-40
Ruangan itu berisi berbagai kerangka dari
dinosaurus. Di depan kaki dinosaurus tersebut ada
keterangan yang menyebutkan jenis dinosaurus.
Selain itu juga dijelaskan informasi tentang
dinosaurus tersebut.
“Syifa, ini yang namanya museum. Museum
Sejarah dan Geologi Bandung,” kata mama yang
ternyata sudah di belakangku.
“Iya, Ma. Aku suka ruangan ini,” jawabku
dengan penuh antusias.
“Jangan di ruangan ini terus.Coba kamu
keliling ruangan lain! Masih banyak ruangan lain
yang belum kamu lihat,” kata mama.
Ruangan demi ruangan aku telusuri. Saat
berkeliling, rasanya aku seperti telah mengetahui
banyak misteri di bumi ini.
Setelah satu jam berkeliling dan tanpa sadar
aku telah tersesat. Saat ingin mencaripapa dan
mama, aku sendiri bingung harus berjalan ke
mana. Rasa takut dan cemas tentu saja kurasakan.
Aku semakin ketakutan saat ada orang tua
berjanggut panjang menghampiriku.
-41
“Kamu kok kelihatan kebingungan?” tanya
pria tua itu.
“Mamaku hilang,” isakku.
“Perkenalkan, namaku Pak Ahmad petugas
museum ini,” kata orang itu.
Sebenarnya aku sangat takut melihat lelaki
tua yang ternyata petugas museum itu. Namun, aku
berusaha untuk menutupinya. Ternyata beliau
orangnya baik dan ramah. Selama menemaniku
mencari mama, dia bercerita tentang sepinya
pengunjung museum.
“Anak muda sekarang lebih suka liburan ke
pantai atau gunung, dari pada berkunjung ke
museum,” kata petugas itu.
Padahal di museum ini gedungnya sudah
nyaman. Selain itu tentu banyak ilmu pengetahuan
yang kita dapatkan.
Akhirnya setelah sekian lama, aku bertemu
orangtuaku yang sedang mengamati miniatur
perkembangan bentuk muka bumi. Aku pun
meninggalkan petugas museum itu dan pergi
-42
menuju mereka. Tentunya setelah pamit dan
berterima kasih atas bantuan petugas tersebut.
Setelah itu, kami pulang dengan membawa
banyak ilmu pengetahuan yang sangat bermanfaat.
-43
HORE! SESOK PREI!
Oleh Nabila Zia Asyifarani
Pagi hari yang mendung, saat matahari belum
menampakkan wujudnya. Kesibukan di rumah kami
sudah sangat terasa. Papa sibuk mempersiapkan
perlengkapan kerjanya. Sementara mama sibuk
memasak di dapur untuk sarapan kami. Aku juga
ikut sibuk menata buku pelajaran. Namaku Rehan,
aku duduk di kelas lima SD.
Hari ini merupakan hari yang sangat
menyenangkan. Setelah menghadapi Penilaian
Akhir Tahun yang sungguh melelahkan, sekarang
saatnya menikmati hari tanpa pelajaran. Sambil
menunggu saat penerimaan rapor, kami bebas
tanpa harus mengerjakan tugas sekolah.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa Pak Erwin,
guru kelas kami.
“Mulai besok, kalian sudah libur ya!”
“Hore… sesok prei!” teriak kami.
“Gimana liburan kenaikan kelas tahun ini,
kita agendakan rekreasi?”
-44
“Setuju…,” teriak kami bersama.
Aku bersama teman-teman sekelas begitu
gembira menyambut ajakan dari Pak Guru. Saat
jam istirahat, kami mendiskusikan rencana liburan.
Kami begitu bersemangat merencanakan liburan
bersama teman sekelas tahun ini.
“Kalau untuk lokasi tujuan, aku tidak
mempermasalahkan,” kata Rio temanku.
“Terus apa yang kamu masalahkan?”
tanyaku.
“Aku ingin ada sesuatu yang beda.”
Ternyata Rio menginginkan saat liburan
kami memakai kaos seragam yang sama. Di kaos
itu ada nama dan foto kami semua. Pasti akan
terkenang sepanjang masa. Sebenarnya aku juga
setuju dengan usulan itu. Namun, aku
menyarankan agar usul tersebut disampaikan ke
teman-teman yang lainnya.
Bel berdering, tanda waktu istirahat telah
berakhir. Saatnya kami masuk kelas kembali. Di
dalam kelas, kami pun melanjutkan diskusi tentang
rencana liburan. Terutama tentang rencana
-45
memakai kaos yang sama. Semua temanku
ternyata setuju. Sekarang yang jadi masalah di
mana kami bisa memesan kaos tersebut.
Mengingat waktu yang begitu mepet.
