The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

LANDASAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL BUDAYA DALAM BIMBINGAN KONSELING

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by cahyantirima92, 2022-12-04 19:54:15

LANDASAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL BUDAYA (2)

LANDASAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL BUDAYA DALAM BIMBINGAN KONSELING

LANDASAN PSIKOLOGIS DAN SOSIAL BUDAYA

Makalah
Disusun dan Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Bimbingan Konseling SD

Dosen Pengampu : Muhaimi Mughni Prayogo, S. Pd., M. Pd.

Di Susun Oleh:

Astarima Cahyanti
2021015052
3B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)

UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMAN SISWA YOGYAKARTA
2022

KATA PENGANTAR
ِِ ‫بِ ْســــــــــــــــــــــ ِمالل ِّهال َّر ْح َمن ِال َّر ِح ْي ِم‬
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-nya sehingga penulisan
tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu yang telah ditentukan. Penyusunan tugas
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Bimbingan Konseling SD”, topik yang dibahas adalah “Landasan Psikologis dan sosial
budaya”.
Penyusunan tugas ini dengan harapan dapat membantu pembaca untuk lebih memahami materi
tentang “Landasan Psikologis dan sosial budaya”. Namun demikian, tentu saja dalam
penyusunan masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan dan pemilihan kata yang tepat.
Dengan ini, kami memohon saran dan kritik yang konstruktif, sehingga penulis bisa
menyempurnakan hasil makalah yang telah dibuat.

Yogyakarta, Desember 2022

Tim Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. 3
BAB I ......................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN.................................................................................................................. 4
A. Latar Belakang ............................................................................................................. 4
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 4
C. Tujuan ........................................................................................................................... 4
D. Manfaat ......................................................................................................................... 5

BAB II ........................................................................................................................................ 6
PEMBAHASAN .................................................................................................................... 6
A. Definisi Psikologis......................................................................................................... 6
B. Pentingnya BK Dalam Aspek Psikologis .................................................................... 7
C. Kajian Psikologi yang Perlu Dikuasai Konselor...................................................... 13
D. Definisi Sosial Budaya................................................................................................ 17
E. Pentingnya BK Dalam Aspek Sosial Budaya ........................................................... 18

BAB III .................................................................................................................................... 20
PENUTUP ............................................................................................................................ 20
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 20
B. Saran ............................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Landasan psikologis dalam Bimbingan Konseling dapat memberikan

pemahamanan seperti tingkah laku seseorang yang menjadi sasaran. Hal tersebut sangat
penting karena bidang Garapan bimbingan dan konseling mengenai tingkah laku
seseorang, dimana tingkah laku tersebut perlu diubah ataupun dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi.

Peserta didik sebagai individu yang dinamis dan berada dalam proses
perkembangan, memiliki kebutuhan dalam interaksi dilingkungannya. Selain itu,
peserta didik mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya. Proses
perkembangan tidak terjadi secara berlangsung secara linear (sesuai dengan arah yang
diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi).

Landasan sosial budaya merupakan landasan yang mampu memberikan
pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan
sebagai faktor yang mempengaruhi perilaku individu. Lingkungan sosial budaya yang
melatarbelakangi masing-masing individu yang berbeda mengakibatkan perbedaan
dalam proses pembentukkan perilaku individu tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi landasan psikologis?

2. Bagaimana pentingnya BK dalam aspek psikologis?

3. Apa kajian psikologi yang perlu dikuasai konselor?

4. Apa definisi landasan sosial budaya?

5. Apa pentingnya BK dalam aspek sosial budaya?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan landasan psikologis

2. Untuk mengetahui pentingnya BK dalam aspek psikologis

3. Untuk menjelaskan kajian dalam psikologi yang harus dikuasai konselor

4. Untuk mendeskripsikan landasan sosial budaya

5. Untuk mengetahui pentingnya BK dalam aspek sosial budaya
D. Manfaat

1. Menambah wawasan tentang landasan psikologis
2. Menambah pengetahuan tentang pentingnya BK dalam aspek psikologis.
3. Menambah pengetahuan tentang kajian psikologis yang harus dikuasai konselor
4. Menambah wawasan tentang landasan sosial budaya.
5. Menambah wawasan tentang pentingnya BK dalam aspek sosial budaya

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Psikologis

Secara etimologis, kata Psikologi berasal dari bahasa. Yunani yaitu kata psyche yang

berarti jiwa, roh, nafas

dan logos yang berarti

ilmu atau ilmu

pengetahuan.

Psikologi diartikan

sebagai ilmu

pengetahuan tentang

jiwa (Furr, 2012;

Walgito, 2010).

