a word called bullying Sosialisasi Isu Perundungan oleh MAMAY NURMALA NUPUZ
SEBUAH KATA BERNAMA: PERUNDUNGAN Merupakan tindak kekerasan yang dilakukan secara fisik, psikis, ataupun seksual yang berupa tindakan agresif dan penyerangan yang mengakibatkan ketakutan, trauma, luka/cedera fisik maupun kerusakan barang Perundungan dapat terjadi dalam dunia nyata maupun di dunia maya (cyber bullying)
siapa saja yang terlibat dalam perundungan? PELAKU KORBAN PENONTON/BYSTANDER
PELAKU pelaku adalah seseorang yang melakukan perundungan Pelaku cenderung merasa dirinya lebih unggul dibandingkan korbannya. Pelaku sulit berempati, agresif dan selalu menyalahkan korban atas tindakan perundungan yang ia lakukan terusmenerus Pelaku biasanya memiliki kuasa atau kekuatan yang lebih besar dibandingkan teman-temannya. Ia bisa saja mempunyai fisik yang lebih kuat, status ekonomi yang lebih tinggi atau populer diantara teman-temannya
KORBAN korban adalah orang yang menjadi target aksi perundungan Seseorang yang menjadi korban biasanya dianggap lebih lemah, baik dari segi fisik maupun dari segi status sosial dan ekonomi/kondisi lainnya yang membuat korban rentan terisolasi secara sosial dan terlihat tidak punya banyak teman Seseorang yang memiliki kecenderungan menjadi korban biasanya karena sering mengalami situasi kekerasan di rumah, perasaan rendah diri atau dapat berupa trauma masa kecil
penonton/bystander Bystander merupakan pihak yang tidak terlibat langsung dalam kejadian perundungan, tetapi menyaksikan kejadian perundungan Bystander AKTIF Bystander PASIF Bystander aktif biasanya ikut senang dengan proses perundungan yang dilakukan pelaku sehingga secara tidak langsung mendukung tingkah laku pelaku Bystander pasif biasanya hanya menyaksikan situasi tanpa membantu korban ataupun mendukung, perundungan dibiarkan terjadi begitu saja tanpa ada intervensi
bercanda? atau merundung? dilakukan dengan sengaja untuk merendahkan harga diri orang atau kelompok lain tindakan yang dilakukan terus-menerus dan berpotensi untuk berulang ketidakseimbangan kekuatan atau kuasa antara korban dan pelaku tujuan bercanda adalah untuk meringankan suasana dan membuat orang tertawa jika orang yang diajak bercanda tidak suka, maka dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman atau bahkan luka secara fisik atau psikologis, ini dkategorikan sebagai perundungan
perundungan di sekitar kita PERUNDUNGAN FISIK pelaku secara berulang melakukan kekerasan fisik kepada korban PERUNDUNGAN VERBAL pelaku secara berulang mengejek dan menghinakan melalui perkataan PERUNDUNGAN SOSIAL pelaku secara berulang mempermalukan korban sehingga korban merasa terpojokan atau dimusuhi oleh lingkungan sosialnya
Pelaku biasanya memberikan komentar negatif di media sosial, kadang melalui akun anonim yang menyembunyikan identitas pengirim PERUNDUNGAN DARING (CYBER BULLYING) merupakan perundungan yang muncul melalui ruang-ruang digital Kadang perundungan dapat dilakukan melalui email pesan singkat dan media daring lainnya artinya bisa terjadi secara publik seperti di kolom komentar ataupun secara privat seperti dalam pesan ke korban
Mitosnya, perundungan bisa membangun karakter anak, padahal faktanya, penelitian dari Kings tahun 2014 menunjukkan bahwa perundungan melukai kesehatan psikologis korban dan dampaknya bisa bertahan hingga 40 tahun artinya korban dapat tumbuh besar dengan ketakutan kecemasan dan atau gangguan psikologis lain yang malah menghambat potensi diri anak. Begitupun dengan dampak perundungan verbal yang berdampak sama buruknya dengan perundungan yang melibatkan kekerasan fisik. Korban kekerasan verbal dapat mengalami dampak seperti kesulitan dalam mengambil keputusan dan berkomunikasi hingga gangguan mental katanya mitos, padahal faktanya... Mitosnya, perundungan di kalangan anak itu hal yang wajar terjadi, padahal faktanya, perundungan tidak dapat ditoleransi sebagai sesuatu yang normal, karena tindak kekerasan dalam bentuk apapun bukanlah hal wajar
Mitosnya, perundungan sama dengan candaan atau gurauan, padahal faktanya, candaan seharusnya tidak menimbulkan kerugian atau menyakiti orang lain. Jika korban tidak menganggap tindakan pelaku lucu dan malah merasa dirugikan tindakan tersebut sudah jelas adalah kekerasan lalu jika dilakukan dengan sengaja untuk merendahkan disertai ketimpangan kuasa dan berulang kekerasan tersebut sudah pasti adalah perundungan Mitosnya, bahwa beberapa orang memang pantas dirundung entah karena kepribadian atau karena kekurangan kondisi fisik, padahal faktanya, setiap manusia berhak untuk dihormati, diperlakukan dengan setara dan yang paling penting bebas dari ancaman perundungan katanya mitos, padahal faktanya...
