The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Wahyuningsih, 2022-08-12 00:18:01

98-187-1-SM

98-187-1-SM

50

p-ISSN 2338-980X Elementary School 6 (2019) 50-58 e-ISSN 2502-4264

Volume 6 nomor 1 Januari 2019

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PERKALIAN DAN PEMBAGIAN
MENGGUNAKAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS MULTISENSORIS

PADA SISWA BERKESULITAN BELAJAR

Mahilda Dea Komalasari*, Bayu Pamungkas
Universitas PGRI Yogyakarta

Diterima: 1 September 2018. Disetujui: 10 Oktober 2018. Dipublikasikan: Januari 2019

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas 2 Sekolah
Dasar Negeri Karanganyar Yogyakarta terhadap konsep perkalian dan pembagian menggunakan
multimedia interaktif berbasis multisensoris. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
tindakan kelas, dengan subjek penelitian siswa kelas 2 SDN Karanganyar Yogyakarta yang
berjumlah 11 siswa. Penelitian dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari satu pertemuan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes. Data hasil
penelitian dianalisis menggunakan teknik deskriptif kuantitatif untuk menganalisis hasil tes
dan deskriptif kualitatif untuk menganalisis hasil observasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa multimedia interaktif berbasis multisensoris terbukti meningkatkan pemahaman konsep
perkalian dan pembagian siswa yang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah siswa yang mencapai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dan peningkatan nilai rata-rata tes. Jumlah siswa
yang mencapai KKM pada pre-test sebesar 0.09%, akhir siklus I sebesar 27.27%, dan
akhir siklus II sebesar (90.91%) mencapai KKM, sedangkan nilai rata-rata tes sebelum
tindakan adalah 62.55, akhir siklus I 63.09, dan akhir siklus II sebesar 85.54.
Kata Kunci: multimedia interaktif, multisensoris, perkalian, pembagian

Abstract
This study aims to improve the understanding of grade 2 students of Yogyakarta
Karanganyar State Elementary School towards the concept of multiplication and division using
multisensory-based interactive multimedia.The type of research used is classroom action
research, with research subjects of grade 2 students of SDN Karanganyar Yogyakarta with a total
of 11 students. This research was carried out in two cycles. Each cycle consists of one meeting.
Data collection techniques use observation and tests. The research data was analyzed with
quantitative descriptive techniques to analyze the results of the tests and qualitative descriptive to
analyze the observations.The results showed that multisensory-based interactive multimedia can
improve students' understanding of grade 2 SDN Karanganyar Yogyakarta on the concept of
multiplication and division. This was indicated by an increase in the number of students who
achieved the Minimum Completion Criteria (KKM) and an increase in the average test score.
The number of students who reached the KKM in the pre-test was 0.09%, the end of the first
cycle was 27.27%, and the end of the second cycle was (90.91%) reached the KKM, while the
average score of the test before the action was 62.55, the end of the first cycle was 63.09, and
end of cycle II is 85.54.
Keywords: interactive multimedia, multisensoris, multiplication, division

*Alamat Korespondensi
Prodi PGSD Universitas PGRI Yogyakarta
[email protected] (081904005412)

Mahilda D.K, Bayu P, Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Dan Pembagian Menggunakan 51

