SATYAKU KUDHARMAKAN, DHARMAKU KUBAKTIKAN
Tulisan singkat untuk memenuhi tugas
Kursus Pelatih Pembina Pramuka Tingkat Dasar
Pusdiklatda. Kwartir Daerah Jawa Timur
Ditulis oleh:
Ida Yuliasih Herawati, M.Pd
IKHLAS BAKTI BINA BANGSA, BERBUDI BAWA LAKSANA
IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Ida Yuliasih Herawati, M.Pd
2. No. Peserta : 139
3. Kelompok : Nusantara 11
4. Asal Kwarcab. : Ngawi
5. Asal Kwarda : Jawa Timur
6. Foto Diri :
SATYAKU KUDHARMAKAN, DHARMAKU KUBAKTIKAN
Oleh: Ida Yuliasih Herawati, M.Pd
Ngawi, 9 Desember 2020
Dua tahun silam adalah kilas balikku memulai kembali, mengulang kembali
masa bergembira dalam satu wadah yang bernama PRAMUKA. PRAMUKA...ya
PRAMUKA, satu kata yang sudah sangat mendarah daging dalam diriku.
Meskipun saya bukan Pramuka yang mencolok di sekolahku, tetapi saya
termasuk satu diantara siswa yang sangat hobi dengan segala aktifitas di
kepramukaan di sekolahku. Bersekolah dasar di wilayah kota di Kabupaten Ngawi
yang juga adalah sekolah favorit, senang rasanya selalu mengikuti giat
perkemahan minimal setahun sekali saat itu. Keceriaan seorang anak SD bersama
teman-temannya mulai mendirikan tenda, memasak meskipun hanya menggoreng
tempe dan membuat sayur asam, tidur bersama teman daam tenda, berebut kamar
mandi di rumah penduduk, mengambil air menggunakan ember dan tongkat
Pramuka, adalah hal-hal yang membekas di memoriku.
Berlanjut pada tingkat yang lebih tinggi di Sekolah Menengah Pertama yang
juga merupakan sekolah favorit di kabupaten Ngawi. Saat saya melihat beberapa
teman terpilih mengikuti perlombaan Pramuka di tingkat Daerah maupun
Nasional ingin rasanya aku juga merasakan kesempatan yang sama. Tapi sayang
aku tidak sebaik mereka, tapi aku tidak berputus asa dan tetap mengikuti kegiatan
Pramuka di sekolahku.
SMADA (SMA Negeri 2 Ngawi) adalah selanjutnya pijakanku untuk
berorganisasi di Kepramukaan. Pengalamn pertamaku adalah mengikuti kegiatan
RAIMUNA DAERAH di Pasuruan pada tahun 1998. Di Smada ini, makin banyak
pengalaman kepramukaan yang kudapatkan dari para Pembina Pramuka dan
teman-teman yang luar biasa.
Sayangnya, kegiatan kepramukaanku harus berhenti saat aku mengabdikan
diri untuk lelaki yang menjadikanku sebagai pendamping hidupnya. Tenggelam
dalam aktifitas sebagai ibu rumah tangga dengan tiga orang anak saat itu
membuatku benar-benar mulai meninggalkan Pramuka. Rupanya jalan hidup
membawaku kembali untuk terjun dalam kepramukaan. Setelah sepuluh tahun aku
tenggelam dalam aktifitas pribadiku, SD Negeri Prandon 1 adalah tempat
pertamaku mengabdikan diri sebagai pembina Pramuka. Menjadi Pembina
Pramuka siaga dan penggalang SD membangkitkan rasa percaya diri untuk
kembali berkiprah di kepramukaan.
Pada akhirnya, hanya berbekal pengalaman aktif dipramuka selama masa
pendidikan formal, mulai golongan siaga hingga golongan penegak, saya kembali
terhanyut dalam suka duka dan tawa riang adik-adik siaga dan penggalang.
Berbagai even tingkat ranting hingga cabang sudah pernah kami ikuti, dan
hasilnya tidak terlalu mengecewakan, meski juga tidak begitu membanggakan.
