The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tanukomalyna, 2022-04-21 23:19:21

Latihan Flip

MODUL PRAKTEK


SURVEILANS GIZI

































OLEH :

I NENGAH TANU KOMALYNA

I KOMANG SUWITA










KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN GIZI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2020

KATA PENGANTAR




Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas raahmatnya Modul
Praktek Surveilans Gizi telah selesai dibuat. Modul praktek ini bertujuan untuk
memanfaaatkan Surveilans Gizi dalam monitoring dan evaluasi Program Pembinaan

Gizi Masyarakat.

Modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang sedang menempuh Program Sarrjana
Terapan Gizi dan Dietetika, Program Studi Profesi Dietesien atau tenaga gizi masyarakat.

Monitoring dilakukan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan rencana program
pembinaan gizi masyarakat; mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang

muncul untuk diambil tindakan antisipatif, berupa koreksi atas penyimpangan kegiatan;
akselerasi atas keterlambatan pelaksanaan kegiatan; dan klarifikasi atas ketidakjelasan
pelaksanaan rencana. Sedangkan, evaluasi dilakukan untuk mengetahui dengan pasti

tingkat pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan
rencana pembangunan untuk selanjutnya dijadikan masukan untuk perbaikan
pelaksanaan rencana program pembinaan gizi masyarakat selanjutnya.


Modul praktek ini belumlah sempurna, masukan dari pengguna terhadap modul ini baik
dari sisi kemudahan, kejelasan dalam penggunaaanya sangat kami tunggu demi

sempurnanya modul praktek ini. Sebelumnya kami sampaikan terima kasih, dan semoga
Modul praktek ini tetap bermanfaat..



Malang, Oktober 2020







Penulis











\



pg. ii

LEMBAR PENGESAHAN



Dengan ini dinyatakan bahwa: Modul Praktek Surveilans Gizi sebagai dokumen

pembelajaran utamnya oleh mahasiswa Gizi Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan
Poltekkes kemenkes Malang.



Modul ini disahkan, pada taggal 10 Oktober 2020
Mengetahui

Ketua Jurusan Gizi Ketua Prodi Sarjana Terapan Gizi dan

Dietetika Jurusan Gizi Malang





Tapriadi, SKM., M.Pd. Sutomo Rum Teguh Kaswari, SKM, M.Kes
NIP. 19641107 198812 1 001 NIP. 19651205 198903 2 002










































pg. iii

DAFTAR ISI


MODUL PRAKTEK ........................................................................................................... I
SURVEILANS GIZI ............................................................................................................ I

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ II
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... IV

MONEV DENGAN SURVEILANS GIZI ........................................................................... 1
A. Pendahuluan .............................................................................................................. 1
B. Prinsip Monitoring dan Evaluasi ................................................................................ 3
C. Tujuan Modul Praktek Surveilans Gizi : .................................................................... 4
D. Pelaksanaan Surveilans Gizi di Puskesmas ............................................................. 4
1. Analisis situasi atau pengkajian data pemantauan pertumbuhan
a. Tahap pengumpulan data .................................................................................. 4
b. Pengolahan data................................................................................................. 6
Identifikasi besarnya masalah gizi menurut Wilayah ......................................... 7
Bertujuan untuk menetapkan wilayah yang dijadikan projek/prioritas yang
akan diusulkan rencana intervensinya ............................................................... 7
Data yang diperoleh dilakukan alih bentuk (transform), pengkodean, dan
pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu, dan orang..................... 7
PENETAPAN PRIORITAS MASALAH GIZI YANG AKAN DI INTERVENSI ........................ 9
c. Analisis Data dan Interpretaasi Data ................................................................ 10
LANGKAH-LANGKAH DIAGNOSA GIZI MASYARAKAT ............................................. 12
KATAGORI DIAGNOSA GIZI ................................................................................... 12
CARA MENDOKUMENTASI DIAGNOSA GIZI ............................................................. 13
d. Diseminasi .................................................................................................... 14
e. Rencana Tindak Lanjut..................................................................................... 14
f. Rencana Monitoring dan Evaluasi ................................................................... 17
2. Analisis situasi atau pengkajian data terhadap data kinerja Puskesmas
berkaitan dengan Gizi pada Remaja Putri Anemia Gizi Besi ........................... 18
a. Tahap pengumpulan data ................................................................................ 19
b. Pengolahan data............................................................................................... 20
c. Analisis Data dan Interpretaasi Data ................................................................ 20
d. Diseminasi ........................................................................................................ 22
e. Rencana Tindak Lanjut..................................................................................... 22
f. Rencana Monitoring dan Evaluasi ................................................................... 23
E. Penutup .................................................................................................................... 23
Daftar Pustaka ................................................................................................................ 24

















