The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir 1616-1850 (Michael Wicaksono)

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tlogosadangmtsm, 2022-05-20 18:03:03

Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir 1616-1850

Dinasti Qing Sejarah Para Kaisar Berkuncir 1616-1850 (Michael Wicaksono)

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 321

Myo hihapate sedang dalam penyerbuan ke Siam sehingga
pertahanan dalam negeri Burma sedang melemah. Liu Zao
(Ch: 刘藻), yang ditunjuk oleh Qianlong sebagai pemimpin
pasukan Panji Hijau, menggunakan pertentangan antar tusi
yang disebutkan di atas sebagai dalih penyerangan ke Keng-
tung. Pasukan Qing sejumlah 3.500 orang yang masih di-
perkuat oleh milisi Tai-Shan berhasil mengepung Kengtung
namun tidak mampu menghadapi pasukan Burma yang di-
pimpin oleh Ne Myo Shitu, yang menjaga kota itu. Pasukan
Burma berhasil menembus kepungan dan mengejar pasukan
Qing sampai ke Pu’er (Ch: 普洱) di Yunnan, dan berhasil
mengalahkan mereka di sana.

Malu akibat kekalahannya, Liu berusaha menutup-nutu-
pinya, namun berhasil tercium juga oleh Qianlong. Setelah
mengetahui hal yang sebenarnya, Qianlong memerintahkan
agar Liu ditangkap dan dicopot dari kedudukannya. Dalam
keputus-asaannya, Liu kemudian bunuh diri dengan meng-
gorok lehernya sendiri. Mengetahui hal ini, Qianlong pun se-
makin kehilangan muka. Ia kini menganggap bahwa masalah
Burma sudah menjadi masalah negara yang serius. Ia kemu-
dian mengangkat Yang Yingju (Ch: 杨应琚) sebagai panglima
pasukan Qing untuk menangani masalah ini.

Invasi Kedua (1766-1767)

Yang Yingju tiba di Burma pada musim semi tahun Qianlong
ke-31 (1766) untuk mengambil alih kendali pasukan. Berbe-
da dengan strategi Liu, Yang memutuskan untuk menyerang
daerah Burma utara, kemudian mengajukan dalih palsu yang
menunjukkan klaim Qing atas tahta Burma. Ia merencanakan
untuk mendudukkan raja boneka di atas tahta Burma, dan

http://facebook.com/indonesiapustaka 322 DINASTI QING (1616–1850)

untuk itu ia menyerang Awa55, ibukota Burma dari dua sisi,
yaitu Bhamo dan lewat sungai Irrawaddy. Namun rencana
invasi ini berhasil dibongkar oleh Burma, dan raja Hsin-
byushin segera melakukan tindakan pencegahan. Ia bermak-
sud menjebak pasukan Qing dengan menggiring mereka sam-
pai masuk jauh ke pedalaman Burma, kemudian menghabisi
mereka di sana. Komandan pasukan Burma di Bhamo, Bala-
mindin diperintahkan untuk membiarkan kota itu jatuh, dan
mempertahankan kota Kaungton yang terletak di tepi sungai
Irrawaddy, hanya beberapa kilometer di selatan Bhamo. Perta-
hanan di sana diperkuat dengan pasukan artileri dari Perancis
yang tertangkap pada pertenmpuran hanlyin sepuluh tahun
sebelumnya, dan masih didukung oleh benteng pertahanan
di Kenghung (sekarang kota Jinghong di Yunnan) yang di-
pimpin oleh Maha hira hura.

Seperti yang telah diperkirakan sebelumnya, pasukan Qing
terpancing dan merebut Bhamo tanpa bersusah payah. Kota
itu kemudian dijadikan markas pertahanan. Qing menerus-
kan serbuan mereka dan mengepung Kaungton. Ketika pa-
sukan Qing masih sibuk mengepung kota itu, Maha Sithu
dan Ne Myo Sithu memimpin pasukan terpisah untuk balik
mengepung Qing. Untuk menutup jalan mundur, Maha hi-
ra hura mengambil posisi di dekat Bhamo.

Terkepung semacam ini, ditambah dengan lingkungan
tropis yang tidak bersahabat bagi pasukan Panji Hijau dari
utara, banyak pasukan Qing yang tewas karena kolera, disen-
tri atau malaria. Ketika pasukan Qing sudah sangat lemah,
pasukan Burma menyerang mereka secara habis-habisan dan
memaksa pasukan Qing mundur ke timur dan kemudian

55 Awa (Ava), sekarang adalah kota Innwa di Divisi Madalay, Uni Myanmar.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 323

ke utara. Namun mereka jatuh dalam perangkap Maha hi-
ra hura, dan pasukan Qing dibantai habis-habisan di sana.
Pasukan Burma kemudian meneruskan serangan balasan ke
Yunnan, dan berhasil menduduki delapan negara bagian Shan
di provinsi itu.

Yang Yingju pun berusaha menutupi kekalahannya. Ia me-
nyampaikan laporan palsu bahwa Bhamo berhasil diduduki,
dan penduduknya sudah dipaksa untuk mengenakan kuncir
sebagaimana peraturan kekaisaran saat itu. Ia masih menye-
butkan bahwa Ne Myo Shitu mengajukan permohonan da-
mai setelah kehilangan 10 ribu orang pasukan, dan meminta
agar hubungan dagang dipulihkan. Qianlong yang tidak mu-
dah dikelabui memerintahkan Yang kembali ke Beijing, dan
begitu mengetahui hal yang sebenarnya kemudian memerin-
tahkan Yang untuk bunuh diri.

Invasi Ketiga (1767-1768)

Setelah dua kali kekalahan yang memalukan ini, Qianlong
memutuskan bahwa pasukan elit Panji-panji harus dikerah-
kan untuk memberi Burma pelajaran. Qianlong sungguh
malu; Burma yang dianggap sebagai negara kecil dan lemah
saja mampu mengalahkan pasukan negara besar seperti Qing
sampai dua kali! Ia kemudian memerintahkan agar dilakukan
penyelidikan terhadap dua invasi yang gagal tersebut, dan
hasilnya semakin menguatkan pendapatnya bahwa pasukan
Panji Hijau (yang seluruhnya adalah suku Han) memang ti-
dak berguna, dan Pasukan Panji-panji dari Manchuria-lah
yang harus menangani masalah ini.

Qianlong kemudian menunjuk Mingrui (Ch: 明瑞), zong-
du Yunnan dan Guizhou yang juga adalah menantunya,

http://facebook.com/indonesiapustaka 324 DINASTI QING (1616–1850)

untuk memimpin pasukan penyerangan ke Burma. Sebelum-
nya, Mingrui pernah berjasa mengamankan daerah Ili pada
saat kampanye melawan suku Uyghur. Ini berarti, masalah
Burma bukan lagi soal perbatasan yang sepele, namun su-
dah menjadi perang terbuka. Bulan 3 tahun Qianlong ke-32
(1767), Mingrui tiba di Yunnan dan segera memimpin pasu-
kan perang yang sebagian besar terdiri dari pasukan elit Mon-
gol dan Manchu. Provinsi-provinsi lainnya diminta untuk
menyediakan pasukan untuk membantu penyerbuan. Jumlah
pasukan mencapai 50 ribu orang, kebanyakan adalah pasukan
infanteri. Untuk mengurangi jatuhnya korban akibat seran-
gan penyakit tropis, diputuskan bahwa penyerangan akan di-
lakukan pada musim dingin.

Kini Burma berada di bawah ancaman invasi pasukan
terbesar di dunia. Namun raja Hsinbyushin masih berkeras
untuk tidak menarik kembali pasukannya yang sedang me-
nyerang Siam. Sejak dua tahun sebelumnya, pasukannya su-
dah mengepung ibukota Siam di Ayutthaya.56 Setelah kota itu
jatuh, pasukan Burma masih ditempatkan di sana untuk men-
jaganya. Akibatnya, ketika pasukan Qing menyerang Burma
pada bulan ke-9, pertahanan Burma masih sama seperti saat
invasi kedua. Padahal kali ini pasukan Qing sudah lebih siap
dan lebih kuat dibanding sebelumnya.

Sebanyak dua jalur serangan dipersiapkan untuk me-
nyerbu Burma begitu musim hujan berhenti. Pasukan utama
di bawah komando Mingrui sendiri akan menyerang Awa

56 Invasi Burma ke Ayutthaya ini mengakhiri pemerintahan Kerajaan Ayutthaya di
Siam, dan saat pasukan Burma ditarik mundur, gubernur Siam di wilayah Taak
mengambil alih kekuasaan dan naik menjadi raja Taksin, kemudian memindahkan
ibukota ke tepi sungai Chao Phraya di kota yang disebut sebagai Krung Thep
Mahanakhon, yang lebih dikenal sebagai Bangkok.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 325

melalui Hsenwi, Lashio dan Hsipaw, kemudian menyusuri
sungai Namtu. Rute ini pernah digunakan oleh Wu Sangui
pada saat mengejar kaisar Yongli dari Ming Selatan. Pasukan
kedua dipimpin oleh E’erdeng’e (Ch: 额尔登额), dan akan
menyerbu Bhamo. Tujuan utamanya adalah mendekati Awa,
ibukota kerajaan Burma.

Pada awalnya, invasi berjalan lancar. Dalam waktu dela-
pan hari, Mingrui berhasil menduduki Hsenwi dan Hsipaw.
Hsenwi kemudian dijadikan basis suplai pasukan, dan seba-
nyak 5 ribu orang pasukan ditugaskan untuk menjaga kota
itu dan mengamankan sayap pasukan. Mingrui kemudian
memimpin 15 ribu orang pasukan menyerbu Awa. Pertem-
puran kemudian pecah di ngarai Goteik di selatan Hsipaw,
dan pasukan Burma di bawah Maha Sithu yang kalah jumlah
dipaksa untuk mundur. Maha hira hura juga dikalahkan
di Hsenwi. Berita kekalahan ini membuat Hsinbyushin me-
nyadari gentingnya keadaan saat itu, dan memutuskan untuk
menarik mundur pasukan Burma dari Siam.

Meski hanya membawa bekal yang cukup untuk dua bulan,
ditambah dengan kurangnya jumlah kuda yang kemudian di-
atasi dengan menggunakan kerbau, pasukan Mingrui berhasil
meneruskan invasi mereka sampai ke kota Singu yang hanya
berjarak 45 km dari ibukota Awa pada awal tahun berikut-
nya. Untung bagi Burma, pasukan E’erdeng’e yang menyusuri
sungai Irrawaddy masih tertahan di Kaungton. Ketika pasu-
kan Qing sampai di Singu, raja Hsinbyushin tidak serta-merta
menjadi panik, ia kemudian memerintahkan pasukan untuk
mengambil posisi pertahanan di Singu dan secara pribadi
memimpin pasukannya untuk menghadapi musuh. Mingrui
sendiri mengabaikan strategi perang Sunzi yang melarang pa-
sukan untuk terlalu jauh memasuki wilayah musuh, dan kini

http://facebook.com/indonesiapustaka 326 DINASTI QING (1616–1850)

ia berada jauh dari basis suplainya di Hsenwi. Selain itu, pasu-
kan Burma melakukan serangan gerilya terhadap jalur suplai
pasukan Qing sepanjang daerah berhutan di bukit Shan. Po-
sisi Mingrui kini berbalik dari menyerang menjadi bertahan,
untuk mengulur waktu menunggu pasukan E’erdeng’e datang
membantunya. Namun sialnya, pasukan yang tertahan di
Kaungton itu malah memilih mundur ke Yunnan.57

Posisi Mingrui kini semakin terancam. Sementara itu, me-
nambah buruknya situasi, pasukan Burma dari Siam sudah
tiba di Awa. Maha hira hura dan Ne Myo Sithu berhasil
merebut kembali Hsenwi, dan komandan pasukan Qing di
sana memilih bunuh diri. Pasukan Qing di Singu kini benar-
benar terkepung dan kehilangan suplai. Musim panas mulai
tiba, dan pasukan Panji-panji dari daerah Mongol dan Man-
chu mulai terserang malaria. Pasukan musuh juga tak henti-
hentinya menyerang mereka, sehingga mereka semakin putus
asa. Mereka kini mengabaikan tujuan mereka untuk merebut
Awa, dan berjuang mati-matian untuk kembali ke Yunnan.

