BaEkhaaWnarAdajtai (rA1C215011)
Biologi
Struktur dan Fungsi Sel Penyusun
Jaringan pada Tumbuhan
Untuk SMA/MA Kelas XI Semester I I
Eka Wardati A1C215011 2017
B A N J A R1 M A S I N
Eka Wardati (A1C215011)
Materi Untuk Mata Pelajaran Biologi kelas XI Semester I
Struktur dan Fungsi Sel Penyusun Jaringan pada
Tumbuhan
Eka Wardati
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARMASIN
2
Eka Wardati (A1C215011)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT. Atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya pulalah bahan ajar Biologi Materi Struktur dan Fungsi Sel Penyusun
Jaringan Pada Tumbuhan ini dapat diselesaikan denan baik.
Bahan ajari ini membahas materi biologi kelas XI Semester I Pada Materi
Struktur dan Fungsi Sel Penyusun Jaringan pada Tumbuhan secara menyeluruh
berdasarkan kurikulum tahun 2013 yang mengembangkan proses pembelajaran
peserta didik.
Saya menyadari bahwa bahan ajar ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, saya mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan bahan ajar ini pada masa
yang akan datang. Akhir kata saya mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dan mendukung saya dalam membuat bahan ajar ini.
Banjarmasin, 26 November 2017
Eka Wardati
i
Eka Wardati (A1C215011)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................i
DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
KOMPETENSI INTI & KOMPETENSI DASAR ............................................................. iii
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)........................................................................... iv
Struktur dan Fungsi Sel Penyusun Jaringan pada Tumbuhan ...................................... 1
I. Jenis-Jenis Jaringan Tumbuhan .................................................................................. 1
Gambar 1.1 jaringan tumbuhan ......................................................................................... 1
1. Jaringan Meristem ...................................................................................................... 1
2. Jaringan Dewasa (Permanen) ................................................................................... 4
II. Organ Pada Tumbuhan ........................................................................................... 13
III. Sifat Totipotensi Dan Kultur Jaringan ................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 22
ii
Eka Wardati (A1C215011)
KOMPETENSI INTI & KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran 1.1 Mengagumi keteraturan dan
agama yang dianut kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi sel, jaringan organ
penyusun sistem dan bioproses yang
terjadi pada mahluk hidup.
2. Menghayati dan mengamalkan 2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, dan tekun
perilaku jujur, disiplin, tanggung dalam setiap tindakan dan dalam
jawab, peduli (gotong royong, melakukan pengamatan dan percobaan
kerjasama, toleran, damai), santun di dalam kelas/laboratorium maupun
responsive dan proaktif dan diluar kelas/laboratorium.
menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai
permasalahan dalam berinteraksi
secara efektif dengan lingkungan
sosial san alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan
bangsa dalam pergaulan dunia
3. Memahami, menerapkan, 3.3 Menerapkan konsep tentang keterkaitan
hubungan antara struktur sel pada
menganalisis pengetahuan factual, jaringan tumbuhandengan fungsi organ
pada tumbuhan berdasarkan hasil
konseptual, procedural berdasarkan pengamatan.
rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan
kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta
menerapkan pengetahuan procedural
pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya
untuk memecahkan masalah.
iii
Eka Wardati (A1C215011)
4. Mengolah, menalar dan menyaji 4.1Menyajikan data tentang struktur
anatomi jaringan pada tumbuhan
dalam ranah konkret dan ranah berdasarkan hasil pengamatan untuk
menunjukkan pemahaman hubungan
abstrak terkait dengan antara struktur dan fungsi jaringan
pada tumbuhan terhadap bioproses
pengembangan dari yang yang berlangsung pada tumbuhan.
dipelajarainya disekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan
metoda sesuai kaidah keilmuan.
Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
1.1.1 Menjelaskan keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang
struktur dan fungsi jaringan tumbuhan melalui Q.S Al-Infitar:7-8, Q.S Al-
Insaan: 28, dan Q.S Al-Mu’minun: 20 .
2.1.1 Melakukan pembelajaran tentang Struktur Jaringan pada Tumbuhan
dengan teliti dan tekun dalam setiap tindakan dan dalam melakukan
pengamatan dan percobaan di dalam kelas/laboratorium maupun diluar
kelas/laboratorium.
3.3.1 Menentukan jenis-jenis jaringan tumbuhan melalui pengamatan.
3.3.2 Menganalisis organ pada tumbuhan.
3.3.3 Menguraikan sifat totipotensi dan kultur jaringan.
4.1.1 Membuat laporan hasil pengamatan tentang jenis-jenis jaringan
tumbuhan.
