The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Vicky Saputra, 2023-04-22 05:06:44

Kala Batu 2023

Booklet Festival

Kala Batu, Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Depan Kala adalah Waktu, dan Batu menjadi sumber tema kami, dari cerita awal kenapa grup kami bernama Palak Batu?. Singkatnya, berharap dengan Palak Batu Creative Community ini kami akan selalu berusaha dan konsisten dalam memajukan kesenian dan pariwisata Indonesia khususnya daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan ekosistem kesenian baru yang kegiatannya berkelanjutan. Perjalanan Kala Batu terinspirasi dari sejarah awal Era Triasic dan Benua Pangea (asal muasal Batu di Pulau Bangka dan Belitung) sejarah formasi batu batu alam yang secara organik mewujud tanpa campur tangan manusia. Selain dari sejarah, batu menjadi simbol akan kayanya Mineral mineral hasil bumi dari Prov Kep Bangka Belitung. Pertunjukan utama (main performance) yg berjudul “Kala Batu” ini akan bercerita tentang perjalanan dari Pulau Bangka dan Belitung. 9 orang Founder palak batu berkolaborasi dalam karya ini, jadi ini merupakan kayak kolaborasi dari beberapa seniman dari berbagai disiplin seni. Kala Batu, dimana waktu berhenti dan membatu disaat para seniman saling bertukar pikir, menunjukkan karyanya dan berkolaborasi. Titik temu para batu/seniman yang selama ini hanya bertegur sapa dengan interaksi seadanya di media sosial mereka, sekarang akan menjadi


lebih nyata konektivitasnya pada festival ini. Karya seniman dari Bangka Belitung dan daerah lain langsung bisa dilihat oleh penonton/ pengunjung/penikmat seni di Pulau Bangka. Di Kala Batu kami semua berkumpul dan merayakan lahirnya ekosistem kesenian baru di Bangka Belitung. Festival ini di gagas oleh PALAK BATU Creative Community yang merupakan Prototype community dibidang industri kreatif khususnya Prov Kep Bangka Belitung. Kami terbentuk dari sekumpulan para seniman/kreator seni pertunjukan yang mempunyai latar belakang pendidikan seni dan pengalaman dibidang seni pertunjukan. Pendiri PALAK BATU Creative Community terdiri dari 9 orang pemuda pemudi Asli Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Rizki Suharlin Putri, “Kami ingin membuat sistem yang dimana sistem tersebut telah mempunyai pengalaman Tim per-divisi dalam praktik seni. Sistem yang nantinya akan mengundang partisipasi masyarakat dan pemerintah setempat dalam memelihara Budaya dan Pariwisata lewat Kesenian”, Palak Batu Arts Festival dengan Tema Kala Batu akan berlangsung selama 3 hari, 28-30 April 2023 di pantai Tongaci - Delocomotief Sungailiat. Kegiatan ini didukung/diikuti oleh 104 orang seniman/Pelaku Budaya/ Pelaku seni dari penjuru Prov. Kep. Bangka Belitung yang aktif berkarya, para seniman ini murni memberikan apresiasinya terhadap festival ini atas nama Seni dan Karya.


ORANG BANGKA, NARASI, DAN DESTINASI oleh: Linda Christanty, sastrawan dan pegiat budaya Ketika saya mengunjungi Benteng Alamo di San Antonio, Texas, teman saya, orang Amerika berkata, itu hanyalah ruang kecil dan lebih besar ruang dalam rumahnya. Tapi Benteng Alamo adalah salah satu destinasi populer di San Antonio, yang dikunjungi pelancong seluruh dunia. Ceritalah yang membuatnya sangat berharga melampaui fisiknya. Benteng ini dijadikan museum, dilengkapi toko cinderamata, dan taman yang terawat. Sebuah hotel tua di Kota Bangkok dipugar dan menjadi hotel berbintang lima Mandarin Oriental. Tidak sekadar menjual kamar, hotel ini menjual narasi sejarah sastra. Sebuah kamar yang pernah diinapi Joseph Conrad, sastrawan Inggris terkemuka itu, dijadikan kamar ikonik sejarah. Belum cukup dengan itu hotel ini turut mensponsori penghargaan sastra Asia Tenggara yang diselenggarakan Kerajaan Thailand sejak 1979, SEA Write Award. Di hotel ini ada Dinding Penulis, tempat nama para penerima penghargaan tersebut dipahat dari tahun ke tahun, dekat kamar Joseph Conrad. Nama saya juga terpahat di dinding itu. Hotel tua di Bogor, Hotel Salak adalah hotel bersejarah dan salah seorang sastrawan terkemuka kita, Iwan Simatupang, cukup lama tinggal di sana. Sayang sekali, belum terlihat upaya untuk menjadikan hotel ini sebagai destinasi sejarah sastra. Berdasarkan pengalaman berwisata kita semua, ada tiga unsur penting tidak terpisahkan untuk membuat sebuah situs atau tempat dapat menjadi destinasi wisata berkelas dunia, yaitu situs itu sendiri, narasi atau ceritanya, dan manusia sebagai subyek atau pembentuk cerita yang terkait dengan situs tersebut.