Prestasi perlombaan tidak menjadi ukuran keberhasilan adik-adik penggalang,
tetapi kesadaran mereka untuk mau belajar rajin, berlatih giat, berproses dengan
disiplin ditengah-tengah kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan yang
relatif masih rendah, cukup membuat hati dan jiwa saya menjadi hangat karena
rasa haru (sifat perempuan yang melankolis tidak dapat saya pungkiri).
Sebagai Pembina Pramuka dengan status tenaga honorer membuat saya
kurang bisa mengaktualisasi diri. Berkali-kali pelatihan pembina pramuka mahir
tingkat dasar dilaksanakan oleh kwartir cabang, namun pimpinan belum berkenan
untuk mengijinkan saya mengikutinya. Biaya kursus yang lumayan memberatkan
untuk seorang tenaga honorer juga menjadi alasan tidak tercapainya idealisme
saya sebagai seorang Pembina Pramuka yang memiliki kompetensi yang diakui.
Delapan tahun dari awal saya berkarir sebagai guru honorer dan telah
beberapa kali berpindah tempat mengabdi masih belum memaksimalkan
kemampian saya dalam membina anak didik di kepramukaan. Hingga
pada akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti Kursus Mahir
Dasar untuk Pembina Pramuka. Bermodal nekat dan tekad kuat untuk
mengabdikan diri untuk menjadi Pembina Pramuka, saya memakai uang honor di
bulan terakhir di tahun 2018 untuk mengikuti KMD di Kabupaten Ngawi.
Perjalanan hidup membawaku pada jenjang Pembina Pramuka di tingkat
yang lebih tinggi yaitu Pramuka Penegak. Untuk menambah isi dompet, saya juga
bekerja sebagai guru yayasan. Dalam hatiku, saya bertekad untuk terus berprogres
dan berproses. Tepat dua belas bulan setelah KMD, saya mendapatkan info
pelatihan Kursus Mahir Lanjutan. Saat itu tidak ada yang mendaftar dari
Kecamatan Ngawi. Dengan gigih saya berusaha memepengaruhi dan mengajak
dua teman saya di KMD untuk mengikuti KML. Kebetulan mereka juga tenaga
honorer di lembaganya. Setelah lumayan lama dan sulit memotivasi, akhirnya
mereka bersedia mengikuti KML di tahun itu. Tanpa disangka, akhirnya beberapa
teman saya di KMD juga mau mengikuti KML .Rasanya sangat bahagia kembali
dipertemukan dengan teman-teman lama dan berjuang bersam-sama di Kursus
Mahir Lanjutan di akhir tahun 2019.
Ilmu yang diperoleh di KML sangat memotivasi saya dalam berkiprah
sebagai Pembina Pramuka. Kali ini saya mulai membina Pramuka mulai dari
Siaga, Penggalang dan Penegak. Beberapa kali saya menyelenggarakan Latihan
Gabungan (Latgab) dengan beberapa Gudep dimana pembinanya adalah Pembina
Pramuka yang sama-sama mengikuti KML.
Semangat kami dalam melaksanakan latihan Prmuka baik di gudep maupun
Latihan Gabungan rupanya harus terhenti dengan adanya pandemi covid 19.
Kegiatan Pramuka di tingkat siaga dan penggalang harus terhenti, namun kegiatan
Pramuka tingkat Penegak tetap saya laksanakan meskipun menggunakan sistem
latihan daring.