PENDAHULUAN yaitu yang berhubungan dengan
Anak merupakan penerus generasi
perkembangan (developmentl learning
keluarga dan bangsa, sehingga perlu
mendapat pendidikan yang baik agar potensi disabilities) serta kesulitan belajar akademik
dirinya dapat berkembang, dan tumbuh
menjadi manusia yang tangguh, serta (academic learning disabilities). Kesulitan
memiliki berbagai macam kemampuan dan
keterampilan yang bermanfaat (Willis, belajar yang berhubungan dengan
2009). Anak pada usia 6-12 tahun yang
merupakan masa sekolah dasar mengalami perkembangan mencakup gangguan motorik
pertumbuhan dan perkembangan yang
sangat pesat. Hal ini dikarenakan anak mulai dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan
menguasai keterampilan membaca, menulis,
dan menghitung, yang akan memungkinkan- komunikasi, sedangkan kesulitan belajar
nya dalam mengembangkan wawasan
keilmuan yang berguna bagi kehidupannya dalam penyesuaian perilaku sosial.
sehari-hari.
Kesulitan belajar akademik ditunjukkan oleh
Anak yang berkesulitan dalam
belajar mengakibatkan rendahnya kegagalan dalam prestasi akademik
kemampuan berpikir anak (Rofiuddin, 2003)
dan dapat mempengaruhi kehidupannya di dibandingkan dengan kapasitas yang
masa depan.Secara harfiah kesulitan belajar
berarti keadaan yang susah untuk berusaha dimiliki.
memperoleh kepandaian (Depdiknas, 2008).
Kesulitan belajar didefinisikan oleh The Masih banyaknya anak yang
National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD) (Lerner, 2000) bahwa berkesulitan belajar terlihat pada hasil
kesulitan belajar merupakan kesulitan yang
nyata dierita siswa dalam bentuk kemahiran penelitian Fardana & Suprapti (Fardana &
dan rendahnya kemampuan mendengarkan,
berbicara, membaca, menulis, menalar, dan Tairas, 2012) yang menunjukkan bahwa
menghitung. Gangguan tersebut bersifat
intrinsik dan diduga disebabkan oleh adanya 19,5% siswa SD terindikasi mengalami
disfungsi sistem saraf pusat. Clement
(Weiner, 2003) menyatakan bahwa kesulitan gangguan kesulitan belajar. Hal ini jika tidak
belajar adalah kondisi siswa yang memiliki
kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas segera di atasi akan menimbulkan efek
rata-rata, namun mengalami ketidak-
mampuan maupun kegagalan dalam belajar domino yang akan menurunkan daya saing
terkait dengan proses persepsi,
konseptualisasi, berbahasa, memori, fokus, bangsa di dunia internasional. Oleh karena
penguasaan diri, serta fungsi integrasi
sensori motorik. itu, perlu adanya perhatian khusus mengenai

Abdurrahman (2003) menjelaskan kualitas pembelajaran membaca, menulis,
bahwa secara garis besar kesulitan belajar
diklasifikasikan ke dalam dua kelompok, dan menghitung.

Tuntutan peningkatan kualitas

pembelajaran membaca, menulis, dan

menghitung telah tertuang dalam Undang-

Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Republik Indonesia,

2003) bahwa salah satu prinsip

penyelenggaraan pendidikan yaitu

mengembangkan budaya membaca, menulis,

dan menghitung. Hal tersebut telah

didukung melalui Perpres RI No. 45 Tahun

2016 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Tahun 2017 (Presiden RI, 2016) bahwa

salah satu arah kebijakan prioritas bidang

pendidikan yaitu pengembangan

pembelajaran yang berkualitas.

Salah satu upaya pengembangan

pembelajaran yang berkualitas adalah

melalui pendidikan inklusif. Pendidikan

inklusif adalah sebuah proses pendidikan

yang dapat merespon keberagaman anak

(Alimin, 2013). Pendidikan inklusif

Elementary School 6 (2019) 50-58 52

bertujuan untuk tidak memandang SD, SMP, SMA. Konsep utama sekolah
inklusi adalah fokus pembelajaran
keberagaman dan perbedaan sebagai disesuaikan dengan kebutuhan anak dalam
belajar. Oslen & Fuller (2003)
masalah. Pendidikan inklusif terbentuk mengemukakan bahwa sekolah inklusi harus
dapat mengakomodasi semua anak tanpa
didasari oleh amanat Undang-Undang Dasar memandang kondisi fisik, intelektual, sosial
emosional, linguistik atau kondisi lainya.
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Upaya sekolah inklusi diarahkan untuk: (1)
mencegah faktor lingkungan menjadi
Pasal 31 Ayat 1 bahwa setiap warga negara hambatan belajar anak (upaya preventif); (2)
menangani kesulitan belajar pada anak
berhak mendapat pendidikan (Republik (upaya intervensi); dan (3) menggantikan
fungsi yang hilang atau mengalami
Indonesia, 1945a), tak terkecuali siswa yang hambatan dengan fungsi yang lain (upaya
kompensasi) (Alimin, 2013). Kesulitan dan
berkesulitan belajar. Melalui pendidikan hambatan tersebut berupa hambatan fisik,
sensorik, motorik, intelektual, emosi,
inklusif, guru dan murid dapat merasa dan/atau sosial (Arum, 2005).

