The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by dr. Adi Laksono, M.MRS, 2023-06-22 01:44:48

Pertemuan #5 Permenkes 40 th.2022

Pertemuan #5 Permenkes 40 th.2022

Keywords: Pengantar Perumahsakitan

Disampaikan oleh : ADI LAKSONO (AL) Pertemuan #5 PENGANTAR PERUMAHSAKITAN Kediri, 27 Maret 2023 PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 40 TAHUN 2022 PMK No. 40 Tahun 2022”Tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan Kesehatan di RS


1. TUJUAN PENGATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT 2. STANDAR BANGUNAN RUMAH SAKIT 3. STANDAR PRASARANA RUMAH SAKIT 4. STANDAR PERALATAN KESEHATAN; KONSEP PEMBAHASAN OUTLINE


1. TUJUAN PENGATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT 2. STANDAR BANGUNAN RUMAH SAKIT 3. STANDAR PRASARANA RUMAH SAKIT 4. STANDAR PERALATAN KESEHATAN; KONSEP PEMBAHASAN OUTLINE


Hospital Safety 1 2 4 5 6 BANGUNAN & PRASARANA RS Patient SERTAALKES Centeredness 3 Efficiency Security Effectiveness Timeliness mewujudkan bangunan termasuk utilitas/ prasarana dan peralatan kesehatan RS yang fungsional serta sesuai dengan tata bangunan dan prasarana yang serasi dan selaras dengan lingkungannya, & memenuhi standar pelayanan dan persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan laik pakai; mewujudkan tertib pengelolaan bangunan termasuk utilitasnya dan kesehatan yang menjamin peralatan keandalan teknis bangunan, prasarana, dan peralatan kesehatan; meningkatkan peran serta pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam pengelolaan RS yang memenuhi standar. TUJUAN PENGATURAN


2021 UU NO. 11 TAHUN 2020 TENTANG CIPTA KERJA PERMENKES RI NO. 14 TAHUN 2021 TENTANG STANDAR KEGIATAN USAHA DAN PRODUK PADA PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO SEKTOR KESEHATAN PP NO. 5 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN BERUSAHA BERBASIS RISIKO .. s.d. 2020 2021 2022 PERMENKES RI NO. 40 TAHUN 2022 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS BANGUNAN, PRASARANA, DAN PERALATAN KESEHATAN RUMAH SAKIT PP NO. 47 TAHUN 2021 TENTANG PENYELENGGARAAN BIDANG PERUMAHSAKITAN; KEBIJAKAN TERKAIT UU NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN UU NO. 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG UU NO. 44 TAHUN 2009 TENTANG RUMAH SAKIT PP NO. 16 TAHUN 2021 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UU NO. 28 TH 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG KETENTUAN MENGENAI KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG MENGACU KEPADA PERATURAN PERUNDANGA TERKAIT TENTANG BANGUNAN GEDUNG DAN STANDAR TEKNIS LAINNYA SESUAI BIDANG TERKAIT


HOSPITAL BUILDING FUNGSI RS Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan Kesehatan paripurna, yang memiliki risiko tinggi terhadap keselamatan & kesehatan pengguna RS (pasien, pendamping pasien, pengunjung, petugas) Karakteristik RS : Sumber Mikroorganisme, Keterbatasan Pergerakan, area sterilitas & infeksius, area sumber radiasi, dsb Berkumpulnya pasien dengan berbagai penyakit; keterbatasan kondisi fisik pasien, tuntutan kebutuhan jenis dan kualitas fasilitas untuk pelayanan, dsb Pengaturan Fasilitas Fisik - Zonasi tata ruang (zonasi berdasarkan hubungan antar pelayanan, zonasi berdasarkan tingkat sterilitas dan penularan penyakit, zonasi berdasarkan privat/publik ruangan) - Keselamatan dan keamanan bangunan dan sistem utilitas (struktur bangunan RS, sistem evakuasi, sistem tata udara, sistem kelistrikan, sistem gas medik, sistem proteksi kebakaran aktif dan pasif, sistem air bersih, pengelolaan air kotor, dsb) Identifikasi Kebutuhan dan Upaya Penanganan Program fungsi pelayanan, kebutuhan jenis dan kapasitas fasilitas (sarana, prasarana dan alkes (SPA)), pemenuhan persyaratan teknis/ standar fasilitas (SPA),dsb FUNGSI BANGUNAN RS


PEMBERLAKUAN Pasal 5 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku: a. bangunan rumah sakit yang telah berdiri dan operasional sebelum Peraturan Menteri ini berlaku harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan; dan b. rumah sakit yang sudah memiliki perizinan berusaha/izin operasional tetapi bangunan tidak terintegrasi dan tidak saling terhubung secara fisik, harus menyesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri ini paling lambat 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Menteri ini diundangkan.


