10 Kejadian pendudukan Todi Ahmad Kurnia
militer Jepang di
Indonesia XI IPS
Sejarah Indoneisa
Masa pendudukan Jepang di Nusantara
yang saat itu masih bernama Hindia
Belanda dimulai pada tahun 1942 dan
berakhir pada tanggal 17 Agustus 1945
seiring dengan Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia oleh Soekarno dan M. Hatta.
1
Propaganda 3A
Gerakan Propaganda Jepang 3A atau Gerakan Tiga
A adalah sebuah gerakan propaganda dari
Kekaisaran Jepang pada Perang Dunia II dan masa
Pendudukan Jepang di Indonesia.
Gerakan 3A didirikan pada tanggal 29 April 1942
Pada masa Pendudukan Jepang di Indonesia,
Sendenbu (Departemen Propaganda) giat
melancarkan propaganda. Isi propaganda yaitu
mengklaim bahwa Jepang mengobarkan perang
Asia Timur Raya untuk membebaskan seluruh Asia
dari penjajahan bangsa Barat
KEBIJAKAN MILITER 2
Pemerintah Pendudukan Jepang mendidik pemuda pemuda Indonesia 4
untuk diikutsertakan dalam pertempuran melawan sekutu.
PETA
1 23
Pembentukan PETA dianggap
Seinendan Keibodan Heiho berawal dari surat Raden Gatot
Mangkoepradja kepada
Organisasi
Keibodan dibentuk Heiho juga termasuk salah Gunseikan (kepala pemerintahan
Seinendan ini satu organisasi militer yang militer Jepang) pada bulan
berdiri tanggal 9 tanggal 29 April dibentuk selain PETA dan September 1943 yang antara
Maret 1943. 1943. Anggotanya Gyugun. Tapi, pemuda- lain berisi permohonan agar
Anggotanya para bangsa Indonesia
pemuda berumur pemuda Indonesia yang diperkenankan membantu
14-22 tahun. pemerintahan Jepang di medan
Tujuannya mendidik berumur 23-25 bergabung dengan Heiho perang. Pada pembentukannya,
dan melatih para tidak pernah diberi pangkat banyak anggota Seinen Dojo
pemuda agar dapat (Barisan Pemuda) yang
mempertahankan tahun. Tujuannya atau jabatan yang tinggi. kemudian menjadi anggota
tanah air Indonesia. untuk membantu Berbeda bagi pemuda yang senior dalam barisan PETA.
tergabung dalam PETA atau
tugas-tugas Gyugun yang selalu ada
kepolisian. promosi kenaikan pangkat
atau jabatan. Diskriminasi ini
berlanjut ketika seluruh Heiho
angkatan darat atau angkatan
laut harus memberi hormat
kepada warga Jepang, baik itu
sipil maupun militer.
3
Pelarangan Penggunaan bahasa Belanda dan
bahasa Inggris
Sebaliknya Pemerintah Pendudukan Militer Jepang
memberikan keleluasaan penggunaan bahasa Indonesia , baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun di sekolah
4 Saat Pemerintah Hindia Belanda menyerah
kepada Jepang. Jepang mengambil alih
Pengambilan
aset-aset aset-aset yang dimilik oleh Hindia Belanda
Pemerintahan untuk kepentingan Jepang sendiri
Hindia Belanda
Pendidikan 5
Jepang menyadari bahwa sekolah memiliki arti penting dalam menunjang
program indoktrinasinya. Melalui pendidikan, Jepang mengubah dan
mengalihkan mentalitas dan pola pikir masyarakat Indonesia, dari mentalitas
Eropa ke Nipon.
Menjelang kedatangan Jepang ke
Indonesia pada akhir tahun 1941,
pemerintah militer Jepang menutup
semua jenis dan jenjang sekolah di
Hindia Belanda. Mereka ingin
merumuskan ulang pendidikan di
Indonesia untuk menghilangkan
pengaruh Barat.
6
Romusha
Romusha adalah orang-orang yang dipaksa bekerja berat pada zaman
pendudukan Jepang. Dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa Jepang,
secara harfiah Romusha adalah Pekerja atau Buruh. Romusha adalah
kerja paksa yang dimobilisasikan bagi pekerja kasar di bawah kekuasaan
Jepang.
