The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by FAJAR HANAPIE HASIBUAN, 2020-12-02 19:31:44

Makalah DDQ

Makalah DDQ

MAKALAH

TEKNIK MENERJEMAH JUMLAH SYARTHIYYAH

Dibuat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar-dasar Penerjemahan Al-Qur’an
Dosen Pengampu : Abdul Kholiq, MA.

Kelompok 12:
Khoirul Umam
Fauzan Naelul Kautsar
Abdurahman Siregar

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
JAKARTA
2020 M / 1442 H

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala yang telah memberikan
karunia-NYA kepada kita semua. Terutama kepada penulis, karena atas karunia dan kehendak-
NYA penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Tujuan penulisan makalah yang berjudul jumlah syarthiyyah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah dasar-dasar penerjemahan.

Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan bembantu
penulis dalam pembuatan makalah ini, terutama kepada Bapak Abdul kholiq, MA. sebagai dosen
pengampu kami dalam mata kuliah ini.

Penulis juga membuat makalah ini dengan harapan bahwa makalah ini dapat bermanfaat
bagi yang membacanya. Kritik dan saran, penulis nantikan agar lebih baik kedepannya

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

BAB I 1

PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 1

C. Tujuan Masalah 1

BAB II 2

PEMBAHASAN 2

A. Pengertian dan Unsur-Unsur Jumlah Syarthiyyah. 2

B. Kata syarath (Adatu al-Syarath) yang menjazam dua fi’il 2
5
C. Kata syarath (Adatu al-Syarath) yang tidak menjazam fi’il

D. Praktik Terjemah Surah At-Taubah Ayat 50 7

BAB III 8

PENUTUP 8

A. Kesimpulan 8
B. Saran 9 10
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Al-Qur'an selain menjadi pedoman dalam kehidupan kita semua ternyata banyak hal yang
menarik jika sama-sama kita mengkajinya lebih dalam. Nilai sastra yang sangat kuat di dalam al-
Qur’an menjadikannya sebagai salahsatu objek yang sangat menarik untuk dikaji, oleh karena itu
erat kaitanya kaidah penafsiran terhadap hal tersebut, dalam upaya menggali makna-makna al-
Qur’an khususnya kebahasaan. Oleh karena itu penulis pada kesempatan kali ini ingin mencoba
memaparkan tentang salahsatu bentuk kalimat dalam bahasa Arab yaitu jumlah Syarthiyyah.
Dengan harapan makalah ini bisa bermanfaat dan agar mempermudah pemahaman kita
khususnya dalam kegiatan kita mengkaji dan menerjemahkan al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja unsur-unsur jumlah syarthiyyah?
2. Apa saja adawatu al-syarthi berupa amil jawazim?
3. Apa saja adawatu al-syarthi bukan berupa amil jawazim?
4. Bagaimana praktik menerjemah QS. At-Taubah ayat 50?

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui maksud dan unsur-unsur jumlah syarthiyyah
2. Mengetahui adawatu al-syarthi berupa amil jawazim
3. Mengetahui adawatu al-syarthi bukan berupa amil jawazim
4. Dapat menerjemahkan QS. At-Taubah ayat 50

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Unsur-Unsur Jumlah Syarthiyyah.

Al-jumlah as-syarthiyah (‫ )الجملة ال رشطية‬atau kalimat syarat sendiri merupakan
susunan dua kalimat yang digabung menjadi satu, kalimat pertama menunjukkan kalimat
dengan instrument syarat sedangkan kalimat kedua merupakan jawaban dan akibat dari
jumlah syarat. syarath mempunyai unsur -unsur atau serangkaian bagian, diantaranya :
1. Adat (kata) syarath
2. Fiil syarath (jika masuk pada kalimat fiil)
3. jawab syarat (walaupun terkadang syarat dan fiil syarath bisa dibuang tergantung

beberapa faktor)

Salah satu bagian dari jumlah syarat tersebut yaitu adawatu syarti yang menjadi
instrumen jumlah syarat. Dalam kitab Qawaid Al-Lugha Al-Arabiyyah (juz 1) yang ditulis
oleh Fuad Nikmah, pembahasan tentang kata syarath (Adatu al-Syarti) terbagi menjadi
dua bagian, yaitu: Kata syarath (Adatu al-Syarath) yang menjazam dua fi’il dan Kata
syarath (Adatu al-Syarath) yang tidak menjazam fi’il.

