HELENA HIDAYATUL JANNAH
(A1D122130) (A1D122132)
JEFRY JULIANTO WIYA AL ADAWIYAH
(A1D122131) (A1D122133)
1 Kata Pengantar
2 peta konsep
3 A.Hubungan berbicara dengan menyimak
4 B.Hubungan Menyimak dengan Membaca
5 C.Hubungan Membaca dengan Menuliss
6 D.Hubungan Menulis dengan Berbicara
7 E.Hubungan Menyimak dengan Menulis
8 F.Hubungan Berbicara dengan Membaca
Pertama-tama marilah kita panjatkan rasa puja serta puji syukur kita atas rahmat dan ridho allah SWT,
karena berkat limpahan rahmat dan hidayah nya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok keterampilan
bahasa indonesia sesuai tepat waktu. Sholawat serta salam tidak lupa kita hadiahkan kearwan junjungan alam
yakni nya nabi besar Muhammad SAW. yang mana beiaulah nabi akhir zaman yang telah berhasil membawa
umat nya dari zaman jahiliah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat ini.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah keterampilan bahasa indonesia
yakni bapak Dr.Drs. Eko Kuntarto,M. Pd.M.Comp.Eng dan ibuk Silvina Noviyanti,S.Pd,M.Pd. yang telah
membimbing kami dalam pengerjaan pembuatan Flipbook ini. kami juga ingin mengucapkan terimakasih
kepada teman-teman yang telah membantu kami dalam hal pengumpulan tugas guna memenuhi tugas ini.
Dalam pembuatan fliipbook ini mungkin masih banyak kesalahan untuk itu kami sangat membutuhkan
saran dan kritikan dari teman-teman yang telah melihat dan membaca flipbook agar kami dapat melakukan
perbaikan.
Bulian, 5 november 2022
Penyusun
C.Hubungan Membaca D.Hubungan Menulis
dengan Menulis dengan Berbicara
B.Hubungan Menyimak 3 4
dengan Membaca 5
A.Hubungan Berbicara 2 6 E.Hubungan Menyimak
dengan Menyimak 1 dengan Menulis
F. Hubungan Berbicara
dengan Membaca
q Pengertian Berbicara
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan atau menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan
(Tarigan, 2008:16). Berbicara merupakan instrumen yang mengungkapkan kepada
penyimak hampir secara langsung apakah sang pembicara memahami atau tidak, baik
bahan pembicaraannya maupun para penyimaknya, apakah dia bersikap tenang serta dapat
menyesuaikan diri atau tidak, pada saat dia mengomunikasikan gagasangagasannya dan
apakah dia waspada serta antusias atau tidak.
q Pengertian Menyimak
Menurut H.G. Tarigan mengartikan bahwa menyimak adalah suatu proses
kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi,
serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna
komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sehingga,
dapat disimpulkan bahwa hakikat menyimak adalah mendengarkan dan memahami isi bahan serta
menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan tersebut.
Keterampilan berbicara berarti siswa sebagai pembelajar bahasa tidak hanya mampu
menguasai bahasa sebagai sebuah ilmu, tetapi juga dapat menerapkan atau menggunakan
ilmu bahasa tersebut dalam kehidupannya. Misalnya dengan berpidato di depan umum,
melakukan wawancara, diskusi dan lain sebagainya.
Keterampilan menyimak merupakan kegiatan yang paling awal dilakukan oleh manusia bila dilihat dari
proses pemerolehan bahasa. Secara bertutut-turut pemerolehan keterampilan berbahasa itu pada
umumnya dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Kegiatan menyimak di awali dengan
mendengarkan dan pada akhirnya memahami apa yang disimak. Dalam hal ini menyimak memiliki tujuan
yang berbed-abeda yaitu untuk mendapatkan fakta, mengevaluasi fakta, mendapat inspirasi, menghibur diri,
dan meningkatkan kemampuan berbicara. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan
berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam
bercakap-cakap, diskusi, tanya jawab, dan lain-lain.
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi dua arah yang langsung.
Menyimak bersifat reseptif, sedangkan berbicara bersifat produktif. yang dimaksud
menyimak bersifat reseptif ialah suatu kemampuan untuk memahami bahasa lisan yang
didengar atau dibacanya. Sedangkan berbicara memiliki sifat produktif yang memiliki makna
bahwa dalam berbicaara itu akan mengasilkan pembicaraan atau sebuah tulisan. Menyimak
dan berbicara juga sebuah keterampilan berbahasa lisan yang sangat fungsional dalam
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan keterampilan menyimak dan berbicara kita dapat
mroleh dan menyampaikan dan menyimak. Kegiatan menyimak dan berbicara tidak dapat
dipisahkan karena todak ada yang perli dibicarakan jika tidak seorang pun yang
mendengarkan.