Kami semua terdiam, karena menyadari
tidak mudah mencari tukang sablon yang mau
mendesain dan mengerjakannya dalam waktu yang
begitu singkat. Sejenak berpikir, kami pun teringat
sosok Pak Akbar yang mempunyai usaha sablon
kaos. Beliau adalah petugas perpustakaan di
sekolah kami.
Akhirnya kami menghubungi beliau dan
mengutarakan niat kami untuk membuat kaos
liburan.
“Baiklah, nanti akan bapak buatkan kaos
untuk acara liburan kalian,” kata Pak Akbar.
“Jadi bisa ya, Pak?” tanyaku.
“Bisa, semua bisa diatur.”
“Alhamdulillah kalau begitu, untuk tulisan
kami menginginkan ada kalimat Hore! Sesok Prei!”
kataku.
-46
Saat tiba waktu rekreasi, kami semua
sudah mengenakan kaos bertuliskan Hore! Sesok
Prei! Tak lupa kami mengabadikannya dengan
menggunakan kamera ponsel milik Pak Erwin.
-47
PENGALAMAN SERU
Oleh Mochammad Banyu Segara Bening
Libur sekolah adalah hari yang banyak dinanti
untuk melepas lelah. Aku menghabiskan waktu
libur panjangku di rumah nenek meskipun tanpa ibu
dan ayah. Biasanya ayah dan ibu hanya tinggal
beberapa hari di rumah nenek, setelah itu mereka
harus kembali ke Surabaya untuk bekerja.
"Rio, kamu enggak apa 'kan ditinggal di sini?
Ayah dan Ibu besok sudah masuk kerja. Jadi, nanti
sore Ayah dan Ibu balik ke Surabaya, ya," kata
ayah.
"Iya, Yah. Minggu depan jemput aku, ya!
Jangan lupa uang jajanku. Hehehe…," jawabku
sambil meringis.
"Tenang saja, sudah Ibu siapkan di tasmu,"
sahut ibu sambil membawa pisang goreng hangat
kesukaanku.
Aku sangat senang tinggal di rumah nenek.
Di sana aku bisa bertemu dan bermain bersama
saudara sepupuku.
-48
Dimas dan Bayu adalah saudara sepupuku.
Hari itu, mereka mengajakku membuat pistol
mainan dari pelepah pisang. Ayah Dimas yang
biasa kupanggil Paman Abdul, mengajari kami
membuatnya. Awalnya aku kesal karena pistol
mainanku tidak jadi. Namun, Paman Abdul
membantuku. Pistol pelepah pisangku jadi bagus
sekali.
"Horeee .... Pistolku sudah jadi. Ini keren
sekali. Dimas, Bayu, sekarang ayo kita main polisi-
polisian!" kataku penuh semangat.
Aku, Dimas, dan Bayu bermain di lapangan,
samping rumah nenek. Kami bermain sampai tiba
waktu Zuhur.
Keesokan harinya, Paman Abdul mengajak
kami pergi memancing di sungai yang tak jauh dari
rumah nenek. Ini adalah pertama kali aku
memancing. Paman Abdul sangat jago memancing.
Paman Abdul sering membawa banyak ikan
sepulang memancing.
"Wah, Paman Abdul sudah dapat satu ikan.
Ikannya besar," kataku takjub.
-49
"Kalian juga bisa dapat ikan seperti ini," kata
Paman Abdul sambil tersenyum.
"Bagaimana caranya, Paman?" tanya Bayu.
Kemudian Paman Abdul mengajari kami
beberapa trik memancing. Aku memperhatikannya,
tetapi tidak yakin kalau mendapat hasil. Benar saja
sampai sore hari aku tetap tidak mendapatkan ikan
satupun.
"Aku memang payah, semua dapat ikan
kecuali aku," kataku kesal.
"Lain kali kita mancing lagi, Rio. Ini 'kan
pertama kali kamu memancing. Besok kalau ke sini
lagi, pasti kamu bisa dapat ikan," kata Dimas
menyemangatiku.
"Iya, Rio. Masih banyak kesempatan. Hari ini
kamu hanya kurang beruntung. Kita coba lagi lain
kali. Sekarang sudah sore, kita pulang saja. Nenek
sudah menunggu," kata Paman Abdul
menghiburku.
Sesampai di rumah nenek, aku masih
penasaran dan ingin memancing lagi.
-50
Keesokan harinya, karena rasa penasaranku
yang masih belum terpenuhi, setelah sarapan aku
segera mempersiapkan peralatan dan pergi
memancing. Aku ingin mengajak Bayu dan Dimas,
tetapi aku tidak melihat mereka. Kata nenek
mereka ikut Paman Abdul jalan-jalan ke taman
yang lumayan jauh dari rumah nenek. Mereka tidak
mengajakku karena aku bangun kesiangan.
Akhirnya aku mengajak temanku, Udin. Kami
pun berangkat memancing berdua.
Sesampai di tempat pemancingan, perut
Udin sakit. Udin segera mencari WC terdekat.
