BADAN PUSAT STATISTIK
KABUPATEN LINGGA
PANDUAN PEMBINAAN
KEGIATAN STATISTIK
SEKTORAL
2022
KATA PENGANTAR
Berdasarkan peraturan Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik maupun
Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik, Badan Pusat Statistik
(BPS) memiliki kewenangan untuk memberikan rekomendasi penyelenggaraan kegiatan survei
sektoral. Pemberian rekomendasi telah diatur dengan Keputusan Kepala BPS No. 7 Tahun 2000
tentang Tatacara Penyelenggaraan Survei Statistik Sektoral. Namun demikian, implementasi
keputusan tersebut masih memerlukan adanya pedoman baku yang berlaku di tingkat Pusat maupun
Daerah.
Pedoman tersebut berkaitan dengan tatacara pemberian pemeriksaan rancangan kegiatan
yang diselenggarakan oleh instansi sektoral, pemberian rekomendasi kegiatan survei statistik sektoral,
dan pendokumentasian kegiatan tersebut. Guna memenuhi keperluan itu, maka disusun panduan
pembinaan statistik sektoral yang merupakan pedoman bagi pelaksana di BPS.
Buku ini merupakan buku pertama yang masih memerlukan banyak penjelasan pendukung
dan berbagai hal yang melatarbelakangi kegiatan statistik. Namun demikian, ini merupakan langkah
awal yang harus dimulai guna memperkuat tekad untuk mewujudkan BPS sebagai pusat rujukan
statistik.
Lingga, September 2022
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................................................ vi
BAB I........................................................................................................................................................ 1
Latar Belakang..................................................................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................................................................. 1
Dasar Hukum....................................................................................................................................... 2
BAB II....................................................................................................................................................... 3
Hakekat ............................................................................................................................................... 3
Keterkaitan Antar Lembaga ................................................................................................................ 3
Manfaat............................................................................................................................................... 5
BAB III...................................................................................................................................................... 6
Penyelenggara Statistik Sektoral......................................................................................................... 6
Teknis Kegiatan Pembinaan Statistik Sektoral .................................................................................... 7
Tata Cara Pemberitahuan Rancangan Survei Sektoral ....................................................................... 9
Mekanisme Pemberian Rekomendasi ................................................................................................ 9
BAB IV....................................................................................................................................................13
Definisi ..............................................................................................................................................13
Cakupan ............................................................................................................................................13
Tata Cara Pengisian Dokumen ..........................................................................................................14
LAMPIRAN ............................................................................................................................................. 30
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Struktur Baku Metadata Kegiatan Statistik .............................................................................23
Tabel 2. Struktur Baku Metada Variabel Statistk..................................................................................25
Tabel 3. Struktur Baku Metada Indikator Statistik................................................................................27
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Mekanisme Rekomendasi Kegiatan Statistik ......................................................................11
Gambar 2. Mekanisme Pengajuan Rekomendasi .................................................................................12
v
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Kuesioner Metadata Kegiatan..........................................................................30
Lampiran 2. Dokumen Kuesioner Metadata Variabel...........................................................................37
Lampiran 3. Dokumen Kuesioner Metadata Indikator .........................................................................38
Lampiran 4. Dokumen FS3 ....................................................................................................................39
Lampiran 5. Dokumen FP-KPA ..............................................................................................................45
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menekankan
bahwa Badan Pusat Statistik (BPS) merupakan lembaga yang diberi tugas dan tanggung jawab
terhadap penyelenggaraan statistik di Indonesia. Terdapat 3 (tiga) jenis statistik, yaitu Statistik Dasar
(statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk keperluan yang bersifat luas, baik bagi pemerintah
maupun masyarakat, yang memiliki ciri-ciri lintas sektoral, berskala nasional, makro dan yang
penyelenggaraannya menjadi tanggung jawab BPS), Statistik Sektoral (statistik yang pemanfaatannya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan instansi tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan yang merupakan tugas pokok intansi yang bersangkutan), dan
Statistik Khusus (statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan spesifik dunia
usaha, pendidikan, sosial budaya, dan kepentingan lain dalam kehidupan masyarakat, yang
penyelanggaraannya dilakukan oleh Lembaga, organisasi, perorangan, dan atau unsur masyarakat
lainnya). Pada pasal 17 ditegaskan bahwa koordinasi dan kerjasama penyelenggara statistik dilakukan
oleh BPS dengan instansi pemerintah dan masyarakat, hal tersebut dilakukan baik di tingkat Pusat
maupun di Daerah.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Statistik, Instansi pemerintah dapat memperoleh data melalui survei, kompilasi
produk administrasi, dan cara lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
yang dilaksanakan secara berkala atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. Instansi pemerintah
menyelenggarakan survei dan kompilasi produk administrasi untuk penyediaan statistik sektoral guna
mendukung pelaksanaan tugas pokok instansi yang bersangkutan dan mendukung penyediaan
informasi bagi kepentingan perencanaan pembangunan nasional serta membangun Sistem Statistik
Nasional. Pasal 26 ayat 2 memaparkan (1) kewajiban instansi pemerintah untuk memberitahukan
kepada BPS sebelum menyelenggarakan statistik, (2) kewajiban instansi pemerintah yang
menyelenggarakan statistik untuk mengikuti rekomendasi BPS, dan (3) kewajiban instansi pemerintah
untuk menyerahkan hasil penyelenggaraan statistik kepada BPS.
Merujuk peran BPS sebagai pembina data dalam Peraturan Presiden No. 39 Tahun 2019
tentang Satu Data Indonesia (SDI), maka BPS dalam hal ini mempunyai tugas untuk memberikan
rekomendasi dalam proses perencanaan pengumpulan data dan melakukan pembinaan
penyelenggaraan SDI sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Terkait dengan hal tersebut, sampai saat ini belum tersedia petunjuk operasional yang baku
dalam penyelenggaran kegiatan statistik sektoral. Sehingga dalam pelaksanaannya masih terdapat
kebingungan baik dalam teknis kegiatan pembinaan statistik sektoral, pengajuan rekomendasi dan
pemberian rekomendasi itu sendiri, baik pada internal BPS maupun instansi pemerintah terkait.
Tujuan
Adanya pedoman baku yang berlaku di tingkat Pusat maupun Daerah tentang tatacara
pelaksanaan statistik sektoral, mulai dari teknis kegiatan pembinaan statistik sektoral, pemberitahuan
rancangan survei/kompilasi produk administrasi dari instansi pemerintah kepada BPS sampai dengan
penerbitan surat rekomendasi dari BPS, diharapkan dapat memberikan kemudahan dan keseragaman
dalam penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral.
1
Khusus kepada BPS, mulai dari BPS Pusat sampai dengan BPS Kabupaten/Kota, diharapkan
dengan adanya panduan ini pelaksanaan kegiatan pembinaan statistik sektoral, pemberian
rekomendasi survei statistik sektoral/ kompilasi produk administrasi yang berawal dari tata cara
pembentukan tim evaluasi, tata cara pemberian rekomendasi, sampai dengan tata cara penerimaan
hasil laporan survei statistik sektoral dapat berjalan dengan baik dan tepat waktu.
Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik, khususnya pada
Pasal 6 ayat 1, Pasal 12, Pasal 17, dan Pasal 30 yang mengatur tentang pemanfaatan statistik
sektoral untuk umum, penyelenggaraan statistik sektoral, koordinasi dan kerjasama antara
BPS dengan instansi pemerintah, dan kelembagaan yang menyangkut pelaksanaan statistik
sektoral.
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan
Statistik, khususnya Pasal 26 yang antara lain menyatakan kewajiban yang harus dilakukan
oleh penyelenggara statistik sektoral.
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia,
khususnya pada bab III dan IV tentang penyelenggaraan Satu Data Indonesia dari Pasal 11
sampai dengan Pasal 39.
2
BAB II
SISTEM STATISTIK NASIONAL
Hakekat
Sesuai Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1997 Pasal 1, Sistem Statistik
Nasional adalah suatu tatanan yang terdiri atas unsur-unsur kebutuhan data statistik, sumber daya,
metode, sarana dan prasarana, ilmu pengetahuan dan teknologi, perangkat hukum, dan masukan dari
Forum Masyarakat Statistik yang secara teratur saling berkaitan, sehingga membentuk totalitas dalam
penyelenggaraan statistik.
Sistem statistik nasional akan menjadikan perstatistikan di Indonesia semakin handal. Hal ini
merupakan arah dalam pengembangan statistik, baik yang dilakukan oleh institusi pemerintah
maupun non pemerintah. Kesinambungan dan keselarasan statistik akan memudahkan para
pengguna data memahami perstatistikan di Indonesia.
Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, statistik di Indonesia dibagi menjadi tiga jenis, yaitu
statistik dasar, sektoral, dan khusus (pasal 5 UU RI Nomor 16 tahun 1997). Statistik dasar dan sektoral
pemanfaatannya terbuka untuk umum, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Sementara itu, statistik khusus pemanfaatannya tidak terbuka, tetapi setiap orang
memiliki kesempatan yang sama untuk mengetahui dan memanfaatkannya.
Ketiga jenis statistik tersebut juga dapat dikenali berdasarkan penyelenggara kegiatan
statistik. Statistik dasar diselenggarakan oleh BPS. Statistik sektoral oleh instansi pemerintah sesuai
lingkup tugas dan fungsinya, baik secara mandiri maupun bersama-sama dengan BPS. Sementara itu,
statistik khusus diselenggarakan oleh masyarakat baik lembaga, organisasi, perorangan maupun unsur
masyarakat lainnya secara mandiri maupun bersama-sama dengan BPS.
Keterkaitan Antar Lembaga
Koordinasi dan kerjasama penyelenggaraan statistik menurut Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik meliputi halhal yang berkaitan
dengan pelaksanaan kegiatan statistik; serta pembakuan konsep, klasifikasi, dan ukuran-ukuran, hal
ini demi mendukung terwujudnya sistem statistik nasional yang andal, efektif, dan efisien.