4.1.2 Membuat charta tentang organ tumbuhan yang telah dibuat
4.1.3 Membuat kliping tentang dampak sifat totipotensi dan kultur jaringan
yang berkembang saat ini.
iv
Eka Wardati (A1C215011)
Struktur dan Fungsi Sel Penyusun Jaringan pada
Tumbuhan
I. Jenis-Jenis Jaringan Tumbuhan
Jaringan adalah sekelompok sel- Gambar 1.1 jaringan tumbuhan
sel yang memiliki struktur dan
fungsi sama. Berdasarkan aktivitas
pembelahan sel selama fase
pertumbuhan dan perkembangan
sel/jaringan tumbuhan, jaringan
pada tumbuhan dibagi menjadi dua,
yaitu jaringan meristem dan (Sumber: Rere, 2017)
jaringan dewasa (permanen).
1. Jaringan Meristem
Jaringan meristem adalah jaringan yang terus-menerus mengalami
pembelahan atau masih bersifat embrionik. Sel-sel meristem membelah terus
untuk menghasilkan sel-sel baru, beberapa hasil pembelahan akan tetap
berada dalam jaringan meristem yang disebut sel inisial atau sel permulaan.
Sedangkan sel-sel baru yang digantikan kedudukannya oleh sel meristem
disebut derivatif atau turunan. Proses pertumbuhan dan spesialisasi secara
morfo-fisiologi sel yang dihasilkan oleh meristem disebut diferensiasi.
Jaringan yang mengalami diferensiasi akan kehilangan karakteristik
embrioniknya dan menjadi dewasa/permanen.
Ciri-ciri jaringan meristem
✓ Sel-selnya muda, aktif melakukan pembelahan dan pertumbuhan
✓ Ukuran selnya kecil dan seragam
✓ Letak sel-sel rapat, tidak ada ruang antar sel.
✓ Bentuk sel bervariasi: bulat, lonjong, atau poligonal dengan dinding sel
tipis
✓ Banyak mengandung sitoplasma sebagai tempat terjadinya berbagai reaksi
✓ Memiliki inti sel satu atau lebih, inti sel relatif besar
✓ Vakuola kecil atau hampir tidak ada.
1
Eka Wardati (A1C215011)
a. Berdasarkan asal pembentukkannya meristem dibedakan menjadi
promeristen, meristem primer dan meristem sekunder.
✓ Promeristem, jaringan yang ada pada saat tumbuhan masih dalam
tingkat embrio.
✓ Meristem primer adalah, Meristem yang sel-selnya secara langsung
berkembang dari sel-sel embrionik, atau lanjutan dari kegiatan
embrio/lembaga. Meristem primer, misalnya pada ujung akar dan
ujung batang, mengakibatkan pertumbuhan primer berupa
pertambahan tinggi. Daerah meristematik yang dibentuk
promeristem berupa: protoderma, prokambium dan meristem dasar
(ground meristem). Ketiganya inilah yang disebut sebagai meristem
primer. Protoderma akan membentuk jaringan epidermis.
Prokambium akan membentuk kambium fasikuler/intrafasikuler
yang nantinya membentuk jaringan pembuluh primer (xilem primer
dan floem primer). Meristem dasar akan membentuk jaringan dasar
tumbuhan yang mengisi empulur maupun korteks, misalnya
parenkim, kolenkim dan sklerenkim.
✓ Meristem sekunder adalah, Gambar 1.2 jaringan meristem
Meristem yang berkembang dari sekunder
jaringan dewasa yang sudah
mengalami diferensiasi dan
menjadi bersifat embrional
kembali. Contohnya adalah
kambium intervasis. Kambium
interfasikuler berkembang dari
parenkim akar/batang yang
terletak diantara xilem dan floem. (Sumber: Mahardika, 2009)
2
Eka Wardati (A1C215011)
b.Berdasarkan letaknya, meristem dibedakan menjadi meristem apical,
lateral, dan interkalar.
Gambar 1.3 jaringan ✓ Meristem apikal terdapat pada ujung-
meristem apical ujung pokok batang dan cabang serta
ujung akar dan selalu menghasilkan
sel-sel untuk tumbuh memanjang.
Pertumbuhan memanjang akibat
aktifitas meristem apikal disebut
pertumbuhan primer dan jaringan
yangnterbentuk disebut jaringan
primer.
(Sumber: Mahardika,
2009)
✓ Meristem lateral atau meristem Gambar 1.4 meristem lateral
samping adalah meristem yang
menyebabkan pertumbuhan ke arah
samping (membesar), terletak sejajar
dengan permukaan organ.
Contohnya adalah kambium dan
kambium gabus. Kambium ini
terbentuk dari dalam jaringan
meristem yang telah ada pada akar
dan batang. (Sumber: Mahardika, 2009)
3
Eka Wardati (A1C215011) ✓ Meristem interkalar terdapat diantara
jaringan dewasa. Contohnya terletak pada
Gambar 1.5 jaringan pangkal tiap ruas pada batang tumbuhan
meristem interkalar yang berbuku-buku. Aktivitas jaringan ini
menyebabkan pertambahan panjang dan
diameter ruas batang. Contoh tumbuhan
yang memiliki meristem interkalar adalah
rumputrumputan (Gramineae).