"Tunggu aku di sini ya, jangan turun dulu
karena jalannya agak licin," kata Udin
mengingatkanku.
"Iya, Din. Tenang saja, aku ‘kan tidak
sendirian. Di sana juga ada beberapa orang,"
kataku sambil menunjuk beberapa orang yang
sedang memancing.
"Kalau gitu aku tinggal ya, sudah enggak
tahan, nih," sahut Udin yang dari tadi memegangi
perutnya.
-51
Udin lama sekali belum kembali. Akhirnya
kuputuskanuntuk turun ke sungai sambil
mempraktikkan apa yang sudah diajarkan Paman
Abdul. Benar saja, tak lama alat memancingku
bergerak, tanda ada ikan yang memakan umpan.
Saat mengatur posisi untuk menggulung alat
pancing, aku terpeleset dan jatuh ke sungai. Aku
berusaha naik ke tepi sungai, tetapi sulit. Orang
yang memancing bersamaku tadi sudah pergi
entah ke mana. Tak ada satu orang pun di sana.
Mulutku komat-kamit membaca doa dan
terus berusaha naik ke tepi sungai, tetapi gagal
lagi. Udin lama sekali belum juga kembali. Aku
mencoba naik lagi, kemudian ada orang yang
mendekat ke arahku.
"Ayo sini pegang tanganku!" kata orang itu.
Orang itu membantuku naik ke tepi sungai.
Aku sangat bersyukur, akhirnya aku bisa naik. Tak
lama kemudian Udin datang.
"Loh, kamu kenapa, Rio?" tanya Udin heran.
"Aku tadi hampir saja dapat ikan, tetapi
terpeleset dan jatuh. Beruntung ada paman ini yang
-52
menolongku," jawabku sambil menunjuk orang
yang sudah menolongku.
"Lain kali hati-hati ya, Dik! Di sini memang
agak licin," kata orang itu menasihati.
"Iya, Paman. Terima kasih sudah
membantuku," kataku.
Akhirnya aku dan Udin memutuskan untuk
pulang karena bajuku basah kuyup. Kemudian Udin
mengantarku ke rumah nenek.
Sesampai di rumah nenek, aku
menceritakan kejadian yang kualami kepada nenek
dan Paman Abdul. Beliau menasihatiku agar lebih
berhati-hati. Ada sedikit rasa kecewa karena aku
gagal mendapatkan ikan. Namun, Paman Abdul
berjanji akan mengajakku memancing lagi besok.
Keesokan harinya, Paman Abdul bersama
Dimas dan Bayu telah siap dengan peralatan
memancingnya. Aku senang sekali karena kali ini
aku pulang membawa ikan hasil tangkapanku.
-53
MENCARI BELLA
Oleh Rasya Dwi Aishar
"Bella, Arya, ayo bangun! Katanya mau
berkemah," suara mama dari depan pintu kamar
bagai petir, membuat Bella beranjak dari tempat
tidur.
Sedangkan Arya masih bersembunyi di
balik selimutnya.
Bella dan Arya sudah berencana akan
berkemah bersama mama dan papanya ke Bumi
Perkemahan Bedengan.
“Kakak, Ayo bangun! Saatnya kita
berkemah. Bukankah ini hari yang kita tunggu-
tunggu?” tanya Bella sambil menggoyang-
goyangkan badan Arya.
"Iya, bawel," sahut Arya masih setengah
sadar.
Mama dan papa sudah menunggu Bella
dan Arya untuk sarapan. Tak lama yang ditunggu
datang juga. Mereka pun makan bersama.
-54
Setelah itu, mereka berangkat menuju Bumi
Perkemahan Bedengan.
Sesampai di Bumi Perkemahan Bedengan,
papa dan Arya mendirikan dua tenda dan membuat
api unggun. Sedangkan Bella dan mama sibuk
menyiapkan makan malam.
Setelah makan malam bersama, Bella dan
Arya mengambil baju hangatnya karena hawa
dingin begitu menusuk kulit. Sambil menikmati
langit yang bertabur bintang, mereka duduk di
depan api unggun. Mereka asyik bercerita sampai
tak terasa sudah larut malam.
“Sepertinya sudah larut malam, ayo kita
tidur dulu, besok pagi kita lanjut jalan-jalan,” kata
mama mengakhiri obrolan mereka.
“Siap, Ma,” kata Bella dan Arya.
Mereka menuju tenda masing-masing. Arya
satu tenda bersama papa sedangkan Bella
bersama mama.
Keesokan hari, teriakan mama
mengagetkan papa dan Arya.
“Ada apa, Ma? tanya papa.
-55
“Bella di mana?” tanya mama panik.
“Loh, tadi malam ‘kan tidur sama Mama?”
jawab papa.
“Iya, tapi tadi saat Mama bangun, Bella
sudah tidak ada di dalam tenda,” kata mama.
