The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

KUMPULAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by milmayasmi78, 2022-08-23 05:03:41

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3

KUMPULAN KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3

Koneksi Antar Materi Modul 3.1.A. Pengambilan
Keputusan sebagai Pemimpin Pembelajaran

DITULIS OLEH MILMA YASMI

DALAM MEMENUHI TUGAS PENDIDIKAN GURU PENGGERAK

Yuuk ...disimak sebuah pernyataan yang disampaikan oleh Bob Talbert:

"Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah
yang terbaik" (Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).

Mencermati pernyataan tersebut menyentuh hati saya bahwa tidaklah perlu banyak menuntut kepada
murid, namun perlu mengajarkan nilai-nilai yang akan tertanam dalam diri murid sebagai bekal
mengarungi masa depannya nanti. Tujuannya untuk apa? mendapat keselamatan dan kebahagiaan
dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin makhluk di muka bumi . Mampu mengambil
keputusan yang bersandar pada nilai-nilai kebajikan, serta bijaksana.

Hasil pembelajaran yang diterima murid akan sangat berpengaruh dengan keputusan yang akan
diambil. Begitupun bagi seorang guru, jika guru tersebut memiliki nilai-nilai kebajikan yang menghiasi
hidupnya maka keputusan yang diambil akan berpihak pada yang benar dan berpihak pada murid.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran, harus mampu memoles murid-muridnya agar tersirami
qalbunya dengan nilai-nilai kebajikan universal. Tentu hal ini dapat dilakukan dengan memberikan
tauladan di tengah-tengah murid, baik ketika di dalam kelas maupun di lingkungan lainnya.

Selama mengikuti pendidikan guru penggerak sampai saat ini, ada banyak perubahan yang kami alami.
Pembaca setia yang budiman, yuuuk disimak, semoga bermanfaat.

A. Bagaimana pandangan Ki Hajar Dewantara dengan filosofi Pratap Triloka memiliki
pengaruh terhadap bagaimana sebuah pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin
pembelajaran diambil?

Bapak pendidikan yang tak pernah lekang dengan waktu dan tak tergantikan dengan zaman. Ruh
pendidikan di Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan Bapak Ki Hajar Dewantara (KHD), yang
memiliki nama asli Soewardi Soerjaningrat sejak tahun 1992.

Ki Hajar Dewantara menyampaikan bahwa tujuan pendidikan merupakan proses menuntun segala
kodrat yang ada pada murid, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Pandangan KHD yang dikenal dengan filosofi Pratap Triloka, yang merupakan asas-asas pendidikan.
Hal ini berperan penting bagi seorang guru, terutama menjalankan perannya pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran.

Pratap Triloka dikenal dengan semboyan Ing ngarso sung tuludo, ing madya mangun karso, Tut wuri
handayani. Semboyan ini memiliki arti bahwa "di depan memberi teladan", "di tengah membangun
motivasi", dan "di belakang memberikan dukungan".

Seorang guru sebagai pemimpin pembelajaran, berpedoman dengan filosofi Pratap Triloka. Keputusan
yang diambil memperhatikan keselamatan murid, yang mana guru sebagai teladan, motivator, serta
memberikan dukungan kepada muridnya. Sehingga, mampu mendampingi tumbuh kembang anak
sesuai kodrat alam dan kodrat zamannya.

Takdir menjadi guru tidak bisa terelakkan sebagai teladan bagi murid-muridnya. Karakter baik yang
dipancarkan dari jiwa ikhlas seorang guru akan terus diingat murid, begitupun sebaliknya. Bahkan
mampu menggerakan motivasi dalam diri murid ketika mampu disentuh hatinya. Melayani murid
dengan sepenuh jiwa yang berlandaskan kasih sayang akan memberikan kesempatan tumbuh kembang
murid secara optimal dan penuh percaya diri.

Keputusan yang diambil oleh seorang guru tentu akan mempertimbangkan nilai-nilai kebaikan yang
ada dalam dirinya. Pengambilan keputusan yang dapat membangun motivasi murid untuk terus maju
dalam mewujudkan impiannya. Serta memberikan dukungan penuh terhadap usaha murid untuk terus
menjadi lebih baik sebagai makhluk yang bermanfaat bagi orang lain.

Untuk itu kecakapan yang harus dimiliki seorang guru agar dapat menciptakan lingkungan yang positif,
kondusif, aman dan nyaman adalah keterampilan mengelola emosi dan coaching. Komunikasi akan
mudah, lembut, dan lancar, enak didengar murid, tentu menggunakan bahasa kasih sayang.

Sentuhan bahasa kasih yang setiap murid akan berbeda. Sering pula ditemukan anak yang bermasalah
di kelas, kemampuan menjadi seorang coach akan sangat dibutuhkan dalam hal ini. Di sini dapat
berperan sebagai motivator dan memberi dukungan penuh atas keputusan yang diambil murid.

Salah satu model coaching adalah model TIRTa (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan Tanggung
jawab). Model coaching ini, dapat digunakan seorang guru dalam menuntun murid menemukan potensi
yang dimilikinya. Hal ini dapat memanfaat cara komunikasi positif melalui pertanyaan yang reflektif,
dimana akan menstimulasi murid melakukan metakognisi.

Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga akan membantu murid berpikir secara
kritis dan mendalam. Sehingga, murid dapat mengembangkan potensinya secara optimal.