Bulan ke-2 tahun Qianlong ke-33 (1768), Mingrui ber-
usaha mati-matian untuk mundur, dan dikejar oleh pasu-
kan Burma. Pasukan Burma dipecah menjadi dua, dan di-
perintahkan untuk mengepung pasukan Qing. Maha hira
hura menutup jalan mundur Qing sedangkan Maha Sithu
ditugaskan untuk mengejar. Akibatnya, Mingrui kemba-
li dikepung di Pyinoolwin yang terletak 75 km di timur
laut Awa. Setelah tiga hari pertempuran yang sengit, pa-
sukan elit Panji-panji yang dulu dibanggakan itu dibantai
habis; hanya 2.500 orang yang tersisa dari 30 ribu orang.

57 Menurut catatan sejarah Qing, sesampainya di China E’erdeng’e kemudian di-
tangkap dan dihukum mati oleh Qianlong karena perbuatannya ini.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 327

Hanya sebagian kecil pasukan yang berhasil kabur, dan itu
tidak termasuk Mingrui. Menjelang akhir hayatnya, setelah
terluka parah dalam pertempuran, Mingrui memotong kuncir
rambutnya dan menyerahkannya kepada mereka yang hendak
lari, dan meminta mereka untuk menyampaikan potongan
rambut itu kepada kaisar. Ia kemudian gantung diri.

Di ibukota, Qianlong sedang dibuai oleh angan-angan
tentang kemenangan dan rencana untuk mengatur wilayah
barunya. Ketika berita kekalahan yang besar itu tiba, ia pun
terhenyak dan memerintahkan agar semua aksi militer dihen-
tikan sementara. Para panglima yang berhasil kabur mencoba
meyakinkan kaisar bahwa Burma tidak dapat direbut sama
sekali. Namun kali ini wibawa kekaisaran Qing-lah yang men-
jadi taruhannya. Qianlong merasa bahwa Burma harus diberi
hukuman yang berat.

Dari keempat invasi yang dilancarkan oleh Qianlong ke
Burma, invasi ketiga yang dipimpin oleh Mingrui inilah yang
menjadi serangan tersukses, di mana pasukan Qing bisa mem-
penetrasi sampai ke dekat ibukota Awa. Kurangnya koordi-
nasi dan semangat pasukan yang menurun menjadi penentu
kegagalan invasi ketiga ini.

Invasi Keempat dan Terakhir (1768-1769)

Qianlong kemudian menjatuhkan pilihannya pada Fuheng
(Ch: 傅恒), yang juga adalah paman Mingrui. Fuheng juga
adalah ayah dari Fu Kang’an, jenderal kesayangan Qianlong.
Adalah Fuheng juga yang dulu menyarankan kepada Qian-
long untuk menghabisi Dzungar ketika Qianlong mengang-
gap bahwa penyerbuan ke Dzungaria terlalu berisiko. Pada
bulan 3 tahun Qianlong ke-33 (1768), istana mengumumkan

http://facebook.com/indonesiapustaka 328 DINASTI QING (1616–1850)

kematian Mingrui dan mengangkat Fuheng sebagai kom-
andan penyerbuan ke Burma. Agui (Ch: 阿桂), Aligun (Ch:
阿里衮) dan Shuhede (Ch: 舒赫德) diangkat sebagai wakil-
wakilnya. Kini, invasi ke Burma menjadi masalah yang sangat
serius.

Pihak Burma sebenarnya mencoba mencari jalan damai.
Mereka mencoba membuka keran diplomasi, namun Qian-
long berpegang teguh pada pendiriannya, bahwa Burma ha-
rus menyerah tanpa syarat, dan tunduk kepada Qing. Untuk
mencari dukungan, Qianlong mengirimkan duta rahasia ke
Laos dan Siam untuk memberitahukan hal ini.

Invasi keempat sedang dalam persiapan; pemerintah Bur-
ma menyadari bahwa mereka berada di ambang invasi besar-
besaran berikutnya. Hsinbyushin sekarang menarik mundur
sebagian besar pasukannya di Siam untuk bersiap-siap meng-
hadapi Qing. Dengan pasukan Burma ditarik mundur, pa-
sukan Siam berhasil kembali merebut Ayutthaya dan men-
duduki kembali wilayah-wilayah mereka yang dikuasai oleh
Burma. Dengan demikian, jerih payah Burma selama tiga
tahun lamanya untuk menduduki Siam menjadi sia-sia, na-
mun saat ini keselamatan negara sedang terancam, sehingga
mereka tak punya pilihan lain selain melepaskan Siam dari
tangan mereka.

Fuheng mempelajari rute ekspedisi Mongol dan Ming
untuk menyusun rencana penyerangannya. Ia memutuskan
membagi tiga pasukannya yang akan menyerang melalui Bha-
mo dan sungai Irrawaddy. Pasukan pertama akan menyerang
Bhamo dan Kaungton, dan pasukan kedua akan meman-
faatkan kondisi ini dengan menyusuri Irrawaddy di kedua
sisi sungai tersebut dan terus sampai ke Awa. Pasukan ketiga
adalah pasukan laut, yang berkekuatan ribuan orang perso-

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 329

nel dengan kapal-kapal perang yang didatangkan dari Fuji-
an. Untuk memperkuat serangannya, ia juga mendatangkan
tukang-tukang kayu untuk membangun benteng pertahanan
dan kapal-kapal perang. Belajar dari kesalahan Mingrui, ia
memerintahkan agar jalur komunikasi dan logistik diaman-
kan dengan sebaik-baiknya.

Di pihak Burma, tujuan utama mereka adalah menghen-
tikan laju pasukan penyerang di perbatasan dan mencegah
masuknya pasukan Qing lebih dalam lagi ke wilayah mereka.
Maha hira hura masih memegang jabatan sebagai pangli-
ma besar, dan Balamindin diperintahkan menjaga Kaungton
seperti biasanya. Di akhir bulan ke-7, tiga pasukan Burma
dikerahkan untuk menghadapi pasukan Qing, sementara pa-
sukan keempat ditugaskan memotong jalur komunikasi dan
perbekalan musuh. Hsinbyushin juga membangun armada
sampan untuk menghadapi kapal-kapal perang China. Pierre
de Milard58, prajurit berkebangsaan Perancis yang menjadi
pengawal kepercayaan raja sementara itu sudah diangkat
menjadi bangsawan Tabe, dan membawahi pasukan artileri
senapan dan meriam.

Ketika pasukan Burma mulai bergerak ke utara, Fuheng
mengabaikan nasehat wakil-wakilnya dan memerintah-
kan agar pasukan Qing bergerak menyerang musuh tanpa
menunggu berakhirnya musim hujan muson. Ia bermaksud
untuk menyerang sebelum pasukan musuh tiba, dan tiga divi-
si pasukan dikerahkan habis-habisan dan berhasil menduduki

58 Pierre de Milard (1736-1778) adalah seorang pelaut berkebangsaan Perancis
yang memiliki kedekatan dengan raja Hsinbyushin dan dipercaya sebagai pe-
ngawal pribadinya. Pierre kemudian diangkat menjadi bangsawan daerah Tabe di
Sagaing, Burma hingga akhir hayatnya. Ia memberikan andil besar dalam invasi
ke Siam dan pertahanan melawan dinasti Qing.

http://facebook.com/indonesiapustaka 330 DINASTI QING (1616–1850)

Bhamo. Mereka melanjutkan serangan ke selatan dan mem-
bangun pertahanan kuat di Shwenyaungbin, sekitar 18 km di
timur Kaungton. Para tukang kayu yang didatangkan berhasil
memenuhi kuota mereka, dan membanjiri sungai Irrawaddy
dengan ratusan kapal perang.

Namun semuanya tidak berjalan sesuai rencana. Pasukan
Qing yang tidak ingin bergerak terlalu jauh dari markas mer-
eka segera mundur kembali begitu pasukan Burma datang.
Akibatnya, kapal-kapal perang Qing dibiarkan tanpa pertah-
anan, dan menjadi sasaran empuk bagi armada sungai Burma.
Pasukan Qing kemudian diperintahkan menyerbu Kaungton,
namun pasukan Burma di kota itu bertahan mati-matian dan
memukul mundur setiap serangan yang ditujukan kepada
mereka.

Meski pertempuran sudah berjalan hampir sebulan laman-
ya, pasukan Qing masih tidak bergerak jauh dari perbatasan.
Seperti yang sudah diduga, pasukan Qing mulai terjangkiti
penyakit tropis dan berguguran. Fuheng sendiri jatuh sakit
dan mengalami panas tinggi. Pasukan Burma memanfaat-
kan kondisi ini dan menyerang Shwenyaungbin, dan berhasil
merebut benteng pertahanan Qing di sana. Jalur komunikasi
dan perbekalan musuh pun berhasil mereka kuasai, sehingga
pasukan Qing kembali terkepung di jalur antara Kaungton
dan Shwenyaungbin.

Perjanjian Damai

Putus asa setelah kehilangan hampir 20 ribu orang pasu-
kannya, Fu Heng kemudian mengajukan permohonan damai
kepada kerajaan Burma. Pada awalnya, Burma menganggap
bahwa pasukan Qing sudah di ujung tanduk, dalam sekali
sapu pun mereka akan dapat dibantai habis. Namun Maha

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 331

hira hura merasa bahwa apabila mereka kembali menghan-
curkan pasukan Qing, itu hanya akan memancing reaksi seru-
pa seperti sebelum-sebelumnya, yaitu invasi yang lebih besar
lagi. Apabila hal ini berlangsung terus-menerus, Burma akan
selalu dilanda peperangan yang berkepanjangan dan kehidu-
pan rakyat tidak akan bisa tenang. Meskipun mereka hanya
kehilangan sedikit pasukan dibanding Qing, namun apabila
dibandingkan dengan populasi Burma yang kecil maka per-
bandingannya menjadi sangat besar. Maha hira hura ke-
mudian bertindak tanpa persetujuan raja, dan mengajukan
syarat-syarat perdamaian sebagai berikut:

1. Pihak pemerintah Qing akan menyerahkan semua bu-
ronan Burma yang kabur ke wilayah Qing;

2. Pihak pemerintah Qing mengakui kedaulatan Burma
atas wilayah-wilayah Shan yang secara historis menjadi
milik Burma;

3. Semua tawanan perang akan dilepaskan;

4.q Kaisar Qing dan Raja Burma akan mengadakan
hubungan diplomasi sejajar, dan saling bertukar duta
besar dan hadiah sebagai tanda hubungan baik.

Fuheng merasa tidak memiliki pilihan lain dan ia me-
nyetujui syarat-syarat ini. Pada bulan 10 tahun Qianlong ke-
34 (1769), mereka menandatangani kesepakatan damai di
Kaungton. Pasukan Qing membakar kapal-kapal perang dan
persenjataan berat yang mereka miliki dengan imbalan kebe-
basan mereka. Pasukan Qing kemudian berbaris teratur kem-
bali ke China, namun ribuan dari mereka akan mati kelaparan
dalam perjalanan.

http://facebook.com/indonesiapustaka 332 DINASTI QING (1616–1850)

Kedua penguasa – Qianlong dan Hsinbyushin – merasa
tidak senang dengan ditandatanganinya perjanjian ini. Qian-
long merasa bahwa kedudukan sejajar dan pertukaran hadiah
sangat merendahkan kehormatan kekaisaran Qing yang
agung; Hsinbyushin sendiri menjadi berang ketika mengeta-
hui bahwa panglimanya bertindak tanpa sepengetahuannya.
Akibatnya, pasukan Burma tidak berani kembali ke ibukota,
dan demi menyenangkan raja mereka kemudian menyerbu
Manipur untuk memadamkan pemberontakan di sana, dan
berhasil memaksa pemimpin Manipur untuk lari ke Assam,
India. Barulah kemarahan raja mereda. Namun Maha hira
hura dan jenderal lain yang berani bertindak tanpa sepen-
getahuan raja dikucilkan. Maha hira hura sendiri adalah
mertua dari putra mahkota; Hsinbyushin masih tega mem-
berinya baju wanita untuk dikenakan dan membuangnya ke
Shan.

