Satu Pembohong 399
Wajahnya kembali cerah. ”Ya. Masih.”
Bunyi klakson pelan tapi mendesak menembus otakku. BMW
Dad berhenti tepat di belakang kami, dan Mom menurunkan
jendela di sisi penumpang untuk mengintip ke luar. Seandainya
harus memakai satu kata untuk menggambarkan ekspresinya,
aku akan memilih pasrah. ”Tumpanganku datang,” kataku pada
Nate.
Dia meraih tanganku dan meremasnya sekilas sebelum mele
paskan, dan aku berani bersumpah, benar-benar ada percikan api
di kulitku. ”Trims karena tidak mengusirku. Aku akan menunggu
kabar darimu, oke? Kapan pun kau siap.”
”Oke.” Aku melewati Nate menuju mobil orangtuaku dan
merasakan dia berbalik memperhatikanku. Akhirnya aku meng
izinkan diriku tersenyum, dan setelah memulainya, aku tak bisa
berhenti. Tapi itu tidak apa-apa. Aku menangkap pantulannya
di jendela belakang, dan dia juga tak bisa berhenti tersenyum.
UCAPAN TERIMA KASIH
Banyak sekali yang membantuku selama perjalanan dari ide
hingga terbitnya buku ini, dan aku akan selamanya berterima
kasih kepada mereka semua. Pertama, terima kasih sedalam-
dalamnya kepada Rosemary Stimola dan Allison Remcheck. Tanpa
mereka, buku ini tidak akan terwujud. Terima kasih telah mau
mengambil risiko menerimaku, serta untuk saran cemerlang dan
dukungan kalian yang tak pernah goyah.
Kepada Krista Marino, terima kasih telah menjadi editor luar
biasa dan pemahaman mendalammu terhadap ceritaku dan
karakternya. Umpan balik dan bimbinganmu yang tajam mem
perkuat buku ini dalam cara-cara yang kupikir tak mungkin.
Kepada seluruh tim di Random House/Delacorte Press, aku merasa
terhormat diperhitungkan sebagai pengarang kalian.
Para penulis jauh lebih baik apabila menjadi bagian dari
komunitas. Kepada Erin Hahn, partner kritik pertamaku, terima
kasih telah menjadi kritikus jujur, pemandu sorak tak kenal lelah,
dan teman baik. Terima kasih Jen Fulmer, Meredith Ireland, Lana
Kondryuk, Kathrine Zahm, Amelinda Berube, dan Ann Marjory
K yang telah membaca dengan serius dan untuk nasihat bijak
kalian. Kalian semua membuat buku ini lebih baik.
Terima kasih, Amy Capelin, Alex Webb, Bastian Schlueck, dan
Kathrin Nehm yang telah memboyong One of Us Is Lying kepada
pembaca di seluruh dunia.
Terima kasih kepada saudariku, Lynne, di meja dapurnyalah
aku duduk dan mengumumkan, ”Aku akhirnya akan menulis
buku.” Kau membaca setiap patah kata yang kutulis sejak saat
itu, dan memercayaiku ketika semua ini masih seperti mimpi
pada siang bolong. Terima kasih, Luis Fernando, Gabriela, Carolina,
dan Erik atas kasih sayang dan dukungan, serta mau menoleransi
kehadiran laptopku di acara keluarga. Terima kasih, Jay dan April,
yang menjadi bagian di setiap kisah persaudaraan yang kutulis,
dan Julie yang selalu mengecek kemajuan buku ini.
Rasa terima kasih yang sangat dalam kepada ibu dan ayahku
yang telah menanamkan kecintaan membaca dan disiplin yang
dibutuhkan untuk menulis. Dan untuk guru kelas dua SD-ku,
mendiang Karen Hermann Pugh, yang pertama kali menjulukiku
pendongeng. Aku berharap bisa berterima kasih secara langsung
kepadamu.
Seluruh cinta di dunia untuk Jack, putraku yang baik hati,
pintar, dan lucu. Aku selalu bangga padamu.
Dan terakhir, kepada para pembacaku—terima kasih dari lubuk
hatiku karena memilih menghabiskan waktu kalian bersama
buku ini. Aku tak bisa lebih bahagia lagi dapat membaginya
dengan kalian.
TENTANG PENGARANG
Karen M. McManus meraih gelar BA dalam jurusan Bahasa Inggris
dari College of the Holy Cross dan gelar MA dalam bidang Jur
nalisme dari Northeastern University. Ketika tidak sedang bekerja
atau menulis di Cambridge, Massachusetts, McManus senang
bepergian bersama putranya. One of Us Is Lying adalah novel
perdananya. Untuk mengetahui lebih banyak tentang dia, kun
jungi situsnya karenmcmanus.com, atau ikuti dia di Twitter
dengan akun @writerkmc.
Senin sore, lima murid memasuki ruang detensi.
Bronwyn, si genius, nilai akademis sempurna dan tidak pernah
melanggar peraturan.
Addy, si cewek populer, gambaran sempurna pemenang kontes
kecantikan.
Nate, si bandel, dalam masa percobaan karena transaksi narkoba.
Cooper, si atlet, pelempar bola andalan tim bisbol dan pangeran di
hati semua orang.
Dan Simon, si orang buangan, pencipta aplikasi gosip terdepan
mengenai kehidupan Bayview High.
Namun sebelum detensi berakhir, Simon tewas. Menurut para penyidik,
kematiannya disengaja. Apalagi kemudian ditemukan draft artikel gosip
terbaru untuk ditayangkan pada Selasa, sehari setelah kematian Simon.
Gosip heboh tentang empat orang yang berada dalam ruangan detensi
bersamanya.
Mereka berempat dicurigai, dan semuanya punya rahasia terpendam.
Salah satu di antara mereka pasti ada yang berbohong.
Penerbit NOVEL
PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building
Blok I, Lantai 5
Jl. Palmerah Barat 29-37
Jakarta 10270
www.gpu.id
www.gramedia.com