Murid akan mampu mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Melalui coaching keputusan yang
telah diambil dapat dikaji lagi dengan merefleksi kembali apa yang sudah diputuskan. Sebuahputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan karena setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin
pembelajaran akan mempengaruhi keberhasilan masa depan murid.

Keputusan yang tetap berlandaskan asas filosofi KHD, mengacu pada nilai-nilai kebajikan universal.
Guru yang ditiru dan digugu berupaya memantaskan dirinya agar memberikan tauladan baik, sehingga
pancaran nilai kebajikan dalam dirinya akan berimbas pada anak muridnya yang sedang menjalani
proses menuju keselamatan dan kebahagiaan.

B. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip
yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Kita dilahirkan dan dibesarkan sesuai polesan orang tua dan lingkungan. Secara alamia setiap individu
memiliki nilai-nilai yang telah tertanam sejak lahir. Manusia secara fitra memiliki nilai-nilai kebajikan,
dalam hati yang paling dalam.

Nilai-nilai kebajikan seperti jujur, tanggung jawab, kasih sayang, pengertian, bersyukur, budi baik,
berprinsip, integritas, adil, sabar, peduli, percaya diri, dan sebagainya. Semakin tumbuh seiring
dipupuk dan dipelihara dalam kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai positif ini akan tertancap kuat disanubari, yang akan mewarnai kehidupan sehari-hari di
dunia kerja. Peran sebagai guru yang ditiru dan digugu, mengharuskan nilai-nilai ini ada dalam
keseharian kita. Nilai-nilai keabjikan yang dimiliki secara alamiah akan dijadikan bahan rujukan atau
inspirasi bagi murid maupun warga sekolah.

Guru dalam menjalankan perannya ini, akan berhadapan dengan masalah yang menuntut pengambilan
keputusan. Pengambilan keputusan yang beretika dan bijaksana. Terkadang tidak bisa dihindarkan
apakah nanti akan ditemukan pada dilema etika (benar lawan benar) atau bujukan moral (benar lawan
salah).

Hal ini membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Poin penting untuk dijadikan pedoman
dalam pengambilan keputusan berkiblatlah dengan mempertimbangkan nilai-nilai kebajikan universal,
kepentingan berpihak pada murid, meningkatkan kualitas pembelajaran, serta dapat dipertanggung
jawabkan.

Prinsip yang dapat dipegang dalam mengambil keputusan menghadapi dilema etika ada tiga, yaitu
berpikir berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli.

Sejalan dengan nilai dalam diri guru penggerak yang saya buat dengan akronim MarkiBe, yakni
Mandiri, Reflektif, Kolaboratif, inovatif, berpihak pada murid. Ketika mengambil suatu keputusan kita
diharuskan mampu berpikir kritis, reflektif, dan berpihak pada murid. Hal ini akan menunjang
keberhasilan dan ketepatan dalam pengambilan keputusan.

C. Bagaimana kegiatan terbimbing yang kita lakukan pada materi pengambilan keputusan
berkaitan dengan kegiatan 'coaching' (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator
dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan
yang telah kita ambil. Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut. Hal-hal ini
tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada modul 2 sebelumnya.

Materi Coaching pada pendidikan guru penggerak ini sangat berguna dalam menjalankan peran sebagai
guru. Iya salah satu peran guru penggerak adalah menjadi coacah bagi guru lain, serta menjalar pula
pada murid. Ilmu ini merupakan skill yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu problem yang
ditemui, baik diri sendiri maupun orang lain.

Apabila dikaitkan dengan pembelajaran yang merdeka, hal ini tentu menjadi penuntun murid dalam
menggapai keberhasilan pembelajaran di kelas.

Pentingkah ini di sekolah? Tentu sangat penting. Prinsip coaching menuntun guru maupun murid
menemukan solusinya sendiri. Hal ini akan mendorong mereka dapat menemukan potensi yang
terpendam. Pertanyaan-pertanyaan yang berbasis coaching akan menuntun coachee mengambil
keputusan sendiri dan dapat dipertanggung jawabkan.

Guru yang selalu bergelut dengan murid, rekan kerja, serta lingkungan kerja tentu akan lebih mantap
dengan berbekal sebagai seorang coach. Guru akan mampu menjalankan perannya sebagai coach untuk
menuntun lakunya murid menuju kebahagian dan keselamatan. Hal ini tentu akan mendukung
berjalannya kondisi lingkungan pendidikan yang berpihak pada murid, murid, dan murid.

D. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya
akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan?

Guru yang memiliki ilmu yang banyak, belum tentu diterima murid di kelas. Seorang guru yang
berperan sebagai pemimpin pembelajaran, jika ingin menakhlukkan murid menjadi keharusan
memahami psikologinya. Guru seharusnya menyempatkan untuk memahami kondisi sosial dan
emosional murid, tentu setelah guru tersebut memahami dirinya terlebih dahulu. Guru mampu
mengelola emosinya dalam bersentuhan dengan dunia mendidik dan mengajar di sekolah.

Persiapkan terlebih dahulu diri kita saat di kelas menjadi pribadi yang memikat, baru bisa menyelami
dunia mereka, serta dapat satu frekuensi dengan mereka. Kehadiran guru di dalam kelas dapat diterima
dengan baik, materi pelajaran akan mudah diserap dan termotivasi untuk menakhlukkan tantangannya.
Serta, yang terpenting terjalin komunikasi yang terbuka, sehingga mampu mengabil keputusan yang
disepakati bersama-sama dengan gembira dan tanpa tekanan.