pg. iv

Monev dengan Surveilans Gizi


A. Pendahuluan

Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan dalam

Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, bertujuan untuk

meningkatkan mutu gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui
perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi,

peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi serta kesehatan sesuai dengan
kemajuan ilmu dan teknologi.


Hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2015, 2016, dan 2017
menunjukkan tidak terjadi banyak perubahan prevalensi balita gizi kurang

maupun balita pendek (stunting). Pada tahun 2015, 2016 dan 2017 prevalensi
balita gizi kurang (underweight) secara berturut-turut adalah 18,8%, 17,8%

dan 17,8%. Sedangkan prevalensi balita pendek berturut-turut sebesar 29,0%,

27,5% dan 29,6%. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 dan tahun 2018, terjadi penurunan prevalensi balita gizi kurang dari

19,6% menjadi 17,7%, penurunan prevalensi balita pendek dari 37,2%
menjadi 30,8% dan penurunan prevalensi balita gizi kurang (wasting) dari

12,1% menjadi 10,2%. Riskesdas juga menunjukkan capaian kinerja gizi yang
masih kurang optimal seperti persentase ibu hamil yang mendapat TTD

sebesar 73,2%, persentase bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif

sebesar 37,3% dan persentase balita mendapat vitamin A mencapai 82,4%.

Dengan mengacu pada data tersebut diatas diperlukan kegiatan

perbaikan gizi masyarakat yang dimonitor dan dievaluasi melalui kegiatan
surveilans gizi, terhadap: tingkat masalah gizi masyarakaat, data

pencapaian Indikator Program Gizi di tingkat Puskesmas, dan cakupan lintas
program terkait program gizi.


Monitoring dilakukan untuk mengamati perkembangan pelaksanaan
rencana program pembinaan gizi masyarakat; mengidentifikasi serta

mengantisipasi permasalahan yang muncul untuk diambil tindakan antisipatif,
berupa koreksi atas penyimpangan kegiatan; akselerasi atas keterlambatan

pelaksanaan kegiatan; dan klarifikasi atas ketidakjelasan pelaksanaan




pg. 1

rencana. Monitoring dilakukan secara berkala setiap bulan, 3 (tiga) bulan, 6

(enam) bulan dan tahunan. Sedangkan, evaluasi dilakukan untuk
mengetahui dengan pasti tingkat pencapaian hasil, kemajuan dan kendala

yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana pembangunan untuk selanjutnya
dijadikan masukan untuk perbaikan pelaksanaan rencana program

pembinaan gizi masyarakat selanjutnya, sehingga cakupan evaluasi meliputi
empat aspek: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) hasil program, dan (4)

dampak.

Monitoring dan evaluasi program pembinaan gizi masyarakat

difokuskan pada indikator masalah gizi dan capaian kinerja program gizi

masyarakat di tingkat puskesmas/Dinas Kesehatan. Monev dilaksanakan
melalui kegiatan Surveilans Gizi. Surveilans gizi atau surveilans epidemiologi

adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data
secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada unit

yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan. Sehingga dari
pengertian ini dapat disimpulkan bahwa surveilans gizi lebih mengedepankan

analisis dan interpretasi data atau kajian epidemiologi serta

pemanfaatan informasi epidemiologi, tanpa melupakan pentingnya
kegiatan pengumpulan dan pengolahan data.