B. Kata syarath (Adatu al-Syarath) yang menjazam dua fi’il

Adatu al-Syarath ini adalah huruf-huruf yang mempengaruhi fi’il selanjutnya
dalam segi i’rab. Huruf-huruf tersebut diantaranya adalah

‫إن – من – ما – مهما – م ىت – أيان – أين – أينما – أ ىن – حيثما – كيفما – أى‬

Berikut contoh Syarth dalam al-Qur’an:

1. Jika (‫)إن‬

Kalimah Huruf, Huruf Syarat, Amil Jazm dan tidak menempati posisi I’rob.
Berfungsi sebagai pencetus timbulnya Jawab atas adanya Syarat, tanpa memberlakukan
penunjukan Zaman dan Makan (waktu dan tempat) ataupun Aqil dan Gharu Aqil (berakal
dan tidak)

‫َيَٰٓ َأ ُّي َها ٱ َّل ِذي َن َءا َم ُن َٰٓوْا ِإن َتن ُُ ُصوْا ٱَ َّّلَل َين ُُ ۡ ُصك ۡم َوُي َث ِّب ۡت َأ ۡق َدا َم ُك ۡم‬

“wahai orang-orang yang beriman, jika kalian membela (agama) Allah niscaya Allah membela
kamu dan memantapkan posisi/pendirian kamu”. (QS. Muhammad: 7)

2. Siapa [‫]من‬

Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun, digunakan untuk yg berakal.
MAN Syarat menempati posisi ROFA’ sebagai MUBTADA’ apabila:

a. Fi’il Syaratnya berupa FI’IL Lazim.
Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

‫َم ْن َجا َء ِبا ْل َح َس َن ِة َف َل ُه َخ ْْ ٌي ِم ْن َها‬
Barangsiapa yang membawa kebaikan, maka ia memperoleh (balasan) yang lebih baik
dari padanya (QS. Annaml 89)

I’rob :
‫ = َم ْن‬Isim Syarat, Amil Jazem, Mabni Sukun dalam posisi Rofa’ menjadi Mubtada’.
‫خ ْْ ٌي= ِمَ ْنج َاهَءا‬Fَ i’‫ه‬iُ l‫ف َل‬Mَ =aJdahwiaMbaSbynairaFat tdhaalahmdaplaomsispi oJasziseimJa.zem menjadi Fi’il Syarat.

b. Fi’il Syaratnya berupa FI’IL NAWASIKH

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

‫َم ْن َكا َن ُي ِري ُد َح ْر َث ا ْْل ِخ َرِة َن ِز ْد َل ُه ِى يف َح ْرِث ِه‬

Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan
itu baginya. (QS. Asy-Syuura 20)

I’rob :

‫ = َم ْن‬Mubtada’

‫ = َكا َن‬Fi’il Madhi, Fi’il Syarat. Isimnya dhamir mustatir yg merujuk pada MAN.

‫ = ُي ِري ُد‬Khobar Jumlah.
‫ = َن ِز ْد َل ُه‬Jawab Syarat.
‫ = َم ْن َكا َن‬Jumlah dalam mahal Rofa’ menjadi Khobar dari Mubtada MAN.

c. Fi’il Syaratnya berupa FI’IL MUTA’ADDI kepada selainnya

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

‫َم ْن َي ْع َم ْل ُسو ًءا ُي ْج َز ِب ِه‬

Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan, niscaya akan diberi pembalasan dengan kejahatan itu
(QS. An-Nisaa’ 123)

