The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Windiyati Wahjudi, 2024-04-04 05:56:43

3. SAKRAMEN EKARISTI

3. SAKRAMEN EKARISTI

Bab III SAKRAMEN EKARISTI Sekolah Pemandu Katekese Umat Keuskupan Surabaya Flip E-Book


Daftar Isi A. Pengantar ............................................................... 3 B. Ritus Perayaan Ekaristi.............................................10 C. Intensi, Warna, Busana Perlengkapan dan Tata Gerak dalam Perayaan Ekaristi...... 24 D. Tata Gerak Umat dalam Tata Perayaan Ekaristi 2020 ....................................................39 E. Sikap Umat dalam Tata Perayaan Ekaristi 2020 .......................................................................... 42 F. Intensi.......................................................... 48 Kepustakaan...................................................... 48 Glossary .................................................................49 2 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


S A K R A M E N E K A R I S T I A. Pengantar Mengapa kita perlu mendalami Ekaristi? • Perayaan liturgis yang paling sering kita ikuti, namun apakah kita sudah memahami makna setiap apa yang ada dalam liturgi Ekaristi? • Banyak umat non Katolik mempertanyakan Ekaristi, yang seringkali membuat kita ragu mengimani Ekaristi dalam Katolik. • Ada umat Katolik yang merasa Ekaristi kurang menyentuh, membosankan, lebih menarik ikut ibadat gereja lain. • Tidak semua umat Katolik mengerti pengajaran tentang Ekaristi yang tepat dan benar. 1. Pengertian Ekaristi a. Hakikat dan Nama-nama Ekaristi Eucharistein Ekaristi (bahasa Indonesia) berasal dari bahasa Latin, eucharistein. Eucharistein berarti “ucapan terima kasih”. Dengan demikian, Ekaristi adalah kurban pujian dan syukur kepada Allah Bapa, di mana Gereja menyatakan terima kasihnya kepada Allah Bapa untuk segala kebaikan-Nya di dalam segala sesuatu: untuk penciptaan, penebusan oleh Kristus, dan pengudusan. SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 3 Gbr 1. Ekaristi: Syukur kepada Allah


S A K R A M E N E K A R I S T I b. Ekaristi Menyempurnakan Inisiasi Kristen Pembaptisan mengangkat orang ke martabat imamat, rajawi dan kenabian. Selanjutnya, dalam sakramen Penguatan seorang Katolik makin menjadikan serupa dengan Kristus dalam menjadi saksi-Nya yang sejati. Lalu dalam Ekaristi seseorang mengambil bagian dalam kurban Tuhan bersama seluruh umat Allah. c. Ekaristi sebagai Sumber dan Puncak kehidupan Gereja Dalam Ekaristi, Yesus Kristus, Sang Sumber Keselamatan kita, hadir secara langsung. Karena Ekaristi itu sungguh Yesus, dan Ia adalah sumber dari segala sesuatu, maka dengan otomatis Ia menjadi sumber kehidupan Gereja. Kenyataan Yesus sebagai sumber kehidupan Gereja, maka dengan sendiri pula hidup mereka yang mengimani-Nya sebagai sumber kehidupan menjadikan Kristus sebagai pusat hidup. Hidup umat beriman tidak lagi berpusat pada diri sendiri, tetapi pada Sang Sumber hidup itu sendiri. Kita berjuang untuk semakin dekat dengan Sang Sumber agar kita terus hidup. Ekaristi sebagai puncak mengungkapkan seluruh peristiwa penyelamatan: perjamuan malam terakhir, sengsara dan wafat Yesus di salib, dan kebangkitan-Nya. Ekaristi menjadi “PaskahPaskah kecil” yang terus kita kenang dan rayakan. Keikutsertaan dalam karya keselamatan Allah memuncak saat kita menerima tubuh dan darah Kristus. “Tubuh dan darah Kristus yang kita terima menjadikan kita manusia-manusia Paskah”. Seperti tanaman butuh air untuk hidup, demikian juga jiwa memerlukan sumber hidup rohani. Makanan jiwa sejati adalah Tubuh dan Darah Kristus dalam rupa roti dan anggur yakni Ekaristi. d. Nama-nama Sakramen Ekaristi Ekaristi ucapan terima kasih kepada Allah (“eucharistein’). Orang Yahudi memuliakan karya Allah pada waktu makan. Ekaristi disebut juga Perjamuan Tuhan, karena Ekaristi ditetapkan pada saat perjamuan malam terakhir Ada yang melihat Ekaristi sebagai Pernikahan Anak Domba. Pernikahan itu terjadi di Yerusalem surgawi. Ekaristi pun disebut Pemecahan Roti, karena adanya ritus khas Yahudi yang dipergunakan Yesus yakni memecahmecahkan roti. Semua orang makan dari roti yang satu dan sama. Ekaristi juga dinamakan Perhimpunan Ekaristi, karena dirayakan dalam perhimpunan umat beriman. 4 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 2. Kurban Kristus


S A K R A M E N E K A R I S T I Ekaristi adalah Kurban kudus, karena menghadirkan kurban tunggal Kristus. Kurban Kristus melebihi semua kurban Perjanjian Lama. Dari segi liturgi, Ekaristi disebut Liturgi kudus dan ilahi, karena seluruh liturgi Gereja berpusat dalam Sakramen Ekaristi. Ekaristi juga disebut Sakramen Mahakudus, karena Ekaristi adalah Sakramen dari segala sakramen. Ekaristi disebut juga Komuni, karena dalam Sakramen ini kita menyatukan diri dengan Kristus. Terakhir ialah Ekaristi dinamakan Misa kudus karena misteri keselamatan yang dirayakan berakhir dengan perutusan umat beriman (missio). 2. Dasar Sakramen Ekaristi a. Rujukan Kitab Suci Perjanjian Lama Melkisedek membawa “roti dan anggur” sebagai persembahan. Roti dan anggur dipersembahkan di antara buah-buah sulung, sebagai tanda terima kasih kepada Pencipta. Dalam Paskah Israel, roti tak beragi mengingatkan ketergesaan, juga manna di padang gurun. Kurban bakaran tiap hari, pagi dan sore (2 Taw 2: 4). Kurban yang membasuh dosa dan kecemaran (Zak 12:10; 13:1). Tabut Perjanjian Lama: dua loh batu (Kel 25:16), manna (Kel 16:34), tongkat Harun (Bil 17: 5) menggambarkan bagian penting dari rangkaian liturgi Ekaristi. b. Tuhan Yesus Menghendakinya Dasar dari Ekaristi terletak pada kehendak Tuhan Yesus untuk diteruskan sebagai kenangan akan Dia. Perjamuan malam terakhir (Luk 22:7-8.13-16.19-20) kehendak-Nya ini dikonstitusikan (ditetapkan). Kristus menamakan diri roti kehidupan yang turun dari surga (Yoh 6). Dengan memilih penetapan pada waktu Paskah Yahudi, Yesus memberi makna baru dan definitif pada paskah Yahudi. Kematian dan kebangkitan-Nya adalah Paskah baru. SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 5 Gbr 3. Melkisedek, imam besar Gbr 4. Akulah Roti Hidup (Yohanes 6:48)


6 SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA S A K R A M E N E K A R I S T I “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku” (Luk 22:19). c. Gereja Perdana melaksanakannya Setelah Yesus naik ke Surga, tradisi Ekaristi terus dipelihara dan dilakukan oleh Gereja Perdana. Dalam Kisah Para Rasul 2: 42: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasulrasul dan dalam persekutuan dan mereka selalu berkumpul untuk memecah roti dan berdoa.” “Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing- masing secara bergilir dan makan bersamasama dengan gembira dan dengan tulus hati” (Kis 2: 46). “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan” (1 Kor 11:27). d. Kesaksian Bapa-bapa Gereja Ignatius dari Antiokhia (110) Santo Ignatius dari Antiokhia, Uskup, Martir: Pelindung Gereja di Mediterania Timur dan Afrika Utara. St Ignatius dari Antiokhia adalah uskup dan martir dari pertengahan Abad Pertama, sekitar tahun 110 M. St Ignatius adalah seorang uskup awal menyambut kemartirannya yang akan datang dan menguraikan teologi Katolik. Meskipun bukan yang paling terkenal di Gereja, Santo Ignatius adalah yang pertama menawarkan teologi kemartiran. Ignatius dari Antiokhia memberikan kesaksiannya demikian, “Sebab bukan sebagai roti biasa atau minuman biasa kami mempercayai ini … makanan yang telah dijadikan sebagai Ekaristi dengan doa Ekaristi sebagaimana diajarkan oleh-Nya, dan dengan perubahannya yang menguatkan tubuh dan darah kami, adalah Tubuh dan Darah dari Yesus, Sabda yang menjadi manusia.” SEKOL AH Gbr 5. Tiga Tradisi Liturgi dalam Hidup Komunitas awal Kekristenan. Gbr 6a. Ignatius of Antioch Gbr 6b. Faith and Love in Ignatius of Antioch - Cover buku - By: Olavi Tarvainen


SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 7 Yustinus Martir (150) Tulisan berikut ini diambil dari Katolisitas (Tulisan St. Yustinus Martir tentang Ekaristi – katolisitas.org). St. Yustinus Martir adalah seorang Bapa Gereja di abad awal yang menulis tentang pengajaran iman Kristiani. Ia adalah seorang filsuf Kristen dan seorang apologist, kelahiran Flavia Neapolis yang wafat 165 AD sebagai martir di Roma. Buku St. Yustinus yang terkenal antara lain adalah First Apology, yang di dalamnya memuat ajaran tentang Ekaristi dan liturgi. Dalam bab 61-67 bukunya itu, St. Yustinus menuliskan: “... Lalu, dibawalah kepada pemimpin jemaat, roti dan piala anggur yang dicampur dengan air; dan ia mengambil itu, memberi pujian dan kemuliaan kepada Bapa alam semesta, melalui nama Allah Putera dan Roh Kudus, dan mempersembahkan ucapan syukur yang cukup panjang karena kami dianggap layak untuk menerima semua ini dari tangan-Nya. Dan ketika ia [pemimpin jemaat] telah selesai dengan doa dan ucapan syukur, semua orang yang hadir mengucapkan persetujuan mereka dengan mengatakan, Amin. Perkataan Amin adalah jawaban di dalam bahasa Ibrani yang artinya, “terjadilah demikian”. Dan ketika pemimpin telah mengucapkan terima kasih, dan semua orang telah menyatakan persetujuan mereka, mereka yang kami panggil “diakon” memberikan kepada semua yang hadir untuk dapat mengambil bagian roti dan anggur yang dicampur dengan air…” Lanjutnya lagi: “Dan makanan ini kami kenal dengan sebutan Ekaristi, dan tak seorangpun boleh mengambil bagian di dalamnya, selain ia yang percaya bahwa hal-hal yang kami ajarkan adalah benar dan ia yang telah dibaptis untuk penghapusan dosa-dosa, dan untuk kelahiran kembali, dan ia yang hidup sesuai dengan ajaran Kristus. Sebab bukanlah seperti roti dan minuman biasalah yang kami terima, tetapi, seperti Yesus Kristus Penyelamat kita, yang telah menjelma menjadi daging oleh Sabda Allah, mempunyai daging dan darah untuk penyelamatan kita, demikianlah juga, kami diajarkan bahwa makanan yang telah diberkati oleh doa dari Sabda-Nya dan daripada perubahannya (transmutation) tubuh dan darah kita dikuatkan, adalah daging/tubuh dan darah Yesus yang telah menjelma menjadi daging.” Gbr 7b. Reading the Fathers (01.05.2013: Justin Martyr) Gbr 7a. Santo Yustinus, Martir