1. TUJUAN PENGATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT 2. STANDAR BANGUNAN RUMAH SAKIT 3. STANDAR PRASARANA RUMAH SAKIT 4. STANDAR PERALATAN KESEHATAN; KONSEP PEMBAHASAN OUTLINE


LAHAN DAN AKSES BANGUNAN 1. Secara geografis lokasi RS tidak berada pada area berbahaya atau rawan terhadapbencana. 2. Kontur lahan RS relatif datar dan siap dikembangkan dengan permukaan lahan di atas peil banjir. 3. Luas lahan kawasan RS harus memperhatikan fasilitas parkir, area terbuka untuk penanganan bencana. 4. Tersedia lahan/area untuk parkir dg kapasitas min. 20% dari luas total bangunan (sudah termasuk jalur sirkulasi kendaraan). Penyediaan lahan parkir tidak boleh mengurangi daerah penghijauan yang telahditetapkan. 5. Lahan dan bangunan RS harus dalam satu kesatuan lokasi yang saling berhubungan dengan ukuran, luas, dan bentuk lahan serta bangunan/ruang mengikuti ketentuan tata ruang daerah setempat yangberlaku. 6. Blok bangunan RS harus berada dalam satu area/kawasan yang terintegrasi dan saling terhubung secara fisik yang mengutamakan keselamatan pasien, mengedepankan fungsi ruang kegawatdaruratan, perawatan intensif, dan keselamatan lingkungan. 7. Lahan bangunan RS harus dibatasi dengan pemagaran yang dilengkapi dengan akses/pintu yang jelas. 8. Akses lahan yang jelas, paling sedikit untuk akses utama, akses pelayanan gawat darurat dan akses untuk penunjang pelayanan di RS. 9.Akses/pintu utama, harus terlihat dengan jelas agar pasien dan pengantar pasien mudah mengenali pintu masuk utama. 10.Akses/pintu pelayanan gawat darurat, harus mudah diakses dan mempunyai ciri khusus. 11.Akses/pintu layanan penunjang, harus memiliki kemudahan akses ke area pelayanan penunjang seperti dapur gizi, laundry, ruang mekanik dan daerah penyimpanan persediaan/gudang penerimaan barang logistik dari luar. 12.Akses/pintu bangunan direncanakan sesuai fungsi dan kebutuhan aktivitas ruangan dg memperhatikan ukuran, jumlah dan peletakan. 13.Apabila RS berada dalam satu bangunan yang memiliki fungsi selain RS, maka bangunan RS harus memiliki batas yang jelas, dilengkapi akses/pintu, jalan dan halaman parkir kendaraan yang terpisah dengan bangunan fungsi lain, dan memiliki keandalan teknis bangunan RS tersendiri dengan memperhatikan fungsi RS.


1. Tata Letak Bangunan (Site Plan) a. Pengaturan zonasi - Zonasi berdasarkan tingkat risiko penularan penyakit - Zonasi berdasarkan privasi, dan - Zonasi berdasarkan pelayanan/ kedekatan hubungan fungsi antar pelayanan. b. Orientasi bangunan c. Bangunan fungsi penyakit infeksi d. Massa Bangunan 2. Arsitektur Bangunan Gedung a. Penampilan Bangunan Gedung b. Tata Ruang Dalam pemanfaatan ruang, tata letak ruang berdasarkan PPI dan Keselamatan, alur kegiatan, tata letak furnitur/perabot, kenyamanan ruang gerak 3. Peruntukan dan Intensitas Bangunan Gedung a. Kesesuaian peruntukan bangunan b. Intensitas bangunan (Kepadatan, ketinggian dan jarak bebas bangunan) TATA BANGUNAN https://www.constructionplusasia.com/id/covid-19-is-provingthe-wisdom-of- healthcare-design-what-more-can-welearn/master-plan-of-the-columbia- shanghai-kaiyuanorthopedic-hospital/


