Gus Loh di Mata Kita 47 Selaku alumni, mau tidak mau ikut membantu semampunya. Ya namanya mahasiswa, embuh kurang briefing kali, ya. Sowan ke Gus Loh tidak lain untuk menghaturkan acara tersebut. Hanya sebagai perantara. Ketua Triscom menemuiku di Masjid Mbah Dul, Tulungagung. Saat itu pulang kerja. Sedangkan mereka berdua dari Malang hanya untuk memberikan surat permohonan sebagai pemateri dan surat peminjaman. Harus sat set ini. Akhirnya kuputuskan untuk sowan Gus Loh. Sebelumnya saya Whatsapp beliau, "Assalamu'alaikum Gus.. Ngapunten, bade silaturrahmi nopo dateng ndalem? ” “Monggo..langsung dtg ruang tamu..kulo sik ada acara kedik..,” balas beliau. Sowan ke beliau menghanturkan persoalan ini. Temanteman lancang meminta izin tidak melalui Gus Loh, tapi melalui penjaga gedung. Ditambah lagi dalam rundown acara, sama sekali tak ada NU dilibatkan. Gus Loh duka (sedikit menyindir, marah, red). Tapi beliau duka tidak dengan nada tinggi. Malah hanya dengan candaan khas beliau. "Saya ndak bisa mengiyakan dan tidak melarang. Panitianya saja kesini, jangan sampeyan, Mas," ungkap Gus Loh.
Gus Loh di Mata Kita 48 Mak dheg. Wajahku seperti ditampar. Gak ikut buat acara, kena getahnya. Tapi tidak apa lah, risiko alumni. Panjang lebar obrolan berjalan cair. Hingga kuputuskan kembali pamit dan memohon berkah doa. Sekitar seminggu, mak tratap ada notif masuk. “Lare mahasiswa yg akan menggunakan gdung NU..btn usah di ACC pak..” chat Gus Loh. Langsung saya balas: iya. Jauh sebelum itu sudah berkomunikasi ke Pembina Triscom: Pak Misbahus Surur dan Kang Rozak. Riskan memang, jika mengunakan Gedung PCNU untuk acara umum. Notabene banyak mahasiswa UIN Malang tidak hanya kaum nahdliyin. "Assalamualaikum Gus.. Pangapunten, badhe sowan nopo teng ndalem?" "Njen sakniki posisi di?" "Kulo teng SMP Islam Durenan." "Jam 20 nggih?" "Enggeh saget, nderek Gus." Sowan kembali ke Gus Loh ini, intinya meminta maaf baik secara pribadi dan organisasi. Sowan kedua bersama istri ini bertepatan rombongan dari PC IPNU dan IPPNU Trenggalek yang juga sowan pasca-Kongres IPNU-IPPNU di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, Jumat-Ahad (12-14/8/2022). Menunggu agak lama. Karena kedatangan kami yang terakhir dibanding tamu lain. Istriku mengode, kantuk mulai
Gus Loh di Mata Kita 49 menyeringai isi kepala. Tak ayal, membuatku mencoba menyentuh punggung untuk memijat. Penghilang kantuk akut. Baru pukul 22.00 rombongan pelajar NU pamit, langsung beberapa menit kuutarakan maksud sowan. Yaitu meminta maaf yang sebesar-besarnya perihal organisasi mahasiswa UIN Malang yang ingin meminjam gedung. Selain itu, memohon doa restu ke Gus Loh. Yang mana ketambahan pos liputan di Viva Jatim untuk wilayah Trenggalek, Tulungagung, Kabupaten Kediri, Kota Kediri. Lalu Kota Blitar dan Kabupaten Blitar. Sementara, ini kisah dari NU Muda saat memiliki ide bagi milenial saat itu: Cerita Gus Loh Izinkan Grup Band Manggung di Kantor NU Trenggalek (https://jatim.viva.co.id/cangkrukan/570-cerita-gus-lohizinkan-grup-band-manggung-di-kantor-nu-trenggalek). Kini Gus Loh telah berpulang. Menghadap ke Sang Kuasa. Dhumateng KH Fatkhullah Sholeh, Alfâtihah… ***
Gus Loh di Mata Kita 50 Pemimpin Muda Nahdliyin Kharismatik di Kota Kecil Oleh: Ust. Rizal Furqan Ramadhan, S.Kom., M.T Trenggalek merupakan salah satu daerah di Provinsi Jawa Timur yang memiliki nama khas “kota keripik”. Secara geografis, Trenggalek dikelilingi beberapa pegunungan yang menambah pemandangan yang eksotis saat berkunjung ke daerah ini. Meski terbilang daerah kecil di lingkup Jawa Timur, masyarakat cukup pluralis. Jumlah muslim di daerah ini mendominasi daripada agama lain. Dominasi tersebut tentu erat kaitannya dengan perkembangan ormas Islam di sebuah daerah. Nahdlatul Ulama merupakan salah satu ormas terbesar di Indonesia termasuk di kabupaten Trenggalek. Besarnya sebuah organisasi akan memberikan pengaruh serta dampak yang besar pada pergaulan muslim di suatu daerah. Dinamika organisasi Nahdlatul Ulama Trenggalek berubah-ubah mengikuti pergantian beberapa pimpinan. Pelaksana harian di organisasi Nahdlatul Ulama tingkat kabupaten atau kota diistilahkan denga Ketua Tanfidziyah. Sementara untuk pimpinan diistilahkan dengan Rais Syuriah. KH. Mohammad Fatkhulloh Sholeh merupakan salah seorang Ketua Tanfidziyah PCNU Trenggalek. Namun atas takdir Allah, beliau menghadap kepadaNya sebelum selesai memimpin PCNU Trenggalek pada periode keduanya. Tentu ada banyak perubahan saat almarhum memimpin Nahdlatul Ulama Trenggalek di usianya yang tergolong muda.