“Ayo, Pa, kita cari di sekeliling sini!” kata
Arya ikut panik.
Papa dan Arya mencari di sekeliling tenda,
tetapi tidak menemukan Bella. Sedangkan mama
menunggu di depan tenda.
“Bella… Bella…” teriak Arya sambil terus
berjalan mencari Bella.
Arya terus meneriakkan nama Bella, tetapi
tidak ada yang menyahut.
Kemudian di tengah pencarian, Arya dan
papa bertemu seseorang dan bertanya tentang
Bella, tetapi orang itu tidak melihat Bella.
Setelah berkeliling cukup jauh, Papa dan
Arya masih belum menemukan Bella. Kemudian
mereka memutuskan kembali ke tenda.
Mama semakin panik karena melihat papa
dan Arya tidak bersama Bella. Mama sampai
-56
pingsan karena dari tadi belum makan dan masih
memikirkan keberadaan Bella.
Beberapa saat kemudian, ada seseorang
yang datang mengantar Bella. Papa dan Arya
menatap ke arah Bella dan orang yang
mengantarnya. Bella segera menghampiri mama
yang tergeletak di pangkuan papa.
“Mama… Mama kenapa?” teriak Bella
sambil berjalan pincang mendekati mama.
Mama membuka matanya dan memeluk
Bella.
“Kamu dari mana saja, Bella? Kamu baik-
baik saja 'kan? Kok kakimu pincang gitu?” tanya
mama khawatir.
“Bella baik-baik saja, Ma. Bella tadi kebelet
pipis, tetapi Mama sedang tidur nyenyak. Jadi Bella
pipis sendiri. Tempatnya agak jauh. Kemudian saat
mau kembali, Bella melihat ada anak monyet yang
tertimpa ranting pohon yang tumbang, lalu Bella
menolongnya. Saat menolong anak monyet itu,
Bella enggak sadar sudah menginjak ranting pohon
yang runcing. Syukurlah ada Pak Wawan yang
-57
lewat dan menolongku. Pak Wawan membawa
Bella ke rumahnya. Istrinya mengobati Bella dan
juga anak monyet itu. Mereka memberi Bella
makan, kemudian Pak Wawan mengantar Bella ke
sini. Maafkan Bella sudah membuat Mama dan
yang lain panik,” kata Bella menjelaskan.
Mama terlihat lega karena Bella sudah
kembali. Sebelum pak Wawan pergi, papa dan
mama mengucapkan terima kasih kepadanya.
“Bella sayang, lain kali kamu harus pamit
dulu ya sebelum pergi, biar tidak membuat khawatir
Papa dan Mama,” nasihat papa.
“Iya, Pa. Maafkan Bella ya, Ma, Pa!”
“Trus, Kakak enggak disebut?” goda Arya.
“Iya, maafkan Bella, Kakakku yang
ganteng,” jawab Bella sambil merangkul tangan
Arya.
Setelah semua berkumpul dan keadaan
mama sudah membaik, mereka melanjutkan
rencana yang sudah mereka buat. Mereka jalan-
jalan menuju air terjun.
-58
AYO SEMANGAT, FIDA!
Oleh Siti Rafida Putri Ningsih
Pagi ini sangat seru. Terlebih ketika bunda di TK
memberitahu bahwa kami akan pergi jalan-jalan
naik bus. Aku dan teman-teman bersemangat untuk
segera liburan.
Bunda mengajak kami pergi ke sebuah
tempat wisata di Kota Malang. Wah, pasti seru!
Aku memberitahu ibu, jika akan diadakan
wisata bersama bunda di TK. Ibu juga senang dan
bersemangat. Ibu membantuku mempersiapkan
segala sesuatu yang dibutuhkan. Mulai dari bekal,
pakaian yang akan aku kenakan hingga pakaian
ganti.
Hari itu pun tiba, aku dibangunkan ibu.
“Fida, ayo bangun!Jangan sampai
terlambat, nanti busnya keburu berangkat loh,” kata
ibu membangunkanku dari luar kamar.
Perlahan kubuka mataku. Badanku terasa
berat dan bangun pun tidak semangat.
-59
CEKLEK ….
Pintu kamar kubuka.
Ibu datang menghampiriku, kemudian
berkata, “Kamu kenapa? Kok terlihat lesu?”
Aku hanya menggeleng. Ibu memegang
dahiku, tangan ibu terasa dingin.
“Loh, kok kamu agak demam?” tanya ibu
sedikit khawatir
“Iya, Bu,” jawabku lemas.
“Gimana? Masih tetap mau ikut liburan
tidak?” tanya Ibu.
“Mauuuu…,” jawabku.
“Ya sudah, sekarang kamu mandi air
hangat, terus siap-siap dan sarapan ya,” kata ibu.
Aku melakukan apa yang disuruh oleh ibu.
