The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Dinasti Manchu Masa Keemasan (1735-1850) (Michael Wicaksono)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tlogosadangmtsm, 2022-05-20 18:04:10

Dinasti Manchu Masa Keemasan (1735-1850)

Dinasti Manchu Masa Keemasan (1735-1850) (Michael Wicaksono)

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Mengumpulkan Buku-buku dari Penjuru Negeri

Namun karya terbesar Qianlong dalam bidang sastra tentu saja
adalah Kumpulan Lengkap Empat Perbendaharaan (Ch: 《四
库全书》), atau Siku Quanshu. Karya besar ini memuat lebih
dari 3 ribu judul buku-buku klasik, dan menjadi tonggak dari
apa yang disebut sebagai “Periode Kesusastraan Qianlong dan
Jiaqing” (Ch: 乾嘉学派).

Pada tahun Qianlong ke-6 (1741), Qianlong secara pribadi me-
merintahkan agar dilakukan pengumpulan buku-buku klasik
untuk dikompilasi secara utuh. Dalam dekritnya, ia membatasi
agar buku-buku yang dikumpulkan hanya berasal dari dinasti
Yuan, Ming dan Qing sampai saat itu saja. Tujuan utamanya
adalah melengkapi perbendaharaan perpustakaan kerajaan.
Seluruh zongdu dan xunfu di daerah diperintahkan untuk
membantu pengumpulan karya-karya sastra tersebut, namun
kurangnya keseriusan mereka membuat efektivitas proyek ini
sedikit kurang.

Akhirnya pada 30 tahun kemudian, Qianlong kembali meme-
rintahkan seluruh zongdu dan xunfu di daerah untuk kembali
mengumpulkan karya-karya sastra di daerah mereka masing-
masing. Ini adalah dasar dari penyusunan Siku Quanshu. Pada
bulan pertama tahun Qianlong ke-37 (1772), Qianlong menge-
luarkan pengumuman resmi ke seluruh penjuru kerajaannya,
yang isinya meminta kesediaan rakyat untuk menyumbangkan
karya sastra yang mereka miliki untuk dikompilasi oleh peme-
rintah. Namun kembali, para zongdu dan xunfu lagi-lagi tidak
menganggap serius masalah ini dan sepuluh bulan setelah pe-
ngumuman resmi tersebut diumumkan, buku yang terkumpul
hanya sedikit sekali.

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

Dispensasi Inkuisisi

Lambatnya proyek ini membuat Qianlong geram. Pada saat
yang bersamaan, pejabat pendidikan dari provinsi Anhui meng-
ajukan usulan agar Qianlong menggunakan Ensiklopedi Yongle
(Ch: 《永乐字典》) sebagai kerangka acuan dasar penyusunan
proyeknya. Qianlong sependapat dengan usulan ini, dan ia ke-
mudian menggunakan Ensiklopedi yang sudah ada tersebut
dan menggunakan kumpulan perbendaharaan perpusatakaan
kekaisaran ditambah dengan buku-buku yang ia kumpulkan
dari rakyat untuk menyusun Siku Quanshu.

Qianlong kemudian mengeluarkan dekrit resmi yang lebih
serius lagi, dan memerintahkan agar zongdu dan xunfu di se-
luruh provinsi berusaha sekuat tenaga untuk mematuhinya.
Pada bulan 8 tahun Qianlong ke-39 (1774), perintah ini mem-
berikan hasil yang menggembirakan; tidak kurang dari 10 ribu
judul buku berhasil dikumpulkan, dan kebanyakan berasal dari
Jiangsu dan Zhejiang. Kedua provinsi ini sejak lama dikenal se-
bagai gudangnya kaum terpelajar, dan memberikan kontribusi
yang sangat besar bagi penyusunan Siku Quanshu. Qianlong
menggunakan kedua provinsi ini sebagai titik penting dalam
penyelesaian proyeknya, lagipula ia sudah sangat memahami
seluk-beluk kaum terpelajar di sana. Qianlong juga memberi-
kan dispensasi bagi mereka yang ketahuan menyimpan buku-
buku yang dianggap “berbahaya”. Mereka yang kedapatan
menyimpan buku-buku tersebut tidak akan dihukum, namun
bukunya akan disita untuk dimusnahkan. Pemiliknya kemu-
dian diberi peringatan untuk tidak mengulangi perbuatannya.
Perintah ini terutama diberikan kepada para zongdu dan xunfu
provinsi-provinsi Jiangsu dan Zhejiang, seperti zongdu Jiangsu-

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Zhejiang Gao Jin (Ch: 高晋), xunfu Zhejiang Sanbao (Ch: 三
宝) dan xunfu Jiangsu Sazai (Ch: 萨载).

Qianlong mengenal dengan baik beberapa perpustakaan ter-
nama di kedua provinsi tersebut, antara lain Gedung Chuanshi
(Ch: 传是楼) milik keluarga Xu di Kunshan (Ch: 昆山), Balai
Shugu (Ch: 述古堂) milik keluarga Qian di Changshu (Ch: 常
熟), Gedung Tianlai (Ch: 天籁阁) milik keluarga Xiang dan
Paviliun Baoshu (Ch: 曝书亭) milik keluarga Zhu di Jiaxing
(Ch: 嘉兴), Balai Xiaoshan (Ch: 小山堂) milik keluarga Zhao
di Hangzhou (Ch: 杭州), dan Gedung Tianyi (Ch: 天一阁)
milik keluarga Fan di Ningbo (Ch: 宁波). Ia bahkan berkata
bahwa dirinya tidak hanya mengenal nama-nama perpustakaan
tersebut, namun juga mengetahui buku-buku ternama apa saja
yang berada di dalamnya. Tidak hanya perpustakaan, berb-
agai penjual buku di kedua provinsi itu pun ia kenal dengan
baik. Oleh karenanya, Qianlong memerintahkan para pejabat
provinsi di kedua daerah tersebut berusaha semaksimal mung-
kin untuk mengumpulkan buku-buku yang dibutuhkan, dan
untuk melakukannya mereka bisa melacak ke para perpus-
takaan dan pedagang buku-buku tersebut.

Setelah merombak kebijakannya ini, Qianlong menemui hasil
yang memuaskan. Dalam tenggat waktu setengah tahun yang
telah ditetapkan para pejabat bersangkutan segera bergerak
dengan cepat. Pengawas Perdagangan Garam di Sungai Huai
(Ch: 两淮盐政) Li Zhiying (Ch: 李质颖) contohnya, ia ber-
hasil mengumpulkan 195 jilid buku dari pedagang buku se-
tempat, dan pertama-tama mengirimkan keseluruhannya ke
Beijing, lalu mengirimkan sebagian buku tersebut ke Pengawas
Buku di Suzhou dan sisanya ke penyalin di Yangzhou. Selain

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

itu, banyak sekali buku-buku yang disumbangkan oleh kalan-
gan masyarakat kepada pemerintah.

Penyusunan Siku Quanshu

Akhirnya, jumlah buku yang terkumpul telah memenuhi kuota
dan batas waktu yang telah ditetapkan. Qianlong kemudian
mendirikan Gedung Koleksi Lengkap Empat Perbendaharaan
dan memerintahkan dimulainya pengeditan kompilasi karya
sastra tersebut. Untuk membalas kebaikan mereka yang telah
menyumbangkan buku-bukunya, Qianlong memerintahkan
agar masing-masing pemilik buku yang menyumbangkan
buku dalam jumlah besar diberikan kumpulan Koleksi Lengkap
Tulisan dan Gambar-gambar Zaman Kuno dan Sekarang (Ch:
《古今图书集成》)1. Mereka yang menyumbangkan buku
dalam jumlah terbanyak berturut-turut adalah Bao Shigong
(Ch: 鲍士恭), Fan Maozhu (Ch: 范懋柱), dan Wang Qishu
(Ch: 王启淑) dari Zhejiang, serta Ma Yu (Ch: 马裕) dari
Jiangsu. Buku-buku yang mereka sumbangkan berjumlah total
lebih dari 2 ribu judul. Mereka yang menyumbangkan buku
di atas 100 judul akan diberikan Koleksi Rima Kata-kata Ang-
gun (Ch: 佩文韵府)2, seperti Zhou Houyu (Ch: 周厚堉) dan
Jiang Zengjin (Ch: 蒋曾菳) dari Jiangsu; Wu Wangchi (Ch:

1 Koleksi Lengkap Tulisan dan Gambar-gambar Zaman Kuno dan Sekarang atau Gujin
Tushu Jicheng, adalah kompilasi berupa ensiklopedi yang isinya mencakup geograi,
sejarah, pemerintahan dan karya sastra. Buku ini disusun pada zaman Kangxi dan
selesai pada masa pemerintahan Yongzheng.

2 Koleksi Rima Kata-kata Anggun atau Peiwen Yunfu adalah kompilasi sajak rima yang
disusun pada zaman Kangxi, berisi kata majemuk dan frase-frase idiom yang disusun
berdasarkan rima yang dibentuk. Pada saat itu, buku itu baru saja selesai dicetak dan
adalah sebuah kebanggan bisa memilikinya.

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

吴王墀), Sun Yangzeng (Ch: 孙仰曾) dan Wang Ruli (Ch: 汪
如瑮) dari Zhejiang; serta pejabat-pejabat istana seperti Huang
Dengxian (Ch: 黄登贤), Ji Yun (Ch: 纪昀) alias Ji Xiaolan
(Ch: 纪晓岚), Li Shouqian (Ch: 励守谦), Wang Ruzao (Ch:
汪如藻), dll.

Pada bulan 8 tahun Qianlong ke-39 (1774), buku-buku yang
dikirimkan oleh pejabat-pejabat daerah mulai berdatangan dan
jumlahnya mencapai puluhan ribu. Pekerjaan penyusunan Siku
Quanshu pun dimulai. Jumlah pegawai yang dikerahkan ada
360 orang, dan dibagi-bagi ke dalam berbagai divisi. Mereka
yang dipekerjakan adalah kaum terpelajar yang terdepan di
masa itu. Tugas-tugas utama mereka adalah menyortir buku-
buku tersebut, dan meneliti apakah di dalamnya terdapat hal-
hal yang menentang pemerintahan Qing serta perlu-tidaknya
buku-buku tersebut masuk dalam perbendaharaan Siku Quan-
shu.

Buku-buku tersebut akhirnya dibedakan dalam tiga kategori,
yaitu buku yang wajib disalin (Ch: 应抄), buku yang wajib
disimpan (Ch: 应存), dan buku yang wajib dimusnahkan (Ch:
禁毁). Yang masuk dalam kategori pertama adalah buku-buku
yang kemudian menjadi bagian dari Siku Quanshu, termasuk
di dalamnya buku-buku langka yang sangat berharga, yang
kemudian dibuatkan satu bagian terpisah yang diberi judul
Kumpulan Buku-buku Berharga Istana Wuying (Ch: 《武英殿
聚珍版丛书》). Jumlah buku yang masuk kategori pertama
ada sekitar 3.461 judul.

Yang termasuk dalam kategori ketiga adalah buku-buku terla-
rang yang isinya menyebarkan ideologi berbahaya yang meng-
ancam pemerintahan. Buku-buku ini jumlahnya sekitar 3 ribu

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

judul, dan kesemuanya segera dimusnahkan. Sedangkan yang
termasuk dalam kategori kedua adalah buku-buku yang berada
di antara dua kategori yang lain, yaitu tidak mengandung ide-
ologi berbahaya menentang pemerintah, namun juga tidak ter-
lalu berharga untuk masuk ke dalam Siku Quanshu. Buku-buku
ini kemudian dicatat judulnya dan diambil sebagian esensinya
yang dinilai berharga saja. Jumlahnya mencapai 6.793 judul.