(Sumber: Mahardika,
2009).
2. Jaringan Dewasa (Permanen)
Jaringan dewasa merupakan jaringan yang terbentuk dari hasil
diferensiasi sel-sel yang dihasilkan jaringan meristem, sehingga
memenuhi suatu fungsi tertentu. Jaringan dewasa pada umumnya
pertumbuhan terhenti atau sementara terhenti. Jaringan dewasa ada
yang disebut permanen karena telah mengalami diferensiasi yang
sifatnya irreversible.
Ciri-ciri jaringan dewasa (permanen):
✓ Tidak melakukan aktivitas membelah diri
✓ Ukuran sel relatif lebih besar daripada sel meristem, vakuola berukuran
besar
✓ Plasma sel sedikit hanya seperti selaput yang menempel pada dinding
sel
✓ Sel kadang telah mati (tidak ada sitoplasma)
✓ Terdapat ruang antar sel, kecuali pada epidermis.
Jaringan dewasa meliputi, jaringan pelindung (epidermis), jaringan
dasar (parenkim), jaringan penguat/penyokong (kolenkim dan
sklerenkim), jaringan pengangkut/vaskuler (xilem dan floem) dan
jaringan gabus (peridermis).
4
Eka Wardati (A1C215011)
1) Jaringan pelindung (Epidermis) Gambar 1.6 jaringan
Jaringan epdermis merupakan epidermis
jaringan paling luar yang menutup (Sumber: Mahardika, 2009)
permukaan organ tumbuhan, seperti
daun, bagian bunga, buah dan biji,
serta batang dan akar sebelum
mengalami penebalan sekunder.
Jaringan epidermis berfungsi sebagai
pelindung jaringan yang ada di bagian
sebelah dalamnya. Bentuk, ukuran,
susunan dan fungsi sel epidermis
berbeda-beda pada berbagai jenis
organ tumbuhan.
Ciri-ciri khas dari sel-sel epidermis adalah, Sel-selnya hidup,
biasanya terdiri dari satu lapis sel tunggal, Sel-sel rapat satu sama
lain membentuk bangunan padat tanpa ruang antar sel, Memiliki
beragam bentuk, ukuran dan susunannya, Tidak memiliki klorofil,
Dinding sel ada yang tipis, ada yang mengalami penebalan di
bagian yang menghadap ke permukaan dan ada pula yang semua
sisi dindingnya tebal berlignin.
Beberapa bentuk khusus sel epidermis yang terdiferensiasi struktur
dan fungsinya (derivat atau turunanannya) antara lain:
Gambar 1.7 stomata a) Stomata (mulut daun) yang berfungsi
sebagai tempat pertukaran gas (O2,CO2,
(Sumber: Mahardika, dan uap air/H2O). Stomata berupa
2009) ruang antar sel yang dibatasi oleh dua
sel khas yan disebut sel penjaga. Sel
penjaga dan lubang tersebut bersama-
sama membentuk stomata. Pada banyak
tumbuhan dapat dibedakan yaitu sel
pelengkap, yang merupakan dua atau
lebih sel khas yang membatasi sel
penjaga. Sel tetangga berperan dalam
5
Eka Wardati (A1C215011)
perubahan osmotik yang menyebabkan
gerakan sel penjaga yang mengatur
lebar stomata. Letak stomata
kebanyakan di permukaan bawah daun.
b) Trikoma, tonjolan epidermis dan Gambar 1.8 Trikoma
tersusun atas beberapa sel yang
mengalami penebalan sekunder.
Trikoma berperan sebagai kelenjar
yang mengeluarkan zat seperti terpen,
garam dan gula. Rambut akar juga
merupakan bentuk lain dari trikoma
yang memiliki dinding sel tipis dengan
vakuola yang besar. Fungsi lain
trikoma antara lain: Mengurangi (Sumber: Mahardika, 2009)
penguapan (pada epidermis daun),
Meneruskan rangsang, Melindungi
tumbuhan dari gangguan hewan,
Membantu penyebaran biji, dan
Sebagai penghasil nectar.
c) Lentisel, berfungsi seperti stomata yaitu sebagai tempat keluar
masuknya gas-gas kedalam tumbuhan yang terdapat pada batang.
d) Velamen merupakan lapisan sel mati di bagian dalam jaringan
epidermis pada akar gantung (akar udara) tumbuhan anggrek dan
berfungsi sebagai tempat penyimpanan air.
