Timur: 72 bahasa, (7) Maluku: 80 bahasa, dan (8) Papua: 428 bahasa (Badan Bahasa, 2019). Bahasa daerah memiliki kekayaan berupa fitur-fitur kebahasaan, misalnya kosakata dan ekspresi bahasa. Untuk itu, Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra menampilkan ekspresi dan fitur-fitur kebahasaan untuk menggambarkan keanekaragaman bahasa daerah di Indonesia. Selain itu, laboratorium ini juga menampilkan jendela-jendela pengetahuan seputar bahasa-bahasa daerah. Dengan ditampilkannya keberagaman bahasa dan sastra daerah dalam laboratorium ini, diharapkan masyarakat semakin mengenal dan mengapresiasi keberagaman kekayaan bahasa dan sastra daerah yang dimiliki dalam satu kerangka NKRI. 4


Kajian Kebahasaan FONOLOGI 3 A. Hakikat Fonologi Kata fonologi itu diambil dari sebuah bahasa yaitu bahasa Yunani. Kata yang mendasari yaitu kata phone yang memiliki arti ‘bunyi’ dan kata logos yang berarti ‘ilmu’. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan bahwa fonologi ialah ilmu bunyi. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014) menyatakan bahwa fonologi berarti sebuah ilmu bagian dari linguistik yang mempelajari bunyi dengan fungsinya. Selain itu, fonologi juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mengkaji bunyi bahasa dari alat ucap manusia. Chaer (2009) berpendapat bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk bunyi bahasa yangi dihasilkan alat pengucapan manusia. Yang dikaji dalami bidang fonologi ialah bunyi bahasa dipandang sebagais atuan terkecil dari sebuah ujaran dan juga gabungan bunyia yang dapat membentuk silabel. Menurut Muslich (2011) fonologi adalah kajian linguistik yang mendalami bunyi-bunyi ujar.ayaan an, 2013: 6). 5 Pada fonologi ini, yang dimaksud dengan bunyi ujaran yaitu satu penggabungan fonem yang dijadikan satu untuk menjadi sebuah kata. Bunyi ujaran pada fonologi, dapati dpelajari melalui dua sudut pandang. Sudut pandang yang pertama yaitu bunyi ujaran yang dipandang hanya sebagai media bahasa. Hal itu menunjukkan bahwa bunyi-bunyi tersebut dianggap sebagai bahan mentah. Fonologi yang melihat bunyi ujaran seperti itu disebut dengan fonetik. Sudut pandang yang kedua yaitu bunyi ujaran dipandang sebagai suatu bagian dari sistem bahasa. Bunyi-bunyi ujaran yang di maksud di sini, adalah unsur bahasa terkecil yangt ermasuk bagian struktur kata sekaligus mempunyai fungsin untuk membedakan makna. Fonologi yang memandangu bnyi ujaran bagian dari sistem bahasa disebut sebagai fonemik (Muslich, 20011). Chaer (2009) berpendapat bahwa fonologi merupakan ilmu yang mempelajari seluk beluk bunyi bahasa yangi dihasilkan alat pengucapan manusia. Yang dikaji dalami bidang fonologi ialah bunyi bahasa dipandang sebagais atuan terkecil dari sebuah ujaran dan juga gabungan bunyia yang dapat membentuk silabel. Menurut Muslich (2011) fonologi adalah kajian linguistik yang mendalami bunyi-bunyi ujar.ayaan an, 2013: 6).