Mitosnya, jika terjadi perundungan sebaiknya didiamkan saja karena akan selesai dengan sendirinya, padahal faktanya, saat kita memilih diam secara tidak langsung kita mengisyaratkan bahwa lingkungan di sekitar korban membenarkan perundungan sehingga korban pun rentan merasa semakin tidak berdaya, tidak aman dan takut melapor dan akhirnya perundungan pun bisa jadi semakin parah katanya mitos, padahal faktanya... Mitosnya, perundungan daring atau cyber bullying dampaknya lebih ringan dibandingkan perundungan langsung, padahal faktanya, meski terjadi secara daring, cyber bullying tetap menyakitkan dan berdampak fatal pada korban karena cyberbully dilakukan di ranah publik bahkan cakupannya bisa jadi lebih luas sehingga tindak perundungan bisa menyebar dengan cepat dan malah bisa terjadi kapan saja dan dimana saja bahkan di tempat yang kita pikir adalah tempat aman bagi korban seperti kamar atau rumahnya sendiri
iklim sekolah aman bebas perundungan Refleksi YUK !!! Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan sanksi yang tidak relevan kepada murid? Apakah Bapak/Ibu pernah memberikan respon negatif ketika murid melakukan kesalahan seperti memberi julukan si malas atau si suka melawan? Apakah Bapak/Ibu pernah menjadikan ciri fisik murid sebagai bercandaan seperti si hitam atau si gendut yang membuatnya tidak nyaman?
JIka jawabannya “iya” , hati-hati Bapak/Ibu, tanpa sadar kita boleh jadi sudah menjadi pelaku perundungan di lingkungan sekolah
apa yang harus dilakukan untuk mencegah perundungan di sekolah ? Sekolah menyediakan layanan dasar berupa edukasi dan sosialisasi seputar perundungan kepada peserta didik ataupun seluruh anggota satuan pendidikan. Edukasi dan sosialisasi dapat berupa berupa seminar/workshop bekerjasama dengan penyedia layanan edukasi anti perundungan atau bekerjasama dengan praktisi ahli dan organisasi masyarakat terkait. Informasi mengenai perundungan juga bisa dipasang di berbagai sudut sekolah agar seluruh warga sekolah senantiasa peka mengenai perundungan di sekitarnya. Selain itu sekolah juga dapat memasang papan informasi mengenai layanan pengaduan tindak kekerasan di sekolah
Sekolah memberikan layanan responsif untuk memenuhi kebutuhan murid yang memerlukan penanganan mendesak dan segera dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah yang tengah dialami murid yang terlibat dan terdampak perundungan tersebut, baik murid itu sebagai korban, pelaku maupun bystander agar mereka tetap mendapatkan haknya sebagai anak-anak seperti hak atas perlindungan dan hak mendapatkan pendidikan Layanan ini berfokus pada cepat tanggap menangani isu perundungan, bersikap objektif dengan memberikan pendampingan intensif, komunikasi dan kolaborasi, Sekolah membangun dukungan sistem yang kuat melalui kebijakan dan prosedur yang berfokus pada pencegahan dan penanggulangan perundungan di sekolah, dengan memasukkan nilai-nilai dan semangat keberagaman anti diskriminasi dan anti kekerasan terhadap seluruh warga sekolah tanpa kecuali. Yang tidak kalah penting adalah mensosialisasikan kebijakan tersebut
Sekolah membentuk tim pencegahan tindak kekerasan yang terdiri dari kepala sekolah, perwakilan guru, perwakilan murid dan perwakilan orang tua atau wali Agar menjadi teladan, maka pendidik harus senantiasa mendengarkan secara aktif perkataan murid bukan untuk memberi nasehat ataupun memarahi tetapi untuk memahami mereka; tidak langsung menghakimi apalagi menghukum murid jika ada perilaku yang tidak sesuai dengan tata tertib di sekolah dengan cara memahami situasi yang terjadi dan merespon secukupnya; dan tunjukkan bahasa tubuh atau gesture terutama intonasi suara yang menunjukkan empati Menjadikan guru sebagai teladan di sekolah. Mengadakan kegiatan yang dapat dilakukan di kelas agar peserta didik dapat menumbuhkan empati dan menghindari perundungan. Misalnya kegiatan bertukar hadiah atau makan siang bersama; memulai kelas dengan menanyakan perasaan mereka hari ini dan mengapa mereka merasa demikian sehingga akan membuat orang di sekitar lebih memahami perasaannya dan menumbuhkan empati antar murid di kelas;