Nasib Siku Quanshu Kemudian

Sesuai namanya, Siku Quanshu dibagi ke dalam 4 bagian, yaitu
Kitab Klasik (Ch: 经), Sejarah (Ch: 史), Para Guru (Ch: 子),
dan Kompilasi (Ch: 集). Berbagai bidang pengetahuan baik dari
ilsafat, ilmu militer, kedokteran, sastra, sejarah, dsb. terangkum
dalam buku ini, membuatnya sebagai ensiklopedi terlengkap
yang pernah disusun dalam sejarah China sampai saat itu. Saat
diselesaikan pada tahun Qianlong ke-47 (1782), tebalnya Siku
Quanshu mencapai 36.381 jilid (Ch: 册), dengan lebih dari 79
ribu gulungan (Ch: 卷), dan memuat lebih dari 800 juta hu-
ruf China. Empat salinan dari buku ini kemudian disimpan di
Istana Terlarang, Istana Musim Panas (Ch: 圆明园), Shenyang
dan Chengde. Sebanyak tiga salinan disebarkan ke masyarakat,
dan disimpan di Hangzhou, Zhenjiang dan Yangzhou. Saat ini,
hanya tinggal empat saja yang tersisa, masing-masing disimpan
di Perpustakaan Nasional di Beijing, Museum Istana di Taiwan,
Perpustakaan Gansu di Lanzhou, dan Perpustakaan Zhejiang
di Hangzhou.3

3 Sepanjang sejarahnya setelah selesai disusun, salinan-salinan Siku Quanshu meng-
alami nasib berbeda-beda. Salinan yang berada di Zhenjiang dan Yangzhou musnah
ketika Pemberontakan Taiping pecah, sedangkan salinan yang berada di Istana Musim
Panas rusak parah saat pasukan Inggris dan Perancis menyerbu Beijing pada Perang
Candu II. Empat salinan yang tersisa pun mengalami beberapa kerusakan selama
Perang Dunia II.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Disusunnya Siku Quanshu merupakan penanda bagi masa ke-
emasan ilmu pengetahuan dan sastra selama masa Qianlong,
dan menjadi puncak kebudayaan China pada masa dinasti
Qing. Kompilasi buku-buku ini merupakan warisan sejarah
yang tak ternilai harganya.

Impian Kamar Merah

Dalam kesusasteraan bahasa China dikenal adanya empat novel
ternama dari zaman klasik (Ch: 中国古代四大名著), yaitu
romantisme zaman Tiga Kerajaan (Ch: 三国演义), pemberon-
takan Liangshan dalam Kisah Tepian Air (Ch: 《水浒传》),
kisah kera sakti Sun Wukong dalam Perjalanan ke Barat (Ch:
《西游记》), dan yang terakhir adalah Impian Kamar Merah
(Ch: 《红楼梦》) atau Kisah Batu (Ch: 《石头记》). Keem-
pat karya sastra semi iksi ini merupakan cerminan dari ting-
ginya kebudayaan literatur pada masa China kuno.

Yang terakhir, Impian Kamar Merah atau Hong Lou Meng di-
selesaikan pada tahun Qianlong ke-49 (1794) sebanyak 80 bab
oleh Cao Xueqin (Ch: 曹雪芹), seorang sastrawan miskin yang
berasal dari Liaoyang, dan 40 bab sisanya oleh berbagai penu-
lis berbeda. Kakek buyut dan kakek Cao pernah menduduki
jabatan dalam pemerintahan, namun karena ayahnya yang ber-
nama Cao Fu (Ch: 曹頫) melakukan sebuah kesalahan yang
menyinggung pemerintahan Yongzheng, Cao Fu dijebloskan
ke dalam penjara dan harta benda keluarganya disita oleh peme-
rintah. Akibatnya, keluarga Cao kemudian jatuh miskin.

Sepanjang hidupnya, Cao Xueqin hidup dalam kesengsaraan.
Kejatuhan keluarganya memberikan dampak yang sangat besar

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

pada Cao. Semua kesedihan dan rasa frustrasinya ia curahkan
dalam berbagai karyanya, termasuk di dalamnya adalah Hong
Lou Meng ini.

Diceritakan bahwa Jia Baoyu (Ch: 贾宝玉), anak keluarga kaya
yang masih berhubungan dengan Istana Kaisar, yang dilahirkan
dengan pualam ajaib di dalam mulutnya, ditakdirkan memiliki
masa depan yang gemilang, namun masa depan apakah yang
dimaksud? Ayahnya berkeras bahwa Baoyu harus tekun mem-
pelajari karya-karya klasik supaya dapat menjadi pejabat tinggi,
namun melihat banyaknya pejabat korup di sekitarnya, Baoyu
lebih menyenangi untuk bermain-masin dengan sepupu-sepu-
punya di halaman rumahnya. Apakah ia akan menikahi Xue
Baochai (Ch: 薛宝钗) yang lugu, jujur dan sopan, atau Lin
Daiyu (Ch: 林黛玉) yang emosional, kacau, dan mudah
marah?

Penggunaan sajak-sajak romantis, humor-humor kecut,
sindiran-sindiran cerdas, dan dialog yang mudah dipahami
memberikan gambaran mengenai kehidupan Cao sendiri
dalam suatu hubungan interpersonal yang kompleks pada suatu
rumah tangga keluarga kaya. Novel ini diakhiri oleh tragedi,
dengan penyitaan harta keluarga Jia, kematian Lin Daiyu, dan
keputusan Jia Baoyu untuk melarikan diri dari kehidupan dun-
ia ke dalam biara.

Kisah hidup Cao Xueqin pun tak jauh berbeda: setelah mem-
bawa keluarganya pindah ke Beijing, kehidupan keluarganya
semakin susah, bahkan ia hanya mampu memberi bubur untuk
makan keluarganya sehari-hari. Pada tahun Qianlong ke-27
(1762), putranya yang masih kecil meninggal karena sakit, dan

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

hal ini menjadi pukulan telak terakhir untuk Cao. Akibatnya,
Cao jatuh sakit karena terlalu sedih memikirkan mendiang pu-
tranya itu. Karena keluarganya terlalu miskin untuk membeli
obat, penyakit Cao dibiarkan tak terobati. Akhirnya, pada per-
gantian tahun baru di malam hari menjelang tanggal 1 bulan
1 tahun Qianlong ke-28 (1763), Cao meninggal dunia karena
sakitnya, tanpa mampu menyelesaikan Hong Lou Meng.

Delapan puluh bab yang ia tulis menjadi bagian utama dari
Hong Lou Meng. Setelah kematiannya, banyak penulis yang
tertarik dengan kisah yang menyentuh ini, kemudian menam-
bahkan bagian akhirnya, sehingga terdapat banyak plot ber-
beda. Buku ini kemudian diedit oleh Cheng Weiyuan (Ch:
程伟元) dan Gao E (Ch:高鹗), dan diselesaikan pada tahun
Qianlong ke-49 (1794).

Hong Lou Meng menjadi sebuah karya sastra klasik yang dima-
sukkan dalam daftar empat karya sastra unggulan China karena
karya ini menggambarkan secara satir kondisi kehidupan za-
man feodal yang keras bagi rakyat jelata. Mao Zedong bahkan
menjadikan novel ini bacaannya sehari-hari semasa mudanya,
dan bahkan “menganggap karya ini bukan sebagai sebuah
novel, namun sebagai bacaan sejarah” (Ch: “《红楼梦》不
仅要当做小说看,而且要当做历史看”). Salah satu poin
yang dipandang penting oleh Mao Zedong yang membuat-
nya mengagumi karya ini adalah penempatan derajat wanita
secara sejajar dengan pria dalam kisah ceritanya, dan berbeda
dengan semangat zaman feodal di China di mana wanita selalu
dinomor-duakan dalam hirarki keluarga.

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

VII
Inkuisisi Sastra

Sepanjang sejarah China, para penguasa memberlakukan sen-

sor yang ketat terhadap buku-buku yang isinya dinilai mere-
sahkan, bertentangan dengan ideologi penguasa, atau menye-
barkan hasutan yang bernada subversif. Pembakaran buku
bahkan sudah dimulai sejak zaman Kaisar Qin Shihuang, dan
mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Qianlong.

Memusnahkan Buku-buku Terlarang
Buku-buku yang mengalami inkuisisi pada masa Qianlong da-
pat dibedakan menjadi tiga: pertama adalah buku-buku ilsafat
yang menjelek-jelekkan pemerintah (atau pejabat-pejabatnya),
kedua adalah buku-buku yang isinya membicarakan skandal
atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut keluarga kekaisaran
atau pemerintahan, dan yang terakhir adalah buku-buku yang
sengaja menghasut terjadinya pemberontakan atau kebencian
melawan pemerintah.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Puncak inkuisisi sastra pada masa Qianlong terjadi selama
kurun waktu tahun Qianlong ke-16 (1747) sampai tahun
Qianlong ke-48 (1783), terutama sejak tahun Qianlong ke-39
(1774) di mana pihak pemerintah menyita buku-buku sejarah
yang menceritakan masa-masa akhir dinasti Ming yang isinya
menjelek-jelekkan nenek moyang kaisar dan bangsa Manchu, se-
hingga secara tidak langsung menyebarkan kebencian terhadap
pemerintah. Selama masa pemerintahan Kangxi sampai dengan
Qianlong terdapat 120-an kasus inkuisisi, dan sekitar 40 kasus
atau sepertiga dari keseluruhannya terjadi hanya dalam kurun
waktu lima tahun, yaitu antara tahun Qianlong ke-43 (1778)
sampai tahun ke-48 (1783)!

Sebenarnya, dinasti Qing sudah mencapai kestabilan dan ke-
makmuran pada masa pemerintahannya, namun inkuisisi
sastra pada masa pemerintahan Qianlong bahkan melampaui
inkuisisi serupa yang dilakukan pada masa-masa pendahulu-
nya, bahkan melebihi Yongzheng, ayahnya yang terkenal keras
menyensor berita-berita sejarah yang mengancam kedudukan-
nya sebagai kaisar. Alasannya adalah, pada masa pemerintahan
Qianlong, populasi China sudah berkembang dengan sedemi-
kian pesatnya, bahkan bisa dibilang “meledak”. Meskipun jum-
lah makanan berlimpah, namun tetap tidak seimbang dengan
pesatnya ledakan populasi. Qianlong khawatir kalau-kalau rak-
yat yang tetap masih kelaparan dan kekurangan makanan akan
mudah dihasut oleh tulisan-tulisan yang menjelek-jelekkan
pemerintah; apalagi Qianlong paham benar bahwa meskipun
bangsa Han sudah bisa menerima kenyataan bahwa bangsa
Manchu sudah berhasil menyatukan negeri dan memerintah
mereka, namun dalam hati kecil mereka tetap ada rasa keti-

Dinasti Manchu

dak-sukaan terhadap bangsa asing yang dulu dianggap “barbar”
ini.

Penulisan Siku Quanshu pun juga dimaksudkan untuk menyen-
sor buku-buku yang dianggap berbahaya ini. Kumpulan buku-
buku tersebut – kemudian disebut Sijin Quanshu (Ch: 四禁全
书), atau Kompilasi Lengkap Empat Larangan, berjumlah lebih
dari 3 ribu judul, dan kesemuanya hilang untuk selama-la-
manya. Beberapa salinan yang masih tersisa entah dikuburkan
bersama jenasah pemiliknya oleh keturunannya, atau berada di
luar China. Salah satunya adalah ensiklopedia Tiangong Kaiwu
(Ch: 天工开物), yang berhasil selamat karena beberapa salin-
annya tersimpan dengan baik di Jepang.