Di provinsi Bangka-Belitung banyak sekali situs atau tempat yang memenuhi syarat destinasi berkelas dunia. Pulau Bangka, khususnya, adalah pulau timah terbesar di dunia, yang diselimuti sastra lisan dan narasi sejarah yang teramat kaya. Di Gunung Maras lahir kisah Buluh Perindu, cindai, dan Bukit Tambun Tulang. Di Bukit Tambun Tulang ada kuburan pasangan kawin sumbang, sebutan orang Bangka untuk inses yang dianggap aib atau dosa besar. Syahdan, Sawerigading tiba di Pulau Bangka dan kelaparan. Ia putra Raja Luwuk, tetapi di Bangka ia disebut putra Raja Bone. Makhluk halus dari Gunung Kelidang memberi Sawerigading makanan dan memberitahunya tentang sepasang jenazah di kawasan gunung itu. Sawerigading lantas memakamkan mereka. Di Pantai Permis ada legenda Kek Antak, raksasa yang dianggap leluhur orang Bangka. Ia berkelahi dengan Kek Bedengung untuk menentukan siapa yang lebih tua. Dari sinilah lahir pantun Serapah Akar Keladi. Perkelahian Kek Antak dan Kek Bedengung begitu hebat hingga membentuk teluk yang indah di Pulau bangka, yaitu Teluk Kelabat. Di Mapur, ada kisah kampung Bubung Tujuh, yang mistis. Suku Lom luar dan suku Lom dalam juga tinggal di Mapur. Antropolog Norwegia, Olaf Haraldson Smedal, pernah tinggal beberapa tahun di Mapur untuk menulis bukunya Order and Difference, An Ethnographic Study of Orang Lom of Bangka, West Indonesia. Orang Lom percaya leluhurnya turun dari langit lalu mendarat di Bukit Semidang di Belinyu.


Pulau Bangka disebutkan dalam cerita rakyat Siak, Legenda Lancang Kuning, sebagai tempat orang berilmu tinggi dan bersihir hitam. Cerita Rakyat Pulau Bintan menyebut Pulau Bangka dan tokoh Jenggot Kawat, nenek moyang orang Bangka, yang dianggap saudara kandung orang Bintan. Banyak lagi cerita dari khasanah sastra lisan atau sejarah tutur yang memberi makna pada tempat atau destinasi di Pulau Bangka. Dulu ada sebuah kerajaan Hindu Waisnawa di Bangka. Kota Kapur, namanya, merupakan kerajaan yang jauh lebih tua dari Sriwijaya, diperkirakan berdiri pada abad ke-2 Masehi. Kota Kapur ditaklukkan oleh Johor pada abad ke-16. Raja Kota Kapur terakhir bergelar Pati Singa Panjang Jungur kalah berperang melawan panglima perang Kerajaan Johor, Raja Alam Harimau Garang. Kerangka utuh perahu Harimau Garang tersimpan di Kotawaringin. Kerajaan ini pertama kali ditaklukkan Sriwijaya, lalu Majapahit, lalu Demak, dan akhirnya Johor, sehingga menjadi kerajaan vassal. Situs sejarah tertua yang tertulis atau terdokumentasi ada empat di Pulau Bangka, yaitu situs Kota Kapur, situs Bangka Kota, situs Kota Mentok, dan situs Kota Toboali. Berdasarkan laporan ekspedisi Cheng Ho, armadanya pernah membuang jangkar di perairan Bangka dan singgah di Toboali pada abad ke-15. Ketika itu Toboali bukan kota, tetapi perkampungan besar. Kota Toboali menjadi salah satu destinasi setiap peringatan ekspedisi Cheng Ho, selain Kota Semarang yang tersohor di Jawa Tengah. Sejarah kota modern pra Indonesia di Pulau Bangka dimulai di Mentok, yang berkesinambungan pemerintahan daerahnya, dari abad ke18 sampai dengan awal abad ke-20, sejak masa Kesultanan Palembang sampai masa Hindia Belanda. Kota ini menjadi pusat pemerintahan, ekonomi, budaya, seni, kuliner, dan kerajinan. Masyarakat urban pun terbentuk. Raja Thailand Chulalangcorn mengunjungi Mentok pada tahun 1896. Kota ini juga menjadi simbol kebersamaan suku bangsa dan kepercayaan. Klenteng dan masjid berdekatan. Di kota ini pula lahir slogan persatuan antara suku Melayu dan China “tongin fan ngin jitjong”