Gus Loh di Mata Kita 51 Mantan Ketua PC GP Ansor Trenggalek ini merupakan sosok pemimpin yang militan, memiliki pengalaman di Nahdlatul Ulama mulai tingkat ranting, sehingga paham betul seluk-beluk organisasi, serta dinamikanya mulai level bawah. Saat beliau memimpin, banyak kader muda yang dimasukkan ke dalam jajaran pengurus PCNU, baik di Lembaga maupun Banom. Tujuannya agar organisasi Nahdlatul Ulama Trenggalek makin aktif dalam mengadakan kegiatan. Keberanian yang didukung dengan pengalaman beliau ini mampu membuat perubahan, terutama pada sisi administrasi Nahdlatul Ulama. Sikapnya yang selalu menghargai generasi muda NU Trenggalek dalam setiap melangkah, membuat sosok Yai Loh menjadi karismatik. Yai Loh mampu memposisikan argumen dalam bentuk nasihat-nasihat yang rasional sehingga mampu dipahami generasi muda NU Trenggalek dengan baik. Ini bisa memacu semangat pemuda NU Trenggalek untuk terus berkhidmah di Nahdlatul Ulama. Hari Santri Nasional sudah diresmikan menjadi peringatan Nasional. Hal ini juga memicu semangat PCNU Trenggalek untuk aktif meramaikan peringatan tersebut dengan berbagai kegiatan. Banyaknya kegiatan yang didominasi dengan perlombaan merupakan ikhtiar dan semangat yang diwariskan Yai Loh di lingkungan Nahdlatul Ulama Trenggalek dalam memperingati Hari Santri Nasional. Seluruh Lembaga dan Banom wajib mengadakan kegiatan. Selain sebagai upaya memeriahkan dan memperingati Hari Santri Nasional, ini juga bertujuan agar Hari Santri Nasional supaya lebih dikenal oleh
Gus Loh di Mata Kita 52 masyarakat. Ide serta inovasi baru dalam berbagai kegiatan sudah mulai tampak di era kepemimpinan Yai Loh. Pada saat pandemi Covid-19 merebak ke penjuru dunia, termasuk kabupaten Trenggalek, PCNU tetap aktif mengadakan kegiatan. Bulan Ramadhan saat itu, meskipun pandemi menghadang di seluruh kecamatan, namun Yai Loh tetap bersemangat dalam mengadakan kegiatan. Tentu dengan balutan online via perangkat IT yang cukup memadai. Salah satu kegiatan yang sampai saat ini tetap menjadi ciri khas di bulan Ramadan adalah ngaji kitab kuning fikih klasik bersama Gawagis di lingkungan Kabupaten Trenggalek. Tidak cukup itu saja, sempat Yai Loh juga mengadakan Khotmil Qur’an bergilir yang diikuti seluruh Lembaga dan Banom di bawah yang dikoordinasikan oleh Pimpinan Cabang Jam’iyyatul Qurra’ Wal Huffazh Nahdlatul Ulama (JQHNU). Ketika itu, kegiatan khotmil Qur’an hanya berjalan selama satu periode. Pada saat era Yai Loh, JQHNU mulai nampak kembali keaktifannya. Kebetulan penulis saat itu ditunjuk sebagai pimpinan meski masih berusia sangat muda. Motivasi, nasehat, serta karakter nekat yang dimiliki oleh Yai Loh selalu ditunjukkan kepada kader-kader muda NU di Trenggalek supaya mereka semangat dalam menjalankan roda jam’iyyah Nahdlatul Ulama. Lembaga dan Banom wajib mengadakan kegiatan pada saat peringatan tertentu, seperti pada even Hari Santri Nasional. Beliau bisa dekat dengan seluruh pengurus dari berbagai usia, baik tua maupun muda. Ketika lembaga dan banom tidak mengadakan kegiatan, beliau akan langsung japri melalu
Gus Loh di Mata Kita 53 media Whatssapp sebagai bentuk keseriusan beliau sebagai orang nomor satu di Nahdlatul Ulama Trenggalek. Pesan beliau kepada pengurus JQHNU Trenggalek saat raker adalah: istikamah, ikhlas, dan gelem tandang. Semoga perjuangan beliau selalu memberikan semangat dan motivasi kepada seluruh nahdliyin di Trenggalek. Amîn yâ rabbal ‘âlamîn. ***