Kasus-kasus Terkenal

Beberapa kasus yang terkenal yang terjadi pada masa Qianlong
adalah kasus Sun Jiajin (Ch: 孙嘉淦), yang menjabat Penang-

gung jawab Akademi Kekaisaran (Ch: ). Namanya

“dipinjam” oleh seorang pejabat daerah bernama Lu Lusheng
(Ch: 卢鲁生), yang menuliskan petisi palsu kepada kaisar yang

isinya mengkritik kebijakan kaisar untuk bepergian ke selatan

dan menghabiskan uang rakyat hanya untuk berpesiar saja. Ke-

tika terbongkar, Lu ditangkap dan dihukum mati dengan cara

http://facebook.com/indonesiapustaka disayat-sayat, kemudian kedua anaknya dihukum penggal pada

tahun Qianlong ke-18 (1753).

Kasus kedua adalah kasus Hu Zhongzao (Ch: 胡仲藻), yang

menulis dalam puisinya, “Segenggam pikiran membahas per-
bedaan kotor dan bersih” (Ch: “一把心肠论浊清”) di mana
“kotor” (Ch: 浊) dibandingkan dengan “bersih” (Ch: 清), yang

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

juga adalah nama dari dinasti Qing. Kemudian, ia juga me-
nulis, “Dari dulu sampai sekarang tidak ada penyakit, dan de-
ngar-dengar katanya pintu istana tidak pernah terbuka.” (Ch:
“老仍如今无病病, 朝门闻说不开开”); dan “Trigram dari
Langit (Qian) tidak menggambarkan ucapan naga” (Ch: “乾
三爻不象龙之说”). Naga (Ch: 龙, Py: long), bila diucapkan
sama persis dengan Kemakmuran (Ch: 隆, Py: long), dan di-
satukan dengan Langit (Ch: 乾) maka akan membentuk nama
pemerintahan kaisar, Qianlong. Hu adalah murid dari E’ertai,
dan teman akrab dari Echang (Ch: 鄂昌), putra E’ertai. Ketika
diselidiki, Echang juga menulis dalam bukunya bahwa, “Suku
Mongol adalah barbar” (Ch: “称蒙古为胡儿”). Qianlong ke-
mudian memerintahkan agar Hu Zhongzao dihukum mati,
dan Echang diperintahkan untuk bunuh diri. Nama E’ertai ke-
mudian dikeluarkan dari Kuil Pejabat Berhasil (Ch: 贤良祠).
Selain demi kepentingan inkuisisi sastra, dihukumnya Hu ini
juga untuk memberantas kakitangan E’ertai di istana.

Akhirnya pada tahun Qianlong ke-43 (1778), Qianlong me-
merintahkan agar para pejabat daerah (zongdu dan xunfu)
melakukan penggeledahan untuk mencari buku-buku terlarang
yang masih disimpan oleh pemiliknya. Qianlong menetapkan
tenggat waktu selama 2 tahun; apabila setelah masa itu terle-
wati masih diketemukan ada yang diam-diam menyembu-
nyikan buku-buku terlarang, maka pemiliknya akan dihukum
sangat berat.

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

VIII
Para Wanita di
Sekeliling Kaisar

Para kaisar di zaman kuno selalu menghabiskan hari-harinya

dikelilingi oleh puluhan bahkan ratusan orang wanita cantik.
Baik selir maupun dayang-dayang istana, ada yang mungkin se-
umur hidupnya hanya sekali-dua kali berjumpa dengan kaisar,
atau bahkan tidak berkesempatan berjumpa dengannya sekali-
pun. Selain itu, Qianlong dikenal gemar “berburu” wanita can-
tik sampai ke daerah Selatan (Ch: 江南) yang dikenal dengan
gadis-gadisnya yang cantik.
Namun ada beberapa orang wanita yang dibilang “istimewa”
dalam hidup Qianlong, baik benar-benar ada maupun hanya
hidup dalam legenda rakyat saja, termasuk Putri Huanzhu (Ch:
还珠格格), yang konon adalah salah seorang putri kesayangan
kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka 00 Masa Keemasan

Permaisuri Xiao Xianchun

Permaisuri Xiao Xianchun (Ch: 孝贤纯皇后) berasal dari
suku Manchu klan Fuca (Ch: 富察氏) yang termasuk Pasukan
Panji Berbatas Kuning, dan menjadi permaisuri pertama Qian-
long. Ia dilahirkan pada tanggal 22 bulan 2 tahun Kangxi ke-51
(1712), atau lebih muda sekitar setahun dibanding Qianlong.
Tahun Yongzheng ke-5 (1727), ia dinikahkan dengan Hongli,
yang saat itu bergelar Pangeran Bao (Ch: 宝亲王).

Ia melahirkan empat orang anak bagi Qianlong, dua perem-
puan dan dua laki-laki. Namun hanya satu orang anak pe-
rempuan saja, yaitu Putrinegara Hejing (Ch: 固伦和敬公主)
yang bertahan hidup sampai usia dewasa. Putra pertamanya,
Pangeran Ke-2 Yonglian (Ch: 二阿哥永琏) merupakan anak
kesayangan kaisar, dan saat naik tahta Qianlong berencana
mengangkatnya menjadi penggantinya kelak, dan menem-
patkan namanya dalam kotak bersegel yang ditaruh di balik
papan Zhengda Guangming di Istana Qianqing (Ch: 乾清殿).
Namun sayangnya, pangeran muda ini meninggal dunia karena
sakit pada umur 9 tahun, dan membuat Qianlong jatuh dalam
kesedihan yang dalam, serta mengurung diri selama 5 hari la-
manya tanpa mengurusi urusan negara.

Meskipun tidak lagi memiliki anak laki-laki yang bisa
meneruskan tahta kekaisaran, permaisuri Xiao Xianchun masih
tetap menjadi kesayangan kaisar. Sifatnya yang rendah hati dan
pemurah membuat banyak orang menyukainya. Suatu ketika,
Qianlong bercerita kepada istrinya bahwa pada zaman dahulu,
suku Manchu sangatlah miskin sehingga tidak mampu mem-
buat kantong uang dari kain, dan hanya bisa membuat dari

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu 0

kulit kaki rusa saja. Mendengar hal ini, permaisuri diam-diam
menjahit sebuah kantong kain dan memberikannya kepada
kaisar. Qianlong sangat tersentuh oleh hal ini.

Namun sang permaisuri meninggal dalam usia muda. Pada
tahun Qianlong ke-13 (1748), permaisuri Xiao Xianchun me-
ninggal dunia karena sakit di atas perahu dalam usia 37 tahun.
Sebelumnya, ia mengiringi kaisar dan ibusuri dalam perjalanan
ke selatan, namun tiba-tiba jatuh sakit di istana peristirahatan
di gunung Taishan (Ch: 泰山行宫). Dua tahun berselang, ia
baru saja kehilangan anak laki-lakinya, pangeran Yongzong
(Ch: 永琮). Kesedihan yang belum hilang, ditambah dengan
kelelahan akibat perjalanan panjang dan harus selalu mengurusi
ibu suri dalam perjalanan, membuat tubuhnya yang lemah
jatuh sakit. Pada tanggal 11 bulan 3 tahun Qianlong ke-13,
permaisuri meninggal dunia di atas perahu yang sedianya akan
membawanya menuju Dezhou (Ch: 德州) di provinsi Shan-
dong (Ch: 山东省). Saat itu, ia telah menikah dengan Qian-
long selama 22 tahun.

Permaisuri Ulanara

Permaisuri ini berasal dari suku Manchu klan Ulanara (Ch: 乌
喇那拉) yang masih termasuk Pasukan Panji Kuning, merupa-
kan permaisuri Qianlong yang kedua. Ia disebut juga “Per-
maisuri Tiri” (Ch: 继皇后). Ia dilahirkan pada tahun Kangxi
ke-57 (1718), atau 7 tahun lebih muda dari Qianlong. a mela-
hirkan tiga orang anak untuk Qianlong, dua anak laki-laki dan
satu anak perempuan. Namun kedua anak laki-lakinya ber-
umur pendek, yaitu beile Yongji (Ch: 永璂) yang meninggal

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

dunia pada usia 24 tahun, dan pangeran Yongjing (Ch: 永璟)
yang meninggal saat berumur 1 tahun.

Saat Qianlong naik tahta, Ulanara diangkat sebagai selir agung
Xian (Ch: 娴贵妃). Setelah kematian Permaisuri Xiao Xian-
chun, ibusuri Xiao Shengxian (Ch: 孝圣宪 皇太后) meminta
anaknya untuk segera mengangkat Ulanara sebagai permaisuri.
Namun Qianlong merasa bahwa hal ini tidak pantas, karena
istana masih dalam suasana berkabung setelah wafatnya per-
maisuri beberapa waktu berselang. Namun untuk menun-
jukkan bakti dan hormatnya kepada sang ibu, Qianlong ter-
lebih dahulu mengangkat Ulanara menjadi selir agung kaisar
Xian (Ch: 娴皇贵妃) yang tugasnya hampir sama dengan
permaisuri. Barulah setelah masa berkabung selesai ia diangkat
menjadi permaisuri.

Namun kemudian sejarah mencatat bahwa Permaisuri Ulanara
begitu cepatnya kehilangan kasih sayang dari kaisar. Pada bulan
pertama tahun Qianlong ke-30 (1765), permaisuri mendam-
pingi kaisar dalam perjalanan ke selatan yang ke-4 kalinya.
Pada awalnya, semua berjalan dengan lancar dan tanpa masa-
lah; Qianlong bahkan sempat memberikan upacara perayaan
ulangtahun ke-48 untuk permaisuri. Pada tanggal 18 bulan
kabisat ke-2, rombongan kaisar sampai ke kota Hangzhou
(Ch: 杭州) di Zhejiang (Ch: 浙江省), dan mereka bersama-
sama menikmati pemandangan kota Hangzhou yang terkenal
dengan keindahannya itu. Namun malam harinya, pada saat
jamuan makan malam Qianlong hanya didampingi oleh selir
agung Ling (Ch: 令贵妃) Weigiya, selir agung kaisar Qinggong
(Ch: 庆恭皇贵妃) Lu, dan selir Rong (Ch: 容妃) Hezhuo. Ter-

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu 0

nyata, pada hari itu juga Qianlong mengutus fuma Fu Long’an
(Ch: 福隆安) untuk mengantar permaisuri Ulanara pulang ke
ibukota lewat jalan sungai.

Sesampainya di istana, Qianlong menarik kembali berbagai
anugerah yang pernah ia berikan kepada permaisuri. Ia hanya
meninggalkan dua orang pelayan wanita untuk melayani per-
maisuri. Hanya ditemani oleh dua orang dayang, merupakan
gambaran yang sangat jelas betapa permaisuri Ulanara sudah
kehilangan kasih sayang dari kaisar.

Menurut Qingshigao, alasan di balik tindakan Qianlong mem-
buang permaisuri Ulanara adalah karena sang permaisuri nekat
memotong rambutnya, sebagai protes akibat kesenangan Qian-
long mengejar wanita cantik sampai ke daerah selatan. Dalam
tradisi suku Manchu, seorang wanita hanya boleh memotong
rambutnya saat ada anggota keluarga yang lebih tua meninggal
dunia, dalam hal ini Ibusuri atau sang kaisar sendiri. Memo-
tong rambut saat keduanya masih hidup berarti menyumpahi
mereka berdua agar segera mati, dan hal ini tentu saja membuat
Qianlong naik pitam bukan kepalang.