Mengajak seluruh murid untuk melaporkan segala bentuk perundungan yang terjadi di sekitar mereka dengan memastikan perlindungan atas laporan yang mereka buat. Guru perlu untuk selalu mengingatkan murid bahwa mereka bisa menjadi sekutu yang potensial dalam membela korban perundungan. Riset menunjukkan bahwa aksi pelaku perundungan cenderung berhenti ketika seseorang mengambil sikap tidak hanya menjadi sekutu. Kita juga bisa memberikan pemahaman pada murid bahwa pelaporan kasus peruntungan itu penting dan sangat disarankan agar kekerasan dapat segera ditangani. Ajakan ini bisa ditujukan pada korban dan upstander yang melihat perundungan terjadi. dengan membangun ruang aman bagi murid untuk melapor. Aktif mendorong murid untuk saling berteman dan menghargai satu sama lain tanpa mengucilkan murid tertentu. Juga aktif berdiskusi dengan orangtua murid mengenai kondisi murid di rumah. Orang tua diajak untuk mengenali kondisi anaknya seperti perubahan suasana hati, pola makan, aktivitas di rumah dan lainnya yang bisa jadi merupakan dampak dari perundungan, agar bisa mengambil tindakan yang tepat dan agar keluarga dari murid korban perlu tahu bahwa korban bisa mendapatkan dukungan yang dibutuhkan dari lingkungan
PROGRAM ROOTS Merupakan program pencegahan perundungan yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia bersama para Mitra sejak tahun 2017 dengan melakukan intervensi pelatihan ke beberapa sekolah Program memusatkan peran murid di sekolah sebagai agen perubahan untuk menyebarkan pesan dan perilaku baik diantara teman sebaya Guru di satuan pendidikan masing-masing peran guru sebagai fasilitator adalah memberi ruang diskusi bersama murid sebagai agen perubahan online di setiap pertemuan Murid mengikuti pelatihan atau bimbingan teknis, dan selain itu fasilitator guru juga dibekali buku panduan untuk mengisi sesi-sesi pelatihan bersama murid. Aktivitas ini berlangsung di luar jam pembelajaran sekolah layaknya kegiatan ekstrakurikuler Mengembangkan soft skills atau keterampilan non teknis murid sebagai agen perubahan
apa yang harus dilakukan jika perundungan terlanjur terjadi ?
Apa yang harus kita lakukan? Berempati dengan korban perundungan Dampak perundungan terhadap korban dapat berupa dampak emosional, mental, fisik, sosial dan akademis. Pada umumnya korban perundungan merasa malu dan atau kesal atas pengalamannya. Perasaanperasaan negatif kemudian membuat korban tidak berdaya dan bisa mempengaruhi kesehatan mental korban. Dalam kegiatan belajar mengajar kita bisa membantu dengan memastikan bahwa korban merasa aman dan pelaku tidak mendapatkan kesempatan untuk mengulangi perundungan. Dampak fisik merupakan dampak yang paling kasat mata, sehingga kita harus membiasakan diri untuk peka terhadap kondisi fisik murid.
Mengutamakan pendekatan personal dengan korban sehingga korban akan nyaman bercerita mengenai masalahnya, Kita juga dapat memastikan atau memvalidasi perasaan korban atas perundungan yang dialaminya. Jika korban sudah mulai terbuka kita bisa melakukan intervensi yang mendorong interaksi sosial seperti merencanakan kegiatan sosial bersama tugas kelompok, mengobrol dengan korban mengenai hambatan yang ia alami hingga berkonsultasi dengan orang tua korban untuk strategi di dalam dan di luar sekolah Apa yang harus kita lakukan? Bagi murid yang terdampak akademis misalnya penurunan kekatifan di kelas, atau tingkat kehadiran di sekolah yang semakin menurun sejak mengalami perundungan, guru harus lebih proaktif dengan menanyakan kebutuhan akademis murid tersebut.