Meskipun perjanjian damai sudah ditandatangani, kedua
pihak tidak mau mematuhinya. Qianlong menolak melepas-
kan buronan Burma yang lari ke China, pihak Burma sen-
diri pun enggan memulangkan pasukan Qing yang mereka
tawan. Mereka kemudian menetap di wilayah baru tersebut
dan menjadi rakyat Burma. Qianlong kemudian menempat-
kan pasukan penjaga perbatasan di sepanjang perbatasannya
dengan Burma, dan melarang perdagangan antar negara se-
lama hampir 20 tahun lamanya. Burma sendiri yang merasa
was-was akan ancaman invasi dari China juga menempatkan
pasukan yang besar di sepanjang perbatasannya.

Di pihak Qing, kerugiannya amat besar: banyak jende-
ral tangguh berguguran (termasuk Fu Heng yang mening-
gal karena malaria pada tahun Qianlong ke-35), dan istana
mengeluarkan hampir 10 juta tael perak untuk biaya perang.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 333

Rakyat di daerah perbatasan Yunnan dan Burma pun menjadi
kehilangan pendapatan akibat ditutupnya perdagangan. Di-
dorong oleh kebutuhan ekonomi, para tusi di daerah Yunnan
yang berbatasan dengan Burma mengajukan permohonan ke-
pada pemerintah pusat agar pelarangan tersebut dicabut.

Akhirnya, pada tahun Qianlong ke-55 (1790), Qianlong
mencabut pelarangan perdagangan antar negara. Pihak Bur-
ma, dipimpin oleh raja Bodawpaya menganggap hubungan
mereka dengan Qing kini adalah hubungan sederajat, dan
mereka menghantarkan hadiah sebagai tanda persahabatan se-
tiap tahunnya. Namun Qianlong menganggap bahwa dengan
melakukan hal ini, Burma tunduk kepada China dan menjadi
negara upeti, karena hadiah yang mereka hantarkan setiap ta-
hun dianggap sebagai upeti. Inilah yang membuat Qianlong
berani menyebut kampanye Burma yang berujung dengan
kegagalan itu sebagai salah satu keberhasilannya.

Vietnam

Sejak zaman dinasti Han pada awal abad Masehi, Vietnam
termasuk dalam wilayah China. Sejak lama, raja-raja Vietnam
memerintah kerajaan mereka sendiri sementara tetap setia
mengirimkan upeti pada kaisar China. Hal ini berlangsung
sampai pada akhirnya Tay Son (Ch: 西山) bersaudara me-
mimpin kebangkitan nasional di Vietnam dan mengalahkan
dua tuan tanah yang berkuasa saat itu yaitu keluarga Trinh
dan Nguyen, dan menggulingkan kaisar Chieu hong (Ch: 黎
昭统) dari dinasti Le yang berkuasa.

Kaisar Chieu hong melarikan diri ke China dan meng-
adukan hal ini pada kaisar Qianlong. Qianlong segera
menanggapinya dengan mengirimkan pasukan Qing pada

http://facebook.com/indonesiapustaka 334 DINASTI QING (1616–1850)

tahun 1788 untuk mengembalikan Le Chieu hong ke atas
tahta. Pasukan ini berhasil merebut hang Long (Hanoi) dan
mendudukkan kembali Chieu hong sebagai kaisar Vietnam.
Chieu hong diperlakukan sebagai raja bawahan, sehingga
semua kebijakan yang ia keluarkan harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Beijing.

Namun, Nguyen Hue (Ch: 阮惠) dari gerakan Tay Son
memberontak pada tahun 1789. Ia memimpin pasukan me-
nyerang pasukan Qing di tengah-tengah perayaan Tet59. Meski
tidak siap, pasukan Qing tetap melakukan perlawanan selama
lima hari sebelum akhirnya harus mengaku kalah. Meskipun
demikian, pasukan Qing diizinkan pulang kembali ke China
secara terhormat.

Chieu hong kembali melarikan diri ke China dan Ngu-
yen Hue naik tahta sebagai kaisar Quang Trung (Ch: 光中皇
帝). Quang Trung setuju untuk mengakui Qing sebagai ne-
gara pelindung dan mengantarkan upeti setiap tahunnya ke
Beijing. Qianlong bahkan menikahkan salah seorang putrinya
dengan keluarga Nguyen.

Gurkha
Pada akhir tahun 1760-an, terjadi kebangkitan suku Gurkha
di Nepal dengan bantuan dari EIC, perusahaan dagang Ing-
gris. Dengan dukungan Inggris ini pula-lah, penguasa Gurkha
memutuskan untuk menyerang Tibet Selatan tahun Qianlong
ke-53 (1788).

59 Festival Tet adalah festival tahun baru Vietnam yang sama dengan perayaan ta-
hun baru Imlek di China.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 335

Kedua orang Amban Qing di Lhasa tidak berbuat apa-apa
untuk bertahan maupun melakukan serangan balik. Mereka
malah hanya mengamankan Panchen Lama yang masih kecil
ketika pasukan Nepal masuk dan menjarah istana Panchen
Lama di Shigatse dalam perjalanan mereka menyerbu Lhasa.
Mendengar hal ini, Qianlong segera mengerahkan pasukan
Qing di Sichuan untuk mengamankan Lhasa dan memulih-
kan kekuasaan Qing. Ketika mereka sampai di Tibet Selatan,
pasukan Nepal sudah terlebih dulu mundur. Hal ini dihitung
sebagai perang pertama antara Qing dan Nepal.

Tiga tahun kemudian, pasukan Gurkha kembali me-
nyerang Tibet. Qianlong dengan segera mengirimkan 10 ribu
orang pasukan, terdiri atas 6 ribu orang gabungan pasukan
Manchu dan Mongol, dan sisanya terdiri atas suku-suku lokal.
Mereka dipimpin oleh Fu Kang’an, dengan Hailancha sebagai
wakilnya. Mereka memasuki Tibet dari Xining (Ch: 西宁) di
Qinghai di utara, dan bergerak menuju ke Tibet Tengah pada
musim dingin di pergantian tahun 1791-1792, melintasi pe-
gunungan tinggi di tengah hujan salju. Mereka mencapai tu-
juan pada musim panas tahun 1792, dalam dalam dua sampai
tiga bulan berturut-turut mengirimkan kabar kemenangan
mereka ke Beijing. Mereka berhasil memukul mundur pa-
sukan Gurkha sampai ke Himalaya dan kembali ke ibukota
mereka di Kathmandu. Tidak cukup sampai di sini, pasukan
Qing mengejar musuh dan pada tahun 1793, Fu Kang’an ber-
hasil memaksa Gurkha menandatangani penyerahan kepada
Qing.

Dengan keberhasilan kesepuluh kampanye perang Qian-
long ini, Qing menjadi negara pelindung dari berbagai ne-
gara di sekitarnya, yaitu Uyghur, Kazakh, Kirgyz, Mongol,
Vietnam, Nepal, dan Burma. Bahkan, Kepulauan Ryukyu di

http://facebook.com/indonesiapustaka 336 DINASTI QING (1616–1850)

Jepang, Bhutan, Afghan, Siam dan Laos juga mengirimkan
upeti.

Sepuluh Keberhasilan yang Mahal
Sepuluh kampanye militer yang dilancarkan Qianlong se-

lain memperkuat kedudukan Qing atas wilayahnya juga se-
makin memperluas daerah kekuasaan Qing. Negara-negara
tetangga Qing masih segan terhadap negeri yang besar dan
makmur itu. Namun performa yang ditunjukkan oleh pa-
sukan Qing selama sepuluh kampanye militer yang panjang
dan menghabiskan dana 120 juta tael perak secara total itu
menunjukkan bahwa kekuatan pasukan Qing yang dulu dia-
gung-agungkan dan disegani mulai berada di ambang penu-
runan yang sangat. Kekalahan besar dan memalukan di ta-
ngan Burma menunjukkan bahwa Qing sudah mulai berada
di bawah puncak kemegahannya dulu. Namun keangkuhan
Qing masih sama seperti sebelumnya, dan ini akan terbukti
berperan penting dalam serangkaian kekalahan ketika bangsa-
bangsa Eropa mulai menapakkan kakinya di China.

Sepuluh kampanye militer ini adalah keberhasilan militer
terakhir Qianlong, dan kedua terakhir bagi dinasti Qing se-
belum penumpasan pemberontakan Teratai Putih pada masa
Jiaqing. Setelahnya, tidak ada lagi keberhasilan militer yang
berarti, dan kemampuan perang Pasukan Panji-panji akan
mengalami penurunan.

QIANLONG (1735-1795) 337

Perkembangan
Kebudayaan

http://facebook.com/indonesiapustaka Masa keemasan yang terjadi di zaman Qianlong tidak hanya
dalam hal perekonomian maupun militer, dalam seni sastra
pun terjadi perkembangan yang luar biasa dan mencapai pun-
caknya. Banyak sekali karya sastra yang dihasilkan di masa ini,
baik yang disponsori oleh pemerintah maupun yang disusun
dalam kalangan rakyat biasa.

Selain piawai dalam kemiliteran, Qianlong juga adalah
kaisar sastrawan; bakat sastra yang ia miliki bahkan melebihi
ayah dan mendiang kakeknya. Selain menulis puisi, ia juga
memiliki keahlian melukis. Banyak sekali karya-karya sastra
yang penyusunannya bahkan dimulai sejak zaman Shunzhi
berhasil diselesaikan pada masa pemerintahan Qianlong,
antara lain Sejarah Ming (Ch: 《明史》) yang disusun sejak
zaman Shunzhi dan pengeditannya dilakukan oleh Zhang
Tingyu (Ch: 张廷玉); Catatan Penyatuan Qing (Ch: 《大清一
统志》) yang penyusunannya dikomisikan oleh Kangxi, yang
isinya memuat tentang geograi China; Kumpulan Sajak Tang
dan Song (Ch: 《唐宋诗醇》); Cermin Emas Kedokteran (Ch:
《医宗金鉴》), dsb.

Mengumpulkan Buku-buku dari Penjuru Negeri

Namun karya terbesar Qianlong dalam bidang sastra tentu
saja adalah Kumpulan Lengkap Empat Perbendaharaan (Ch: 《
四库全书》), atau Siku Quanshu. Karya besar ini memuat le-
bih dari 3 ribu judul buku-buku klasik, dan menjadi tonggak

http://facebook.com/indonesiapustaka 338 DINASTI QING (1616–1850)

dari apa yang disebut sebagai “Periode Kesusastraan Qianlong
dan Jiaqing” (Ch: 乾嘉学派).

Pada tahun Qianlong ke-6 (1741), Qianlong secara priba-
di memerintahkan agar dilakukan pengumpulan buku-buku
klasik untuk dikompilasi secara utuh. Dalam dekritnya, ia
membatasi agar buku-buku yang dikumpulkan hanya berasal
dari dinasti Yuan, Ming dan Qing sampai saat itu saja. Tujuan
utamanya adalah melengkapi perbendaharaan perpustakaan
kerajaan. Seluruh zongdu dan xunfu di daerah diperintahkan
untuk membantu pengumpulan karya-karya sastra tersebut,
namun kurangnya keseriusan mereka membuat efektivitas
proyek ini sedikit kurang.

Akhirnya pada 30 tahun kemudian, Qianlong kembali
memerintahkan seluruh zongdu dan xunfu di daerah untuk
kembali mengumpulkan karya-karya sastra di daerah me-
reka masing-masing. Ini adalah dasar dari penyusunan Siku
Quanshu. Pada bulan pertama tahun Qianlong ke-37 (1772),
Qianlong mengeluarkan pengumuman resmi ke seluruh pen-
juru kerajaannya, yang isinya meminta kesediaan rakyat un-
tuk menyumbangkan karya sastra yang mereka miliki untuk
dikompilasi oleh pemerintah. Namun kembali, para zongdu
dan xunfu lagi-lagi tidak menganggap serius masalah ini dan
sepuluh bulan setelah pengumuman resmi tersebut diumum-
kan, buku yang terkumpul hanya sedikit sekali.

Dispensasi Inkuisisi

Lambatnya proyek ini membuat Qianlong geram. Pada saat
yang bersamaan, pejabat pendidikan dari provinsi Anhui
mengajukan usulan agar Qianlong menggunakan Ensi-
klopedi Yongle (Ch: 《永乐字典》) sebagai kerangka acuan

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 339

dasar penyusunan proyeknya. Qianlong sependapat dengan
usulan ini, dan ia kemudian menggunakan Ensiklopedi yang
sudah ada tersebut dan menggunakan kumpulan perbendaha-
raan perpusatakaan kekaisaran ditambah dengan buku-buku
yang ia kumpulkan dari rakyat untuk menyusun Siku Quan-
shu.