“Pada tahun ke-30, mengikuti (kaisar) dalam perjalanan ke se-
latan dan sampai di Hangzhou, mengabaikan perintah kaisar
dan memotong rambutnya, dan kaisar tidak senang akan hal
ini. Ia diperintahkan untuk pulang ke ibukota. Pada bulan ke-
7 tahun (Qianlong) ke-31, wafat. Kaisar sedang berada dalam
perburuan mulan, dan memerintahkan untuk melakukan upa-
cara pemakaman sebagaimana untuk selir agung kaisar.” (Qing-
shigao, Gulungan ke-214, Baris ke-1)

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

(Ch: “三十年, 从上南巡, 至杭州, 忤上旨, 后剪发, 上
益不怿. 令后先还京师. 三十一年七月甲午, 崩. 上方
幸木兰, 命丧仪视皇贵妃.”)

Pada tahun Qianlong ke-31 (1766), permaisuri Ulanara wafat
di istana ketika Qianlong sedang dalam acara perburuan. Ia
hanya menyuruh pangeran Yongji (Ch: 永璂) untuk kembali
ke istana, sedang ia sendiri meneruskan acara perburuan. Pe-
makaman permaisuri Ulanara diatur dengan tatacara untuk se-
lir agung kaisar saja dan bukannya permaisuri. Ia dimakamkan
di samping makam selir agung Chun Hui.

Dalam serial televisi Putri Huanzhu, ia digambarkan sebagai
permaisuri jahat yang selalu mencari masalah dengan sang
putri demi mendapatkan perhatian dari kaisar.

Permaisuri Xiao Yichun
Secara de facto, permaisuri Xiao Yichun (Ch: 孝仪纯皇后)
adalah “permaisuri” Qianlong yang ke-3. Ia berasal dari suku
Han, dari marga Wei (Ch: 魏). Ayahnya, Wei Qingtai berasal
dari Jiangsu. Ia dilahirkan pada tahun Yongzheng ke-5 (1727),
atau 16 tahun lebih muda dibanding Qianlong. Saat putra-
nya menjadi kaisar Jiaqing, nama marganya diubah menjadi
Weigiya (Ch: 魏佳).

Weigiya masuk istana sebagai dayang, dan pernah mendampingi
baik mendiang permaisuri Xiao Xianchun maupun Ulanara.
Ia kemudian diangkat menjadi guiren (Ch: 贵人), kemudian
secara bertahap naik menjadi selir agung kaisar Ling (Ch: 令
皇贵妃). Setelah kematian permaisuri Ulanara, Qianlong

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu 0

berkeputusan untuk tidak lagi mengangkat permaisuri. Namun
sebagai selir dengan pangkat tertinggi di istana, Weigiya diberi
kepercayaan untuk mengurus istana belakang dan bertanggung
jawab atas para dayang dan pegawai rumah tangga istana.

Pada tahun Qianlong ke-38 (1773), Qianlong menentukan
siapa yang akan menggantikannya sebagai kaisar kelak. Renca-
nanya, Qianlong akan mengangkat Weigiya sebagai permaisuri
pada saat ia mengumumkan keputusannya untuk turun tahta
dan menjadikan putra mereka Pangeran Jia Yongyan (Ch: 嘉
亲王永琰) sebagai kaisar. Namun dua tahun berselang, selir
agung kaisar Ling meninggal dunia dalam usia 47 tahun.

Setelah pangeran Jia naik tahta sebagai kaisar Jiaqing, ia mem-
berikan gelar kehormatan untuk mendiang ibunya, yaitu per-
maisuri Xiao Yichun. Ia dimakamkan di mausoleum Yuling di
Hebei.

Selir Xiang
Kisah akan selir Xiang (Ch: 香妃) atau “Selir Wangi” ini ba-
nyak melahirkan legenda. Menurut catatan sejarah, selir Xiang
merupakan sandera yang ditangkap pada saat terjadi pemberon-
takan suku Uyghur (Ch: 回部) di Xinjiang. Ia adalah putri
dari Ali Hezhuo (Ch: 阿里和卓). Menurut kisah yang beredar
di suku Uyghur, selir Xiang adalah istri dari seorang panglima
Muslim yang diculik oleh serdadu Qianlong saat terjadi pem-
berontakan di Xinjiang. Yang pasti, ia kemudian dibawa ke
Beijing dan masuk istana sebagai selir Rong (Ch: 容妃).

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

Menurut legenda yang beredar, selir Xiang yang kemudian di-
sebut sebagai selir Rong ini memang memancarkan bau harum
yang khas dari tubuhnya. Kulitnya putih halus dan wajahnya
amat cantik. Tidak heran jika Qianlong begitu tergila-gila
padanya.

Namun ia tidak pernah bersedia melayani kemauan Qianlong.
Untuk menjaga kesuciannya, ia selalu membawa belati pendek
yang disembunyikan di balik lengan bajunya. Qianlong tidak
pernah bisa memaksakan kehendaknya atas selir Rong, ter-
masuk suatu ketika pada saat ia tengah mabuk dan masuk ke
kediaman selir Rong. Qianlong menarik lengan selir Rong, dan
bergumam, “Benar-benar tangan yang putih…” Secara releks,
selir Rong menarik belati yang ia sembunyikan dan melindungi
dirinya, namun secara tidak sengaja melukai lengan Qianlong.
Sang kaisar sedera tersadar dari mabuknya, dan memerintahkan
dayang-dayang untuk membalut lukanya. Namun Qianlong
tidak menjadi marah, dan ia kemudian kembali ke kediaman-
nya sendiri.

Mendengar kisah ini, ibusuri menjadi khawatir kalau-kalau se-
lir Rong sampai kelepasan tangan dan membunuh anaknya.
Ia kemudian memanggil sang kaisar dan berkata, “Kalau selir
yang satu ini memang tidak mau melayanimu, mengapa tidak
bunuh saja dia untuk memenuhi keinginannya, jika tidak se-
gera saja lepaskan dan biarkan dia pulang ke rumahnya, me-
ngapa masih saja kau biarkan dia tinggal di istana?” Namun
Qianlong merasa sayang untuk membiarkannya pulang, atau
bahkan sampai membunuhnya.

Pada suatu ketika, saat kaisar sedang melakukan sembahyang
tahunan untuk memuja langit di puncak musim dingin, ibu-

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu 0

suri memanggil selir Rong untuk menghadapnya di istana Ci-
ning (Ch: 慈宁宫), kediaman resmi ibusuri. Memanfaatkan
absennya kaisar dari istana, ibusuri bermaksud menghabisi selir
itu. Ia memerintahkan agar pintu gerbang istananya ditutup
rapat, dan bahkan kaisar pun tidak diizinkan untuk masuk. Ia
kemudian menanyakan kepada sang selir, apa sebenarnya ke-
inginannya. Selir Rong hanya menjawab dengan sepatah kata,
“Mati.” Ibusuri kemudian mengabulkan permohonannya, dan
selir Rong berlutut dengan hormat sambil berlinang air mata,
dan mengucapkan terimakasih kepada ibusuri. Ia kemudian
dibawa ke sebuah ruangan kosong di barat gerbang Yuehua
(Ch: 月华), dan di sana ia diberi seutas selendang putih untuk
bunuh diri.

Pada saat yang sama, seorang kasim bergegas menuju ke kuil
langit (Ch: 天坛) untuk melaporkan kepada kaisar mengenai
hal ini. Qianlong yang kaget bukan kepalang segera bergegas
pulang ke istana, namun sudah terlambat. Selir Rong sudah
menemui ajalnya, namun jenazahnya masih sangat segar, seperti
tidur saja. Dalam kesedihannya, Qianlong memerintahkan
agar jenazah sang selir diurus dengan baik dan dimakamkan di
paviliun Taoran (Ch: 陶然亭) di selatan kota.

Putri Huanzhu

Keberadaan putri yang terkenal dengan serial televisinya ini
sebenarnya diragukan. Ada yang menyebutkan bahwa ia me-
mang adalah putri Qianlong hasil hubungannya dengan se-
orang wanita suku Han saat perjalanan ke selatan. “Tugu
Makam Putri” (Ch: 公主坟) disebut-sebut adalah makamnya,

0 Masa Keemasan

namun ternyata pada saat penyelidikan dilakukan pada tahun
1965, ditemukan bahwa di dalam makam terdapat dua jenazah
wanita, yang adalah putri dari Jiaqing, bukannya Qianlong.

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu 0

IX
He Shen

Bagi mereka yang memahami sejarah China tentu tidak bisa

melepaskan peranan He Shen dalam masa-masa terakhir peme-
rintahan Qianlong. Nama pejabat yang satu ini identik dengan
korupsi, nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan. Meskipun
Qianlong dikenal sebagai seorang kaisar yang tegas dalam
memberantas korupsi, reputasinya ini mau tak mau tercoreng
oleh perilaku He Shen yang menjadi pejabat kesayangannya,
bahkan bisa disebut sebagai “anak emas” dari kaisar.

Latar Belakang Kehidupan
He Shen (Ch: 和珅) berasal dari suku Manchu klan Niohuru,
dan keluarganya termasuk dalam Pasukan Panji Merah (Ch:
正红旗). Menurut catatan resmi, ia dilahirkan pada tahun
Qianlong ke-11 (1746), atau lebih muda 35 tahun dari sang
kaisar. Keluarganya berasal dari Beijing, dan semenjak beru-
mur 10 tahun He Shen sudah mulai mempelajari kitab-kitab
Konfusius dan juga tulisan Manchu dan Mongol. Pada tahun

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

Qianlong ke-35 (1770), He Shen yang saat itu berumur 25 ta-
hun mengikuti ujian negara di Shuntian (Ch: 顺天府), namun
tidak berhasil mendapatkan gelar. Karena latar belakangnya se-
bagai suku Manchu, ia kemudian diangkat menjadi pengawal
istana tingkat 3, dan mulai berkeliaran di istana.

He Shen dikenal sebagai pribadi yang cerdas; selain menguasai
bahasa China, Manchu dan Mongol, ia juga fasih berbahasa
Tibet. Namun pada masa itu, memiliki pengetahuan yang luas
dan fasih dalam banyak bahasa tidaklah cukup untuk menjadi
seorang pejabat besar, apalagi sampai memiliki kedekatan de-
ngan kaisar dan menjadi anak emasnya.

Selir yang Berdandan

Diceritakan bahwa ketika Qianlong masih kecil, pada suatu
hari ia bermain-main sampai ke kamar salah seorang selir ayah-
nya yang bernama selir Nian (Ch: 年贵妃) yang saat itu tengah
duduk berdandan. Pangeran kecil yang masih senang bercanda
ini bermaksud mengagetkan selir Nian secara tiba-tiba. Ia ber-
jalan berjingkat dan kemudian mengejutkan dayang itu dari
belakang. Selir Nian yang kaget itu melompat dan berbalik,
dan secara tidak sengaja menyentuh pangeran kecil itu.