Selesai mandi dan siap-siap aku menemui ibu di
meja makan. Aku pun makandisuapi ibu.
Setelah selesai semua, aku berangkat ke
titik kumpul yang telah ditentukan. Di sana aku
melihat bunda dan teman-teman sudah berkumpul.
Melihat aku datang, mereka terlihat bahagia
karena akhirnya aku datang juga. Ternyata, mereka
-60
hanya tinggal menungguku.Ibu pun meminta maaf
karena terlambat dan menceritakan keadaanku.
“Semangat, Fida!” kata Bunda Tri
menyemangatiku.
Aku hanya tersenyum malu.
Bus berangkat menuju tempat wisata tujuan
kami. Sampai di sana, aku dan teman-teman
langsung ganti baju untuk siap-siap berenang.
Saat itu kurasakan badanku sudah agak
enakan. Aku lompat ke dalam kolam.
BRRRR….
Airnya kolamnya sangat dingin. Seperti
mandi bercampur es.
Beberapa bunda ikut berenang, begitu pula
Bunda Tri. Akhirnya aku berenang bersama Bunda
Tri. Walaupun sebenarnya aku belum bisa
berenang. Hanya merendamkan badan saja.
“Dingin Bu, Fida mau naik dulu ya,” pamitku
pada Bunda Tri.
“Iya, hati-hati melangkahnya,” jawab Bunda
Tri mengkhawatirkanku.
-61
Aku berlari menghampiri ibu yang sudah
siap dengan semangkuk soto di meja.
“Loh, sudah selesai berenangnya? Baru
mau Ibu panggil untuk makan,” kata ibu.
“Sudah, Bu, dingin soalnya,” sahutku.
Ibu mengantarku untuk ganti baju, setelah
itu kembali menyuapiku dengan soto yang rasanya
enak.
“Jangan lupa setelah ini diminum obatnya,
ya,” pesan ibu padaku.
“Siap, Bu,” jawabku.
Selesai makan, aku minum obat. Badanku
sudah tidak terasa lemas seperti tadi pagi.
Terimakasih ibu sudah merawatku. Liburan ini tetap
terasa seru.
-62
TELAGA SARANGAN
Oleh Rayi Biru Kusumawardhani
Aku dan keluarga akan pergi berlibur ke Telaga
Sarangan. Sebuah telaga yang terletak di Kota
Magetan. Kami berangkat tepat pukul 12 siang.
Kami berangkat naik mobil. Semua
perlengkapan tak lupa kami bawa dalam beberapa
koper besar. Perjalanan panjang pun dimulai.
Saat diperjalanan, aku merasa bosan dan
lapar.
“Kapan kita sampai?” tanyaku.
“Sebentar lagi. Ayo, makan jajan dulu biar
tidak lapar,” jawab eyang menenangkanku.
Aku makan perbekalan yang tadi sudah
disiapkan, ada jajan pasar,keripik, dan juga
makanan ringan lainnya. Lumayan untuk
mengganjal perut.
Satu jam berlalu. Akhirnya kami sampai di
tempat tujuan. Ayah memarkirkan mobil lalu kami
semua turun. Ternyata udara di sini sangat dingin.
-63
Aku memakai jaket yang diberi ibu agar tidak
kedinginan.
“Ayo, beli bakso!” ajak ibu pada kami semua.
“Ayo!” jawabku penuh semangat.
Kami menghampiri penjual bakso yang ada
di sana. Masing-masing dari kami memesan satu
porsi bakso. Makan bakso di udara yang dingin
merupakan satu perpaduan yang mantap.
Tanpa terasa aku sudah habis dua
mangkok.
“Wah, kenyang sekali!” kataku kemudian.
“Ya jelas, orang kamu habis dua mangkok
besar,” sahut ayah menggodaku.
Kami semua tertawa.
Selesai makan bakso, kami menikmati
indahnya pemandangan Telaga Sarangan. Tanpa
terasa, hari sudah mulai gelap dan udara semakin
dingin. Kami kembali masuk ke dalam mobil dan
bersiap menuju lokasi selanjutnya.
Kami berhenti di halaman sebuah vila yang
letaknya tidak jauh dari telaga. Di sana sudah ada
beberapa saudara ayah yang sudah berkumpul.
-64
Ayah dan ibu juga eyang saling bertegur sapa
dengan mereka. Begitu pun aku. Namun sayang,
tidak ada anak seumuranku.
Malamnya, kami semua ditraktir makan di
sebuah restoran belakang vila oleh saudara ayah.
Menu makanannya banyak dan rasanya juga enak.
Selesai makan, diadakan sebuah
perlombaan kecil-kecilan agar memeriahkan
suasana. Nama permainannya adalah kaleng
berguling.
Sebuah kaleng minuman digulingkan di atas
meja. Bila mengenai hadiah yang sudah disiapkan
maka hadiah dapat dimiliki.