Seorang murid tentu akan mampu mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan dalam
menghadapi masalahnya, dengan didampingi oleh guru atau mandiri. Iya, guru berperan penting
melatih dan menyediakan kesempatan pada mereka berlatih mengambil keputusan yang tepat dan
bijaksana.

Oleh karena itu guru sangat penting memahami aspek sosial dan emosionalnya agar mampu
mengambil keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan kasus yang termasuk dilema
etika di lingkungan sekolah atau kelas. Jadi kemampuan seorang guru dalam mengelola dan menyadari
aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan keputusan.

E. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali
kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik.

Kehidupan ini tidak akan terlepas dari masalah, entah itu dilema etika maupun bujukan moral.
Kehidupan di lingkungan sekolah lebih lagi, karena berhadapan dengan orang banyak dan dari latar
belakang yang beragam. Seorang guru sangat memerlukan keterampilan dalam menjalin hubungan
sosial dan mengambil sebuah keputusan.

Suatu hal yang lumrah, jika masih mengalami kesalahan jika belum mendapatkan ilmunya. Melalui
pendidikan guru penggerak ini saya bersyukur bisa mendapatkan ilmu tentang bagaiamana mengambil
keputusan yang tepat.

Oleh karena itu, ketika saya harus menghadapi masalah dan diminta mengambil suatu keputusan, insya
Allah akan menggunakan rumus 4,3 dan 9.

Saya akan mengkajinya dengan menelisik nilai-nilai kebajikan mana yang bertentangan, kemudian
menelususri siapa yang terlibat, serta akan melakukan pengujian benar lawan sala, benar lawan benar,
melakukan prinsip resolusi dengan menggunsksn 3 prinsip pengambilan keputusan, akan
menginvestigasi apakah unsur opsi trilema, baru mengambil keputusan, dan yang terakhir mengujinya
dengan melihat lagi dan merefleksi keputusan yang diambil.

Kita harus memegang teguh tujuan memuliakan murid, berpihak pada murid, meningkatkan kualitas
pembelajaran, serta dapat dipertanggung jawabkan. Tentu hal ini akan sangat dipengaruhi oleh latar
belakang nilai-nilai yang dianut oleh seorang guru tersebut. Jika baik budinya maka keputusan yang
diambil akan berpihak pada murid dan dapat dipertanggung jawabkan, pun sebaliknya.

F. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya
lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan bersentuhan dengan pengambilan keputusan, suka atau
tidak suka. Sebuah pengambilan keputusan diharapkan mampu membuat kondisi aman, nyaman, dan
kondusif. Pengambilan keputusan yang tepat tentu harus dilatih dengan pedoman yang sesuai
instrumen pengambilan keputusan yang berdampak pada murid di sekolah.

Langkah pertama, guru harus mampu membedakan apakah kasus yang dihadapi merupakan dilema
etika atau bujukan moral. Setelah jelas dilema etika, lakukan pengujian selanjutnya, agar sampai pada
pengambilan dan pengujian keputusan yang telah diambil. Ingat, insturmen yang harus dipegang dalam
mengambil keputusan adalah sembilan langkah dalam pengambilan dan pengujian keputusan, dimana
didalamnya terkandung nilai-nilai universal, empat paradigma pengambilan keputusan, serta tiga
prinsip pengambilan keputusan.

Sehingga pada akhirnya peran guru sebgai pemimpin pembelajaran akan mampu menciptakan
lingkungan positif, kondusif, aman, dan nyaman untuk murid serta lingkungan sekolah pada umumnya.

G. Selanjutnya, apakah kesulitan-kesulitan di lingkungan Anda yang sulit dilaksanakan untuk
menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Apakah ini
kembali ke masalah perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Hidup tak akan pernah tanpa masalah. Seorang guru pasti akan terus menemui masalah dalam peran
yang dilakoninya. Guru satu dengan yang lainnya akan berbeda dalam memandang masalah yang
dihadapi, tergantung kecerdasan mengatasi masalah yang dimilikinya. Hal ini akan bertemu pula
dengan tahap pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan,
serta berpihak pada murid.

Tentu keterampilan menganalisis setiap kasus yang dialami akan berpengaruh dengan pengambilan
keputusan terhadap kasus yang dihadapi. Guru sebagai pemimpin pembelajaran tidak boleh terjebak,
akibat dari kurang mampu menelaah situasi kasus yang dihadapi.

Iya, harus mampu membedakan apakah bernilai benar dan benar atau bernilai benar dan salah (sebuah
dilema etika atau bujukan moral semata). Pengambilan keputusan harus dilakukan jika kasus
merupakan dilema etika, tentu dengan berpegang teguh pada instrumen yang benar.

Pengambilan keputusan terkadang sulit dilakukan karena terbentur dengan perubahan paradigma atau
budaya yang berlaku di lingkungan sekolah. Kebiasaan yang menjadi budaya akan tidak mudah
diilakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan ini.

Harus dengan kehati-hatian, karena akan menyakiti banyak pihak/ pihak yang terlibat. Tentu disadari
atau tidak sebuah keputuasn tidak dapat mengakomodir kepentingan semuanya, bahkan mungkin akan
menyakiti pihak tertentu.

Pengetahuan dan keterampilan dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid tentu belum
matang sempurna. Minimnya kemampuan ini akan mempengaruhi keputusan yang akan kami ambil.
Namun, kekhawatiran sya tentang hal ini akan kami benahi denagn selalu belajar dan berpegan pada
insturmen yang tepat dan jelas.