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.maxmanroe.com%2Fvid%2Fu
mum%2Fpengertian-
psikologi.html&psig=AOvVaw3k4EOJdCKNO66Vtg2nGbYY&ust=1670246462025000&sou
rce=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCMiBuY2H4PsCFQAAAAAdAAAAABAE

Beberapa definisi psikologi menurut para ahli ialah

a. Menurut Wundt (dalam Atkinson, Atkinson, & Hilgrad, 1983), psikologi
mengkaji tentang apa yang kita sebut pengalaman dalam sensasi dan perasaan, pikiran
serta kehendak yang bertolak belakang dengan setiap objek pengalaman luar.

b. Menurut William James (dalam Atkinson, Atkinson, & Hilgrad, 1983),
psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, termasuk fenomena dan kondisi-
kondisinya. Fenomena meliputi perasaan, keinginan, kognisi, berpikiran logis.

c. Menurut John B. Watson (dalam Atkinson, Atkinson, & Hilgrad, 1983),
psikologi merupakan bagian dari ilmu alam yang menekankan perilaku manusia
(perbuatan dan ucapan) baik yang dipelajari maupun yang tidak.

d. Menurut Santrock (2005) psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
perilaku dan proses mental.

Psikologi telah didefinisikan dalam berbagai cara. Ahli psikologi terdahulu
mendefinisikan psikologi sebagai studi kegiatan mental. Seiring dengan
berkembangnya aliran behaviorisme, pembahasan mengenai psikologi hanya pada
fenomena yang dapat diukur secara objektif. Aliran ini mendefinisikan psikologi
sebagai studi mengenai perilaku. Sebagian besar definisi psikologi mencakup acuan
mengenai proses perilaku dan mental (Atkinson, Atkinson, & Hilgrad, 1983). Di sini,
kita mendefinisikan psikologi sebagai kajian ilmiah mengenai perilaku dan proses
mental.

Psikologi merupakan salah satu bagian dari ilmu perilaku atau ilmu sosial. Definisi
ini mencerminkan perhatian psikologi terhadap studi objektif.
B. Pentingnya BK Dalam Aspek Psikologis

Latar belakang psikologis dalam
Bimbingan Konseling memberikan
pemahaman tentang tingkah laku individu
yang menjadi sasaran (klien). Hal ini
sangat penting karena bidang garapan
bimbingan dan konseling adalah tingkah
laku klien, yaitu tingkah laku yang perlu
diubah atau dikembangkan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi
(Prayitno dan Erman Amti, 2004:170).

Peserta didik sebagai individu https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fbkvolution.wordpress.com
yang dinamis dan berada dalam %2F2019%2F12%2F29%2Fposter-media-bk-konten-harian-instagram-bkvolution-
proses perkembangan, memiliki peran-psikologi-dalam-bimbingan-dan-konseling%2Fposter-media-bk-peran-
kebutuhan dan dinamika dalam psikologi-dalam-bk-
2%2F&psig=AOvVaw1qetZ2fMajnQf6uHXPOLt8&ust=1670246625165000&source
=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCMjJrtyH4PsCFQAAAAAdAAAAABAE

interaksi dengan lingkungannya.

Di samping itu, peserta didik senantiasa mengalami berbagai perubahan sikap dan

tingkah lakunya. Proses perkembangan tidak selalu berlangsung secara linier (sesuai

dengan arah yang diharapkan atau norma yang dijunjung tinggi), tetapi bersifat
fluktuatif dan bahkan terjadi stagnasi atau diskontinuitas perkembangan.

Dalam proses pendidikan di sekolah, siswa sebagai subyek didik, merupakan
pribadi- pribadi yang unik dengan segala karakterisrtiknya. Siswa sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki kebutuhan dan dinamika
dalam interaksinya dengan lingkungannya. Sebagai pribadi yang unik, terdapat
perbedaan individual antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Disamping itu, siswa
sebagai pelajar, senantiasa terjadi adanya perubahan tingkah laku sebagai hasil proses
belajar. Hal tersebut merupakan beberapa aspek psikologis dalam pendidikan yang
bersumber pada siswa sebagai subyek didik, dan dapat menimbulkan berbagai masalah.