Kebutuhan Luas Total lantai Kebutuhan Jenis, Klasifikasi dan Kapasitas Pelayanan Ketentuan Note : Rasio perkiraaan kebutuhan total luas lantai bangunan RSU min. 80 m2 per TT. : Luasan dapat bertambah disesuaikan fungsi & kebutuhan pelayanan dan penunjang RS Proses Desain RSU Kelas A RSU Kelas B RSU Kelas C RSU Kelas D RSU Pendidikan RS Khusus : + 120 m2 per TT. : min. 100 m2 per TT : 80 - 100 m2 per TT : 80 m2 per TT : min. 120 m2 per TT : sesuai kekhususannya KEBUTUHAN LUAS RUANGAN TERKAIT PROGRAM FUNGSI DAN KAPASITAS PELAYANAN Kebutuhan Luas Lahan/ Potensi Kapasitas Lahan RS


FASILITAS AKSESIBEL 1. Toilet 3. Tempat Parkir 2. Koridor 4. Konter/Loket/ Tempat Informasi 5. Jalur Pemandu 6. Rambu/Marka 7. Pintu 8. Tangga, Lif dan/ atau ram


Program Ruang 1. Ruang Rawat Jalan. 2. Ruang Rawat Inap. 3. Ruang Gawat Darurat. 4. Ruang Operasi. 5. Ruang Perawatan Intensif. 6. Ruang Isolasi. 7. Ruang Kebidanan. 8. Ruang RehabilitasiMedik. 9. Ruang Radiologi klinik. 10. Ruang Radioterapis. 11. Ruang KedokteranNuklir. 12. Ruang TenagaKesehatan. 13. Laboratorium. 14. Bank Darah. 15. Ruang Sterilisasi. 16. Ruang Farmasi. 17. Ruang Rekam Medis. 18. Ruang Manajemen danAdministrasi. 19. Ruang Pendidikan dan Latihan. 20. Ruang Ibadah, dan RuangTunggu. 21. Ruang PKMRS. 22. Ruang Menyusui. 23. Ruang Mekanikal dan Elektrikal. 24. Ruang Dapur dan Gizi. 25. Ruang Laundry. 26. Ruang Dialisis. 27. Kamar Jenazah. 28. Pengolahan Pengelolaan Limbah. 29. Taman. 30. Plataran Parkir yang mencukupi. PROGRAM RUANG PROGRAM RUANG TOTAL LUAS GEDUNG = ………. m2


(atap, lantai, dinding, plafon, jendela, pintu, toilet, koridor): ❖ Aman, kuat, dan mudah dibersihkan (non porosif), serta tidak membahayakan pasien. ❖ Ukuran dan persyaratan komponen bangunan (lebar pintu, lebar koridor, tinggi plafon, kemiringan atap/dak, ukuran toilet difabel, kemiringan ram, dll) ❖ Beberapa pintu dan dinding dipersyaratkan tahan api. ❖ Dinding penahan radiasi (X-Ray, sinar pengion) ❖ Desain yg atraktif untuk ruang pelayanan anak ❖ Setiap ruangan perawatan pasien memiliki bukaan jendela untuk kepentingan orientasi dan pertukaran udara, bentuk bukaan harus aman. ❖ Peletakan titik2 utilitas pada dinding, plafon (komposit arsitektur dan MEP) ❖ Area yang dilalui pasien, dinding dilengkapi handrail yang menerus (tinggi + 80 - 100 cm dari lantai). ❖ Ruangan kedap suara (genset, pompa, boiler, kompressor, chiller, AHU, dll) ❖ R.operasi dan r.perawatan intensif, jika berada dalam 1 gedung dg unit lainnya : kompartemenisasi ❖ Pada ruang tertentu, lantai harus aman dari muatan listrik statik oleh alkes (bahaya sengatan listrik) ❖ Di daerah sekitar pintu masuk hindari perbedaan ketinggian lantai dan adanya ram. ❖ Untuk ruang pelayanan penyakit jiwa dan gangguan mental lainnya, desain komponen bangunan aman dari kemungkinan pasien mencelakai diri dan orang lain. https://zulekhahospitals.com/rad iology/ https://thearchitectsdiary.com/why-does-hospitals-needdesigning-to-be- more-efficient/ DESAIN KOMPONEN BANGUNAN