Intinya pada titik tekan berpihak pada murid, menignkatkan kualitas pembelajaran murid, serta dapat
dipertanggung jawabkan. Ini sebuah pegangan dalam pengambilan keputusan yang akan diambil dalam
menajlankan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran.

H. Dan pada akhirnya, apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan
pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita?

Perubahan paradigma tentang pendidikan yang memuliakan murid tentu mempengaruhi pola
pengajaran di kelas. Guru selama ini menuntut terlalu banyak karena tuntutan dari kurikulum yang
luas, akan berubah menjadi menuntun murid dalam mengambil perannya di kelas.

Merdeka belajar intinya belajar yang berpihak pada murid, yang memperhatikan kebutuhan belajar
murid. Oleh karena itu, keputusan yang diambil sesuai dengan filosofi tersebut mengisyaratkan
menemani murid sesuai kemampuan atau kodrat alam maupun zamannya.

Kehadiran guru di dalam kelas, mengajak murid menyadari potensinya, menambah kepercayaan
dirinya, menjadi temannya, serta menggali potensi terbaiknya. Murid berani mengemukakan
pendapatnya, mendesain tugas projek sesuai bakatnya, mengambil peran aktif di kelas, serta mampu
mengambil keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai yaitu
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya akan dapat terwujud.

I. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat
mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran harus berpihak pada murid. Bagaimana
seoarng guru harus memperhatikan apa yang dibutuhkan murid. Suatu keputusan yang kita ambil sudah
mempertimbangkan kebutuhan murid maka dapat dipastikan murid mampu menggali potensi yang ada
dalam dirinya.

Guru sebagai pemimpin pembelajaran dapat memberikan pembelajaran yang sesuai denga kebutuhan
belajarnya dan menuntun murid dalam mengembangkan potensi yang dimiliki.

Apabila keputusan yang diambil berpihak pada murid, memperhatikan kebutuhan murid, akan dapat
menambah rasa percaya diri murid, ketenangan batin murid dalam menuntut ilmu, dan pada akhirnya
akan berhasil menghadapi setiap tantangan di masa depannya, tidak mudah menyerah, bijaksana, serta
menemukan kesuksesan yang dapat bermanfaat bagi orang banyak.

J. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan
keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Tentu ada banyak pelajaran yang dapat saya petik dalam mempelajari modul 3.1 tentang pengambilan
keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Saya belajar tentang cara - cara pengambilan keputusan
yang tepat. Berperan sebagai pemimpin pembelajaran yang berpihak pada murid sudah menjadi suatu
keharusan dalam setiap pengambilan keputusan, bukan berpihak pada diri sendiri atau golongan
terrtentu.

Kita semua menyadari masalah akan terus menghampiri kita. Oleh karena itu tidak boleh gegabah
dalam mengambil suatu keputusan. Jika memang dihadapkan dengan masalah yang rumit, kita harus
menenangkan diri dulu dengan mindfulness, menarik nafas panjang dan menyadarinya. Agar dapat

berpikir jernih dan mengkaji berbagai sudut yang dapat dipertimbangkan sesuai dengan nilai-nilai
kebajikan universal, berkiblat pada sembilan langkah pengambilan keputusan.

Memiliki keterampilan coaching dan kecerdasan emosional akan sangat menunjang keberhasilan
mengatasi masalah yang dihadapi. Sehingga, keputusan yang diambil akan dapat dipertanggung
jawabkan dan berpihak pada murid.

Tentu saja suatu keputusan tidak akan memuaskan semua pihak, akan tetapi sepanjang keputusan itu
berpihak pada murid, peningkatan mutu pembelajaran, serta dapat dipertanggung jawabkan, maka
lakukan dan ambila keputusan itu.

Tentu jangan melupakan kecermatan analisis kasus jangan terjebak dengan bujukan moral, dan harus
hati-hati dalam menentukan langkah pengambilan keputusan dari berbagai situasi dan kondisi yang
ditemui.

Hal inipun akan dapat dilakukan apabila paradigma kita sudah sesuai dengan filosofi Ki Hajar
Dewantara yang selaku guru dapat menuntun murid sesuai kodratnya dan menghamba pada murid.
Kajian tentang pembelajaran yang sesuai kebutuhan murid akan mudah dilakukan jika paradigma ini
sudah ada dalam diri guru, serta guru tersebut memiliki visi dan misi yang jelas berpihak pada murid.
Pada akhirnya akan terwujud generasi yang bijaksana dan bahagia, serta memiliki keselamatan dunia
dan akherat...Generasi berprofil pelajar pancasila...

3.2.a.9 Koneksi Antar Materi - Pemimpin dalam Pengelolaan Sumber Daya

OLEH: MILMA YASMI, M.Pd CGP ANGKATAN KAB. SELUMA

Setelah mempelajari modul 3.2 Dalam pengelolaan sumber daya yang dimiliki
oleh sekolah ada 2 pendekatan yang dapat dilakukan yaitu:

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan
memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa
yang tidak bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.
Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya
kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi
seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat
menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar.

Pendekatan berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni
kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini merupakan cara
praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan
menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan
perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan
ataupun potensi yang positif.

Dalam upaya menciptakan suatu hubungan yang selaras dan harmonis maka
Sekolah sebagai suatu ekosistem pendidikan memiliki interaksi antara Faktor
Biotik dan faktor Abiotik. Terdapat faktor- faktor yang termasuk dalam kelompok
Biotik adalah: Murid,Guru,Kepala sekolah,pengawas dan komite sekolah.Faktor-
faktor dalam kelompok Abiotik adalah:Sarana Prasarana dan keuangan.