3. Sikap dalam Ekaristi A. Mempersiapkan diri sebelumnya 1. Mempersiapkan diri: misal, membaca bacaan, datang lebih awal, puasa 1 jam sebelum menyambut Ekaristi, bila ada dosa besar datanglah mengaku dosa kepada imam sebelum Ekaristi. 2. Sikap batin yang tepat dan pantas mengarahkan hati dan budi kepada Yesus yang bekerja dalam liturgi. 3. Tidak ngobrol di gereja, me-mode pesawat atau silent HP atau mematikan HP. B. Bersikap aktif 1. Hadir di Ekaristi bukan sebagai penonton atau sekadar penerima Komuni. 2. Ambil bagian secara aktif: turut mempersembahkan diri; mengucap syukur, suka dan duka, pergumulan, harapan hidup. 3. Ini bukan hanya soal bernyanyi atau menjawab doa, melainkan juga mengangkat hati dan jiwa untuk menyembah Tuhan, meresapkan sabda dalam hati. C. Perhatian pada Kristus 1. Ada banyak alasan ketidaknyamanan dalam liturgi: koor kurang bagus, udara panas, anak-anak berlarian, khotbah menjemukan, dan lain sebagainya. Ini mengganggu perhatian kita pada Kristus. 2. Perlu memusatkan perhatian pada Kristus, yang wafat dan bangkit demi menebus kita. 3. Membantu untuk berdoa secara lebih sungguh. 4. Memperoleh rahmat yang menguatkan. 4. Pertanyaan yang biasa muncul dari umat • Apakah kita menyembah “berhala” Ekaristi? - Masalah: “Bukan saja orang-orang Katolik membuat “patung” yang menyerupai roti kecil, lalu memaklumkannya sebagai Yesus, tetapi juga berlutut dan menyembah roti kecil itu. Seluruh praktik ini dilarang Tuhan.” - Tanggapan: yang dimaksud larangan Tuhan terkait dengan kitab Keluaran 20: 4-5, kalau hanya roti, jelas orang Katolik menyembah berhala. Tetapi, orang Katolik sungguh percaya bahwa di situ hadir Tuhan Yesus sendiri S A K R A M E N E K A R I S T I 8 SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 8. Sikap dalam Ekaristi -Tidak ngobrol di gereja, me-mode pesawat atau silent HP atau mengoff-kan HP. Gbr: 9 Ambil bagian secara aktif: turut mempersembahkan diri Gbr 10. Perhatian pada Kristus, yang wafat dan bangkit demi menebus kita. Gbr 11a. Umat Katolik mengimani Sakramen Mahakudus bukan sebagai berhala, tapi Kristus sendiri.


SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 9 • Misa itu pengulangan kurban Kristus? - Masalah: orang Katolik mengulangi atau “menciptakan” kur ban-kurban baru saingan kurban Yesus di salib. - Tanggapan: Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa kurban Kristus di salib itu kurang sempurna, sehingga perlu diulang- ulang. Yang terjadi dalam misa adalah “peringatan” (memoria) dari kurban Kristus (Luk 22: 19). “Peringatan” yang dimaksud Yesus adalah penghadiran kembali kurbanNya yang satu dan sama. Menghadirkan kembali tidak sama dengan mengulang. Dalam misa kudus, kurban Yesus yang berdarah di kayu salib dihadirkan secara tidak berdarah. A. Istilah Ekaristi dan Sakramen Mahakudus Secara luas, Sakramen Mahakudus adalah misteri kehadiran tubuh dan darah Yesus dalam rupa roti dan anggur. Dalam hal ini, Sakramen Mahakudus berarti juga Sakramen Ekaristi. Arti sempit dan sehari-hari dari Sakamen Mahakudus adalah Tubuh Kristus di tabernakel atau di monstrans. Sedangkan Sakramen Ekaristi adalah adalah keseluruhan misa kudus. Dalam kebiasaan umat, kadang terlihat orang lebih hormat dan khimat ketika adorasi daripada ketika berhadapan dengan Tubuh Kristus yang diterima di tangan dan disantap. Padahal itu sama. Sikap yang mesti dihayati dalam Ekaristi sama bahkan lebih lagi. Misalnya, habis kita menerima Tubuh Kristus, kita hening di tempat duduk memposisikan batin sebagai tempat kediaman Allah. Kita membiarkan Allah mengasihi diri kita seluruhnya. Tidak perlu menyampaikan litani permohonan itu dan ini. Sebab Tuhan yang kita terima itu adalah rezeki terbesar dalam iman Katolik. Gbr 11b. Kurban Kristus untuk selama-lamanya dan dikenangkan dalam Ekaristi. Gbr 12a. Monstrans untuk Adorasi. Gbr 12b. Sakamen Mahakudus adalah Tubuh Kristus. Gbr 12c. Tubuh Kristus yang diterima di tangan dan disantap


S A K R A M E N E K A R I S T I B. RITUS PERAYAAN EKARISTI 1. RITUS PEMBUKA Tujuan semua bagian Ritus Pembuka ialah mempersatukan umat yang berhimpun dan mempersiapkan mereka supaya dapat mende ngarkan sabda Allah dengan penuh perhatian dan merayakan Ekaristi dengan layak (PUMR 46). Bagian-bagian Ritus Pembuka a. Perarakan masuk, yaitu imam dan pelayan yang lainnya berarak menuju ruang altar, menggabungkan diri dengan umat yang sudah berhimpun. Dalam misa meriah, paling depan adalah pelayan yang membawa dupa yang mengepul, pelayan yang membawa salib perarakan dan diapit oleh dua orang pembawa lilin, pelayanan lainnya, lektor/diakon yang membawa Evangeliarium, pelayan komuni, dan imam. Pada awal kekristenan perarakan dilaksanakan lebih panjang. Perarakan panjang menggambarkan perubahan tempat dari dunia ke sesuatu yang lebih agung. Ini menjadi pengingat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan menuju surga. b. Tanda salib. Tanda salib mengandung dua pengakuan iman sekaligus. Pertama, tanda salib mengungkapkan tanda keselamatan kita yakni Salib Kristus. Kedua, tanda salib dengan menyebutkan Allah Tritunggal Mahakudus menunjuk inti misteri iman kita sebagaimana diakui dan dinyatakan pada saat pembaptisan kita. Kita diselamatkan melalui salib Kristus. Keselamatan diterima melalui pembaptisan dalam nama Tritunggal Mahakudus. Tanda Salib menunjukkan kita milik Kristus yang tersalib dan bangkit. Salib juga menjadi Credo paling pendek yaitu ringkasan iman singkat dan paling pokok. Dengan membuat tanda salib kita membaharui baptisan kita. Salib juga menjadi tindakan menyangkal diri dan kesediaan untuk taat dalam hidup, misi, derita dan kebangkitan Kristus. c. Salam Makna pokok salam yang disampaikan oleh imam-Nya adalah menyatakan bahwa Tuhan hadir di tengah-tengah umat dan sekaligus mengungkapkan misteri Gereja yang berhimpun. Bunyinya salam itu adalah “Tuhan sertamu”, dan umat menjawab “dan sertamu juga”; atau imam berkata “Tuhan bersamamu”, umat menjawab “dan bersama rohmu”. 10 SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 13. Perarakan Misa Gbr 14. Tanda Salib Gbr 15. Salam Imam: Tuhan bersamamu


SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 11 d. Pengantar, yaitu penyampaian dan penjelasan singkat mengenai tema atau isi misteri iman yang dirayakan dalam Ekaristi saat itu. Pengantar ini disampaikan oleh imam yang melayani, atau imam lain atau diakon. e. Tobat yaitu menyampaikan penyesalan dan pertobatan atas dosa dan kesalahan kepada Allah dan sesama. Dengan demikian kita siap untuk merayakan misteri suci dengan layak. Dengan rendah hati menebah dada seperti yang dilakukan oleh pendosa dalam perumpamaan Yesus, atau seperti anak yang hilang yang kembali kepada bapaknya, atau seperti Petrus yang menangis. Tobat sejati mengalir dari tanggapan atas kasih dan kebaikan Allah yang telah lebih dahulu dialami disebut tobat contritio. Jadi bukan untuk menimbulkan belas kasih Allah. f. Tuhan kasihanilah, yakni seruan untuk menyampaikan penghormatan kepada Kristus Tuhan. Kata kasihanilah merupakan seruan untuk memohon belas kasih ilahi. Eleos: minyak zaitun, yang dibalurkan di luka kecil. Kyrie Eleison: “Tuhan kasihanilah” “Tuhan, tenangkan aku, hibur aku, hilangkan rasa sakitku, tunjukkan kasih setia-Mu”. Alih-alih berada di hadapan hakim, kita sedang memohon belas kasih Dokter Ilahi, yang bersedia menarik kita saat kita jatuh. g. Kemuliaan, Gloria in excelsis (Kemuliaan bagi Allah di tempat tertinggi) adalah nyanyian pujian yang paling kuno dan terhormat, yang dengannya Gereja, berkumpul dalam Roh Kudus. Kemuliaan berisi madah yang memuji dan memuliakan Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus. h. Doa kolekta (oratio collecta) yaitu doa yang bersifat mengumpulkan dan meringkas ujud-ujud doa dari umat beriman. Yang mengumpulkan dan meringkas doa kolekta ini adalah imam yang memimpin perayaan Ekaristi. Maka umat harus mendengarkan doa itu sembari hening menyertakan doa masingmasing bersama dengan doa pembuka itu. Umat menjawab, “Amin” artinya umat menyetujui dan menjadikan doa yang disampaikan pemimpin itu sebagai doa mereka sendiri. Gbr 16. Tuhan mau berbicara hari ini Gbr 17a. Petrus menyangkal Yesus Gbr 17b. Menebah dada, menyesal secara mendalam Gbr 18. Gloria in excelsis


12 SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 2. LITURGI SABDA Liturgi Sabda tersusun atas dua struktur pokok yakni pewartaan Sabda Allah dan Tanggapan umat atas Sabda Allah itu. Pewartaan Sabda dilakukan dengan pembacaan Kitab Suci dan homili yang memperdalam Sabda Allah. Tanggapan umat atas Sabda Alah itu terungkap melalui Mazmur tanggapan, baik pengantar Injil, serta kredo dan doa umat. Dalam liturgi Sabda, Kitab Suci sangat penting. Sebab dari Kitab sucilah dikutip bacaan-bacaan, yang dibacakan dan dijelaskan dalam homili, serta mazmur-mazmur yang dinyanyikan. Maka untuk membaharui, mengembangkan dan menyesuaikan Liturgi suci perlu dipupuk cinta yang hangat dan hidup terhadap Kitab suci (SC 24). Dalam liturgi Sabda: • Allah berbicara secara pribadi dengan kita dan sepenuhnya hadir bagi kita. • Kita sedang mendengarkan kisah kita – kisah kasih Allah untuk kita – melalui Kitab Suci. • Kita mendengarkan sabda yang sama bersama dengan jemaat yang lain, tetapi bisa saja pesan yang ditangkap berbeda-beda. • Liturgi Sabda bukan hanya tentang pewartaan sabda Allah yang tertulis, melainkan terutama peristiwa Kristus berbicara dengan jemaat-Nya yang menjadi anggota tubuh-Nya. • Liturgi Sabda adalah sebuah dialog antara Allah dan umat-Nya • Yang krusial adalah mendengarkan sabda dengan penuh perhatian untuk mengerti apa yang Tuhan kehendaki. • Tanggapan atas sabda Tuhan adalah syukur dan pujian, pernyataan kesediaan untuk “bertobat” terus-menerus. a. Bacaan Pertama • Biasanya dari Perjanjian Lama, namun beberapa kali diambil dari Perjanjian Baru. • Pada hari Minggu, bacaan I dan Injil sering terkait. - Nubuat Perjanjian Lama tergenapi dalam Yesus - Kontras tokoh dan peristiwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. - Makna Injil lebih jelas. • Jawaban “Syukur kepada Allah”: penerimaan penuh iman dan syukur. Gbr 19. Allah berbicara secara pribadi dengan kita Gbr 20. Kitab Perjanjian Lama yang terdiri dari 39 buku.


SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 13 z b. Mazmur Tanggapan Mazmur adalah salah satu tanggapan atas Sabda Allah. Mazmur menanggapi bacaan pertama, menggemakan pesannya, atau melengkapinya. Membantu kita fokus pada tema liturgi. Mazmur yang didaraskan atau dinyanyikan diambil dari salah satu Mazmur, atau dari madah dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru kurang tepat jika diganti lagu antar bacaan. c. Bacaan Kedua Pada hari minggu dan hari raya disediakan bacaan II. Bacaan II diambil dari Perjanjian Baru dan tidak selalu terkait dengan Bacaan I atau Injil. Karena sebagian besar dari surat-surat Perjanjian Baru yang mendukung, menyemangati, membimbing Gereja muda di dalam masyarakat yang tidak berpihak pada mereka, bacaan yang sama mendukung kita dalam dunia yang tidak selalu menerima kita. d. Bait Pengantar Injil Bait pengantar Injil tidak sama dengan mazmur. Mazmur adalah tanggapan Sabda sebelumnya, sedangkan bait pengantar Injil adalah mempersiapkan umat untuk mendengarkan bacaan Injil yang baru akan ditawarkan. Alleluya (atau terpujilah Kristus Tuhan pada masa Prapaskah) adalah ungkapan selamat datang dan salam terhadap Tuhan yang akan berbicara kepada jemaat melalui Injil e. Bacaan Injil Puncak Liturgi Sabda adalah pembacaan Injil. Dalam pembacaan Injil, Yesus Kristus sedang berbicara dengan kita! Bukan lagi imam atau diakon yang berbicara. Injil amat istimewa dibanding dengan bacaan lainnya karena Yesus sendiri yang berbicara. Injil berbicara tentang hidup, pelayanan, mukjizat, perumpamaan, ucapan, belarasa, belas kasih dan pewartaan Yesus. Injil menerima hormat yang khusus. Pembacaan Injil menunjukkan realitas iman bahwa Yesus Kristus sendiri tetap hadir di tengah Gereja dan terus mewartakan Injil-Nya kepada segala makhluk f. Homili Homili berasal dari bahasa Yunani homilia (percakapan, komentar). Homili merupakan pewartaan Sabda yang bertolak dari bacaan Kitab Suci dan memberi komentar dan penjelasan mengenai bacaan Kitab Suci itu. Umat beriman sangat mementingkannya bagi nasehat hidup. Homili menjadi pengalaman yang mendalam dan membahagiakan akan Roh, suatu perjumpaan dengan sabda yang menghibur, sumber pembaruan dan pertumbuhan yang tetap (Evangelii Gaudium 135). Gbr 22. Bait Pengantar Injil Gbr 23. Yesus Tampil Pertama Kali di Bait Allah Gbr 24. Yesus berkotbah di atas bukit Gbr 21. Mazmur Tanggapan


14 SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA S A K R A M E N E K A R I S T I Allah berusaha menyentuh orang-orang lain melalui pengkhotbah; dan Ia memperlihatkan kekuasaan-Nya melalui kata- kata manusia. Homili bukan waktu untuk katekese, melainkan waktu dialog antara Allah dan umat-Nya. Homili bukanlah waktu melawak atau menampilkan hiburan, melainkan saat Tuhan mengubah hidup umat. Melalui homili, Gereja menjadi seperti ibu yang berbicara dengan anaknya. Anak-anaknya (umat) percaya yang diajarkan itu bermanfaat bagi mereka, karena mereka tahu bahwa mereka dicintai. Bahkan jika homili kadang-kadang mungkin sedikit membosankan, jika semangat keibuan dan gerejawi ini ada, maka akan selalu menghasilkan buah, seperti nasihat-nasihat yang membosankan dari seorang ibu berbuah, pada waktunya, dalam hati anak-anaknya. (Evangelii Gaudium 140) Hati mereka, yang bertumbuh dalam pengharapan akan pelaksanaan yang menggembirakan dan memungkinkan dari cinta kasih yang telah mereka terima, akan merasakan bahwa setiap kata dari Kitab Suci terlebih dahulu merupakan anugerah sebelum menjadi tuntutan. g. Syahadat Syahadat atau Credo adalah pernyataan iman yang padat. Dalam liturgi, syahadat menjadi tanggapan atas firman Tuhan yang dibacakan dan diuraikan dalam homili. Syahadat adalah doa yang amat penting. Minggu demi minggu kita memusatkan diri kembali pada pokok iman. Syahadat adalah tentang Tritunggal Mahakudus. Yang paling inti adalah iman kita bahwa Allah menjadi salah satu dari kita lewat kelahiran Yesus Kristus. Itulah kenapa kita membungkuk saat dikatakan tentang Yesus Kristus “yang dikandung dari Roh Kudus dan dilahirkan oleh perawan Maria.” h. Doa Umat Doa umat adalah penghubung antara Liturgi Sabda dan Liturgi Ekaristi. Dengan mendoakannya, kita tahu bahwa kita adalah bagian dari umat Allah yang lebih luas. Urutan umum mengenai subyek yang didoakan adalah: untuk pemimpin Gereja, untuk pemimpin masyarakat dan keselamatan dunia, untuk orang yang sakit dan menderita, untuk umat lokal atau setempat, untuk panggilan, untuk mereka yang meninggal, untuk intensi pribadi. Gbr 25. Homili saat Tuhan mengubah hidup umat Gbr 26. Tuhan Yesus Memberkati Umatnya Gbr 27. Syahadat atau Credo pernyataan iman yang padat


SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 15 3. LITURGI EKARISTI a. Unsur-unsur Liturgi Ekaristi Liturgi Ekaristi Gereja Katolik berakar dari perjamuan malam terakhir. Injil Sinoptik dan Surat Paulus di Korintus mengisahkan bagaimana Yesus menginstitusikan Ekaristi (Mrk 14: 22-25; Mat 26: 26-29; Luk 22: 15-20; 1 Kor 11: 23-26). Pesta dilakukan di sebuah ruangan atas yang besar dan lengkap (Mrk 14: 15), penggunaan anggur (Mrk 14: 23; Luk 22: 17). Perjamuan sebagai perpisahan dan pemberian wasiat untuk mengadakan Ekaristi (Luk 22: 19; 1 Kor 11: 24- 25). Perjamuan malam terakhir diadakan dalam kerangkan tradisi Paskah Yahudi. Kedua, susunan liturgi Ekaristi, berdasarkan keterangan di atas, jelas bahwa Ekaristi Gereja berakar dan bersangkut-paut dengan tradisi perjamuan makan Yahudi. Dalam tradisi paskah Yahudi susunannya terdiri empat bagian: o Pembuka, o Ibadat Sabda o Perjamuan Makan dan o Penutup Pada bagian pembuka dilakukan pemberkatan piala dan penyediaan hidangan utama (domba paskah, roti tak beragi dan sayuran pahit) dengan doa-doa. Bagian ibadat sabda, piala dipersiapkan, kepala keluarga menjelaskan makna Paskah (Ul 26: 5-11), nyanyian hallel (Mzm 113-114). Bagian perjamuan makan kepala keluarga mengambil roti lalu mengucap syukur dan memecahkan roti itu serta memberikannya kepada semua. Pada bagian ini juga ada acara bebas. Terakhir bagian penutup dilakukan pengangkatan piala, nyanyian Hallel (Mzm 115-118). Lewat tradisi Paskah Yahudi dan Perjamuan Malam Terakhir dengan kata-kata Yesus atas roti dan piala (anggur) maka terbentuklah liturgi Ekaristi. Adapun bentuk dan susunan liturgi Ekaristi Gereja ritus Roma: Persiapan Persembahan, Doa Syukur Agung (DSA), dan Komuni. Gbr 28 Liturgi Ekaristi


S A K R A M E N E K A R I S T I b. Persiapan Persembahan Persiapan persembahan disebut offertorium. Opertorium berasal dari kata Latin offere yang berarti membawa, menghadirkan, mempersembahkan. Dalam Missale Romanum 1970 menggunakan istilah yang lebih tepat yaitu preparatio donorum yaitu persiapan peresmbahan. Mengapa disebut persiapan persembahan dan bukan persembahan? Disebut persiapan persembahan karena peristiwa persembahan yang sungguh-sungguh baru terjadi pada waktu DSA, saat persembahan sejati dan tak bercela, yaitu kurban salib Kristus, dikenangkan dan dihadirkan. Pada bagian persiapan persembahan, kadang-kadang dalam prosesi, orang membawa roti dan anggur ke altar, untuk dipersembahkan imam atas nama Kristus dalam Kurban Ekaristi (KGK 1350). Pemimpin misa memberkati dan memuji Allah atas anugerah dan meletakkannya di altar. Persembahan itu dari hasil usaha manusia dalam bentuk barang atau uang untuk mendukung Gereja dan bantuan bagi orang miskin. c. Doa Syukur Agung Doa Syukur Agung (DSA) adalah pusat dan puncak seluruh Perayaan Ekaristi. Mengapa? Karena dalam DSA dihadirkan seluruh misteri penebusan Kristus bagi kita. Selebran bertindak demi Kristus sebagai kepala Gereja. Imam pelayan Ekaristi adalah in persona christi. Dia menyatukan, bukan hanya roti dan anggur saja, melainkan juga inti hidup kita dan menggabungkan semuanya (kurban Kristus, diri dan hidup kita dalam suka dan duka, usaha-usaha personal dan bersama) sebagai persembahan dengan kurban Kristus yang sempurna. Dari situ, kita mengalami pertumbuhan seperti Kristus. Doa Syukur Agung ini disampaikan oleh Gereja bersama Kristus kepada Bapa dalam Roh Kudus. Imam mewakili pula seluruh umat dalam kesatuan dengan Kristus mempersembahkan kurban. 16 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 30 pemberkatan piala dan penyediaan hidangan utama Gbr 29 Persiapan persembahan Gbr 31. Persembahan dalam bentuk uang untuk mendukung karya Gereja Gbr 32 Persembahan dengan kurban Kristus yang sempurna Gbr 33 Imam mewakili seluruh umat dalam kesatuan dengan Kristus mempersembahkan kurban


SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 17 1) Unsur-Unsur Doa Syukur Agung • Ada penekanan ucapan syukur. Ini nampak dalam Prefasi. • Seruan Sanctus – Kudus merupakan seruan aklamasi umat yang “berpadu dengan para penghuni surga” dalam kemulian Allah (PUMR 79.b). Bunyinya ialah “Kuduskudus-kuduslah Tuhan, Allah segala kuasa. Surga dan bumi penuh kemuliaan-Mu. Terpujilah Engkau di surga. Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan. Terpujilah Engkau di surga.” • Epiklesis berarti seruan permohonan kepada Allah agar mengutus Roh Kudus untuk menguduskan seseorang atau barang/hal tertentu. Dalam perayaan Ekaristi, berarti seruan mohon Allah menguduskan roti dan anggur agar menjadi tubuh dan darah Kristus. “Ya Allah, kami mohon, sudilah memberkati dan menerima persembahan kami ini sebagai persembahan yang sempurna, yang benar, dan yang berkenan pada-Mu, agar bagi kami menjadi Tubuh dan Darah Putra-Mu terkasih, Tuhan kami Yesus Kristus”. • Kisah Institusi dan Konsekrasi. Kisah institusi adalah kisah diulangi dan dilangsungkannya kurban yang diadakan oleh Kristus sendiri ... (PUMR 79.d). Saat perjamuan malam terakhir Yesus menetapkan dan memandatkan Perjamuan Ekaristi kepada Gereja. Kisah konstitusi ini berbunyi “Pada hari sebelum menderita, Ia mengambil roti dengan tanganNya yang kudus dan mulia, dan sambil menengadah kepada-Mu, Allah Bapa-Nya yang mahakuasa, Ia mengucap syukur dan memuji Dikau, memecahkan roti itu, dan memberikannya kepada murid-murid-Nya seraya berkata.” Sedangkan kisah konsekrasi adalah perkataan Yesus yang mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah-Nya. Kata-kata itu ialah “TERIMALAH DAN MAKANLAH KAMU SEMUA: INILAH TUBUH-KU YANG DISERAHKAN BAGIMU.” Juga dengan anggur, Ia berkata, “TERIMALAH DAN MINUMLAH KAMU SEMUA: INILAH PIALA DARAHKU, DARAH PERJANJIAN BARU DAN KEKAL, YANG DITUMPAHKAN BAGIMU BAGI SEMUA ORANG DEMI PENGAMPUNAN DOSA, LAKUKANLAH INI SEBAGAI KENANGAN AKAN DAKU. • Anamnesis: merayakan kenangan Kristus yaitu wafat-Nya yang dimaklumkan, kebangkitan-Nya yang mulia dan kedatangan-Nya yang dirindukan. Contohnya, Imam: Marilah menyatakan iman kita. Umat: Wafat Kristus kita maklumkan, kebangkitan-Nya kita muliakan, kedatanganNya kita rindukan. Gbr 34. Doksologi Gbr 35. Anak Domba Allah Gbr 36. Anak Domba Allah


2) Unsur Doa Syukur Agung bagian kedua • Persembahan Kurban tak bernoda dalam Roh Kudus kepada Bapa. Juga persembahan diri jemaat. • Permohonan-permohonan bagi anggota-anggota Gereja,baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. • Doksologi - (bahasa Yunani: δοξολογία, doksologia, gabungan kata doksa yang berarti ‘kemuliaan’ dan logia yang berarti ‘ucapan’) adalah madah pendek kepada ... Doksologi Tritunggal · Gloria Patri · Doksologi Doa Syukur Agung. d. Ritus Komuni Kata komuni berasal dari bahasa Latin Communio yang diturunkan dari kata kerja Latin com-munire, artinya perhatian atau kepentingan bersama atau milik bersama. Dalam konteks Ekaristi, communio berarti kesatuan atau persatuan umat dengan Yesus dan sabda-Nya. Ritus komuni terdiri dari Bapa Kami, Doa damai, pemecahan roti disertai seruan Anak Domba Allah, penerimaan komuni, Doa sesudah komuni. 1) Doa Bapa Kami masuk dalam ritus komuni sejak abad IV. Mengapa menjadi bagian dengan komuni, karena isinya sesuai dengan ritus komuni, yakni permohonan rezeki hari ini. Bagi umat, rezeki itu terutama adalah roti ekaristis, Tuhan Yesus sendiri. Dalam doa Bapa Kami juga ada permohonan pengampunan dosa, supaya persatuan dengan Yesus dan sesama umat dapat terjadi. 2) Doa Damai agar damai Kristus memenuhi hati kita, keluarga, jemaat dan dunia. Doa damai diletakkan setelah doa Bapa Kami karena doa ini lebih mempersiapkan penerimaan komuni. Gereja memohon damai dan kesatuan bagi Gereja sendiri dan bagi seluruh umat manusia, sedangkan umat beriman menyatakan persekutuan dan cinta kasih satu sama lain sebelum dipersatuakan dengan Tubuh Kristus. Damai yang dimohon antara lain damai bukan saja karena ada konflik atau perang tetap damai lahir dan batin. 3) Pemecahan Roti disertai seruan “Anak Domba Allah …”. Roti itu dipecah-pecahkan bukan sekadar alasan praktis atau sukasuka. Roti dipecah-pecahkan untuk melambangkan kesatuan kita dengan Tuhan Yesus dan umat beriman lainnya karena kita semua merupakan satu tubuh. Umat beriman yang banyak itu menjadi satu dalam simbolis pemecahan tubuh Kristus. Selain itu, ada juga gerak liturgi memasukkan potongan kecil hosti ke dalam piala yang berisi darah Yesus. Ini berarti kesatuan imam dengan Sri Paus, kehadiran Yesus yang mulia di atas altar. Imam berkata, “Semoga pencampuran Tubuh dan darah Tuhan kita Yesus Kristus ini memberikan kehidupan abadi kepada semua yang akan menyambut-Nya. S A K R A M E N E K A R I S T I Gbr 37. Unsur Doa Syukur Agung bagian kedua Gbr 38 communio berarti kesatuan atau persatuan umat dengan Yesus dan sabda-Nya. Gbr 39 Doa Bapa Kami masuk dalam ritus komuni dan sabda-Nya. Gbr 40 Pemecahan Roti disertai seruan “Anak Domba Allah. 18 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


Selanjutnya ada seruan Anak Domba Allah. Yesus anak domba Allah seperti yang disebut oleh Yohanes pembaptis. Seruan ini mau menyatakan pujian umat beriman kepada Kristus yang telah mengurbankan diri-Nya untuk kita dan kini hadir sebagai Tuhan yang mulia di atas altar. 4) Penerimaan Komuni. Saat penerimaan Komuni, lagu dapat dinyanyikan. Komuni umat merupakan saat yang suci, penting dan agung. Melalui komuni kita berpartisipasi dalam penebusan Kristus yang dikenangkan dalam DSA dan kini diterima dalam bentuk tanda, Tubuh dan Darah Kristus sendiri. Imam mengatakan, “Tubuh Kristus”; dan umat menjawab “amin, berarti “Ya aku mengimani itu tubuh Kristus dan aku mau menerima-Nya dalam hidupku.” 5) Doa sesudah Komuni Doa sesudah komuni merupakan doa presidensial yang mengakhiri liturgi Ekaristi. Isi doa komuni pada umumnya mengungkapkan: syukur atas karunia Ekaristi yang telah dirayakan dan diterima, permohonan berkat atas Ekaristi itu agar kita bertekun dalam perutusan kita, dan memohon kita diperkenankan ikut perjamuan penuh di surga. G. Ritus Penutup Ritus atau upacara penutup bertujuan untuk mengakhiri seluruh rangkaian Perayaan Ekaristi dan sekaligus mengantar umat beriman untuk kembali ke perjuangan hidup sehari-hari dan menjalankan perutusan di dunia 1) Pengumuman Sebelum berkat dan pengutusan, dapat disampaikan beberapa pengumunan penting untuk seluruh umat yang disampaikan secara singkat dan jelas. Imam boleh menyampaikan catatan pastoral: beberapa hal penting untuk kehidupan umat. Tetapi singkat saja. Tentu tidak dimaksudkan untuk memberikan sambutan-sambutan 2) Amanat Pengutusan Umat mendengarkan pesan perayaan hari itu yang disampaikan secara singkat oleh imam (bukan homil jilid II) 3) Berkat Sebelum berkat disampaikan imam menyapa umat dengan rumusan salam: “Tuhan sertamu” atau “Tuhan bersamamu” dan umat menjawab “Dan sertamu juga” atau “Dan bersama rohmu”. Dialog ini mengungkapkan iman Gereja bahwa Tuhan sungguh hadir dan menyertai umat-Nya. Selanjutnya disampaikan berkat dengan menyebut nama Allah Tritunggal. Maknanya berkat dalam hal ini bukanlah anugerah sesuatu yang bersifat materi, namu pertama-tama adalah diri Allah sendiri, yakni hidup Allah Tritunggal. Dengan menerima berkat, kita dianugerahi kesatuan hidup dengan persekutuan Allah Tritunggal, sumber dan tujuan hidup manusia dan alam semesta. Berkat ini juga sekaligus memberi kekuatan illahi untuk melaksanakan tugas perutusan. S A K R A M E N E K A R I S T I Gbr 41. Komuni Pertama SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 19 Gbr 42a. Berkat Penutup


S A K R A M E N E K A R I S T I 4) Pengutusan Imam menyatakan: Saudara-saudari, pergilah, misa sudah selesai. Seluruh umat menjawab: Syukur kepada Allah. Jawaban umat ini menyatakan syukur yang mendalam karena sudah bersatu dengan Kristus dalam Ekaristi. Sekarang pergilah untuk mewartakan persatuan dengan Kristus dalam hidup sehari-hari (menjadi ekaristi). 5) Perarakan Keluar Setelah pengutusan, imam mencium altar sebagai tanda penghormatan kepada Kristus. Kemudian imam beserta petugas liturgi lainnya meninggalkan altar dengan diiringi lagu penutup 4. Gambaran Besar Selama misa, kita menyantap makanan rohani dari dua meja: Meja Sabda (dalam Liturgi Sabda) dan Meja Kurban (dalam Liturgi Ekaristi). Oleh karena itu, gambaran besar Ekaristi sangat menentukan penghayatan terhadapnya. a. Mengapa kita merayakan Ekaristi? Umat Katolik merayakan Ekaristi pertama-tama karena Tuhan yang diimaninya meminta agar ia ber-Ekaristi. Melalui Gereja-Nya, Yesus terus-menerus meminta umat-Nya untuk merayakan Ekaristi bagi pengudusannya. “Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-Nya: “Inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu. Lakukanlahini sebagai peringatan akan Aku” (Luk 22:19). Perkataan “perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”, adalah bukti permintaan dan yang amat berharga dari Yesus bagi keselamatan umat-Nya. Sebab, apa yang telah kuteruskan kepadamu, telah aku terima dari Tuhan, yaitu bahwa Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti …” (1 Kor 11:23). b. Misa adalah Kurban KGK 1323 menyatakan, “Pada Perjamuan Terakhir … Penyelamat kita mengadakan kurban Ekaristi tubuh dan darah-Nya …”. Benar bahwa Ekaristi itu perjamuan, perayaan, tetapi kurang lengkap tanpa sisi kurban. Perjamuan Malam Terakhir baru “koma,” dan “titiknya” adalah kurban salib. PUMR 1: “Ketika Kristus, Tuhan kita, hendak merayakan Perjamuan Paskah bersama murid-murid-Nya, untuk menetapkan kurban tubuh dan darah-Nya, Ia menyuruh para murid menyiapkan ruang perjamuan …”. PUMR 2: Konsili Trente sudah menandaskan secara sungguh- sungguh, bahwa sedari hakikatnya perayaan Ekaristi adalah kurban. Hal ini memang sesuai dengan tradisi Gereja universal. Gereja Syro-Malankara: Ekaristi disebut Qurbono suci. “Terimalah dan makanlah, kamu semua: inilah tubuh-Ku yang diserahkan bagimu”. “Terimalah dan minumlah, kamu semua: inilah piala darah- Ku, darah perjanjian baru dan kekal, yang ditumpahkan bagimu dan bagi semua orang demi pengampunan dosa. Gbr 4 Lakukanlah ini sebagai kenangan akan Daku”. 4. Konsekrasi adalah Kurban Kristus Gbr 43. Penerimaan Komuni Gbr 42b. Perarakan Penutup