1. Sarana evakuasi merupakan suatu jalan lintasan yang menerus dan tidak terhambat dari titik manapun dalam bangunan gedung menuju ke jalan, halaman, lapangan, atau ruang terbuka lainnya yang memberikan akses aman ke jalan umum. 2. Sarana evakuasi dapat mencakup jalur perjalanan vertikal atau horizontal, ruang, pintu, lorong, koridor, balkon, ram, tangga, lobi, eskalator, lapangan, dan halaman. 3. Sarana evakuasi terdiri atas 3 (tiga) bagian utama meliputi: akses eksit (exit access), eksit (exit), eksit pelepasan (exit discharge). 4. Sarana evakuasi perlu dilengkapi dengan sarana pendukung lainnya seperti: ▪ Rencana evakuasi. ▪ Sistem peringatan bahaya. ▪ Pencahayaan eksit dan tanda arah. ▪ Area tempat berlindung (refugee area). ▪ Titik berkumpul. ▪ Lift kebakaran. 5. Ketentuan detail mengenai sarana evakuasi mengacu kepada Standar/Pedoman. SARANA EVAKUASI BANGUNAN (SARANA JALAN KELUAR)


dipastikan perkuatan struktur pada yang ruangan peralatan2 besar & bangunan penempatan kesehatan berat. Pengaturan pembagian sistem struktur bangunan dalam satu kesatuan massa bangunan/ blok bangunan/dilatasi memenuhi persyaratan keselamatan (safety) dan kelayanan (serviceability) selama umur layanan yg direncanakan kuat, kokoh dan stabil dalam memikul beban/ kombinasi beban memperhitungkan pengaruh gempa. Kategori Risiko Bangunan RS = IV, dengan faktor ketamaan gempa = 1,50 (SNI-1726:2012) direncanakan secara daktail Tabel 2-Faktor keutamaangempa Kategori risikobangunan Faktor keutamaan gempa , I e I atauII 1,0 III 1,25 IV 1,50 STRUKTUR BANGUNAN RS


1. TUJUAN PENGATURAN DAN KEBIJAKAN TERKAIT 2. STANDAR BANGUNAN RUMAH SAKIT 3. STANDAR PRASARANA RUMAH SAKIT 4. STANDAR PERALATAN KESEHATAN; KONSEP PEMBAHASAN OUTLINE


SISTEM INSTALASI AIR BERSIH SISTEM INSTALASI AIR LIMBAH SISTEM DRAINASE AIR HUJAN DAN LINGKUNGAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF DAN PASIF SISTEM KOMUNIKASI DAN IT SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG SISTEM INSTALASI GAS MEDIK & VAKUM MEDIK SISTEM TATA UDARA SISTEM KELISTRIKAN (ELEKTRIKAL) PENGELOLAAN LIMBAH PADAT 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SISTEM PENCAHAYAAN SISTEM INFORMASI AUDIO & VIDEO SISTEM PROTEKSI PETIR SISTEM AKSES & SECURITY SISTEM UAP DAN AIR PANAS 11 12 13 14 15 6 JENIS UTILITAS BANGUNAN RS


Kapasitas harus cukup Kualitas harus baik Keandalan Penyaluran harus tinggi Kesinambungan Fungsi harus terjamin Keamanan dan keselamatan penggunaan harus terjamin Keselamatan Sistem Utilitas Bangunan RS PRINSIP DESAIN UTILITAS BANGUNAN RS