nyaman dalam keberagaman dan perbedaan, Sekolah inklusi yang diterapkan pada
tingkat satuan pendidikan dasar disebut
serta mendukung semboyan Indonesia sekolah dasar inklusi. Sekolah dasar inklusi
“Bhineka Tunggal Ika” berbeda-beda tetapi adalah sekolah dimana siswa yang
berkesulitan belajar dapat belajar bersama-
tetap satu (Unity in Diversity) (Republik sama dengan siswa yang normal di kelas
reguler, namun tetap mendapat bimbingan
Indonesia, 1945b). khusus dari guru pendamping. Tugas guru
pendamping adalah melalukan upaya
Sekolah inklusi merupakan layanan preventif, intervensi, dan kompensasi
terhadap siswa berkesulitan belajar. Upaya
pendidikan khusus yang layak untuk preventif dapat dilakukan dengan
pengaturan tata ruang kelas yang leluasa dan
diberikan kepada anak berkesulitan belajar. nyaman bagi siswa untuk belajar. Upaya
intervensi dilakukan secara fleksibel dan
Sekolah inklusi merupakan wahana yang komprehensif, disesuaikan dengan ke-
butuhan siswa masing-masing. Upaya
tepat untuk pendidikan inklusif, sebab kompensasi dilakukan dengan meng-
optimalkan bakat atau potensi, serta
sekolah inklusi adalah sekolah regular yang kelebihan yang dimiliki oleh siswa untuk
mengganti kekurangan yang dimiliki siswa.
menerapkan pemenuhan kebutuhan anak Untuk tingkat sekolah dasar inklusi, siswa
yang berkesulitan belajar umumnya sulit
yang memiliki perbedaan dan potensi dalam belajar membaca, menulis, dan
menghitung.
kecerdasan serta bakat istimewa pada satu
Pemerintah telah memberlakukan
kesatuan yang sistemik (Ilahi, 2013). sekolah inklusif sebagai wahana bagi

Penyelenggaraan sekolah inklusi di

Indonesia dilatarbelakangi oleh amanat

Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 Ayat 1

bahwa setiap warga negara berhak mendapat

pendidikan (Republik Indonesia, 1945a), tak

terkecuali siswa yang berkesulitan belajar.

Melalui pendidikan inklusif, guru dan murid

dapat merasa nyaman dalam keberagaman

dan perbedaan, serta mendukung semboyan
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” berbeda-

beda tetapi tetap satu (Unity in Diversity)

(Republik Indonesia, 1945b).

Pemerintah telah memberlakukan

sekolah inklusi sebagai wahana bagi

pendidikan inklusif melalui Surat Edaran

Dirjen Dikdasmen Depdiknas

No.380/C.C6/MN/2003 tentang Pendidikan

Inklusif (Dirjen Dikdasmen, 2003) bahwa

setiap kota/kabupaten menyelenggarakan

minimal 4 sekolah inklusif yang terdiri dari

Mahilda D.K, Bayu P, Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Dan Pembagian Menggunakan 53