Dalam sistem statistik nasional terdapat tiga kelompok pendukung sistem. Kelompok pertama
adalah manajemen atau pengelola, kelompok kedua adalah kelompok penyelenggara statistik, dan
kelompok ketiga adalah kelompok penguna. Ketiga kelompok tersebut saling terkait dan tidak dapat
dipisahkan satu dengan yang lain.
1. Pengelola
Sesuai dengan UU RI Nomor 16 Tahun 1997 maupun PP Nomor 51 Tahun 1999, pengelola
rujukan statistik dilakukan oleh Badan Pusat Statistik, selaku koordinator kegiatan statistik. Unit
Kerja yang diberikan tanggung jawab untuk pengelolaan tersebut adalah Subdit Rujukan Statistik
pada Direktorat Diseminasi Statistik. Unit kerja ini berada di Jl. Dr. Sutomo No. 6-8, Jakarta 10710,
gedung 4 lantai 3, telepon : (021) 3810291, 3841195, ext. 3210, 3211, 3212. Pada tingkat provinsi
pengelola rujukan statistik dilakukan oleh bidang integrasi pengolahan dan diseminasi statistik
(IPDS), sementara itu, pada tingkat kabupaten/kota dilaksanakan oleh seksi IPDS.
Pengelola rujukan statistik di tingkat pusat akan melakukan evaluasi, pemantauan, dan
penyempurnaan sistem informasi rujukan statistik (SiRusa) agar dapat berjalan secara maksimal
3
dan efisien. Sementara itu, pengelola ditingkat provinsi dan kabupaten/kota lebih dititikberatkan
pada pelaksanaan pemberian rekomendasi kegiatan statistik. Sementara itu, dari SiRusa dapat
diperoleh laporan mengenai seluruh kegiatan statistik dasar, statistik sektoral, maupun statistik
khusus, baik yang sedang berjalan maupun yang telah selesai dilaksanakan.
2. Penyelenggara Statistik
Penyelenggara kegiatan statistik dapat dirinci menjadi tiga. Penyelenggara kegiatan statistik
dasar, sektoral, dan khusus. Penyelenggara kegiatan statistik dasar merujuk pada subject matter
yang ada di BPS. Penyelenggara kegiatan statistik sektoral merujuk pada instansi pemerintah
selain BPS. Sementara itu, lembaga swadaya masyarakat atau institusi swasta yang
menyelenggarakan kegiatan statistik dikategorikan sebagai penyelenggara statistik khusus.
a. Subject Matter di Badan Pusat Statistik
Subject Matter adalah unit penyelenggara kegiatan statistik di BPS yang
berada di BPS Pusat maupun di BPS Provinsi, Kabupaten/Kota. Subject Matter dapat
melakukan pemasukan (entry) langsung laporan hasil kegiatan statistik dasar yang
telah diselenggarakannya.
b. Instansti Pemerintah
Instansi pemerintah adalah unit kegiatan yang melakukan kegiatan statistik
sektoral, baik yang berada di Departemen, Lembaga Negara, atau Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), dan kantor pemerintahan lainnya selain BPS. Instansi pemerintah
tersebut perlu melaporkan hasil kegiatan statistik sektoral yang telah dilakukan, baik
yang telah selesai maupun yang sedang berjalan dengan mengirim dokumen laporan
atau entry langsung dari tempat unit kerjanya ke dalam Sistem Informasi Rujukan
Statistik (SiRusa) yang dapat terhubung melalui internet. Melalui SiRusa, instansi
pemerintah dapat memperoleh informasi tentang metadata hasil kegiatan statistik
yang dilakukan unit kerjanya maupun oleh unit kerja yang lain, metadata hasil
kegiatan statistik lain, serta informasi mengenai rekomendasi untuk dapat melakukan
suatu kegiatan statistik.
c. Lembaga Swasta
Yang dimaksud dengan lembaga swasta dalam sistem statistik nasional adalah
unit kegiatan yang melakukan suatu kegiatan statistik khusus, baik berupa badan atau
lembaga penelitian milik swasta, lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi
maupun kegiatan perorangan lainnya.
Melalui SiRusa, lembaga swasta dapat melaporkan sinopsis kegiatan statistik
khusus yang telah dilakukannya, dengan mengirim dokumen laporan langsung ke BPS
atau dapat pula entry langsung ke website SiRusa dari tempat unit kerjanya yang
terhubung dengan internet. Dalam SiRusa, lembaga swasta juga dapat memperoleh
informasi tentang metadata hasil kegiatan statistik khusus yang dilakukan unit
kerjanya maupun oleh unit kerja lain, maupun metadata kegiatan statistik lainnya.
3. Pengguna
Kelompok ketiga adalah kelompok pengguna data statistik, kelompok ini terdiri dari
pengguna internet maupun masyarakat umum.
a. Pengguna Internet
Pengguna internet dalam batasan ini adalah masyarakat umum di
perusahaan, lembaga pendidikan, organisasi, maupun perorangan yang
berkepentingan dengan suatu kegiatan statistik tertentu yang telah dikumpulkan oleh
4
BPS dengan menggunakan fasilitas internet. Para pengguna dapat melakukan
pencarian informasi mengenai berbagai kegiatan statistik baik statistik dasar, sektoral
maupun khusus yang telah dilakukan dan dikumpulkan oleh BPS, maupun
Badan/Lembaga/Organisasi lain, dalam website SiRusa melalui internet.
b. Masyarakat Umum
Masyarakat umum yang dimaksud adalah perusahaan, organisasi, maupun
perorangan yang berkepentingan dengan suatu kegiatan statistik tertentu yang telah
dikumpulkan oleh BPS atau instansi/badan/lembaga lain, dengan datang langsung ke
BPS u.p Subdit Rujukan Statistik, Direktorat Diseminasi Statistik BPS.
Masyarakat umum dapat melakukan pencarian informasi mengenai kegiatan
statistik baik statistik dasar, sektoral maupun khusus yang telah dilakukan dan
dikumpulkan oleh BPS, maupun instansi/badan/lembaga lain di Sub Direktorat
Rujukan Statistik, BPS. Dengan demikian, seluruh informasi tentang metadata
kegiatan statistik yang dilakukan oleh BPS/ badan/instansi/lembaga lain dapat
diperoleh. Selain itu, masyarakat umum dapat memberi saran/masukan terhadap
sistem yang ada.
Manfaat
Koordinasi yang baik diantara ketiga kelompok pendukung sistem statistik nasional akan
memberikan dampak positif terhadap efektifitas dan efisiensi kegiatan perstatistikkan di Indonesia.
Pengguna statistik dasar tidak hanya dapat menggakses produk-produk yang dihasilkan oleh BPS,
tetapi juga dapat memberikan saran dan pertimbangan yang akan digunakan sebagai masukan dalam
penyempurnaan penyelenggaraan statistik dasar.
Pelaksanaan kegiatan statistik sektoral juga sangat membutuhkan kerjasama yang baik antara
BPS sebagai pengelola/koordinator kegiatan statistik dan instansi pemerintah di luar BPS sebagai
penyelenggara kegiatan statistik, sesuai dengan amanah PP Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Statistik. Dengan diaplikasikannya UU RI Nomor 16 tahun 1997 dan PP Nomor 51
Tahun 1999 kaitannya dengan pelaksanaan statistik sektoral maka diharapkan tidak akan terjadi
duplikasi dalam penyelenggaraan statistik dan hasilnya dapat dimanfaatkan secara optimal, serta
dalam rangka menyusun metadatabase statistik sektoral yang dapat diakses oleh semua pihak.
Melalui pelaksanaan pelaporan sinopsis statistik khusus (mengacu pada PP Nomor 51 Tahun
1999) yang kemudian akan dirangkum dalam metadata statistik khusus oleh BPS, diharapkan dapat
dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat pengguna statistik.
5
BAB III
PEMBERIAN REKOMENDASI
Penyelenggara Statistik Sektoral
Kegiatan statistik seperti survei tidak hanya dilakukan oleh BPS saja, tetapi juga dapat
dilakukan oleh instansi pemerintah lainnya. Sesuai dengan UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik,
instansi pemerintah yang akan melakukan kegiatan statistik diwajibkan melaporkan kegiatan statistik
yang akan dilaksanakan kepada BPS. Setelah diteliti dan di proses oleh BPS akan dikeluarkan suatu
rekomendasi yang menyatakan kegiatan yang bersangkutan layak atau tidak untuk dilanjutkan.
Adanya pemberitahuan kegiatan statistik sektoral ke BPS diharapkan dapat membantu
masyarakat umum dalam mencari data statistik yang diperlukan. Information base kegiatan statistik
yang dikembangkan tidak hanya memuat kegiatan statistik dasar tetapi juga mencakup kegiatan yang
dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah selain BPS dan lembaga swasta. Peran aktif Instansi Pemerintah
dalam melaporkan kegiatan statistik ke BPS sangat membantu BPS dalam mewujudkan Sistem Statistik
Nasional yang baik.
Instansi pemerintah yang wajib mengikuti rekomendasi atas penyelenggaraan survei statistik
sektoral:
Pada prinsipnya, semua instansi pemerintah, baik departemen maupun lembaga
pemerintah non departemen yang memperoleh dana dari APBN dan atau APBD wajib
memberitahukan, mengikuti rekomendasi, dan menyerahkan hasil penyelenggaraan survei
mereka.
Proses ini tidak berlaku untuk instansi pemerintah lain yang karena undang-undang
tidak masuk Undang-Undang No. 16 tahun 1997 tentang Statistik. Proses ini juga berlaku bagi
survei yang dilaksanakan oleh konsultan-konsultan yang bekerjasama dengan instansi
pemerintah. Suatu survei dikategorikan sebagai dilaksanakan oleh instansi pemerintah
apabila kegiatan tersebut:
o Dilaksanakan sendiri oleh instansi pemerintah
o Di sub kontrakkan kepada pihak lain (konsultan)
o Didanai 50% atau lebih oleh pemerintah (APBD/APBD).
Survei yang dilakukan oleh konsultan independen di luar instansi pemerintah
Jika sebuah perusahaan konsultan independen ditugaskan oleh suatu instansi
pemerintah untuk menyelenggarakan suatu survei atas nama instansi pemerintah yang
bersangkutan, maka survei yang dilaksanakannya tetap harus mengikuti rekomendasi dari
BPS. Informasi yang harus diberikan ke BPS sama seperti jika instansi pemerintah tersebut
menyelenggarakan survei sendiri.