SISTEM INSTALASI AIR BERSIH 1. Sumber air bersih: PDAM, sumur dalam/artesis (dg treatment) , air hujan (dg treatment), air sungai dan sumber-sumber lainnya (dg treatment), air daur ulang (dg treatment). 2. Kebutuhan air bersih di RS untuk fungsi-fungsi ruang, fungsi alat, sistem pemadam kebakaran, penyiraman tanaman dan kebersihan, air khusus (Reverse Osmosis), mesin sterilisasi, scrub up di r. operasi, laboratorium, dll 3. Kapasitas Air Bersih a. Ground tank : Kapasitas minimal = volume kebutuhan operasional 2 (dua) hari + volume cadangankebakaran b. Perhitungan min. kapasitas air bersih RS dalam 1 (satu) hari = 500 liter per TT. c. Volume air untuk cadangan pemadaman kebakaran minimal 45 menitpenyemprotan. d. Setiap bangunan harus disediakan roof tank dg volume = (20-30)% x Kebutuhan Volume GroundTank total. 4. Distribusi Keandalan penyaluran terdiri dari: a. Pompa distribusi mendapatkan suplai dari genset/PLN dan tersedia pompacadangan b. Pipa/ Jaringan distribusi menggunakan dual/ parallel system atau ring/loopsystem c. Katup (Valve) pengamanan harus terintegrasi dan kualitasnya handal 5. Kriteria Perancangan Pipa dan Jaringannya distribusi air menggunakan gravitasi, tekanan dlm jaringan pipa 1,5<p<7,5 bar, direkomendasikan menggunakan pipa baja yg digalvanisasi/HDPE/PN 10, kecepatan aliran 0,6<v<3 m/det, dilengkapi air release valve bila diperlukan, dll


SISTEM INSTALASI AIR LIMBAH 1. Sumber-sumber buangan air kotor : scrub up, wastafel, sloop sink, service sink, sink, shower, keran, stop valve, kloset, urinoir, dll 2. Kapasitas Air Limbah: Perkiraan perhitungan min. kapasitas sistem pengelolaan air limbah RS = 500 liter x jumlah TT. 3. Distribusi Keandalan penyaluran terdiri dari: a. Pompa Sewage : Jika gravitasi tdk dimungkinkan, perlu penggunaan pompa sewage termasuk pompa cadangan. b. Pipa/Jaringan Distribusi : Dual/Paralel System, dilengkapi bakcontrol 4. Semua air buangan yang dihasilkan dari semua kegiatan RS disalurkan keIPAL 5. Dalam rancangan instalasi gedung sebaiknya disiapkan pemisahaan antara pemipaan grey water dan black water. 6. Proses penyaluran air limbah ruang-ruang di RS dialirkan ke septic tank (sbg pretreatment) terlebih dahulu, selanjutnya limpasannya disalurkan ke Instalasi Pengolah Air Limbah(IPAL). 7. Air limbah dari dapur dialirkan ke bak kontrol untuk pemisahan kotoran padat, lalu dialirkan ke bak grease trap selanjutnya limpasannya disalurkan ke IPAL. 8. Air kotor dari laboratorium dialirkan ke alat pengolahan fisika kimia untuk netralisasi, lalu disalurkan ke IPAL 9. Penerapan konsep green hospital pemisahan jaringan pemipaan air limbah (black water dan grey water). - Hasil pengolahan black water : dapat dibuang langsung ke saluran IPAL apabila telah memenuhi syarat baku mutu. - Hasil pengolahan grey water : air sekunder yang dapat dimanfaatkan untuk flushing toilet dan menyiram tanaman. 10. Pertimbangan dalam pemilihan teknologi IPAL memiliki register teknologi ramah lingkungan yang dikeluarkan oleh KLHK


DIAGRAM PROSES PENGELOLAAN AIR LIMBAH RS


PARAMETER SISTEM TATA UDARA DI RS RANCANGAN PERMENKES TTG BANGUNAN, PRASARANA DAN ALKES RS 07 03 05 01 02 06 04 TEMPERATUR Pengkondisian udara di dalam gedung dg mengatur besarantermal, sesuai fungsi ruang DISTRIBUSI UDARA Distribusi udara adalah arah aliran udara dalam ruangan yang arahnya dari area bersih ke area kotor, ditentukan sesuai fungsi ruangan. KELEMBABAN UDARA RELATIF Kelembaban udara di setiap ruangan di rumah sakit adalah maksimal 60% KELAS KEBERSIHAN Tingkat konsentrasi partikulat, kontaminan, dan polutan di udara dalam suatu ruangan yang dipersyaratkan sesuai fungsi ruang JUMLAH UDARA VENTILASI TEKANAN UDARA Tekanaan udara dalam ruangan dapat positif (P), negatif (N) atau netral/standar/equal (E) sesuai fungsi ruang pelayanan JUMLAH PERTUKARAN UDARA TOTAL untuk melarutkan dan menghilangkan kontaminasi dalam bentuk bau, mikroorganisme udara, virus, kimia berbahaya dan zat radioaktif pemasukan udara segar (fresh air) dari luar ke dalam gedung, untuk menjaga kesegaran atau kualitas udara