pendidikan inklusif melalui Surat Edaran kurikulum, lingkungan, dan interaksi sosial
Dirjen Dikdasmen Depdiknas No.380/C.C6 di kelas.
/MN/2003 tentang Pendidikan Inklusif
(Dirjen Dikdasmen, 2003) bahwa setiap Dalam hal keberagaman kemampuan
kota/kabupaten menyelenggarakan minimal dan kebutuhan siswa terutama siswa
4 sekolah inklusif yang terdiri dari SD, berkesulitan belajar khususnya pada tingkat
SMP, SMA. Konsep utama sekolah inklusif Sekolah Dasar, upaya intervensi mutlak
adalah fokus pembelajaran disesuaikan diperlukan. Intervensi guru dalam proses
dengan kebutuhan anak dalam belajar. pembelajaran disesuaikan dengan kesulitan
Upaya sekolah inklusif diarahkan untuk: (1) dan hambatan yang siswa alami. Namun,
mencegah faktor lingkungan menjadi kenyataan di lapangan, guru mengalami
hambatan belajar anak (upaya preventif); (2) dilema ketika siswa memerlukan intervensi
menangani kesulitan belajar pada anak tertentu dalam hal pembelajaran (Cook et
(upaya intervensi); dan (3) menggantikan al., 2000) karena banyak guru yang stres
fungsi yang hilang atau mengalami akibat siswa yang berkelakuan buruk terus-
hambatan dengan fungsi yang lain (upaya menerus, kurangnya motivasi, perhatian dan
kompensasi) (Alimin, 2013). Kesulitan dan respon terhadap pembelajaran (Munandar,
hambatan tersebut berupa hambatan fisik, 1997). Adanya tekanan kurikulum,
sensorik, motorik, intelektual, emosi, keterbatasan waktu dan pemahaman guru
dan/atau sosial (Arum, 2005). tentang keberagaman kemampuan siswa,
semakin membuat siswa berkesulitan belajar
Inklusif merupakan sebuah kata yang ‘tertinggal’ dalam pembelajaran. Untuk
berasal dari istilah Bahasa Inggris yakni mengatasi permasalahan tersebut, dibutuh-
inclusive yang berarti termasuknya atau kan suatu pengembangan model pendidikan
penyertaan. Sedangkan Olsen & Fuller inklusif yang memudahkan kinerja guru
(2003) menyatakan inklusif merupakan dalam menghadapi keberagaman kemampu-
istilah umum yang digunakan untuk an siswa dan mengatasi kesulitan belajar
mendidik siswa baik yang memiliki maupun yang dialami siswa.
tidak memiliki ketidakmampuan tertentu di
dalam suatu kelas reguler. Selain itu, Smith Salah satu upaya intervensi tersebut
(2006) menjelaskan bahwa inklusif adalah adalah dengan menggunakan model
istilah untuk mendeskripsikan penyatuan pendidikan inklusif berbasis multisensoris
bagi anak-anak berkesulitan belajar ke melalui multimedia interaktif untuk mem-
dalam program-program sekolah. bantu siswa berkesulitan belajar, ter-utama
siswa berkesulitan belajar membaca,
Pendidikan inklusif digunakan untuk menulis, dan menghitung. Model pendidikan
menggagas hak anak-anak yang memiliki inklusif berbasis multisensoris merupakan
ketidakmampuan tertentu untuk dididik pembelajaran yang mampu mengakomodasi
dalam sebuah lingkungan pendidikan berbagai tipe belajar siswa (auditori, visual,
(sekolah) yang tidak tersepisah dari anak- kinestetik, taktil) dengan memanfaatkan
anak lain yang tidak memiliki ketidak- semua indera siswa, sedangkan multimedia
mampuan tertentu. Tujuan pendidikan interaktif merupakan media pembelajaran
inklusif adalah mewujudkan pendidikan berbasis teknologi yang menekankan respon
yang menyeluruh bagi siswa yang memiliki pengguna (siswa) sehingga siswa dapat
hambatan untuk dapat terlibat dalam belajar sesuai dengan kebutuhan dan tipe
kehidupan sekolah. Pendidikan inklusif belajarnya. Penerapan model pendidikan
dapat diartikan sebagai penerimaan anak- inklusif berbasis multisensoris melalui
anak berkesulitan belajar ke dalam multimedia interaktif ini dapat memudahkan