Saat itu, bagi rakyat biasa, menyentuh keluarga kaisar adalah
suatu larangan. Hal semacam ini dianggap sebagai pelanggaran
besar, dan pelakunya bisa dihukum mati. Seorang dayang yang
kebetulan lewat dan tidak sengaja melihat peristiwa itu, segera
melaporkannya, dan akibatnya, selir Nian dihukum dan kemu-
dian dibuang. Karena tidak dapat menahan malu, selir Nian
itu akhirnya gantung diri. Kejadian ini sangat membekas dalam

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

hati Qianlong, dan sampai kapanpun ia tak dapat melupakan
kesalahan masa kecilnya ini.

Pada tahun Qianlong ke-37 (1772), He Shen masuk dalam
kelompok pengawal yang tugasnya mengiringi kaisar, dan tu-
gas utamanya adalah mengangkut tandu dan panji-panji kaisar.
Wajah He Shen yang lembut mengingatkan Qianlong akan se-
lir Nian yang dulu bunuh diri itu. Selain itu, nama belakang
He Shen secara tidak sengaja sama persis dengan nama putra
ke-3 Qianlong yang meninggal dalam usia muda, Pangeran Ke-
3 Yongshen (Ch: 三阿哥永珅).

Selain terpikat oleh penampilannya, He Shen juga menun-
jukkan bakatnya yang besar di hadapan kaisar. Sebagai seorang
kaisar yang memiliki banyak talenta, Qianlong selalu menye-
nangi orang-orang yang cerdas dan berbakat. Itulah sebabnya,
4 tahun kemudian He Shen diangkat sebagai pejabat tinggi,
dengan jabatan pertama sebagai Pejabat Pengawas Gudang Is-
tana (Ch: 管库大臣).

Kenaikan Tingkat yang Cepat

Pada tahun Qianlong ke-15 (1780), He Shen diutus Qianlong
ke Selatan untuk menangani kasus korupsi yang dilakukan
Sekretaris Agung yang juga Gubernur Jenderal Yunnan dan
Guizhou, Li Shiyao (Ch: 李侍尧). Dengan bakatnya, He Shen
hanya memerlukan waktu dua bulan dan berhasil menangani
kasus ini dengan baik. Sekembalinya ke ibukota, ia kemudian
diangkat menjadi Kepala Kementrian Keuangan.

Dengan kenaikan pangkat yang cukup cepat ini, He Shen
berkesempatan untuk semakin dekat dengan Qianlong. Mereka

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

berdua sering menghabiskan waktu bersama untuk membahas
masalah sastra dan menulis kaligrai. He Shen memang pan-
dai mencari muka di depan kaisar. Meskipun memiliki jabatan
yang tinggi, ia tak segan-segan mengambilkan wadah pem-
buang ludah saat Qianlong terbatuk-batuk dan harus meludah.
Ini membuat Qianlong semakin menyayangi pejabatnya yang
satu ini dan memberikan berbagai pangkat dan jabatan tinggi
kepadanya.

Tercatat, jabatan-jabatan yang pernah diemban oleh He Shen
antara lain adalah:

1. Sebagai pejabat militer: komandan tinggi Pasukan Panji
Berbatas Biru, Putih, dan Berbatas Kuning, serta Komandan
Pasukan Infantri;

2. Sebagai pejabat sipil: Pejabat Tinggi Bagian Internal (Ch:
内务府大臣), Pejabat Pendamping Kaisar (Ch: 御前大臣),
Kepala Kementrian Keuangan (Ch: 户部尚书), Kepala Ke-
mentrian Kepegawaian (Ch: 吏部尚书), dan tujuh jabatan
sipil lainnya;

3. Sebagai pejabat kependidikan: Pengawas Ujian Istana (Ch:
殿试读卷官), Kepala Editor Siku Quanshu (Ch: 四库全书
馆正总裁), dan empat jabatan kependidikan lainnya;

4. Sebagai pejabat keuangan: Pengawas Pajak Gerbang Chong-
wen (Ch: 崇文门税务监督);

5. Sebagai pejabat internal istana: Pengawas Rumah Sakit Is-
tana (Ch: 兼管太医院), Pengawas Kamar Obat Istana (Ch:
御药房事物);

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

6. Sebagai bangsawan: Pengawal Putra Mahkota (Ch: 太子太
保), Bangsawan Tingkat 2 (Ch: 伯爵) dinaikkan menjadi
Bangsawan Tingkat 1 (Ch: 公爵).

Sepanjang lebih dari 20 tahun karirnya di istana, He Shen
tercatat setidaknya mengalami 50 kali pengangkatan sebagai
pejabat. Dengan kekuasaan yang sangat besar, hanya ada kaisar
yang berada di atasnya, sedangkan orang lain tunduk padanya.
Persis seperti pepatah China: “kekuasaannya di bawah satu
orang di atas puluhan ribu orang” (Ch: 一人之下, 万人之
上). Dengan demikian, He Shen seolah-olah menjadi “kaisar
kedua”.

Tidak cukup dengan memberikan begitu banyak jabatan dan
kekayaan pada He Shen, Qianlong masih memberikan pu-
trinya untuk dinikahkan dengan anak laki-laki He Shen. Pada
saat upacara pernikahannya, Qianlong bahkan, “memberikan
anugerah yang luar biasa, bahkan kotak riasan pun sangat me-
wah, sepuluh kali lipat dibandingkan pada saat pernikahan
fuma1 Fulong’an.” (Ch: “宠爱之隆, 妆奁之侈, 十倍于前
驸马福隆安时.”) Sejak saat itu, He Shen dan Qianlong memi-
liki hubungan perbesanan, dan bisa ditebak bahwa He Shen
semakin menjadi besar kepala dan tamak.

Peristiwa Istana Peristirahatan Siyang

Pada zaman feodal di China kuno, untuk mempertahankan
posisi atau mendapatkan promosi tingkat jabatan, yang paling
penting adalah menjaga sistem informasi. Untuk mendapatkan

1 Fuma (Ch: 驸马) adalah sebutan untuk menantu laki-laki kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

informasi terbaru dan paling akurat mengenai hal-ikhwal yang
terjadi di dalam istana, para pejabat tidak segan mengeluarkan
uang sogokan untuk menyuap para kasim atau pejabat tinggi
yang dekat dengan kaisar.

Sebagai orang yang paling dekat dengan kaisar, He Shen tentu
saja diandalkan oleh banyak orang untuk mendapatkan infor-
masi yang paling akurat dan terpercaya mengenai apa yang
sedang dilakukan oleh kaisar dan apa kesenangannya. Sebagai
imbalannya, He Shen mendapatkan uang “tanda terimakasih”
dalam jumlah yang besar.

Suatu ketika, pada saat Qianlong hendak melakukan perjanan
ke selatan untuk kelima kalinya, He Shen mengirimkan surat
rahasia kepada pejabat lokal di kabupaten Siyang (Ch: 泗阳县)
yang bernama Guo Tai (Ch: 国泰), yang masih kakitangan He
Shen. Dalam suratnya, He Shen memerintahkan kepada Guo
Tai untuk membangun sebuah istana peristirahatan di Siyang
untuk dipergunakan oleh kaisar. Guo mematuhi perintah ini
dengan sungguh-sungguh, dan membangun sebuah gedung is-
tana peristirahatan yang megah. Saat Qianlong melakukan per-
jalanan ke selatan, ia menyempatkan bersembahyang di Kuil
Konfusius. Setelahnya, saat melewati Siyang, Qianlong terpe-
sona oleh sebuah kompleks bangunan yang indah.

Qianlong kemudian masuk ke dalam istana tersebut dan me-
nemukan bahwa interior istana peristirahatan yang dibangun
untuknya itu sangat megah dan indah. Ia kemudian memang-
gil He Shen dan menanyakan tentang penanggung jawab
pembangunan istana itu. He Shen kemudian diperintahkan
untuk mengundang Guo Tai untuk menghadap, dan Qian-

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

long memuji Guo Tai dan hasil pekerjaannya. Pangkatnya ke-
mudian dinaikkan menjadi daotai (Ch: 道台), atau setingkat
dengan walikota pada zaman sekarang. Sebagai ucapan teri-
makasih, Guo Tai memberikan uang perak dalam jumlah yang
sangat besar kepada He Shen. Dengan peristiwa ini, He Shen
mencoba menunjukkan kepada pejabat-pejabat daerah bahwa
mereka yang bersedia menjadi kakitangannya dan mematuhi
segala perintahnya akan menikmati kedudukan yang tinggi dan
promosi yang berkelanjutan.

Ji Xiaolan, Si Gigi Tembaga

Tidak semua pejabat istana mencari muka di hadapan He Shen.
Terdapat juga beberapa orang pejabat tinggi istana yang bersi-
fat jujur, yang muak dengan tingkah laku He Shen dan kroni-
kroninya yang setiap hari mencari muka demi mendapatkan
kekuasaan.

Salah satunya adalah Ji Xiaolan (Ch: 纪晓岚), pejabat tinggi
istana yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Kementrian
Perang (Ch: 兵部侍郎), dan setelah menyelesaikan editorial
Siku Quanshu kemudian diangkat sebagai Kepala Kementrian
Ritual (Ch: 礼部尚书). Pejabat yang cerdas ini masih seumur-
an He Shen, dan keduanya merupakan orang kepercayaan
kaisar. Karena kejujurannya, ia bahkan masih dipercaya oleh
Jiaqing setelah kematian Qianlong, dan sang kaisar bahkan
memberikan ucapan selamat ulangtahun saat Ji Xiaolan mera-
yakan ulangtahunnya ke-80 pada tahun Jiaqing ke-8 (1803).
Jabatan terakhir yang diemban oleh Ji Xiaolan adalah sekretaris
agung (Ch: 大学士) dan Pengawal Putra Mahkota (Ch: 太子

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

少保). Jiaqing bahkan menganugerahkan papan nisan untuk Ji
Xiaolan setelah kematiannya.

Kisah perseteruan He Shen dan Ji Xiaolan berulang kali naik
ke layar kaca dan ditonton oleh jutaan penonton di China
saat ini. Seperti kisah serial Si Gigi Besi dan Taju Tembaga
(Ch: 《铁齿铜牙纪晓岚》), kisah keseharian antara Ji Xiao-
lan dan He Shen memang selalu diwarnai percekcokan dan
sindiran yang halus antara keduanya. Ji Xiaolan selalu punya
cara untuk membongkar aib He Shen dan mempermalukannya
di depan kaisar, sehingga He Shen tidak punya kata-kata untuk
membalas.

Suatu ketika, Qianlong menerima petisi yang menyebutkan
bahwa Ji Xiaolan adalah pejabat yang tidak becus dan hanya
bisa mencari muka untuk menyelesaikan tugasnya, nama be-
sarnya pun hanyalah bualan saja, sedangkan “Pejabat Tinggi
He” (maksudnya adalah He Shen) adalah pejabat yang tegas
dalam menjalankan tugasnya. Qianlong kemudian memanggil
keduanya dan menunjukkan petisi itu kepada mereka.

He Shen tertawa mengolok, “Yang Mulia, meskipun Ji Xiaolan
tidak memiliki kegunaan apa-apa, setidaknya ampunilah nya-
wanya, lagipula ikan belut kecil juga tidak akan mampu meng-
gulingkan perahu besar..”