Hasil analisis dan interpretasi data adalah berupa informasi epidemiologi.
Informasi epidemiologi tersebut meliputi frekuensi/besarnya masalah gizi

masyarakat yang dihadapi; penyebaran masalah gizi masyarakat, menurut:
orang (jenis kelamin, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, dan

lain-lain), tempat (desa-kota, antara wilayah), dan waktu (yang
menggambarkan kecenderungan masalah kesehatan antar waktu); dan faktor

risiko dari masalah gizi masyarakt, misalnya: : kemiskinan; kurangnya akses

ke air bersih dan sanitasi; praktik pengasuhan anak yang kurang tepat;
dan/atau konsumsi makanan bergizi yang rendah dan lain-lian. Informasi

epidemiologi tersebut harus dimanfaatkan untuk disebarluaskan kepada

penyelengara program kesehatan dan pemangku kebijakan lainnya.







pg. 2

B. Prinsip Monitoring dan Evaluasi


Prinsip monitoring dan evaluasi yang dilakukan melalui Surveilans Gizi pada

pelaksananya tetap haruslah dilakukan dengan prinsip-prinsip seperti berikut
ini.


1. Berorientasi pada tujuan

Monev hendaknya dilaksanakan mengacu pada tujuan yang ingin dicapai.

Hasil monev dipergunakan sebagai bahan untuk perbaikan atau
peningkatan program pada evaluasi formatif (evaluasi yang dilakukan

pada program yang sedang berjalan) dan membuat jastifikasi dan
akuntabilitas pada evaluasi sumatif (evaluasi dilakukan pada program

yang sudah selesai)

2. Mengacu pada kriteria keberhasilan


Monev seharusnya dilaksanakan mengacu pada kriteria keberhasilan
program yang telah ditetapkan sebelumnya. Penentuan kriteria

keberhasilan dilakukan bersama antara para evaluator, para sponsor,
pelaksana program (pimpinan dan staf), para pemakai lulusan

(konsumen), lembaga terkait (dimana peserta kegiatan bekerja)

3. Mengacu pada azas manfaat


Monev sudah seharusnya dilaksanakan dengan manfaat yang jelas.
Manfaat tersebut adalah berupa saran, masukan atau rekomendasi untuk

perbaikan program program yang dimonev atau program sejenis di masa
mendatang.


4. Dilakukan secara objektif

Monev harus dilaksanakan secara objektif. Petugas monev dari pihak

eksternal seharusnya bersifat independen, yaitu bebas dari pengaruh
pihak pelaksana program. Petugas monev internal harus bertindak objektif,

yaitu melaporkan temuannya apa adanya









pg. 3

C. Tujuan Modul Praktek Surveilans Gizi :

Pelaksanaan praktek monev program gizi masyarakat melalui Surveilans Gizi,

bertujuan untuk:

a. Melakukan analisis situasi terhadap data kinerja Puskesmas berkaitan

dengan masalah pemantauan pertumbuhan, status gizi dan Penyakit

Tidak Menular

b. Melakukan analisis situasi terhadap Gizi pada Remaja Putri Anemia Gizi

Besi

c. mengidentifikasi dan menginventarisasi faktor risiko yang mempengaruhi
besarnya masalah gizi dan capaian kinerja program gizi


d. membuat diagnosa gizi masyarakat

e. membuat usulan rencana intervensi dan monev asuhan gizi masrayakat


D. Pelaksanaan Surveilans Gizi di Puskesmas


Pelaksanaan praktek surveilans gizi, dilaksanakan selama 2 minggu
1. Analisis situasi atau pengkajian data terhadap data kinerja Puskesmas

berkaitan dengan masalah pemantauan pertumbuhan, status gizi dan

Penyakit Tidak Menular

Tahap ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai keadaan

pemantauan pertumbuhan, status gizi dan Penyakit Tidak Menular serta
mengidentifikasi besarnya masalah gizi faktor risiko yang mempengaruhi

besarnya masalah gizi yang dihadapi Puskesmas.

a. Tahap pengumpulan data


1) Kumpulkan dan pelajari data profil puskesmas (identitas
Puskesmas, wilayah kerja Puskesmas, SDM Puskesmas, UKM