e) Sel kipas tersusun dari beberapa sel berdinding tipis dengan ukuran
lebih besar dibandingkan sel-sel epidermis di sekitarnya. Bila terjadi
penguapan air yang relatif besar, sel kipas akan menggulung
sehingga daun akan menggulung untuk mengurangi penguapan
yang lebih lanjut. Sel kipas dapat dijumpai pada epidermis atas
daun familia Gramineae dan Cypereae.
f) Sel silica/sel gabus, sel epidermis seperti serat pada Pteridophita
tertentu, Gymnospermae, dan beberapa Gramineae, dan
Dicotyledonae tertentu. Pada Gramineae diantara sel epidermis
6
Eka Wardati (A1C215011)
batang ada yang panjang ada 2 tipe sel pendek, yaitu sel silika dan
sel gabus. Sel silika berkembang penuh berisi badan silika yang
merupakan massa isotrop dengan silika di bagian pusat yang berupa
bulatan kecil.
g) Litokis, sel yang mengandung sistolit. Litosis terpadat pada
erpidermis daun beringin (Ficus sp.) berupa penebalan ke arah
sentripetal yang tersusun atas tangkai selulosa dengan deposisi Ca-
karbonat (kalsium karbonat) yang membentuk bangunan seperti
sarang lebah yang disebut sistolit.
2) Jaringan Dasar (Parenkim) Gambar 1.9 gambar
Jaringan parenkim merupakan suatu jaringan parenkim
jaringan yang terbentuk dari sel-sel (Sumber: Mahardika, 2009)
hidup, dengan struktur morfologi serta
fisiologi yang bervariasi dan masih
melakukan segala kegiatan proses
fisiologis.
Jaringan parenkim disebut jaringan
dasar karena dijumpai hampir di setiap
bagian tumbuhan.
Contohnya pada batang dan akar, parenkim dijumpai diantara
epidermis dan pembuluh angkut, sebagai korteks. Parenkim dapat
pula dijumpai sebagai empulur batang, pada daun, parenkim
merupakan mesofil daun, yang kadang terdiferensiasi menjadi
jaringan tiang dan jaringan bunga karang, parenkim dijumpai sebagi
parenkim penyimpan cadangan makanan pada buah dan biji.
Berdasarkan fungsinya, parenkim dibedakan menjadi beberapa
macam:
✓ Parenkim asimilasi, yaitu parenkim yang bertugas melakukan
proses pembuatan zat-zat makanan, terletak di bagian tumbuhan
berwarna hijau.
✓ Parenkim penimbun, berfungsi sebagai jaringan penyimpan
cadangan makanan sebagai larutan dalam vakuola, bentuk partikel
7
Eka Wardati (A1C215011)
padat, atau cairan dalam siroplasma. Letaknya di bagian dalam
tumbuhan, misalnya empulur batang, akar, umbi, umbi lapis dan
akar rimpang. Organ tersebut sel-selnya berisi cadangan makanan
berupa: gula, tepung, lemak dan protein.
✓ Parenkim air, dijumpai pada tumbuhan hidup di daerah kering
(xerofit), tumbuhan epifit, dan tumbuhan sukulen sebagai
penimbun air untuk menghadapi masa kering.
✓ Parenkim udara dijumpai pada alat pengapung tumbuhan.
Parenkim udara dapat pula dijumpai pada tangkai daun Canna sp.
sebagai tempat penyimpanan udara.
✓ Parenkim angkut terdapat pada jaringan pengangkut yang sel-
selnya berbentuk memanjang menurut arah pengangkutannya.
Berdasarkan bentuknya, parenkim dibedakan menjadi beberapa
jenis:
✓ Parenkim palisade, merupakan parenkim penyusun mesofil,
kadang pada biji berbentuk sel yang panjang, tegak, mengandung
banyak kloroplas.
✓ Parenkim bunga karang, juga merupakan parenkim penyusun
mesofil daun, bantuk dan ukurannya tak teratur dengan ruang
antarsel yang lebih besar.
✓ Parenkim bintang (aktinenkim) berbentuk seperti bintang
bersambungan ujunganya dijumpai pada tangkai daun Canna sp.
✓ Parenkim lipatan, dinding selnya mengadakan lipatan ke arah
dalam serta banyak mengandung kloroplas, dijumpai pada mesofil
daun pinus dan padi.
8
Eka Wardati (A1C215011)
3) Jaringan Penguat/Penyokong
Gambar 1.10 jaringan Jaringan penguat penyokong jaringan
penguat yang memberikan kekuatan bagi tubuh
tumbuhan agar dapat melakukan
perimbangan-perimbangan bagi
pertumbuhannya. Disebut juga jaringan
penguat karena memiliki dinding sel yang
tebal dan kuat serta sel-selya telah
mengalami spesialisasi. Berdasarkan
(Sumber: Mahardika, 2009) bentuk dan sifatnya, jaringan mekanik
dibedakan menjadi jaringan kolenkim dan
jaringan sklerenkim.