pasca revolusi kemerdekaan. Waktu itu orang-orang China di Mentok adalah suku Hokkien, yang pindah dari Pulau Siantan di Kepulauan Riau. Sekarang hampir 90% orang Tionghoa di Pulau Bangka adalah suku Hakka. Orang-orang Hakka didatangkan sebagai kuli kontrak tambang timah di Mentok di masa Kesultanan Palembang, VOC dan Hindia Belanda. Di kota ini juga ada rumah Mayor China, Tjung A Thiam, yang telah menjadi situs budaya dan rumah burung walet. Cucu Mayor Tjung, Babah Merah, adalah satu-satunya sahabat akrab kakek saya, seorang Melayu. Bagi kolonialisme Inggris di masa Raffles, ada dua kota terpenting di Bangka, yaitu Kota Mentok (Fort Nugent) dan Kota Belinyu (Fort Wellington). Pulau Bangka tidak pernah dikuasai VOC, tetapi menjadi wilayah di bawah kuasi, karena Kesultanan Palembang adalah protektorat VOC. Perjanjian Sultan Palembang dan VOC pada 1685, antara lain menyatakan VOC berhak mengeksploitasi Pulau Bangka. Kota Mentok teramat penting dalam sejarah nasional Indonesia. Di kota ini pihak Indonesia dan Belanda pertama kali membuat keputusan politik untuk mengakhiri perang. Mereka bersepakat di Gunung Menumbing, Kota Mentok, pada 1949. Belanda mengakui dan menyerahkan kedaulatan kepada Indonesia pada tahun yang sama. Di rumah peristirahatan Gunung Menumbing pula Sukarno, Hatta, Agus Salim, Syahrir, dan sejumlah tokoh republik ditawan pemerintah kolonial Belanda. Mentok waktu itu adalah kota yang luar biasa ramainya. Pesawat-pesawat terbang naik turun di lapangan terbang Mentok. Dulu ada dua lapangan terbang di Pulau Bangka. Sekarang tinggal satu, yaitu di Pangkalpinang. Pulau Bangka menjadi pulau silang budaya, karena pertambangan timah, migrasi, dan kolonialisme. Pertambangan ini mempekerjakan orang-orang bumiputra, para kuli dari China dan para perantau dari negara lain. Namun, pulau ini juga menjadi pusat bajak laut dalam kurun waktu panjang. Pusat-pusat penampungan timah dulu dikelilingi benteng untuk menahan serangan bajak laut. Di Tempilang, kepala bentengnya


adalah orang Vietnam. Serangan terhadap benteng Tempilang membuat Lang Guan, seorang jago silat, didatangkan dari China. Mereka dibantu perempuan pesilat setempat bernama Nek Padang. Para bajak laut datang dari berbagai penjuru, antara lain dari Lingga, Indragiri, dan Filipina. Di Kota Panji juga ada benteng pusat penampungan timah. Panglima Bangka tersohor yang melawan bajak laut di Kota Panji adalah Mak Miak. Di zaman Majapahit, Kota Panji sudah disebut dalam lontar, selain Punggur di kaki Gunung Menumbing, Tanah Jeruk dekat Kotawaringin, dan Maras. Sejarah Indonesia modern dan dunia merekam bahwa perbudakan terbesar yang menghabiskan 90% penduduk sebuah wilayah terjadi di Pulau Bangka. Kejahatan kemanusiaan ini berlangsung pada akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19, yang dikenang orang Bangka sebagai Perang Lanun. Orang-orang Bangka ditangkap seperti ayam untuk dijual ke seluruh tempat di Asia Tenggara, termasuk ke Jambi, Indragiri, Kepulauan Riau, Semanjung Malaka, Sambas, Brunei, dan Indochina. Orang-orang yang menolak jadi budak bersembunyi di hutan, lalu menyerah untuk dijual karena kelaparan. Bajak-bajak laut sudah memasuki Pulau Bangka sejak Kesultanan Riau jatuh pada 1784, di tahun ini Raja Haji Fisabillilah terbunuh melawan armada VOC di Teluk Ketapang, Malaka, dan mereka masih merajalela ketika Inggris menguasai Pulau Bangka pada 1812. Bajak laut baru benar-benar terusir pada 1830 oleh armada Belanda yang menguasai sebagian besar pulau setelah Inggris menyerahkan Bangka pada 1817. Menurut Raffles, berdasarkan laporan Rabert Rollo Gillespie dan penyelidikannya sendiri, penduduk Bangka tidak sampai 10% jumlahnya ketika Inggris datang akibat perdagangan budak oleh bajakbajak laut. Gillespie adalah jenderal penakluk Kesultanan Palembang yang menerima Pulau Bangka sebagai tanda kemenangan perang dari Sultan Palembang. Dengan demikian, Pulau Bangka resmi dijajah kolonialisme Barat.