Kemandirian dari suatu komunitas untuk dapat menyelesaikan tantangan yang
dihadapinya dengan bermodalkan kekuatan dan potensi yang ada di dalam diri
mereka sendiri disebut Pendekatan Pengembangan Komunitas Berbasis Aset.

Pendekatan ini berfokus pada Potensi Aset/sumber daya yang dimiliki oleh
komunitasnya sendiri.

Pendekatan Komunitas Berbasis Aset ini sangat cocok di terapkan di
sekolah,karena pendekatan ini lebih sederhana.Sebagai suatu komunitas, sekolah
hendaknya menerapkan pendekatan ini ,untuk fokus pada potensi atau sumber daya
yang dimiliki bukan fokus pada kekurangan atau kelemahan yang
dimiliki,sehingga tujuan dan cita-cita bersama bisa terwujud.

Koneksi materi ini dengan materi modul sebelumnya, modul 1. yaitu filosofi KHD.
Kaitannya adalah berpikir berbasis aset, berpikir positif, akan menuntun kepada
murid berkembang sesuai kodratnya, untuk dapat memperoleh kebahagiaan dan
keselamatan. Berpikir berbasis aset akan sesuai dengan materi modul 1.2 yaitu
nilai dan peran guru penggerak, ini jelas sekali bahwa kita adalah pribadi yang
positif dan memiliki aset yang dapat dibanggakan sesuai dengan kapasitasnya
masing-masing. Pada modul 1.3 BAGJA, untuk mencapai visi guru penggerak
dapat dilakukan dengan berpikir berbasis aaset, serta dapat melakukan analisis
menggunakan alur BAGJA. Sedangkan modul 1.4 budaya positif, budaya positif
dapat diterapkan dengan melatih diri selalu memelihara positif thinking. Manusia
yang banyak positifnya, akan menyuntikkan inspirasi kemajuan tumbuh kembang
budaya positif di sekolah.

Koneksi materi ini dengan modul 2, yakni 2.1 memenuhi kebutuhan belajar murid
melalui pembelajran berdiferensiasi, potensi yang dimiliki murid dapat diperoleh
dengan memetakan kebutuhan belajar murid. Hal ini dapat dikelola dengan
berpikir berbasis aset, kepribadian guru yang memahami berpikir berbasis aset
akan memfokuskan penggalian potensi muridnya (baik visual, auditori, maupun
kinestetik). Sedangkan modul 2.2 pembelajaran sosial dan emosional akan tampak
pada perkembangan aspek sosial dan emosional murid, hal perlu dikembangkan
dengan mengolah emosional guru terlebih dahulu. ini adalah kekuatan yang
dimiliki guru, kompetensi sosial dan emosional berperan penting dan penting
dilatih di tingkat sekolah. Kecerdasan ini sangat menunjang keberhasilan murid di
masa depan. Berpikir positif bahwa murid dapat meraih komeptensi ini akan
menambah tenaga guru untuk terus berusaha menerapkannya pada pembelajaran di
kelas. Terakhir, kaitannya dengan modul 2.3 coaching sangat erat, mengapa?

Karena praktik coaching akan melahirkan prinsip berpikir positif dari seorang guru
bahwa meyakini murid memiliki kekuatan dalam dirinya dalam menghadapi
masalah dalam kehidupannya. Menumbuhkan kesadaran dalam diri murid mampu
menemukan solusinya sendiri. Guru berpikir positif dan percaya diri menuntun
murid mwnwmukan solusinya.

Koneksi materi ini dengan modul 3, yakni 3.1 pengambilan keputusan sebagai
pemimpin pembelajaran. Hal ini tentu terkait dengan pengambilan keputusan yang
efektif oleh seorang pemimpin. Tentunya hal ini membutuhkan pemikiran yang
positif dan berbasis aset. Pengkajian dalam potensi aset yang dimiliki akan
menuntun pemimpin menemukan keputusan yang tepat dan berpihak pada murid.
Keputusan yang benar-benar dapat dipertanggung jawabkan.

Kesimpulan Terkait Materi Pemimpin Pembelajaran dalam pengelolaan sumber
daya

Peran sebagai seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi dan mengelola
sumber daya untuk menjalankan program sekolah yang tercermin dalam visi misi
sekolah, dan juga harus dapat menggunakan sumber daya sekolah tersebut
semaksimal mungkin agar dapat menunjang peningkatan mutu atau kualitas
pembelajaran, pada akhirnya bermuara pada pencapaian keberhasilan meraih
tujuan pendidikan.

Cara Mengimplementasikan dikelas, sekolah, dan masyarakat sekitar

Untuk dapat mengimplementasikan bagaimana pemimpin pembelajaran dalam
pengelolaan sumber daya baik dikelas,s ekolah dan masyarakat sekitar adalah
dengan bersinergi untuk bersama-sama mengidentifikasi kemudian
mengoptimalkan segala aset yang ada sebagai kekuatan yang dimiliki oleh sekolah
untuk dikelola dan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas belajar serta
menunjang keberhasilan tujuan pendidikan.

