MODUL 2.2 - PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL
JURNAL REFLEKSI DWIMINGGUAN
Mariza Deni Anggraeni
CGP Angkatan 6
Kabupaten Lebong
Pada kesempatan kali ini,
calon guru penggerak akan
merefleksikan dirinya terkait
pembelajaran modul 2.2
dengan menggunakan model
4F (Facts, Feelings, Findings,
Future). 4F merupakan model
refleksi yang dikembangkan
oleh Dr. Roger Greenaway. 4F
dapat diterjemahkan menjadi
4P: Peristiwa, Perasaan,
Pembelajaran dan Penerapan.
Facts (Peristiwa)
Kegiatan pembelajaran pada program guru penggerak menggunakan
alur "MERDEKA" dimana calon guru penggerak akan melalui tahapan
Mulai Diri yang mengukur pengetahuan awal CGP terkait materi yang
akan dipelajari. Tahap demi tahap harus dilalui dengan urut agar semua
materi dapat dipelajari dan dipahami secara maksimal. Dilanjutkan
dengan kegiatan pendalaman pemahaman materi secara mandiri di alur
eksplorasi konsep. Materi yang “kaya” membuat saya harus berkali – kali
membacanya.
Pada sesi ruang kolaborasi, Ibu Fasilitator kami, Ibu Dra. Hj. Noor Arifah,
M.Pd. membagi kami secara berkelompok berdasarkan kelompok sesuai
dengan jenjang pendidikan. Saya kebetulan dikelompokkan di jenjang
sekolah dasar. Dalam diskusi kelompok, kami mendiskusikan ide
implementasi KSE tentang apa yang bisa diterapkan kepada murid, guru
dan tenaga kependidikan. Selama diskusi, teman cgp memberi
tanggapan, apresiasi dan pertanyaan. Begitupun fasilitator, memberikan
masukan untuk masing – masing kelompok.
Pada alur Demonstrasi Kontekstual, saya membuat RPP yang berkaitan
dengan pembelajaran Sosial Emosional serta berdiferensiasi. Di sesi
Elaborasi Pemahaman, pemahaman – pemahaman tentang PSE kembali
dikuatkan oleh Instruktur, pak Sigit Kurniawan. Pada sesi tersebut, saya
tahu ternyata untuk melatih mindfulness, tidak hanya melalui teknik
STOP. Melatih mindfulness juga dapat dilatih melalui:
- Jurnal. Tuliskan apapun tentang pikiran dan perasaan yang muncul
saat ini tanpa menilainya.
- Dengarkan atau mainkan alat music, kemudian rasakan bunyi serta
suara yang terdengar.
- Teknik body scanning atau meditasi pemindaian tubuh
FEELINGS (PERASAAN)
Saya sangat tertarik untuk mempelajari Pembelajaran Sosial
Emosional, bentuk implementasi serta ide – ide penerapannya di
dalam kelas. Namun diawal – awal pembelajaran saya sempat ragu
apakah saya bisa? Saya juga sempat merasa bingung dengan
materi – materi yang menurut saya lumayan menguras ini. Namun
setelah menerima arahan dan bimbingan dari Ibu Noor Arifah
selaku fasilitator kami, saran dan masukan dari teman – teman CGP
juga penguatan dari Instruktur akhirnya saya memperoleh
pencerahan.
FINDINGS (PEMBELAJARAN)
Setiap manusia pasti memiliki beban pikiran. Entah itu karena
masalah yang dihadapi atau beban kerja yang menumpuk dalam
satu waktu. Ketika hal itu terjadi pada kita, biasanya yang muncul
adalah emosi negatif. Mungkin pernah kita mengalami, saat kita
banyak tugas dan harus segera diselesaikan, anak rewel jadi
pelampiasan marah pada anak, lalu menyesal dan menyalahkan
diri.
Sebenarnya, bagi seorang guru yang pekerjaannya adalah
berinteraksi dengan anak didik, kondisi seperti ini tentu akan
sangat rentan. Sebab, tingkah siswa di kelas tentu akan sangat
beragam. Kadang ada yang sering berceloteh tidak jelas, ada juga
yang belum mengerjakan tugas, tidak disiplin dll. Hal tersebut akan
sangat memicu emosi apalagi jika kita sedang dalam kondisi
banyak tumpukan pekerjaan yang belum terselesaikan atau
permasalahan di rumah.
Ketika guru mengeluarkan emosi secara spontan dengan
marah-marah atau mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan, hal
tersebut berbahaya. Banyak kasus terjadi, perkataan buruk seorang
guru yang melemahkan anak bisa berpengaruh pada siswa tersebut
di masa depan. Begitu sebaliknya, jika perkataan baik seorang guru,
bisa diingat lama oleh seorang siswa sampai dewasa.
Setelah mempelajari pembelajaran sosial emosional, sebagai
pemimpin pembelajaran saya menyadari bahwa sangat penting
bagi guru untuk menguasai Kompetensi Sosial Emosional agar
lebih memahami cara mengelola emosi didalam menjalankan
perannya dan juga dapat mendidik murid menjadi manusia yang
memiliki kompetensi sosial-emosional.
Pembelajaran sosial -emosional ini juga saya berharap dapat
menjadikan murid – murid saya menjadi orang yang memiliki
keterampilan untuk mengenali masalahnya dan memecahkannya
sendiri.