SISTEM INSTALASI GAS MEDIK 1. Gas medik dan vakum medik di RS meliputi: 1) Oksigen (O2 ). 2) Dinitrogen oksida/nitrous oxide (N2O). 3) Karbon dioksida (CO2 ). 4) Udara tekan medik (MedicalAir/MA). 5) Udara tekan alat (CA). 6) Vakum medik (VAC). 7) Buangan Sisa Gas Medik (BSGA/AGSS). 2. Sentral (sumber/pasokan sentral) gas medik dan vakum medik 1) Tangki oksigen cair (tangki liquid oksigen). 2) Tangki oksigen cair yang bisa dipindah (tangki liquid oksigen portable/VGL (vessel gas liquid)/PGS (portable gassupply). 3) Tabung/botol gas. 4) Tabung yang berisi tekanan baik positif maupun negatif (bejana tekan). Gambar Sentral Gas Medis


SISTEM INSTALASI GAS MEDIK (2) 3. Manifold : seperangkat alat pengaturan tekanan gas medis dari tekan tinggi (2200 psi) menjadi tekanan rendah (55 psi). Jenisjenis manifold : Manifold Otomatis Penuh, Manifold Semi Otomatis, Manifold Manual 4. Suplai pasokan gas medik darurat (emergency supply) Ruang-ruang pelayanan kritis (R. Gawat Darurat, R. Perawatan Intensif, dan R. Operasi) harus disediakan suplai pasokan gas medik darurat dengan sistem instalasi. 6. Keandalan Penyaluran a) Sistem IGVM yang dirancang harus andal dalam melakukan penyaluran dari keluaran yang akan dihasilkan. b) Bilamana terjadi gangguan pada suatu jalur, untuk keamanan ruang-ruang lain, sebuah lampu indikator pada panel akan menyala dan alarm bel berbunyi, pasokan oksigen dan nitrous oksida dapat ditutup alirannya dari panel-panel yang berada di koridor-koridor, bel dapat dimatikan, tetapi lampu indikator yang memonitor gangguan. kerusakan yang terjadi tetap menyala sampai gangguan/kerusakan teratasi. c) Sistem pemipaan IGVM, diantaranya: ▪ Menggunakan Stainless Steel, khusus untuk instalasi Farmasi dan Produksi. ▪ Menggunakan Pipa Tembaga seri ASTM B819, BSEN 13348, JIS 3300 tipe L atau tipeK. 5. Pewarnaan pemipaan gas medik dan vakum medik


SISTEM INSTALASI GAS MEDIK (3) 7. Sistem Kontrol, terdiri dari pilihan: a. Sistem Kontrol Seluruhnya : IGVM sepenuhnya dipantau & dikontrol melalui IBMS RS. b. Sistem Kontrol Monitor : Pelaksanaan Monitoring dapat dipantau melalui IBMS namun pelaksanaan kontrolnya dilakukan secara manual melalui IGVM c. Sistem Kontrol Manual : Pelaksanaan kontrol & monitoring IGVM independen tidak terkait dg sistem lainnya. 8. Wall outlet gas medik dan inlet vakum medik a. Outlet gas medik dan inlet vakum medik jenis wall dipasang pada dinding dg ketinggian antara 140 s/d 150 cm di atas lantai. b. Ceiling outlet dipasang pada plafon dan dekat dg titik pemakaian, dekat dg bagaian kepala TT pasien pada r. perawatan bayi. c. Ceiling column dan ceiling pendant mengingat memiliki beban yg cukup berat ± 100 kg, maka konstruksi penggantung harus kuat menahan beban tsb. d. Pemasangan outlet pada ruang operasi/bedah maupun peralatan harus berfungsi secara otomatis, outlet akan tertutup rapat pada saat tidak terpakai dan terbuka apabila telah disambungkan dg alat penyalur gasmedik. e. Outlet/inlet yang dipasang pada bagian ceiling outlet atau ceiling column di atas, wajib mengikuti standard outlet/inlet yang sudah terpasang di dinding. f. Urutan pemasangan outlet gas medik harus tetap : Oksigen (O2 ), Dinitrogen oksida, (N2O), Udara tekan medik (UTM/MA), Udara tekan alat (UTA/TA), Vakum medik (udara hisap) (VAK/SAC), Karbon dioksida (CO2 ), Nitrogen (N),BSGA/WAGD.