Esensial: promosi kesehatan, khususnya gizi, kesehatan

lingkungan, pelayanan gizi KIA-KB, pencegahan dan pengendalian
penyakit tidak menular)

2) Kumpulan data yang berkaitan tentang keadaan pemantauan
pertumbuhan, status gizi dan Penyakit Tidak Menular tentang:




pg. 4

Data Antropomteri

1) Presentase balita berat badan kurang (underweight);
2) Presentase balita pendek (stunting);

3) Presentase balita gizi kurang dan sangat kurus (wasting);
4) Presentase remaja putri anemia; persentase ibu hamil anemia;

persentase ibu hamil risiko Kurang Energi Kronik (KEK);
5) Persentase Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) berat badan

kurang dari 2500 gram), dan

6) Persentase dewasa serta lanjut usia dengan malnutrisi dan
PTM.


Data Laboratoium: -

Data Fisik/Klinis: -

Diskripsi tentang fisik/klinis di tingkat masyarakat, meliputi :

jumlah/prevalensi balita yang mengalami gangguan fungsi
menelan, gangguan nafsu makan.(jika ada)


Riwayat gizi:

Diskripsi tentang riwayat gizi di tingkat masyarakat meliputi:

ketersediaan makanan/air yang aman; partisipasi program (PMT,

vitamin A, dll); fasilitas menyusui; akses terhadap aktivitas fisik. Di
bawah ini, beberapa contoh yang mengambarkan riwayat gizi di

tingkat masyarakat.

1) Hasil gambaran konsumsi (food recall) pada 10 rumah tangga

di sekitar wilayah kasus balita gizi buruk yang ditemukan (4.2
dan 4.3 jika tidak ada datanya dapat mengacu cara ini)

2) Survei konsumsi terkait Pemberian Makan Bayi dan Anak
(PMBA) tingkat kabupaten/kota sebagai analog/gambaran.

3) Pola asuh, pengetahuan dan perilaku ibu dalam pemberian

makanan
4) Akses ketersediaan dan keamanan pangan

5) Cakupan pemberian kapsul Vitamin A
6) Cakupan balita mendapat dan mengonsumsi PMT Pemulihan




pg. 5

7) Ketersediaan PMT Pemulihan

8) Ketersediaan Kapsul Vitamin A


Riwayat klien:

Diskripsi tentang riwayat klien di tingkat masyarakat meliputi:

status social ekonomi (tingkat pendidikan, tingkat pendapatan,
perumahan, dll), jumlah/prevalensi penyakit diare dana tau ISPA,

lokasi geografis, kemudahan akses terhadap layanan kesehatan
dan gizi. Di bawah ini, beberapa contoh yang mengambarkan

riwayat gizi di tingkat masyarakat.

1) Cakupan D/S

2) Data yang terintegrasi dengan indikator Keluarga Sehat, antara
lain:

3) Cakupan balita yang diimunisasi dasar lengkap

4) Prevalensi/proporsi keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS)

5) Cakupan balita yang mendapatkan pelayanan Stimulasi,
Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK)

6) Riwayat penyakit atau terjadinya wabah (diare, ISPA, dll)
7) Daya beli masyarakat

8) Kondisi geografis, akses ke Posyandu dan pelayanan

kesehatan
9) Dukungan sosial, budaya, psikologis, agama, dan kebijakan.


b. Pengolahan data

Hasil pengolahan data keadaan pemantauan pertumbuhan, status gizi

dan Penyakit Tidak Menular, maka akan diperoleh informasi yang
dapat menggambarkan masalah (problem) dan besaran masalah gizi

yang berkaitan dengan masalah tersebut di wilayah kerja puskesmas.
Besaran masalah gizi dapat menjadi tanda/gejala dari masalah yang

ada (sign/symptom)







pg. 6

Identifikasi besarnya masalah gizi menurut Wilayah

Bertujuan untuk menetapkan wilayah yang dijadikan projek/prioritas

yang akan diusulkan rencana intervensinya

Data yang diperoleh dilakukan alih bentuk (transform), pengkodean,

dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu, dan orang.
Contoh:

1) Keadaan masalah gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita

underweight (prevalensi gizi kurang + gizi buruk) dengan indikator
berat badan menurut umur (BB/U)

a. < 10 % = kategori rendah (skor 1)
b. 10 % --19 % = kategori medium (skor 2)

c. 20 % --29 % = kategori tinggi (skor 3)

d. ≥ 30% = kategori sangat tinggi (skor 4)

2) Keadaan masalah gizi masyarakat berdasarkan prevalensi wasting

(prevalensi kurus + prevalensi sangat kurus) dengan indikator berat
badan menurut tinggi badan (BB/TB).


a. < 5 % = kategori ditoleransi (skor 1)

b. 5 % -- 9 % = kategori buruk (skor 2)
c. 10 % --14 % = kategori serius (skor 3)

d. ≥ 15 % = kategori kritis (skor 4)

3) Keadaan masalah gizi masyarakat berdasarkan prevalensi

overweight dengan indikator berat badan menurut tinggi badan

(BB/TB).

a. < 5 % = kategori ditoleransi (skor 1)

b. 5 % -- 9 % = kategori buruk (skor 2)
c. 10 % --14 % = kategori serius (skor 3)

d. ≥ 15 % = kategori kritis (skor 4)


4) Keadaan masalah gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita
stunting (prevalensi pendek + prevalensi sangat pendek) dengan

indikator tinggi badan menurut umur (TB/U).




pg. 7

a. < 20 % = kategori rendah (skor 1)

b. 20 % - 29 % = kategori medium (skor 2)
c. 30 % - 39 % = kategori tinggi (skor 3)

d. ≥ 40 % = kategori sangat tinggi (skor 4)

5) Keadaan masalah gizi masyarakat berdasarkan sifat masalah gizi

yang diperoleh dari prevalensi balita pendek dan prevalensi balita
kurus

Prevalensi Katagori masalah gizi
Pendek Kurus (%) masyarakat Skor
(%)
< 20 < 5 Baik 1
< 20 ≥ 5 Akut 2
≥ 20 < 5 Kronis 3
≥ 20 ≥ 5 Akut + Kronis 4

Khusus keadaan masalah gizi masyarakat yang dihadapi berdasarkan

realisasi capaian dalam mencapai target dilakukan pengolahan data
sebegai beikut ini.

a. Achieved (tercapai), jika perbandingan Gap realisasi/Target ≤ 0 %
(skor = 0)

b. On Track (di jalur), jika perbandingan Gap realisasi/Target 0 sd ≤

25 % (skor = 2)
c. Off Track (ke luar jalur), jika perbandingan Gap realisasi/Target ≥

25 % (skor = 4)

Langkah menggunakan cara pengolahan ini, diperolehnya informasi

tentang target dan presentase cakupan setiap kinerja program gizi

Contoh: persentase cakupan balita yang ditimbang berat badannya

(N/D) di Kelurahan A adalah 75% sedanfgkan target puskesmas
adalah 85%, maka GAP realisasi adalah (85% - 75%) = 10%. Jadi

persentase GAP realisasi terhadap target adalah (10%/85%) x 100%

= 11,8%, sehingga dapat disimpulkan N/D di Kelurahan A masih
termasuk katagori On Track (di jalur) yang dapat diartikan keberhasilan

program pembinaan gizi masyarakat di Kelurahan A masih cukup baik,
dan aktifitas pelayanan kesehatan mendukung keberhasilan program

pembinaan gizi masyarakat di wilayah tersebut..


pg. 8

Cara pengolahan data ini dapat juga diberlakukan untuk indikator

BGM/D, 2T (balita dua kali berturut –turut saat ditimbang dssimpulkan
Tidak Naik berat badannya), dan persentase balita disimpulkan

Penetapan Prioritas Intervensi Program Gizi Menurut Wilayah


Dari semua hasil pengolahan data pemantauan pertumuhan, status
gizi dan kejadian malnutrisi serta PTM pada dewasa dan lanjut usia

buatlah matrik besarnya masalah gizi menurut wilayah

Contoh Matrik untuk penetapan prioritas intervensi

Besarnya Masalah Gizi
Total
Wilayah Kurus Score Pendek Score Dst Score Score
(%) (%)
Kelurahan A 7,1 2 Dst
Kelurahan B 4,5 1
Kelurahan C 10,1 3
Kelurahan D 12,3 3

Total score diperoleh dengan menjumlah seluruh skore besarnya
masalah gizi menurut indek. Kelurahan/Desa dengan score tertinggi

mendapat prioritas pertama terpilih sebagai wilayah yang akan

dilakukan intervensi program gizi. Jadi dengan menggunakan matrik
di atas¸maka akan diperoleh wilayah prioritas yang akan

ditangani/diintervensi.