Kurau di Koba adalah benteng terbesar bajak laut. Pertempuran habis-habisan orang Bangka melawan bajak laut berlangsung di kota ini pada 1805, sehingga lahir istilah Bangka “ancok kurau”, yang setara dengan kata “amok” maknanya dalam bahasa Melayu Asia Tenggara. Walaupun mengalami serangan brutal dan perbudakan bajak laut, orang Bangka bangkit melawan kolonialisme Inggris dan Belanda. Perlawanan ini baru berakhir dengan ditangkapnya Batin Tikal di Sungai Selan pada 25 Februari 1851, yang juga menandai akhir Perang Bangka dan perlawanan Batin Tikal terhadap kolonialisme Barat sejak 1812. Perjuangannya tidak pernah terputus dan konsisten. Pulau Bangka layak menjadi pulau wisata sejarah kemanusiaan. Perbudakan di Bangka masa lalu lebih mengerikan dan masif dibanding perbudakan di Lebak oleh Adipati Lebak yang membuat Museum Multatuli berdiri di Banten untuk mengenangnya, jumlah korban bajak laut di Bangka melebihi korban Perang Aceh, korban perang Timor Leste, dan korban Yahudi dalam perang Nazi di Eropa. Situasi yang menyamai pertempuran dan kehancuran di Pulau Bangka adalah Perang Blambangan di Jawa Timur pada 1877, antara kerajaan Blambangan dan VOC serta sekutunya, Kerajaan Madura. Orang Blambangan musnah tinggal 8.000 jiwa dari populasi awal 60 ribu jiwa. Selain membuka destinasi wisata dengan/ atau berdasarkan kekayaan narasi sejarah kota atau kampung, dan sastra lisannya, Museum Sejarah Kemanusiaan layak dibangun di Pulau Bangka untuk mendokumentasikan kegigihan umat manusia melawan kehancuran dan bangkit kembali menjadi masyarakat yang plural, demokratis, multibudaya, dan multietnis.***


SANGGAR SENI BERIJAU | Bangka, Sungailiat Biografi Singkat Grup: Sanggar seni Berijau adalah sanggar yang ada di bawah naungan SMAS Setiabudi Sungailiat, yang di bina oleh Rusihan selaku guru seni budaya. Koreografer : Rusihan, S.Pd.


Judul Karya : “WAKTU” Sinopsis : Dalam situasi pandemi covid 2019 melanda Indonesia, banyak di antara kita yang terhenti langkah nya. Sosial dan pendidikan menjadi terbelenggu karena ketakutan. Bukan hanya ketakutan untuk bersosialisasi tetapi takut akan kehilangan sanak keluarga. Namun di era new normal ketakutan itu harus di hilangkan. Berani menyongsong kehidupan yang baru di era yang kita jalani saat ini.


SANGGAR EC ECO | Bangka Tengah & Pangkal Pinang Biografi Singkat Koreografer: Lulusan Pend. Seni Tari UPI 2014. Sekarang mengajar guru Seni Budaya di SMA N 1 PANGKALAN BARU. Koreografer : Apriaminandar, S.Pd.


Judul Karya : “NGAPE”


NEW GENERATION ACADEMY | Pangkal Pinang Biografi Singkat Grup : NEW GENERATION ACADEMY , atau sering di panggil NGA, adalah salah satu Academy dance untuk kalangan usia dari 2 sampai dengan 40 tahun. NGA dibuat pada tanggal 28 Januari 2018, tujuan dibuatnya NGA Academy Dance, untuk menampung dan membimbing anak-anak yang ini belajar tentang modern dance dari belum bisa menari sampai sudah bisa menari. Koreografer : Anthonia Juli Cancera / Hiphop Basic


NGA juga salah satu komunitas untuk anak2 yang mau belajar membuat dance cover dll. NGA terdiri dari beberapa kelas seperti : HIPHOP DANCE, CONTEMPORARY DANCE, PLAY AND DANCE CLASS (2 sd 6 tahun), KIDS BASIC DANCE, KPOP DANCE, PELENTURAN BADAN. Yang di ajarkan oleh kakak yang sudah di akui kemampuannya 1. ANTHONIA JULI CANCERA 2. JOVINKA AGATHADIANTI 3. AVANZA RAMADHAN.