Menjadi seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi dan mengelola sumber
daya untuk menjalankan program sekolah,dan juga harus dapat menggunakan

sumber daya sekolah tersebut secara efektif agar dapat meningkatkan kualitas
belajar serta menunjang keberhasilan tujuan pendidikan. Misalnya guru dapat
menerapkan tahapan BAGJA untuk proses pembelajran di kelas dengan
memanfaatkan aset yang ada. Murid akan bersemangat dan kompak serta dapat
berkolaborasi. Guru dan murid bekerja sama merapikan kelas dan membuatnya
nyaman dengan keyakina kelas yang disepakati sebelumnya. Guru dan murid dapat
memanfaatkan lingkungan sekitar atau bangunan atau bahan bekas, sebagai media
pembelajaran kontekstual. Bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk dapat
bertanggung jawab memelihara bendungan Seluma agar dapat menunjang
pembelajaran. Dapat pula meminta masyarakat sebagai narasumber dalam belajar
misal dibidang pendataan sensus ada kaitannya dngan mendata dan menyajikan
data pada pembelajaran matematika statistika. Aktivitas jual beli di pasar dapat
dijadikan tempat praktik dan pengamatan tentang konsep jual beli serta persamaan
linear satu dan dua variabel. Petani dapat menjadi nara sumber pada bidang biologi
dan kewirausahaan. Bendungan seluma dapat pula dimanfaatkan untuk
pembelajaran fisika tentang debit air dan pendeteksian banjir. Tentu keamanan dan
kenyaman menjadi sangat penting diperhatikan dan dipelihara bersama-sama.
Begitupun aset-aset lainnya yang tentu dapat dimanfaatkan untuk menuju sekolah
yang lulusannya lebih berkualitas, serta mampu bersaing.

Sebelum saya mempelajari modul ini, saya sering melakukan pendekatan berpikir
berbasis pada kekurangan/kesalahan. Apa yang mengganggu atau apa yang belum
bekerja, sehingga saya lupa memandang potensi yang ada. Hal inilah membuat
saya lemah dan ragu dalam menjalankan program. Kendala-kendala yang menjadi
fokus utama saya selama ini, menghambat lajunya pertumbuhan ekosistem
sekolah.

Sekarang saya telah mengetahui bahwa ada pendekatan berbasis aset. Strategi yang
perlu dilakukan adalah pemetaan aset yang teridir dari 7 aset utama. Hal inilah
yang dapat dilakukan dalam mengatasi tantangan pada komunitas. Ini kunci usaha
perbaikan yang dapat dilakukan dan menunjang pengambilan keputusan yang
keren. Analisis modal yang paling kuat akan menambah keyakinan sebagai
pengambil keputusan yang berpihak murid.

Setelah belajar modul ini, saya harus mengubah pola pikir yang bebasis aset.
Berpikir positif dan memberikan afirmasi positif dalam diri saya akan menguatkan
saya menjadi pribadi yang lebih kreatif, bermanfaat dan bersahabat. Perkataan
adalah do’a, dengan berkata yang baik dan berpikir positif insyaAllah Allah akan
tuntun menemukan jalan terbaik mencapai tujuan pendidikan. Pendekatan berbasis
aset menjadi salah satu cara mencapai kemajuan dalam ekosistem sekolah.

RANCANGAN TINDAKAN MENGGUNAKAN TAHAPAN BAGJA
OLEH MILMA YASMI/CGP 04 SELUMA

PRAKARSA PERUBAHAN

TAHAPAN Pertanyaan Daftar tindakan/ riset/
penyelidikan yang perlu

dilakukan untuk
mendapatkan jawaban

B-uat pertanyaan (Define) 1. Bagaimana - Mengajak rekan
kepemimpinan murid yang guru melakukan
● Membuat pertanyaan utama ada di SMAN 1 Seluma? riset tentang ini,
dengan
yang akan menentukan arah 2. Berapa banyak murid memanfaatkan
investigasi kekuatan/potensi/ yang memiliki rasa sumber daya yang
peluang; percaya diri yang tinggi ? ada.

● Menggalang atau 3. Bagaimana - Bertukar informasi
menumbuhkan/ dengan rekan
membangun koalisi tim meningkatkan rasa sejawat
perubahan percaya diri murid?
- Menerpakan
A-mbil pelajaran (Discover) 1. Apa manfaat pembelajaran
kepemimpinan kepada yang berpihak
● Menyusun pertanyaan murid? pada murid
dengan
lanjutan untuk menemukenali 2. Apa manfaat percaya diri menerapkan
kekuatan/potensi/ peluang tinggi bagi murid? kekuatan sesuai
lewat investigasi; kodrat murid
3. Metode pembelajaran
● Menentukan bagaimana seperti apa yang akan - dapat melakukan
menumbuhkan rasa penelususran studi
cara kita menggali fakta, percaya diri murid , kepustakaan baik
memperoleh data, diskusi hingga mampu tumbuh secara digital atau
kelompok kecil/besar, survei kepemimpinan kepada di perpustakaan
individu, multi unsur murid? tentang cara
mengembangkan
percaya diri murid