Penetapan Prioritas Masalah Gizi yang akan di Intervensi


Masalah gizi yang akan ditangani di wilayah yang menjadi prioritas
pertama tersebut dapat dipilih berdasarkan pendekatan Urgency,

Seriousness, Growth (USG) adalah salah satu alat untuk menyusun
urutan prioritas isu yang harus diselesaikan. Caranya dengan

menentukan tingkat urgensi, keseriusan, dan perkembangan isu
dengan menentukan skalanilai 1 – 5 atau 1 – 10. Isu yang memiliki total

skor tertinggi merupakan isu prioritas. Untuk lebih jelasnya, dapat

Urgency: Seberapa mendesak isu tersebut harus dibahas dikaitkan

dengan waktu yang tersedia dan seberapa keras tekanan waktu

tersebut untuk memecahkan masalah yang menyebabkan isu tadi.





pg. 9

Urgency dilihat daritersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah

tersebut diselesaikan.

Seriousness: Seberapa serius isu tersebut perlu dibahas dikaitkan
dengan akibat yang timbul dengan penundaan pemecahan masalah

yang menimbulkan isu tersebut atau akibat yang menimbulkan

masalah-masalah lain kalau masalah penyebab isu tidak dipecahkan.
Perlu dimengerti bahwa dalam keadaan yang sama, suatu masalah

yang dapat menimbulkan masalah lain adalah lebih serius bila
dibandingkan dengan suatu masalah lain yang berdiri sendiri.

Seriousness dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap

produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan, dan
membahayakan sistem atau tidak.

Growth: Seberapa kemungkinannya isu tersebut menjadi berkembang

dikaitkan kemungkinan masalah penyebab isu akan makin memburuk

kalau dibiarkan. Ilustrasi ditunjukkan seperti di bawah ini.

Penerapan Penetapan Prioritas Masalah menurut pendekatan
USG


No Masalah Gizi U S G Total
1 Masalah A 5 3 3 11
2 Masalah B 4 4 4 12
3 Masalah C 3 5 5 13

Keterangan: berdasarkan skala likert 1-5 (5=sangat besar, 4=besar,
3=sedang, 2=kecil, 1=sangat kecil). Atas dasar contoh tersebut maka

isu yang merupakan prioritas adalah Masalah C

c. Analisis Data dan Interpretaasi Data


Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran
masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian,

dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus

didukung dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi atau faktor risiko

terjadinya masalah gizi yang akan ditangani. Salah satu cara yang





pg. 10

dapat dilakukan untuk melakukan tahapan ini adalah dengan diagram

tukan ikan (Fish Bone Diagram).

Besarnya masalah gizi secara antropometri yang sudah dikumpulkan

dan data lainnya: laboratorium (jika ada), fisik/klinis (jika ada), data
riwayat gizi masyarakat, riwayat klien di masyarakat harus

dimanfaatkan pada tahap analisis data dan interptretasi data. Salah
satu cara yang akan dipakai untuk menganalis timbulnya masalah gizi

adalah dengan diagram tulang ikan.