Qianlong kemudian mengeluarkan dekrit resmi yang lebih
serius lagi, dan memerintahkan agar zongdu dan xunfu di se-
luruh provinsi berusaha sekuat tenaga untuk mematuhinya.
Pada bulan 8 tahun Qianlong ke-39 (1774), perintah ini
memberikan hasil yang menggembirakan; tidak kurang dari
10 ribu judul buku berhasil dikumpulkan, dan kebanyakan
berasal dari Jiangsu dan Zhejiang. Kedua provinsi ini sejak
lama dikenal sebagai gudangnya kaum terpelajar, dan mem-
berikan kontribusi yang sangat besar bagi penyusunan Siku
Quanshu. Qianlong menggunakan kedua provinsi ini sebagai
titik penting dalam penyelesaian proyeknya, lagipula ia sudah
sangat memahami seluk-beluk kaum terpelajar di sana. Qian-
long juga memberikan dispensasi bagi mereka yang ketahuan
menyimpan buku-buku yang dianggap “berbahaya”. Mereka
yang kedapatan menyimpan buku-buku tersebut tidak akan
dihukum, namun bukunya akan disita untuk dimusnahkan.
Pemiliknya kemudian diberi peringatan untuk tidak meng-
ulangi perbuatannya. Perintah ini terutama diberikan kepada
para zongdu dan xunfu provinsi-provinsi Jiangsu dan Zheji-
ang, seperti zongdu Jiangsu-Zhejiang Gao Jin (Ch: 高晋), xun-
fu Zhejiang Sanbao (Ch: 三宝) dan xunfu Jiangsu Sazai (Ch:
萨载).

Qianlong mengenal dengan baik beberapa perpustakaan
ternama di kedua provinsi tersebut, antara lain Gedung Chu-
anshi (Ch: 传是楼) milik keluarga Xu di Kunshan (Ch: 昆山),

http://facebook.com/indonesiapustaka 340 DINASTI QING (1616–1850)

Balai Shugu (Ch: 述古堂) milik keluarga Qian di Changshu
(Ch: 常熟), Gedung Tianlai (Ch: 天籁阁) milik keluarga Xiang
dan Paviliun Baoshu (Ch: 曝书亭) milik keluarga Zhu di Jiax-
ing (Ch: 嘉兴), Balai Xiaoshan (Ch: 小山堂) milik keluarga
Zhao di Hangzhou (Ch: 杭州), dan Gedung Tianyi (Ch: 天
一阁) milik keluarga Fan di Ningbo (Ch: 宁波). Ia bahkan
berkata bahwa dirinya tidak hanya mengenal nama-nama
perpustakaan tersebut, namun juga mengetahui buku-buku
ternama apa saja yang berada di dalamnya. Tidak hanya per-
pustakaan, berbagai penjual buku di kedua provinsi itu pun ia
kenal dengan baik. Oleh karenanya, Qianlong memerintah-
kan para pejabat provinsi di kedua daerah tersebut berusaha
semaksimal mungkin untuk mengumpulkan buku-buku yang
dibutuhkan, dan untuk melakukannya mereka bisa melacak
ke para perpustakaan dan pedagang buku-buku tersebut.

Setelah merombak kebijakannya ini, Qianlong menemui
hasil yang memuaskan. Dalam tenggat waktu setengah ta-
hun yang telah ditetapkan para pejabat bersangkutan segera
bergerak dengan cepat. Pengawas Perdagangan Garam di Su-
ngai Huai (Ch: 两淮盐政) Li Zhiying (Ch: 李质颖) contohnya,
ia berhasil mengumpulkan 195 jilid buku dari pedagang buku
setempat, dan pertama-tama mengirimkan keseluruhannya ke
Beijing, lalu mengirimkan sebagian buku tersebut ke Penga-
was Buku di Suzhou dan sisanya ke penyalin di Yangzhou.
Selain itu, banyak sekali buku-buku yang disumbangkan oleh
kalangan masyarakat kepada pemerintah.

Penyusunan Siku Quanshu

Akhirnya, jumlah buku yang terkumpul telah memenuhi kuo-
ta dan batas waktu yang telah ditetapkan. Qianlong kemudian
mendirikan Gedung Koleksi Lengkap Empat Perbendaharaan

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 341

dan memerintahkan dimulainya pengeditan kompilasi karya
sastra tersebut. Untuk membalas kebaikan mereka yang telah
menyumbangkan buku-bukunya, Qianlong memerintahkan
agar masing-masing pemilik buku yang menyumbangkan
buku dalam jumlah besar diberikan kumpulan Koleksi Lengkap
Tulisan dan Gambar-gambar Zaman Kuno dan Sekarang (Ch:
《古今图书集成》)60. Mereka yang menyumbangkan buku
dalam jumlah terbanyak berturut-turut adalah Bao Shigong
(Ch: 鲍士恭), Fan Maozhu (Ch: 范懋柱), dan Wang Qishu
(Ch: 王启淑) dari Zhejiang, serta Ma Yu (Ch: 马裕) dari Ji-
angsu. Buku-buku yang mereka sumbangkan berjumlah total
lebih dari 2 ribu judul. Mereka yang menyumbangkan buku
di atas 100 judul akan diberikan Koleksi Rima Kata-kata Ang-
gun (Ch: 佩文韵府) 61, seperti Zhou Houyu (Ch: 周厚堉) dan
Jiang Zengjin (Ch: 蒋曾菳) dari Jiangsu; Wu Wangchi (Ch: 吴
王墀), Sun Yangzeng (Ch: 孙仰曾) dan Wang Ruli (Ch: 汪如
瑮) dari Zhejiang; serta pejabat-pejabat istana seperti Huang
Dengxian (Ch: 黄登贤), Ji Yun (Ch: 纪昀) alias Ji Xiaolan (Ch:
纪晓岚), Li Shouqian (Ch: 励守谦), Wang Ruzao (Ch: 汪如
藻), dll.

Pada bulan 8 tahun Qianlong ke-39 (1774), buku-buku
yang dikirimkan oleh pejabat-pejabat daerah mulai berdatang-
an dan jumlahnya mencapai puluhan ribu. Pekerjaan penyu-
sunan Siku Quanshu pun dimulai. Jumlah pegawai yang di-

60 Koleksi Lengkap Tulisan dan Gambar-gambar Zaman Kuno dan Sekarang atau
Gujin Tushu Jicheng, adalah kompilasi berupa ensiklopedi yang isinya mencakup
geografi, sejarah, pemerintahan dan karya sastra. Buku ini disusun pada zaman
Kangxi dan selesai pada masa pemerintahan Yongzheng.

61Koleksi Lengkap Tulisan dan Gambar-gambar Zaman Kuno dan Sekarang atau
Gujin Tushu Jicheng, adalah kompilasi berupa ensiklopedi yang isinya mencakup
geografi, sejarah, pemerintahan dan karya sastra. Buku ini disusun pada zaman
Kangxi dan selesai pada masa pemerintahan Yongzheng.

http://facebook.com/indonesiapustaka 342 DINASTI QING (1616–1850)

kerahkan ada 360 orang, dan dibagi-bagi ke dalam berbagai
divisi. Mereka yang dipekerjakan adalah kaum terpelajar yang
terdepan di masa itu. Tugas-tugas utama mereka adalah me-
nyortir buku-buku tersebut, dan meneliti apakah di dalamnya
terdapat hal-hal yang menentang pemerintahan Qing serta
perlu-tidaknya buku-buku tersebut masuk dalam perbenda-
haraan Siku Quanshu.

Buku-buku tersebut akhirnya dibedakan dalam tiga kate-
gori, yaitu buku yang wajib disalin (Ch: 应抄), buku yang wa-
jib disimpan (Ch: 应存), dan buku yang wajib dimusnahkan
(Ch: 禁毁). Yang masuk dalam kategori pertama adalah buku-
buku yang kemudian menjadi bagian dari Siku Quanshu, ter-
masuk di dalamnya buku-buku langka yang sangat berharga,
yang kemudian dibuatkan satu bagian terpisah yang diberi
judul Kumpulan Buku-buku Berharga Istana Wuying (Ch:
《武英殿聚珍版丛书》). Jumlah buku yang masuk kategori
pertama ada sekitar 3.461 judul.

Yang termasuk dalam kategori ketiga adalah buku-buku
terlarang yang isinya menyebarkan ideologi berbahaya yang
mengancam pemerintahan. Buku-buku ini jumlahnya sekitar
3 ribu judul, dan kesemuanya segera dimusnahkan. Sedangkan
yang termasuk dalam kategori kedua adalah buku-buku yang
berada di antara dua kategori yang lain, yaitu tidak mengan-
dung ideologi berbahaya menentang pemerintah, namun juga
tidak terlalu berharga untuk masuk ke dalam Siku Quanshu.
Buku-buku ini kemudian dicatat judulnya dan diambil seba-
gian esensinya yang dinilai berharga saja. Jumlahnya menca-
pai 6.793 judul.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 343

Nasib Siku Quanshu Kemudian
Sesuai namanya, Siku Quanshu dibagi ke dalam 4 bagian,
yaitu Kitab Klasik (Ch: 经), Sejarah (Ch: 史), Para Guru (Ch:
子), dan Kompilasi (Ch: 集). Berbagai bidang pengetahuan
baik dari ilsafat, ilmu militer, kedokteran, sastra, sejarah, dsb.
terangkum dalam buku ini, membuatnya sebagai ensiklopedi
terlengkap yang pernah disusun dalam sejarah China sampai
saat itu. Saat diselesaikan pada tahun Qianlong ke-47 (1782),
tebalnya Siku Quanshu mencapai 36.381 jilid (Ch: 册), de-
ngan lebih dari 79 ribu gulungan (Ch: 卷), dan memuat lebih
dari 800 juta huruf China. Empat salinan dari buku ini kemu-
dian disimpan di Istana Terlarang, Istana Musim Panas (Ch:
圆明园), Shenyang dan Chengde. Sebanyak tiga salinan dise-
barkan ke masyarakat, dan disimpan di Hangzhou, Zhenjiang
dan Yangzhou. Saat ini, hanya tinggal empat saja yang tersisa,
masing-masing disimpan di Perpustakaan Nasional di Beijing,
Museum Istana di Taiwan, Perpustakaan Gansu di Lanzhou,
dan Perpustakaan Zhejiang di Hangzhou.62

Disusunnya Siku Quanshu merupakan penanda bagi masa
keemasan ilmu pengetahuan dan sastra selama masa Qian-
long, dan menjadi puncak kebudayaan China pada masa
dinasti Qing. Kompilasi buku-buku ini merupakan warisan
sejarah yang tak ternilai harganya.

62 Sepanjang sejarahnya setelah selesai disusun, salinan-salinan Siku Quanshu
mengalami nasib berbeda-beda. Salinan yang berada di Zhenjiang dan Yangzhou
musnah ketika Pemberontakan Taiping pecah, sedangkan salinan yang berada di
Istana Musim Panas rusak parah saat pasukan Inggris dan Perancis menyerbu
Beijing pada Perang Candu II. Empat salinan yang tersisa pun mengalami be-
berapa kerusakan selama Perang Dunia II.

http://facebook.com/indonesiapustaka 344 DINASTI QING (1616–1850)

Impian Kamar Merah

Dalam kesusasteraan bahasa China dikenal adanya empat
novel ternama dari zaman klasik (Ch: 中国古代四大名著), yai-
tu romantisme zaman Tiga Kerajaan (Ch: 三国演义), pembe-
rontakan Liangshan dalam Kisah Tepian Air (Ch: 《水浒传》),
kisah kera sakti Sun Wukong dalam Perjalanan ke Barat (Ch:
《西游记》), dan yang terakhir adalah Impian Kamar Merah
(Ch: 《红楼梦》) atau Kisah Batu (Ch: 《石头记》). Keempat
karya sastra semi iksi ini merupakan cerminan dari tingginya
kebudayaan literatur pada masa China kuno.