- Menerapkannya
dalam
pembelajaran
dengan
menggunakan

4. Adakah guru lain yang model cooperatif
sudah menerapkan dan collaboratif
pembelajaran tersebut? learning.

G-ali mimpi (Dream) 1. Apakah menumbuhkan - Terus berliterasi
percaya diri murid untuk menemukan
● Menyusun deskripsi kolektif merupakan awal riferensi
tumbuhnya jiwa
bilamana inisiatif terwujud; kepemimpinan murid? - Mencoba
menggali potensi
● Mengalokasikan kesempatan 2. Apakah murid yang murid dengan
memiliki rasa percaya diri pendekatan aset
untuk berproses bersama, yang tinggi dapat yang ada di
multiunsur (kapan, di mana, bergotong royong? lingkungan terkecil
siapa saja). yaitu kelas dengan
memberikan ruang
J-abarkan rencana (Design) 1. Mulai dari mata pelajaran kepada murid
apa untuk memulai melakukan
● Mengidentifikasi tindakan menumbuhkan percaya presentasi,
konkret yang diperlukan untuk diri murid? merefleksi, serta
menjalankan langkah- berdiskusi
langkah kecil sederhana yang 2. Kegiatan pembelajaran menanggapi
dapat dilakukan segera,dan seperti apa yang dapat pendapat teman
langkah berani/terobosan menggali potensi percaya
yang akan memudahkan diri murid agar terus - Dimulai dari Mata
keseluruhan pencapaian; meningkat agar dapat pelajaran yang
menumbuhkan jiwa mewakili bidang
● Menyusun definisi kesuksesan kepemimpinan murid? umum, bahasa,
atau mipa/ips
pencapaian
- Menerapkan pada
pembelajran
pembelajaran
kooperatif dan
kolaboratif dengan
memanfaatkan

3. Bagaimana cara agar aset yang ada di
dapat terus mengawal sekolah
tumbuh kembang rasa - Membuat tolok
percaya diri murid dalam ukur berupa rubrik
menunjangtumbuh jiwa atau angket untuk
kepemimpinan pada melihat progres
murid? ketercapaiannya.

A-tur eksekusi (Deliver) 1. Siapa yang terlibat dalam - Seluruh guru dan
menumbuhkan rasa murid di SMAN 1
● Menentukan siapa yang percaya diri murid untuk Seluma
kepemimpinan pada
berperan/ dilibatkan dalam murid? - Mulai secepatnya
pengambilan keputusan; yaitu dimulai dari
2. Mulai kapan seharusnya lingkungan terkecil
● Mendesain jalur komunikasi memupuk percaya diri yaitu pada
murid supaya memiliki jiwa pembelajaran di
dan pengelolaan rutinitas kepemimpinan pada kelas. Dengan
(misal: SOP, knowledge murid? bebasis kekuatan
management, pada murid, guru,
monev/refleksi) 3. Apa tolak ukur serta sekolah
ketercapaian peningkatan
percaya diri murid? - Melihat catatan
murid, refleksi
murid, angket
percaya diri murid
agar dapat
dianalisis progres
peningkatan
percaya diri murid
untk kepemimpinan
pada murid.

53% 4
12

5,76 TUGAS KONEKSI
MODUL 3.3 PENGO

YANG BERDAMPA

4 53

12

7,802

ANTAR MATERI

OLAHAN PROGRAM 53%
AK PADA MURID

??

3%

0,3425

3

“B
D
T
R
R
(B

6,392

32% 0,6281

BERSAHABAT 4
DENGAN 24
TEKNOLOGI,
RELAKSASI, DAN
REFLEKSI
BESTi ReRe)”

2 Oleh: Milma Ya3s7m%i, M. Pd

36% Tujuan Program

5,76 BESTi ReRe suatu bentuk program
murid dengan akronim dari Bersah
2 Relaksasi, dan Refleksi. Tujuan d
16 agar dapat menumbuhkan keperc
menakhlukkan pembelajaran di
pembelajaran matematika, d
pembelajaran lainnya. Sehing
munculnya rasa senang belaja
pembelajaran, muncul ide-ide krea
mandiri, serta menjadi pemimpin
lebih jauh yaitu melahirkan gener
profil pelajar pancasila.

7,802

4,374 4

m yang berdampak pada 12

habat dengan Teknologi,
dari program ini adalah
cayaan diri murid dalam

kelas terutama pada

5dan terbuka untuk
3%gga, akan mengawal

ar, kepemilikkan pada
atif, inovatif, kolaboratif,
n pembelajaran. Harapan
rasi yang sesuai dengan

4

? ?97% 12

Latar Belakang

*1. 2. Kepercayaan diri
Persaingan murid masih cenderung
rendah di SMAN 1 Seluma
masa
depan 3. Kepercayaan diri
tidak dapat murid dapat dilatih dan
dianggap diransang tumbuh
remeh, kembangnya
bonus
demografi 4.Murid sangat akrab
dengan gawai berupa
ponsel cerdas

filosofi KHD

Didiklah anak sesuai kodrat alam
dan kodrat zaman
Berpihak pada murid/ murid
sebagai subjek

Perlu dibuat sebuah
program yang diberi nama

BESTi ReRe.

Dalam rangka mengoptimalkan aset
manusia yang ada di SMAN 1 Seluma
dan memberikan kesempatan kepada

murid terkait voice,choice, dan
ownership

Tahapan BAGJA Program BE

Tujuan dari program ini akan CAPA
tercapai melalui panduan LANG
tahapan inkuiri apresiatif LANGKA
tahapan BAGJA, yaitu : HASIL
DIHARA
B-uat pertanyaan utama UNTUK
(Define)
TUJU
Membuat pertanyaan utama yang akan
menentukan arah investigasi
kekuatan/potensi/ peluang;Menggalang
atau membangun koalisi tim perubahan

A-mbil pelajaran (Discover)