Jika survei yang dilakukan merupakan inisiatif dari perusahaan konsultan tersebut
sebagai bagian dari pelayanan mereka, akan tetapi diawasi dan didanai oleh instansi
pemerintah maka survei tersebut juga harus mengikuti rekomendasi dari BPS.
Jika survei yang diselenggarakan dananya merupakan patungan antara perusahaan
konsultan dan instansi pemerintah maka yang bertanggung jawab melaporkan dan meminta
rekomendasi BPS adalah instansi pemerintah yang mendanai sebagian survei tersebut.
6
Teknis Kegiatan Pembinaan Statistik Sektoral
Pepres RI Nomor 39 Tahun 2019 menjelaskan tentang Satu Data Indonesia. Badan Pusat
Statistik (BPS) berperan sebagai pembina data, yaitu Instansi Pusat yang diberi kewenangan
melakukan pembinaan terkait Data. Pada pasal 20, Pembina Data tingkat daerah mempunyai tugas :
(1) memberikan rekomendasi dalam proses perencanaan pengumpulan Data; dan (2) rnelakukan
pembinaan penyelenggaraan Satu Data Indonesia tingkat daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sehubungan dengan hal tersebut, BPS melaksanakan kegiatan pembinaan statistik sektoral mulai
tahun 2022. Berikut adalah teknis kegiatan pembinaan statistik sektoral yang dilaksanakan oleh BPS
Kabupaten Lingga:
1. Sosialisasi dan Koordinasi dengan Kepala Badan/Dinas tentang pelaksanaan kegiatan Statistik
Sektoral
Kegiatan sosialisasi dan koordinasi dilakukan secara langsung dengan Kepala Badan/Dinas/OPD,
bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral,
peran dan wewenang OPD dalam statistik sektoral mengacu pada UU Nomor 16 Tahun 1997
tentang Statistik dan PP Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik. Serta
pelaksanaan Satu Data Indonesia, prinsip SDI, tugas OPD sebagai Produsen Data sesuai dengan
Perpres No. 39 Tahun 2019 tentang SDI.
2. Penugasan Agen Statistik untuk kegiatan Pembinaan Statistik Sektoral dari Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) terkait
Agen statistik merupakan pegawai yang ditugaskan oleh Kepala Badan/Dinas OPD terkait untuk
mengikuti kegiatan pembinaan statistik sektoral secara lebih intensif. Agen statistik diutamakan
yang terkait dengan pengelolaan data pada OPD tersebut. Penunjukkan agen statistik ini
dimaksudkan untuk mempermudah berlangsungnya kegiatan pembinaan dan koordinasi lebih
lanjut.
3. Identifikasi Daftar Data dan Kegiatan Statistik yang dilakukan oleh OPD terkait
Perencanaan data merupakan salah satu kegiatan dalam tahap penyelenggaraan SDI. Instansi
daerah melaksanakan perencanaan data berupa penentuan daftar data. Menurut Perpres No. 39
Tahun 2019 Pasal 27 Penentuan daftar data dapat dilakukan berdasarkan : (a) sistem
pemerintahan berbasis elektronik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan, (b)
kesepakatan Forum SDI, dan (c) rekomendasi Pembina Data.
Selain daftar data, dilakukan juga identifikasi kegiatan statistik yang dilakukan oleh OPD terkait
untuk memperoleh gambaran pelaksanaan kegiatan statistik sektoral pada OPD tersebut.
4. Pembinaan Statistik Sektoral bersama Agen Statistik dari OPD terkait
Berdasarkan daftar data dan kegiatan statistik yang dilakukan oleh OPD, dapat diinventarisir
apa saja kegiatan statistik yang sudah dilakukan dan akan dilakukan oleh OPD tersebut.
Terdapat dua hal yang menjadi perhatian, yaitu :
Metadata
Pembinaan tentang metadata untuk kegiatan statistik yang sudah dilakukan.
Data yang dihasilkan oleh produsen data harus dilengkapi dengan metadata.
Informasi dalam metadata harus mengikuti struktur dan format yang baku (Peraturan
BPS Nomor 5 Tahun 2020 tentang Petunjuk Teknis Metadata Statistik).
7
Metadata adalah Informasi terstruktur yang mendeskripsikan suatu informasi dan
menjadikannya mudah ditemukan, digunakan, atau dikelola. Metadata sering disebut
sebagai data tentang data atau informasi tentang informasi.
Metadata kegiatan statisitik sektoral memuat informasi yang menggambarkan atau
mendokumentasikan tentang penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral.
Terdapat 3 (tiga) formulir metadata statistik yaitu :
1. Metadata Statistik - Kegiatan (Form MS-Keg) merupakan sekumpulan atribut
informasi yang memberikan gambaran/ dokumentasi dari penyelenggaraan
kegiatan statistik.
2. Metadata Statistik - indikator (Form MS-Ind) merupakan suatu metadata yang
dikumpulkan dalam kaitannya dengan informasi yang melekat pada indikator
yang dihasilkan dari suatu kegiatan statistik.
3. Metadata Statistik - variabel (Form MS-Var) merupakan suatu metadata yang
memberikan penjelasan mengenai variabel yang dikumpulkan suatu kegiatan
statistik. Secara sederhana, metadata variabel adalah informasi dari variabel.
Rekomendasi Kegiatan Statistik
Pembinaan tentang rekomendasi kegiatan statistik untuk kegiatan statistik yang akan
dilakukan.
Kegiatan statistik seperti survei dan kompilasi produk administrasi (kompromin) tidak
hanya dilakukan oleh BPS saja, tetapi juga dapat dilakukan oleh instansi pemerintah
lainnya. UU No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan BPS dengan instansi
pemerintah melakukan koordinasi dalam penyelenggaraan statistik. Salah satu
bentuk koordinasi penyelenggaraan statistik ini adalah melalui “Rekomendasi
Kegiatan Statistik”.
Rekomendasi Kegiatan Statistik adalah saran yang diberikan oleh BPS kepada
penyelenggara kegiatan statistik berdasarkan hasil penelitian dan evaluasi BPS
terhadap suatu rancangan kegiatan statistik. Hal ini untuk mendorong diperolehnya
hasil penyelenggaraan kegiatan statistik yang secara teknis dapat
dipertanggungjawabkan.
Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral,
Kementerian/Lembaga/Instansi/OPD (K/L/I/OPD) memiliki kewajiban untuk
memberitahukan rencana penyelenggaraan kegiatan statistiknya kepada BPS, dan
BPS memiliki kewenangan untuk memberikan rekomendasi atas rencana
penyelenggaraan kegiatan statistik tersebut.
Tujuan rekomendasi statistik adalah :
a. Menghindari terjadinya duplikasi dalam penyelenggaraan kegiatan statistik
b. Mendorong diperolehnya hasil penyelenggaraan kegiatan statistik yang secara
teknis dapat dipertanggungjawabkan
c. Mewujudkan Sistem Statistik Nasional (SSN) yang andal, efektif, dan efisien
d. Menyediakan kumpulan metadata statistik yang menjadi pusat rujukan
penyelenggaraan statistik di Indonesia
Terdapat 2 (dua) jenis formulir pemberitahuan rekomendasi kegiatan statistik, yaitu :
1. Survei
Kegiatan statistik yg berbentuk survei sektoral wajib memberitahukan rencana
penyelenggaraan surveinya dengan menggunakan Formulir Pemberitahuan
Survei Statistik Sektoral (FS3)
8
2. Kompilasi Produk Administrasi
Kegiatan statistik yang berbentuk kompilasi produk administrasi dapat meminta
rekomendasi dengan menggunakan Formulir Pemberitahuan Kompilasi Produk
Administrasi (FP-KPA)
Dalam proses pemberian rekomendasi kegiatan statistik, BPS terlebih dahulu
melakukan pemeriksaan terhadap rancangan kegiatan statistik yang disampaikan oleh
K/L/OPD ke BPS, untuk selanjutnya akan diterbitkan surat rekomendasi. Jawaban
terhadap pengajuan rekomendasi kegiatan statistik paling lambat diberikan 30 hari
setelah rancangan kegiatan statistik diterima lengkap oleh BPS. Pengajuan
rekomendasi kegiatan statistik dapat dilakukan secara online melalui aplikasi
Romantik Online (https://romantik.bps.go.id).
Romantik Online adalah suatu aplikasi layanan berbasis web untuk pengajuan
rekomendasi kegiatan statistik dari instansi pemerintah ke BPS.
Tata Cara Pemberitahuan Rancangan Survei Sektoral
Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Statistik,
penyelenggara survei statistik sektoral wajib memberitahukan rencana penyelenggaraan surveinya
kepada BPS, mengikuti rekomendasi yang diberikan BPS, dan menyerahkan hasil penyelenggaraan
survei yang dilakukannya kepada BPS (UU No. 16 pasal 12 ayat 4 dan PP No. 51 pasal 26).
Pemberitahuan rancangan penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral kepada BPS
dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan statistik tidak terjadi duplikasi penyelenggaraan survei dan
hasil kegiatan statistik sektoral tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal serta dalam rangka
menyusun metadatabase statistik sektoral yang dapat diakses oleh semua pihak.
Penyampaian pemberitahuan penyelenggaraan survei statistik sektoral dilakukan dengan
menggunakan kuesioner FS3/FP-KPA yang dapat diperoleh dari kantor BPS terdekat ataupun dengan
mengaskses website https://romantik.bps.go.id/rekomendasi/index. Adapun penyampaian
pemberitahuan penyelenggaraan survei statistik sektoral diatur sebagai berikut:
1. Untuk kegiatan statistik pada Kabupaten Lingga, maka pemberitahuan rancangan
disampaikan kepada Kepala BPS Kabupaten Lingga u.p. Seksi Integrasi Pengolahan dan
Diseminasi Statistik (IPDS) Kabupaten Lingga atau dapat dilakukan secara online melalui
aplikasi Romantik Online (https://romantik.bps.go.id).