I’rob :
‫ = َم ْن‬Isim Syarat, Amil Jazm, mabni sukun, mahal rofa’ menjadi Mubtada.
‫ = َي ْع َم ْل‬Fi’il Syarat, dijazemkan dengan sukun, Faa’ilnya berupa dhamir mustatir Jawazan
takdirannya Huwa merujuk pada MAN. Jumlah Fiil Syarath ini sebagai khobar jumlah dari
mubtada’ MAN.
‫ = ُسو ًءا‬Maf’ul Bih, Manshub dengan Fathah.
‫ = ُي ْج َز ِب ِه‬Jawab Syarat, Majzum dg membuang huruf Illat Alif.

3. Apa saja‫] ]ما‬

Isim Syarat, Amil Jazm, digunakan untuk yg tidak berakal, dii’rob seperti keterangan I’rob
pada MAN.

Contoh dalam Al-Qur’an :
‫َما َن ْن َس ْخ ِم ْن آ َي ٍة َأ ْو ُن ْن ِس َها َن ْأ ِت ِب َخ ْْ ٍي ِم ْن َها َأ ْو ِم ْث ِل َها َأ َل ْم َت ْع َل ْم َأ َّن اَ َّّلَل َع ََل ُك ِّل رَ ي ْش ٍء َق ِدي ٌر‬

Ayat mana saja yang Kami nasakhkan, atau Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya, Kami
datangkan yang lebih baik daripadanya atau yang sebanding dengannya. Tidakkah kamu
mengetahui bahwa sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu? (QS. Al-Baqarah
106).

I’ROB :

‫ = َما‬Isim Syarat, Amil jazem, Mabni Sukun, dalam mahal Nashab menjadi Maf’ul Bih
Muqaddam.
‫ = َن ْن َس ْخ‬Fi’il Syarat.
‫ = َن ْأ ِت‬Jawab Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf illat Ya’.

4. Apapun ‫]]مهما‬

Isim Syarat, Amil Jazem (menurut qoul rojih), untuk yg tidak berakal. Menempati posisi

I’rob seperti Isim Syart “MAA”.

Contoh dalam Al-Qur’an : ‫َو َقا ُلوا َم ْه َما َت ْأ ِت َنا ِب ِه ِم ْن آ َي ٍة ِل َت ْس َح َرَنا ِب َها َف َما َن ْح ُن َل َك ِب ُم ْؤ ِم ِن ْ ىي‬

“Mereka berkata: “Bagaimanapun kamu mendatangkan keterangan kepada kami untuk menyihir
kami dengan keterangan itu, maka kami sekali-kali tidak akan beriman kepadamu”.”(Q.S. al-
A’raf : 132)

I’rob :
‫ = َم ْه َما‬Isim Syarat, Amil Jazm, Mabni Sukun dalam Mahal Rofa’ sebagai Mubtada’.

‫ = َت ْأ ِت َنا‬Fi’il Syarat berikut Fa’ilnya menjadi khobar dari Mubtada’ Mahmaa.
‫ = َف َما َن ْح ُن َل َك ِب ُم ْؤ ِم ِن ْ ىي‬Jawab Syarat dalam Mahal Jazem.
5. Apa [‫]اي‬

Isim Syarat, Amil Jazem, status I’robnya dipertimbangkan menurut mudhaf ilaihnya.

Contoh dalam Ayat Al-Qur’an :

‫َأ ّي ًا َّما َت ْد ُعوْا َف َل ُه ال َأ ْس َماء ا ْل ُح ْس ىَت‬

Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik)

I’rob :
‫ = َأ ّي ًا‬Isim Syarat, Amil Jazem, dinashabkan menjadi Maf’ul Bih muqaddam.

‫ = َّما‬Huruf Zaidah sebagai penaukidan makna.

‫ = َت ْد ُعوْا‬Fi’il Syarat, dijazemkan dengan membuang huruf Nun termasuk dari Af’alul-Khomsah,
faa’ilnya berupa wawu dhamir jamak.
‫ = َف َل ُه ال َأ ْس َماء ا ْل ُح ْس ىَت‬Jawab Syarath, menempati mahal Jazem.
Tanwin pada lafazh ‫ َأ ّي ًا‬adalah tanwin iwadh pengganti dari mudhaf ilaihnya yg dibuang
takdirannya AYYA ISMIN.