Apa yang harus kita lakukan? Mengenal pelaku perundungan Pelaku perundungan cenderung bersikap agresif secara fisik dan perkataannya, pelaku juga cenderung bersikap impulsif dengan membuat onar dan kesulitan dalam berempati, pelaku pun cenderung memiliki kuasa tertentu pada lingkaran pertemanannya, perilaku agresif dan impulsif ini biasanya dilakukan berulang sehingga kita perlu lebih peka ketika melihat perilaku yang bukan hanya usil semata. Guru harus memahami karakteristik pelaku perundungan dan berbagai faktor yang melatarbelakangi seseorang menjadi pelaku perundungan. diantaranya adalah faktor keluarga, faktor pemicu perundungan, faktor teman sebaya dan faktor konten media massa. Guru harus memberikan pembinaan yang tepat bagi pelaku, tidak hanya memberikan hukuman semata atau bahkan mengeluarkan pelaku dari sekolah
Mengubah bystander menjadi sekutu Penonton atau bystander dalam kejadian perundungan ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi ketika mereka diam saja, lingkungan sekolah akan menganggap tidak ada permasalahan apapun karena tidak adanya laporan yang masuk, alhasil sekolah seakan tidak menunjukkan keberpihakan kepada korban. Penonton yang tidak melakukan intervensi apapun juga bisa membuat asumsi bahwa perundungan adalah perilaku yang bisa diterima secara sosial sehingga perundungan bisa semakin menjadi-jadi. Ini terjadi karena pada umumnya mereka mempunyai rasa takut ikut terlibat dalam masalah tersebut dan takut dirundung juga sehingga mereka lebih baik diam saja atau bahkan parahnya ikutan merundung
Apa yang harus kita lakukan? Mengubah bystander menjadi sekutu Ternyata di sisi lain bystander ini bisa jadi ally atau upstander bagi korban alias sekutu yang membantu. Untuk menjadi sekutu, yang perlu dilakukan oleh bystander adalah tidak meladeni perundung saat mereka mencari perhatian, mencoba menghentikan perundungan tapi hanya ketika mereka merasa aman untuk melakukan ini, mencari bantuan dari sesama teman atau orang dewasa seperti guru, menemani dan menanyakan kondisi korban tanyakan apakah korban perlu bantuan dan biarkan korban tahu kalau ia bisa bercerita. bystander dapat mendengarkan tanpa menyela atau menghakimi korban Peran kita sebagai guru adalah memfasilitasi ketika bystander tidak tahu harus berbuat apa dan lapor kemana , kita bisa menjadi seseorang yang bisa dijangkau dan melindungi bystander yang menjadi ally
PROGRAM DAN KEBIJAKAN YANG DAPAT DIBUAT OLEH SEKOLAH Sistem pelaporan kasus dengan melibatkan Guru BK dan menyediakan layanan pengaduan kekerasan atau pelaporan bullying yang mudah diakses murid layanan dapat berbentuk layanan telepon, layanan lapor via aplikasi pengirim pesan seperti WhatsApp, telegram, Line dsb serta kolom aduan di situs sekolah selain layanan pengaduan yang disediakan sekolah, terdapat pelayanan pengaduan yang disediakan oleh KEMENDIKBUDRISTEK bernama portal lapor. Kanal ini dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat untuk membantu upaya penanganan kasus kekerasan di lingkungan sekolah. kemdikbud.lapor.go.id
program anti perundungan yang diselipkan dalam kegiatan-kegiatan intrakurikuler maupun P5. Dalam rangka memperingati Hari anti perundungan internasional yang jatuh tiap tanggal 4 Mei tiap tahunnya, sekolah dapat membuat berbagai kegiatan yang membangun jiwa Anti Kekerasan para murid. Kegiatan yang dapat dilakukan misalnya penyuluhan dengan tema anti perundungan, festival seni berbentuk pagelaran teater dan panggung musik dengan tema anti perundungan, kegiatan melukis poster bersama dengan tema anti perundungan, membuat dan menandatangani Deklarasi anti perundungan oleh segenap warga di sekolah
Sesuai dengan Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015 tentang pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan di lingkungan satuan pendidikan, sekolah dapat memastikan bahwa sarana dan prasarana yang ada aman dan nyaman untuk mendukung pembelajaran serta tidak mendorong murid melakukan kekerasan. Pendekatan penyediaan sarana dan prasarana ini dilihat dari aspek inklusivitasnya seperti memastikan akses ramah disabilitas, adanya ruang aman bagi murid untuk melapor dan bercerita dengan guru BK yang mengedepankan privasi, keamanan lokasi fasilitas sekolah yang bisa jadi hotspot terjadinya kekerasan baik perundungan maupun pelecehan seperti kantin dan Toilet
catatan !!!