Romusha adalah kebijakan kerja paksa
bagi orang-orang Indonesia pada masa
penjajahan Jepang. Jadi, romusha
adalah panggilan bagi orang-orang
Indonesia yang dipekerjakan secara
paksa pada masa penjajahan Jepang di
Indonesia dari tahun 1942 hingga
1945.
7
Pusat Tenaga Rakyat
Pusat Tenaga Rakyat (disingkat Putera) adalah organisasi yang dibentuk
pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat
Serangkai, yaitu Ir. Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.
Strukturnya organisasi Putera dimulai dari pimpinan pusat sampai pimpinan daerah yang dibagi sesuai
dengan tingkatnya, yaitu syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa orang penasihat yang berasal
dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama. Gerakan ini
tidak dibiayai pemerintah Jepang. Walaupun demikian, para pemimpin bangsa diperbolehkan untuk
menggunakan fasilitas Jepang seperti koran dan radio.
Tujuan Putera adalah untuk membujuk kaum Nasionalis dan kaum Intelektual untuk mengabdikan pikiran dan
tenaganya untuk kepentingan perang melawan sekutu, dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang
Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini.
8 Jawa Hokokai
奉公会
Himpunan Kebaktian Rakjat (
Hōkōkai) merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 8
Januari 1944 sebagai pengganti Pusat Tenaga Rakyat. Hokokai awalnya dibentuk di Jawa oleh Panglima
Tentara Keenambelas, Jendral Kumakici Harada. Hal ini dilakukan karena Jepang sadar bahwa Poetera lebih
bermanfaat bagi perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia dibandingkan membela kepentingan Jepang
untuk berperang melawan sekutu.
Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat
Jepang. Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk penghimpunan tenaga rakyat, baik secara lahir ataupun
batin sesuai dengan hokosishin (semangat kebaktian). Adapun yang termasuk semangat kebaktian itu di
antaranya mengorbankan diri, mempertebal persaudaraan, dan melaksanakan sesuatu dengan bukti.
Gerakan 9
Bawah
Tanah Contoh Gerakan Bawah Tanah
Kelompok Sukarni
Kelompok Achmad Soebarjo
Kelompok Sutan Syahrir
Gerakan bawah tanah adalah gerakan yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi
oleh pejuang Indonesia pada masa pendudukan Jepang. Gerakan mereka tidak
menjurus pada perlawanan bersenjata, tetapi lebih bertujuan menggalang
solidaritas dan memperteguh cita-cita perjuangan.
10 Perlawanan terbuka terhadap Jepang pertama kali terjadi di Cot Plieng
Bayu, Aceh, pada 10 November 1942. Di sana, rakyat melawan tentara
Perlawanan Jepang. Perlawanan dipimpin oleh seorang ulama muda dan guru
Cot Plieng mengaji, Tengku Abdul Djalil. Dia memimpin pemberontakan demi
Aceh membela ajaran agamanya.
Saat itu, Jepang mewajibkan rakyat untuk melakukan seikerei, yakni
penghormatan kepada kaisar Jepang dengan membungkuk ke arah
timur pada pagi hari.
Tengku Abdul Djalil menentang hal tersebut. Jepang kemudian
berusaha membujuk Tengku Abdul Djalil untuk meredam
perlawanan rakyat.
Namun, Jepang tak berhasil. Jepang kemudian menyerang rakyat
pada pagi buta, ketika rakyat melaksanakan sholat subuh.
Rakyat pun berusaha menahan serangan dengan senjata seadanya.
Rakyat berhasil memukul mundur pasukan Jepang ke Lhokseumawe.
Jepang kemudian kembali menyerang. Rakyat lagi-lagi berhasil
menggagalkan serangan tersebut.
Pada serangan ketiga, Jepang membakar masjid. Tengku Abdul Djalil saat
itu berhasil meloloskan diri dari kepungan musuh. Namun, ia akhirnya
ditembak dan gugur dalam pertempuran itu pada 13 November 1942.
Sekian dari saya
Terima Kasih
Kita harus mengingat sejarah kita agar kesalahan yang
sama tidak terulang kembali
Todi Ahmad Kurnia
XI IPS