SEKOLAH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 21 KGK 1323: “Dengan demikian Ia mengabadikan Kurban Salib untuk selamanya, dan mempercayakan kepada Gereja … kita dikaruniai jaminan kemuliaan yang akan datang” (SC 47). Yesus memberikan diri kepada para rasul 2000 tahun lalu. Apa kita zaman now tidak bisa mengalami hal yang sama? Ekaristi adalah cara Tuhan Yesus agar kita beroleh jaminan surgawi itu. Yoh 6: 54: Siapa saja yang makan daging-Ku dan minum darah- Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Yoh 6:55: Sebab, daging-Ku benar-benar makanan dan darah-Ku adalah minuman. Konsekrasi adalah kurban Kristus. Komuni adalah persatuan kita dengan Kristus dengan menyantap tubuh-Nya. Misa adalah kurban Kristus pada salib yang c. Persembahan (KHK 924) Kurban Ekaristi Mahakudus harus dipersembahkan dengan roti dan anggur, yang harus dicampur sedikit air. Roti haruslah dibuat dari gandum murni dan baru, sehingga tidak ada bahaya pembusukan. Anggur haruslah alamiah dari buah anggur dan tidak busuk. Kan 927: Sama sekali tidak dibenarkan (nefas est), juga dalam kebutuhan ekstrem yang mendesak, mengkonsekrasi satu bahan tanpa yang lain, atau juga mengkonsekrasi keduanya di luar perayaan Ekaristi d. Transubstansiasi Substansi berarti hakikat, isi. Jika saya berubah, maka yang berubah bukanlah substansi (hakikat) saya sebagai manusia, melainkan perubahan lahiriah atau fisik. Transubstansiasi itu melampaui substansi (hakikat). Yang berubah bukanlah fisiknya [kecuali dalam mujizat]. Yang berubah adalah substansi atau hakikatnya. Roti dan anggurnya secara fisik tetap rupa roti dan anggur, tetapi hakikatnya menjadi tubuh dan darah Kristus. e. Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi KGK 1353 Dalam epiklese, Gereja memohon kepada Bapa untuk mengutus Roh Kudus-Nya (atau “berkat sepenuhpenuhnya”) atas roti dan anggur, supaya imam yang melayani, dengan kekuatan-Nya mengubah roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Yesus Kristus, sehingga umat yang mengambil bagian dalam Ekaristi menjadi satu tubuh dan satu roh (beberapa liturgi menempatkan epiklese sesudah anamnese). Dalam kata- kata penetapan, kekuatan kata-kata dan tindakan Kristus dan kekuatan Roh Kudus menghadirkan tubuh dan darah Kristus, kurban-Nya di salib yang dipersembahkan-Nya satu kali untuk selamanya, di dalam rupa roti dan anggur. Gbr 47 Tubuh Kristus Gbr 48. Darah Kristus Gbr 46 Roti gandum murni dan anggur alami Gbr 45. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah- Ku, ia mempunyai hidup yang kekal


f. Beberapa gambaran mengenai Ekaristi dalam Kitab Suci: • Yoh 6:51-52: orang Yahudi berdebat bagaimana Yesus bisa memberikan tubuh-Nya untuk dimakan. • Yoh 6:53-56: Yesus semakin menegaskan bahwa tubuh-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman. • Yoh 6:66: banyak murid meninggalkan Yesus, tetapi Yesus tidak pernah mengoreksi pernyataan-Nya. • Ada pendapat: tubuh dan darah Kristus hanyalah gambaran • (Tanggapan: Mzm 27:1-2; Yes 9:18-20; Mi 3:3; Why 17:6-16: makan tubuh dan minum darah secara gambaran berarti menganiaya atau menyerang seseorang). • Gambaran tentang “pintu” (10:9), “pokok anggur” (15:1). g. Kehadiran Nyata Kristus dalam Ekaristi menurut Surat Paulus • 1 Kor 10:16: Bukankah cawan pengucapan syukur, yang atasnya kita ucapkan syukur, adalah persekutuan dengan darah Kristus? Bukankah roti yang kita pecah-pecahkan adalah persekutuan dengan tubuh Kristus? • 1 Kor 11:27: Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. • 1 Kor 11: 29: Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya. Gbr 50 Ekaristi dalam Kitab Suci Gbr 49. Perdebatan tentang Sakramen Kudus


S A K R A M E N E K A R I S T I h. Kesaksian Paling Awal tentang Kehadiran Nyata Kristus dalam Roti dan Anggur Ignatius Antiokhia, murid Yohanes Rasul, pada tahun 110 menulis: mereka yang tidak mengakui bahwa Ekaristi adalah daging Penyelamat kita Yesus Kristus, tubuh yang menderita karena dosa kita, yang dibangkitkan Bapa, hendaknya tidak mengikuti Ekaristi. i. Kanibal? Tuduhan kanibal Gereja telah ada sejak zaman Romawi kuno awal Gereja [tetapi sekaligus menunjukkan bahwa doktrin ini telah ada sejak awal Gereja]. Kanibal berarti memakan daging manusia setelah orangnya mati. Anggota badan mayat jadi berkurang. Menyebabkan pengaruh fisik kepada yang memakannya. Dalam Ekaristi, Yesus bukan mayat, tetapi kurban yang hidup. Substansi-Nya tidak berkurang akibat dimakan dalam Ekaristi. Tubuh dan darah-Nya yang dimakan tidak berdampak secara fisik (kecuali dalam mukjizat) melainkan secara rohani. j. Orang tak Beriman dan Ekaristi Jika orang tak beriman menerima komuni suci, dia tetap menerima tubuh dan darah Kristus. Tetapi, dia tidak memperoleh makna rohani, yakni persatuan dengan Kristus. Penerimaan itu akan sia-sia, dan jika dia melakukan dengan sengaja (padahal sudah diberitahu), maka itu bisa menjadi dosa sakrilegi (1 Kor 11:29). k. Menghadirkan kembali kurban Kristus Kurban salib Kristus terjadi hanya sekali untuk selamalamanya (Ibr 9: 28). Kristus tidak disalibkan kembali di dalam setiap Misa Kudus. Kurban yang satu dan sama itu dihadirkan kembali oleh kuasa Roh Kudus (KGK 1366). Secara berbeda, yakni secara sakramental. Hal itu dimungkinkan karena Yesus yang mengurbankan Diri adalah Tuhan yang tidak terbatas oleh waktu dan kematian.


C. Intensi, Warna, Busana Perlengkapan dan Tata Gerak dalam Perayaan Ekaristi 1. Struktur Liturgi Maksud dari struktur liturgi adalah bagaimana sebuah perayaan liturgi disusun atau dibangun menurut makna dinamikanya. Dinamika adalah hal-hal apa yang terjadi dalam perayaan liturgi Gereja. Ada 4 unsur yang membangun setiap perayaan liturgi Gereja. 4 Unsur yang Membangun Setiap Perayaan Liturgi Gereja 1. Dialogis: Katabatis-Anabatis yaitu pengudusan manusiapemuliaan Allah; 2. Anamnesis yaitu pengenangan penghadiran tindakan misteri penebusan Kristus dari masa lampau pada masa kini secara objektif dan nyata dalam perspektif masa depan; 3. Epiklese/Seruan permohonan kepada Allah agar mencurahkan Roh Kudus adalah penghadiran Karya Keselamatan Allah melalui Kristus menjadi nyata: a. Tindakan Allah yang terus berlaku; b. Roh Kudus yang menghubungkan peristiwa keselamatan itu dengan diri jemaat; c. Karena iman Gereja 4. Simbolis yaitu Ekaristi menggunakan simbol-simbol. Simbolis 3 Alasan Liturgi berstruktur Simbolis: 1. Allah menggunakan simbol-simbol manusia agar melalui simbol-simbol atau budaya itu Allah dapat menjumpai manusia. Itulah sebabnya perayaan liturgi sebagai perayaan karya keselamatan Allah juga berlangsung dalam bentuk simbol atau tanda. 2. Manusia adalah makhluk simbolis, apa yang dikenakan, dilakukan, dipikirkan, apa yang dikatakan oleh manusia selalu bersifat simbolis. Perayaan Liturgi berciri simbolis karena dilaksanakan oleh himpunan umat beriman yang dari dirinya adalah manusia simbolis. 3. Misteri Keselamatan Allah akan mencapai kepenuhannya ketika kita memandang Allah dari muka ke muka; dalam liturgi yang kita rayakan di dunia sekarang ini kita diberi gambaran liturgi surgawi. Gbr 51. Aspek dalam Liturgi


S A K R A M E N E K A R I S T I 2. Busana Liturgis Mengapa Memakai Busana Khusus? Dalam Kitab Keluaran 28: 2-3 dikatakan, Engkau harus membuat pakaian kudus bagi Harun, abangmu, supaya tampak semarak dan mulia. Engkau harus menyampaikan kepada semua orang yang memiliki keahlian, yang telah Kupenuhi dengan roh hikmat, agar mereka membuat pakaian bagi Harun untuk menguduskan dia, supaya ia melayani sebagai imam bagi-Ku. Pedoman Umum Misale Romawi “Gereja adalah Tubuh Kristus. Dalam Tubuh itu tidak semua anggota menjalankan tugas yang sama. Dalam Perayaan Ekaristi, tugas yang berbeda-beda itu dinyatakan lewat busana liturgis yang berbeda-beda. Jadi, busana itu hendaknya menandakan tugas khusus masing-masing pelayan. Di samping itu, busana liturgis juga menambah keindahan perayaan liturgis” (PUMR 335) SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 25 Gbr 52. Busana Imam Perjanjian Lama Gbr 53. Paus Benediktus XVI