Ji Xiaolan dengan tenang membalas, “Meskipun hamba ini bo-
doh dan tidak berguna, namun juga mengetahui banyak hal di
dalam dunia, kesemuanya rumit dan tidak sesederhana itu. Ti-
dak semua masalah bisa diambil kesimpulannya hanya dengan
melihat satu sisi saja. Apabila ada orang yang mengatakan kalau

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

Pejabat Tinggi He adalah pejabat yang terampil, dan kemudian
menjelek-jelekkan hamba, hamba tidak akan menyalahkannya.
Semisal hujan yang turun seperti tumpahan minyak, petani
pasti akan bersukacita karenanya karena mendapatkan air, se-
dang para pelancong pasti akan memaki-maki karena jalanan
menjadi kotor dan becek. Sinar bulan yang terang, wanita can-
tik pasti akan memujinya karena keindahannya, sedang maling
dan perampok pasti akan mengutuki sinar terang-benderang-
nya. Tuhan tidak bisa mengabulkan keinginan semua orang
sesuai permintaan mereka, apalagi hamba? Mengenai Pejabat
Tinggi He, hamba juga memahami suatu hal yang masuk akal:
kotoran orang meskipun baunya busuk, masih bisa menyubur-
kan tanah; kura-kura meskipun wajahnya jelek, kulit dan da-
gingnya bisa membuat orang panjang umur...”

Qianlong tertawa terbahak-bahak mendengar sanggahan Ji
Xiaolan ini, sedang He Shen tidak bisa berkata-kata dan hanya
bisa mendongkol dalam hatinya. Selain peristiwa ini, masih
banyak peristiwa lain di mana Ji Xiaolan berhasil memper-
malukan He Shen di hadapan kaisar.

Menumpuk Harta dan Menyelewengkan Jabatan

Dengan kekuasaan yang besar di tangannya dan kasih sayang
yang luar biasa dari sang kaisar, He Shen merasa bahwa ia tidak
perlu takut akan siapapun. Ironisnya, kontras sekali dengan
masa-masa awal pemerintahan Qianlong di mana pejabat yang
membangun kelompok persekongkolan akan segera dihukum,
He Shen dengan leluasa mengembangkan sayapnya dan me-
rangkul banyak pejabat untuk menjadi komplotannya. He Shen

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

juga menempatkan keluarga dan orang-orang kepercayaannya
pada berbagai posisi penting, seperti adiknya He Lin (Ch: 和
琳) misalnya, diangkat menjadi Gubernur Sichuan, sedangkan
tangan kanannya yang bernama Yi Jiang’a (Ch: 伊江阿) diang-
kat sebagai xunfu Shandong.

He Shen juga tidak segan-segan mengambil barang-barang
berharga di istana untuk disimpan di rumahnya sendiri. Apa-
bila ada barang bagus yang menarik pandangan matanya, ia
tak segan untuk membawanya pulang. Hal ini sempat dike-
tahui oleh Sun Shiyi (Ch: 孙士毅), zongdu Provinsi Annan
(Ch: 安南, sekarang Vietnam sebelah utara) yang datang ke
Beijing untuk menghadap kaisar. Dalam suratnya kepada kai-
sar, ia bermaksud untuk mempersembahkan Botol Tembakau
(Ch: 鼻烟壶) kepada kaisar. Saat hendak menghadap kaisar, ia
berpapasan dengan He Shen yang tertarik dengan benda yang
ia bawa itu. He Shen yang menjabat sebagai Kepala Kemen-
trian Kepegawaian merasa bahwa Sun Shiyi sudah keterlaluan
karena tidak memberikan tanda mata apapun kepadanya. He
Shen sedikitpun tidak merasa segan untuk meminta benda itu,
namun Sun berdalih bahwa ia sudah terlanjur mengatakan ke-
pada kaisar bahwa botol tembakau itu akan dipersembahkan
kepada beliau. He Shen menahan diri dan berkilah bahwa ia
hanya sedang bercanda, namun beberapa hari kemudian Sun
menjumpai barang yang sama persis sedang dipamer-pamer-
kan oleh He Shen. He Shen mengaku bahwa kaisar menganuge-
rahkan benda itu kepadanya, namun setelah diselidiki ternyata
hal itu tidak pernah terjadi.

Pada saat disita oleh Jiaqing, harta kekayaan yang dimiliki oleh
He Shen ditaksir mencapai 1,1 milyar tael perak, atau sekitar

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

pemasukan tahunan dinasti Qing selama 15-20 tahun pada
zaman itu, terdiri dari 90 juta potongan uang tael perak, 1,5
juta lembar uang kertas, ukiran giok ruyi (Ch: 玉如意) seba-
nyak lebih dari 1.200 batang, 600 kati2 (Ch: 斤) ginseng Jilin,
kain sutra sebanyak 4 gudang dengan nilai sekitar 800 ribu tael
perak, dan banyak lagi barang berharga lainnya. Ini menun-
jukkan betapa banyaknya barang berharga yang ditumpuk oleh
He Shen di kediamannya, hasil dari korupsinya selama ini.

Selain mengumpulkan barang berharga, He Shen tercatat juga
memiliki tanah yang luas di berbagai tempat. Pada saat disita
oleh Jiaqing, luas tanah yang dimiliki He Shen tercatat 1.266
qing3, yang terutama terletak di Beijing sebelah selatan dan juga
kota Jinzhou di Liaoning. Pada masa itu, para tuan tanah bia-
sanya tidak dengan mudah menjual tanah milik mereka. Na-
mun saat berkobarnya pemberontakan Sekte Teratai Putih di
Sichuan, para pemilik tanah menjadi was-was kalau-kalau tanah
mereka disita oleh pemberontak atau bahkan oleh pemerintah,
dan beralih ke harta yang lebih aman dan mudah dialihkan,
seperti emas. Memanfaatkan hal ini dan juga kedudukannya
sebagai pejabat tinggi, He Shen memaksa para tuan tanah un-
tuk menjual tanah mereka dengan harga di bawah harga pasar.
Setelah mendapat tanah yang luas, ia menaruh orang keper-
cayaannya untuk mengawasi tanah tersebut dan menarik sewa
tanah. Hasil sewa tanah ini semakin menambah penuh pundi-
pundi He Shen.

2 Fuma (Ch: 驸马) adalah sebutan untuk menantu laki-laki kaisar.
3 1 kati atau jin adalah satuan timbangan di China kuno, kurang lebih sama dengan

setengah kilogram sekarang.

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

X
Delegasi Asing

Dalam ilosoi kosmis menurut ajaran Konfusianisme, China

dianggap sebagai pusat dunia. Hal ini terlihat jelas dari arti
haraiah untuk nama resmi negara China, yaitu “Negeri/Kera-
jaan di Pusat/Tengah” (Ch: 中国). Selama berabad-abad sejak
dinasti-dinasti awal yang menguasai China, para penguasa
China memandang mereka sebagai pusat alam semesta, dan
bangsa-bangsa lain adalah “barbar” dan “tidak beradab”. Ini-
lah yang menjadi penentu kebijakan-kebijakan China terhadap
negara-negara lain selama sejarahnya, sampai kekalahan-keka-
lahan besar yang diderita dinasti Qing di abad ke-19.
Pada masa-masa sebelum Perang Candu, China menganggap
bangsa-bangsa Eropa tidak lebih dari bangsa barbar lain seperti
Tibet, Mongol, Jepang, dsb. Yang mereka tidak ketahui, adalah
bahwa bangsa-bangsa Eropa seperti Inggris, Spanyol, Portu-
gal, Belanda, Prussia (sekarang Jerman dan Austria), Perancis
dsb. sudah menjelma menjadi kekuatan imperialis yang haus
wilayah, dan memiliki persenjataan serta pasukan perang yang

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

lebih modern, lebih tangguh dan maju dibandingkan China.
Qianlong saat itu merasa bahwa karena China memiliki segala
sesuatu yang dibutuhkan oleh bangsa-bangsa Eropa, maka ia
bisa memperlakukan mereka sesuai keinginannya. Hal ini kelak
akan disesali oleh para penerus-penerusnya.

Peraturan Dagang yang Memberatkan

Negara-negara Barat yang berdagang dengan China selama masa
pemerintahan Qianlong adalah Rusia, Belanda, Inggris, Spa-
nyol, Portugis, Perancis dan Amerika Serikat. Rusia berdagang
dengan China sebagai negara sejajar, dan mendapatkan keis-
timewaan untuk dapat berdagang di Beijing. Ketika negara-ne-
gara Barat lainnya semakin berhasrat untuk berdagang dengan
China, Qianlong semakin merendahkan mereka. Pedagang-
pedagang dari Belanda, Inggris, Spanyol, Portugis, Perancis dan
Amerika Serikat hanya boleh meninggalkan Macao – itupun
tidak lebih jauh dari Guangzhou1 – selama bulan April sampai
September, di mana pada bulan-bulan itu tersedia komoditi teh
untuk mereka beli. Mereka tidak boleh membawa serta istri-is-
tri mereka, maupun berbicara dalam bahasa setempat. Mereka
hanya boleh berhubungan dengan pedagang setempat melalui
penterjemah – yang “bertanggung jawab pada kelakuan baik
mereka”, dan selama kunjungan mereka itu mereka tidak diper-
bolehkan berada dalam rombongan lebih dari 10 orang.

1 Guangzhou (Ch: 广州) secara salah disebut sebagai Canton, yang sebenarnya berasal
dari kata Guangdong (Ch: 广东), yaitu provinsi di China Tenggara di mana Guangzhou
menjadi ibukotanya.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Sebenarnya mereka terhina dengan perlakuan semacam ini, na-
mun tidak ada yang bisa mereka lakukan karena tidak banyak
barang dagangan mereka yang diminati oleh China. Mereka
harus menukarkan barang yang lebih berharga dari yang akan
mereka dapatkan. Mereka membayar barang yang mereka beli
dengan perak Spanyol yang berasal dari Meksiko lewat Filipina.

Komoditas yang menarik bagi bangsa Eropa yang dihasilkan
oleh negara-negara Timur Jauh adalah rempah-rempah dari In-
dia dan Indonesia, serta sutera, teh, dan porselen dari China.
Teh, yang masuk ke Inggris pada zaman raja Charles II di tahun
1660-an, segera menjadi minuman favorit para aristokrat Ing-
gris, akibatnya kebutuhan impor teh segera melonjak tajam.
Inggris menjadi negara pengimpor utama teh dari China, di
mana tidak kurang dari 6 juta pound (sekitar 2.700 ton) teh
dikapalkan dari pelabuhan Guangzhou menuju Inggris tiap ta-
hunnya.

Namun China bukanlah seperti India atau Kepulauan Nu-
santara yang terbagi-bagi dalam berbagai kerajaan sehingga
mudah diadu-domba dan dikuasai. China pada masa itu adalah
negara yang luas, makmur dan kuat; selain itu China diperin-
tah oleh sebuah kekuasaan yang terpusat di dalam tangan kai-
sar, yang perintahnya dipandang oleh rakyatnya sebagai sabda
Tuhan. Pendekatan yang dilakukan oleh Inggris dan bangsa-
bangsa Eropa tentu saja berbeda. Pada awalnya, diplomasi dan
negoisasi dikedepankan demi mencegah peperangan yang me-
makan biaya yang besar. Namun pada akhirnya, adu kekuatan
secara frontal antara dua kekuatan dan budaya yang jauh ber-
beda tidak dapat dihindarkan.