Elementary School 6 (2019) 50-58 54

guru dalam menangani masalah kesulitan berkesulitan belajar membaca, menulis, dan
belajar yang dialami oleh siswa, sehingga menghitung di sekolah dasar inklusi.
proses pembelajaran dapat efektif dan
efisien. Oleh karena itu, diharapkan dengan Rumusan masalah penelitian ini
pengembangan model pendidikan inklusif adalah:
berbasis multisensoris melalui multimedia a. Bagaimanakah model pendidikan inklusif
interaktif, maka kemampuan dan kebutuhan berbasis multisensoris melalui multimedia
siswa berkesulitan belajar yang bersekolah interaktif yang layak untuk siswa
di sekolah dasar inklusi akan semakin berkesulitan belajar membaca, menulis, dan
terakomodasi dengan baik sehingga dapat menghitung di sekolah dasar inklusi?
berdampak positif terhadap keterampilan b. Bagaimanakah efektivitas model
membaca, menulis dan menghitung siswa pendidikan inklusif berbasis multisensoris
yang berkesulitan belajar. melalui multimedia interaktif untuk siswa
berkesulitan belajar membaca, menulis, dan
Berdasarkan latar belakang masalah, menghitung di sekolah dasar inklusi?
dapat diidentifikasi masalah, yaitu: METODE
a. Anak yang berkesulitan dalam belajar
membaca, menulis, dan menghitung Jenis penelitian yang digunakan
mengakibatkan rendahnya kemampuan adalah penelitian tindakan kelas, dengan
berpikir anak (Rofiuddin, 2003). subjek penelitian siswa kelas 2 SDN
b. Masih banyaknya anak yang berkesulitan Karanganyar Yogyakartayang berjumlah 11
belajar membaca, menulis, dan menghitung siswa dan dilaksanakan dalam dua siklus,
terlihat pada hasil penelitian Fardana & dengan masing-masing siklusdilakukan
Suprapti (Fardana & Tairas, 2012) yang dalamsatu pertemuan. Teknik pengumpul-
menunjukkan bahwa 19,5% siswa SD an data menggunakan observasi dan tes.
terindikasi mengalami gangguan kesulitan Data penelitian dianalisis menggunakan
belajar, meliputi kesulitan belajar membaca, teknik deskriptif kuantitatif untuk meng-
menulis, dan menghitung. analisis hasil tes dan deskriptif kualitatif
c. Guru mengalami dilema ketika siswa untuk menganalisis hasil observasi.
memerlukan intervensi tertentu dalam hal HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran (Cook et al., 2000) karena
banyak guru yang stres akibat siswa yang Hasil penelitian menunjukkan bahwa
berkelakuan buruk terus-menerus, multimedia interaktif berbasis multisensoris
kurangnya motivasi, perhatian dan respon terbukti meningkatkan pemahaman konsep
terhadap pembelajaran (Munandar, 1997). perkalian dan pembagian siswa kelas 2
d. Adanya tekanan kurikulum, keterbatasan SDN Karanganyar Yogyakarta yang
waktu dan pemahaman guru tentang ditunjukkan oleh peningkatan jumlah
keberagaman kemampuan siswa, semakin siswa yang mencapai Kriteria Keuntasan
membuat siswa berkesulitan belajar Minimal (KKM) dan peningkatan nilai
‘tertinggal’ dalam pembelajaran. rata-rata tes. Jumlah siswa yang
mencapai KKM pada pre-test sebesar
Penelitian ini dibatasi untuk 0.09%, akhir siklus I sebesar 27.27%,
memecahkan 4 permasalahan di atas. Solusi dan akhir siklus II sebesar (90.91%)
yang dikemukakan pada penelitian ini mencapai KKM, sedangkan nilai rata-rata
adalah penelitian pengembangan model tes sebelum tindakan adalah 62.55, akhir
pendidikan inklusif berbasis multisensoris siklus I 63.09, dan akhir siklus II 85.54.
melalui multimedia interaktif untuk siswa
Dalam pelaksanaan pendidikan
inklusif di kelas, pembelajaran dapat
dipadupadankan melalui metode yang