Kajian Kebahasaan Fonetik Artikularis/Organis/Fisiologis, yaitu cabang fonetik yang mengkaji tentang mekanisme alat ucap manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta mengklasifikasian bunyi tersebut. Fonetik fisiologis ini cukup berkaitan dengan ilmu linguistik. Fisiologi merupakan suatu bidang ilmu yang mempelajari tentang fungsi fisiologis manusia (Liberman dalam Muslich, 2013). Setiap manusia normal pastinya akan dapat mengeluarkan berbagai bunyi bahasa, yang dilakukan dengan cara menggunakan alat ucapnya. Alat ucap tersebut seperti bibir, lidah, dan gigi bawah. Oleh karena itu, orang yang memiliki keinginan untuk mempelajari bunyi bahasa harus tahu jenis struktur mekanisme pertuturan. Fonetik fisiologis dapat juga disebut sebagai fonetik organis yaitu ilmu yang mempelajari bagaimana bunyi bahasa dihasilkan oleh alat ucap manusia. Fonetik fisiologis ini ialah cabang fonetik yang paling berhubungan dengan ilmu linguistic. Hal itu dikarenakan fonetik fisiologis ini sangat berhubungan dengan cara bunyi bahasa itu diproduksi atau dihasilkan. Fonetik fisiologis atau fonetik artikulatoris merupakan fonetik yang mengkaji bagaimana mekanisme alat ucap manusia menghasilkan bunyi bahasa. 6 Chaer (2009) fonetik merupakan suatu cabang dari fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa melihat bunyi bahsa tersebut dapat membedakan makna atau tidak. Resmini (2006) mengungkapkan bahwa fonetik dapat diartikan sebagai ilmu yang melihat bunyi bahasa, pembentukan bunyi bahasa, kekerapan bunyi bahasa sebagai getaran udara, proses penerimaan bunyi bahasa ini oleh alat dengar. Marsono (2009) B. Hakikat Fonologi menjelaskan bahwa fonetik merupakan sebuah ilmu bahasa yang menyelidiki sebuah bunyi bahasa. Keraf (1984) juga berpendapat bahwa fonetik ialah sebuah ilmu yang menganalisis bunyi ucap dan menganalisis cara alat ucap manusia menghasilkan bunyi-bunyi tersebut. Menurut terjadinya bunyi bahasa, fonetik dibedakan menjadi tiga, yaitu fonetik artikulatoris , fonetik akustis , dan fonetik auditoris. 2013: 6). 1. Fonetik Artikularis/Organis/Fisiologis 2. Akustik Fonetik akustik mengkaji suatu bunyi bahasa berdasarkan aspek fisiknya. Kajian dari fonetik akustis ini lebih ditekankan pada struktur fisik bunyi bahasa dan cara alat pendengar manusia merespon bunyi bahasa yang diterima (Malmberg dalam Muslich, 2013). Objek kajian fonetik akustik adalah bunyi bahasa pada saat merambat di udara, yang


Kajian Kebahasaan Fonetik auditoris ialah sebuah kajian yang mengkaji respons sistem pendengaran kepada rangsangan gelombang bunyi yang diterima. Kajian fonetik auditoris lebih mengarah pada persoalan bagaimana cara seseorang untuk menentukan pilihan bunyi yang akan diterima oleh alat pendengarannya. Mengacu pada hal tersebut, dapat diketahui bahwa kajian ini menekankan tentang cara seorang pendengar menanggapi bunyi yang diterima oleh alat pendengarannya sebagai bunyi yang harus diproses, sebagai bunyi bahasa yang memiliki makna, dan ciri bunyi bahasa yang dirasa penting oleh pendengar dalam usaha pendengar untuk membedakan tiap bunyi bahasa yang didengar (Singh dalam Muslich, 2013). 7 dibicarakan yaitu gelombang bunyi serta frekuensi dan kecepatan pada saat merambat di udara, tekanan, spektrum, serta intensitas bunyi. Selain itu juga membahas resonansi, skala desibel, akustik produksi bunyi, dan pengukuran akustik itu. fonetik ini yang dipelajari yaitu berbagai cara mekanisme pertuturan manusia dalam menanggapi dan menghasilkan bunyi bahasa, mempelajari cara pergerakan bunyi bahsa tersebut dalam satu ruang udara. Di mana proses selanjutnya yaitu merangsang proses pendengaran manusia. Fonetik ini lebih mengarah pada kajian bidang fisika. Lebih fokus digunakan dalam bidang fisika. Tetapi juga dipelajari pada kajian linguistik, meskipun pada kajian tidak sedetail kajian fisika. 3. Fonetik Auditoris Fonemik merupakan bidang kajian linguistik yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan bunyi tesebut memiliki fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Fonemik sacara fungsional memiliki pertentangan dengan fonetik. Hal itu dikarenakan kajian fonemik lebih memperhatikan pada suatu makna yang ditimbulkan oleh bunyi bahasa pada saat diucapkan, sedangkan kajian fonetik hanya memperhatikan cara bunyi bahasa bisa diucapkan secara benar, meskipun dari segi cara atau segi tempat artikulasinya (Christianti, 2015). Fonemik merupakan suatu cabang studi fonologi yang mengkaji suatu bunyi bahasa dengan lebih memperhatikan fungsi bunyi sebagai pembeda makna. Apabila bunyi tersebut dapat membedakan makna, maka bunyi tersebut dinamakan fonem. Fonem adalah kesatuan unyi terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Kenneth L. Pike (1963) mengatakan, “a phoneme is one of the significant units of sounds, or a contranstive sound unit.” Berdasarkan rumusan tersebut jelaslah bahwa fonem mempunyai “fungsi pembeda” yaitu pembeda makna. (Muslich, 2013) C. Fonemik