Yang terakhir, Impian Kamar Merah atau Hong Lou Meng
diselesaikan pada tahun Qianlong ke-49 (1794) sebanyak 80
bab oleh Cao Xueqin (Ch: 曹雪芹), seorang sastrawan miskin
yang berasal dari Liaoyang, dan 40 bab sisanya oleh berbagai
penulis berbeda. Kakek buyut dan kakek Cao pernah men-
duduki jabatan dalam pemerintahan, namun karena ayahnya
yang bernama Cao Fu (Ch: 曹頫) melakukan sebuah kesa-
lahan yang menyinggung pemerintahan Yongzheng, Cao Fu
dijebloskan ke dalam penjara dan harta benda keluarganya
disita oleh pemerintah. Akibatnya, keluarga Cao kemudian
jatuh miskin.

Sepanjang hidupnya, Cao Xueqin hidup dalam keseng-
saraan. Kejatuhan keluarganya memberikan dampak yang
sangat besar pada Cao. Semua kesedihan dan rasa frustrasinya
ia curahkan dalam berbagai karyanya, termasuk di dalamnya
adalah Hong Lou Meng ini.

Diceritakan bahwa Jia Baoyu (Ch: 贾宝玉), anak keluarga
kaya yang masih berhubungan dengan Istana Kaisar, yang di-
lahirkan dengan pualam ajaib di dalam mulutnya, ditakdir-
kan memiliki masa depan yang gemilang, namun masa depan
apakah yang dimaksud? Ayahnya berkeras bahwa Baoyu harus

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 345

tekun mempelajari karya-karya klasik supaya dapat menjadi
pejabat tinggi, namun melihat banyaknya pejabat korup di
sekitarnya, Baoyu lebih menyenangi untuk bermain-main
dengan sepupu-sepupunya di halaman rumahnya. Apakah ia
akan menikahi Xue Baochai (Ch: 薛宝钗) yang lugu, jujur dan
sopan, atau Lin Daiyu (Ch: 林黛玉) yang emosional, kacau,
dan mudah marah?

Penggunaan sajak-sajak romantis, humor-humor kecut,
sindiran-sindiran cerdas, dan dialog yang mudah dipahami
memberikan gambaran mengenai kehidupan Cao sendiri
dalam suatu hubungan interpersonal yang kompleks pada
suatu rumah tangga keluarga kaya. Novel ini diakhiri oleh
tragedi, dengan penyitaan harta keluarga Jia, kematian Lin
Daiyu, dan keputusan Jia Baoyu untuk melarikan diri dari
kehidupan dunia ke dalam biara.

Kisah hidup Cao Xueqin pun tak jauh berbeda: setelah
membawa keluarganya pindah ke Beijing, kehidupan ke-
luarganya semakin susah, bahkan ia hanya mampu memberi
bubur untuk makan keluarganya sehari-hari. Pada tahun
Qianlong ke-27 (1762), putranya yang masih kecil mening-
gal karena sakit, dan hal ini menjadi pukulan telak terakhir
untuk Cao. Akibatnya, Cao jatuh sakit karena terlalu sedih
memikirkan mendiang putranya itu. Karena keluarganya ter-
lalu miskin untuk membeli obat, penyakit Cao dibiarkan tak
terobati. Akhirnya, pada pergantian tahun baru di malam hari
menjelang tanggal 1 bulan 1 tahun Qianlong ke-28 (1763),
Cao meninggal dunia karena sakitnya, tanpa mampu me-
nyelesaikan Hong Lou Meng.

Delapan puluh bab yang ia tulis menjadi bagian utama
dari Hong Lou Meng. Setelah kematiannya, banyak penulis
yang tertarik dengan kisah yang menyentuh ini, kemudian

346 DINASTI QING (1616–1850)

menambahkan bagian akhirnya, sehingga terdapat banyak
plot berbeda. Buku ini kemudian diedit oleh Cheng Weiyuan
(Ch: 程伟元) dan Gao E (Ch:高鹗), dan diselesaikan pada ta-
hun Qianlong ke-49 (1794).

Hong Lou Meng menjadi sebuah karya sastra klasik yang
dimasukkan dalam daftar empat karya sastra unggulan China
karena karya ini menggambarkan secara satir kondisi kehi-
dupan zaman feodal yang keras bagi rakyat jelata. Mao Ze-
dong bahkan menjadikan novel ini bacaannya sehari-hari
semasa mudanya, dan bahkan “menganggap karya ini bukan
sebagai sebuah novel, namun sebagai bacaan sejarah” (Ch: “
《红楼梦》不仅要当做小说看,而且要当做历史看”). Salah satu
poin yang dipandang penting oleh Mao Zedong yang mem-
buatnya mengagumi karya ini adalah penempatan derajat
wanita secara sejajar dengan pria dalam kisah ceritanya, dan
berbeda dengan semangat zaman feodal di China di mana
wanita selalu dinomor-duakan dalam hirarki keluarga.

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 347

Inkuisisi Sastra

Sepanjang sejarah China, para penguasa memberlakukan sen-
sor yang ketat terhadap buku-buku yang isinya dinilai me-
resahkan, bertentangan dengan ideologi penguasa, atau me-
nyebarkan hasutan yang bernada subversif. Pembakaran buku
bahkan sudah dimulai sejak zaman Kaisar Qin Shihuang, dan
mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Qianlong.

Memusnahkan Buku-buku Terlarang
Buku-buku yang mengalami inkuisisi pada masa Qianlong
dapat dibedakan menjadi tiga: pertama adalah buku-buku
ilsafat yang menjelek-jelekkan pemerintah (atau pejabat-
pejabatnya), kedua adalah buku-buku yang isinya membi-
carakan skandal atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut
keluarga kekaisaran atau pemerintahan, dan yang terakhir
adalah buku-buku yang sengaja menghasut terjadinya pembe-
rontakan atau kebencian melawan pemerintah.

Puncak inkuisisi sastra pada masa Qianlong terjadi selama
kurun waktu tahun Qianlong ke-16 (1747) sampai tahun
Qianlong ke-48 (1783), terutama sejak tahun Qianlong ke-39
(1774) di mana pihak pemerintah menyita buku-buku sejarah
yang menceritakan masa-masa akhir dinasti Ming yang isinya
menjelek-jelekkan nenek moyang kaisar dan bangsa Manchu,
sehingga secara tidak langsung menyebarkan kebencian terha-
dap pemerintah. Selama masa pemerintahan Kangxi sampai
dengan Qianlong terdapat 120-an kasus inkuisisi, dan seki-
tar 40 kasus atau sepertiga dari keseluruhannya terjadi hanya

http://facebook.com/indonesiapustaka 348 DINASTI QING (1616–1850)

dalam kurun waktu lima tahun, yaitu antara tahun Qianlong
ke-43 (1778) sampai tahun ke-48 (1783)!

Sebenarnya, dinasti Qing sudah mencapai kestabilan dan
kemakmuran pada masa pemerintahannya, namun inkuisisi
sastra pada masa pemerintahan Qianlong bahkan melampaui
inkuisisi serupa yang dilakukan pada masa-masa pendahu-
lunya, bahkan melebihi Yongzheng, ayahnya yang terke-
nal keras menyensor berita-berita sejarah yang mengancam
kedudukannya sebagai kaisar. Alasannya adalah, pada masa
pemerintahan Qianlong, populasi China sudah berkembang
dengan sedemikian pesatnya, bahkan bisa dibilang “mele-
dak”. Meskipun jumlah makanan berlimpah, namun tetap
tidak seimbang dengan pesatnya ledakan populasi. Qianlong
khawatir kalau-kalau rakyat yang tetap masih kelaparan dan
kekurangan makanan akan mudah dihasut oleh tulisan-tulisan
yang menjelek-jelekkan pemerintah; apalagi Qianlong paham
benar bahwa meskipun bangsa Han sudah bisa menerima ke-
nyataan bahwa bangsa Manchu sudah berhasil menyatukan
negeri dan memerintah mereka, namun dalam hati kecil me-
reka tetap ada rasa ketidak-sukaan terhadap bangsa asing yang
dulu dianggap “barbar” ini.

Penulisan Siku Quanshu pun juga dimaksudkan untuk me-
nyensor buku-buku yang dianggap berbahaya ini. Kumpulan
buku-buku tersebut – kemudian disebut Sijin Quanshu (Ch:
四禁全书), atau Kompilasi Lengkap Empat Larangan, berjum-
lah lebih dari 3 ribu judul, dan kesemuanya hilang untuk
selama-lamanya. Beberapa salinan yang masih tersisa entah
dikuburkan bersama jenasah pemiliknya oleh keturunannya,
atau berada di luar China. Salah satunya adalah ensiklopedia
Tiangong Kaiwu (Ch: 天工开物), yang berhasil selamat karena
beberapa salinannya tersimpan dengan baik di Jepang.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 349

Kasus-kasus Terkenal

Beberapa kasus yang terkenal yang terjadi pada masa Qian-
long adalah kasus Sun Jiajin (Ch: 孙嘉淦), yang menjabat Pe-
nanggung jawab Akademi Kekaisaran (Ch: 翰林院掌院学士).
Namanya “dipinjam” oleh seorang pejabat daerah bernama Lu
Lusheng (Ch: 卢鲁生), yang menuliskan petisi palsu kepada
kaisar yang isinya mengkritik kebijakan kaisar untuk beper-
gian ke selatan dan menghabiskan uang rakyat hanya untuk
berpesiar saja. Ketika terbongkar, Lu ditangkap dan dihukum
mati dengan cara disayat-sayat, kemudian kedua anaknya di-
hukum penggal pada tahun Qianlong ke-18 (1753).

Kasus kedua adalah kasus Hu Zhongzao (Ch: 胡仲藻),
yang menulis dalam puisinya, “Segenggam pikiran memba-
has perbedaan kotor dan bersih” (Ch: “一把心肠论浊清”) di
mana “kotor” (Ch: 浊) dibandingkan dengan “bersih” (Ch:
清), yang juga adalah nama dari dinasti Qing. Kemudian, ia
juga menulis, “Dari dulu sampai sekarang tidak ada penya-
kit, dan dengar-dengar katanya pintu istana tidak pernah ter-
buka.” (Ch: “老仍如今无病病, 朝门闻说不开开”); dan “Trigram
dari Langit (Qian) tidak menggambarkan ucapan naga” (Ch:
“乾三爻不象龙之说”). Naga (Ch: 龙, Py: long), bila diucapkan
sama persis dengan Kemakmuran (Ch: 隆, Py: long), dan di-
satukan dengan Langit (Ch: 乾) maka akan membentuk nama
pemerintahan kaisar, Qianlong. Hu adalah murid dari E’ertai,
dan teman akrab dari Echang (Ch: 鄂昌), putra E’ertai. Ketika
diselidiki, Echang juga menulis dalam bukunya bahwa, “Suku
Mongol adalah barbar” (Ch: “称蒙古为胡儿”). Qianlong ke-
mudian memerintahkan agar Hu Zhongzao dihukum mati,
dan Echang diperintahkan untuk bunuh diri. Nama E’ertai
kemudian dikeluarkan dari Kuil Pejabat Berhasil (Ch: 贤良
祠). Selain demi kepentingan inkuisisi sastra, dihukumnya Hu
ini juga untuk memberantas kakitangan E’ertai di istana.

350 DINASTI QING (1616–1850)

Akhirnya pada tahun Qianlong ke-43 (1778), Qianlong
memerintahkan agar para pejabat daerah (zongdu dan xunfu)
melakukan penggeledahan untuk mencari buku-buku terla-
rang yang masih disimpan oleh pemiliknya. Qianlong mene-
tapkan tenggat waktu selama 2 tahun; apabila setelah masa itu
terlewati masih diketemukan ada yang diam-diam menyem-
bunyikan buku-buku terlarang, maka pemiliknya akan dihu-
kum sangat berat.

http://facebook.com/indonesiapustaka

QIANLONG (1735-1795) 351

Para Wanita di
Sekitar Kaisar

http://facebook.com/indonesiapustaka Para kaisar di zaman kuno selalu menghabiskan hari-harinya
dikelilingi oleh puluhan bahkan ratusan orang wanita cantik.
Baik selir maupun dayang-dayang istana, ada yang mungkin
seumur hidupnya hanya sekali-dua kali berjumpa dengan
kaisar, atau bahkan tidak berkesempatan berjumpa dengan-
nya sekalipun. Selain itu, Qianlong dikenal gemar “berburu”
wanita cantik sampai ke daerah Selatan (Ch: 江南) yang dike-
nal dengan gadis-gadisnya yang cantik.