“Wah asyik, aku mau hadiah uangnya!”
seruku pada eyang.
“Memang mau dibuat apa nanti uangnya?”
tanya eyang penasaran.
“Buat beli bakso, hehe,” jawabku tetap
semangat.
Eyang, ayah, dan ibu reflek tertawa kecil
mendengar jawabanku.
-65
Tibalah saatku bermain. Satu orang
mendapatkan kesempatan tiga kali mencoba. Aku
dengan penuh semangat menggulingkan
kalengnya. Aku sangat ingin memenangkan hadiah
uangnya. Namun, hingga kesempatan ketiga aku
tetap gagal mendapatkan hadiah. Bagiku bukan
masalah, karena dalam permainan atau
perlombaan kalah menang adalah hal biasa.
Keesokan harinya, ada senam pagi.Banyak
peserta yang mengikuti senam pagi tersebut.
“Hore, senang sekali liburan di Sarangan ini.
Seru walaupun dingin!” seruku pada ayah dan ibu
yang ada di sampingku.
“Iya, aku juga suka di Sarangan. Andai kita
menginapnya lama,” sahut salah satu saudara ayah
yang berada di dekatku.
Untuk memeriahkan senam pagi ini juga
akan diadakan sebuah perlombaan. Yakni, peserta
senam dibagi menjadi dua kelompok, kiri dan
kanan. Kelompok yang kompak akan
menjadipemenang.
-66
Kelompok kiri dan kelompok kanan siap
mengikuti gerakan senam yang dipimpin oleh
instruktur senam.
Aku dan ibu ikut kelompok kiri, sedangkan
ayah ikut kelompok kanan. Gerakan senam pun
dimulai, cukup sulit tetapi masih bisa diikuti. Ada
beberapa orang yang cukup kerepotan mengikuti
gerakannya. Untunglah kelompok kiri cukup
kompak dan semangat. Juri pun memutuskan
kelompok kiri adalah juaranya.
“HOREEE ….” seruku penuh kegirangan.
Kelompok kami mendapatkan bingkisan kecil
sebagai hadiahnya.
-67
MAKAN TANPA MINUM
Oleh Keany Riski Anindya Putri
Namaku Riski, liburan tahun ini aku pergi ke rumah
nenekku. Seperti yang sudah direncanakan
sebelumnya, aku berlibur di desa. Karena aku
menginginkan suasana yang berbeda dari
sebelumnya. Desa itu berbeda dengan kota. Di sini
udaranya sejuk, suasananya damai dan masih
tenang. Saat pagi hari tiba, suara kicauan burung
saling bersahutan satu sama lainnya. Ayam jantan
berkokok menyambut hadirnya sang mentari pagi.
Di desaku banyak mainan anak-anak yang
masih alami. Seperti bermain air dan mandi di
sungai. Bermain masak-masakan dari bahan
rumput dan tumbuh-tumbuhan yang lain. Selain itu
juga bisa bermain bola bekel, dakon, catur dan lain
sebagainya. Di sini masih jarang anak yang
bermain gadget.
Suatu hari aku diajak pergi ke pantai, yang
ada di sekitar desaku. Bersama paman dan
tanteku, tidak ketinggalan juga saudara sepupuku.
-68
Saat tiba di pantai aku langsung bermain layang-
layang. Angga kakak sepupuku sudah
mempersiapkan layang-layang yang akan kami
gunakan untuk bermain lengkap dengan benangya.
Paman Denny membantu kami untuk
menerbangkan layang-layang.
“Apakah kalian sudah siap bermain?”
tanyapaman.
“Siap paman, ayo segera kita terbangkan!”
jawabku.
“Baiklah kalau begitu, Angga yang mengatur
posisi layang-layang,” kata paman.
Kemudian paman menarik dan mengulur
benang layangan tersebut denganpenuh semangat
yang membara sehingga layang-layang bisa
terbang tinggi di angkasa.
Hari sudah mulai beranjak siang, kami mulai
kelelahan. Aku dan Angga kehausan, karena dari
tadi terus bermain tanpa istirahat.
“Paman, kita istirahat dulu ya,” kataku
-69
“Silakan, kalian bisa berteduh di bawah
pohon yang rindang itu,” kata paman sambil
menunjuk sebuah pohon beringin.
Aku langsung berlari menuju pohon tersebut.
Di situ sudah ada tante Ana yang sedang duduk di
atas tikar. Beliau langsung menyiapkan makan
siang buat kami. Ada nasi kuning dengan lauk
ayam panggang yang sudah disiapkan dari rumah.
“Ayo makan yang banyak ya!” kata tante Ana
“Iya tante,” jawabku.
Setelah menghabiskan sepiring nasi kuning,
aku mencari minuman. Ternyata aku tidak
menemukan air untuk kami minum. Setelah
kutanyakan, tante nampak kebingungan.