Kajian Kebahasaan Fonem merupakan satuan bunyi bahasa yang paling kecil dan dapat membedakan makna. Sebagai contoh yaitu pada kata buruk dan busuk, kedua kata tersebut dibedakan dengan hurus r dan s, maka r dan s tersebut dapat membedakan makna dari kata buruk dan busuk (Rahmah dalam Christianti, 2015). Fonem dapat ditulis diantara tanda garis miring yaitu /…/. Contoh penulisan sebuah fonem: /e/, /f/, /g/, dan /h/. Apabila pada bahasa tulis, maka penulisan fonem dapat ditulis dengan grafem. Grafem ditulis diantara dua kurung sudut yaitu . Contoh penulisan grafem: , , , dan . Representasi antara sebuah fonem dan grafem terkadang sama, terkadang juga tidak sama. Sebagai contoh pada kata ‘beras’, terjadi dari lima grafem yaitu , , , , dan . Melambangkan fonem /b/, /e/, /r/, /a/, dan /s/. Keduanya tidak selalu memiliki hubungan timbal balik. Sebagai contoh grafem pada kata besar, sore, dan ember, mewakili tiga fonem yang berbeda. Berbada dengan kata ‘berang’, terdapat grafem , grafem tersebut penulisannya menggunakan dua huruf, akan tetapi itu melambangkan sebuah fonem. 8 Fonetik merupakan suatu cabang fonologi yang melihat suatu bunyi bahasa sebagai fenomena alam. Hal tersebut memiliki arti bahwa bunyi bahasa dianggap sebagai substansi yang otonom dan universal, tanpa melihat fungsinya sebagai pembeda makna atau pembeda maksud. Meskipun secara linguistik fonetik merupakan ‘bahan mentah’ bahasa. Menunut Muslich (2013) Sebagai bahan mentah, media, atau substansi bahasa, bunyi itu menampak pada peristiwa komunikasi dengan bahasa lisan. Ketika pembicara menyampaikan maksud kepada pendengar, yang tampak adalah pembicara mengucapkan serangkaian bunyi. Serangkaian bunyi yang di dalamnya terdapat makna tertentu itu diproduksi oleh alat ucap pembicara, dan keluar dalam bentuk gelombang-gelombang bunyi di udara bebas, yang selanjutnya ditangkap oleh pendengar sehingga dapat didengar sebagai serangkaian bunyi. Bunyi yang didengar tersebut kemudian diolah sedemikian rupa sehingga menjadi bunyi yang mengandung makna atau maksud sesuai dengan tujuan komunikasi. Agar tahap komunikasi tersebut dapat dipahami lebih jelas, maka dapat dicermati diagram berikut. Diagram ini merupakan alur komunikasi satu arah antara pembicara dan pendengar. D. Tahapan Komunikasi