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

Masuknya Candu ke China

China menuntut agar perdagangan luar negeri menggunakan
perak batangan sebagai alat tukarnya. Hal ini menyebab-
kan aliran perak yang cukup tinggi dari Eropa ke China, dan
menyebabkan deisit dalam perdagangan mereka. Lama kela-
maan, negara-negara Barat mulai kehabisan perak dan Inggris
menemukan jalan keluarnya, yaitu menukarkan komoditi yang
mereka inginkan dari China dengan komoditas yang tak mung-
kin ditolak oleh China: candu. Inggris mendapatkan candu dari
Bengal, India yang ditanam secara paksa dan kemudian mereka
beli dengan harga murah yang lantas dijual di China dengan
harga tinggi, atau ditukarkan dengan sutera dan teh yang ber-
harga. Barang haram ini sebenarnya sudah masuk semenjak
abad ke-7 atau abad ke-8, namun pada zaman Qing, jumlah
pemadat candu segera meningkat. Akibatnya, arus perak ber-
ubah yaitu dari China ke luar negeri, tidak lain adalah untuk
membeli candu. Pemerintah Qing lantas melarang peredaran
candu di negerinya, namun – seperti dapat diduga – ketika
para pemadat tidak dapat menahan kebutuhan baru mereka
itu, penyelundupan candu menjadi marak.

Sementara itu di Eropa, pada pertengahan sampai akhir abad
ke-18, terjadi suatu perubahan besar-besaran mengenai proses
produksi, yang dikenal sebagai Revolusi Industri. Dimulai dari
ditemukannya mesin uap oleh James Watt, dan berlanjut ke
berbagai penemuan mesin-mesin lainnya. Biaya produksi men-
jadi lebih rendah dan waktu yang dibutuhkan sangat sedikit.
Akibatnya, hasil produksi menjadi lebih rendah dan jumlah-
nya berlimpah. Akibatnya, negara-negara Barat membutuhkan
lebih banyak bahan baku untuk produksi, dan lebih banyak

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

pasar untuk menampung hasil produksi mereka. Asia mereka
pandang sebagai lahan yang potensial, dan hal ini memulai
Imperialisme Modern, yang berlangsung sampai saat ini. Na-
mun Qing merasa bahwa mereka tidak membutuhkan barang-
barang hasil teknologi modern, dan hanya bersedia dibayar
dengan perak batangan. Di sisi lain, bangsa Eropa begitu ingin
mendapatkan komoditas-komoditas unggulan dari China, se-
hingga mereka memilih jalan lain.

Pemerintah Qing yang sementara itu membutuhkan banyak
perak untuk membiayai peperangan di dalam negeri, merasa
bahwa mereka mulai kehabisan cadangan perak. Pemerintah di
Guangzhou sendiri sebenarnya sudah mengeluarkan peraturan
untuk mengendalikan perdagangan dengan bangsa Barat,
antara lain:

1. Para pedagang asing tidak diperbolehkan berhubungan
langsung dengan pemerintah, melainkan harus melalui
suatu perantara yang disebut Gonghang (Ch: 公行), yang
kemudian dikenal dengan nama Cohong.

2. Rekanan dagang dari Cohong adalah Factory dari Inggris
maupun Comprador dari Portugal, sehingga pemerintah
Qing tidak secara langsung berhubungan dengan pedagang
asing.

Namun, kekuasaan yang dimiliki oleh Cohong ini sering di-
salahgunakan oleh pejabat-pejabatnya yang membebankan
pungutan biaya “liar” di samping pajak resmi yang lambat laun
berkembang menjadi “pemerasan”. Pemerasan ini amat mem-
beratkan para pedagang, dan mereka mencoba menghindarinya
dengan menjalankan praktek penyelundupan. Adapun komo-
ditas utama yang sering diselundupkan adalah candu. Hal ini

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

dipermudah dengan korupsi yang merajalela di kalangan para
pejabat Qing waktu itu.

Beberapa Peristiwa

Tahun 1725, Manchu melarang orang asing bukan Portugis un-
tuk tinggal di Macao. Selanjutnya, tahun 1746, Raja Portugal
mengeluarkan dekrit yang melarang orang asing bukan Portugis
untuk tinggal atau berbisnis di Macao. Hal ini menyebabkan
pedagang-pedagang Barat pindah ke Guangzhou. Ketika hal
ini dilaporkan oleh pejabat di Xiangshan ke tingkat propinsi,
pemerintah Qing yang khawatir kalau-kalau orang Barat sam-
pai menyebar di Guangzhou, memperbolehkan orang-orang
Barat yang memiliki izin tinggal dapat tetap berada di Macao.

Tahun 1743, pejabat pemerintah Dongguan, Yin Guangren,
menerima kedatangan dua kapal perang Inggris yang dibawa
angin sampai ke Shiziyang dekat Humen, dan menemukan
bahwa sejumlah 299 orang Spanyol berada dalam tahanan
mereka. Yin Guangren memaksa Inggris menyerahkan tawanan
Spanyol kepada Portugis, dan jika tidak ia tidak akan memberi-
kan suplai logistik kepada mereka.

Tahun 1757, seorang pedagang Inggris pergi ke Tianjin untuk
melaporkan korupsi dan suap yang diterima oleh pejabat di
Guangzhou. Pemerintah Manchu memecat pejabat tersebut,
namun juga menempatkan orang Inggris itu dalam tahanan di
Macao selama 3 tahun sebelum mengusirnya. Gubernur Jen-
deral Liangguang (Ch: 两广)2 memutuskan bahwa pedagang

2 Sebutan untuk dua provinsi Guangxi dan Guangdong.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Barat tidak diizinkan tinggal selama musim dingin di China,
dan semua pedagang itu pergi ke Macao. Pejabat konsul dari
negara-negara Barat membangun tempat tinggal di Macao
sebagai akibat dari larangan pemerintah Qing agar tidak ada
wanita Barat yang diperbolehkan masuk Guangzhou.

Delegasi Macartney Ke Beijing

Sementara masalah perdagangan China dan Inggris belum
terselesaikan, terjadi peristiwa “Lady Hughes” di muara Sungai
Zhujiang di Guangdong, di mana kapal Inggris dengan nama
Lady Hughes yang sedang berlabuh di sana pada suatu hari saat
menjalankan upacara militer kelautan melepaskan tembakan
meriam, secara tidak sengaja tembakan meriam tersebut me-
ngenai 2 orang anak China yang tewas karenanya. Oleh karena
itu, pejabat Qing di Guangzhou menuntut agar pelaut yang
bersangkutan diserahkan kepada mereka untuk dijatuhi hu-
kuman mati. Namun karena pelaut yang menjadi tersangka itu
melarikan diri, pejabat Qing di Guangzhou menangkap kapten
kapal Lady Hughes tersebut, lantas mengepung Factory Inggris
di Guangzhou dan menghentikan segala kegiatan perdagangan-
nya. Hal ini baru dihentikan ketika pelaut yang dicari tertang-
kap, dan kemudian dihukum gantung. Peristiwa ini membuat
Inggris mencari cara untuk dapat berunding dengan peme-
rintah Qing, dengan tujuan menetapkan tatacara yang lebih
bermartabat dalam hubungan kedua negara sebagaimana yang
berkembang saat itu di Eropa Barat.

Untuk mengatasi segala masalah perdagangan antara China
dan Inggris, juga untuk meminta kelonggaran peraturan da-

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

gang China yang dirasakan memberatkan, pada tahun 1793,
Inggris mengirimkan suatu delegasi diplomatik di bawah
pimpinan Lord George Macartney, seorang Protestan asal Ir-
landia yang pernah menjadi Gubernur Jenderal Inggris di India
dan Karibia, serta pernah ditugaskan sebagai Dutabesar Inggris
di Rusia. Sebagai pejabat yang pernah ditugaskan di berbagai
tempat berbeda, Macartney mahir dalam negosiasi antar bu-
daya, dan merupakan seorang administrator jempolan. Ia di-
dampingi oleh George Staunton, seorang dokter dan pengacara
yang membantunya memberikan ide dan melakukan negosiasi
tingkat pertama.

Secara khusus, delegasi Macartney ke China mempunyai tu-
juan untuk mencapai kesepakatan dengan China, antara lain
berupa:

1. Memperoleh izin bermukim bagi pedagang Inggris di be-
berapa tempat di China yang letaknya dekat dengan daerah
produksi teh atau sutra, dan di lain pihak merupakan daerah
pemasaran bahan pakaian bulu domba dari Inggris, dan agar
orang Inggris diperbolehkan hanya tunduk pada hukum
Inggris;

2. Merundingkan suatu perjanjian dagang yang memung-
kinkan kegiatan dagang di seluruh wilayah China;

3. Mengatasi penyelewengan pejabat China di Guangzhou;

4. Mempromosikan produksi Inggris di China;

5. Mempersiapkan suatu perwakilan diplomatik di Beijing;

6. Mengembangkan perdagangan antara Inggris dan Jepang,
Cochin China dan seluruh kepulauan di Asia Timur.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Di samping hal-hal tersebut di atas, delegasi Macartney juga
dibebani tugas untuk mengumpulkan bahan-bahan mengenai
China di bidang politik, ekonomi, sosial kebudayaan, militer,
ilsafat dan pengajaran. Selanjutnya, Macartney diingatkan
agar menyesuaikan diri dengan tatacara kenegaraan Qing sela-
ma tidak merendahkan kehormatan Raja Inggris dan martabat
pribadinya sendiri.

Selama dalam perjalanan di atas kapal menuju ke China,
Macartney membaca berbagai buku yang ia dapatkan di ber-
bagai perpustakaan di Eropa, yang menerangkan segala sesuatu
tentang China. Setibanya di Guangzhou tanggal 19 Juni 1793,
Macartney segera berkonsultasi dengan sesama orang Inggris
dan ekspatriat lainnya yang ia jumpai di sana untuk mem-
perkaya informasi mengenai masyarakat dan pemerintahan di
China.

Keruwetan Masalah Diplomasi

Macartney menyampaikan kabar kedatangannya kepada raja-
muda di Guangzhou bahwa suatu delegasi Inggris akan meng-
hadap kaisar Qianlong untuk menyampaikan ucapan “selamat
ulangtahun ke-83” kepadanya. Dalam perjalanannya men-
garungi Laut Utara, delegasi itu singgah di pulau Zhushan
(Ch: 舟山) untuk selanjutnya tiba di Dagu (Ch: 大沽), suatu
pelabuhan yang terletak 10 km dari kota Tianjin (Ch: 天津).

Masalah sebenarnya muncul ketika delegasi Macartney tiba di
Tianjin, dan kemudian sampai di Beijing. Macartney disambut
oleh utusan kaisar yang membawa sebuah bendera bertuliskan
“Utusan dari Negara Upeti Inggris”. Dipandang dari sudut ke-

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

laziman hubungan luar negeri antar negara-negara Barat kala
itu, hal demikian ini sudah dapat dijadikan alasan untuk meng-
ajukan protes. Akan tetapi karena Macartney bermaksud untuk
dapat berjumpa dengan kaisar, maka ia mengabaikan hal ini
dan menahan diri.

Masalah selanjutnya adalah, bahwa tidak satupun dari delegasi
Inggris saat itu yang mampu berbicara dalam bahasa China.
Mereka harus menggunakan jasa seorang penterjemah – yang
kebanyakan adalah misionaris Katolik asal Perancis atau Por-
tugal, yang tentu saja kurang disukai oleh orang Protestan
semacam Macartney – yang tidak menguasai bahasa Inggris.
Mereka menterjemahkan bahasa China hanya ke dalam bahasa
mereka sendiri, atau – paling banter – ke dalam bahasa Latin.
Sehingga, ucapan-ucapan Macartney harus terlebih dahulu
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, Perancis atau Portugal
terlebih dahulu, baru kemudian diterjemahkan ke dalam ba-
hasa China supaya dimengerti oleh pihak istana yang bahasa
utamanya adalah bahasa Manchu. Ruwetnya proses berbahasa
ini memang tidak berakibat fatal pada negosiasi, namun cukup
merepotkan dan membuat kebingungan dan tekanan bagi
pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.