HEATWAVE | Pangkal Pinang Biografi Singkat Grup : Hype Dance Crew terbentuk pada tahun 2018 dan masih aktif hingga sekarang, komunitas ini bertujuan untuk menampung remaja penggemar Kpop dan juga Dance Cover dari usia 13 tahun hingga 21 tahun. selain Kpop Cover Dance, Hype Dance Crew juga menggeluti Tari Tradisional, Kreasi, dan Hiphop. Dari Komunitas HYPE DANCE CREW


HYPE VILLAIN | Pangkal Pinang Biografi Singkat Grup : Hype Dance Crew terbentuk pada tahun 2018 dan masih aktif hingga sekarang, komunitas ini bertujuan untuk menampung remaja penggemar Kpop dan juga Dance Cover dari usia 13 tahun hingga 21 tahun. selain Kpop Cover Dance, Hype Dance Crew juga menggeluti Tari Tradisional, Kreasi, dan Hiphop. Dari Komunitas HYPE DANCE CREW


M. Anugrah Sepdiansyah | Beltim, Manggar Koreografer : Anugrah Sepdiansyah


Judul Karya : “METAFORA” Biografi Singkat Koreografer: M. Anugrah Sepdiansyah atau akrab di panggil Ega, adalah lulusan dari program studi Seni Tari di Institut Kesenian Jakarta, Selain terlibat dalam dunia Seni Tari, Ega juga aktif sebagai Koreografer dan Penari. Pernah terlibat sebagai Koreografer dan Penari dalam event Mahakarya Tari Nusantara 2017 dan event Babukung Unity In Diversity 2018. Pernah berkolaborasi dengan Koreografer Jepang dan tampil bersama salah satu maestro tari Indonesia, Bapak Tom Ibnur di Malaysia. Sinopsis : Tarian ini menceritakan tentang seseorang yang membiasakan diri dengan lingkungan sekitar, dengan mengambil hal baik dan membuang hal buruk nya.


SEPRADIK NUSANTARA | Bangka Barat, Tempilang Biografi Singkat Koreografer: Merupakan lulusan program studi Seni Tari Universitas Negeri Jakarta. Saat ini Fajri adalah seorang pelaku seni tari yang aktif dalam beberapa kegiatan seni seperti mengajar atau pelatih tari , Juri Tari hingga menjadi penari dan koreografer misi budaya di luar negeri. Fajri aktif sebagai pengajar sanggar tari di Jakarta seperti sanggar Gandrung Dance Studio dan Sanggar tari Mustika ayu. Selain mengajar di sanggar Fajri juga aktif mengajar sekolah, Kampus dan instansi kepemerintahan di Jakarta untuk menggarap karya tari seperti SD,SMP dan SMA Islam Al azhar 1 , SMAI Al Azhar 8 Summarecon Bekasi, SMAI Al azhar 3 Jakarta dan pernah mengajar di SMP Bakti Mulya 400 Jakarta hingga beberapa sekolah negeri dan swasta di Jakarta. Selain Koreografer : Fajri Tri Raharjo