Kajian Kebahasaan Arus udara yang menjadi sumber energi paling utama dalam pembentukan sebuah bunyi bahasa merupakan hasil kerja alat atau organ tubuh yang dikendalikan otot-otot tertentu atas perintah saraf-saraf otak. Oleh sebab itu, arus udara ini tidak muncul dengan sendirinya, akan tetapi diciptakan atas perintah saraf-saraf otak tertentu; apakah arus udara menuju keluar dari paruparu (arus udara egresif), atau arus udara ke dalam atau menuju paru-paru (arus udara ingresif). 9 1. Arus Udara Dalam proses pembentukan bunyi, ada beberapa sarana yang memiliki peran penting yaitu (1) arus suara, (2) pita suara, dan (3) alat ucap. Ketiga sarana tersebut juga oleh fonetis dipakai sebagai dasar pengklasifikasian bunyi. E. Proses Pembentukan Bunyi 2. Pita Suara Sumber bunyi yaitu pita suara. Pita suara akan digetarkan oleh udara yang keluar masuk dalam paru-paru. Pita suara ini letaknya pada kerongkongan yang posisinya mendapar dari muka ke belakang. 3. Alat-alat Ucap Alat ucap memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Ada beberapa alat ucap yang memiliki fungsi masing-masing. Paru-paru berfungsi sebagai menghisap zat pembakar yang kemudian akan dialirkan pada darah dan juga menyalurkan zat asam arang untuk keluar dari tubuh.Yang memiliki fungsi untuk melindungi saluran pernafasan agar tidak dimasuki bendabenda asing yaitu pita suara. Lidah berfungsi sebagai alat untuk memindahkan atau merasakan makanan yang dikunyah. Gigi memiliki fungsi untuk menguyah makanan sehingga membuat mudah kerja alat pencernaan.


Kajian Kebahasaan 10 Vokal bahasa Indonesia /i/, /a/, /u/, dan /o/ tersebut dilambangkan grafem yang sama bentuknya, sedangkan /e/ dan /|/ dilambangkan dengan satu grafem /e. Keenam vokal tersebut dapat berdistribusi menduduki posisi awal, tengah, dan akhir suku kata. Pada gabungan fonem vokal dan konsonan menimbulkan bunyi baru, seperti gabungan uukng (u:kng), eepm (e:pm), dan aatn (a:tn) yang pelafalannya lebih panjang daripada penggunaan satu vokal. Gabungan dua vokal atau vokal panjang dan konsonan rangkap tersebut menunjukkan bentuk perbedaan pelafalan yang sekaligus membedakan arti atau makna kata dari ejaan atau lafal yang menggunakan satu vokal atau vokal pendek, khususnya penggunaan sisipan huruf k, p, dan t. Bahasa Indonesia tidak memiliki bentuk-bentuk konsonan rangkap seperti contoh di atas, tetapi jumlah konsonan rangkap dalam bahasa Indonesia lebih banyak dan lebih bervariasi bentuknya. G. Fonem, Vokal dan Konsonan Fonem adalah bunyi bahasa yang minimal yang membedakan bentuk dan makna kata (Alwi, dkk., 2003:26). Hal tersebut senada dengan pendapat Muslich (2008:77) yang menyatakan bahwa fonem adalah kesatuan terkecil suatu bahasa yang berfungsi membedakan makna. Fonem itu sendiri tidak mempunyai arti, tetapi berfungsi sebagai pembeda arti (Subroto, 1991:11). Untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita harus mencari sebuah satuan bahasa, biasanya sebuah kata yang mengandung bunyi tersebut, lalu dibandingkannya dengan bahasa lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama (Chaer, 1994:125). Hal ini senada dengan pendapat Soeparno (2002:88) cara untuk menentukan fonem tidak menggunakan deretan paradigmatik, tetapi menggunakan pasangan minimal. Hal ini disebabkan fonem merupakan unsur bahasa yang belum mempunyai arti, melainkan hanya mendukung arti atau mengandung arti atau membedakan arti. Fon adalah bunyi bahasa yang pada umumnya yaitu bunyi bahasa tanpa memperhatikan bunyi tersebut memiliki fungsi sebagai pembeda makna atau tidak memiliki fungsi. Fon merupakan bunyi bahasa yang terdiri atas bunyi vokal dan bunyi konsonan. Simbol atau lambang suatu bunyi bahasa yaitu huruf. Bahasa Indonesia memiliki 26 huruf. Huruf tersebut dari huruf a sampai dengan huruf z. F. Fon