Jaringan kolenkim terdiri atas sel- Gambar 1.11 jaringan kolenkim
sel yang mengalami penebalan
selulosa. Jaringan kolenkim berperan
penting sebagai jaringan penguat
terutama pada organ-organ
tumbuhan yang masih aktif
mengadakan pertumbuhan pada
perkembangan
(Sumber: Rere, 2017)
Gambar 1.12 jaringan Jaringan sklerenkim jaringan
sklerenkim
penyokong yang dijumpai pada organ
(Sumber: Rere, 2017)
tumbuhan yang tidak lagi mengalami
pertumbuhan dan perkembangan atau
pada tumbuhan yang telah dewasa.
Jaringan sklerenkim terdiri atas serabut
(serat-serat sklerenkim) dan sklereid (sel-
sel batu).
9
Eka Wardati (A1C215011)
4) Jaringan Pengangkut (Vaskuler) Gambar 1.13 jaringan
Jaringan pengangkut pada pengangkut
tumbuhan tingkat tinggi terdiri dari (Sumber: Rere, 2017)
xilem dan floem. Xilem meliputi
trakea dan trakeida serta unsur-unsur
lain seperti serabut dan parenkim
xilem. Xilem, khususnya trakea dan
trakeida berfungsi mengangkut
mineral dan air dari akar sampai
daun, sedangkan floem berfungsi
mengangkut hasil fotosintesis dari
daun ke bagian organ yang lain, yaitu
batang, akar, atau umbi. Floem terdiri
dari buluh tapis, sel pengiring dan
parenkim floem.
Gambar 1.14 gambar Xilem dan Xilem merupakan suatu jaringan
Floem pengangkut yang kompleks terdiri dari
berbagai macam bentuk sel. Pada
(Sumber: Rere, 2017) umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati
dengan dinding sel yang sangat tebal
tersusun dari zat lignin sehingga xilem
berfungsi juga sebagai jaringan penguat.
Unsur-unsur xilem terdiri dari unsur
trakeal, serat xilem dan parenkim xylem.
.
Floem merupakan jaringan pengangkut yang berfungai mengangkut dan
mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis dari daun ke bagian
tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam bentuk sel-sel yang
bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur tapis, sel
pengiring, sel albumin (pada Gymnospermae), serat-serat floem dan
parenkim floem
10
Eka Wardati (A1C215011)
Tipe-Tipe Berkas Pengangkut:
Keberadaan xilem dan floem dalam jaringan primer selalu
berpasangan dan merupakan suatu berkas yang disebut pengangkut.
Berkas pengangkut dapat denan mudah dibedakan dengan jaringan
parenkim di sekitarnya karena relatif kecil dengan tanpa adanya ruang
antar sel, hingga trakea yang sel-selnya lebih besar dibandingkan sel-sel
disekitarnya. Komponan-komponan xilem sel-slenya berdinding tebal
dan mengalami Lignifikasi.
Berdasarkan posisi/letak xilem dan floemnya, berkas pengankut
dibedakan menjadi 3 tipe dasar, yaitu kolateral, konsentris dan radial.
Masing-masing tipe dasar tersebut terbagi lagi menjadi tipe-tipe lain
yang lebih spesifik.
• Tipe Kolateral
Kolateral terbagi lagi menjadi kolateral terbuka, kolateral tertutup
dan bikolateral. Berkas pengangkut tipe kolateral didefinisikan
sebagai berkas pengangkut dengan kondisi xilem dan floem terletak
berdampingan. Floem berada di bagian luar dari xilem. Apabila
diantara xilem dan floem dapat dijumpai adanya kambium maka
berkas pengangkut ini mempunyai tipe kolateral terbuka. Berkas
pembuluh tipe ini dijumpai pada tumbuhan golongan
Dicotyledoneae dan Gymnospermae.
• Tipe Konsentris
Tipe konsentris terbagi lagi menjadi konsentris amphikibral dan
konsentris amfivasal. Berkas pengangkut tipe konsentris merupakan
berkas pengngkut dengan kondisi xilem dikelilingi floem atau
sebaliknya. Apabila xilem berada di tengah dan floem
mengelilinginya makan disebut berkas pengangkut konsentris
amphikibral. Umum dijumpai pada tumbuhan golongan paku-
pakuan (Pteridophyta), sedangkan apabila floem di tengah dan xilem
mengelilinginya maka disebut berkas pengangkut tipe konsentris
amphivasal. Contohnya pada Cirdyline sp. dan rhizoma Acorus alamus
11
Eka Wardati (A1C215011)
• Tipe Radial
Berkas pengangkut tipe radial merupakan berkas pengangkut
dengan letak dan xilem dan floem bergantian menurut jari-jari
lingkaran. Dijumpai pada akar tumbuhan monocotyledonae dan akar
primer Dicotyledonae.