Judul Karya : “NGANGGONG” Sinopsis : Tari Nganggong merupakan sebuah wujud penyajian utuh pengembangan karya tari kreasi baru tunggal berbasis tradisi dari daerah Bangka Belitung. Karya tari menggambarkan tentang kegiatan nganggung dimulai dari persiapan, pelaksanaan hingga penutupan acara yang ditandai dengan salam-salaman. Tempat pertunjukan yang memanfaatkan pekarangan situs Benteng Kota Tempilang, diharapkan mampu membangun suasana dalam karya tari. Nganggong adalah tradisi makan bersama di dalam masjid dengan membawa makanan dari rumah, menggunakan Rantang makanan ataupun Dulang yang ditutup dengan Tudung Saji. Koreografer berharap melalui karya tari ini, generasi muda lebih mengenal dan mencintai peninggalan leluhur seperti tradisi Nganggong sebagai warisan budaya tak benda Bangka Belitung. itu pernah menggarap karya tari untuk perlombaan UI Artwar Fakultas kedokteran dan Fakultas Farmasi UI hingga perlombaan antar dokter gigi dari Fakultas kedokteran Gigi Trisakti. Sedangkan untuk instansi kepemerintahan Fajri pernah menggarap karya tari untuk acara Internal atau perlombaan karya tari DWP Kementrian pertahanan, DWP Kementrian Perhubungan Darat, Laut, Udara, STTD Bekasi, karyawan Kementrian keuangan, karyawan BRI Pusat dan Brilian Dance, dan berbagai instansi Lainnya. Penghargaan dan prestasi yang Fajri miliki diantaranya : Pemenang “ Ekspresi tari virtual 2020-pengembangan Tari Kreasi Baru Tunggal”, Tingkat Nasional- Kemdikbud, Penghargaan sebagai Penari Nusantara Kreasi Solo Pria Terbaik - Indonesia Dance Choice Award 2020, Juara 1 Felka Al Azhar tingkat SMA 2019 Sampai 2023 sebagai koreografer dan beberapa penghargaan lainnya. Sedangkan untuk Pengalaman berkesenian Fajri pernah mengikuti beberapa acara Festival dan misi Budaya tingkat internasional seperti Festival BIAF ( Bandung Internasional Arts Festival), MAF ( Malaka Arts Festival) dan menjadi penari misi budaya di beberapa negara seperti Expo Dubai, Greece-Yunani, Australia, Korea Selatan, Miami - Florida US , Philipina, Malaysia, Singapura, Thailand, dan India.


Jovinka Aghatadianti | Pangkal Pinang Judul Karya : “CANTIK” Sinopsis : Karya Cantik telah hadir sejak 2022 sebagai karya Tugas Akhir, karya yang didasari dari isu sosial standar kecantikan perempuan di Indonesia. Karya ini telah dikemas baru menjadi karya tunggal.


KITA Kreatif Ft Haleluya Creative Ministry | Pangkal Pinang Biografi Singkat Grup: KITA Kreatif merupakan wadah seni di Bangka Belitung yang memiliki harapan meningkatnya kecintaan anak muda kelahiran Bangka Belitung kepada Seni sehingga semangat dan potensi dapat membuahkan hasil untuk kesenian Bangka Belitung. Haleluya Creative Ministry merupakan bagian dari Gereja Pantekosta Di Indonesia Haleluya Pangkal Pinang dalam bidang kesenian. Berdiri di tahun 2012. Berfokus pada tari tamborin, banner dan alat-alat lainnya sesuai pergerakan dan karya Tuhan dalam setiap pelayan Tuhan. Koreografer : Ivena Nathania, S.Sn & Jovinka Agatha Dianti S.Sn, Judul Karya : “PUJI TUHAN” Sinopsis : Sungguh indah paras itu. Sungguh baik hati itu. Sungguh elok wahai dunia. Oh nikmat kudapan ini. Siapa yang membuat ini? Sang Pencipta. Dia lah namanya Tuhan.


Rosmala Sari Dewi | Depok – Jawa Barat Biografi Singkat Grup: Rosmala Sari Dewi adalah seorang penari, koreografer, dan pengajar tari. Menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Penciptaan Tari Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung, pendidikan S2 Jurusan Seni Urban di Pasca Sarjana Institut Kesenian Jakarta, mengikuti Short Course di Broadway Dance Center New York serta saat ini sedang menempuh pendidikan S3 di Institut Seni Indonesia Surakarta bidang Penciptaan Seni. Pada tahun 2008, mendirikan sanggar tari tradisional yaitu Gandrung Dance Studio di Jakarta serta Sanggar Nyi Ronggeng di Depok. Selain itu, Rosmala juga aktif membuat karya tari baik kreasi nusantara maupun kontemporer yang telah dipentaskan di berbagai event baik dalam negeri maupun luar negeri. Koreografer : Rosmala Sari Dewi


Judul Karya : “Ronggeng” Sinopsis : Ronggeng lampau dan ronggeng saat ini


Seni Marsan (Dance) x Rayen Minor (Music) | Makasar & Batam Koreografer : Seni Marsan