2. Hasil penelitian dan evaluasi dalam bentuk surat rekomendasi disampaikan kepada instansi
pemerintah yang akan menyelenggarakan kegiatan statistik sektoral selambat lambatnya 30
(tiga puluh) hari setelah penerimaan secara lengkap pemberitahuan rancangan
penyelenggaraan kegiatan statistik sektoral. Bagi rancangan kegiatan statistik sektoral yang
dianggap “layak” dilaksanakan, didalam surat rekomendasi akan diberi identitas rekomendasi
yang wajib dicantumkan pada kuesioner yang dipergunakan.
Mekanisme Pemberian Rekomendasi
Hasil penelitian dan evaluasi dalam bentuk surat rekomendasi disampaikan kepada instansi
pemerintah penyelenggara survei statistik sektoral selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah
pemberitahuan rancangan penyelenggaraan survei statistik sektoral diterima secara lengkap.
9
Sesuai dengan Lampiran Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik nomor 7 Tahun 2000, tata
cara pemberitahuan rancangan survei statisik sektoral dan pemberian rekomendasi oleh BPS dapat
dilakukan pada tingkat BPS Pusat, BPS Provinsi, maupun BPS Kabupaten/Kota.
Permintaan rekomendasi kegiatan statistik di tingkat kabupaten/kota, dapat diberikan oleh
BPS Kabupaten/Kota. Permintaan rekomendasi tersebut didahului dengan adanya pemberitahuan
rancangan kegiatan statistik sektoral. Instansi pemerintah kabupaten/kota cukup memberikan
rancangan kegiatannya ke BPS Kabupaten/Kota. Demikian pula, instansi pemerintah pusat ataupun
instansi pemerintah di tingkat provinsi yang merancang kegiatan survei dengan cakupan satu
kabupaten/kota dapat mengajukan rancangan tersebut ke BPS kabupaten/kota untuk mendapatkan
rekomendasi. Pengiriman rancangan survei yang memiliki cakupan beberapa wilayah dari beberapa
kecamatan dengan kata lain kegiatan tersebut hanya dilaksanakan dalam satu kabupaten/kota
dilakukan dengan alur sebagaimana gambar 1.
10
/FP-KPA
Gambar 1. Mekanisme Rekomendasi Kegiatan Statistik
Pemberitahuan rancangan survei yang dilakukan oleh instansi pusat maupun provinsi, tidak
tertutup kemungkinan mengirimkan rancangan surveinya ke BPS maupun ke BPS provinsi untuk
mendapatkan rekomendasi. Untuk pengiriman ke BPS, maka pemberitahuan adanya kegiatan akan
dikirimkan ke BPS provinsi dan BPS kabupaten/kota yang bersangkutan. Demikian pula untuk
pengiriman rancangan ke BPS provinsi, maka pemberitahuan adanya kegiatan tersebut juga
11
diberitahukan BPS maupun BPS kabupaten/kota yang bersangkutan. Hal ini juga diperlukan guna
menjaga kesinambungan informasi kegiatan statistik.
Pemberitahuan ke BPS, BPS provinsi, maupun BPS kabupaten/kota dapat dilakukan dengan
berbagai sarana yang ada, seperti telpon, fax, surat, e-mail, atau website.
Berikut ini adalah detail mekanisme pengajuan rekomendasi:
Gambar 2. Mekanisme Pengajuan Rekomendasi
Beberapa status pengajuan rekomendasi yang dapat dimonitor oleh pengguna pada menu
"Rekomendasi Saya" maupun notifikasi yang masuk ke email pengguna, antara lain:
1. Belum Divalidasi
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik belum diproses oleh BPS. Pada saat
pengguna klik submit isian, maka secara default statusnya adalah "Belum Divalidasi".
2. Dalam Proses Validasi
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik sedang dalam proses pemeriksaan oleh
BPS. Dalam kondisi ini, pengguna tidak bisa melakukan perubahan.
3. Layak
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik dinyatakan layak untuk dilaksanakan.
4. Tidak Layak
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik dinyatakan tidak layak untuk
dilaksanakan.
5. Dibatalkan
Menginformasikan bahwa pengajuan rancangan kegiatan statistik ke BPS dibatalkan, misalnya
karena salah konsep kegiatan atau karena survei tidak jadi dilaksanakan.
6. Dalam Perbaikan
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik sedang dalam proses perbaikan oleh
pengguna berdasarkan catatan perbaikan yang diberikan oleh BPS.
7. Sudah Diperbaiki
Menginformasikan bahwa rancangan kegiatan statistik sudah diperbaiki oleh pengguna. Dalam
kondisi ini, pengguna tidak bisa melakukan perubahan.
12
BAB IV
PEDOMAN PENGISIAN DOKUMEN KEGIATAN STATISTIK SEKTORAL
Statistik sektoral diselenggarakan oleh instansi pemerintah sesuai tugas pokok dan fungsinya,
secara mandiri atau bersama-sama dengan BPS. Dalam penyelenggaraan statistik sektoral, instansi
pemerintah memperoleh data melalui survei, kompilasi produk administrasi, dan cara lain sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penyelenggara survei statistik sektoral wajib:
- memberitahukan rencana penyelenggaraan survei kepada BPS,
- mengikuti rekomendasi yang diberikan BPS,
- menyerahkan hasil penyelenggaraan survei yang dilakukannya kepada BPS.
Definisi
Statistik sektoral adalah statistik yang pemanfaatannya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
instansi pemerintah tertentu dalam rangka penyelenggaraan tugas-tugas pemerintah dan tugas
pembangunan yang merupakan tugas pokok dan fungsi instansi pemerintah yang bersangkutan.
Survei dalam konteks statistik sektoral adalah suatu kegiatan pengumpulan data yang dilakukan
melalui pencacahan sampel dari suatu populasi untuk memperkirakan karakteristik suatu objek pada
saat tertentu.
Kompilasi produk administrasi adalah cara pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan analisis data
yang didasarkan pada catatan administrasi yang ada pada pemerintah dan atau masyarakat.
Yang dimaksud dengan kebutuhan intern adalah apabila statistik sektoral yang dihasilkan oleh
instansi pemerintah tidak dipublikasikan atau disebarluaskan kepada pihak lain di luar instansi
pemerintah yang bersangkutan.
Cakupan
Statistik sektoral mencakup semua instansi pemerintah, baik departemen maupun lembaga
pemerintah non departemen. Yang memperoleh dana dari APBN dan atau APBD termasuk juga survei
yang dilaksanakan oleh konsultan-konsultan yang bekerja sama dengan instansi pemerintah.
Adapun langkah-langkah penyelenggaraan statistik sectoral adalah sebagai berikut :
1. Setiap instansi pemerintah yang akan menyelenggarakan survei statistik sektoral wajib
memberitahukan rancangan penyelenggaraan survei statistik sektoral kepada BPS untuk
dilakukan evaluasi dan diberikan rekomendasi atas rancangan penyelenggaraan survei
statistik sektoral tersebut.
2. Penyelenggara survei statistik sektoral wajib mengikuti rekomendasi yang diberikan oleh BPS.
3. Data hasil survei statistik sektoral wajib diserahkan kepada BPS dalam rangka penyusunan
sistem statistik nasional.
Rencana penyelenggaraan survei statistik sektoral disampaikan kepada BPS, BPS Provinsi, atau BPS
Kabupaten/Kota dalam bentuk rancangan yang memuat:
Nama Instansi
Judul
Tujuan Survei
Jenis data yang dikumpulkan
Wilayah kegiatan survei
Metode statistik yang digunakan
Objek populasi dan jumlah responden
13
Waktu Pelaksanaan
Orang yang ditunjuk oleh badan/instansi tertentu dan bertanggung jawab untuk melakukan
dan mengatur komunikasi dan hubungan antara instansi pemerintah dengan BPS disebut liaison
officer. Setiap instansi diharapkan menunjuk seorang liaison officer dari survei yang akan dilakukan.
Liaison officer yang ditunjuk untuk setiap survei bisa lebih dari seorang selama tidak membuat
pelaporan survei menjadi tumpang tindih.
Liaison officer dari survei bertanggung jawab untuk menyampaikan pemberitahuan rencana
survei kepada BPS menyangkut informasi tentang survei yang diajukan (diusulkan) oleh instansi
pemerintah. Liaison officer dari survei dapat memberikan informasi rinci tentang survei yang akan
dilakukan kepada BPS dengan mengisi kuesioner metadata statistik sektoral. BPS akan menyediakan
cara pengisian daftar pertanyaan ini dalam tiga format, yaitu:
1. Mengisi ke kuesioner dalam bentuk hard copy.
2. Mengisi ke kuesioner dalam bentuk soft copy, kemudian mengirim ke BPS sebagai
attachment file dalam e-mail atau disket.
3. Mengisi langsung ke “Survey Description Template” yang telah disediakan BPS melalui
internet.
Tata Cara Pengisian Dokumen
PENGISIAN FS3
Tuliskan judul survei yang akan dilaksanakan secara lengkap pada tempat yang disediakan.
Blok I. Identifikasi Penyelenggaraan Survei
1.1. Instansi Pemerintah Penyelenggara
Tuliskan nama instansi pemerintah (departemen/lembaga non departemen)
penyelenggara survei ini dan dituliskan setingkat dengan eselon II,
Misal: Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja, Departemen Tenaga Kerja RI.
1.2. Alamat Lengkap Instansi Penyelenggara
Tuliskan dengan lengkap alamat instansi pemerintah penyelenggara (termasuk nomor
telepon, faksimile, dan email).
Contoh : Departemen Tenaga Kerja RI, Badan Perencanaan dan Pengembangan Tenaga Kerja
Jl. Gatot Subroto Kav 51, Jakarta 12950, Telp. 525688
Kabupatan/Kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Blok II. Penanggung Jawab Survei (Sebagai Contact Person)
2.1. Penanggun Jawab di Instansi
Tuliskan nama, jabatan, nomor telepon, nomor fax dan alamat email penanggung jawab
survei di instansi penyelenggara survei. Penanggung jawab instansi disini sebaiknya yang
mengetahui tentang informasi umum mengenai survei. Informasi umum adalah keterangan
mengenai latar belakang, tujuan, cakupan dan lain-lainnya tentang survei ini.