Misalnya komunikasi yang terjadi antar teman, antar penjuan dan pembeli, atau dalam sebuah forum
diskusi. Dalam hal ini A berbicara dan B mendengarkan. Setelah itu B yang berbicara dan A yang
mendengarkan. Namun ada suatu konteks komunikasi terjadi dalam situasi noninteraktif, yaitu suatu pihak
saja yang berbicara dan pihak lain hanya mendengarkan. Misalnya khotbah di masjid, dimaana penceramah
menyampaikan ceramahnya, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.
Menurut Dawson dalam Tarigan menjelaskan hubungan antara menyimak dan berbicara
adalah sebagai berikut :
1. Ujaran biasanya dipelajari melalui proses menyimak dan meniru (imitasi). Dengan
demikian, materi yang didengarkan dan direkam dalam ingatan berpengaruh terhadap
kecakapan berbicara seseorang
2. Ujaran seseorang mencerminkan pemakaian bahasa di lingkungan keluarga dan
masyarakat tempatnya hidup, misalnya dalam penggunaan intonasi, kosakata, dan
pola-pola kalimat
3. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan berarti pula
membantu meningkatkan kualitas keterampilan berbicara
4. Bunyi suara yang didengar merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap
kemampuan berbicara seseorang (terutama anak-anak). Oleh karena itu, suara dan
materi pembicaraan yang berkualitas baik yang didengar dari seorang guru, tokohtokoh, atau dari
pemuka-pemuka, rekaman-rekaman atau cerita-cerita yang bernilai tinggi,sangat membantu anak
atau seseorang yang sedang belajar berbicara.
Menyimak dan membaca sama-sama merupakan keterampilan
berbahasa yang bersifat reseptif. Menyimak berkaitan dengan
penggunaan bahasa ragam lisan, sedangkan membaca merupakan
aktivitas berbahasa ragam tulis. Pada mendengarkan fokus perhatian
(stimulus) berupa suara (bunyi-bunyi), sedangkan pada membaca
adalah lambang tulisan. Kemudian, penyimak maupun pembaca
melakukan aktivitas pengidentifikasian terhadap unsur-unsur bahasa
yang berupa suara (menyimak) maupun berupa tulisan (membaca)
yang selanjutnya diikuti dengan proses decoding guna memperoleh
pesan yang berupa konsep, ide, atau informasi.
Mendengarkan Reseptif Lisan (hasil
Membaca (menerima berbicara)
informasi)
Tulisan (Hasil
Menulis)
Gambar diagram Hubungan Mendengarkan dan
membaca
Persamaan menyimak dan membaca
Menyimak dan membaca juga memiliki persamaan dalam hal
sifat, yaitu sama-sama bersifat aktif reseptif atau menerima
secara aktif. Bedanya, menyimak bersumber pada bahasa lisan,
sedangkan membaca bersumber pada bahasa tulis. Kesamaan
sifat ini pun berlanjut pada kesamaan tujuan dari kegiatan
keterampilan berbahasa ini, yaitu sama-sama bertujuan
memperoleh informasi atau pengetahuan.
Menyimak dan membaca juga memiliki persamaan dalam hal
prosesnya, yaitu mengidentifikasi bunyi-bunyi (fonem), memahami
dan menafsirkan maknanya. Untuk dapat memahami pembicaraan
dan bacaan keduanya memerlukan persiapan yang sama, yaitu
penyimak dan pembicara memerlukan kemampuan linguistik yang
berhubungan dengan kebahasaan dan kemampuan nonlinguistik
yang berhubungan dengan pengalaman, wawasan, dan penalaran.