Biografi Singkat Grup: Seni Marsan merupakan alumni jurusan tari Institut kesenian Jakarta 2010 Kemudian mendapatkan gelar masternya juga di Institut Kesenian Jakarta peminatan Seni Urban dan Industri Budaya pada tahun 2014. Saat ini menjadi dosen seni tari di fakultas seni Universitas Universal Batam. Ia aktif bekerja sama dengan koreografer, sutradara dan grup musik dalam dan luar negeri serta mengikuti dan mengisi workshop yang diselenggarakan ataupun dipentaskan di beberapa negara dan di berbagai daerah di Indonesia. Karyanya telah ia pentaskan antara lain di Sidance Festival di Seoul, Sejong Art Festival di Korea, Harare International festival of Art di Zimbabwe, Mini konser kedutaan Indonesia di Zimbabwe Afrika. Judul Karya : “Teduh” Sinopsis : Peluk aku Maka tangisku akan pecah bukan karena terharu tapi karena akhirnya aku tahu di hadapanku juga manusia. Kolaborasi Rayen Minor membawakan eksperimental musik dengan Seni Marsan. Keduanya akan berinteraksi memberi aksi dan reaksi yang dibingkai dalam proses menyembuhkan diri menuju teduh.


Rereziq Karim | Yogyakarta - Bangka Biografi Singkat Grup: Rezika Mariandy Karim yang lebih akrab disapa Rereziq Karim, lahir di Pangkal Pinang, 22 Maret 1996. Merupakan Putra asli Bangka yang mencintai dunia seni, merantau dan menyelesaikan pendidikan S-1 di jurusan Tari, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Saat ini, ia tidak hanya berfokus pada tari, namun juga pada bidang fashion design. Sejak kecil Rereziq Karim menyukai segala yang berbau Fashion karena Isrowati, Ibundanya yang kerap melakukan mix and macth pada pakaian keseharian atau bepergian Rereziq karim, menjadi kebiasaan sampai sekarang. Inilah yang memberanikan Rereziq Karim membuat brand di tahun 2020 setelah konsisten berkarya tari bersama tim Maharoepa Art Project, ia memulai peruntungan dalam dunia fashion dengan menampilkan koleksi pertama dari Maharoepa by Rereziq Karim. Koleksi busana yang dihadirkan Rere merupakan busana casual dan formal dengan sentuhan etnik berbagai daerah di Indonesia. Kecintaan dan kesungguhannya dalam menampilkan busana terbaik selalu ditunjukan dalam berbagai fashion show yang ia ikuti, diantaranya JRM 2020, JFP 2020, Explore Tajmahal Surabaya 2020, SFW 2021, Aira 2021, JFW 2021, BFP 2021, Rendezvous JCM 2022, JFW 2022, Jagadhita 2022, Jogja Model Search 2022, Wastra Katresnan vol.3 2023 dan Glorius Celebration 2023. Beberapa koleksi busananya yaitu Cual Naga Bertarung 2020, Nyawa 2020, Songket Tajmahal 2020, Jembatan Merah 2021, Pamungkah 2021, Segak 2022, Nyawa Sangseta 2022, Abhieseka 2022, Swakarya Abimanyu 2023, Karasadha Djiwa 2023, Satya Bhavana 2023 dan Pamungkah Abipraya 2023. Bagi Rere, busana yang ia hadirkan melalui Maharoepa by Rereziq Karim merupakan bentuk doa dan Refleksinya, dengan harapan penggunanya dapat mengungkapkan segala doanya lewat bentuk busana tersebut. Busananya juga sudah banyak dikenakan oleh berbagai kalangan dan beberapa busananya sering dikenakan oleh Aktor, Aktris, Penyanyi, pegent nasional/ international , Master Of Ceremony papan atas seperti Deny Sumargo, Anggi Marito, Danang Pradana, Cak Sodik, Calvin Jeremy, Indra Jegel, para jebolan KDI dan masih banyak lagi. Koreografer : Rereziq Karim


Judul Karya : “Shang” Sinopsis : Karya Tari SHANG hadir sebagai bentuk kegelisahan atas tahun-tahun kejayaan sahang (lada) bagi masyarakat Bangka Belitung yang dikikis nyaris tak bersisa oleh tambang timah. Terutama setelah tahun 1980, lubang-lubang tambang beradu jumlah memenuhi tanah yang mestinya subur berlimpah sahang (lada). Kejadian ini terus berlanjut dan berakibat fatal, bukan hanya sejarah mengenai sahang yang bergeser, namun nilai-nilai sahang yang dijadikan pandangan atau pedoman hidup oleh masyarakat Bangka Belitung juga perlahan ikut menghilang. Bercermin pada kondisi ini, karya Tari SHANG diciptakan untuk menjadi pengingat bagi seluruh pemilik tanah dan kekayaan alam Bangka Belitung. Tidak selamanya tambang-tambang yang digali dapat terus menghidupi masyarakat, sudah semestinya sahang kembali turut ambil bagian dalam sektor perekonomian, agar seluruh sumber daya dan penghasilan masyarakat Bangka Belitung tidak habis begitu saja. Secara koreografi, karya Tari SHANG dikemas dengan gerak-gerak simbolik. Tubuh sebagai media utamanya menghadirkan visual gerak yang menjadi representasi rasa gelisah, semangat, kegigihan dan perjuangan dalam membangkitkan kembali sahang pada masa kejayaannya. Di sisi lainnya, karya ini membawa kembali makna menanam sahang (lada) bagi masyarakat Bangka Belitung, yakni kesabaran, keberlanjutan, dan kesejahteraan. SHANG, sahang, hidup ini. Tak boleh habis diganti peluru-peluru SHANG, sahang, luka ini Balut kembali agar tak habis dimakan waktu