2.2. Manajer Survei
Tuliskan nama, jabatan, alamat surat, nomor telepon, nomor fax, dan alamat email manajer
survei.
14
Blok III. Informasi Umum
3.1. Survei ini dilakukan
Lingkari kode 1 jika survei dilakukan hanya sekali dan lingkari kode 2 jika survei ini dilakukan
berulang kali.
3.2. Jika “Berulang” frekuensi penyelenggaraan Rincian 3.1. (selanjutnya akan ditulis R.3.1.)
berkode 2
Lingkari kode yang sesuai dengan frekuensi dilakukannya survei ini.
3.3. Tipe pengumpulan data
Lingkari kode 1 jika tipe pengumpulan data pada survei ini longitudinal, kode 2 jika cross
sectional, dan kode 3 jika gabungan longitudinal dan cross sectional.
1. Longitudinal, yaitu data dikumpulkan pada waktu yang berbeda (dari waktu ke
waktu) dan dilakukan secara terus menerus untuk melihat perubahan yang terjadi,
biasanya ada analisis secara deskriptif.
2. Cross Sectional, yaitu data dikumpulkan pada saat tertentu dari sampel terpilih dan
menggambarkan suatu parameter pada saat itu (suatu saat) juga digunakan untuk
mengaitkan suatu peubah dengan peubah lainnya (kajian mengaitkan antar
variabel).
Blok IV. Tujuan Survei dan Peubah yang Dikumpulkan
4.1. Tujuan Survei
Tuliskan tujuan diselenggarakannya survei ini secara ringkas dan jelas pada tempat yang telah
disediakan.
4.2. Peubah (variable) yang dikumpulkan pada survei ini dan periode enumerasi (referensi waktu)
Tuliskan peubah yang akan dikumpulkan dan periode enumerasi (referensi waktu) yang
digunakan dalam survei ini.
Contoh :
Besarnya biaya untuk pekerja, pembelian bahan baku, bahan penolong, sewa tempat, dan
lain-lain pada perusahaan industri elektronika, dengan periode enumerasi adalah setahun
yang lalu.
Blok V. Rancangan Pengumpulan Data
5.1. Cara pengumpulan data
Tuliskan cara pengumpulan data yang akan dilakukan. Lingkari kode 1 jika pengumpulan data
hanya pada sebagian populasi (sampel) dan lingkari kode 2 jika pengumpulan data pada
seluruh populasi.
5.2. Survei dilakukan di
Tuliskan wilayah atau daerah dimana survei ini akan dilakukan. Lingkari kode 1 jika survei
akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dan lingkari kode 2 jika survei akan dilakukan di
sebagian wilayah Indonesia.
Pengertian di seluruh wilayah Indonesia adalah bila survei tersebut dilakukan di semua
provinsi dan mencakup semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia, tetapi tidak harus
mencakup seluruh kecamatan atau desa/kelurahan yang ada. Bila ada responden atau unit
wilayah di satu kabupaten/kota yang terambil dalam suatu survei, maka kabupaten/kota
15
tersebut sudah diartikan tercakup dalam survei yang dimaksud. Sehingga bila di semua
kabupaten/kota ada sebagian wilayahnya yang terambil survei yang akan dilakukan, sudah
diartikan mencakup seluruh wilayah Indonesia.
5.3. Bila disebagian wilayah Indonesia, survei dilakukan dI
Tuliskan nama provinsi dan nama kabupaten/kota yang akan dicakup bila survei akan
dilakukan disebagian wilayah Indonesia (tidak mencakup semua provinsi atau tidak
mencakup semua kabupaten/kota yang ada di Indonesia). Bila dalam satu provinsi semua
kabupaten/kota tercakup dalam survei yang akan dilakukan, tidak perlu ditulis nama-nama
kabupaten/kota yang ada tetapi cukup ditulis “semua”. Jika ruang yang tersedia tidak
mencukupi gunakan kertas tambahan.
5.4. Metode pengumpulan data
Tentukan metode pengumpulan data yang dilakukan pada survei ini. Lingkari kode yang
sesuai (bisa lebih dari satu). Jika isian lebih dari satu, jumlahkan kode yang terpilih dan
pindahkan ke kotak yang tersedia. Misal, jika metode pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara langsung dan juga melalui pengamatan (observasi), maka kode 1 dan 8
dilingkari dan pada kotak terisi angka 9.
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak
yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan penelitian.
Wawancara langsung adalah wawancara yang dilaksanakan secara langsung kepada
responden dengan cara menanyakan secara langsung (tatap muka) atas setiap
rincian pertanyaan yang ada dalam kuesioner yang sudah disiapkan untuk
penyelenggaraan pengumpulan data.
Wawancara melalui sarana komunikasi adalah wawancara yang dilakukan tidak
secara langsung tetapi dengan menggunakan sarana komunikasi (alat penghubung
atau media) seperti telepon.
Swacacah adalah responden mengisi sendiri kuesioner yang diberikan
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala/fenomena yang diselidiki.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan bantuan alat-alat seperti pemotret, alat
perekam suara, pencatat kecepatan, dan sebagainya.
Lainnya bila tidak termasuk dalam definisi di atas.
5.5. Metode Penelitian
Tentukan metode penelitian pada survei ini apakah sampel probabilitas atau sampel non
probabilitas. Sampel probabilitas adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Sampel non
probabilitas adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.
5.6. Metode untuk Sampel Non Probabilitas (bila R.5.5. berkode 2)
Jika P.5.5 kode yang dilingkari adalah kode 2 (sampel Non Probabilitas) jelaskan metode yang
digunakan dan komposisi sampelnya. Teknik sampel non probabilitas meliputi:
1. Sampling sistematis (systematic sampling); teknik penentuan sampel berdasarkan
urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalkan suatu
populasi berisi 100 anggota diberi nomor urut 1 sampai dengan 100. Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu.
2. Sampling kuota (quota sampling); teknik untuk menentukan sampel dari populasi
yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan, jumlah
16
subjek yang akan diselidiki ditetapkan terlebih dahulu. Biasanya teknik ini juga
disebut judgement sampling karena teknik pengambilan sampelnya berdasarkan
pendapat atau pertimbangan-pertimbangan tertentu. Sampel yang terambil tidak
selalu mewakili populasi.
3. Sampling aksidential (accidential sampling); teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, sangat subyektif, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data.
4. Sampling purposive; teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu,
dengan catatan bahwa sampel tersebut mewakili populasi. Sering juga disebut
judgement sampling. Dalam purposive pemilihan sekelompok subyek didasarkan
atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang
erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.
Misalnya akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai, maka sampel yang
dipilih adalah orang yang ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5. Sampling jenuh; teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30
orang. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
6. Snowball sampling; teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil,
kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel.
Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang
menggelinding, makin lama semakin besar. Biasanya diterapkan pada penelitian
kualitatif.
5.7. Apakah melakukan Uji Coba (Pilot Study)
Lingkari kode 1 jika pada survei ini dilakukan pilot studi dan lingkari kode 2 jika tidak dilakukan
uji coba. Jika kode 1, jelaskan secara singkat pelaksanaan uji coba tersebut, seperti jumlah
responden, tempat pelaksanaan uji coba, frekuensi uji coba, dan lain-lain.
5.8. Petugas pengumpul data
Sebutkan petugas pengumpul data survei ini. Lingkari kode yang sesuai (bisa lebih dari satu).
5.9. Persyaratan pendidikan terendah petugas pengumpul data
Sebutkan persyaratan pendidikan terendah seluruh petugas pengumpul data survei ini, baik
staf sendiri, mitra/kontrak, maupun lainnya. Lingkari kode yang sesuai (bisa lebih dari satu).
5.10. Apakah Melakukan pelatihan petugas
Lingkari kode 1 jika petugas pelaksana survei ini mengikuti pelatihan terlebih dahulu atau
lingkari kode 2 jika tidak. Jika “ya”, jelaskan secara ringkas tentang kegiatan pelatihan petugas
tersebut. Misal antara lain berapa lama waktu pelatihan dan materi pokok pelatihan.
5.11. Jumlah petugas
Isikan jumlah petugas yang pelaksana survei ini sesuai dengan tugasnya, yaitu
supervisi/penyelia dan petugas pengumpul data.
BLOK VI. Rancangan Sampel (diisi bila R.5.1. berkode 1 dan R.5.5. berkode 1)
6.1. Jenis rancangan sampel
Tuliskan secara ringkas jenis rancangan sampel yang digunakan pada survei ini. Lingkari kode
1 jika rancangan sampel adalah single stage /phase, dan kode 2 jika rancangan sampel multi
stage/phase atau rancangan sampel lebih dari satu tahap dan jelaskan.
17
Single stage adalah penarikan sampel langsung pada unit-unit yang terdaftar pada
kerangka sampel (penarikan sampel hanya satu kali).
Multi stage adalah metode pengambilan sampel melalui dua tahap atau lebih dimana
metode tiap tahapnya bisa berbeda. Baik digunakan bila populasi secara geografis
tersebar dan tidak ada informasi untuk menyusun kerangka sampel.
Misal.
Tahap I: Populasi pertama terdiri dari seluruh kecamatan yang dipilih secara pps dari
seluruh kabupaten yang ada.
Tahap II: Dari kecamatan terpilih diambil beberapa kelurahan/desa secara pps.
Tahap III: Dari desa terpilih dibuat daftar seluruh unit sampel yang akan digunakan.
6.2. Kerangka Sampel
Tulis dan jelaskan secara rinci kerangka sampel yang digunakan. Jika bertahap tuliskan
kerangaka sampel untuk setiap tahap.
Yang dimaksud dengan kerangka sampel adalah daftar dari semua unsur sampel dalam
populasi sampel, berisi seluruh unit dalam populasi yang akan dijadikan dasar penarikan
sampel (dibentuk dari kerangka induk). Kerangka sampel dapat berupa daftar mengenai
jumlah penduduk, jumlah bangunan, mungkin pula sebuah peta yang unit-unitnya tergambar
secara jelas.