SISTEM INSTALASI GAS MEDIK (4) 9. Outlet di ruang-ruang rumah sakit menggunakan jenis yang telah memenuhi persyaratan teknis. a) Ruang rawat inap : Setiap TT dilengkapi O2 dan vakum medik. b) Ruang rawat jalan : di klinik gigi dipasang outlet vakum medik dan udara tekaninstrumen. c) Ruang gawat darurat : Setiap TT dipasang outlet O2 dan vakum medik, TT tindakan & resusitasi dapat ditambah udara tekan medik d) Ruang perawatan intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU, HCU) : O2 , udara tekan medis, vakum medik. e) Ruang operasi : a) Setiap TT di r. persiapan dan pemulihan : O2 dan vakum medik. b) Ruang operasi terdiri dari: O2 , N2O, CO2 , udara tekan medis, udara tekan instrument, vakum medik,BSGA. f) Ruang Kebidanan : Setiap TT r. persiapan, tindakan dan pemulihan : O2 dan vakum medik. g) Ruang radiologi a) R. fluoroscopy, CT-scan, MRI : O2 dan vakum medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet udara tekanmedik. b) Ruangan general diagnostik : O2. c) Ruangan DSA : O2 , vakum medik, udara tekan medik, apabila diperlukan dapat dilengkapi outlet N2O dan instalasi BSGA. h) Ruang sterilisasi : r. pembersihan : udara tekan instrumen. i) Ruang diagnostik : a) R. endoskopi dan kolonoskopi : O2 , vakum medik, dan apabila diperlukan dapat dilengkapi udara tekan medik. b) R. persiapan dan pemulihan dilengkapi dengan 1 (satu) outlet O2 dan vakum medik. j) Ruangan hemodialisis : Tiap TT/kursi dialisis dilengkapi O2 , vakum medik dan apabila diperlukan dapat ditambah udara tekan medik.


PERSYARATAN SISTEM KELISTRIKAN (ELEKTRIKAL) DI RS Kualitas Listrik, kriteria yang harus dipenuhi : a. Mutu kestabilan tegangan antara 200 Volt ~ 230 Volt. b. Frekuensi 50 Hz ± 1 Hz. c. Harmonisa arus < 5%. d. Jaringan harus dirancang agar di titik akhir harus memenuhi kriteria kualitas dan kontinuitas layanan. Perhitungan dan penggambaran sistem kelistrikan dilaksanakan sesuai kaidah dan ketentuan yang berlaku (PUIL). Perhitungan kebutuhan listrik berdasarkan kurva beban (Load Curve) di seluruh ruangan selama 24 jam. Suplai listrik di tiap ruang dan bangunan rumah sakit harus tersedia selama 24 jam. Pada ruang-ruang fungsi pelayanan tertentu disyaratkan suplai listrik tidak boleh terputus. Oleh karena itu harus disediakan generator set dengan waktu peralihan maksimal 15 detik dan UPS (Uninterruptible Power Supply). 1 Sumber Listrik a. PLN (TR atau TM) b. Generator Set disarankan min. 2 unit dg kapasitas total 100% dari daya terpasang, waktu peralihan maks. 15 dtk c. UPS (Baterai), kapasitas sesuai kebutuhan tiap-tiap peralatan (kapasitas baterai min. 15 menit) 2 3 4 5 6 Kapasitas listrik, memperhitungkan secara pasti kebutuhannya dengan juga mempertimbangkan rencana pengembangan fasilitas pelayanan.