Profesi sebagai pendidik yang khusus memberikan layanan bimbingan dan
konseling menuntut diri saya untuk selalu mengikuti perkembangan dan
perubahan situasi dan kondisi peserta didik. Dunia kakak-kakak penegak berbeda
dengan dunia adik-adik penggalang. Adaptasi dan penyesuaian diri dalam model
dan metode pembimbingan terus saya lakukan dengan mengikuti pendidikan,
pelatihan, workshop, seminar dan sebagainya. Tidak terkecuali dalam dunia
kepramukaan. Pertemuan Pembina Penegak yang secara berkala dilakukan oleh
kwartir cabang maupun kwartir ranting saya ikuti dengan baik, meski beberapa
kali tidak bisa datang karena saya harus membagi waktu untuk bekerja di lembaga
yang lain. Aahmdulillah karena tahun ini, saya untuk duduk di kepengurusan
Kwarti Ranting Ngawi di bidang Manajemen, Organisasi, dan Hukum,
Selama mengabdikan diri di kepramukaan golongan penegak, saya menemui
banyak sekali halangan di Gugus Depan. Sekolah Menengah Kejuruan tempat
saya bekerja adalah sekolah yang baru tiga tahun berdiri. Ditengah sikap acuh
pihak-pihak yang tidak memahami kepramukaan, menjadi tantangan tersendiri
untuk saya semakin menggiatkan kepramukaan Penegak di lembaga saya bekerja.
Hampir satu tahun setelah saya mengikuti Kurus Mahir Lanjutan, saya
mendapat informasi pelatihan Kursus Pelatih Pembina Dasar (KPD). Kesemptana
ini tidak saya sia-siakan. Meskipun untuk yang ketiga kalinya saya mengikuti
kursus dengan biaya mandiri, tidak menyurutkan semangat saya untuk terus
menuntut ilmu kepramukaan.
Dalam upaya mengembangkan dan mengasah diri untuk menjadi lebih baik,
meningkatkan kualitas pengetahuan, keterampilan, dan kecakapan kepramukaan,
dengan niat dan tekad yang kuat saya mengajukan diri ke kwartir cabang dan
pusdiklatcab untuk direkomendasikan sebagai peserta Kursus Pelatih Pembina
Pramuka Dasar yang dilaksanakan oleh Pusdiklat daerah Jawa Timur secara
virtual. Berbagai harapan selalu saya selipkan dalam doa agar lebih bermanfaat
bagi orang lain melalui gerakan pramuka. Saya juga bersyukur dipertemukan
dengan KPD virtual karena kali ini saya bisa mengikuti pelatihan tanpa harus
meninggalkan keenam anak saya
Akhirnya ...disinilah saat ini saya berada. Berproses menjalani pendidikan
dan pelatihan dalam Kursus Pelatih Pembina Pramuka Dasar. Berbagai materi
kepramukaan yang sudah terbarukan disampaikan oleh pelatih-pelatih Kwartir
Daerah melalui media daring (dalam jaringan). Memanfaatkan aplikasi-aplikasi
digital berbasis jaringan seperti WhatsApp Grup, You Tube, E-mail, Google
Form, dan sebagainya, pelatih-pelatih berusaha menjadikan kualitas kompetensi
lulusan KPD Virtual tetap terjaga dengan baik.
Kursus Pelatih Pembina Pramuka Dasar dilaksanakan untuk merespon
kekurangan pelatih pembina di berbagai daerah. Adapun kegiatan kursus yang
dilaksanakan secara virtual merupakan langkah Kwartir Daerah atas pandemi
Covid-19 yang masih merajalela. Disatu sisi pandemi masih menjadi ancaman,
disisi lain gerakan Pramuka harus terap berjalan memberikan kontribusi pada
Negara Kesatuan Republik Indonesia denganpendidikan karakter pada generasi
muda bangsa.
Gemblengan tugas-tugas dan materi yang berbobot membuat saya mau tidak
mau harus bisa mengikuti dan terus semakin berkembang pola membina.
Teknologi yang berkembang pesat membuka mata saya bahwa pramuka fleksibel
untuk diterapkan dalam metode apapun, bahkan melalui daring.
Pengembangan diri pelatih melalui KPD sangat diperlukan sebagai upaya
meningkatkan kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pelatih sesuai
dengan kebutuhan pekerjaan/profesi sebagai pelatih melalui diklat/kursus.