Sebaiknya kerangka sampel memenuhi syarat, sebagai berikut :
Meliputi seluruh unsur sampel, tersedia sampai satuan unti terkecil sebagai dasar
penarikan sampel.
Unsur sampel tidak dihitung dua kali, tidak tumpang tindih atau terlewat.
Up to date
Mempunyai batas jelas
Mempunyai korelasi dengan data yang diteliti
Dapat dilacak di lapangan
Contoh :
Untuk satu tahap : Direktori Perusahaan Industri Besar dan Sedang di Tahun 1998.
Untuk dua tahap : Tahap I. DaftarBlok Sensus di DKI Jakarta 1999 Tahap II. Daftar
Rumah Tangga pada tiap Blok Sensus di DKI Jakarta.
6.3. Metode pemilihan sampel
Tuliskan secara ringkas metode pemilihan sampel yang digunakan pada survei ini, misalnya
simple random sampling, stratified sampling, systematic sampling, quota sampling,
synchronized sampling. Jika survei ini menggunakan rancangan sampling multi stage/phase,
jelaskan pemilihan sample pada tiap stage/phase.
Simple random sampling; pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.
Startified sampling; pengambilan sampel dengan cara membagi populasi ke dalam
kelompok-kelompok yang homogen (strata), dan kemudian sampel diambil secara
acak dari setiap strata tersebut.
Systematic sampling; metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval
tertentu dari suatu kerangka sampel yang telah diurutkan.
6.4. Keseluruhan fraksi sampel (overall sampling fraction)
Tuliskan fraksi sampel (n/N) secara keseluruhan. Jika rancangan sampel multi stage/phase,
fraksi sampel yang ditulis adalah untuk seluruh tahap.
6.5. Unit sampel
Tuliskan unit sampel terkecil dan tuliskan jumlah seluruh sampel survei ini.
18
Unit sampel adalah unit yang dijadikan dasar penarikan sampel baik berupa elemen atau
kumpulan elemen (klaster). Sebagai contoh rumah tangga dapat dijadikan unit sampel dan
atau kumpulan rumah tangga pada wilayah tertentu yaitu blok sensus.
Contoh lain dari unit sampel adalah daftar individu perusahaan/usaha.
6.6. Perkiraan Sampling error
Tuliskan perkiraan sampling error pada survei ini.
Sampling error adalah penyimpangan yang terjadi karena adanya kesalahan dalam
pemakaian sampel. Semakin besar sampel yang diambil maka semakin kecil terjadinya
penyimpangan.
6.7. Responden
Tuliskan responden dan jumlah responden survei ini. Isian rincian ini bisa sama dengan
rincian 6.5.
Responden survei yang dimaksud adalah orang yang terpilih untuk diwawancara dalam
kegiatan pengumpulan data baik langsung maupun tidak langsung
BLOK VII. Pengolahan Data, Estimasi, dan Analisis
7.1. Metode pengolahan
Prosedur dan metode pengolahan data yang dilakukan untuk mengolah data hasil survei ini,
antara lain meliputi penyuntingan (editing), penyandian (coding), dan penyahihan (validasi).
Lingkari kode 1 jika “Ya” dan kode 2 jika “Tidak”. Adapun yang dimaksud dengan
penyuntingan adalah melakukan pengecekan terhadap kemungkinan kesalahan
pengisian daftar pertanyaan dan ketidakserasian informasi (inconsistency)
penyandian adalah kegiatan pemberian kode-kode tertentu untuk mempermudah
pengolahan, terutama jika akan diolah dengan media computer
penyahihan adalah proses pemeriksaan terhadap data dan proses perbaikan data
yang salah menjadi data yang benar dan valid. Tingkat validitas data sangat
berpengaruh terhadap kualitas keluaran (output) yang dihasilkan. Proses penyahihan
ada dua cara yakni penyahihan manual dan penyahihan komputer.
7.2. Tingkat estimasi yang diharapkan
Lingkari kode tingkat estimasi yang diharapkan, kode yang dilingkari bisa lebih dari satu.
7.3. Metode analisis hasil survei
Tuliskan secara ringkas metode analisis yang akan digunakan pada survei ini. Misal regresi,
regresi logistik.
7.4. Produk data yang tersedia untuk umum
Sebutkan produk data dari survei ini yang didiseminasikan/ disebarluaskan kepada umum.
Lingkari kode 1 jika “Ya” tersedia dan 2 jika “Tidak” tersedia.
Keterangan:
Publikasi dalam hardcopy adalah hasil survei yang dipublikasikan dalam bentuk buku.
Publikasi dalam softcopy adalah hasil survei yang dipublikasikan dalam media
komputer (disket, compact disc, optical disk).
Macro data adalah hasil survei yang tersedia bagi umum dalam bentuk file-file
summary (agregat).
Micro data/raw data adalah hasil survei yang tersedia bagi umum dalam bentuk
individual record.
19
7.5. Waktu pelaksanaan survei (lampirkan)
Tuliskan tanggal, bulan dan tahun perencanaan, pelaksanaan lapangan, pengolahan,
penyajian, dan analisis survei ini.
7.6. Waktu ketersediaan hasil survei untuk umum
Tuliskan tanggal, bulan dan tahun ketersediaan hasil survei ini untuk umum.
Pengertian “ketersediaan” disini adalah bahwa hasil survei ini menjadi dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat umum (publicly available).
PENGISIAN FP KPA
Tuliskan dengan lengkap judul kegiatan yang akan dilaksanakan
Blok I. Identifikasi Penyelenggara Kompilasi Produk Administrasi
1.1. Penyelenggara
Tuliskan nama instansi pemerintah (kementerian/lembaga non kementerian/dinas/satuan
kerja perangkat daerah provinsi/kabupaten/kota) penyelenggara kegiatansetingkat eselon II.
Contoh:
Asisten Deputi Perumusan Kebijakan Reformasi Birokrasi Akuntabilitas Aparatur dan
Pengawasan, Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.
1.2. Alamat lengkap penyelenggara
Tuliskan dengan lengkap alamat instansi pemerintah penyelenggara (termasuk nomor
telepon, faksimile, dan e-mail).
Contoh :
Alamat lengkap penyelenggara : Jl. Jend. Sudirman Kav. 69,
Telp: 021-7398381-89
Kabupaten/kota : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Blok II. Penanggung Jawab Kompilasi Produk Administrasi (sebagai Contact Person)
2.1. Penanggung Jawab Kegiatan
a) Penanggung jawab kegiatan adalah pihak yang mengetahui informasi tentang kompilasi
produk administrasi yang diselenggarakan.
b) Tuliskan dengan lengkap nama, jabatan, alamat, nomor telepon, faksimile, dan e-mail
penanggung jawab kegiatan di instansi penyelenggara kegiatan.
2.2. Penanggung Jawab Teknis Kegiatan
a) Penanggung jawab teknis kegiatan adalah pihak yang menjadi koordinator teknis
penyelenggaraan kegiatan. Penanggung jawab teknis kegiatan bisa pegawai instansi
bersangkutan atau pihak ketiga (konsultan).
b) Tuliskan dengan lengkap nama, jabatan, alamat, nomor telepon, faksimile, dan e-mail
penanggung jawab teknis kegiatan.
Blok III. Perencanaan dan Persiapan Kompilasi Produk Administrasi
3.1. Tujuan dan manfaat kegiatan
Tuliskan dengan ringkas tujuan dan manfaat penyelenggaraan kegiatan.
3.2. Jadwal Kegiatan
uliskan dengan lengkap tanggal, bulan, dan tahun penyelenggaraan kegiatan, meliputi
perencanaan/persiapan, pengumpulan data, pengolahan, penyajian, dan analisis.
Blok IV. Variabel Utama yang Digunakan
Kolom (1) Nomor
Tuliskan nomor secara berurutan sebanyak variabel utama yang digunakan.
Kolom (2) Nama
Tuliskan nama variabel utama yang digunakan.
20
Kolom (3) Referensi Waktu
Tuliskan referensi waktu dari variabel utama yang digunakan.
Kolom (4) Sumber
Tuliskan unit kerja yang menjadi sumber data dari variabel utama yang digunakan.
Blok V. Desain Kompilasi Produk Administrasi
5.1. Kegiatan ini dilakukan
a) Lingkari kode 1 jika kegiatan dilakukan hanya sekali.
b) Lingkari kode 2 jika kegiatan dilakukan berulang kali atau kegiatan rutin.
5.2. Frekuensi penyelenggaraan kegiatan
a) Frekuensi penyelenggaraan kegiatan adalah periode pelaksanaan kegiatan.
b) Frekuensi penyelenggaraan kegiatan diisi hanya jika kode 2 pada rincian 5.1 (R.5.1)
dilingkari.
c) Lingkari kode sesuai dengan frekuensi penyelenggaraan kegiatan.
5.3. Jenis data
Lingkari kode sesuai jenis data yang dikompilasi.
Series adalah data yang terdiri dari beberapa periode waktu, seperti harian, bulanan,
triwulanan, dan tahunan.
Cross Section adalah data yang terdiri dari beberapa item yang berkaitan pada suatu waktu
(satu waktu saja, tidak seperti data series yang terdiri dari beberapa periode waktu).
Series dan Cross Section adalah data gabungan antara data series dengan data cross section,
yaitu terdiri atas beberapa objek/sub objek dalam beberapa periode waktu
5.4. Metode pengumpulan data
Lingkari semua metode pengumpulan data yang digunakan dalam kompilasi (multiple
choice).
Mengisi kuesioner sendiri (swacacah) adalah metode pengumpulan data dimana penyedia
data mengisi kuesioner/form/lembar kerja yang disediakan oleh kompilator secara mandiri.
Metode ini termasuk pengisian melalui aplikasi dan form yang dikirim melalui email.
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dari dokumen registrasi/pencatatan baik
dokumen fisik maupun elektronik dari laporan penyedia data maupun hasil pencarian
kompilator.
Lainnya adalah metode pengumpulan data selain mengisi kuesioner sendiri dan
dokumentasi.
5.5. Cakupan wilayah data
a) Cakupan wilayah data adalah cakupan wilayah dari data terbesar/terluas dalam kompilasi.