Mahilda D.K, Bayu P, Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Dan Pembagian Menggunakan 55

mendukung keberagaman kemampuan teks, gambar, suara, video atau animasi
siswa. Metode tersebut adalah metode (Hackbarth, 1996; Philips, 1997). Manfaat
multisensoris. Metode multisensoris dikenal multimedia interaktif adalah membuat
juga sebagai metode sistem fonik-visual- proses pembelajaran lebih bermakna, karena
auditori-kinestetik yang dikembangkan oleh mampu menampilkan sound, animasi, video,
Gillingham dan Stillman (Gearheart, 1976). teks dan grafis, warna, gerak, gambar serta
Artinya, metode ini meliputi kegiatan mampu menyajikan proses yang interaktif.
melihat (visual), mendengarkan (auditori), Sejalan dengan hal tersebut, Agnew,
menulis (gerakan), serta menelusuri Kellerman & Meyer (1996) menyatakan
(perabaan). Menurut Komalasari (2016; bahwa istilah multimedia interaktif lebih
2017), metode multisensoris merupakan terfokus pada interaktivitas antara media
metode pembelajaran yang memanfaatkan dengan pemakai media. Kelebihan
fungsi dari masing-masing alat indera. multimedia interaktif adalah siswa dapat
Apabila belajar dengan memanfaatkan belajar secara mandiri, tidak bergantung
berbagai modalitas yang dimiliki siswa, pada guru. Siswa bisa memulai belajar
maka ia akan belajar dengan lebih baik. kapanpun dan dapat mengakhiri
Modalitas tersebut adalah visual pembelajaran sesuai keinginannya. Terdapat
(penglihatan), auditori (pendengaran), juga fungsi repeat, bermanfaat untuk
kinestetik (gerakan), dan taktil (perabaan). mengulangi materi secara berulang-ulang
Dalam pelaksanaannya, keempat modalitas untuk penguasaan secara menyeluruh.
tersebut harus ada agar belajar dapat
berlangsung optimal. Meningkatnya pemahaman konsep
perkalian dan pembagian siswa
Philips (1997) menyatakan bahwa menggunakan multimedia interaktif berbasis
untuk menciptakan suatu lingkungan multisensoris juga ditunjang dari penelitian
multisensoris yang mendukung cara belajar dari Praptiningrum & Purwandari (2009)
tertentu dapat digunakan multimedia berjudul metode multisensori untuk
interaktif. Multimedia interaktif bermanfaat mengembangkan kemampuan membaca
dalam beberapa situasi belajar mengajar. anak disleksia di SD Inklusif. Hasil
Philips (1997) menyatakan bahwa penelitian menunjukkan bahwa 1) metode
penggunaan multimedia interaktif dapat multisensori dapat digunakan sebagai salah
mengakomodasi cara belajar yang berbeda- satu model pembelajaran yang dapat me-
beda. ngembangkan kemampuan membaca
permulaan anak disleksia; 2) prosedur
Multimedia berasal dari kata ‘multi’ pembelajaran menggunakan metode multi-
dan ‘media’. Definisi multimedia sebelum sensori dapat mengoptimalkan berbagai
tahun 1980-an berbeda dengan definisi macam fungsi indera, seperti: indera visual,
sesudah tahun 1980-an. Chee & Wong auditori, verbal, dan taktil, 3) metode
(2003) menyatakan bahwa multimedia multiosensori dapat mengembangkan ke-
secara tradisional sebelum tahun 1980-an aktifan dan interaktivitas siswa.
merujuk kepada penggunaan beberapa
media, sedangkan multimedia pada zaman Penelitian yang dilakukan Mahilda
sekarang merujuk kepada penggunaan Dea Komalasari (2017) berjudul efektivitas
gabungan beberapa media dalam penyajian metode multisensori dalam meningkatkan
pembelajaran melalui komputer. Lebih kemampuan membaca pada peserta didik
lanjut, multimedia interaktif didefinisikan disleksia di Sekolah Dasar. Hasil penelitian
sebagai penyampaian informasi secara menunjukkan bahwa metode multisensori
interaktif dan terintegrasi yang mencakup

Elementary School 6 (2019) 50-58 56

dapat meningkatan kemampuan membaca 1. Pendidik sebaiknya dapat melakukan

peserta didik disleksia. inovasi pembelajaran, salah satunya

KESIMPULAN dengan memanfaatkan multimedia

Hasil penelitian menunjukkan interaktif dalam pembelajaran.Media

bahwa multimedia interaktif berbasis pembelajaran yang dibuat sebaiknya

multisensoris terbukti meningkatkan memperhatikan kebutuhan dan

pemahaman konsep perkalian dan kemampuan peserta didik, termasuk

pembagian siswa kelas 2 SDN siswa yang berkesulitan belajar.