5) Jaringan Gabus (Periderm) Gambar 1.15 jaringan gabus
Jaringan gabus atau periderma adalah
jaringan pelindung yang dibentuk
secara sekunder, menggantikan
epidermis batang dan akar yang telah
menebal akibat pertumbuhan sekunder.
Jaringan gabus tampak jelas pada
tumbuhan Dicotyledonae dan
Gymnospremae. Akar Zea
(Monocotyledonaea) Akar Ranunculus (Sumber: Rere, 2017)
(Dicotyledonae). Jaringan gabus
berfungsi sebagai pelindung tumbuhan
dari kehilangan air.
Struktur jaringan gabus terdiri dari felogen (kambium gabus) yang
akan membentuk felem (gabus) ke arah luar dan feloderma ke arah dalam.
Felogen dapat dihasilkan oleh epidermis, parenkim di bawah apidermis,
kolenkim, perisikel, atau parenkim floem, tergantung spesies
tumbuhannya. Pada penampang memanjang, sel-sel felogen berbentuk
segi empat atau segi banyak dan bersifat meristematik. Sel-sel gabus
dewasa berbentuk hampir prisma, mati, dan dinding selnya berlapis
suberin, yaitu sejenis selulosa yang berlemak. Sel-sel felodem
menyerupai sel parenkim, berbentuk kotak, dan hidup (Mahardika,
2009)
12
Eka Wardati (A1C215011)
II. Organ Pada Tumbuhan
Organ merupakan Gambar 2.1 Organ Tumbuhan
kumpulan dari beberapa
jaringan yang memiliki
tujuan atau peranan
tertentu dalam tubuh.
Organ pada tumbuhan
meliputi organ Vegetatif
(Akar, batang dan daun)
dan organ Generatif
(Bunga, buah dan biji).
Gambar 2.2 Akar (Sumber: Rere, 2017) )
(Sumber: Rere, 2017)
A. Akar
Berdasarkan asalnya akar dibedakan
menjadi dua macam, yaitu akar primer
dan akar liar. Akar primer tumbuh sejak
embrio hingga tumbuhan mati, berfungsi
menegakkan tumbuhan serta menyerap
air dan garam-garam mineral. Akar liar
muncul dari batang, daun dan jaringan
lainnya, dapat bersifat permanen atau
temporer. Secara umum akar terdiri dari
tudung akar, epidermis, korteks,
endodermis, dan stele.
✓ Tudung akar terdapat pada ujung akar, berfungsi melindungi
promeristem dan membantu penetrasi akar yang tumbuh ke dalam
tanah. Tudung akar tersusun dari sel-sel parenkim yang hidup dan
terkadang mengandung pati (Irnaningtyas, 2014).
✓ Epidermis terdiri dari satu lapis sel yang tersusun rapat dengan dinding
sel yang tipis supaya mudah ditembus air. Pada zona diferensiasi,
epidermis membentuk bulu/rambut akar yang berfungsi untuk
13
Eka Wardati (A1C215011)
memperluas permukaan penyerapan.
✓ Korteks tersusun atas berlapis-lapis sel dengan dinding yang tipis dan
memiliki ruang antarsel yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas.
✓ Endodermis berupa satu lapis sel yang rapat dengan penebalan gabus
pada dinding sel. Endodermis adalah pemisah antara korteks dan stele
✓ Stele berupa satu lapis sel yang rapat dengan penebalan gabus pada
dinding sel. Endodermis adalah pemisah antara korteks dan stele
(Sasrawan, 2014).
B. Batang Gambar 2.3 Batang
Batang adalah salah satu organ
tumbuhan berpembuluh yang berfungsi
sebagai penyangga. Batang disusun oleh
beberapa macam jaringan yang berbeda
sehingga terdiri dari beberapa tipe
seperti batang berkayu, batang lembut
dan lunak (herbaseus), dan batang tipe
rumput (kalmus).
(Sumber: Rere, 2017)
Struktur batang secara umum adalah sebagai berikut:
✓ Epidermis, tersusun rapat oleh selapis sel. Dinding luar terdapat
kutikula. Fungsi epidermis adalah untuk melindungi jaringan di
bawahnya.
✓ Korteks, tersusun oleh beberapa lapis sel parenkim yang berdinding
tipis dan terdapat banyak ruang antarsel. Disebut juga dengan istilah
“kulit pertama”.
✓ Stele (silinder pusat), stele adalah lapisan terdalam dari batang. Di
dalamnya terdapat sel parenkim dan berkas pengangkut. Lapis terluar
dari stele disebut perisikel atau perikambium (Sasrawan, 2014).
14
Eka Wardati (A1C215011)
Gambar 2.4 Daun C. Daun
(Sumber: Rere, 2017) Daun adalah organ tumbuhan yang
memiliki fungsi utama untuk membuat
makanan melalui proses fotosintesis.