Cakupan wilayah data seluruh wilayah di Indonesia artinya seluruh wilayah Indonesia
sampai kabupaten/kota tercakup dalam kompilasi. Cakupan wilayah sebagian wilayah di
Indonesia artinya hanya sebagian wilayah yang tercakup dalam kompilasi.
b) Lingkari kode sesuai wilayah yang digunakan.
5.6. Wilayah Data
a) Wilayah data diisi hanya jika kode 2 pada R.5.7 dilingkari.
b) Tuliskan seluruh wilayah yang menjadi cakupan data kompilasi.
BLOK VI. Pengumpulan Data
6.1. Petugas pengumpulan data
Lingkari kode sesuai jenis petugas pengumpulan data yang digunakan. Pemilihan kode bisa
lebih dari satu (multiple choice).
6.2. Persyaratan pendidikan terakhir petugas pengumpulan data
Lingkari kode sesuai pendidikan terendah petugas pengumpulan data yang dipersyaratkan.
6.3. Jumlah petugas pengumpulan data
21
Tuliskan jumlah petugas pengumpulan data yang digunakan meliputi
supervisor/penyelia/pengawas dan enumerator/ kompilator/pengumpul data.
6.4. Apakah melakukan pelatihan petugas pengumpulan data?
Lingkari kode 1 jika melakukan pelatihan petugas pengumpulan data dan kode 2 jika tidak
melakukan pelatihan petugas pengumpulan data.
Blok VII. Pengolahan, Estimasi, Analisis, dan Diseminasi Data
7.1. Metode Pengolahan
a) Metode pengolahan meliputi:
1. Penyuntingan (editing), yaitu kegiatan pemeriksaan hasil pengumpulan data.
Penyuntingan dilakukan pada kesalahan dan ketidakkonsistenan pengisian rincian
pertanyaan.
2. Penyandian (coding), yaitu kegiatan pemberian kode pada setiap rincian
pertanyaan. Penyandian dilakukan untuk memudahkan input data.
3. Input data (data entry), yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam database
melalui formulir data entry. Input data dilakukan dengan menggunakan aplikasi,
seperti Ms. Excel atau aplikasi buatan sendiri.
4. Penyahihan (validasi), yaitu kegiatan pemeriksaan dan perbaikan data hasil input
data.
b) Lingkari kode 1 jika menggunakan dan kode 2 jika tidak menggunakan metode
pengolahan
7.2. Metode Analisis
a) Analisis adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca
dan diinterpretasikan. Metode analisis meliputi:
1. Analisis deskriptif, yaitu analisis yang bertujuan untuk menggambarkan
karakteristik data menggunakan metode statistik sederhana, seperti mean,
median. Modus, range, variance, standar deviasi, tabel kontingensi, dan analisis
kuadran.
2. Analisis inferensia, yaitu analisis yang bertujuan untuk menarik kesimpulan pada
sampel dan digunakan untuk generalisasi populasi. Kesimpulan tersebut ditarik
berdasarkan hasil pengolahan menggunakan metode statistik yang lebih
mendalam, seperti anova, korelasi, regresi, chi-square, faktor, cluster, dan
diskriminan.
b) Tuliskan Metode analisis yang digunakan
7.3. Unit Analisis
a) Unit analisis adalah unit yang akan dianalisis. Unit analisis, unit sampel, dan unit
observasi bisa sama dan bisa berbeda.
b) Tuliskan unit analisis yang digunakan.
7.4. Tingkat penyajian data
Lingkari kode sesuai tingkat penyajian data yang diharapkan.
7.5. Produk data yang tersedia untuk umum
a) Produk data yang tersedia untuk umum adalah produk data dari kegiatan statistik yang
didiseminasikan/disebarluaskan kepada msyarakat umum. Bentuk produk data
meliputi:
1. Media cetak, yaitu produk data yang dipublikasi dalam bentuk buku atau publikasi
tercetak.
2. Media elektronik, yaitu produk data yang dipublikasikan dalam bentuk file
elektronik/softcopy publikasi.
b) Lingkari kode 1 jika menghasilkan dan kode 2 jika tidak menghasilkan produk data.
22
7.6. Rencana penerbitan publikasi untuk umum
Tuliskan tanggal, bulan, dan tahun rencana penerbitan publikasi hasil kegiatan yang
dilakukan. Yang dimaksud dipublikasikan untuk umum adalah publikasi yang dapat diakses
seluruh lapisan masyarakat, termasuk tabel/grafik yang ditampilkan di website, serta
poster/spanduk yang ditempel di jalan umum atau ruang publik di kantor. Apabila kompilasi
hanya menghasilkan laporan terbatas pada level tertentu dari penyelenggara kompilasi maka
tidak termasuk sebagai publikasi untuk umum.
PENGISAN METADATA
1. Metadata Kegiatan Statistik
Kegiatan statistik adalah tindakan yang meliputi upaya penyediaan dan
penyebarluasan data, upaya pengembangan ilmu statistik, dan upaya yang mengarah
pada berkembangnya Sistem Statistik Nasional. Kegiatan statistik ini bertujuan untuk
menyediakan data statistik yang lengkap, akurat, dan mutakhir guna mendukung
pembangunan nasional. Data statistik dapat diinterpretasikan dengan benar dan tepat jika
karakteristik atau atribut dari data tersebut didefinisikan dalam bentuk metadata statistik.
Metadata kegiatan statistik adalah sekumpulan atribut informasi yang memberikan
gambaran/dokumentasi dari penyelenggaraan kegiatan statistik.
Tabel 1. Struktur Baku Metadata Kegiatan Statistik
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
Survei Kepuasan
1 Nama kegiatan Nama yang digunakan dalam penyelenggarakan Jemaah Haji
Indonesia, 2018
statistik kegiatan statistik disertai dengan tahun kegiatan Kemeterian Agama RI
2 Identifikasi Pihak yang bertanggung jawab dalam Untuk memenuhi
ketentuan Pasal 10
penyelenggara penyelenggaraan kegiatan statistik dan/atau ayat (1) Undang-
Undang Nomor 25
pihak yang menjadi pemilik kegiatan Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik,
3 Tujuan Narasi yang memberikan penjelasan dari maksud penyelenggara
berkewajiban
Pelaksanaan diselenggarakannya suatu kegiatan statistik. melaksanakan
evaluasi terhadap
Mencakup informasi mengenai hasil yang ingin kinerja pelaksana di
lingkungan organisasi
diperoleh dari kegiatan statistik yang akan secara berkala dan
berkelanjutan. Perlu
diselenggarakan penelusuran terkait
dengan aspek yang
dianggap tidak
memuaskan oleh para
jemaah haji.
Mengetahui dimensi
apa saja dari aspek-
aspek yang ‘tidak
23
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
memuaskan ’yang
4 Periode Referensi waktu terlaksananya kegiatan statistik paling signifikan
pelaksanan mempengaruhi
Cakupan wilayah yang menjadi area pelaksanaan tingkat kepuasan
5 Cakupan kegiatan pengumpulan data jemaah haji
wilayah Berisikan informasi umum mengenai metode Agustus - Desember
statistik yang digunakan seperti, 2018
6 Rancangan Cara pengumpulan data (sensus, survei, Seluruh wilayah
pengumpulan Indonesia
data/ kompilasi produk administrasi) Metode sampling
Metodolog Tahap pengambilan sampel yang digunakan
Metode pemilihan sampel adalah four stage
Kerangka dan fraksi sampel sampling dengan
Perkiraan sampling error sampel probabilitas.
Unit sampel Tahap 1 (daftar
Unit observasi asrama haji embarkasi
Metode pengumpulan data (wawancara, Indonesia)
Tahap 2 (daftar
pengamatan, data sekunder, lainnya) jemaah pendaftaran
Informasi rancangan pengumpulan data haji reguler)
digunakan untuk mengetahui kelayakan suatu Tahap 3 (daftar
kegiatan statistik untuk dilaksanakan keberangkatan
jemaah haji reguler
dar asrama haji
embarkasi terpilih)
Tahap 4 (daftar
kepulangan jemaah
haji reguler asrama
haji embarkasi
terpilih)
7 Rancangan Berisikan informasi umum mengenai tahapan Fraksi sampel:
Pengolahan pemrosesan data setelah tahap pengumpulan Tahap 1 (dipilih 13
Data data seperti, asrama haji)
Metode pengolahan Tahap 2 (dipilih 650
Rencana waktu jemaah haji dari
21.087 jemaah haji)
Tahap 3 (dipilih 650
jemaah
keberangkatan haji
reguler)
Tahap 4 (dipilih 650
jemaah kepulangan
haji reguler)
Survei Kepuasan
Jemaah Haji
Indonesia, 2018
melalui tahap
pengolahan
Editing
24
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
Coding
8 Level Estimasi Informasi mengenai tingkat penyajian hasil yang Data Entri/Scan
9 Analisis akan dilakukan apakah nasional, provinsi, Validasi
kabupaten/kota, atau level administrasi lainnya Nasional
Analisis adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan Analisis Deskriptif
dinterpretasikan.
1. Analisis deskriptif adalah analisis yang
bertujuan untuk menggambarkan
karakteristik data menggunakan metode
statistik sederhana.
2. Analisis inferensia adalah analisis yang
bertujuan untuk menarik kesimpulan pada
sampel, yang digunakan untuk digeneralisir
ke populasi.
2. Metadata Variabel Statistik
Variabel didefinisikan sebagai konsep yang dapat diukur dan memiliki variasi hasil
pengukuran. Variabel statistik merupakan variabel yang digunakan pada kegiatan statistik yang
diselenggarakan oleh instansi/lembaga. Setiap variabel memiliki konsep dan definisi yang perlu
dipahami terlebih dahulu sebelum menggunakan variabel tersebut. Data yang dikumpulkan dari
variabel-variabel kegiatan statistik akan menghasilkan angka-angka statistik maupun indikator.
Variabel didefinisikan sebagai konsep yang dapat diukur dan memiliki variasi hasil pengukuran.
Variabel statistik merupakan variabel yang digunakan pada kegiatan statistik yang
diselenggarakan oleh instansi/lembaga.