Timbulnya masalah- masalah psikologis menuntut adanya upaya pemecahan
melalui pendekatan psikologis pula. Upaya ini dilakukan melalui bimbingan dan
penyuluhan. Berikut ini akan diuraikan mengenai beberapa masalah psikologis yang
merupakan latar belakang perlunya bimbingan di sekolah dalam aspek psikologis:
a. Masalah Perkembangan Individu

Sejak individu terbentuk sebagai suatu organisme, yaitu pada masa konsepsi yang
terjadi dalam kandungan ibu, individu terus tumbuh dan berkembang. Tujuan dari
proses pertumbuhan dan perkembangan ini adalah mencapai kedewasaan yang
sempurna. Proses perkembangan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam
maupun dari luar. Dari dalam dipengaruhi oleh pembawaan dan kematangan, dan dari
luar dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan dapat berhasil baik jika faktor-
faktor tersebut dapat saling melengkapi. Untuk mencapai perkembangan yang baik
harus ada asuhan yang terarah. Asuhan dalam perkembangan dengan melalui proses
belajar sering disebut pendidikan (Mohamad Surya, 1988:13).

Pendidikan sebagai salah satu bentuk lingkungan, bertanggung jawab dalam
memberikan asuhan terhadap proses perkembangan individu. Bimbingan dan
penyuluhan akan merupakan bantuan individu dalam memperoleh penyesuaian diri
sesuai dengan tingkat perkembangannya. Dalam konsepsi tentang tugas perkembangan
dikatakan bahwa setiap periode tertentu terdapat sejumlah tugas- tugas perkembangan
yang harus diselesaikan. Berhasil tidaknya individu dalam menyelesaikan tugas- tugas
tersebut akan berpengaruh bagi perkembangan selanjutnya dalam penyesuaian dirinya
di dalam masyarakat. Melalui layanan bimbingan dan penyuluhan siswa dibantu agar

dapat mencapai tugas- tugas perkembangannya dengan baik (Mohamad Surya,
1988:13).

Dilihat dari proses dan fase perkembangannya para siswa berada pada masa transisi
dari akhir masa anak- anak dan memasuki masa remaja sebagai persiapan memasuki
dunia dewasa. Dalam situasi ini siswa akan mengalami berbagai goncangan yang akan
mempengaruhi seluruh pola perilakunya, dan secara langsung ataupun tidak langsung
dapat mempengaruhi proses belajarnya.

Masa belajar di sekolah merupakan masa transisi, masa tercapainya kematangan,
dan masa persiapan untuk mencapai taraf perkembangan melalui pemenuhan tugas-
tugas perkembangan secara optimal. Pelayanan bimbingan dan penyuluhan merupakan
komponen pendidikan yang dapat membantu para siswa dalam proses
perkembangannya. Demikianlah pemahaman terhadap masalah perkembangan dengan
prinsip- prinsipnya akan merupakan kebutuhan yang mendasar bagi pelaksanaan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan (Mohamad Surya,1988:13).
b. Masalah Perbedaan Individu

Keunikan individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang individu yang
sama persis di dalam aspek- aspek pribadinya, baik aspek jasmaniah maupun rokhaniah.
Individu yang satu berbeda dan individu yang lainnya. Timbulnya perbedaan individu
ini dapat kita kembalikan kepada faktor pembawaan dan lingkungan sebagai
komponem utama bagi terbentuknya keunikan individu.

Perbedaan pembawaan akan memungkinkan perbedaan individu meskipun
dengan lingkungan sama. Dan sebaliknya lingkungan yang berbeda akan
memungkinkan timbulnya perbedaan individu meskipun pembawaannya sama. Di
sekolah seringkali tampak masalah perbedaan individu ini, misalnya ada siswa yang
sangat cepat dan ada yang lambat belajar, ada yangcerdas, dan ada yang berbakat
dalam bidang tertentu, dan sebagainya. Kenyataan ini akan membawa konsekuensi
bagi pelayanan pendidikan, khususnya yang menyangkut bahan pelajaran, metode
mengajar, alat- alat pelajaran, penilaian, dan pelayanan lain. Di samping itu, perbedaan-
perbedaan ini seringkali banyak menimbulkan masalah- masalah baik bagi siswa itu
sendiri maupun bagi lingkungan.