Agaknya, masalah masih terus berlanjut. Sebagaimana kelazim-
an bagi utusan negara-negara upeti yang akan menghadap
kaisar, Macartney diwajibkan pula untuk melakukan koutou.
Macartney merasa bahwa perlakuan semacam ini merendahkan
bagi utusan sebuah negara yang berdaulat dan sederajat seperti
Inggris, sebab ia akan disamakan dengan utusan dari negara
upeti dan bawahan China semacam Korea atau Mongol. Se-
baliknya, pihak istana pun tidak berkenan meneruskan proses

http://facebook.com/indonesiapustaka 0 Masa Keemasan

audiensi ini jika Macartney berkeras tidak mau memenuhi
kewajiban sebagai seorang utusan. Akhirnya dicapai kesepa-
katan antara kedua belah pihak, bahwa Macartney tidak perlu
melakukan koutou, namun cukup membungkuk dan berlutut
di atas satu kaki sebagaimana lazimnya yang ia lakukan sebagai
penghormatan kepada Raja Inggris.

Negosiasi Dimulai

Sesampainya di Beijing, Macartney diberitahu bahwa Qialong
saat itu tengah berada di istana musim panas di Jehol (Ch: 热
河儿). Macartney pun harus kembali menempuh perjalan su-
lit melalui medan yang sukar ke Jehol untuk dapat menemui
Qianlong.

Sang kaisar menerima delegasi Macartney dalam keadaan infor-
mal, namun tetap mengundang decak kagum bagi Macartney.
Dalam jamuan makan pada hari ulangtahun kaisar, Macartney
tidak diperintahkan untuk melakukan koutou, namun cukup
menekuk satu kaki dan memberikan hormat sebagaimana la-
zimnya di Eropa pada masa itu. Dari audiensi tersebut Macart-
ney mendapatkan kesempatan yang langka untuk bertemu
dengan kaisar. Mengenai Qianlong, ia menulis:

“Kedatangannya diumumkan dengan tambur dan musik. Dia
duduk di atas tandu terbuka yang diusung oleh 16 orang, di-
ikuti oleh sejumlah pejabat yang membawa bendera, lambang-
lambang dan payung, dan ketika ia lewat di depan kami, kami
memberi hormat dengan berlutut di atas satu kaki, sementara
orang-orang China yang lain bersujud. Kami duduk di atas
bantal di salah satu meja di sebelah kiri Kaisar. Di sisi lain,

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

menurut tingkatan masing-masing, para pengeran Manchu dan
pejabat kekaisaran mengambil tempat mereka sendiri-sendiri,
semuanya mengenakan jubah sesuai dengan tingkatan mereka.
Di atas meja-meja ini kemudian disajikan hidangan mewah.
Kaisar memberi kami beberapa hidangan dari mejanya sendiri.
Sikap Kaisar sangatlah agung, namun tetap ramah tamah dan
rendah hati, dan penerimaannya terhadap kami sudah sangat
menyenangkan dan memuaskan. Ia adalah seorang pria tua
yang sopan, masih sehat dan penuh semangat, sama sekali tidak
menunjukkan gambaran seorang pria berumur lebih dari 60
tahun. Aturan dalam menyajikan dan memindahkan hidangan
sangat tepat dan semua fungsi dari upacara dilakukan dengan
hening dan khidmat, seakan-akan seperti suatu upacara keaga-
maan yang misterius.”

Macartney segera memberikan tandamata berupa senjata api
modern dan pelana, jam denting dan porselen buatan Derby,
tempat lilin yang terbuat dari kristal, teleskop, dan model me-
kanis yang dapat bergerak tentang susunan tata surya. Namun
Qianlong tidak terkesan dengan hal ini, dan malah balas me-
nunjukkan benda-benda “teknologi Barat” yang ia dapatkan
dari “negara-negara upeti Eropa” – dalam hal ini Perancis dan
Portugal, yang berasal dari perdagangan di Guangzhou. Qian-
long sama sekali tidak berkeinginan menandatangani perjan-
jian dagang dengan Inggris hanya karena “pertunjukan” barang
murahan dan aneh semacam itu. Melihat keangkuhan ini,
Macartney yakin bahwa supremasi China yang dulu sangat di-
agungkan itu ternyata sudah meredup. Ketidakmampuan Chi-
na menyadari hal ini membuat para delegasi Inggris itu cukup
geram.

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

Keangkuhan Qing terhadap Delegasi Inggris

Adapun masalah yang sebenarnya adalah perundingan teknis
yang baru akan dilangsungkan 2 minggu kemudian di Beijing.
Kekaisaran Qing diwakili oleh He Shen, yang sudah dikenal
sebagai pejabat yang angkuh dan dibenci oleh berbagai pihak
karena tindak korupsinya. Macartney mengajukan permohon-
annya berdasarkan instruksi pemerintah Inggris yang garis be-
sarnya adalah:

1. China diharapkan memperluas perdagangan yang selama ini
hanya terbatas di Guangzhou, menjadi sampai ke Zhushan
(sekarang pulau Zhoushan), Ningbo (Ch: 宁波), dan Tian-
jin;

2. Pihak Inggris diizinkan mempunyai gudang di Beijing un-
tuk keperluan para pedagangnya;

3. Izin tinggal bagi para pedagang Inggris di pulau-pulau di
sekitar Zhoushan dan dilengkapi dengan gudang-gudang
penyimpanan barang dagang maupun untuk keperluan ka-
pal dagang pada umumnya;

4. Izin tinggal dan kebebasan bergerak antara Guangzhou dan
Macao bagi warganegara Inggris;

5. Penghapusan penyelewengan kekuasaan dari para pejabat di
Guangzhou.

He Shen memandang bahwa delegasi Macartney sudah me-
lenceng dari tujuan mereka semula, yaitu sekedar memberikan
ucapan selamat ulangtahun dari Raja Inggris. Kemudian, He
Shen meminta delegasi Macartney menunggu jawaban resmi
dari kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

Hasilnya sangat mengejutkan dan di luar dugaan. Pagi-pagi
buta, Macartney sudah dibangunkan dan diberitahu bahwa ia
akan menerima jawaban atas permintaannya tersebut. Ketika
Macartney datang ke istana, ia mendapati dirinya membung-
kuk dan memberi hormat kepada sebuah kursi kaisar yang ko-
song, yang di atasnya terdapat sebuah gulungan kertas yang
berisi surat Qianlong kepada Raja Inggris, George III. Pokok
surat yang berisi penolakan resmi Qianlong itu antara lain:

1. Bahwa permohonan dari pihak Inggris mengenai hubungan
dagang China-Inggris itu adalah hasil buah pikiran Macart-
ney sendiri, sehingga ia-lah yang harus bertanggung jawab;

2. Raja Inggris menunjukkan kesetiaan, meski berada ribuan
mil jauhnya dari China namun masih mengirimkan delegasi
untuk mempersembahkan upeti;

3. Akan tetapi permohonan yang diajukan oleh delegasi
Macartney itu di samping bertentangan dengan adat tata-
cara dinasti Qing juga akan kurang produktif bagi Inggris
sendiri;

4. Terutama mengenai permohonan kebebasan beragama yang
diajukan oleh Macartney, pihak kekaisaran Qing sama sekali
tidak dapat menerimanya.

Selain itu, Qianlong juga menegaskan bahwa:

“Mungkin saja permintaan yang diajukan tersebut secara lan-
cang disusun oleh Duta Besar Anda di bawah tanggung jawab
pribadinya, atau Anda sendiri yang menutup mata terhadap
peraturan kekaisaran kami. Jika setelah membaca dekrit yang
ditulis dengan sangat jelas ini Anda masih menunjukkan sikap

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa Keemasan

yang acuh, dan membiarkan pedagang-pedagang barbar Anda
untuk masuk ke Zhejiang dan Tianjin untuk mendarat dan
berdagang di sana, ketahuilah bahwa peraturan kekaisaran kami
sangatlah ketat, dan semua pejabat lokal baik sipil maupun
militer, memiliki kewajiban penuh untuk menjalankannya. Jika
armada Anda sampai menyentuh tepian perairan kami, peda-
gang-pedagang Anda tidak akan diizinkan untuk mendarat atau
menetap di sana, dan akan mendapatkan pengusiran dengan
segera. Dengan demikian pedagang barbar Anda akan menem-
puh perjalanan jauh yang sia-sia. Jangan katakan bahwa Anda
tidak diperingatkan. Segeralah patuh dan jangan mengabaikan
perintah ini!” (Surat Qianlong kepada Raja George III)

Dengan demikian, maka tujuan utama delegasi Macartney
tidak tercapai karena perundingan perdagangan menemui ja-
lan buntu. Akan tetapi, Macartney berhasil mengumpulkan
berbagai informasi mengenai administrasi dan sistem pemerin-
tahan di China, yang pernah menjadi misteri bagi Barat selama
berabad-abad lamanya. Macartney menulis informasinya itu
sebagai berikut:

“....bahwa ilmu pengetahuan masih rendah, bahwa ada sikap
acuh dari para sastrawan terhadap perkembangan keadaan seki-
tar, bahwa angkatan perang Dinasti Qing masih menggunakan
panah dan tombak, kalaupun menggunakan senjata api itu-
pun masih kuno, bahwa rakyat pada umumnya berada dalam
keadaan miskin dan bahwa korupsi serta penyelewengan di
kalangan pejabat pemerintah merajalela. China seperti sebuah
kapal perang besar yang dahsyat, yang secara berturut-turut
dikemudikan oleh perwira-perwira yang ulung, yang penuh
kesiagaan dan gesit. Karena telah terapung selama 150 tahun,

http://facebook.com/indonesiapustaka Dinasti Manchu

dengan memandangnya saja tetangganya sudah menjadi takut,
karena tampangnya yang ganas dan tubuhnya yang luar biasa
besarnya. Namun, bila kapal ini jatuh ke perwira yang tidak
mampu, maka awak kapalnya akan kehilangan disiplin, mung-
kin saja kapal itu masih dapat terapung beberapa saat, sampai
akhirnya digerogoti kebobrokan dari dalam dan dihancurkan
oleh gelombang samudera di pantai...”

Alasan Penolakan Qing

Inggris pada mulanya mengira bahwa mereka dapat membu-
ka pasar di China dengan mudah, sebagaimana yang mereka
lakukan pada negara-negara Asia Tenggara dan Selatan lain-
nya. Namun, yang tidak mereka ketahui adalah tatacara China
dan keangkuhan pemerintah Qing yang menganggap dirinya
sebagai “pusat dunia”. China sendiri – yang sudah terbiasa
berdagang dengan negara lain melalui sistem negara pelin-
dung-negara upeti – menganggap bahwa permintaan Inggris
ini berbahaya, karena akan meletakkan Inggris – yang diang-
gap sebagai bangsa “barbar” – menjadi sederajat dengan China.
Selain itu, China menganggap bahwa permintaan Inggris atas
hak ekstra-territorial3 sudah kelewat batas, dan merendahkan
martabat kekaisaran Qing.

Sebenarnya, bila dibandingkan dengan Eropa, China mengem-
bangkan perekonomiannya dengan lebih efektif: sistem perta-
nian sawah basah di China lebih efektif dan aman dibanding

3 Hak istimewa bagi warganegara asing untuk hanya tunduk pada hukum yang berlaku
di negaranya, tidak pada hukum yang berlaku di negara setempat.


Click to View FlipBook Version