Gus Loh di Mata Kita 54 Biodata Penulis Prof. Dr. Ngainun Naim; lahir di Tulungagung pada 19 Juli 1975. Sehari-hari menjadi dosen di UIN SATU Tulungagung (saat ini Guru Besar). Aktif dalam kegiatan penelitian, penulisan, dan pengabdian masyarakat. Tinggal di Desa Parakan RT 11 RW 04 Trenggalek. Untuk komunikasi bisa menghubungi WA 081311124546 atau email: [email protected]. Mengelola website https://spirit-literasi.id. Dr. M. Muntahibun Nafis; menyelesaikan S1, S2, dan S3 di UIN SUKA Yogyakarta. Saat ini menjadi Kepala LP2M dan Direktur PSP UIN SATU Tulungagung serta aktif dalam berbagai organisasi ke-NU-an. Pernah memperoleh penghargaan di antaranya: Harapan II Lomba Karya Ilmiah Pengembangan Pesantren Tingkat Nasional, “The Best Ten” Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Nasional. Pernah menjadi peserta Shoutcourse Kader Muda Pesantren ke Syiria & Yordania, Universitas Ummul Qurra, dan Universitas King Saud Riyadh, Saudi Arabia, serta PIES di Australian National University (ANU) Canberra, Australia. Dr. Afrizal El Adzim Syahputra; lahir di Trenggalek pada tanggal 09 Mei 1987. Lulus S1 Program Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Universitas Al Azhar, Mesir (2011); S2 Program Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir Universitas Islam Omdurman, Sudan (2014); dan program doktoral Program Studi Ilmu Al Qur’an dan Tafsir di UIN Sunan Ampel, Surabaya (2021). Saat ini adalah dosen tetap di STIT Sunan Giri Trenggalek, Dosen Luar Biasa di UIN Tulungagung, dan ketua Madrasah Diniyah PPM Raden Paku Trenggalek. Androw Dzulfikar; adalah pengajar di lembaga pendidikan negeri tingkat dasar. Saat ini, ia juga aktif sebagai Sekretaris PC LTN NU Trenggalek. Sejak 2018, ia bersama tim concern membangun Media Center di lingkungan PCNU Trenggalek serta aktif menggiatkan literasi di kalangan generasi muda NU Trenggalek.
Gus Loh di Mata Kita 55 Kiai Ali Asmungi; lahir di Trenggalek, 26 Maret 1971, dari keluarga yang sangat sederhana di Desa Ngrayung, Gandusari, Trenggalek. Pendidikan formal hanya sampai di bangku SLTA (dulu SMEAN) Trenggalek, lulus tahun 1990. Kemudian thalabah di PP Darussalam Sumberingin, Karangan, lanjut tarbiyah hingga tahun 2012, di Padepokan Krido Pamungkas Jati, Srengat, Blitar. Saat ini berkhidmat di NU sebagai Ketua PC LDNU dan Wakil Ketua Aswaja NU Center Trenggalek, masa khidmat 2021-2026. Priyo Pambudi Utomo; kelahiran Ngawi, November 1975 dan tinggal di Trenggalek. Aktif di dunia pers dan organisasi PMII sejak kuliah di Universitas Jember, serta pernah menjabat Pimpinan Umum majalah Bhagawat Gita, Dewan Redaksi IDEAS, LPMS, dan studi TROTOAR. Selain itu juga berpartisipasi dalam Antologi Cerpen “Senja Temaram di Pantai Blado”, antologi Puisi Pendidikan “Kembalilah Siswa-Siswa Semesta”, antologi Puisi Menolak Korupsi 2 (Penyair Indonesia), Puisi Menolak Korupsi 4 (Ensiklopegila Korupsi), Memo Anti Terorisme bersama 250 penyair Indonesia, dan lainnya. Bisa dihubungi melalui nomor HP: 08125944406 atau email: [email protected]. Madchan Jazuli; setelah menyelesaikan kuliah S1 di UIN Maliki Malang, kader muda NU Trenggalek ini aktif di dunia pers. Menjadi kontributor di beberapa portal berita online. Selain itu juga menjadi kontributor di NU Online Jatim dan Soeara NU Trenggalek. Saat ini aktif di beberapa organisasi ke-NU-an seperti GP Ansor dan LTN NU Trenggalek. Ust. Rizal Furqan Ramadhan, S.Kom., M.T., Ketua PC JQHNU Trenggalek ini merupakan putra kedua dari pasangan Drs. H. Suratno, M.Pd dan Hj. Sutrini, S.Pd. Menempuh S1 di Fakultas Teknik UIN Maliki dan S2 di Fakultas Teknik Elektro Universitas Brawijaya Malang, sambil mondok di Pesantren Luhur Malang. Kini juga aktif sebagai dosen tetap bidang informatika/komputer di UIN SATU Tulungagung.
Gus Loh di Mata Kita 56