Tabel 2. Struktur Baku Metada Variabel Statistk
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
1 Kode Kegiatan Informasi yang menunjukan bahwa Kode kegiatan akan diisikan
kegiatan sudah mendapat rekomendasi petugas verifikasi BPS
2 Nama dan metadata kegiatan statistik sudah berdasarkan kode rekomendasi
Variabel terdaftar kegiatan yang bersesuaian
Informasi yang ingin dikumpulkan Kepuasan terhadap kemudahan
3 Alias dalam suatu penyelenggaraan kegiatan mendapatkan pelayanan
statistik
Penamaan lain yang biasanya dapat Misal alias pada penamaan
digunakan untuk mengidentifikasi suatu variabel ini di basis data adalah
variabel. B1R1, maka ketika pengguna
mengakses data akan terlihat
nama variabel B1R1 sebagai
identitas variabel “Kepuasan
terhadap kemudahan
mendapatkan pelayanan”
25
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
4 Konsep Rancangan, ide, atau pengertian Kemudahan
tentang sesuatu
5 Definisi Rumusan tentang ruang lingkup dan Kepuasan terhadap kemudahan
ciri-ciri suatu konsep yang menjadi mendapatkan pelayanan adalah
pokok pembicaraan atau studi penilaian yang diberikan oleh
jemaah haji yang menjadi
responden atas pelayanan
petugas haji terkait dengan
seberapa mudahnya pelayanan
diperoleh jemaah. Kemudahan
mencakup kemudahan prosedur
dan proses pelayanan dari
petugas secara umum.
6 Referensi Referensi pemilihan variabel Referensi yang mendasari
Pemilihan merupakan sumber rujukan yang pemilihan variabel kepuasan
digunakan sebagai acuan dalam terhadap kemudahan
melakukan penentuan dan penggunaan mendapatkan pelayanan adalah
variabel. Acuan ini dapat berupa acuan PermenPAN RB Nomor 14 tahun
internasional agar dapat menjadi bagian 2017 tentang Pedoman
dari data internasional, atau referensi Penyusunan Survei Kepuasan
dari peraturan serta kebutuhan Masyarakat Unit Penyelenggara
pemerintah dalam rangka melakukan Pelayanan Publik
evaluasi maupun penyusunan program
7 Referensi Referensi waktu variabel merupakan Selama pelaksanaan ibadah haji
Waktu batasan waktu yang menggambarkan
nilai variabel yang dikumpulkan.
Batasan waktu ini merupakan acuan
waktu yang tercakup dalam satuan
variabel yang dikumpulkan tersebut.
Batasan dan acuan waktu tersebut
dapat berupa pada saat pencacahan
atau pengumpulan data, seminggu
terakhir, sebulan terakhir, dalam satu
tahun terakhir, dan lain sebagainya.
8 Tipe Data Tipe data merupakan jenis tipe data Untuk variabel kepuasan
yang biasa dikenal dalam bahasa terhadap kemudahan
pemrograman dan komputer yang mendapatkan pelayanan dengan
digunakan sebagai bentuk klasifikasi domain value 1-4, maka tipe data
data untuk mempermudah kategori yang cocok adalah “INTEGER”
dalam bahasa pemrograman (Integer,
Float, Char, String, dsb)
9 Domain Value Domain value atau klasifikasi Domain value untuk kepuasan
merupakan penggolongan Data secara terhadap kemudahan
sistematis ke dalam kelompok atau mendapatkan pelayanan,
kategori berdasarkan kriteria yang 1 = tidak puas
ditetapkan oleh Pembina data statistik 2 = kurang puas
atau dibakukan secara luas. Klasifikasi 3 = puas
statistik terdiri dari struktur yang 4 = sangat puas
konsisten dan saling berhubungan,
didasarkan pada konsep, definisi,
26
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
prinsip, dan tata cara pengklasifikasian “Kepuasan mendapatkan
pelayanan petugas haji:
yang telah disepakati secara (1) Tidak Puas
(2) Kurang Puas
internasional (3) Puas
(4) Sangat Puas”
10 Kalimat Kalimat pertanyaan merupakan kalimat
Ya
Pertanyaan yang digunakan dalam instrument
penelitian untuk memperoleh nilai
variabel yang diharapkan. Pertanyaan
ini umumnya berupa kalimat, baik
pertanyaan maupun bukan, yang
mudah dipahami oleh seluruh petugas
dan responden atau informan untuk
isian variabel terkait.
11 Apakah Confidential status merupakan status
Variabel akses terhadap variabel terkait, apakah
dapat Diakses dapat dipublikasikan untuk umum atau
Umum tidak. Status tersebut mempunyai
keterkaitan dengan kemudahan akses
atau prinsip interoperabilitas data.
Opsi jawaban adalah “ya” atau “tidak”
3. Metadata Indikator Variabel
Indikator variabel kendali yang dapat digunakan untuk mengukur perubahan pada sebuah
kejadian atau kegiatan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan bahwa indikator
merupakan sesuatu yang dapat memberikan petunjuk atau keterangan. Indikator juga bisa
diartikan sebagai setiap ciri, karakteristik, atau ukuran yang bisa menunjukkan perubahan yang
terjadi pada sebuah bidang tertentu. Metadata indikator adalah sekumpulan atribut informasi
yang memberikan gambaran/dokumentasi dasar terbentuknya suatu indikator, interpretasi
terhadap suatu indikator, varibel pembentuk indikator, rumus yang digunakan dalam metode
penghitungan indikator, dan informasi lain yang perlu untuk diketahui dalam upaya memperikan
pemahaman yang tepat dalam menggunakan nilai indikator yang dihasilkan.
Tabel 3. Struktur Baku Metada Indikator Statistik
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
1 Nama Indikator Nama atau istilah yang digunakan Indeks Kepuasan Jamaah Haji
untuk menyebut suatu nilai hasil dari Indonesia (IKJHI)
2 Konsep penghitungan variabel
3 Definisi Rancangan, ide, atau pengertian Jamaah Haji
tentang sesuatu
Penjelasan tentang data yang Indeks Kepuasan Jamaah Haji
memberi batas atau membedakan Indonesia (IKJHI) adalah
secara jelas arti dan cakupan data perbandingan rata rata skor
tertentu dengan data yang lain tingkat kepuasan terhadap rata-
rata skor tingkat kepentingan.
Kriteria kepuasan jemaah haji
ditentukan berdasarkan nilai
IKJHI yang diperoleh
27
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
4 Interpretasi Interpretasi diartikan sebagai tafsiran, Terhadap hasil penyusunan
penjelasan, makna, arti, kesan, Indeks Kepuasan Jemaah Haji
pendapat, atau pandangan teoritis Indonesia didapatkan rentang
terhadap suatu objek yang dihasilkan persepsi,
dari pemikiran mendalam dan sangat
dipengaruhi oleh latar belakang orang IKJHI < 50 = sangat buruk
yang melakukan interpretasi 50 ≤ IKHJI < 65 = buruk
65 ≤ IKJHI < 75 = sesuai
75 ≤ IKJHI < 85. = memuaskan
IKJHI ≥ 85 = sangat memuaskan
IKJHI 2018 sebesar 85,23 artinya
tingkat pelayanan yang diberikan
kepada jemaah haji sudah sangat
memuaskan
5 Metode/Rumus Metode atau rumus penghitungan IKHJI = (rata-rata skor tingkat
Penghitungan indikator merupakan prosedur atau kepuasan)/(Rata-rata skor
cara yang ditempuh untuk tingkat kepentingan)x100
menghitung suatu indikator yang
dihasilkan dalam kegiatan statistik
6 Ukuran Ukuran adalah unit yang digunakan Indeks
dalam pengukuran jumlah, kadar, atau
cakupan
7 Satuan Satuan yang dimaksud merupakan (tanpa satuan)
besaran tertentu dalam data yang
digunakan untuk mengukur atau
menakar sebagai sebuah keseluruhan
8 Klasifikasi Klasifikasi merupakan penggolongan Indikator IKJHI dapat disajikan
data secara sistematis ke dalam berdasarkan klasifikasi,
kelompok atau kategori berdasarkan 1. kelompok umur
kriteria yang ditetapkan oleh Pembina 2. jenis kelamin
data atau dibakukan secara luas 3. pendidikan
4. profesi
5. dimensi pelayanan
6. area pelayanan
9 Publikasi Judul publikasi utama yang memuat Berita Resmi Statistik
ketersediaan indikator dimaksud sebagai konten
indikator publikasi
pembangun
10 Nama Indikator Indikator pembangun merupakan IKJHI dibangun berdasarkan
Pembangun suatu indikator yang menjadi indikator
subkomponen dalam penghitungan 1.tingkat kepuasan pelayanan
indikator komposit petugas haji
2.tingkat kepuasan pelayanan
ibadah
3.tingkat kepuasan pelayanan
transportasi bus
4.tingkat kepuasan pelayanan
akomodasi
28
No Nama Atribut Penjelasan Contoh
5.tingkat kepuasan pelayanan
11 Kode Kegiatan Kode kegiatan statistik yang katering
Penghasil menghasilkan indikator yang 6.tingkat kepuasan pelayanan
Variabel dilaporkan kesehatan kloter
Pembangun 7.tingkat kepuasan pelayanan
Nama-nama variabel yang digunakan lainnya
12 Nama Variabel untuk menghasilkan suatu nilai (dikosongkan karena IKJHI adalah
Pembangun indikator indikator komposit)
Level terendah dari penyajian
13 Level Estimasi indikator yang dihasilkan dari kegiatan dikosongkan karena IKJHI adalah
statistik terkait indikator komposit)
14 Apakah Confidential status merupakan status
Indikator Dapat akses terhadap indikator terkait, Nasional
Diakses Umum apakah dapat dipublikasikan untuk
umum atau tidak Ya
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen Kuesioner Metadata Kegiatan
30
31
32
33
34
35
36
Lampiran 2. Dokumen Kuesioner Metadata Variabel
37
Lampiran 3. Dokumen Kuesioner Metadata Indikator
38
Lampiran 4. Dokumen FS3
39
40
41
42
43
44