Siswa akan menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri antara keunikan
dirinya dengan tuntutan dalam lingkungannya. Hal ini disebabkan karena pada
umumnya program pendidikan memberikan pelayanan atas dasar ukuran- ukuran pada

umumnya atau rata- rata (Mohamad Surya, 1988:13). Beberapa segi perbedaan
individual yang perlu mendapat perhatian ialah perbedaan dalam:

1. Kecerdasan
2. Kecakapan
3. Hasil belajar
4. Bakat
5. Sikap
6. Kebiasaan
7. Pengetahuan
8. Kepribadian
9. Cita- cita
10. Kebutuhan
11. Minat
12. Pola- pola dan tempo perkembangan
13. Ciri- ciri jasmaniah
14. Latar belakang lingkungan

Data tentang perbedaan- perbedaan tersebut akan besar sekali manfaatnya bagi
usaha bantuan yang diberikan kepada siswa di sekolah.
c. Masalah Kebutuhan Individu

Kebutuhan merupakan dasar timbulnya tingkah laku individu. Individu
bertingkah laku karena ada dorongan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemenuhan
kebutuhan ini sifatnya mendasar bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri. Jika
individu berhasil dalam memenuhi kebutuhannya, maka dia akan merasa puas, dan
sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan banyak menimbulkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungan. Dengan berpegang kepada prinsip
bahwa tingkah laku individu merupakan cara dalam memenuhi kebutuhannya, maka
kegiatan belajar pada hakikatnya merupakan perwujudan usaha pemenuhan kebutuhan
tersebut. Sekolah hendaknya menyadari hal tersebut, baik dalam mengenal kebutuhan-
kebutuhan pada diri siswa, maupun dalam memberikan bantuan yang sebaik-baiknya
dalam usaha memenuhi kebutuhan tersebut.

Seperti telah dikatakan di atas, kegagalan dalam memenuhi kebutuhan ini akan
banyak menimbulkan masalah- masalah bagi dirinya. Pada umumnya secara psikologis
dikenal ada dua jenis kebutuhan dalam diri individu yaitu kebutuhan biologis dan

kebutuhan sosial/psikologis. Beberapa diantara kebutuhan- kebutuhan yang harus kita
perhatikan ialah kebutuhan: (Mohamad Surya,1988:16).

1. Memperoleh kasih saying
2. Memperoleh harga diri
3. Untuk memperoleh pengharapan yang sama
4. Ingin dikenal
5. Memperoleh prestasi dan posisi
6. Untuk dibutuhkan orang lain
7. Merasa bagian dari kelompok
8. Rasa aman dan perlindungan diri
9. Untuk memperoleh kemerdekaan diri

Pengenalan terhadap jenis dan tingkat kebutuhan siswa sangat diperlukan bagi
usaha membantu mereka. Program bimbingan dan konseling merupakan salah satu
usaha ke arah itu.
d. Masalah Penyesuaian Diri dan Kelainan Tingkah Laku

Kegiatan atau tingkah laku pada hakikatnya merupakan cara pemenuhan
kebutunnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan ini, individu harus dapat menyesuaikan
antara kebutuhan dengan segala kemungkinan yang ada dalam lingkungan, disebut
sebagai proses penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri ini banyak sekali
menimbulkan berbagai masalah terutama bagi diri individu sendiri.

Dalam hal ini, sekolah hendaknya memberikan bantuan agar setiap siswa dapat
menyesuaikan diri dengan baik dan terhindar dan timbulnya gejala- gejala tidak sesuai.
Sekolah hendaknya menempatkan diri sebagai suatu lingkungan yang memberikan
kemudahan- kemudahan untuk tercapainya penyesuaian yang baik.

Sebagaimana telah dikatakan bahwa jika individu gagal dalam memperoleh
penyesuaian diri, maka ia akan sampai pada suatu situasi tidak sesuai yang
dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku yang kurang wajar atau sebagai bentuk
kelainan tingkah laku. Kelainan tingkah laku ini sering tampak seperti tingkah laku
agresif, rasa rendah diri, bersifat bandel, haus perhatian, mencuri dan sebagainya.

Gejala- gejala semacam itu seringkali banyak menimbulkan berbagai masalah.
Hal itu tidak dapat dibiarkan terus, karena akan banyak menganggu baik bagi individu
itu sendiri maupun bagi lingkungan. Mereka yang menunjukkan gejala- gejala kelainan
tingkah laku mempunyai kecendrungan untuk gagal dalam proses pendidikannya. Oleh

karena itu, diperlukan adanya suatu usaha nyata untuk menanggulangi gejala- gejala
tersebut. Dalam hal ini bimbingan dan konseling memberikan peranan yang cukup
penting (Mohamad Surya, 1988:17-18).

e. Masalah Belajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan

inti. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh
perubahan tingkah laku untuk memperoleh pola- pola respons yang baru yang
diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien. Dalam proses belajar
dapat timbul berbagai masalah baik bagi pelajar itu sendiri maupun bagi pengajar.

Bagi siswa, masalah- masalah belajar yang mungkin timbul, misalnya:
pengaturan waktu belajar, memilih cara belajar, menggunakan buku-buku pelajaran,
belajar kelompok, mempersiapkan ujian, memilih mata kuliah yang cocok dan
sebagainya. Jelas bahwa dalam kegiatan belajar ini banyak masalah- masalah yang
timbul terutama yang dirasakan oleh sipelajar.

Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar
mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan
kepada siswa dalam mengatasi masalah- masalah yang timbul dalam kegiatan belajar.
Disinilah letak penting dan perlunya program bimbingan dan penyuluhan untuk
membantu agar mereka berhasil belajar (Mohamad Surya, 1988:18).

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa beberapa masalah
psikologis yang merupakan latar belakang perlunya bimbingan di sekolah dalam aspek
psikologis,yaitu: masalah perkembangan individu; masalah perbedaan individu;
masalah kebutuhan individu; dan masalah penyesuian diri dan kelianan tingkah laku
individu. Pentingnya BK pada aspek psikologis sangatlah berpengaruh bisa
menjelaskan bahwa pada dasarnya individu peribadi yang unik yang memiliki
kecerdasan, emosi, sikap, sosiobilitas, kebiasaan, memiliki perbedaan, dan kemampuan
menyesuaikan diri. Tingkah laku peserta didik dapat berubah seiring dengan
pertumbuhan dan pertambahan usia hal ini untuk memenuhi tugas pertumbuhan yang
perlu diubah atau ditingkatkan untuk mengatasi permasalahan hidupnya dan
memberikan pemahaman mengenai masalah psikologis.

C. Kajian Psikologi yang
Perlu Dikuasai Konselor

(a) Motif dan Motivasi

Motif dan motivasi berkenaan

dengan dorongan yang

menggerakkan seseorang

berperilaku baik motif primer

yaitu motif yang didasari oleh

https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fwww.maxmanroe.com%2Fvid%2Fumum%2Fpengerti kebutuhan asli yang dimiliki

an-

psikologi.html&psig=AOvVaw3k4EOJdCKNO66Vtg2nGbYY&ust=1670246462025000&source=images&cd=v

fe&ved=0CBAQjRxqFwoTCMiBuY2H4PsCFQAAAAAdAAAAABAE

oleh individu semenjak dia lahir, seperti: rasa lapar, bernafas dan sejenisnya maupun

motif sekunder yang terbentuk dari hasil belajar, seperti rekreasi, memperoleh

pengetahuan atau keterampilan tertentu dan sejenisnya. Selanjutnya motif-motif

tersebut tersebut diaktifkan dan digerakkan, baik dari dalam diri individu (motivasi

intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik), menjadi bentuk perilaku

instrumental atau aktivitas tertentu yang mengarah pada suatu tujuan.

(b) Pembawaan dan Lingkungan

Pembawaan dan lingkungan

berkenaan dengan faktor faktor yang

membentuk dan mempengaruhi perilaku

individu. Pembawaan yaitu segala sesuatu

yang dibawa sejak lahir dan merupakan

hasil dari keturunan, yang mencakup https://www.google.com/url?sa=i&url=http%3A%2F%2Fwww.alfiforever.com%2F2015%2F02%2F
aspek psiko fisik, seperti struktur benarkah-pembawaan-dan-lingkungan-
pada.html&psig=AOvVaw0bRQ9307d_wQg_zZ2WpHDJ&ust=1670247028551000&source=images
&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCIC4xpuJ4PsCFQAAAAAdAAAAABAE

otot, warna kulit, golongan darah, bakat,

kecerdasan, atau ciri-cirikepribadian tertentu. Pembawaan pada dasarnya bersifat

potensial yang perlu dikembangkan dan untuk mengoptimalkan dan

mewujudkannya bergantung pada lingkungan dimana individu itu berada.

Pembawaan dan lingkungan setiap individu akan berbeda-beda.

(c) Perkembangan Individu

Perkembangan

individu berkenaan

dengan proses

tumbuh dan

berkembangnya

individu yang

http://repository.billfath.ac.id/kriesna/2020/03/kriesna_bab_ii___pertumbuhan_dan_perkembangan_individu.pdf

merentang sejak masa konsepsi (pra natal) hingga akhir hayatnya, diantaranya
meliputi aspek fisik dan psikomotorik, bahasa dan kognitif/kecerdasan, moral dan
sosial. Beberapa teori tentang perkembangan individu yang dapat dijadikan sebagai
rujukan, diantaranya: (1) Teori dari McCandless tentang pentingnya dorongan
biologis dan kultural dalam perkembangan individu
(2) Teori dari Freud tentang dorongan seksual
(3) Teori dari Erickson tentang perkembangan psiko-sosial
(4) Teori dari Piaget tentang perkembangan kognitif
(5) teori dari Kohlberg tentang perkembangan moral
(6) teori dari Zunker tentang perkembangan karier
(7) Teori dari Buhler tentang perkembangan social
(8) Teori dari Havighurst tentang tugas-tugas perkembangan individu semenjak
masa bayi sampai dengan masa dewasa.

Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus memahami berbagai aspek
perkembangan individu yang dilayaninya sekaligus dapat melihat arah
perkembangan individu itu di masa depan, serta keterkaitannya dengan faktor
pembawaan dan lingkungan.

(d) Belajar

Belajar merupakan salah satu konsep yang amat mendasar dari psikologi.

Manusia belajar untuk hidup. Tanpa belajar, seseorang tidak akan dapat

mempertahankan dan mengembangkan dirinya, dan dengan belajar manusia mampu

berbudaya dan mengembangkan harkat kemanusiaannya. Inti perbuatan belajar

adalah upaya untuk menguasai sesuatu yang baru dengan memanfaatkan yang sudah

ada pada diri individu. Penguasaan yang baru itulah tujuan belajar dan pencapaian

sesuatu yang baru itulah tanda-tanda perkembangan, baik dalam aspek kognitif,

afektif maupun psikomotor/keterampilan.

Untuk terjadinya proses belajar diperlukan

prasyarat belajar, baik berupa prasyarat psiko-

fisik yang dihasilkan dari kematangan atau

pun hasil belajar sebelumnya.

https://www.smpn4kra.sch.id/2021/07/cara-belajar-efektif.html

Untuk memahami tentang hal-hal yang berkaitan dengan belajar terdapat

beberapa teori belajar yang bisa dijadikan rujukan, diantaranya adalah : (1) Teori

Belajar Behaviorisme; (2) Teori Belajar Kognitif atau Teori Pemrosesan Informasi;

dan (3) Teori Belajar Gestalt. Dewasa ini mulai berkembang teori belajar alternatif

konstruktivisme.

(e) Kepribadian

Hingga saat ini para ahli tampaknya masih belum menemukan rumusan tentang

kepribadian secara bulat dan komprehensif. Dalam suatu penelitian kepustakaan

yang dilakukan oleh Gordon W. Allport (Calvin S. Hall dan Gardner Lindzey, 2005)

menemukan hampir 50 definisi tentang kepribadian yang berbeda-beda. Berangkat

dari studi yang dilakukannya, akhirnya dia menemukan satu rumusan tentang

kepribadian yang dianggap lebih lengkap. Menurut pendapat dia bahwa kepribadian

adalah organisasi dinamis dalam diri individu sebagai sistem psiko-fisik yang

menentukan caranya yang unik dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungannya.

Kata kunci dari pengertian kepribadian adalah penyesuaian diri.

Scheneider dalam Syamsu Yusuf (2003) mengartikan penyesuaian diri sebagai

"suatu proses respons individu baik yang

bersifat behavioral maupun mental dalam

upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan

dari dalam diri, ketegangan emosional,

frustrasi dan konflik, serta memelihara

keseimbangan antara pemenuhan https://www.gurupendidikan.co.id/arti-kepribadian/

kebutuhan tersebut dengan tuntutan (norma)

lingkungan.

Sedangkan yang dimaksud dengan unik bahwa kualitas perilaku itu khas

sehingga dapat dibedakan antara individu satu dengan individu lainnya.

Keunikannya itu didukung oleh keadaan struktur psiko-fisiknya, misalnya

konstitusi dan kondisi fisik, tampang, hormon, segi kognitif dan afektifnya yang

saling berhubungan dan berpengaruh, sehingga menentukan kualitas tindakan atau

perilaku individu yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Untuk menjelaskan tentang kepribadian individu, terdapat beberapa teori

kepribadian yang sudah banyak dikenal, diantaranya: Teori Psikoanalisa dari

Sigmund Freud, Teori Analitik dari Carl Gustav Jung, Teori Sosial Psikologis dari

Adler, Fromm, Horney dan Sullivan, teori Personologi dari Murray, Teori Medan

dari Kurt Lewin, Teori Psikologi Individual dari Allport, Teori Stimulus-Respons

dari Throndike, Hull, Watson, Teori The Self dari Carl Rogers dan sebagainya.

Sementara itu, Abin Syamsuddin (2003) mengemukakan tentang aspek-aspek

kepribadian, yang mencakup:

1. Karakter; yaitu konsekuen tidaknya dalam mematuhi etika perilaku,

konsiten tidaknya dalam memegang pendirian atau pendapat.