Kajian Kebahasaan A. Hakikat Morfologi Istilah morfologi dalam bahasa Indonesia berasal dari kata morphology dalam bahasa Inggris. Istilah itu terbentuk dari dua buah morfem, yaitu morph ‘bentuk’ dan logy ‘ilmu’. Istilah morfologi dijelaskan oleh Chaer (2008: 3) merujuk kepada ‘Ilmu yang mengenai bentuk’ Di dalam linguistik, morfologi adalah mengkaji bentuk-bentuk kata dan proses pembentukan kata. Artinya setiap bentuk bahasa (linguistic form) yang berupa seluk beluk kata, menjadi objek sasaran untuk dikaji, misalnya, selain kata desain, terdapat kata mendesain, mendesainkan, terdesain, banyak desain, desain-desain, desain rumah, pendesainan bersusun, tampilan desain, hasil desain imaging, rancangan desain; di samping kata ekstensi terdapat kata diekstensikan, mengekstensi, pengekstensian; selain kata kontraksi terdapat kata berkontraksi, kontraksi otot, mengkontraksi, dikontraksikan, terkontraksi, otot berkontraksi; di sisi kata telepon, terdapat kata bertelepon, menelepon, meneleponkan, diteleponkan, telepon genggam, telepon pintar, telepon seluler, telepon-telepon, telepon-teleponan, bertelepon-teleponan. 11 Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti bentuk dan kata logi yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ilmu mengenai bentuk. Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yangmempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalamMulyana, 2007: 5), secara etimologis istilah morfologi berasal dari bahasaYunani, yaitu berasal dari gabungan kata morphe yang berarti ‘bentuk’, dan logos yang artinya ‘ilmu’. Chaer (2008: 3) berpendapat bahwa morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukannya. Menurut Ramlan pengertian morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari seluk beluk bentuk kata serta perubahan bentuk kata serta perubahan bentuk kata terhadap arti dan golongan. MORFOLOGI 4


Kajian Kebahasaan 12 Mengamati kata-kata tersebut dapat diutarakan bahwa kata dalam bahasa Indonesia memiliki beragam bentuk. Kata desain terdiri dari satu morfem, sama halnya dengan kata kontraksi dan telepon. Selanjutnya, kata mendesain terdiri dua morfem, yakni morfem {meN-} sebagai imbuhan, dan morfem desain sebagai bentuk dasar. Kata telepon-telepon terdiri dari dua morfem yaitu morfem telepon sebagai bentuk dasar, diikuti oleh morfem telepon sebagai morfem ulang. Kata telepon- teleponan, terdiri dari tiga morfem yaitu morfem telepon sebagai morfem dasar, diikuti oleh morfem telepon sebagai morfem ulang, diikuti oleh imbuhan {-an} sebagai morfem akhiran. Satuan bahasa berupa telepon seluler terdiri dari dua morfem, demikian pula kontraksi otot, desain rumah, telepon pintar, kartu pintar yang masing-masing bentuk bahasa itu merupakan kata. Kata mendesainkan terdiri dari dua morfem, yakni {meN-kan} sebagai imbuhan berupa prefiks dan morfem desain. Fenomena tersebut dapat dipahami bahwa setiap satuan bahasa berupa morfem dapat mengalami perubahan. Perubahan itu menyebabkan satuan bahasa berupa morfem itu mengalami pergantian dalam dua hal, yaitu: 1) kelas kata; dan 2) makna kata. Misalnya, golongan kelas kata telepon berbeda dengan golongan kelas kata bertelepon-teleponan. Kata telepon dikategorikan sebagai golongan kata nominal, tetapi bertelepon-teleponan termasuk kelas kata verba. Objek kajian morfologi adalah bentuk kata, semua satuan bahasa sebelum menjadi kata, seperti morfem dengan beragam tipe serta bentuk, dan proses pembentukan kata. Pembentukan kata mencakupi beberapa proses seperti morfem bebas maupun terikat; imbuhan; morfofonemik, reduplikasi, komposisi, infleksi, dan deriva. Proses morfologis adalah proses pembentukan, perubahan kata yang meliputi afiksasi (penambahan imbuhan), Reduplikasi (pengulangan kata baik sebagian ataupun seluruhnya), akronim (penyingkatan atau pemendekan kata), konversi (perubahan kelas kata). Menurut Verhaar dalam buku Asas-Asas Linguistik Umum, morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata.