Namun ada beberapa orang wanita yang dibilang “istime-
wa” dalam hidup Qianlong, baik benar-benar ada maupun
hanya hidup dalam legenda rakyat saja, termasuk Putri Huan-
zhu (Ch: 还珠格格), yang konon adalah salah seorang putri
kesayangan kaisar.

Permaisuri Xiao Xianchun

Permaisuri Xiao Xianchun (Ch: 孝贤纯皇后) berasal dari suku
Manchu klan Fuca (Ch: 富察氏) yang termasuk Pasukan Panji
Berbatas Kuning, dan menjadi permaisuri pertama Qianlong.
Ia dilahirkan pada tanggal 22 bulan 2 tahun Kangxi ke-51
(1712), atau lebih muda sekitar setahun dibanding Qianlong.
Tahun Yongzheng ke-5 (1727), ia dinikahkan dengan Hongli,
yang saat itu bergelar Pangeran Bao (Ch: 宝亲王).

Ia melahirkan empat orang anak bagi Qianlong, dua
perempuan dan dua laki-laki. Namun hanya satu orang anak
perempuan saja, yaitu Putrinegara Hejing (Ch: 固伦和敬公主)

http://facebook.com/indonesiapustaka 352 DINASTI QING (1616–1850)

yang bertahan hidup sampai usia dewasa. Putra pertamanya,
Pangeran Ke-2 Yonglian (Ch: 二阿哥永琏) merupakan anak
kesayangan kaisar, dan saat naik tahta Qianlong berencana
mengangkatnya menjadi penggantinya kelak, dan menem-
patkan namanya dalam kotak bersegel yang ditaruh di balik
papan Zhengda Guangming di Istana Qianqing (Ch: 乾清殿).
Namun sayangnya, pangeran muda ini meninggal dunia kare-
na sakit pada umur 9 tahun, dan membuat Qianlong jatuh
dalam kesedihan yang dalam, serta mengurung diri selama 5
hari lamanya tanpa mengurusi urusan negara.

Meskipun tidak lagi memiliki anak laki-laki yang bisa
meneruskan tahta kekaisaran, permaisuri Xiao Xianchun ma-
sih tetap menjadi kesayangan kaisar. Sifatnya yang rendah hati
dan pemurah membuat banyak orang menyukainya. Suatu
ketika, Qianlong bercerita kepada istrinya bahwa pada zaman
dahulu, suku Manchu sangatlah miskin sehingga tidak mam-
pu membuat kantong uang dari kain, dan hanya bisa mem-
buat dari kulit kaki rusa saja. Mendengar hal ini, permaisuri
diam-diam menjahit sebuah kantong kain dan memberikan-
nya kepada kaisar. Qianlong sangat tersentuh oleh hal ini.

Namun sang permaisuri meninggal dalam usia muda. Pada
tahun Qianlong ke-13 (1748), permaisuri Xiao Xianchun
meninggal dunia karena sakit di atas perahu dalam usia 37
tahun. Sebelumnya, ia mengiringi kaisar dan ibusuri dalam
perjalanan ke selatan, namun tiba-tiba jatuh sakit di istana
peristirahatan di gunung Taishan (Ch: 泰山行宫). Dua tahun
berselang, ia baru saja kehilangan anak laki-lakinya, pangeran
Yongzong (Ch: 永琮). Kesedihan yang belum hilang, ditambah
dengan kelelahan akibat perjalanan panjang dan harus selalu
mengurusi ibu suri dalam perjalanan, membuat tubuhnya
yang lemah jatuh sakit. Pada tanggal 11 bulan 3 tahun Qian-

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 353

long ke-13, permaisuri meninggal dunia di atas perahu yang
sedianya akan membawanya menuju Dezhou (Ch: 德州) di
provinsi Shandong (Ch: 山东省). Saat itu, ia telah menikah
dengan Qianlong selama 22 tahun.

Permaisuri Ulanara

Permaisuri ini berasal dari suku Manchu klan Ulanara (Ch:
乌喇那拉) yang masih termasuk Pasukan Panji Kuning, meru-
pakan permaisuri Qianlong yang kedua. Ia disebut juga “Per-
maisuri Tiri” (Ch: 继皇后). Ia dilahirkan pada tahun Kangxi
ke-57 (1718), atau 7 tahun lebih muda dari Qianlong. a mela-
hirkan tiga orang anak untuk Qianlong, dua anak laki-laki
dan satu anak perempuan. Namun kedua anak laki-lakinya
berumur pendek, yaitu beile Yongji (Ch: 永璂) yang mening-
gal dunia pada usia 24 tahun, dan pangeran Yongjing (Ch: 永
璟) yang meninggal saat berumur 1 tahun.

Saat Qianlong naik tahta, Ulanara diangkat sebagai selir
agung Xian (Ch: 娴贵妃). Setelah kematian Permaisuri Xiao
Xianchun, ibusuri Xiao Shengxian (Ch: 孝圣宪 皇太后) me-
minta anaknya untuk segera mengangkat Ulanara sebagai
permaisuri. Namun Qianlong merasa bahwa hal ini tidak
pantas, karena istana masih dalam suasana berkabung setelah
wafatnya permaisuri beberapa waktu berselang. Namun un-
tuk menunjukkan bakti dan hormatnya kepada sang ibu,
Qianlong terlebih dahulu mengangkat Ulanara menjadi selir
agung kaisar Xian (Ch: 娴皇贵妃) yang tugasnya hampir sama
dengan permaisuri. Barulah setelah masa berkabung selesai ia
diangkat menjadi permaisuri.

Namun kemudian sejarah mencatat bahwa Permaisuri
Ulanara begitu cepatnya kehilangan kasih sayang dari kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka 354 DINASTI QING (1616–1850)

Pada bulan pertama tahun Qianlong ke-30 (1765), permai-
suri mendampingi kaisar dalam perjalanan ke selatan yang
ke-4 kalinya. Pada awalnya, semua berjalan dengan lancar dan
tanpa masalah; Qianlong bahkan sempat memberikan upa-
cara perayaan ulangtahun ke-48 untuk permaisuri. Pada tang-
gal 18 bulan kabisat ke-2, rombongan kaisar sampai ke kota
Hangzhou (Ch: 杭州) di Zhejiang (Ch: 浙江省), dan mereka
bersama-sama menikmati pemandangan kota Hangzhou yang
terkenal dengan keindahannya itu. Namun malam harinya,
pada saat jamuan makan malam Qianlong hanya didampingi
oleh selir agung Ling (Ch: 令贵妃) Weigiya, selir agung kai-
sar Qinggong (Ch: 庆恭皇贵妃) Lu, dan selir Rong (Ch: 容
妃) Hezhuo. Ternyata, pada hari itu juga Qianlong mengutus
fuma Fu Long’an (Ch: 福隆安) untuk mengantar permaisuri
Ulanara pulang ke ibukota lewat jalan sungai.

Sesampainya di istana, Qianlong menarik kembali berbagai
anugerah yang pernah ia berikan kepada permaisuri. Ia hanya
meninggalkan dua orang pelayan wanita untuk melayani per-
maisuri. Hanya ditemani oleh dua orang dayang, merupakan
gambaran yang sangat jelas betapa permaisuri Ulanara sudah
kehilangan kasih sayang dari kaisar.

Menurut Qingshigao, alasan di balik tindakan Qianlong
membuang permaisuri Ulanara adalah karena sang permai-
suri nekat memotong rambutnya, sebagai protes akibat kese-
nangan Qianlong mengejar wanita cantik sampai ke daerah
selatan. Dalam tradisi suku Manchu, seorang wanita hanya
boleh memotong rambutnya saat ada anggota keluarga yang
lebih tua meninggal dunia, dalam hal ini Ibu suri atau sang
kaisar sendiri. Memotong rambut saat keduanya masih hidup
berarti menyumpahi mereka berdua agar segera mati, dan hal
ini tentu saja membuat Qianlong naik pitam bukan kepalang.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 355

“Pada tahun ke-30, mengikuti (kaisar) dalam perjalanan ke
selatan dan sampai di Hangzhou, mengabaikan perintah kai-
sar dan memotong rambutnya, dan kaisar tidak senang akan
hal ini. Ia diperintahkan untuk pulang ke ibukota. Pada bu-
lan ke-7 tahun (Qianlong) ke-31, wafat. Kaisar sedang berada
dalam perburuan mulan, dan memerintahkan untuk melaku-
kan upacara pemakaman sebagaimana untuk selir agung kai-
sar.” (Qingshigao, Gulungan ke-214, Baris ke-1)

(Ch: “三十年, 从上南巡, 至杭州, 忤上旨, 后剪发, 上益不怿.
令后先还京师. 三十一年七月甲午, 崩. 上方幸木兰, 命丧仪视皇贵
妃.”)

Pada tahun Qianlong ke-31 (1766), permaisuri Ulanara
wafat di istana ketika Qianlong sedang dalam acara perbu-
ruan. Ia hanya menyuruh pangeran Yongji (Ch: 永璂) untuk
kembali ke istana, sedang ia sendiri meneruskan acara perbu-
ruan. Pemakaman permaisuri Ulanara diatur dengan tatacara
untuk selir agung kaisar saja dan bukannya permaisuri. Ia di-
makamkan di samping makam selir agung Chun Hui.

Dalam serial televisi Putri Huanzhu, ia digambarkan se-
bagai permaisuri jahat yang selalu mencari masalah dengan
sang putri demi mendapatkan perhatian dari kaisar.

Permaisuri Xiao Yichun
Secara de facto, permaisuri Xiao Yichun (Ch: 孝仪纯皇后)
adalah “permaisuri” Qianlong yang ke-3. Ia berasal dari suku
Han, dari marga Wei (Ch: 魏). Ayahnya, Wei Qingtai ber-
asal dari Jiangsu. Ia dilahirkan pada tahun Yongzheng ke-5
(1727), atau 16 tahun lebih muda dibanding Qianlong. Saat
putranya menjadi kaisar Jiaqing, nama marganya diubah
menjadi Weigiya (Ch: 魏佳).

http://facebook.com/indonesiapustaka 356 DINASTI QING (1616–1850)

Weigiya masuk istana sebagai dayang, dan pernah
mendampingi baik mendiang permaisuri Xiao Xianchun
maupun Ulanara. Ia kemudian diangkat menjadi guiren (Ch:
贵人), kemudian secara bertahap naik menjadi selir agung kai-
sar Ling (Ch: 令皇贵妃). Setelah kematian permaisuri Ulanara,
Qianlong berkeputusan untuk tidak lagi mengangkat permai-
suri. Namun sebagai selir dengan pangkat tertinggi di istana,
Weigiya diberi kepercayaan untuk mengurus istana belakang
dan bertanggung jawab atas para dayang dan pegawai rumah
tangga istana.

Pada tahun Qianlong ke-38 (1773), Qianlong menentu-
kan siapa yang akan menggantikannya sebagai kaisar kelak.
Rencananya, Qianlong akan mengangkat Weigiya sebagai
permaisuri pada saat ia mengumumkan keputusannya un-
tuk turun tahta dan menjadikan putra mereka Pangeran Jia
Yongyan (Ch: 嘉亲王永琰) sebagai kaisar. Namun dua tahun
berselang, selir agung kaisar Ling meninggal dunia dalam usia
47 tahun.

Setelah pangeran Jia naik tahta sebagai kaisar Jiaqing, ia
memberikan gelar kehormatan untuk mendiang ibunya, yaitu
permaisuri Xiao Yichun. Ia dimakamkan di mausoleum Yu-
ling di Hebei.

Selir Xiang

Kisah akan selir Xiang (Ch: 香妃) atau “Selir Wangi” ini ba-
nyak melahirkan legenda. Menurut catatan sejarah, selir Xiang
merupakan sandera yang ditangkap pada saat terjadi pembe-
rontakan suku Uyghur (Ch: 回部) di Xinjiang. Ia adalah putri
dari Ali Hezhuo (Ch: 阿里和卓). Menurut kisah yang beredar
di suku Uyghur, selir Xiang adalah istri dari seorang panglima

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 357

Muslim yang diculik oleh serdadu Qianlong saat terjadi pem-
berontakan di Xinjiang. Yang pasti, ia kemudian dibawa ke
Beijing dan masuk istana sebagai selir Rong (Ch: 容妃).

Menurut legenda yang beredar, selir Xiang yang kemudian
disebut sebagai selir Rong ini memang memancarkan bau
harum yang khas dari tubuhnya. Kulitnya putih halus dan
wajahnya amat cantik. Tidak heran jika Qianlong begitu ter-
gila-gila padanya.