Huruf MAA [‫ ]ما‬Zaidah, demikian menurut salah satu qoul yakni sebagai Taukid bagi lafazh AYYUN
yg samar. Sedangkan menurut qoul yg lain, MAA juga sebagai Isim Syarat dan berkumpulnya
kedua Syarat tersebut sebagai Taukid.

C. Kata syarath (Adatu al-Syarath) yang tidak menjazam fi’il

Jadi adatu al-Syarath tersebut tidak mempengaruhi kata-kata setelahnya dari segi i’rab sehingga
tidak menjazamkannya. Huruf-huruf tersebut diantaranya :

‫لؤ – لولا – لوما – أما – إذا – لما – كلما‬

Berikut contoh-contohnya dari al-Qur’an :

1. ‫( لو‬jika, sekiranya, seandainya)

Ada dua macam yaitu :

a. Huruf syarat untuk sesuatu yang telah lampau, disebut dengan huruf imtina’ lil imtina’
(akibat dari sesuatu itu tidak akan terjadi jika sesuatu itu tidak terjadi) atau huruf untuk sesuatu
yang akan terjadi karena terjadinya sesuatu yang lain. Contoh :

)١١٨ : ‫َوَل ْو َشا َء َ ُرب َك َل َج َع َل ال َّنا َس ُأ َّم ًة َوا ِح َد ًة (هود‬

“Jikalau tuhanmu menghendaki, tentu dia menjadikan manusia umat yang satu....” (QS. Hud
:118)

)۲۲ : ‫َل ْوَكا َن ِف ْي ِه َما َءاِل َه ٌة ِإَّلا اللَه َل َف َس َد َتا (اللأنبياء‬

“seandainya dilangit dan bumi ada banyak tuhan selain Allah niscaya keduanya akan binasa”
(QS. Al-Anbiya’:22).

b. Huruf syarat untuk sesuatu yang akan datang, berma’na “in” yaitu tidak berfaedah untuk
mencegah (dalam hal hubungan ta’liq antara Jawab dan Syarat).

Umumnya yg menjadi fi’il syarat dan fi’il jawab dari Law Ghairu Imtina’iyah ini, keduanya
berupa Fi’il Mudhari’. Contoh :

)٩ : ‫َوْل َي ْخ َش ال ِّذ ْي َن َل ْو َت َر ُك ْوا ِم ْن َخ ْل ِف ِه ْم ُذ ِّرَي ًة ِض َعا ًفا َخا ُف ْوا َع َل ْي ِه ْم (النساء‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah yang khawatir terhadap kesejahteraan mereka.....”(QS. An-
Nisa’: 9).

2. ‫لولا‬

· Berfungsi untuk mencegah sesuatu karena adanya sesuatu yang lain. Contoh :

‫َل ْوَلا َا ْن ُت ْم َل ُك َّنا ُم ْؤ ِم ِن ْْ ىَي‬
“Seandainya bukan karena kamu, kami pasti telah menjadi orang-orang mukmin” (QS.
As-Saba’ : 31)

· Juga berfungsi untuk mendorong suatu aktivitas, misalnya firman Allah:

‫ِإَ َلو َْيم ِاه َْكما ََلنَعاّلْلُ ُهمْ ْمؤ ِ َمي ُنْ ْحو َ َذنُرِ ْل َوي َْننِف ُر ْوا َّكا َف ًة َف َل ْوَلا َن َف َر ِم ْن ُك ِّل ِف ْرَق ٍة ِم ْن ُه ْم َطا ِئ َف ٌة ِل َي َت َف َّق ُه ْوا ِىف ال ِّد ْي ِن َوِل ُي ْن َذ ُر ْوا َق ْو َم ُه ْم ِإ َذا َر َج ُع ْوا‬
“ Tidak pernah wujud (tidak sepantasnya) kaum Mukmin seluruhnya keluar untuk
berperang, (tetap)i hendaknya ada satu golongan dari mereka yang memperdalam
pengetahuan agama dan agar mereka memberi peringatan kepada kaum mereka setelah
mereka kembali, agar kaum mereka itu senantiasa berhati-hati” (QS. At-Taubah : 121).
Lau laa juga digunakan untuk mengecam dan mengundang penyesalan seperti ayat :
‫َل ْوَلا َجا ُءوْا َع َل ْي ِه ِب َأ ْ َرب َع ِة ُش َه َدا ُء َفِإ ْذ َل ْم َي ْأ ُت ْوا ِبال ُّش َه َدا ِء َف ُأوَل ِئ َك ِع ْن َد اللِه ُه ُم ا ْل َكا ِذ ُب ْو َن‬
“(Semestinya) mereka itu mendatangkan empat orang saksi, Jika mereka tidak
mendatangkan saksi-saksi, maka mereka itu disisi Allah adalah pembohong-pembohong”
(QS. An-Nur : 13)

3. ‫أ ّما‬

Dengan difathah dan ditasydid, merupakan huruf syarth yang berfungsi untuk li at-Tafshil
(merinci) dan li at-Ta’kid (menguatkan). Contoh :

‫َف َأ َّما ا ْل َي ِت ْي َم َف ََل َت ْق َه ْر َوَأ َّما ْال َّسا ِئ َل َف ََل َت ْن َه ْر َوَأ َّما ِب ِن ْع َم ِة َ ِّرب َك َف َح ِّد ْث‬
“(sebab itu) terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang, dan
terhadap orang yang meminta-minta, janganlah kamu menghardik, dan terhadap nikmat
tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan”. (QS. Adl-Dluha : 9-11)

4. ‫ل ّما‬

Huruf syarath yang menunjukkan wujudnya sesuatu karena ada wujudnya yang lain,
hanya masuk pada fi’il madli serta didalamnya harus terdapat dua jumlah (kalimat) yang
pertama disebut syarat dan yang kedua disebut jawab. Contoh :

a. Jawabnya berupa fi’il madhi

‫َوَل َّما َجا َء ُم ْو َش ِل ِم ْي َقا ِت َنا َوَك َّل َم ُه َرُّب ُه َقا َل َر ِّب َأ ِرِ ىن َأ ْن ُظ ْر ِإ َل ْي َك‬
“Dan tatkala musa datang untuk (munajat dengan kami) peda waktu yang telah kami
tentukan dan tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa : “Ya
Tuhanku, nampakkanlah (diri engkau) kepadaku agar aku dapat melihat engkau.” (QS. Al-
A’raf [7]: 143)

b. Jawabnya berupa jumlah ismiyah yang besambung dengan idz fujaiyah

‫َف َل َّما َن َّجا ُه ْم ِا ََل ْال ََ ِّي ِإ َذا ُه ْم ُي رْ ِ ُشك ْو َن‬
“maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai kedaratan tiba-tiba mereka kembali
mempersekutukan Allah.” (QS. Al-Ankabut[29]: 65)

c. Jawabnya menggunakan fa’

‫َف َل َّما َن َّجا ُه ْم ِا ََل ْال ََ ِّي َف ِم ْن ُه ْم ُم ْق َت ِص ٌد َو َما َي ْج َح ُد ِب َا َيا ِت َنا ِإَّلا ُك ُّل َخ ّتا ٍر َك ُف ْو ٍر‬
“Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka menempuh
jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang-orang yang tidak
setia lagi ingkar” (QS. Luqman : 32)

D. Praktik Terjemah Surah At-Taubah Ayat 50

At-Taubah ayat 50

ْ‫إِ ْن تُ ِصبكْ حسن ْة تسُؤ ُهْم ْۖ وإِ ْن تُ ِصب ْك ُم ِصيبةْ يقُولُوا قْد أخذنا أمرنا ِمنْ قب ُلْ ويتو َّلوا و ُهمْ ف ِر ُحون‬

Versi dari Kementerian Agama

Jika engkau (Muhammad) mendapat kebaikan, mereka tidak senang; tetapi jika engkau
ditimpa bencana, mereka berkata, “Sungguh, sejak semula kami telah berhati-hati (tidak pergi
berperang),” dan mereka berpaling dengan (perasaan) gembira.