S A K R A M E N E K A R I S T I AMIK • Amik adalah kain putih segi empat dengan dua tali di dua ujungnya atau juga ada model modern lain yang tidak segi empat dan tanpa tali. • Amik yang melingkari leher dan menutupi bahu dan pundak itu melambangkan pelindung pembawa selamat (keutamaan harapan), yang membantu pemakainya untuk mengatasi serangan setan. • Kain itu secara praktis juga berfungsi untuk menutupi kerah baju supaya tampak rapi, untuk menahan dingin, atau seka ligus untuk menyerap keringat agar busana liturgis pada zaman dulu yang biasanya amat indah dan mahal tidak mengalami kerusakan. • Amik dikenakan oleh imam, diakon, atau petugas lain yang hendak mengenakan alba. • Pemakaian amik sering tergantung juga pada alba yang akan dipakai. Kalau alba kiranya tidak menutup sama sekali kerah pakaian sehari-hari, maka barulah amik itu dikenakan sebelum alba (PUMR 336). ALBA • Pakaian putih (kata Latin: alba - putih). Bentuk alba panjang. Alba adalah simbol kesucian dan kemurnian yang seharusnya menaungi jiwa diakon/imam yang merayakan liturgi, khususnya Perayaan Ekaristi. • Alba dengan warna putihnya itu sendiri secara simbolis mengingatkan kita akan komitmen baptis dan kebangkitan. Sebenarnya alba juga boleh dipakai untuk pelayan altar lainnya. SINGEL • Tali pengikat alba pada pinggang ini merupakan simbol nilai kemurnian hati (chastity) dan pengekangan diri. Biasanya berwarna putih atau sesuai dengan warna masa liturginya. • Biasanya singel dipakai jika model alba membutuhkannya atau jika dipakai stola dalam (PUMR 336). 26 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 54. Amik Gbr 55. Alba Gbr 56. Singel


S A K R A M E N E K A R I S T I SUPERPLI Superpli merupakan pengganti alba, potongannya tidak sepanjang alba. Berwarna putih. Superpli tidak sampai mata kaki, cukup sebatas lutut dengan pergelangan tangan yang cukup lebar. Tidak boleh sembarangan memakai superpli. Alba dapat diganti superpli, kecuali kalau dipakai kasula atau dalmatik (PUMR 336). Dengan kata lain, jika memakai kasula dan dalmatik, imam dan diakon harus memakai alba, bukan superpli. Jika hanya memakai stola, maka imam dan diakon boleh memakai superpli di atas jubahnya. Busana Khusus untuk yang Ditahbiskan Ada beberapa busana liturgis khusus untuk pelayan yang ditahbiskan (klerus), yang tidak boleh dikenakan atau bahkan ditiru untuk pelayan liturgi awam. Unsur khusus itu adalah stola, kasula, dal matik, dan velum. Selain mengenakan beberapa unsur di atas sebelumnya (amik, alba, singel) beberapa unsur berikut ini kemudian melengkapi penampilan seorang pelayan yang ditahbiskan sesuai dengan kebutuhan perayaannya. STOLA Stola adalah semacam selendang panjang; simbol bahwa yang mengenakannya sedang melaksanakan tugas resmi Gereja, terutama menyangkut tugas pengudusan (imamat). Stola melambangkan otoritas atau kewenangan dalam pelayanan sakramental dan berkotbah. Secara khusus, sesuai dengan doa ketika mengenakannya, stola dimaknai sebagai simbol kekekalan. Warnanya sesuai dengan warna masa liturgi pada saat perayaan dilangsungkan. SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 27 Gbr 57. Superpli Gbr 58. Tahbisan Imam Gbr 59. Stola


S A K R A M E N E K A R I S T I Stola hanya digunakan oleh diakon dan imam • Diakon memakainya menyilang, dari pundak kiri ke pinggang kanan. • Imam memakainya dengan cara mengalungkannya di leher, dua ujung stola itu ke depan, dibiarkan menggantung (PUMR 340) KASULA • Kasula adalah busana khas untuk imam, khususnya selebran dan konselebran utama, yang dipakai untuk memimpin Perayaan Ekaristi. • Kasula melambangkan keutamaan cinta kasih dan ketulusan untuk melaksanakan tugas yang penuh pengorbanan diri bagi Tuhan. Warnanya sesuai dengan warna liturgi untuk perayaannya. Model kasula mengalami beberapa perubahan dan variasi. Dari yang panjang dan mewah banyak hiasannya, lalu yang tampak minimalis dengan lengannya yang seperti terpotong, sampai yang sederhana polos. 28 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA Gbr 61. Kasula Gbr 60a. Stola Diakon Gbr 60b. Stola Imam


29 S A K R A M E N E K A R I S T I DALMATIK Dalmatik dikenakan setelah stola diakon. Ini adalah busana resmi diakon tatkala melayani dalam Misa/Perayaan Ekaristi, khususnya yang bersifat agung/meriah. Dalmatik melambangkan sukacita dan kebahagiaan yang merupakan buah-buah dari pengabdiannya kepada Allah. Warna atau motif dalmatik disesuaikan dengan kasula imam yang dilayaninya pada waktu Misa. Bentuk dalmatik seolah mirip kasula, namun sebenarnya mempunyai pola berbeda. Biasanya ada beberapa garis menghiasinya. VELUM Velum adalah semacam kain putih/kuning/emas lebar yang dipakai pada punggung ketika membawa Sakramen Mahakudus dalam prosesi (ingat saat pemindahan Sakramen Mahakudus pada bagian akhir Misa Pengenangan Perjamuan Tuhan, Kamis Putih malam!) dan memberi berkat dengan Sakramen Mahakudus. Memang unsur busana ini tidak dipakai dalam Perayaan Ekaristi, namun sangat berkaitan dengan Sakramen Mahakudus, yakni dalam adorasi atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus. Kain semacam itu biasanya dihiasi. Ada juga yang tanpa hiasan, namun dipakai untuk membawa tongkat gembala dan mitra Uskup, ketika seorang uskup memimpin Perayaan Ekaristi meriah. Velum untuk tongkat dan mitra uskup itu biasanya berwarna putih saja dan lebih dikenal dengan istilah Vimpa. Gbr 62a. Dalmatik Gbr 62b. Dalmatik - Busana Liturgi Gbr 63a. Velum Gbr 63b. Adorasi


S A K R A M E N E K A R I S T I PLUVIALE Ini semacam mantel panjang (Kata Latin: pluvia = hujan) yang digunakan di luar Perayaan Ekaristi dan dalam perarakan liturgis, atau perayaan liturgis lain yang rubriknya menuntut digunakan busana itu (misalnya untuk liturgi pemberkatan). Kita bisa melihatnya meski sudah jarang. Jika imam, mengenakannya dalam perarakan sebelum Misa Minggu Palma. Jenis busana ini memang tidak langsung berkaitan dengan Misa, tapi sering digunakan sebelum Misa itu sendiri. warnanya mengikuti warna liturgi yang dirayakan. Warna Pakaian Liturgi Mengapa dalam Liturgi Gereja Imam dan pelayan altar mengenakanpakaian yang berbeda-beda warna (putih, hijau, ungu, merah dan lain sebagainya) sesuai dengan masanya? Apakah arti dari setiap warna tersebut? Warna liturgi dan dasar Biblisnya Dalam Ekaristi kita akan menemukan warna-warna (khususnya) pakaian imam. Warna yang dijumpai sepanjang tahun liturgi antara lain putih, merah, ungu, hitam, jingga, hijau dan biru. Berikut warna liturgi dan beberapa dasar biblisnya. 1. Putih bermakna kegembiraan, kemurnian, kepolosan, dan kemuliaan (Dan 7:9; Mrk 9:2-3, Why 3:4-5). Warna liturgi putih, bila dalam situasi mendesak boleh diganti kuning atau emas (warna cahaya) bila perayaan lebih bernada kemuliaan atau kemenangan (Kej 1:3-5, Yes 45:7). 2. Merah melambangkan darah kemartiran ilahi (Roh Kudus), cinta, pengorbanan, dukacita, mati raga, penantian (Kel 28:31,33; Sir 10:9, Yer 6:26). 3. Ungu adalah percampuran antara warna merah (yang melambangkan panas yang menggairahkan, dan biru (yang berarti ketakberwujudan yang tak terbatas). 4. Hitam dimaknai sama dengan ungu, namun warna hitam terasa lebih kuat penekanannya. 5. Jingga dihasilkan dari percampuran warna merah (cinta ilahi) dengan putih (kebijaksanaan ilahi). Jingga melambangkan sukacita sebagaimana terungkap dari makna percampuranan antara warna merah. 6. Hijau melambangkan kesuburan (warna tumbuhan), harapan (Kej 1:11-12, Ul 32:2, Luk 23:31). 7. Biru berarti kebijaksanaan ilahi yang dihembuskan oleh Roh Kudus (Yoh 3:8). Biasanya digunakan untuk perayaan liturgi Marialis, yang berkaitan dengan Bunda Maria. Gbr 64. Pluviale Gold


S A K R A M E N E K A R I S T I Structure Of Liturgy Norma Umum Berbusana Liturgi Busana Dasar Diakon Imam Uskup Sufragan Uskup Agung Amik (bila perlu) + Stola + Stola + Mitra + Palium Alba (yang putih!) + Dalmatik + Kasula + Tongkat Gembala Single (bila perlu) Busana Awam Jangan Sama dengan Klerus Mungkin kita pernah melihat bahwa seorang bapak pembagi komuni berbusana mirip seorang imam, dengan memakai “semacam stola”; atau mirip seorang uskup, lengkap dengan jubah putih dan singel besar ungu (karena masa Prapaskah atau Adven), beserta salib pektoralnya. Instruksi Redemptionis Sacramentum mengingatkan bahwa “umat awam tidak pernah boleh bertindak atau berbusana liturgis seperti seorang imam atau diakon, atau memakai busana yang mirip dengan busana dimaksud” (RS 152). Maksud larangan itu adalah untuk menghindari kerancuan simbolis, atau terutama untuk tidak mengaburkan apa yang menjadi tugas khas masing-masing (RS 151). SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 31 Gbr 65b. Liturgical Year Gbr 65a. The Liturgical Year: Spiraling Adventure of the Spiritual Life


S A K R A M E N E K A R I S T I Maksud Aneka Warna Busana Liturgis Peraturan tentang warna liturgis secara khusus berlaku untuk busana liturgis. Ada aneka warna yang digunakan. Maksud keanekaragaman warna busana liturgis itu adalah: 1. Untuk secara lahiriah dan berhasil guna mengungkapkan ciri khas misteri iman yang dirayakan; 2. Dalam kerangka tahun liturgi, untuk mengungkapkan makna tahap-tahap perkembangan dalam kehidupan kristen (PUMR 345). Kapan Menggunakan Warna Tertentu 32 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA No. Warna Digunakan Pada 1 PUTIH • Masa Paskah, Natal, Perayaan-perayaanTuhan Yesus (kecuali Peringatan Sengsara-Nya) • Pesta Maria • Para Malaikat • Orang Kudus yang bukan Martir • Hari Raya Semua Orang Kudus (1 Nov) • Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis (24Jun) • Pesta Santo Yohanes, Penulis Injil (27Des) • Pesta Santo Petrus, Rasul (22 Feb) • Pesta Bertobatnya Santo Paulus, Rasul(25 Jan) • Bisa dipakai untuk Misa Ritual (PUMR347). 2 MERAH • Minggu Palma • Jumat Agung • Minggu Pentakosta • Perayaan Sengsara Tuhan • Pesta Para Rasul dan Penulis Injil(kecuali Santo Yohanes) • Perayaan para Martir. 3 HIJAU Masa Biasa sepanjang tahun. 4 UNGU • Masa Adven dan Prapaskah • Liturgi Arwah 5 HITAM Misa Arwah (meskipun sudah jarang digunakan) 6 MERAH JAMBU Minggu III Adven (Gaudete) dan Minggu Prapaskah IV (Laetare), jika memang sudah biasa (PUMR 346) Gbr 66. Tahun Liturgi