Lebih lanjut, pengembangan kompetensi murid tentu tidaklah
cukup dengan hanya focus pada aspek kognitif dan keterampilan
saja. Kompetensi sosial dan emosional juga sangat diperlukan,
Diperlukan keterampilan dalam berinteraksi antara guru dengan
murid yang dapat membangkitkan kompetensi tersebut, sehingga
bisa membangun hubungan harmonis keduanya. Oleh karena, itu
kompetensi sosial dan emosional memiliki peran sentral dalam
keberhasilan akademik dan kehidupan guru dan murid.
Seperti diketahui, Ki Hajar Dewantara mengatakan pendidikan
merupakan daya dan upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi
pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelektual) dan tubuh
anak agar dapat memajukan kesempurnaan hidup, yakni kehidupan
anak yang sesuai dengan dunianya. Hal tersebut menegaskan
pembelajaran sosial dan emosional yang berbasis kesadaran penuh
merupakan upaya untuk menciptakan ekosistem sekolah yang
mendorong bertumbuhnya budi pekerti, selain intelektual tentunya.
Melalui pembelajaran sosial dan emosional ini, murid diajak untuk
menyadari, melihat, mendengarkan, merasakan, mengalami
sejumlah pengalaman yang dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap positif yang bisa menjadi jembatan
suksesnya murid di masa yang akan datang.
Dalam mewujudkan kesuksesan tersebut, membangun emosi anak
sangatlah penting sekali dilakukan. Untuk itu sebagai seorang calon
guru penggerak, peran ini dapat dilakukan melalui penciptaan well-
being pada ekosistem pendidikan di sekolah yang dilakukan secara
kolaboratif antara peserta didik, guru dan juga melibatkan orang
tua guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/nilai positif peserta didik. Hal ini berarti pula bahwa guru
sebagai pendidik mempunyai kewajiban di dalam menciptakan
kondisi yang nyaman, aman, sehat dan bahagia bagi anak didiknya.
Dari materi yang disajikan ada beberapa hal mendasar dan penting
yang saya pelajari adalah:
1. Kompetensi Sosial Emosional (KSE) .
Terdapat 5 kompetensi sosial emosional (KSE) yang harus
dikembangkan baik oleh guru, murid dan warga sekolah.
Lima kompetensi tersebut adalah
Kesadaran Diri: kemampuan untuk memahami perasaan,
emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana
pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan
konteks kehidupan. Manajemen Diri: kemampuan untuk
mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif
dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan
aspirasi.
Kesadaran Sosial: kemampuan untuk memahami sudut
pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk
mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks
yang berbeda-beda.
Keterampilan Berelasi: kemampuan untuk membangun dan
mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan
suportif.
Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:
kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun
yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam
mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan
untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari
bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan
psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan
kelompok.
2. Kesadaran Penuh dan Well-Being.
a. Kesadaran penuh (Mindfulness) diartikan sebagai
kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan
perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat
sekarang yang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa
menghakimi) dan kebaikan yang sebenarnya telah ada
dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan
ataupun ditumbuhkan. Kesadaran penuh ini menjadi
dasar dalam penguatan 5 kompetensi sosial emosional.
Kesdaran penuh dapat membantu melatih perhatian
murid-murid dan fokus; yang mana ini menjadi suatu
kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak
dalam mengelola dirinya dan meningkatkan
pembelajaran. Praktik kesadaran penuh yang dapat
dilakukan adalah teknik STOP. Teknik ini dapat dilihat
pada gambar di bawah ini.
(Gambar 1)
Selain melalui teknik STOP, kita dapat juga melakukan hal –
hal berikut sebagai berikut sebagai praktik kesadaran penuh:
- Jurnal. Tuliskan apapun tentang pikiran dan perasaan
yang muncul saat ini tanpa menilainya.
- Dengarkan atau mainkan alat music, kemudian rasakan
bunyi serta suara yang terdengar.
- Teknik body scanning atau teknik pemindaian tubuh
b. Well-Being (kesejahteraan psoikologis ) adalah kondisi
individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri
sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan
mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi
kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola
lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan
membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha
mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya. Penerapan
pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran
penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan
eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being
ekosistem sekolah. Kelima kompetensi sosial emosional
yang telah disebutkan di atas bernuara pada terwujudnya
kesejahteraan psikologis (well-being) siswa.
(Gambar 2)
FUTURE (PENERAPAN)
Perubahan - perubahan yang akan saya terapkan di kelas dan sekolah
adalah:
1. bagi murid-murid: saya akan menerapkan/ menyelipkan
pembelajaran sosial emosional pada proses pembelajaran yang
saya lakukan (melalui pembelajaran akademik yang terintegrasi
KSE pada konten dan strategi pembelajaran); dan mengusulkan
kepada pengambil kebijakan untuk mengdakan PSE di sekolah
melalui pengajaran eksplisit KSE.
2. bagi rekan sejawat: saya akan berusaha memperkuat PSE dan
mengajak rekan sejawat untuk memperkuat pendidikan sosial
emosional melalui: (a) menjadi teladan (memodelkan); (b) belajar
(refleksi dan mengembangkan kapasitas implementasi KSE; dan
(c) berkolaborasi.
3. Dalam upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan
sekolah) yang nyaman dan memfasilitasi seluruh individu, saya
akan berusaha menebarkan budaya positif, mengajak rekan-
rekan untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, dan juga
mengajak sejawat untuk menyelipkan pembelajaran sosial
emosional pada proses pembelajaran di kelas.
TERIMA
KASIH