Menyusun pertanyaan lanjutan untuk Link Tahapan BAGJA seca
menemukenali kekuatan/potensi/peluang https://bit.ly/3o7tDkA
lewat investigasi; Menentukan bagaimana
cara kita menggali fakta, memperoleh
data, diskusi kelompok kecil/besar, survei
individu, multi unsur

ESTi ReRe G-ali mimpi (Dream)

AIAN, Menyusun deskripsi kolektif bilamana
GKAH- inisiatif terwujud; Mengalokasikan
AH DAN kesempatan untuk berproses bersama,
multi unsur (kapan, di mana, siapa saja
YANG
APKAN J-abarkan rencana (Design)
K TIAP
UAN Mengidentifikasi tindakan konkret yang
diperlukan untuk menjalankan langkah-
ara lengkap ada di : langkah kecil sederhana yang dapat
dilakukan segera, dan langkah
berani/terobosan yang akan memudahkan
keseluruhan pencapaian; Menyusun
definisi kesuksesan pencapaian (tujuan,
capaian, luaran)

A-tur eksekusi (Deliver)

Menentukan siapa yang berperan/
dilibatkan dalam pengambilan keputusan;
Mendesain jalur komunikasi dan
pengelolaan rutinitas (misal: protokol,
rutinitas, knowledge management,
monev/refleksi)

4 Kegiatan ini d
1 MIPA, Progra
untuk setiap s
3 dilakukan dua
2 belajar bersa
dapat dilibat
STRUKTUR PROGRAM murid/orang
internet (seko
diakses di ke
ekonomi pada
karakter, da
keberhasilan b

diperuntukkan bagi anak kelas akhir yaitu kelas XII
am ini dilakukan saat pembelajaran berlangsung
satu Kompetensi Dasar yang hendak dicapai, minimal
a kali pertemuan pada tahun 2022 menerapkan
ama BESTi ReRe. Sedangkan pihak atau mitra yang
tkan agar program ini dapat berhasil yaitu wali

tua yang memebrikan fasilitas HP dan kuota
olah juga diharapkan menyiapkan internet yang bisa
elas), Rekan kerja semapel atau mata pelajaran
a materi MYOB,wali kelas, Guru TIK, pembimbing
an guru BK untuk membantu pemantauan
bersama BESTi ReRe.

6. Pernya
Kapasitas yan

se

Program bersama BESTi ReRe dil
manusia yaitu murid yang mempuny

mengedit video, membuat video,
fasilitas HP atau laptop yang bisa
tugas menggunakan teknologi seka
ruang komputer sebanyak dua ruang

belum disusun di ruang yang dap
pembelajaran. Selain itu rekan g
berkolaborasi untuk melakukan pem
teknologi komputer seperti program
Serta ada tenaga ahli IT yang baru
P3K yang memungkinkan dapat me

untuk pembe

ataan Tentang
ng dimiliki kelas/
ekolah

akukan karena terdapat aset
yai keterampilan digital seperti
, membuat komik, mempunyai

digunakan untuk mengerjakan
arang ini.Sekolah juga memiliki
g dan masih ada komputer yang
pat digunakan sebagai media
guru dapat dijadikan parther
mbelajaran yang membutuhkan
m geogebra, MYOB, dan lainnya.
saja diterima di sekolah melalui
ngelola laboratorium komputer
elajaran.

7. RENCANA

Pelaksanaan program tentu membutuhk
program ini saya akan menyediakan r

supaya dapat mengungkap pengalaman m
akan memberikan instrumen angket te
diketahui apakah BESTi ReRe dapat m
akan mewawancarai perwakilan murid
BES

A EVALUASI

kan alat ukur seperti evaluasi kegiatan. Pada
refleksi pembelajaran menggunakan pedlet,
murid ketika bersama BESTi ReRe. Kemudian
entang kepercayaan diri murid agar dapat
meningkatkan kepercayaan diri murid. Serta
d minimal 3 murid tentang belajar bersama
STi ReRe

8. KEMUNGKINA




Kemungkinan tantangan yang dih
tantangan berasal dari murid yang t
HP oleh orang tuanya ke sekolah se

itu laboran dan atau laboratorium
keperluan lain, serta jaringan interne
masih gaptek dengan teknologi, seper
presentasi, komik pembelajaran, dan
dari tantangan tersebut adalah muri
atau meminta diajarkan tenatng car

tenaga

AN TANTANGAN




hadapi pada kegiatan ini adalaah
tidak diberikan kesempatan membawa
erta tidak memiliki kuota. Sementara
m komputer sedang digunakan untuk
et macet. Kemudian ada murid yang
rti misalnya mengedit vedio, membuat

sebagainya. Solusi yang ditawarkan
id dapat meminta bantuan murid lain
ra edit video atau menggunakan jasa
a ahli.

LANJUTA

Guru menguasai teknologi aga
karena murid sebagian besar me
sekolah yang macet atau tidak
kuota, maka guru harus siap sia
berbagi bersama murid di kelas. T
dalam pengumpulan tugas. Solusinya

dengan ketua pokja, wali kelas
memanggil, menanyakan penyebab

ruang dan waktu yang cukup b
dig

AN....

ar tidak bergantung dengan laboran,
emiliki HP. Untuk mengatasi internet
mendukung, dan murid tidak memiliki
aga memiliki kuota yang cukup untuk
Tantangan selanjutnya ketepatan waktu
a guru selalu menyediakan ruang diskusi
s, pembimbing karakter agar dapat
bnya, mengingatkan, seta memberikan
bagi murid yang rendah kemampuan
gitalnya.


Click to View FlipBook Version