S A K R A M E N E K A R I S T I 3. Perabot Panti Imam Untuk perayaan Sakramen Ekaristi diperlukan: Altar, Ambo, Kursi Imam, Salib, Tempat lilin, dsb yang ditata di panti imam. Perabot Utama Misa 1. Altar 2. Mimbar/Ambo 3. Kursi Imam Gbr 67. Perabot Panti Imam Gbr 69 Mimbar/Ambo Gbr 68. Altar Gbr 70 Kursi Imam


S A K R A M E N E K A R I S T I PUMR 296 Altar merupakan [1] tempat untuk menghadirkan kurban salib dengan menggunakan tanda-tanda sakramental. Sekaligus altar merupakan [2] meja perjamuan Tuhan. Dalam Misa umat Allah dihimpun di sekeliling altar untuk mengambil bagian dalam perjamuan itu.Altar merupakan juga [3] pusat ucapan syukur yang diselenggarakan dalam Misa. PUMR 309 Keagungan sabda Allah menuntut agar dalam gereja ada tempat yang serasi untuk pewartaan sabda, yang dengan sendirinya menjadi pusat perhatian umat selama Liturgi Sabda. Sebaiknya tempat pewartaan sabda itu berupa mimbar (ambo) yang tetap, bukannya “standar” yang dapat dipindah-pindahkan. PUMR 310 Kursi imam selebran harus melambangkan kedudukan imam sebagai pemimpin jemaat dan mengungkapkan tugasnya sebagai pemimpin doa. Salib dengan Tubuh Yesus menghadap ke umat, untuk mengenangkan pengurbanan Yesus, yang secara sakramental dihadirkan kembali dalam Misa Kudus. Gbr 71. Altar Gbr 74. Salib dengan Tubuh Yesus Gbr 72. Mimbar/Ambo Gbr 73. Kursi Imam


S A K R A M E N E K A R I S T I 4. Peranti Liturgis a. Peranti Liturgis Peranti liturgis adalah perlengkapan yang dipakai dalam perayaan liturgi. Kali ini kita akan bahas beberapa piranti yang dipakai secara khusus dalam Perayaan Ekaristi. Secara khusus digunakan juga istilah “bejana kudus” (Istilah Latin: de sacris vasis, dalam PUMR bab VI, III) untuk menyebut tempat hosti/Tubuh Kristus (patena, sibori, monstrans) dan tempat anggur/Darah Kristus (piala). Kita mengelompokkan “bejana kudus” sebagai bagian dari peranti liturgis untuk Misa, yang termasuk di antaranya purifikatorium, palla, korporale, sendok, serta ampul dan lavabo. 1. SIBORI DAN PATENA Sibori dan patena digunakan untuk tempat Hosti. Kedua benda ini sebenarnya mempunyai fungsi yang sama, yakni untuk mewadahi hosti. Bedanya, sibori biasanya untuk mewadahi hosti-hosti kecil dalam jumlah banyak, sedangkan patena biasanya hanya untuk mewadahi hosti besar atau beberapa hosti saja. Ada beragam model sibori. Sibori sendiri sebenarnya berarti piala dari logam (Kata Latin: cyborium). Maka, kini masih bisa kita jumpai bentuk sibori yang seperti piala untuk minum. Untuk membedakan dengan piala, biasanya sibori memiliki penutup di atasnya. Dulu masih ditambahi kain penutup yang berhias. Sibori gaya baru lebih beragam. Kebanyakan tak lagi berbentuk piala dan tak harus terbuat dari logam. Ada yang terbuat dari keramik, gelas, atau bahkan kayu. Tentu tidak sembarang bahan bisa dipakai. Konferensi Wali gereja setempat dapat memutuskan bahan apa saja yang dapat dipakai (PUMR 329). Yang harus diperhatikan adalah bagaimana benda itu dapat ditampilkan secara patut-layak-pantas, sebaiknya juga dengan keindahannya yang tidak perlu lagi berlebihan. Maklumlah, yang akan diletakkan di dalamnya adalah Tubuh Kristus sendiri. Tempat lainnya dikenal juga sebagai pyxis. Berbentuk kecil, untuk beberapa hosti saja, yang digunakan untuk mengantar Sakramen Mahakudus kepada orang sakit (viatikum). Gbr 75. Peranti Liturgis Gbr 76. Sibori dan Patena Gbr 77. Pyxis


S A K R A M E N E K A R I S T I 2. PIALA atau CAWAN Umumnya kita lebih sering menyebut tempat anggur itu sebagai piala daripada cawan. Kalau mau mengikuti bahasa Latin bisa juga, yakni calix. Piala semacam itu mempunyai nilai simbolis lebih kuat daripada sibori, tempat hosti/roti. Piala yang dipakai dalam Liturgi Ekaristi itu adalah simbol piala Kesengsaraan Kristus, tempat kurban ilahi, seperti diucapkan Yesus dalam Perjamuan Malam Terakhir-Nya. Jadi, piala itu diseta rakan dengan penderitaan Kristus (“... ya Bapa, ambillah cawan ini daripada-Ku”, Mrk 14:36). Darah Kristus yang dilambangkan dengan anggur dituangkan di dalamnya. Maka, sudah selayaknya bila bentuk fisik piala pun dibuat sedemikian rupa sehingga tetap menjaga nilai tinggi dari yang dimuatnya. Bentuk dan bahan untuk membuat piala bisa beraneka ragam. Yang penting, jangan sampai anggur yang diwadahi tercemari oleh bahan baku untuk piala itu. Maka, biasanya lapisan emas yang cukup diperlukan untuk piala yang terbuat dari logam supaya anggurnya tidak bercampur dengan bahan logam itu. Kalau tercampur, wah rasanya amat tidak enak karena rasa logamnya seperti menempel di mulut. b. Kualitas Khusus untuk Bejana Kudus Instruksi Redemptionis Sacramentum (RS 116) secara tegas tidak menyetujui “penggunaan bejana-bejana biasa atau bejana yang tidak bermutu atau tidak mempunyai nilai estetis apa pun atau yang berupa hanya penampung, dan juga bejana-bejana yang dibuat dari kaca, tanah liat, atau bahan lain yang mudah pecah”. Anjuran ini mau menjaga kesucian benda-benda itu, sekaligus menjaga “perasaan religius” umat beriman. Bayangkanlah jika tiba-tiba ada kecelakaan kecil sehingga bejana kudus yang terbuat dari bahan yang bisa pecah itu sungguh pecah ketika sedang digunakan dalam Misa. Gbr 78. Macam-macam Piala Gbr 79. Bejana Kudus


37 S A K R A M E N E K A R I S T I 3. Kain-Kain bagian dari Piala Purifikatori adalah kain putih untuk membersihkan piala, sibori dan patena. Palla adalah kain keras putih persegi empat untuk menutupi piala untuk melindungi dari kemungkinan masuknya kotoran. Sedangkan korporale merupakan kain taplak putih untuk alas piala, sibori dan patena. Ketiga benda itu biasanya diterakan sebuah gambar salib kecil. Sebelum digunakan, ketiga benda ini biasanya diletakkan pada piala. Urutan meletakkannya (dari bawah ke atas) adalah purifikatori, patena (jika dipakai!), palla, korporale. Dulu, setelah purifikatori, sering juga dimasukkan sendok kecil yang dipakai untuk menciduk air dan mencampurkannya dengan anggur ke dalam piala. Mungkin penggunaan sendok kecil masih dapat kita jumpai pada zaman sekarang. Namun, sudah banyak imam yang tidak lagi menggunakan sendok kecil semacam itu dan langsung menuangkan sedikit air ke dalam piala yang sudah berisi anggur. 4. Ampul Anggur dan air yang diperlukan untuk Liturgi Ekaristi dibawa dalam ampul. Ampul adalah dua bejana atau semacam cangkir, yang satu tempat anggur, satu lagi untuk tempat air matang. Biasa nya, masing-masing ampul itu diberi tanda, entah tulisan atau gambar anggur dan air untuk memudahkan mana ampul untuk anggur dan air. Ampul yang berisi anggur (bisa juga dengan yang berisi air) inilah yang semestinya dibawa mendampingi sibori yang berisi hosti dalam perarakan persembahan. Gbr 80. Purifikatori, Palla, Korporale, dan sendok Gbr 81. Ampul tempat anggur dan air


S A K R A M E N E K A R I S T I 5. Lavabo Tempat untuk cuci tangan imam Selebran ini bisa beraneka pula bentuknya. Biasanya berupa bejana atau kini sudah lazim dalam rupa mangkuk. Bahannya macam-macam, ada yang dari logam, keramik, atau gelas. Yang penting bisa menampung air bersih, tidak perlu air matang. Sebuah serbet atau handuk kecil biasanya menemani lavabo untuk mengelap/mengeringkan tangan. Lavabo (Latin lavare = mencuci, membasuh, membersihkan) digunakan jika memang diperlukan, khususnya dalam persiapan persembahan. 6. Monstran Meskipun tidak langsung dipakai dalam Perayaan Ekaristi, monstran (Latin: monstrare = menunjukkan, memperlihatkan) berkaitan erat dengan Sakramen Ekaristi. Benda agung dan indah yang ber kaca itu dipakai untuk menunjukkan Tubuh Kristus dalam rupa hosti besar yang digunakan untuk adorasi atau penghormatan kepada Sakramen Mahakudus. 7. Pedupaan Pedupaan digunakan untuk menambah suasana kemeriahan dalam Perayaan Ekaristi. Kepulan asap dan aromanya membawa umat ke alam surgawi. Bahkan bunyi rantai dan gemercing lonceng- lonceng kecil yang menghiasi pedupaan itu juga menambah suasana mistis, sakral (PUMR 349. Bukubuku liturgis, khususnya Kitab Injil (Evangeliarium) dan Buku Bacaan Misa (Lectionarium) yang dimaksudkan untuk pewartaan Sabda Allah harus diperhatikan secara saksama. Sebab bukubuku itu merupakan tanda dan simbol alam surgawi. Buku-buku seperti itu harus sungguh bermutu, anggun, dan indah, serta mendapat penghormatan khusus. Gbr 82. Lavabo utk cuci tangan Gbr 83. Monstrans Gbr 84. Pedupaan Gbr 85. Buku-2 Liturgis


