Azzah Putri Oktafiani WidTya Amanah Krismonia Muspiroh Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sitti Hartinah DS, M.M FILOSOFI PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS 01.01.2-T1-3. Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara TRI WINDA HANDAYANI SINTA NISTIANA TRI YUNITA
ZAMAN DAHULU SEKARANG Sebelum Belajar YUK RENUNGKAN DAHULU, APA PERBEDAANYA?
Nama lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (edj) Sebutan nama sejak 1922 Ki Hajar Dewantara Lahir 2 Mei 1988 Wafat 26 April 1959 di Yogyakarta Almamater SD orang Eropa (Europeesche Lagere School), STOVIA, sekolah dokter Bumiputera(tidak sampai lulus karena sakit) https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara MENGENAL KI HAJAR DEWANTARA
1912 1913 1908 Setelah 1945 1922 Menjadi anggota Boedi Oetomo organisasi yang didirikan Dr Soetomo pada 20 Mei 1908 v Mendirikan Indische Partij, partai politik pertama di Hindia Belanda, bersama Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoema (edj) Ketiganya kemudian dikenal sebagai Tiga Serangkai. Diasingkan ke Belanda karena mengkritik pemerintah lewat tulisan yang berjudul "Als ik een Nederlander was” (seandainya saya seorang Belanda) Pada 3 Juli 1992, mendirikan sekolah yang diberi nama Taman Siswa Yogyakarta Sejak itu, Soewardi menggunakan nama Ki Hajar Dewantara Diangkat sebagai Menteri Pengajaran dalam Kabinet Presidensial, kabinet pertama yang dibentuk setelah Proklamasi Kemerdekaan. Ki Hajar wafat dan pemerintah menjadikannya sebagai Bapak Pendidikan Nasional dan hari lahirnya dijadikan Hari Pendidikan Nasional. 1959 MENGENAL KI HAJAR DEWANTARA
Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara PENDIDIKAN ZAMAN KOLONIAL BELANDA Pendidikan di Indonesia pada zaman Belanda tidak memperhatikan soal pendidikan kebudayaan hanya pengajaran intelektualitas dan bersifat matenalistis dan individualis. Belanda saat itu mendirikan sekolah Holland-Ische school (HIS) yaitu sekolah untuk bumi putra. Rakyat hanya diberikan pengajaran membaca, menulis, dan berhitung seperlunya dan hanya mendidik para pembantu dalam mendukung usaha mereka. Beberapa bupati menginisiasi pendirian sekolah-sekolah kabupaten tetapi hanya untuk mendidik calon-calon pegawai. Jika dicermati, pemerintah Belanda menggunakan peluang tersebut untuk memperdaya rakyat kecil, karena tersedianya tenaga kerja yang murah dan untuk menyebarluaskan kebudayaan Barat seperti bahasa, pakaian, karakter. Tindakan tersebut mencerminkan adanya diskriminasi terhadap rakyat Indonesia karena tidak semua rakyat bisa mengenyam pendidikan.
Kritik terhadap Pendidikan Kolonial dalam Prespektif Ki Hajar Dewantara 1 Tidak Menghormati Budaya Lokal Sistem pendidikan kolonial tidak memperhatikan, bahkan mengabaikan adat istiadat dan bahasa daerah. Cenderung Otoriter 2 Siswa dituntut patuh dan tidak diizinkan untuk berdiskusi dengan guru. 3 Menekankan Aspek Teknis Sistem pendidikan kolonial cenderung memberikan penekanan pada aspek teknis Pendidikan Sekolah Tidak 4 dan kurang pada pengembangan kepribadian. Terjangkau Banyak anak-anak tidak bisa mengakses pendidikan karena biaya sekolah yang mahal dan hanya terbatas pada golongan tertentu saja.
Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara Ki Hajar Dewantara, merupakan seorang aktivis pergerakan kemerdekaan, politisi dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi sejak zaman penjajahan Belanda. Ki Hajar Dewantara kuliah di Stovia dan menjadi anggota Boedi utomo. Di mana organisasi tersebut berdiri sejak pada 20 Mei 1908. Peranan Ki Hajar Dewantara dalam organisasi pergerakan nasional yaitu untuk menyadarkan masyarakat pribumi akan pentingnya kebersamaan dan kesatuan bangsa Indonesia. Selain itu, Ki Hajar Dewantara juga mendirikan Indische Partij sebagai partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia pada tanggai 25 Desember 1912 bersama kedua rekannya, Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangunkusumo yang disebut sebagai tiga serangkai.
Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara Setelah terciptanya Indische Partij, lalu beliau membuat Komite Bumiputra di tahun 1913. Beliau kemudian membuat tulisan “Als lk een Nederlander” (Seandainya Aku Seorang Belanda). Melalui tulisan ini, beliau menyindir Belanda yang hendak merayakan kemerdekaannyaa di Indonesia dengan menggunakan uang rakyat Indonesia. Akhirnya Pemerintah Belanda marah dan beliau diasingkan di pulau Bangka kemudian ke Belanda. Di sini dapat terlihat pengorbanan dan perjuanagan beliau untuk menyejahterakan pendidikan kala itu. Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara
Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara Sepulangnya Ki Hajar Dewantara ke Indonesia, beliau bergabung mengajar di sekolah binaan saudaranya. Berkat pengalaman tersebut akhirnya beliau mendirikan Perguruan Nasional taman siswa pada tahun 1922. Hal tersebut yang menjadikan cikal bakal lahirnya perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Di mana pendidikannya menekankan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar cinta tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Perjuangan pada masa sebelum kemerdekaan tentu lebih tidak mudah, mengingat tidak efensiennya pendidikan saat itu. Beliau rela mengganti nama dari Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (edj) menjadi Ki Hajar Dewantara. Pengorbanan yang pantas untuk diapresiasi, karena pergantian nama beliau menandakan kerendahan hati, bahwa pendidikan bukan hanya untuk golongan ningrat saja tetapi untuk seluruh rakyat.
Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif Ki Hadjar Dewantara SETELAH KEMERDEKAAN Ki Hajar Dewantara berusaha untuk memperjuangkan pendidikan, pada akhirnya setelah kemerdekaan beliau diangkat menjadi Menteri Pendidikan Indonesia 1950. Pada 28 November 1959, Ki Hajar Dewantara dikukuhkan menjadi Pahlawan Nasional ke dua oleh Presiden Soekarno.
Ideologi Pendidikan Ki Hajar Dewantara Sekolah untuk Rakyat Ki Hajar Dewantara memperjuangkan hak pendidikan bagi rakyat, bukan hanya untuk kaum bangsawan. Sekolah pun harus bisa dijangkau oleh semua kalangan. Pendidikan sebagai Upaya Pembebasan Bagi Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus digunakan untuk memerdekakan anak bangsa dari keterbelakangan dan terus menerus belajar guna memajukan bangsa. Pendidikan Berbasis Kebudayaan Ki Hajar Dewantara mendorong agar pendidikan mengutamakan unsur-unsur kebudayaan bangsa sehingga siswa dapat memahami dan mengapresiasi budaya mereka. Pendidikan Selaras dengan Alam Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan perlu melestarikan alam, tanpa merusak lingkungan.
Korelasi Pendidikan Prespektif Ki Hajar Dewantara dengan BK Kemandirian Bimbingan konseling harus membekali siswa untuk menjadi mandiri dalam memecahkan masalah. Keuniversalan Bimbingan konseling pelayanan bagi seluruh siswa tanpa terkecuali Unsur Karakter dalam Pendidikan Bimbingan konseling harus mengembangkan karakter seperti disiplin, kreativitas, dan akhlak. Bimbingan Konseling sebagai Bentuk Pendidikan Bimbingan konseling merupakan alternatif pemenuhan pendidikan bagi siswa berdasarkan prinsip keadilan, hak dan kewajiban serta prinsip kemerdekaan
Tantangan dalam Mewujudkan Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara 1 Memanfaatkan Teknologi Perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar. 2 Keterbatasan Sumber Daya Baik dalam hal sumber daya manusia, dana, maupun sarana prasarana yang memadai, kurangnya mendukung proses belajar mengajar yang efektif. 3 Kesulitan Menjaga Keaslian Identitas Budaya Pendidikan nasionalisme Ki Hajar Dewantara bertujuan menghargai dan mempertahankan identitas budaya Indonesia.
Refleksi Pembelajaran 1. Pertanyaan saudara Fiki Fia Kholida: Pertanyaan: Bagaimana implementasi prespektif pemikiran Ki Hajar Dewantara berkaitan dengan peran guru BK? Jawab: Sebagai seorang BK kita perlu mengembangkan peserta didik agar mandiri, berkembang sesuai dengan minat bakat yang dimiliki agar mereka mampu memerdekakan peserta didik. Sebagaimana kita menerapkan apa formula BIMBINGAN. B =Bimbingan , membimbing individu ke arah lebih baik I = Individu, mampu melayani semua individu, tanpa terkecuali M = Mandiri, di mana siswa mampu memecahkan masalah secara mandiri B = Bahan, menggunakan bahan yang berbobot I = Inovatif, mampu memberikan inovasi dalam pembelajaran N = Nalar yang baik G = Gagasan A = Acuan, Guru mempunyai acuan sebagai dasar layanan N = Norma, Guru menggunakan pelayanan sesuai dengan norma yang berlaku
Pada zaman dahulu pendidikan masih bersifat materialistik tidak membebaskan siswa, pada saat itu siswa datang, duduk, mendengarkan, dan mencatat. Dengan kata lain, siswa lebih didokrinasi. Apalagi kasusnya pada zaman dahulu Bimbingan dan Konseling lebih ke prespektif untuk anak yang negatif dan bermasalah, padahal pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara harus selaras dengan alam, yaitu pendidikan untuk semua anak tanpa terkecuali. Selain itu, sebagai guru BK harus mampu menyesuaikan dengan perkembangan teknologi agar lebih inovatif dan mengikuti perkembangan zaman.
Penjabaran materi sudah bagus, inovatif, selain itu pemateri sudah mulai mampu untuk menjabarkan materi, hanya saja jangan terfokus dengan power point yang ditayangkan, sebagai pengajar harus mampu menguasai suasana kelas dan pengajaran bisa memilih tempat yang nyaman tidak monoton. Selain itu, mahasiswa diharapkan lebih aktif dalam berdiskusi. Refleksi Pembelajaran Refleksi dari Dosen Pengampu: Prof. Dr. Sitti Hartinah DS, M.M?
Daftar Pustaka 1. Fauzi, Arif Ahmad,dkk. 2023. Landasan Pendidikan. 2. https://id.wikipedia.org/wiki/Ki_Hadjar_Dewantara 3. Achmad, sri Wintala. Falsafah Kepemimpinan Jawa. 2018. Yogyakarta: Araska. 4. Sudirman, Adi. 2019. Ensiklopedia Sejarah Lengkap Indonesia dari Era Klasik sampai Konteporer. Yogyakarta: Diva Press. 5. Yoseph Lidi, S. Fil. 2021. Merdeka Belajar Dalam Praktik pengajaran. Karanganyar: Yayasan Lembaga Gumun Indonesia.