Namun ia tidak pernah bersedia melayani kemauan Qian-
long. Untuk menjaga kesuciannya, ia selalu membawa belati
pendek yang disembunyikan di balik lengan bajunya. Qian-
long tidak pernah bisa memaksakan kehendaknya atas selir
Rong, termasuk suatu ketika pada saat ia tengah mabuk dan
masuk ke kediaman selir Rong. Qianlong menarik lengan selir
Rong, dan bergumam, “Benar-benar tangan yang putih…”
Secara releks, selir Rong menarik belati yang ia sembunyikan
dan melindungi dirinya, namun secara tidak sengaja melukai
lengan Qianlong. Sang kaisar sedera tersadar dari mabuknya,
dan memerintahkan dayang-dayang untuk membalut luka-
nya. Namun Qianlong tidak menjadi marah, dan ia kemu-
dian kembali ke kediamannya sendiri.

Mendengar kisah ini, ibusuri menjadi khawatir kalau-kalau
selir Rong sampai kelepasan tangan dan membunuh anaknya.
Ia kemudian memanggil sang kaisar dan berkata, “Kalau se-
lir yang satu ini memang tidak mau melayanimu, mengapa
tidak bunuh saja dia untuk memenuhi keinginannya, jika ti-
dak segera saja lepaskan dan biarkan dia pulang ke rumahnya,
mengapa masih saja kau biarkan dia tinggal di istana?” Na-
mun Qianlong merasa sayang untuk membiarkannya pulang,
atau bahkan sampai membunuhnya.

http://facebook.com/indonesiapustaka 358 DINASTI QING (1616–1850)

Pada suatu ketika, saat kaisar sedang melakukan sembah-
yang tahunan untuk memuja langit di puncak musim dingin,
ibusuri memanggil selir Rong untuk menghadapnya di istana
Cining (Ch: 慈宁宫), kediaman resmi ibusuri. Memanfaatkan
absennya kaisar dari istana, ibusuri bermaksud menghabisi
selir itu. Ia memerintahkan agar pintu gerbang istananya di-
tutup rapat, dan bahkan kaisar pun tidak diizinkan untuk
masuk. Ia kemudian menanyakan kepada sang selir, apa se-
benarnya keinginannya. Selir Rong hanya menjawab dengan
sepatah kata, “Mati.” Ibu suri kemudian mengabulkan per-
mohonannya, dan selir Rong berlutut dengan hormat sam-
bil berlinang air mata, dan mengucapkan terimakasih kepada
ibusuri. Ia kemudian dibawa ke sebuah ruangan kosong di
barat gerbang Yuehua (Ch: 月华), dan di sana ia diberi seutas
selendang putih untuk bunuh diri.

Pada saat yang sama, seorang kasim bergegas menuju ke kuil
langit (Ch: 天坛) untuk melaporkan kepada kaisar mengenai
hal ini. Qianlong yang kaget bukan kepalang segera bergegas
pulang ke istana, namun sudah terlambat. Selir Rong sudah
menemui ajalnya, namun jenazahnya masih sangat segar, se-
perti tidur saja. Dalam kesedihannya, Qianlong memerintah-
kan agar jenazah sang selir diurus dengan baik dan dimakam-
kan di paviliun Taoran (Ch: 陶然亭) di selatan kota.

Putri Huanzhu

Keberadaan putri yang terkenal dengan serial televisinya ini
sebenarnya diragukan. Ada yang menyebutkan bahwa ia
memang adalah putri Qianlong hasil hubungannya dengan
seorang wanita suku Han saat perjalanan ke selatan. “Tugu
Makam Putri” (Ch: 公主坟) disebut-sebut adalah makamnya,
namun ternyata pada saat penyelidikan dilakukan pada tahun

QIANLONG (1735-1795) 359

1965, ditemukan bahwa di dalam makam terdapat dua je-
nazah wanita, yang adalah putri dari Jiaqing, bukannya Qian-
long.

http://facebook.com/indonesiapustaka

http://facebook.com/indonesiapustaka

QIANLONG (1735-1795) 361

He Shen

http://facebook.com/indonesiapustaka Bagi mereka yang memahami sejarah China tentu tidak bisa
melepaskan peranan He Shen dalam masa-masa terakhir
pemerintahan Qianlong. Nama pejabat yang satu ini identik
dengan korupsi, nepotisme dan penyalahgunaan kekuasaan.
Meskipun Qianlong dikenal sebagai seorang kaisar yang te-
gas dalam memberantas korupsi, reputasinya ini mau tak mau
tercoreng oleh perilaku He Shen yang menjadi pejabat kesa-
yangannya, bahkan bisa disebut sebagai “anak emas” dari kai-
sar.

Latar Belakang Kehidupan

He Shen (Ch: 和珅) berasal dari suku Manchu klan Niohuru,
dan keluarganya termasuk dalam Pasukan Panji Merah (Ch:
正红旗). Menurut catatan resmi, ia dilahirkan pada tahun
Qianlong ke-11 (1746), atau lebih muda 35 tahun dari sang
kaisar. Keluarganya berasal dari Beijing, dan semenjak ber-
umur 10 tahun He Shen sudah mulai mempelajari kitab-kitab
Konfusius dan juga tulisan Manchu dan Mongol. Pada tahun
Qianlong ke-35 (1770), He Shen yang saat itu berumur 25 ta-
hun mengikuti ujian negara di Shuntian (Ch: 顺天府), namun
tidak berhasil mendapatkan gelar. Karena latar belakangnya
sebagai suku Manchu, ia kemudian diangkat menjadi penga-
wal istana tingkat 3, dan mulai berkeliaran di istana.

He Shen dikenal sebagai pribadi yang cerdas; selain me-
nguasai bahasa China, Manchu dan Mongol, ia juga fasih ber-
bahasa Tibet. Namun pada masa itu, memiliki pengetahuan

http://facebook.com/indonesiapustaka 362 DINASTI QING (1616–1850)

yang luas dan fasih dalam banyak bahasa tidaklah cukup un-
tuk menjadi seorang pejabat besar, apalagi sampai memiliki
kedekatan dengan kaisar dan menjadi anak emasnya.

Selir yang Berdandan

Diceritakan bahwa ketika Qianlong masih kecil, pada suatu
hari ia bermain-main sampai ke kamar salah seorang selir
ayahnya yang bernama selir Nian (Ch: 年贵妃) yang saat itu
tengah duduk berdandan. Pangeran kecil yang masih senang
bercanda ini bermaksud mengagetkan selir Nian secara tiba-
tiba. Ia berjalan berjingkat dan kemudian mengejutkan da-
yang itu dari belakang. Selir Nian yang kaget itu melompat
dan berbalik, dan secara tidak sengaja menyentuh pangeran
kecil itu.

Saat itu, bagi rakyat biasa, menyentuh keluarga kaisar
adalah suatu larangan. Hal semacam ini dianggap sebagai
pelanggaran besar, dan pelakunya bisa dihukum mati. Seorang
dayang yang kebetulan lewat dan tidak sengaja melihat peris-
tiwa itu, segera melaporkannya, dan akibatnya, selir Nian di-
hukum dan kemudian dibuang. Karena tidak dapat menahan
malu, selir Nian itu akhirnya gantung diri. Kejadian ini sangat
membekas dalam hati Qianlong, dan sampai kapanpun ia tak
dapat melupakan kesalahan masa kecilnya ini.

Pada tahun Qianlong ke-37 (1772), He Shen masuk dalam
kelompok pengawal yang tugasnya mengiringi kaisar, dan tu-
gas utamanya adalah mengangkut tandu dan panji-panji kai-
sar. Wajah He Shen yang lembut mengingatkan Qianlong
akan selir Nian yang dulu bunuh diri itu. Selain itu, nama
belakang He Shen secara tidak sengaja sama persis dengan

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 363

nama putra ke-3 Qianlong yang meninggal dalam usia muda,
Pangeran Ke-3 Yongshen (Ch: 三阿哥永珅).

Selain terpikat oleh penampilannya, He Shen juga menun-
jukkan bakatnya yang besar di hadapan kaisar. Sebagai
seorang kaisar yang memiliki banyak talenta, Qianlong selalu
menyenangi orang-orang yang cerdas dan berbakat. Itulah se-
babnya, 4 tahun kemudian He Shen diangkat sebagai pejabat
tinggi, dengan jabatan pertama sebagai Pejabat Pengawas Gu-
dang Istana (Ch: 管库大臣).

Kenaikan Tingkat yang Cepat
Pada tahun Qianlong ke-15 (1780), He Shen diutus Qianlong
ke Selatan untuk menangani kasus korupsi yang dilakukan
Sekretaris Agung yang juga Gubernur Jenderal Yunnan dan
Guizhou, Li Shiyao (Ch: 李侍尧). Dengan bakatnya, He Shen
hanya memerlukan waktu dua bulan dan berhasil menangani
kasus ini dengan baik. Sekembalinya ke ibukota, ia kemudian
diangkat menjadi Kepala Kementrian Keuangan.

Dengan kenaikan pangkat yang cukup cepat ini, He Shen
berkesempatan untuk semakin dekat dengan Qianlong. Mere-
ka berdua sering menghabiskan waktu bersama untuk mem-
bahas masalah sastra dan menulis kaligrai. He Shen memang
pandai mencari muka di depan kaisar. Meskipun memiliki
jabatan yang tinggi, ia tak segan-segan mengambilkan wadah
pembuang ludah saat Qianlong terbatuk-batuk dan harus
meludah. Ini membuat Qianlong semakin menyayangi peja-
batnya yang satu ini dan memberikan berbagai pangkat dan
jabatan tinggi kepadanya.

Tercatat, jabatan-jabatan yang pernah diemban oleh He
Shen antara lain adalah:

http://facebook.com/indonesiapustaka 364 DINASTI QING (1616–1850)

1. Sebagai pejabat militer: komandan tinggi Pasukan Panji
Berbatas Biru, Putih, dan Berbatas Kuning, serta Ko-
mandan Pasukan Infantri;

2. Sebagai pejabat sipil: Pejabat Tinggi Bagian Internal
(Ch: 内务府大臣), Pejabat Pendamping Kaisar (Ch: 御
前大臣), Kepala Kementrian Keuangan (Ch: 户部尚书),
Kepala Kementrian Kepegawaian (Ch: 吏部尚书), dan
tujuh jabatan sipil lainnya;

3. Sebagai pejabat kependidikan: Pengawas Ujian Istana
(Ch: 殿试读卷官), Kepala Editor Siku Quanshu (Ch: 四
库全书馆正总裁), dan empat jabatan kependidikan lain-
nya;

4. Sebagai pejabat keuangan: Pengawas Pajak Gerbang
Chongwen (Ch: 崇文门税务监督);

5. Sebagai pejabat internal istana: Pengawas Rumah Sakit
Istana (Ch: 兼管太医院), Pengawas Kamar Obat Istana
(Ch: 御药房事物);

6. Sebagai bangsawan: Pengawal Putra Mahkota (Ch: 太子
太保), Bangsawan Tingkat 2 (Ch: 伯爵) dinaikkan men-
jadi Bangsawan Tingkat 1 (Ch: 公爵).

Sepanjang lebih dari 20 tahun karirnya di istana, He Shen
tercatat setidaknya mengalami 50 kali pengangkatan sebagai
pejabat. Dengan kekuasaan yang sangat besar, hanya ada
kaisar yang berada di atasnya, sedangkan orang lain tunduk
padanya. Persis seperti pepatah China: “kekuasaannya di
bawah satu orang di atas puluhan ribu orang” (Ch: 一人之下,
万人之上). Dengan demikian, He Shen seolah-olah menjadi
“kaisar kedua”.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 365

Tidak cukup dengan memberikan begitu banyak jabatan
dan kekayaan pada He Shen, Qianlong masih memberikan
putrinya untuk dinikahkan dengan anak laki-laki He Shen.
Pada saat upacara pernikahannya, Qianlong bahkan, “mem-
berikan anugerah yang luar biasa, bahkan kotak riasan pun
sangat mewah, sepuluh kali lipat dibandingkan pada saat
pernikahan fuma63 Fulong’an.” (Ch: “宠爱之隆, 妆奁之侈, 十
倍于前驸马福隆安时.”) Sejak saat itu, He Shen dan Qianlong
memiliki hubungan perbesanan, dan bisa ditebak bahwa He
Shen semakin menjadi besar kepala dan tamak.