Versi dari Tafsir Jalalain

(Jika kamu mendapat sesuatu kebaikan) seperti mendapat kemenangan dan ganimah
(mereka merasa tidak senang karenanya dan jika kamu ditimpa oleh suatu bencana) yaitu
keadaan yang kritis (mereka berkata, "Sesungguhnya kami telah memikirkan urusan kami) secara
matang sewaktu kami tidak ikut berangkat (sebelumnya.") sebelum terjadinya bencana ini
(kemudian mereka berpaling dengan rasa gembira) atas musibah yang telah menimpamu.

Versi dari Ust Quraish Syihab

Wahai Rasul, orang-orang munafik itu hanya menginginkan kesulitan bagimu dan
sahabat-sahabatmu. Mereka akan merasa sakit hati apabila kalian mendapatkan keuntungan
berupa kemenangan atau harta rampasan perang. Dan mereka akan merasa gembira apabila
kalian tertimpa musibah berupa luka-luka atau kematian. Ketika itu, mereka berkata dengan
mencela, "Keputusan kami untuk tidak ikut serta berjihad adalah suatu tindakan penyelamatan
bagi diri kami." Kemudian mereka pun berlalu dengan perasaan senang.

Versi dari pemakalah

Jika kamu (Muhammad) memperoleh suatu kebaikan maka mereka tidak akan senang. Dan jika
kamu ditimpakan suatu musibah bencana, mereka akan berkata “(beruntungnya kami)
sesungghnya sejak awal kami telah mengambil tindakan (untuk tidak ikut berperang)”.dan
mereka berpaling dengan perasaan gembira

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-jumlah as-syarthiyah (‫ )الجملة ال رشطية‬merupakan susunan dua kalimat yang digabung
menjadi satu, kalimat pertama menunjukkan kalimat dengan instrument syarat sedangkan
kalimat kedua merupakan jawaban dan akibat dari jumlah syarat. Unsur-unsurnya diantaranya:

1. Adat (kata) syarath
2. Fiil syarath (jika masuk pada kalimat fiil)
3. jawab syarat (walaupun terkadang syarat dan fiil syarath bisa dibuang tergantung

beberapa faktor)
adawatu al-syarthi berupa amil jawazim, yaitu huruf-huruf yang
mempengaruhi/menjazemkan fi’il selanjutnya dalam segi i’rab. contoh:

‫إن – من – ما – مهما – م ىت – أيان – أين – أينما – أ ىن – حيثما – كيفما – أى‬

adawatu al-syarthi bukan berupa amil jawazim, yaitu yang tidak mempengaruhi kata-kata
setelahnya dari segi i’rab sehingga tidak menjazamkannya. Contoh:

‫لؤ – لولا – لوما – أما – إذا – لما – كلما‬
B. Saran

Agar makalah ini lebih baik kedepannya, kami mengharapkan saran atau kritikan
dari semua pihak khususnya dari dosen pengampu kami ataupun umumnya untuk
teman-teman sekalian.

DAFTAR PUSTAKA
Ibnu Aqil Bahauddin bin Abdullah, terjemahan syarath al-fiyah ibnu Aqil. (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 2012)
Nikmat Fuad, Qawaid al-Lugha al-Arabiyyah (Juz 1), (Surabaya : Al-Hidayah),
Al-Gholayyin Musthofa, Jami’ud Durus, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah,1971)
Syihab M. Quraisy, Kaidah Tafsir, (Langerang: Lentera Hati, 2015)


Click to View FlipBook Version