“Lho perasaan tadi sudah tante siapkan,”
“Sudah saya cari di sekitar sini tapi tidak
ketemu te,” kataku.
“Berarti tante yang lupa membawa air
minum,”
“Ya sudahlah kalau lupa ya kita beli minum
di warung saja ya,” kata paman.
-70
Setelah kami semua selesai makan,
kemudian bersiap menuju warung untuk membeli
minum. Sesampainya di warung kami begitu
terkejut, ternyata semua minuman telah habis
terjual. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang.
“Liburan ini benar-benar mengesankan atau
mengesalkan ya?” tanya paman.
“Pasti mengesankan paman,” kataku.
“Kok bisa?” tanya tante.
“Karena baru liburan kali ini kami bisa makan
tanpa minum,” jawabku yang disambut tawa paman
dan Angga saudara sepupuku.
Liburan ke pantai kali ini harus kami akhiri
dengan kejadian tante yang lupa membawa
minuman. Namun aku tetap senang sekali dengan
pengalaman ini.
-71
DEMI KONTEN
Oleh Regan Racikal Sakti
Perkenalkan namaku Regan. Aku senang sekali
membuat video demi mengisi akun Youtube dan
Instagram.Setiap ada kesempatan untuk membuat
video pasti aku sempatkan, untuk membuatnya.
Apalagi kalau ada perjalanan ke tempat wisata
pasti aku dokumentasikan.
Karena terlalu sering membuat video sampai
memori di gawaiku sudah penuh. Liburan tahun ini,
keluargaku merencanakan untuk mengadakan
rekreasi ke daerah Kota Batu. Kami bersepakat
untuk mengunjungi San Terra. Malam itu setelah
makan bersama, papa menanyakan kembali
tentang rencana liburan keluarga.
“Bagaimana anak-anakku liburan tahun ini
kita jadi ke San Terra ya?” tanya papa membuka
percakapan.
“Iya Pa, sesuai rencana awal saja,” jawab
mama.
-72
“Besok kita berangkat jam berapa, Pa?”
tanyaku.
“Kita berangkat jam 6 pagi ya,”
“Baiklah, kalau begitu segera tidur ya anak-
anak!” perintah mama.
Aku bersama adikku yang bernama Zahira
segera bergegas menuju kamar tidur masing-
masing. Aku sudah tidak sabar lagi untuk segera
menikmati liburan bersama keluarga. Semoga
malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak agar
besok bisa bangun tepat waktu.
***
Sinar mentari mulai menyelinap masuk
melalui celah jendela rumah kami. Pagi itu keluarga
kami begitu sibuk mempersiapkan untuk acara
rekreasinya. Mama masak cukup banyak tidak
seperti biasanya. Papa sibuk mempersiapkan
perlengkapannya. Aku dan Zahira juga ikut
membantu memasukkan bekal kami ke dalam tas
piknik.
“Baiklah ayo kita mulai perjalanan menuju
tempat wisata,” kata papa.
-73
“Semoga perjalanan kita hari ini senantiasa
dalam lindungan Allah,” sahut mama.
Setelah menempuh perjalanan selama 2
jam. Akhirnya sampai juga kami di tempat tujuan.
Seperti biasa begitu sampai lokasi, aku langsung
menyalakan kamera untuk mengambil video. Mulai
membuka pintu mobil aku videokan.
Hatiku sangat senang sekali bisa berlibur
bersama kedua orang tua dan adikku. Aku
bersemangat untuk mengambil video mulai
memasuki tempat wisata. Sudah terbayang video
liburan ini akan ku unggah di akun Youtube
punyaku.
Karena terlalu bersemangat untuk
mengambil video di setiap kesempatan,tanpa
tersadar aku terjatuh. Selain menahan rasa sakit,
aku juga menahan rasa malu dilihat orang sekitar.
Mereka berlarian mendekat untuk menolongku.
Papa dibantu petugas keamanan membopongku ke
ruang kesehatan, untuk diberikan pertolongan
darurat.
-74
Setelah diberikan pengobatan secukupnya,
aku diperbolehkan meninggalkan posko kesehatan.
Namun aku masih kesulitan untuk berjalan normal
lagi. Setelah keluarga kami berdiskusi, akhirnya
diputuskan untuk kembali pulang.
Aku merasa sangat bersalah dengan
keluargaku. Karena terlalu bersemangat mengambil
video demi keperluan konten, kami gagal liburan.
Semoga lain waktu aku bisa lebih waspada dan
berhati-hati.
-75
SEMBELIT BIKIN SULIT
Oleh Satria Wahyu Anditya Putra
Liburan sekolah merupakan waktu yang sangat
dinantikan semua siswa. Setelah mengikuti
kegiatan belajar di sekolah selama satu semester.
Hari ini terakhir masuk sekolah, besok kami sudah
libur akhir semester. Aku dan teman-teman sangat
bersemangat mengikuti pelajaran hari ini.