Eyi Lesar | Jakarta Biografi Singkat : Ferry Alberto Lesar, a dancer and choreographer, was born in Manado, 13 February 1993. As an alumni of the Department of Dance, Jakarta Arts Institute (IKJ), he studied various dance genres such as break dance, traditional, modern, even hip-hop which later influenced his choreography style. He has collaborated with a number of notable choreographers from Indonesia and overseas, including Hartati, Eko Supriyanto, Tom Ibnur, Yola Yulfanti, Peter Wilson (Australia), Kapronczai Erika (Hungary), and Arno Schuitmaker (Nederland) and Ahn Eun Me Dance Company in 2022 (Korea). Koreografer : Eyi Lesar


Judul Karya : “Season” Sinopsis : a time to tear and a time to mend, a time to be silent and a time to speak, a time to love and a time to hate, a time for war and a time for peace.


Gebi Amandasari | Tempilang, Bangka Barat Koreografer : Fajri Tri Raharjo


Biografi Singkat : Gebi Amandasari perempuan kelahiran Tempilang bangka Barat yang sedang menempuh studi di universitas negeri Jakarta dan aktif berkesenian di berbagai sanggar salah satunya di sepradik Nusantara. Penghargaan dan prestasi yg dimiliki gebi salah satunya ialah pengisi acara di Indonesia G20 dan performance tari Bali di Jakarta internasional school. Judul Karya : “NGANGGONG” Sinopsis : Tari Nganggong merupakan sebuah wujud penyajian utuh pengembangan karya tari kreasi baru tunggal berbasis tradisi dari daerah Bangka Belitung. Karya tari menggambarkan tentang kegiatan nganggung dimulai dari persiapan, pelaksanaan hingga penutupan acara yang ditandai dengan salam-salaman. Tempat pertunjukan yang memanfaatkan pekarangan situs Benteng Kota Tempilang, diharapkan mampu membangun suasana dalam karya tari. Nganggong adalah tradisi makan bersama di dalam masjid dengan membawa makanan dari rumah, menggunakan Rantang makanan ataupun Dulang yang ditutup dengan Tudung Saji. Koreografer berharap melalui karya tari ini, generasi muda lebih mengenal dan mencintai peninggalan leluhur seperti tradisi Nganggong sebagai warisan budaya tak benda Bangka Belitung.


Puan Himalaya | Pangkal Pinang Biografi Singkat : Puan Himalaya merupakan klub etnik stoner Kepulauan Bangka Belitung yang terbentuk pada tahun 2022 silam dengan susunan personil - Gita (Vokal) - Frizki (Gitar) - Delly (Bass) - Fikar (Dambus) - Akbar (Drum) Judul Karya : “Etnik Stoner”


KAMPUSENI | Muntok Biografi Singkat : --- --


RENO IZHAR | BELITUNG TIMUR Biografi Singkat : Reno Izhar adalah lulusan program studi Etnomusikologi di ISI Surakarta dan aktif sebagai composer dan Perkussionist. Pernah mendapat bestplayer Gendang Rebana di acara POM(Persatuan Orang Melayu) Kalimantan Barat tahun 2021. Sering bekerja sama dengan seniman seniman besar pada program Closing Concert October Meeting Contemporary Music and Musicians 2020, Musisi pada Opening SIPA 2018 dan composer di acara World Music Day Swami Vivekananda Cultural Center Bali tahun 2020. Musisi


Alisa Soelaeman | Jakarta Judul Karya : “Akar Air dan Yang Jatuh”


Mawar December | Balikpapan Judul Karya : “Bacari Amas”


Densiel Prismayanti Lebang | Jakarta Judul Karya : “CHAOTIC”


Rereziq Karim | Yogyakarta - Bangka Judul Karya : “PELOH”


Irfan Setiawan | Belinyu, Bangka Judul Karya : “Re Reading Impact”


Click to View FlipBook Version