SISTEM KELISTRIKAN (ELEKTRIKAL) Pengelompokan dan klasifikasi keselamatan di lokasi medik berdasarkan fungsi ruang. Pengelompokan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu 0, 1, 2 dan kelas ≤ 0,5 detik, > 0,5 detik ≤ 15 detik. a. Kelompok 0 adalah lokasi medik di mana tidak ada bagian terapan yang akandigunakan. b. Kelompok 1 adalah lokasi medik di mana bagian terapan yang dimaksudkan untuk digunakan secara eksternal atau masuk ke sembarang bagian tubuh, kecuali berlaku pada kelompok2. c. Kelompok 2 adalah lokasi medik di mana terdapat bagian terapan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam penerapan seperti prosedur intrakardiak, ruang operasi/bedah, dan perawatan vital jika diskontinuitas (kegagalan) suplai dapat menyebabkan kematian. 8 9 Penggunaan outlet waterproof dan ditandai dengan warna sesuai suplainya (dari PLN, genset atau UPS). Outlet dapat terdiri dari satu phase atau tiga phase dan harus dilengkapi dengan grounding. Jumlahnya disesuaikan dengan fungsi ruang pelayanan. Dalam rangka pengamanan penggunaan daya listrik terhadap kemungkinan terjadinya tegangan sentuh, arus bocor, sambaran petir, kebakaran digunakan trafo isolasi dan grounding 7 10 Untuk menjaga keandalan penyaluran listrik ke tiap ruangan maka dilaksanakan penyaluran sistem loop, sistem penggandaan kabel dan ruang-ruang tertentu mendapat suplai sekering yang berbeda


CONTOH MODEL POWER HOUSE


SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF 1. Sistem Alarm dan Deteksi Kebakaran Lokasi penempatan instalasi sistem deteksi dan alarm kebakaran di RS 2. Alat Pemadam Api Ringan Lokasi penempatan dan Jenis yang digunakan sesuai fungsi ruang. 3. Hidran Halaman 4. Sistem Sprinkler Otomatik 5. Sistem Pompa Kebakaran 6. Sistem Ventilasi dan PengendalianAsap Gambar Sistem Penyediaan AirKebakaran Jenis APAR untuk ruangan di RS


SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PASIF dan rasi 1. Penerapan sistem proteksi pasif pada bangunan RS didasarkan pada fungsi/klasifikasi risiko kebakaran, geometri ruang, bahan bangunan terpasang, dan/atau jumlah dan kondisi penghuni. 2. Sistem proteksi pasif harus memenuhi persyaratan kinerja, tingkat ketahanan api dan stabilitas, tipe konstruksi tahan api, kompartemenisasi kebakaran, perlindungan pada bukaan 3. Desain bangunan dan fitur proteksi kebakaran desain dan pemeliharaan untuk minimasi efek kebakaran (panas, asap, dan gas- gas), mempertahankan keterpaduan sarana jalan keluar, Perlindungan penghuni terhadap bahaya akibat api dan asap, Memasang memelihara sistem alarm dan pemadam kebakaran, Fitur ope yang memenuhi syarat pencegahan kebakaran dan asap, dll Tipe Konstruksi Tahan Api Kompartemenisasi Kebakaran


SISTEM TRANSPORTASI DALAM GEDUNG Sistem transportasi vertikal di dalam bangunan gedung RS : 1. Lif a. Lif pasien (hospital bed elevator). b. Lif pengunjung (passenger elevator). c. Lif servis (dumbwriter). Jumlah, kapasitas, ukuran, dan konstruksi lif harus berdasarkan fungsi dan luas bangunan RS, jumlah pengguna ruang, dan keselamatan pengguna bangunan RS 2. Tangga penempatan, jumlah, persyaratan teknis 3. Ram ukuran, penempatan, persyaratan teknis, tingkat kemiringan (ram di dalam bangunan, kelandaian <60, atau perbandingan antara tinggi dan kemiringan 1:10 sedangkan ram di luar bangunan gedung kelandaian <50 atau perbandingan antara tinggi dan kemiringan 1:12. 4. Pneumatic Tube


TERIMA KASIH Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kav 4- Jakarta Selatan


ROMADONA KETUA TIM KERJA SARANA DAN PRASARANA FASYANKES RUJUKAN Direktorat Fasilitas Pelayanan Kesehatan KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA JAKARTA, 27 JANUARI 2023 PERATURAN MENTERI KESEHATAN NO. 40 TAHUN 2022 Disampaikan Dalam Diskusi Kupas Tuntas PMK No. 40 Tahun 2022”Tentang Persyaratan Teknis Bangunan, Prasarana dan Peralatan Kesehatan di RS


Click to View FlipBook Version