Hubungan antara menyimak dan membaca sebagai berikut :
1.Keduanya merupakan alat untuk menerima komunikasi
2.Perbedaan keduanya, menyimak menerima informasi dari sumber lisan, membaca
dari sumber tulisan
3.Keterampilan menyimak mempengaruhi keberhasilan membaca efektif
4.Pengajaran membaca disampaikan oleh guru secara lisan
5.Anak yang kesulitan membaca lebih banyak belajar dengan menyimak
6.Menyimak pemahaman lebih mudah diikuti oleh anak daripada membaca
pemahaman
7.Anak membutuhkan bimbingan dalam menyimak
8.Kosakata simak yang terbatas berkaitan dengan kesukaran membaca
9.Ada korelasi antara kosakata baca dan kosakata simak
10.Pendengaran yang kurang baik merupakan salah satu penyebab ketidakpahaman
dalam membaca
11.Menyimak sesuatu secara mendadak tidak lebih baik daripada membaca
12.Terdapat hubungan antara tujuan menyimak dan kegiatan membaca.
q Membaca
Membaca adalah suatu proses pemerolehan pesan dan informasi yang disampaikan oleh
penulis melalui bahasa tulis. Dari segi linguistik membaca adalah suatu proses penyandian kembali
dan pembacaan sandi, yakni menghubungkan kata-kata tulis dengan makna bahasa lisan yang
mencakup pengubahan tulisan menjadi bunyi yang bermakna.
q Menulis
Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif.
Menyampaikan informasi atau pesan dalam bentuk bahasa tulis, melalui lambang-
lambang grafis yang bermakna.
Menurut Nurgiyantoro Burhan “menulis adalah suatu bentuk sistem komunikasi
lambang visual dengan mengungkapkan gagasan melalui media bahasa”.
Senada dengan pengertian dari Nurgiyantoro Burhan dan Tarigan H.G., Suhendar,
dan Pien Supinah (1994) memberikan pengertian bahwa menulis merupakan suatu
proses perubahan bentuk pikiran/angan-angan/perasaan/ dan sebagainya menjadi
wujud lambang/tanda/tulisan.
Hubungan antara membaca dan menulis yaitu membaca adalah proses awal yang melatih dan
meningkatkan keterampilan bahasa lisan sehingga mampu mengembangkan keterampilan bahasa
tulis dalam bentuk karya sastra. Membaca dan menulis merupakan aktivitas berbahasa ragam
tulis. Menulis adalah kegiatan berbahasa yang bersifat produktif, sedangkan membaca adalah
kegiatan yang bersifat reseptif.
Seseorang menulis guna menyampaikan gagasan. Dalam menuangkan gagasan melalui
kegiatan menulis, paling tidak terdapat tiga tahapan yang dilakukan penulis, yakni perencanaan,
penulisan, dan revisi. Ketika penulis menyusun perencanaan mengenai apa yang hendak
ditulisnya, seringkali dibutuhkan banyak informasi untuk bahan tulisannya itu. Salah satu cara
menghimpun informasi itu dilakukan melalui aktivitas membaca. Seorang penulis menyampaikan
gagasan, perasaan, atau informasi dalam bentuk tulisan. Sebaliknya seorang pembaca mencoba
memahami gagasan, perasaan, atau informasi yang disajikan dalam bentuk tulisan.
Tampak jelas bahwa kemampuan membaca penting sekali bagi proses menulis. Sebaliknya
pula, dalam kegiatan membaca, terutama dalam membaca pemahaman atau membaca untuk
kepentingan studi, seringkali kita harus menulis catatan-catatan, bagan, rangkuman, dan
komentar mengenai isi bacaan guna menunjang pemahaman kita terhadap isi bacaan. Bahkan,
kadang-kadang kita merasa perlu untuk menulis laporan mengenai isi bacaan guna berbagi
informasi kepada pembaca lain atau justru sekedar memperkuat pemahaman kita mengenai isi
bacaan.
Secara garis besar hubungan antara membaca dan menulis adalah sebagai
berikut:
1. Membaca (reseptif) dan menulis (produktif)
2. Menulis adalah kegiatan menyampaikan gagasan, pesan, informasi,
sedangkan membaca adalah kegiatan memahami gagasan, perasaan,
informasi dalam tulisan
3. Sebelum menulis, seringkali penulis melakukan aktivitas membaca
4. Dalam kegiatan membaca, seringkali pembaca menulis atau membuat
catatan, bagan, rangkuman, atau komentar
5. Seringkali kita menulis apa yang kita baca dan membaca apa yang kita
tulis.
Berbicara dan menulis merupakan kegiatan berbahasa yang bersifat produktif.
Berbicara merupakan kegiatan ragam lisan, sedangkan menulis merupakan kegiatan
berbahasa ragam tulis. Menulis pada umumnya merupakan kegiatan berbahasa tak
langsung, sedangkan berbicara merupakan kegiatan bahasa yang bersifat langsung.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi yang dalam proses itu
terjadi pemindahan pesan dari suatu pihak (komunikator) ke pihak lain (komunikan).