Karanganyar Yogyakarta. Hal itu 2. Instansi pendidikansebaiknya

ditunjukkan oleh peningkatan jumlah menyediakan fasilitas dalam menunjang

siswa yang mencapai Kriteria Keuntasan kegiatan pembelajaran.Fasilitas instansi

Minimal (KKM) dan peningkatan nilai pendidikan sebaiknya dapat

rata-rata tes. Jumlah siswa yang dimanfaatkan semaksimal mungkin

mencapai KKM pada pre-test sebesar terutama untuk menunjang kegiatan

0.09%, akhir siklus I sebesar 27.27%, pembelajaran.

dan akhir siklus II sebesar (90.91%) 3. Penelitian ini dapat digunakan sebagai

mencapai KKM, sedangkan nilai rata- dasar untuk penelitian pengembangan

rata tes sebelum tindakan adalah 62.55, multimedia interaktif selanjutnya.

akhir siklus I 63.09, dan akhir siklus II Multimedia interaktif yang akan

85.54. dikembangkan oleh peneliti selanjutnya

IMPLIKASI dapat dikembangkan lagi untuk materi

Implikasi hasil penelitian secara dan nilai-nilai karakter yang lain.

teoritis dan praktis adalah sebagai berikut. UCAPAN TERIMA KASIH

1. Implikasi Teoritis Terima kasih diucapkan kepada

Hasil penelitian menunjukkan dapat Kemenristekdikti selaku penyandang dana

menambah pengetahuan dan wawasan penelitian. Terima kasih pula kepada

baru tentang pengaruh multimedia redaktur Jurnal Elementary School yang

interaktif terhadap pemahaman konsep telah menelaah artikel ini sehingga layak

materi pembelajaran. dimuat pada terbitan edisi ini.

2. Implikasi Praktis DAFTAR PUSTAKA

Hasil penelitian ini secara praktis

dapat digunakan sebagai bahan Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan bagi
Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
pertimbangan praktisi pendidikan dalam Depdikbud.

mengembangkan multimedia Agnew, P. W., Kellerman, A. S. & Meyer,
M. J., (1996). Multimedia in the
pembelajaran, agar peserta didik classroom. Boston, MA: Allyn and
Bacon.
termotivasi mengikuti setiap proses
Alimin, Z. (2013). Pendidikan Anak
pembelajaran. Dengan menggunakan Berkebutuhan Khusus. Bandung: PKh
UPI.
multimedia interaktif, diharapkan
Arum, W., S., A. (2005). Perspektif
peserta didik lebih bersemangat dan Pendidikan Luar Biasa dan
Implikasinya Bagi Penyiapan Tenaga
termotivasi dalam menyimak materi Kependidikan. Jakarta: Direktorat
Dikti.
pembelajaran.

SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, peneliti dapat memberikan

saran sebagai berikut.

Mahilda D.K, Bayu P, Meningkatkan Pemahaman Konsep Perkalian Dan Pembagian Menggunakan 57

Cook, B., G., et al. (2000). Teacher’s Komalasari, Mahilda Dea & Wihaskoro,

Attitudes Toward their Included Ahmad Mabruri. (2018). Multimedia

Students with Disabilities. ProQuest Interaktif Bermuatan Keanekaragaman

Education Journals, 67 (1); 115. Budaya Indonesia pada Pembelajaran

Dick, W., Carey, L., & Carey, J.O. (2005). Tematik untuk Meningkatkan Rasa

The Systematic Design of Instruction. Cinta Tanah Air Siswa Sekolah Dasar.

Boston, MA: Pearson. Jurnal Elementary School,vol. 5,

Depdiknas. (2008). Kamus bahasa No.1: 130-137.

Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Lerner, J. (2000). Learning Disabilities.

Dirjen Dikdasmen. (2003). Surat Edaran Boston, MA: Houghton Mifflin

Dirjen Dikdasmen No. Company.