“Hari ini terakhir kalian masuk sekolah,
besok sudah libur,” kata pak Sholeh guru kelas
kami.
“Hore … besok liburan,” teriak kami semua.
“Pesan Pak Guru, gunakan waktu liburan
kalian sebaik-baiknya.”
“Baik, Pak. Namun, selama liburan ini tidak
ada tugas sekolah, ya?” tanyaku.
“Tidak ada tugas Satria,” jawab pak Sholeh.
“Jadi selama liburan Pak Guru tidak
membebani kalian dengan tugas sekolah.”
Alhamdulillah, kataku dalam hati. Berarti
liburan semester tahun ini aku bisa menikmati
-76
waktuku secara bebas dan lepas. Karena
pengalaman sebelumnya setiap libur sekolah, pasti
ada saja tugas dari sekolah. Seperti membuat
cerita pendek ataupun membuat prakarya.
Selepas pelajaran berakhir, aku bergegas
pulang ke rumah. Selama perjalanan pulang, aku
merencanakan untuk kegiatan selama liburan
besok. Dua minggu liburan sekolah tentu akan
sangat menjenuhkan apabila tidak diisi dengan hal
yang menarik.
“Satria, apa rencanamu untuk mengisi
liburan semester ini?” tanya mama.
“Hampir semua teman-teman Satria liburan
ke desanya, Ma,” jawabku.
“Apakah kamu juga menginginkannya, Nak?”
“Iya, Ma, tetapi kita ‘kan tidak mempunyai
desa.”
“Bisa diatur,” papa menyahut.
Ternyata papa sudah memesan vila jauh
hari sebelumnya. Tahun ini orang tuaku sudah
menyiapkan acara spesial untuk mengisi liburan.
Tanpa sepengetahuanku, papa dan mama
-77
mengajakku liburan di desa wisata. Jadi selama
tiga hari kami akan menginap di vila. Tentu aku
sangat senang sekali mendapat kejutan seperti ini.
***
Saat matahari berada tepat di atas kepala,
kami memulai perjalanan menuju vila yang sudah
dipesan sebelumnya. Sesampai di lokasi, sudah
tersaji beraneka ragam menu makanan. Tanpa
ragu lagi aku langsung mengambil menu makanan
favoritku, ayam bakar.
“Kamu belum cuci tangan ‘kan?” tanya papa.
“Oh iya, maaf Satria lupa, Pa,” jawabku.
Karena sudah terlanjur menikmati kelezatan
ayam bakar, aku lanjutkan saja memakannya.
Setelah makan aku langsung meneguk gelas di
hadapanku yang berisi es degan.
Setelah kenyang aku menuju kamar untuk
tidur tanpa menghiraukan papa dan mamaku yang
masih di ruang tengah. Setelah beberapa jam aku
tidur, kuterbangun. Kurasakan sakit perut yang
begitu menyiksaku. Aku teriak kesakitan dalam
kamar.
-78
“Kamu sakit ta?” tanya mama.
“Iya Ma, perutku sembelit terasa sangat
sakit,” jawabku.
“Baiklah kalau begitu kamu harus segera
minum obat!”
“Karena Satria sakit perut, jadinya kita cukup
liburan di kamar saja, ya,” kata papa.
Aku merasa bersalah, karena perbuatanku
yang langsung makan tanpa mencuci tangan.
Akhirnya aku merasakan sambelit, yang
mengakibatkan kegiatan liburan keluarga kami jadi
berantakan.
Bibit Penulis
SDN Margorejo VI Surabaya
M. RICO KHAFIDZ AL-AMIN
Terjebak di Dunia Kartun
SYIFA SAUQIYA IRDINA
Gedung Tua
NABILA ZIA ASYIFARANI
Hore.... Sesok Prei!
CITA FEBRINA ZAMIL
Penari Barong
Bibit Penulis
SDN Margorejo VI Surabaya
SHENDY PUTRI ERDIANSYAH
Pertunjukan Gajah
AZRA AZALIA AZURA
Mabuk Laut
KHALIMATUS SYAKDIYAH
Seluncuran
RISFANI ANINDYA SAFIQAH
Si Belang yang Lucu
Bibit Penulis
SDN Margorejo VI Surabaya
NUR LAILA
Pantai Camplong
KEANY RISKI ANINDYA PUTRI
Makan Tanpa Minum
REGAN RACIKAL SAKTI
Demi Konten
SATRIA WAHYU ANDITYA PUTRA
Melilit Bikin Sulit
Bibit Penulis
SDN Margorejo VI Surabaya
MOCHAMMAD BANYU SEGARA B.
Pengalaman Seru
RASYA DWI AISHAR
Mencari Bella
RAYI BIRU KUSUMAWARDHANI
Telaga Sarangan
SITI RAFIDA PUTRI NINGSIH
Ayo Semangat, Fida!