Tujuannya adalah menjadi pelatih yang memahami tugas pokok dan fungsinya
sebagai pelatih, serta menjadi pelatih yang profesional. Disamping itu, KPD
merupakan syarat mutlak yang harus diikuti oleh anggota Pramuka dewasa
sebagai syarat mutlak untuk melatih guna mengembangkan kemampuan dan
menjadi penebar kedamaian dimanapun berada.
Dalam kursus ini, saya menyadari bahwa perubahan pola berpikir membina
menjadi pola pikir melatih adalah mutlak. Terlebih lagi di era yang luar biasa
pesat kemajuan teknologi dan kominikasi ini. Seorang pelatih harus bisa
menempatkan dirinya kapan menjadi seorang pembina dan kapan menjadi seorang
pelatih pembina. Pelatih pembina harus mampu memberikan materi dengan
menerapkan prinsip pedagogik saat menyampaikan materi kepada anggota muda.
Pelatih pembina juga harus mampu memberikan materi dengan menerapkan
prinsip andragogik saat menyampaikan materi kepada anggota dewasa (pembina).
Begitu banyak perubahan akibat perkembangan zaman yang menuntut
pelatih bisa beradaptasi dengan perubahan tersebut. Seorang Pelatih Pembina
Pramuka dituntut mampu memprediksi masa depan dengan pemikiran yang
positif. Segala perubahan akibat perkembangan zaman dalam berbagai bidang
harus bisa diadaptasi untuk menjadi energi pendorong menuju lebih baik.
Adaptasi pelatih pembina diharapkan tidak berhenti pada tataran nalar logis
(logico), atau hipotesa-hipotesa (hypotetico) saja, namun juga menyentuh ranah
empirik/kenyataan yang ada (empirico), karena pada dasarnya pendidikan
kepramukaan itu Lintas Zaman, berdasar kejadian-kejadian yang bersifat empiris.
Kemampuan memanfaatkan perangkat teknologi dan informasi,
berdampingan dengan dunia maya, serta menjalin jaringan dalam berbagai bidang
tidak bisa ditawar lagi, hukumnya wajib bagi seorang pelatih pembina.
Kemampuan seorang pelatih pembina harus terus diasah jangan sampai berhenti
di tempat berpedoman “yowes ben” (sudah biarkan saja).
Seorang pelatih pembina pramuka, harus bisa berpikir, berucap dan
berperilaku bijaksana dalam menjalankan adagium “ikhlas bakti bina bangsa,
berbudi bawa laksana” sesuai dengan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka.
Untuk saya, pengabdian diri pada sesama melalui dunia pendidikan dan
gerakan Pramuka merupakan panggilan jiwa dan ibadah.. Pada dasanya, segala
bentuk aktifitas kehidupan kita adalah bentuk dari manifestasi ibadah kepada
Alloh S.W.T maka semua pengabdian dalam kehidupan hendaknya dilaksanakan
dengan sepenuh hati yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Alloh S.W.T.
Berkah yang luar biasa dalam perjalanan hidup bagi saya adalah nikmat
yang tidak dapat saya dustakan. Menjadi ibu dari enam orang anak, menjadi
seorang pendidik, menjadi Pembina Pramuka dan berproses menjadi seorang
calon Pelatih Pembina Pramuka adalah anugrah yang sangat luar biasa yang
mungkin tidak semua orang bisa mendapatkannya. Banyak bersyukur, menjalani
hidup dengan optimis, membina dan dengan sebaik-baiknya, adalah bentuk rasa
syukur saya kepada Sang Maha Pencipta.
Saya percaya, setiap manusia diberikan akal pikiran dan kemampuan untuk
memperjuangkan hidup dan kesempatan dalam hidup. Maka kesempatan itu
bukan untuk ditunggu tapi untuk dicari dan diperjuangkan. Begitu juga
kesempatan untuk mengabdikan diri pada Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagai Pelatih Pembina Pramuka, kesempatan untuk memegang teguh, menepati
dan melaksanakan Satya dan Dharma sebagai manusia Pancasila dalam Pramuka.
“Satyaku Kudharmakan, Dharmaku Kubaktikan”