380/C.C6/MN/2003, tentang Muhammad, J., K., A. (2008). Special

Pendidikan Inklusif. Education for Special Children,

Fardana, N., A., & Tairas, M., M., W. Panduan Pendidikan Khusus Anak-

(2012). Pengembangan Model Anak dengan Ketunaan dan Learning

Parental Involvement sebagai Strategi Disabilities. Jakarta: Hikmah.

Stimulasi Kemampuan Literasi pada Munandar, A. (1997). Hubungan antara

Anak Usia 4-6 Tahun di Wilayah Karakteristik Individual dan

Pedesaan Kabupaten Gresik. INSAN, Lingkungan dengan Stress Kerja Guru

vol. 14, no. 03: 179-193. di Sulawesi Utara. Disertasi.Malang:

Gearheart, B. R. (1976). Teaching the Program Pascasarjana Universitas
learning disabled: a combined task –
Malang. Tidak Diterbitkan.

process approach. Saint Louis, MO: Praptiningrum N.,& Purwandari. (2009).

Mosby. Metode Multisensori untuk

Hackbarth, S.(1996). The Educational Mengembangkan Kemampuan

Technology Handbook: A Membaca Anak Disleksia di SD

Comprehensive Guide. Englewood Inklusif. Jurnal Penelitian Ilmu

Cliffs: Educational Technology Pendidikan, vol. 02, no. 2: 179-193.

Publication, Inc. Olsen, G. & Fuller, M. (2003). Home School

Ilahi, M., T. (2013). Pendidikan Inklusi Relation. Working Sucessfully with

Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar- Parents and Families. Boston, MA:

Ruzz Media. Allyn and Bacon

Komalasari,Mahilda Dea. (2016). Metode Philips, R.(1997). A Practical Guide for

Multisensori untuk Meningkatkan Educational Applications. London:

Kemampuan Membaca pada Peserta Kogan Page limited.

Didik Disleksia di Sekolah Dasar. Presiden RI. (2016). Peraturan Presiden

Prosiding Seminar Nasional PGSD Republik Indonesia No. 45 Tahun

UPY dengan tema Strategi Mengatasi 2016 tentang Rencana Kerja

Kesulitan Belajar ketika Murid Anda Pemerintah Tahun 2017.

Seorang Disleksia. Republik Indonesia. (1945a). Undang-

Komalasari,Mahilda Dea. (2017). Undang Dasar Negara Republik

Efektivitas Metode Multisensori dalam Indonesia, Tahun 1945, Pasal 31,

Meningkatkan Kemampuan Membaca tentang Pendidikan dan Kebudayaan.

pada Peserta Didik Disleksia di Republik Indonesia. (1945b). Undang-

Sekolah Dasar. Jurnal Elementary Undang Dasar Negara Republik

School,vol. 4, No.1: 14-19. Indonesia, Tahun 1945, Pasal 36A,

Elementary School 6 (2019) 50-58 58

tentang Bendera, Bahasa, dan Sukadari & Komalasari, Mahilda Dea.
Lambang Negara, serta Lagu
Kebangsaan. (2017). Pengembangan Multimedia
Republik Indonesia. (2003). Undang-
Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Interaktif Berbasis Nilai Karakter
Sistem Pendidikan Nasional.
Rofiuddin, A. (2003). Faktor Kreativitas UPY ‘Karakterku’ untuk
dalam Kemampuan Membaca dan
Menulis Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Meningkatkan Karakter Mahasiswa
Bahasa dan Seni, tahun 31, no 2: 172-
196. UPY. Jurnal G-Couns, vol 1, no 2;
Smith, J., D. (2006). Inklusif, Sekolah
Ramah untuk Semua (Terjemahan). 127-138.
Bandung: Nuansa.
Chee, T., S. & Wong, A., F., L.(2003).

Teaching and Learning with

Technology: An Asia-Pacific

Perspective. Singapore: Prentice Hall.

Willis, S. (2009). Konseling Keluarga.

Bandung: Alfabeta

59


Click to View FlipBook Version