Kajian Kebahasaan 13 B. Morfologi dalam Ilmu Linguistik Objek kajian morfologi adalah bentuk kata, semua satuan bahasa sebelum menjadi kata, seperti morfem dengan beragam tipe serta bentuk, dan proses pembentukan kata. Pembentukan kata mencakupi beberapa proses seperti morfem bebas maupun terikat; imbuhan; morfofonemik, reduplikasi, komposisi, infleksi, dan deriva. Proses morfologis adalah proses pembentukan, perubahan kata yang meliputi afiksasi (penambahan imbuhan), Reduplikasi (pengulangan kata baik sebagian ataupun seluruhnya), akronim (penyingkatan atau pemendekan kata), konversi (perubahan kelas kata). Menurut Verhaar dalam buku Asas-Asas Linguistik Umum, morfologi adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa sebagai satuan gramatikal. Pengertian lain menyatakan bahwa morfologi adalah cabang linguistik yang membicarakan atau mengidentifikasi seluk beluk pembentukan kata. Objek kajian morfologi adalah satuan-satuan morfologi proses-proses morfologi, dan alat-alat dalam proses morfologi itu. Satuan morfologi adalah morfem (akar atau ufliks) dan kata. Proses morfologi melibatkan komponen, antara lain komponen dasar atau bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, duplikasi, komposisi), dan makna gramatikal (Chaer, 2008. 7). Berikut penjelasan mengenai satuan morfologi dan proses morfologi C. Objek Kajian Morfologi 1. Satuan Morfologi Satuan morfologi berupa morfem (bebas dan afiks) dan kata. Morfemadalah satuan gramatikal terkecil yang bermakna, dapat berupa akar (dasar) dandapat berupa afiks. Bedanya, akar dapat menjadi dasar dalam pembentukan kata,sedangkan afiks tidak dapat; akar memiliki makna leksikal sedangkan afiks hanyamenjadi penyebab terjadinya makna gramatikal. Contoh satuan morfologi yang berupa morfem dasar yaitu pasah, undhuk, emal, dll. Adapun contoh morfem yang berupa afiks yaitu N-, di-, na-, dll. Kata adalah satuan gramatikal yang terjadisebagai hasil dari proses morfologis. Apabila dalam tataran morfologi, katamerupakan satuan terbesar, akan tetapi dalam tataran sintaksis merupakan satuanterkecil. Contoh kata pada istilah pertukangan kayu antara lain: dirancap, ambal,tondhan, dll.


Kajian Kebahasaan 14 Dalam proses morfologi, dasar atau bentuk dasar merupakan bentuk yangmengalami proses morfologi. Dasar ini dapat berupa bentuk polimorfemis (bentuk berimbuhan, bentuk ulang, atau bentuk gabungan). Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi, dapat berupa pengulangan dalam prosesreduplikasi, dan berupa penggabungan dalam proses komposisi. 2. Proses Morfologi Proses morfologi dikenal juga dengan sebutan proses morfemis atau proses gramatikal. Pengertian dari proses morfologi adalah pembentukan katadengan afiks (Chaer, 2003: 177). Maksud dari penjelasan Chaer adalah pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan atau reduplikasi, penggabungan atau proses komposisi, serta pemendekan atau proses akronimisasi. Parera (2007: 18), berpendapat bahwa proses morfemis merupakan suatu proses pembentukan kata bermorfem jamak. Proses ini disebut proses morfemis karena proses ini bermaknadan berfungsi sebagai pelengkap makna leksikal yang dimiliki oleh sebuah bentuk dasar.Berdasarkan penjelasan di atas, proses morfologi dapat diartikan sebagaisuatu proses pembentukan kata, yang berasal dari penggabungan dua morfematau lebih. Proses tersebut melibatkan tiga komponen, yaitu bentuk dasar, alat pembentuk (afiks, perulangan), serta makna gramatikal. 3. Alat Proses Morfologi D .Hubungan Morfologi dengan Subsistem Bahasa Lain Jika berbicara tentang Morfologi, tentu saja pasti terdapat sangkut paut terhadap ilmu kebahasaan lainnya entah itu fonologi, sintaksis, semantik ataupun leksikologi. Berikut adalah hubungan bidang morfologi dengan ilmu kebahasaan lainnya: 1. Hubungan Morfologi dengan Fonologi Morfologi bagian dari kajian lingustik Morfologi mempelajari seluk eluk bentuk kata. Sedangkan fonologi mempelejarai bunyibunyi bahasa menurut fungsinya. Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {pukul} diucapkan secara bervariasi antara [pukUl] dan [pUkUl] serta diucapkan [pukulan] setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-an}.