2. Temperamen; yaitu disposisi reaktif seorang, atau cepat lambatnya mereaksi

terhadap rangsangan- rangsangan yang datang dari lingkungan.

3. Sikap; sambutan terhadap objek yang bersifat positif,negatif atau

ambivalen.

4. Stabilitas emosi; yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap

rangsangan dari lingkungan. Seperti mudah tidaknya tersinggung, sedih,

atau putus sebagai

5. Responsibilitas (tanggung jawab), kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti mau menerima resiko
secara wajar, cuci tangan, atau melarikan diri dari resiko yang dihadapi

6. Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan
interpersonal. Seperti: sifat pribadi yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

Untuk kepentingan layanan bimbingan dan konseling dan dalam upaya
memahami dan mengembangkan perilaku individu yang dilayani (klien) maka
konselor harus dapat memahami dan mengembangkan setiap motif dan motivasi
yang melatarbelakangi perilaku individu yang dilayaninya (klien). Selain itu,
seorang konselor juga harus dapat mengidentifikasi aspek-aspek potensi bawaan
dan menjadikannya sebagai modal untuk memperoleh kesuksesan dan kebahagian
hidup kliennya. Begitu pula, konselor sedapat mungkin mampu menyediakan
lingkungan yang kondusif bagi pengembangan segenap potensi bawaan kliennya.

Terkait dengan upaya pengembangan belajar klien, konselor dituntut untuk
memahami tentang aspek-aspek dalam belajar serta berbagai teori belajar yang
mendasarinya. Berkenaan dengan upaya pengembangan kepribadian klien, konselor
kiranya perlu memahami tentang karakteristik dan keunikan kepribadian kliennya.
Oleh karena itu, agar konselor benar-benar dapat menguasai landasan psikologis,
setidaknya terdapat empat bidang psikologi yang harus dikuasai dengan baik, yaitu
bidang psikologi umum, psikologi perkembangan, psikologi belajar atau psikologi
pendidikan dan psikologi kepribadian.

D. Definisi Sosial Budaya
Sosial budaya berasal dari 2 kata , yaitu sosial dan budaya. Menurut Kamus Umum

Bahasa Indonesia ( Poerwadarminta ) sosial merupakan segala sesuatu yang
menyangkut masyarakat atau kemasyarakatan . Sosial dapat pula di artikan sebagai suka
memperhatikan kepentingan umum. Sedangkan kata budaya berasal dari budaya yang

berasal dari bahasa sanskerta yg
berarti budi , pikiran atau akal .
Budaya merupakan segala sesuatu
yg di ciptakan oleh manusia yg

https://kumparan.com/berita-terkini/7-ragam-sosial-budaya-indonesia-yang-perlu-dilestarikan-1wLgesPziEm

bersumber dr pikiran dan akal budinya yg meliputi unsur jasmani dan rohani yakni cipta
, rasa dan karsa.

Sosial budaya menurut para ahli :
a) Menurut ( Eppink , Andreas) , Sosial budaya atau kebudayaan merupakan
keseluruhan yang mencangkup tata nilai yg di gunakan oleh sekelompok
masyarakat yang kemudian di kenal sebagai penanda atau identitas dari
masyarakat tersebut yang membedakannya dengan masyarakat kelompok lain.
b) Menurut ( Burnett , Edward Tylor) , Kebudayaan merupakan segala
sesuatu yang bersifat kompleks meliputi kesenian , adat istiadat , moral, hukum,
pengetahuan, kepercayaan, serta kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang
di peroleh individu sebagai bagian dr sekelompok masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas , maka sosial budaya dapat di artikan segala sesuatu
yang di hasilkan oleh masyarkat yg bersumber dr pemikiran dan akal budinya untuk
kelangsungan kehidupan masyarakat.

E. Pentingnya BK Dalam Aspek Sosial Budaya

Manusia hidup di

dalam dimensi kesosialan.

Sebagai makhluk sosial,

manusia tidak akan lepas dari

orang lain. Dengan begitu

manusia pasti membentuk

suatu kelompok sosial, entah

kelompok besar atau kecil.

Kehidupan manuaia dalam

berkelompok perlu adanya

https://www.materikonseling.com/2020/12/landasan-sosial-budaya-bimbingan-dan.html

hak dan kewajiban setiap individu. Demi menjaga ketertiban sosial muncul lah ketentuan

nilai dan norma. Keberadaan suatu masyarakat sendiri bersifat dinamis, dengan kata lain

perlu adanya proses belajar yang nantinya akan diwariskan kepada generasi penerus.