Selain itu, fungsi daun adalah sebagai
tempat pengeluaran air dengan cara
penguapan dan respirasi. Secara morfologi
daun terdiri dari helaian daun (lamina),
tangkai daun (petiolus), dan pelepah daun
(folius). Daun tumbuhan dikotil umumnya
memiliki daun dengan susunan tulang
daun menyirip dan menjari. Sedangkan
daun tumbuhan monokotil umumnya
memiliki susunan tulang daun sejajar atau
melengkung.
Berikut adalah struktur yang melapisi daun dimulai dari atas:
✓ Epidermis atas, terkadang dilapisi oleh kutikula.
✓ Jaringan palisade parenkim/jaringan tiang/jaringan pagar,
mengandung banyak klorofil.
✓ Berkas pembuluh. Terdapat xilem dan floem yang berfungsi sebagai
alat transportasi dan penguat daun dalam bentuk tulang daun.
✓ Jaringan spons parenkim/bunga karang, mengandung sedikit
klorofil.
✓ Epidermis bawah, terdapat stomata (Sasrawan, 2014).
15
Eka Wardati (A1C215011)
Gambar 2.5 Bunga
D. Bunga
Bunga merupakan alat reproduksi
seksual pada tumbuhan. Bunga sempurna
adalah bunga yang memiliki putik dan
benang sari. Bunga lengkap adalah bunga
yang memiliki alat reproduksi dan
perhiasan bunga, seperti kelopak dan
mahkota (Irnaningtyas, 2014)
(Sumber: Dokumentasi
pribadi. 2016)
Berikut adalah bagian-bagian bunga:
✓ Kelopak bunga, Umumnya berwarna hijau. Fungsi kelopak bunga
adalah untuk membungkus dan melindungi kuncup bunga sebelum
mekar.
✓ Mahkota bunga, Memiliki warna cerah. Fungsi mahkota bunga
adalah untuk menarik serangga untuk datang dan menyerbuki
bunga. Pada sebuah bunga dikotil biasanya terdapat mahkota bunga
berjumlah 4, 5, atau kelipatannya. Sedangkan pada tumbuhan
monokotil berjumlah 3 atau kelipatannya.
✓ Benang sari, Adalah alat kelamin jantan pada tumbuhan. Jika
serbuk sari masuk ke putik, maka akan terjadi pembuahan.
✓ Putik, Adalah alat kelamin betina pada tumbuhan (Sasrawan, 2014).
16
Eka Wardati (A1C215011) E. Buah
Buah merupakan perkembangan lebih
Gambar 2.6 Buah
lanjut dari bakal buah. Berdasarkan sifat
dinding buah, buah dapat dibedakan
menjadi tiga macam, yaitu buah kering
pecah, buah kering tidak pecah, dan buah
berdaging. Pada buah berdaging,
perikarpium berdiferensiasi menjadi
eksokarpium atau epikarpium dan
endokarpium.
(Sumber: Yana, 2014)
Pada buah kelapa endokarpium tidak berupa selaput tetapi berupa
lapisan yang tebal dank eras. Pada buah kering, eksokarpium memiliki
karakteristik seperti sklerenkim. Perubahan warna kulit buah selama
pemasakan buah disebabkan adanya traksformasi kloroplas menjadi
kromoplas. Kromoplas berkembang di dalam massa gelatin dan
perikarpium (Irnaningtyas, 2014).
F. Biji
Biji merupakan perkembangan lebih lanjut
dari bakal biji. Kulit biji merupakan diferensiasi Gambar 2.7 Biji
dari integument, yang berfungsi untuk
melindungi embrio dan endospora yang berada
di dalamnya. Struktur kulit biji bervariasi,
biasanya terdiri atas jaringan epidermis,
jaringan makrosklereid dan osteosklereid, sel-
sel parenkim, sel Kristal, serta sel berpigmen.
Berdasarkan ada tidaknya endospora, biji dapat (Sumber: Mamad, 2013)
dibedakan menjadi dua tipe, yaitu endosperma
(memiliki endospora) dan nonendosperma
(tidak memiliki endospora) (Irnaningtyas,
2014).
17
Eka Wardati (A1C215011)
III. Sifat Totipotensi Dan Kultur Jaringan
Totipotensi yaitu kemampuan setiap sel tumbuhan untuk tumbuh
menjadi individu baru yang sempurna. Sedangkan kultur jaringan adalah
teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman
seperti jaringan akar, batang, daun, mata tunas, kemudian
menumbuhkannya pada media buatan yang kaya nutrisi dan zat
pengatur tumbuh (hormone) secara aseptic (steril), dalam wadah tertutup
sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi
menjadi tanaman lengkap (Irnaningtyas, 2014).