39 D. Tata Gerak Umat dalam Tata Perayaan Ekaristi 2020 PUMR 42 Tata gerak dan sikap tubuh imam, diakon, para pelayan, dan jemaat haruslah dilaksanakan sedemikian rupa sehingga: 1.Seluruh perayaan memancarkan keindahan sekaligus kesederhanaan yang anggun; 2. Makna aneka bagian perayaan dipahami secara tepat dan penuh; 3.Partisipasi seluruh jemaat ditingkatkan. Oleh karena itu, ketentuan hukum liturgi dan tradisi Ritus Romawi serta kesejahteraan rohani umat Allah harus lebih diutamakan daripada selera pribadi dan pilihan yang serampangan.Sikap tubuh yang seragam menandakan kesatuan seluruh jemaat yang berhimpun untuk merayakan Liturgi Kudus. Sebab sikap tubuh yang sama mencerminkan dan membangun sikap batin yang sama pula. 1. Tanda Salib Tanda salib, sebelum Ekaristi dimulai, dilakukan ketika memasuki gereja, sambil menandai diri dengan air suci yang ada di samping pintu masuk gereja. Tanda salib dengan air suci ini menunjukkan dan mengingatkan pembaptisan mulia yang telah kita terima. Tanda salib pertama di dalam Ekaristi adalah saat mulai Ekaristi. Tanda salib kedua dalam Ekaristi adalah saat berkat akhir perayaan Ekaristi atau saat berkat perutusan. Kita juga membuat tanda salib ketika menerima percikan air suci kalau dibuat sebagai pengganti Pernyataan Tobat. Tanda salib saat diperciki ini mengungkapkan kesadaran kita sebagai anakanak Allah dan kesetiaan kita pada janji baptis. Memulai bacaan Injil dengan membuat tanda salib pada dahi, mulut, dan dada. Tanda salib kecil ini mengungkapkan hasrat agar budi diterangi, mulut disanggupkan untuk mewartakan, dan hati diresapi oleh Sabda Tuhan. Ini dilakukan oleh Diakon/imam yang membacakan Injil dan oleh semua yang mengikuti perayaan. Gbr 86 Pendupaan Gbr 87. Pendupaan sebelum Bacaan Injil Gbr 88. Membuat Tanda Salib Gbr 89. Membuat tanda Salib di dahi, bibir dan dada sebelum membaca/mendengarkan Injil.


S A K R A M E N E K A R I S T I 2. Berdiri Kita berdiri ketika saat-saat berikut: Pertama, kita berdiri saat menyambut Imam dan para Pelayan yang berarak menuju ruang altar. Sikap ini menunjukkan penghormatan kepada Allah yang datang dan hadir di tengah-tengah umat. Saat ini, kita berdiri dari awal hingga Doa Kolekta. Kedua, kita berdiri ketika pemakluman Injil. Sikap berdiri pada saat ini adalah tanda hormat pada Tuhan Yesus Kristus yang bangkit dan yang hendak memaklumkan sabda- Nya. Ketiga, kita pun berdiri saat mengucapkan Syahadat, untuk memperbarui pengakuan iman sebagai tanda kesediaan menjadi saksi iman. Keempat, selanjutkan kita akan berdiri ketika menyampaikan doa umat. Berdiri ketika doa umat berarti tanda hormat kepada Allah yang setia mendengarkan dan mengabulkan doa-doa umat. Kelima, kita berdiri ketika memulai Doa Syukur Agung (prefasi) hingga Kudus. Ini adalah tanda hormat dan syukur kepada Allah. Selanjutnya, kita akan berdiri ketika mengucapkan atau menyanyikan Bapa Kami sebagai tanda pujian dan permohonan. Terakhir, kita berdiri ketika Imam mengucapkan Doa sesudah Komuni, sebagai tanda syukur dan saat berkat penutup sebagai tanda kesiapsediaan kita untuk diutus mewartakan kabar sukacita. 3. Berlutut Kita akan berlutut saat-saat berkut ini. Pertama, kita berlutut ketika mengucapkan “... Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (untuk Syahadat Nikea), atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (untuk Syahadat Para Rasul), khusus pada Hari Raya Kabar Sukacita dan pada Hari Raya Natal. Kita hormat kepada kesedian dan kebebasan Allah untuk menyelamatkan kita. Pada saat konsekrasi dalam Doa Syukur Agung, atau sejak sesudah Kudus sampai akhir Doa Syukur Agung sesuai kebiasaan setempat, kita pun berlutut. Kita berlutut sebagai tanda hormat dan pujian. Kita juga berlutut ketika mempersiapkan diri pada waktu sebelum menerima komuni, dan meresapkan kehadiran Tuhan Yesus di dalam hati pada waktu sesudah komuni, sebagai sikap sembah sujud untuk hormat kepada Allah. 4. Menebah dada Dibuat ketika mengucapkan kata-kata “... Saya berdosa, saya berdosa, saya sungguh berdosa...” pada pernyataan Tobat: Saya Mengaku (Ritus Pembuka), sebagai tanda tobat dan penyesalan. Gbr 90. Berdiri Gbr 74. Gbr 92. Menebah dada Gbr 91. Berlutut


S A K R A M E N E K A R I S T I 5. Menundukkan Kepala Kita menundukkan kepala ketika menerima berkat sebagai tanda kesediaan dan kerendahan hati. 6. Membungkuk Kita membungkuk ketika mengucapkan “la dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria dan menjadi manusia” (untuk Syahadat Nikea), atau “yang dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria” (untuk Syahadat Para Rasul). Kita pun membungkuk ketika Imam berlutut sesudah konsekrasi, dilakukan oleh mereka yang tidak berlutut pada saat konsekrasi. 7. Mengatupkan Tangan Kita mengatupkan tangan ketika akan menerima komuni (mengatupkan tangan di dada) sebagai ungkapan kesetiaan pada Tuhan. 8. Duduk Kita duduk juga ketika Kitab Suci dibacakan (selain Injil) sebagai ungkapan kesediaan mendengar dan merenungkan Sabda Tuhan. Persiapan persembahan, kita pun duduk sebagai ungkapan kesediaan memberi diri kepada Tuhan dengan penuh penyerahan. Duduk terakhir ketika petugas membacakan pengumuman, sebagai ungkapan kesediaan mendengar dan melaksanakan tugas kewajiban. 9. Membunyikan Bel Putra altar dapat membunyikan bel sebagai tanda bagi umat pada saat sebelum konsekrasi Hosti dan Piala diperlihatkan kepada umat sesudah konsekrasi masing-masing. SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA 41 Gbr 92. Menundukan kepala Gbr 93. Membungkukkan badan Gbr 94. Mengatupkan Tangan Gbr 95. Duduk Gbr 96. Saat bel dibunyikan


E. Sikap Umat dalam Tata Perayaan EkaSaat TPE 2005 TPE 2020 InderaRITUS PEPerarakan Berdiri Berdiri BernyanTanda Salib Berdiri Berdiri Bersama ImSalam Berdiri Berdiri Menjawab IPengantar Berdiri Berdiri MendengaTobat (4 cara) (Tobat Cara 4 dengan percikan air) Berdiri (berlutut) Berdiri Bersama ImmenyatakBerdiri Berdiri HeningTuhan Kasihanilah Berdiri Berdiri Bersama Immenyatakann42 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


aristi 2020 a Gerakan Keterangan TPE Umat hlm EMBUKA nyi Imam dan pelayan saja menghormat altar dgn membungkuk khidmat (atau berlutut) 15 mam TANDA SALIB 16 Imam 3 salam + 1 salam uskup 16-17 arkan 18 mam kan Menebah dada(Tobat Cara1) Tidak membuat tanda Salibsaat absolusi umum 18-23 g TANDA SALIB Ketika kena recikan air 87 mam nya Dinyanyikan stlh Tobat Cara 1 24 S A K R A M E N E K A R I S T I


Madah Kemuliaan Berdiri Berdiri Bersama ImmenyatakannDoa Kolekta Berdiri Berdiri Mendengarkmenjawab ASaat TPE 2005 TPE 2020 InderaLITURGIBacaan I Duduk Duduk AktifmendengarkMazmur Tanggapan Duduk Duduk Mengulang reulanganBacaan II Duduk Duduk AktifmendengarkBait Pengantar Injil Berdiri Berdiri Mengulang reBacaan Injil Berdiri Berdiri Aktifmendengark43 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


mam nya 25 an & Amin 27 a Gerakan Keterangan TPE Umat hlm I SABDA f kan Tidak membaca sendiri 28 efrein/ n Aklamasi wajib 28 f kan Tidak membaca sendiri 28-29 efrein 29 f kan Tanda Salib kecil di dahi, mulut, dada Tidak membaca sendiri 29 S A K R A M E N E K A R I S T I


Aklamasi sesudahInjil Berdiri Berdiri MenjawTerpujilah KHomili Duduk Duduk AktifmendengarkSyahadat Berdiri Berdiri Bersama ImmenyatakannDoa Umat Berdiri Berdiri AktifmendengarkanmenjawSaat TPE 2005 TPE 2020 InderaLITURGI EPersiapan Persembahan Duduk Duduk Bernyanyi/hDoa atas Persembahan Berdiri Berdiri Mendengarkmenjawab: A44 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


ab: Kristus I: Demikianlah Sabda Tuhan 30 f kan Tidak membuat tanda Salib 30 mam nya Membungkuk padateks cetak miring berlutut saat HR KabarSukacita dan HR Natal 31-34 f n dan wb 34-36 a Gerakan Keterangan TPE Umat hlm EKARISTI hening Wakil umat bisa mengantar bahan-bahan persembahan 37-39 an & Amin 39 S A K R A M E N E K A R I S T I


DOA SYUKUDialog Pembuka Berdiri Berdiri Aktif menjPrefasi Berdiri Berdiri HeningKudus Berdiri Berdiri Bersama meDSA I s/d IV Berlutut/berdiri Berlutut/berdiri Hening, mensetiap doa ydisampaiDSA Rekonsiliasi I & II DSA Untuk berbagai keperluan (4 macam) Konsekrasi roti dan anggur Berlutut/berdiri Berlutut/berdiri Memandadengan hormAnamnese Berlutut/berdiri Berlutut/berdiri Menjawab ajImamDoksologi Berlutut/berdiri Berlutut/berdiri Hanya menjaAminBapa Kami Berdiri Berdiri Didoakadinyanyikan be45 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


UR AGUNG awab 40 g Ada 60 jenis 41 emuji 41 ngikuti yang kan Kebiasaan di Indonesia setelah Kudus umat berlutut Buku TPE umat hanya menyediakan DSA II 42-54 ang mat Penghayatan pribadi Tidak membuat tanda Salib. Ketika Imam berlutut, umat yang bediri membungkuk 45-46 akan m Tidak diakhiri dengan Amin 46-50 awab n 53-54 an/ ersama Penghayatan pribadi Tidak diakhiri dengan Amin 55-57 S A K R A M E N E K A R I S T I


Embolisme Berdiri Berdiri Menjawab IDoa Damai Berdiri Berdiri Menjawab: Pemecahan Hosti Berlutut/berdiri Berdiri Bersama menyAnak DombaPersiapan Komuni Berlutut/berdiri Berlutut/berdiri Memandangmenjawab: Tuhtidak pantas …Komuni Berarak/Berjalan Berarak/Berjalan Mengecap T(dan atau DKristus yadisambuPembersihan Bejana Duduk Saat hening Duduk Doa sesudah komuni Berdiri Berdiri Mendengarkanmenjawab: A46 SEKOL AH PEMANDU KATEKESE UMAT KEUSKUPAN SURABAYA


Click to View FlipBook Version