Masyarakat dan kebudayaan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama, pertama

sisi generasi tua sebagai pewaris dan kedua sisi generasi muda sebagai penerus (Budhi

Santosa. 1992)

1. Individu sebagai Produk Lingkungan Sosial Budaya

Setiap manusia dilahirkan tidak hanya untuk memenuhi tuntutan biologisnya, tetapi
tuntutan budaya di tempat ia hidup, tuntutan budaya tersebut mengharuskan agar ia
mengembangkan tingkah lakunya agar nantinya dapat sesuai dengan pola-pola yang
diterima dalam lingkungan budaya tempat ia tinggal (McDaniel. 1956).

Dampak dari kegagalan memenuhi tuntutan biologis adalah individu akan mengalami
kematian bahkan kepunahan, sedangkan kegagalan memenuhi tuntutan budaya adalah
individu akan tersingkirkan atau terdeskriminasi dari masyarakat tersebut.

Manusia hidup berpuak-puak, bersuku-suku, dan berbangsa-bangsa. Nysantara sendiri
didiami sekitar 185 juta manusia yang tersebar di -+ 4000 pulau, yang terdiri dari
ratusan suku bangsa, budaya, tradisi dan adat istiadatnya yang berbeda, mulai dari yang
primitif sampai ke yang sangat tinggi. Dalam tingkatan yang tidak sama tersebut
kebhinekaan yang ada telah memperhatikan perbedaan antar suku bangsa di Indonesia.

Tingkatan perbedaan budaya yang ada dapat dibedakan menjadi tiga, yakni:

Tingkat pertama: Perbedaan budaya tingkat internasional, dapat dijumpai pada
orangorang yang tinggal dari negara yang berbeda. Misalnya di dataran Cina dan India.
Tingkat kedua: Perbedaan unsur sosial budaya dalam satu kelompok etnis, dijumpai
berbagai sub-cultur di tiap negara-negara. Misalnya di Indonesia dijumpai Jawa,
Minangkabau, Batak, dan sebagainya.

Tingkat ketiga: Perbedaan unsur sosial budaya dalam etnis yang lebih kecil. Misalnya
di tiap suku di Indonesia memiliki adat istiadat perkawinan, kelahiran, dan kematian
yang berbeda.

Tingkatan sosial budaya tersebut dapat membentuk unsur yang subjektif pada
seseorang. Unsur subjektif meliputi konsep, asosiasi, sikap, kepercayaan, penilaian,
harapan keinginan, ingatan, pendapat, dan berbagai persepsi (Pedersen, dkk. 1976).
Individu dari latar belakang aoaial budaya yang sama cenderung memiliki unsur
subjektif yang sama. Begitupun sebaliknya jika latar belakang budaya berbeda maka
cenderung memiliki caranya sendiri dalam menyikapi hal yang dihadapi. Apabila
perbedaan tersebut tidak dijembatani maka dapat menimbulkan pertentangan dan saling
tidak menyukai yang akhirnya dapat menghambat tercapainya suatu kesepakatan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Psikologis merupakan kajian tentang tingkah laku individu. Landasan psikologis
dalam bimbingan konseling berarti memberikan pemahaman tentang tingkah laku
individu yang menjadi sasaran. Bimbingan konseling sangat penting karena salah
tugasnya dalam lingkup tingkah laku seseorang, dimana tingkah laku seseorang ada
yang harus dirubah atau harus dikembangkan.
Landasan sosial budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor
yang mempengaruhi terhadap perilaku seseorang. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial budaya dimana seseorang hidup.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis menyarankan kepada para pembaca

khususnya kepada mahasiswa calon guru untuk dapat meningkatkan pemahamannya

tentang “Landasan Psikologis dan Sosial Budaya” guna terwujudnya pelaksanaan proses

pembelajaran yang efektif di Sekolah Dasar. Kami pun menyadari makalah ini masih

memiliki banyak kekurangan, oleh sebab itu kami menyarankan kepada para pembaca

untuk tetap terus menggali sumber-sumber yang menunjang terhadap pembahasan

makalah ini untuk perbaikan yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Sodik, Abror. 2017. Pengantar Bimbingan dan Konseling. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Nasution Syafriana Henni dan Abdullah. 2019. Bimbingan dan Konseling Konsep dan
Teorinya. Medan : LPPPI

A, Hellen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat Pers.
Prayitno dan Erman Amti. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Mohamad Surya. 1998. Dasar-dasar Penyuluhan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi
Sofyan. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfa Beta
Sutirna. 2013. Bimbingan dan Konseling. Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal.
Yogyakarta: Andi Offset


Click to View FlipBook Version