Menurut Faizah (2011) faktor-faktor yang menunjang keefektifen berbicara terdiri
dari dua faktor, yaitu faktor kebahasaan dan non kebahasaan. Seorang pembicara dapat
menguasai masalah yang dibicarakan. Seorang pembicara juga harus memperhatikan
keberanian dan kegairahan. Selain itu, pembicara harus berbicara dengan jelas dan tepat.
Aspek-aspek yang dinilai pada kegiatan berbicara terdiri atas aspek kebahasaan dan non
kebahasaan.
Aspek kebahasaan terdiri atas :
• ucapan atau lafal
• tekanan kata
• nada
• irama persendian
• kosakata atau ungkapan
• variasi kalimat atau struktur kalimat.
Aspek non kebahasaan terdiri atas :
• kelancaran
• penguasaan materi
• keberanian
• keramahan
• keteriban
• semangat dan sifat.
Hubungan antara berbicara dan menulis adalah sebagai berikut :
1. Keduanya merupakan alat untuk mengekspresikan makna
2. Ujaran merupakan dasar bagi ekspresi tulis
3. Diskusi dapat dilakukan sebelum seseorang menulis tentang topik yang belum dikuasainya
4. Ekspresi tulis lebih terstruktur, tetap, dan jelas dibandingkan ekspresi lisan
5. Membuat catatan dan bagan atau kerangka ide yang akan disampaikan dalam suatu
pembicaraan akan membantu seseorang dalam mengutarakan idenya kepada pendengar.
Menulis dan menyimak merupakan aktivitas berbahasa, dimana keterampilan menyimak bersifat
reseptif, dan menulis adalah bersifat produktif. Antara menyimak dan menulis memiliki hubungan
yang erat dari menyimak suatu ujaran atau informasi dapat menumbuhkan kreativitas untuk menulis
hasil yang diperoleh. Dan dituangkan dalam suatu karya tulis, baik itu cerpen, puisi, prosa, dan lain-
lain
Hubungan antara menyimak dengan menulis adalah sebagai berikut :
1. Bahan informasi yang digunakan dalam menulis didapatkan melalui kegiatan menyimak
2. Menyimak dapat menimbulkan kreativitas menulis
3. Dengan melakukan kegiatan menyimak dengan baik maka seseorang akan memiliki
pengetahuan yang luas sehingga dengan mudah penyimak dapat menulis dengan baik
4. Keterampilan menulis mendorong seseorang untuk menggunakan kaidah berfikir
dalam kegiatan menyimak
Perkembangan kecakapan berbahasa lisan dan kesiapan baca sangat berkaitan erat,
seperti halnya yang dikemukakan oleh Tarigan 2008. Kosakata yang luas dan beraneka
ragam, penggunaan kalimat-kalimat lengkap, pendengaran yang tepat dan kemampuan
menghubungkan kejadian-kejadian dalam urutan yang wajar dan logis akan sangat
berpengaruh pada pembelajaran membaca. Apabila anak mempunyai kemampuan
berbahasa lisan yang baik seperti yang telah diuraikan di atas, maka proses belajar
membacanyapun akan berkembang dengan baik. Sebaliknya, apabila anak tidak bisa
mengucapkan ujaran yang jelas dan lancar serta kosakata yang dikuasainya belum
banyak. Maka, anak akan mengalami kesulitan dalam belajar membaca.
Misalnya, anak yang pengucapan ujarannya kurang jelas dan lancar, maka saat
membaca permulaan dengan teknik membaca nyaring, anak tersebut akan mengalami
kesulitan, karena membaca nyaring melibatkan kemampuan melihat bacaan dan
mengucapkannya secara nyaring.
Hubungan icara dengan Membaca diantaranya:
1. Performansi atau penampilan membaca berbeda dengan kecakapan bahasa lisan
2. Ujaran tuna aksara/ buta huruf dapat menganggu pelajaran membaca bagi anak
3. Ujaran membentuk suatu dasar bagi pembelajaran membaca dan membaca membantu
meningkatkan bahasa lisan
4. Kosakata khusus mengenai bahan bacaan perlu dipahami sebelum memulai aktivitas
membaca
Sunarti dan Deri Anggraini. 2009. Keterampilan Berbahasa Indonesia. Yogyakarta:
Universitas PGRI Yogyakarta.
Terima Kasih
Don’t forget like, Koment And
subscribe