A.Jenis Kultur Jaringan Gambar 3.1 Kultur
Berdasarkan jenis sel atau jaringan jaringan
asalnya kultur jaringan dapat dibedakan
menjadi:
✓ Meristem culture,yakni kultur jaringan
yang menggunakan bagian tanaman
dari jaringan muda atau meristem
✓ Pollen atau Anther culture,yakni teknik
kultur jaringan dengan menggunakan
bagian tanaman berupa benang sari atau (Sumber: Irvando, 2016)
serbuk sari
✓ Chloroplast culture, yakni teknik kultur jaringan menggunakan
kloroplas untuk keperluan memperbaiki sifat tanaman melalui
pembuatn varietas baru
✓ Somatic cross atau persilangan protoplasma, yakni persilangan dua
macam protoplasma menjadi satu,kemudian dibudidayakan
sehingga dihasilkan tanaman yang mempunyai sifat baru (Waluyo,
2017)
✓ Protoplast culture, yaitu teknik kultur jaringan dengan
menggunakan eksplan dari protoplasma (sel hidup yang telah
dihilangkan dinding selnya) (Irnaningtyas, 2014).
18
Eka Wardati (A1C215011)
B. Teknik Kultur Jaringan
Adapun teknik-teknik kultur jaringan adalah sebagai berikut:
✓ Sterilisasi , segala kegiatan pada kultur jaringan harus dilakukan di
tempat yang steril, yaitu laminar air flow cabinet dengan menggunakan
alat-alat yang steril.
✓ Pembuatan media, komposisi media yang digunakan bergantung
pada jenis tanaman yang akan dikultur, media yang digunakan
biasanya terdiri atas garam mineral, vitamin, hormone, dan bahan
lainnya.
✓ Inisiasi adalah pengambilan eksplan dari bagian tanaman yang akan
dikultur. Bagian tanaman yang sering digunakan adalah tunas.
✓ Multiplikasi adalah kegiatan memperbanyak calon tanaman dengan
menanam eksplan pada media.
✓ Pengakaran adalah fase saat eksplan akan menunjukkan adanya
pertumbuhan akar, yang menandai bahwa proses kultur jaringan
yang dilakukan mulai berjalan dengan baik.
✓ Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari
ruangan aseptic ke bedeng (Irnaningtyas, 2014).
19
Eka Wardati (A1C215011)
Gambar 3.2 Tahapan kultur jaringan
(Sumber: Alfred, 2014)
C. Keunggulan Pembibitan Dengan Gambar 3.3 kultur jaringan
Teknik Kultur Jaringan (Sumber: Putri, 2017)
Teknik kultur jaringan
dimanfaatkan untuk menyediakan
bibit tanaman secara vegetatif pada
tanaman yang sulit dikembangkan
secara generatif (Irnaningtyas, 2014).
✓ Kita bebas menentukan bagian
mana pada tumbuhan yang akan
dikultur.
✓ Cenderung memakan relative
singkat
✓ Tidak harus menggunakan
20
Eka Wardati (A1C215011)
ruangan yang luas
✓ Dapat menghasilkan jumlah
tanaman yang baru dari satu
jenis tanaman dengan cepat.
21
Eka Wardati (A1C215011)
DAFTAR PUSTAKA
Alfred. 2014. Teknink Kultur Jaringan. diakses melalui
http://alfretsrandang.wordpress.com/2014/08/20/jaringan-tumbuhan/ pada
tanggal 23 November 2017.
Irnaningtyas. 2014. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Irvando. 2016. Jenis-jenis kultur jaringan. diakses melalui http://softilmu.com pada
tanggal 23 November 2017.
Mahardika, Maria Agustin. 2009. Jaringan Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Sanata
Dharma.
Mamad. 2013. Khasiatku. Diakses melalui http://www.khasiatku.net/manfaat-biji-
jambu-air-untuk-kesehatan.html pada tanggl 23 November 2017.
Rere. 2015. Struktur dan Fungsi Jaringan Tumbuhan. Diakses melalui
http://fahendrablog.files.wordpress.com/2015/06/jaringan -tumbuhan.pdf
pada tanggal 23 November 2017.
Putri. 2017. Kultur Jaringan. diakses melalui http://desihayatiputri.blogspot.com pada
tanggal 23 November 2017.
Sasrawan, Hedi. 2014. Organ Pada Tumbuhan. Diakses melalui
https://hedisasrawan.blogspot.co.id/2014/06/organ-pada-tumbuhan-materi-
lengkap.html pada tanggal 23 November 2017.
Waluyo. 2017. Pengertian Totipotensi. Diakse melalui
https://dosenbiologi.com/tumbuhan/pengertian-totipotensi pada tanggal 23
November 2017.
Yana. 2014. Manfaat Biji Pepaya. Diakses melalui http://manfaat.co.id/manfaat-biji-
pepaya pada tanggal 23 Noveember 2017.
22