Kajian Kebahasaan 15 Morfologi dan sintaksis adalah bidang tataran linguistik yang secaratradisional disebut dengan tata bahasa atau gramatika. Di dalam bidang sintaksis,munculah istilah Morfosintaksis yang merupakan gabungan dari morfologi dansintaksis. Sementara sintaksis menyelidiki struktur satuan bahasa yang lebih besar dari kata, mulai dari frase hingga kalimat. Dengan kata lain, sintaksismerupakan studi gramatikal struktur antarkata, atau tegasnya menyelidiki seluk- beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jadi, kata dalam morfologi merupakansatuan yang paling besar sedangkan dalam sintaksis merupakan satuan yang paling kecil. Di dalam bidang morfologi terdapat Morfofonemik atau Morfofonologi, yaitu peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis. Perubahan fonem padam proses morfofonemik ini dapat berwujud:(1) pemunculan fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem dan (5) pergeseran fonem. 2. Hubungan Morfologi dan Sintaksis Sama-sama mempelajari arti kata. Perbedaannya ialah bahwa morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik (arti gramatik) atau makna, sedangkan Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap terkandung pada kata, atau yang lazim disebut sebagai arti leksikal. Contoh:Rumah = Bangunan untuk tempat tinggal. Berumah = ‘Mempunyai rumah’, ‘diam’, ‘tinggal’ Pada contoh arti leksikal dan pemakian kata tersebut dibicarakan dalamleksikologi. Ada persamaan antara leksikologi dengan morfologi, yaitumempelajari masalah arti, namun terdapat perbedaan diantara keduanya itu. 3. Hubungan Morfologi dengan Leksikologi 4. Hubungan Morfologi dengan Leksikologi Leksikografi memperlajari seluk beluk kata, yaitu mempelajari perbendaharaan kata dalam suatu bahasa, mempelajari pemakaian makna kataserta artinya seperti dipakai oleh masyarakat. Leksikografi dan morfologimempelajari masalah arti, tetapi morfologi mempelajari arti yang timbul sebagaiakibat peristiwa gramatik, sedangkan leksikografi mempelajari arti yangterkandung dalam kata, atau disebut arti leksikal.


Kajian Kebahasaan 16 Morfologi dan etimologi sama sama menyelidiki seluk beluk bentuk kata.Tetapi morfologi hanya menyelidiki peristiwa peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi, yang dapat dikatakan merupakan system dalam bahasa. Sedangkan etimologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara khusus. 5. Hubungan Morfologi dan Etimologi


Kajian Kebahasaan 17 DAFTAR PUSTAKA Cerianing Putri Pratiwi, S.Pd., M.Pd. Heny Kusuma Wdyaningrum, S.Pd., M.Pd. (2019). Kajian Kebahasaan Indonesia di Sekolah Dasar. Madiun: UNIPMA Press. Sutiman. Menuk Hardaniwati. Wiwiek Dwi Astuti. (2007).Antologi Kajian. Kebahasaa. Jakarta Timur: Pusat Bahasa. Lola. Mida. Andikasari Tanzimah. Ida. Suryani. (2022). Morfologi Bahasa. Indonesia. Jurnal Sekolah, Vol 6 (2) Maret 2022, Hal 111-121. Diunduh . pada 24 Maret 2023


Click to View FlipBook Version