Peristiwa Istana Peristirahatan Siyang
Pada zaman feodal di China kuno, untuk mempertahankan
posisi atau mendapatkan promosi tingkat jabatan, yang paling
penting adalah menjaga sistem informasi. Untuk mendapat-
kan informasi terbaru dan paling akurat mengenai hal-ikhwal
yang terjadi di dalam istana, para pejabat tidak segan mengel-
uarkan uang sogokan untuk menyuap para kasim atau pejabat
tinggi yang dekat dengan kaisar.

Sebagai orang yang paling dekat dengan kaisar, He Shen
tentu saja diandalkan oleh banyak orang untuk mendapatkan
informasi yang paling akurat dan terpercaya mengenai apa
yang sedang dilakukan oleh kaisar dan apa kesenangannya.
Sebagai imbalannya, He Shen mendapatkan uang “tanda teri-
makasih” dalam jumlah yang besar.

Suatu ketika, pada saat Qianlong hendak melakukan per-
janan ke selatan untuk kelima kalinya, He Shen mengirim-
kan surat rahasia kepada pejabat lokal di kabupaten Siyang

63 Fuma (Ch: 驸马) adalah sebutan untuk menantu laki-laki kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka 366 DINASTI QING (1616–1850)

(Ch: 泗阳县) yang bernama Guo Tai (Ch: 国泰), yang masih
kakitangan He Shen. Dalam suratnya, He Shen memerin-
tahkan kepada Guo Tai untuk membangun sebuah istana
peristirahatan di Siyang untuk dipergunakan oleh kaisar. Guo
mematuhi perintah ini dengan sungguh-sungguh, dan mem-
bangun sebuah gedung istana peristirahatan yang megah. Saat
Qianlong melakukan perjalanan ke selatan, ia menyempatkan
bersembahyang di Kuil Konfusius. Setelahnya, saat melewati
Siyang, Qianlong terpesona oleh sebuah kompleks bangunan
yang indah.

Qianlong kemudian masuk ke dalam istana tersebut dan
menemukan bahwa interior istana peristirahatan yang diba-
ngun untuknya itu sangat megah dan indah. Ia kemudian
memanggil He Shen dan menanyakan tentang penanggung
jawab pembangunan istana itu. He Shen kemudian diperin-
tahkan untuk mengundang Guo Tai untuk menghadap, dan
Qianlong memuji Guo Tai dan hasil pekerjaannya. Pangkat-
nya kemudian dinaikkan menjadi daotai (Ch: 道台), atau se-
tingkat dengan walikota pada zaman sekarang. Sebagai ucapan
terimakasih, Guo Tai memberikan uang perak dalam jumlah
yang sangat besar kepada He Shen. Dengan peristiwa ini, He
Shen mencoba menunjukkan kepada pejabat-pejabat daerah
bahwa mereka yang bersedia menjadi kakitangannya dan me-
matuhi segala perintahnya akan menikmati kedudukan yang
tinggi dan promosi yang berkelanjutan.

Ji Xiaolan, Si Gigi Tembaga

Tidak semua pejabat istana mencari muka di hadapan He
Shen. Terdapat juga beberapa orang pejabat tinggi istana
yang bersifat jujur, yang muak dengan tingkah laku He Shen

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 367

dan kroni-kroninya yang setiap hari mencari muka demi
mendapatkan kekuasaan.

Salah satunya adalah Ji Xiaolan (Ch: 纪晓岚), pejabat tinggi
istana yang sebelumnya menjabat sebagai Deputi Kementrian
Perang (Ch: 兵部侍郎), dan setelah menyelesaikan editorial
Siku Quanshu kemudian diangkat sebagai Kepala Kementrian
Ritual (Ch: 礼部尚书). Pejabat yang cerdas ini masih seumuran
He Shen, dan keduanya merupakan orang kepercayaan kaisar.
Karena kejujurannya, ia bahkan masih dipercaya oleh Jiaqing
setelah kematian Qianlong, dan sang kaisar bahkan memberi-
kan ucapan selamat ulangtahun saat Ji Xiaolan merayakan
ulangtahunnya ke-80 pada tahun Jiaqing ke-8 (1803). Ja-
batan terakhir yang diemban oleh Ji Xiaolan adalah sekretaris
agung (Ch: 大学士) dan Pengawal Putra Mahkota (Ch: 太子少
保). Jiaqing bahkan menganugerahkan papan nisan untuk Ji
Xiaolan setelah kematiannya.

Kisah perseteruan He Shen dan Ji Xiaolan berulang kali
naik ke layar kaca dan ditonton oleh jutaan penonton di Chi-
na saat ini. Seperti kisah serial Si Gigi Besi dan Taju Tembaga
(Ch: 《铁齿铜牙纪晓岚》), kisah keseharian antara Ji Xiaolan
dan He Shen memang selalu diwarnai percekcokan dan sin-
diran yang halus antara keduanya. Ji Xiaolan selalu punya cara
untuk membongkar aib He Shen dan mempermalukannya di
depan kaisar, sehingga He Shen tidak punya kata-kata untuk
membalas.

Suatu ketika, Qianlong menerima petisi yang menyebut-
kan bahwa Ji Xiaolan adalah pejabat yang tidak becus dan
hanya bisa mencari muka untuk menyelesaikan tugasnya,
nama besarnya pun hanyalah bualan saja, sedangkan “Pejabat
Tinggi He” (maksudnya adalah He Shen) adalah pejabat yang
tegas dalam menjalankan tugasnya. Qianlong kemudian

http://facebook.com/indonesiapustaka 368 DINASTI QING (1616–1850)

memanggil keduanya dan menunjukkan petisi itu kepada
mereka.

He Shen tertawa mengolok, “Yang Mulia, meskipun Ji
Xiaolan tidak memiliki kegunaan apa-apa, setidaknya am-
punilah nyawanya, lagipula ikan belut kecil juga tidak akan
mampu menggulingkan perahu besar..”

Ji Xiaolan dengan tenang membalas, “Meskipun hamba ini
bodoh dan tidak berguna, namun juga mengetahui banyak
hal di dalam dunia, kesemuanya rumit dan tidak seseder-
hana itu. Tidak semua masalah bisa diambil kesimpulannya
hanya dengan melihat satu sisi saja. Apabila ada orang yang
mengatakan kalau Pejabat Tinggi He adalah pejabat yang
terampil, dan kemudian menjelek-jelekkan hamba, hamba
tidak akan menyalahkannya. Semisal hujan yang turun se-
perti tumpahan minyak, petani pasti akan bersukacita kare-
nanya karena mendapatkan air, sedang para pelancong pasti
akan memaki-maki karena jalanan menjadi kotor dan becek.
Sinar bulan yang terang, wanita cantik pasti akan memuji-
nya karena keindahannya, sedang maling dan perampok pasti
akan mengutuki sinar terang-benderangnya. Tuhan tidak bisa
mengabulkan keinginan semua orang sesuai permintaan
mereka, apalagi hamba? Mengenai Pejabat Tinggi He, hamba
juga memahami suatu hal yang masuk akal: kotoran orang
meskipun baunya busuk, masih bisa menyuburkan tanah;
kura-kura meskipun wajahnya jelek, kulit dan dagingnya bisa
membuat orang panjang umur...”

Qianlong tertawa terbahak-bahak mendengar sanggahan
Ji Xiaolan ini, sedang He Shen tidak bisa berkata-kata dan
hanya bisa mendongkol dalam hatinya. Selain peristiwa ini,
masih banyak peristiwa lain di mana Ji Xiaolan berhasil mem-
permalukan He Shen di hadapan kaisar.

http://facebook.com/indonesiapustaka QIANLONG (1735-1795) 369

Menumpuk Harta dan Menyelewengkan Jabatan

Dengan kekuasaan yang besar di tangannya dan kasih sayang
yang luar biasa dari sang kaisar, He Shen merasa bahwa ia
tidak perlu takut akan siapapun. Ironisnya, kontras sekali de-
ngan masa-masa awal pemerintahan Qianlong di mana peja-
bat yang membangun kelompok persekongkolan akan segera
dihukum, He Shen dengan leluasa mengembangkan sayapnya
dan merangkul banyak pejabat untuk menjadi komplotan-
nya. He Shen juga menempatkan keluarga dan orang-orang
kepercayaannya pada berbagai posisi penting, seperti adiknya
He Lin (Ch: 和琳) misalnya, diangkat menjadi Gubernur Si-
chuan, sedangkan tangan kanannya yang bernama Yi Jiang’a
(Ch: 伊江阿) diangkat sebagai xunfu Shandong.

He Shen juga tidak segan-segan mengambil barang-barang
berharga di istana untuk disimpan di rumahnya sendiri. Apa-
bila ada barang bagus yang menarik pandangan matanya, ia
tak segan untuk membawanya pulang. Hal ini sempat dik-
etahui oleh Sun Shiyi (Ch: 孙士毅), zongdu Provinsi Annan
(Ch: 安南, sekarang Vietnam sebelah utara) yang datang ke
Beijing untuk menghadap kaisar. Dalam suratnya kepada
kaisar, ia bermaksud untuk mempersembahkan Botol Tem-
bakau (Ch: 鼻烟壶) kepada kaisar. Saat hendak menghadap
kaisar, ia berpapasan dengan He Shen yang tertarik dengan
benda yang ia bawa itu. He Shen yang menjabat sebagai Ke-
pala Kementrian Kepegawaian merasa bahwa Sun Shiyi sudah
keterlaluan karena tidak memberikan tanda mata apapun ke-
padanya. He Shen sedikitpun tidak merasa segan untuk me-
minta benda itu, namun Sun berdalih bahwa ia sudah terlan-
jur mengatakan kepada kaisar bahwa botol tembakau itu akan
dipersembahkan kepada beliau. He Shen menahan diri dan
berkilah bahwa ia hanya sedang bercanda, namun beberapa
hari kemudian Sun menjumpai barang yang sama persis sedang

http://facebook.com/indonesiapustaka 370 DINASTI QING (1616–1850)

dipamer-pamerkan oleh He Shen. He Shen mengaku bahwa
kaisar menganugerahkan benda itu kepadanya, namun setelah
diselidiki ternyata hal itu tidak pernah terjadi.

Pada saat disita oleh Jiaqing, harta kekayaan yang dimiliki
oleh He Shen ditaksir mencapai 1,1 milyar tael perak, atau
sekitar pemasukan tahunan dinasti Qing selama 15-20 tahun
pada zaman itu, terdiri dari 90 juta potongan uang tael perak,
1,5 juta lembar uang kertas, ukiran giok ruyi (Ch: 玉如意)
sebanyak lebih dari 1.200 batang, 600 kati64 (Ch: 斤) ginseng
Jilin, kain sutra sebanyak 4 gudang dengan nilai sekitar 800
ribu tael perak, dan banyak lagi barang berharga lainnya. Ini
menunjukkan betapa banyaknya barang berharga yang di-
tumpuk oleh He Shen di kediamannya, hasil dari korupsinya
selama ini.

Selain mengumpulkan barang berharga, He Shen tercatat
juga memiliki tanah yang luas di berbagai tempat. Pada saat
disita oleh Jiaqing, luas tanah yang dimiliki He Shen tercatat
1.266 qing65, yang terutama terletak di Beijing sebelah se-
latan dan juga kota Jinzhou di Liaoning. Pada masa itu, para
tuan tanah biasanya tidak dengan mudah menjual tanah mi-
lik mereka. Namun saat berkobarnya pemberontakan Sekte
Teratai Putih di Sichuan, para pemilik tanah menjadi was-was
kalau-kalau tanah mereka disita oleh pemberontak atau bah-
kan oleh pemerintah, dan beralih ke harta yang lebih aman
dan mudah dialihkan, seperti emas. Memanfaatkan hal ini
dan juga kedudukannya sebagai pejabat tinggi, He Shen me-
maksa para tuan tanah untuk menjual tanah mereka dengan
harga di bawah harga pasar. Setelah mendapat tanah yang

64 Fuma (Ch: 驸马) adalah sebutan untuk menantu laki-laki
65 1 kati atau jin adalah satuan timbangan di China kuno, kurang lebih sama dengan

setengah kilogram sekarang.


Click to View FlipBook Version