Mencari Etiologi atau faktor Risiko Masalah Gizi yang akan
ditangani (misalnya Masalah C sesuai ilustrasi di atas)


Langkahnya:

a) Tuliskan “masalah” pada bagian kepala ikan.

b) Buat garis horizontal dengan anak panah menunjukkearah kepala
ikan.

c) Tetapkan kategori utama dari penyebab (Katagori utama
mengadopsi tero HL. Blum)

d) Buat garis dengan anak panah menunjuk ke garis horizontal.
e) Lakukan brainstorming atau cari sumber pustaka yang mendukung

etiologi atau faktor risiko timbulnya masalah C sebagai asumsi

terjadinya masalah C (untuk ilustrasi Diagram, masalah giznya
misalnya Gizi Buruk)















Masalah C, misalnya Gizi kurang dan buruk pada tahun X
diketahui prevalensinya sebesar 29,5% (katagori Tinggi)


Dikatakan akar masalah jika etiologi atau faktor risko pada masing-
masing katagori masalah utama, sudah ada upaya tetapi belum





pg. 11

berhasil, misalnya faktor Yankes sudah dilakukan edukasi gizi

seimbang tetapi sebagian besar pengetahuan sudah naik (misalnya
dari 60% menjadi 75% baik atau hanya naik 15%), tetapi sebagian

besar belum makan seimbang diketahui dari anak yang makan sayur
setiap kali makan baru 20% (faktor perilaku)


Langkah-Langkah Diagnosa Gizi Masyarakat

Tujuan

Untuk mengidentifikasi dan menggambarkan masalah gizi spesifik yang

dapat di atasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi oleh seorang tenaga
kesehatan


Cara Menentukan Diagnosa Gizi dari data-data hasil pengkajian gizi di
atas, adalah:


1. Mahasiswa atau tenaga profesi gizi menggunakan data yang
dikumpulkan dalam pengkajian gizi untuk mengidentifikasi dan

menetapkan diagnosis gizi klien/ populasi dengan menggunakan

Terminologi Diagnosis Gizi
2. .Diagnosis gizi mencakup definisi masalah, kemungkinan etiologi/

penyebab, dan tanda atau gejala umum yang telah diidentifikasi dalam
tahap pengkajian gizi.

Katagori diagnosa gizi


a. Domain Asupan
Asupan makan atau gizi yang terlalu banyak atau terlalu sedikit

dibandingkan dengan kebutuhan aktual atau perkiraan.

Contoh masalah gizi pada proses asuhan gizi:
7) Asupan energi tidak adekuat atau berlebih terkait kurangnya

pengetahuan terhadap makanan dan gizi atau perilaku dan
kepercayaan tidak mendukung;

8) Memperkirakan asupan energi yang tidak adekuat atau berlebihan

terkait dengan gaya hidup yang buruk atau status sosial ekonomi
(misalnya asupan energi protein atau kekurangan gizi yang kurang

terkait dengan keterbatasan akses makanan);



pg. 12

9) Asupan zat besi yang tidak memadai atau kebutuhan zat besi yang

meningkat pada ibu hamil terkait dengan gaya hidup yang buruk
atau status sosial ekonomi (misalnya asupan energi protein atau

kekurangan gizi yang kurang terkait dengan keterbatasan akses
makanan).


b. Domain Klinik

Masalah gizi yang berhubungan dengan kondisi medis atau fisik.
Contoh masalahgizi pada proses asuhan gizi:

1) Dampak kesehatan mulut yang buruk atau ketidakmampuan

perkembangan atau ketidakmampuan fisik untuk memberi makan
sendiri;

2) Kesulitan menyusui;

3) Kurus; berat badan lebih; obesitas


b. Domain Perilaku dan Lingkungan: sikap, kepercayaan,
lingkungan fisik, akses terhadap makanan atau keamanan pangan

Contoh masalah gizi pada komunitas/ masyarakat:
1) Kurangnya pengetahuan terkait makanan dan gizi;

2) Keyakinan keluarga / pengasuh atau sikap yang akan
mempengaruhi perawatan yang diterima individu;

3) Tidak siap untuk diet / perubahan gaya hidup;

4) Pilihan makanan yang tidak diinginkan;
5) Kurang aktivitas fisik;

6) Terbatas akses terhadap makanan / waktu

Cara mendokumentasi diagnosa gizi


Cara mendokumentasikan diagnosa gizi dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut ini:

Format Diagnosis Gizi untuk pernyataan ProblemEtiology-

Sign/Symptom (PES) adalah: "Penetapan masalah gizi (P) yang terkait

dengan ____ (E) sebagaimana dibuktikan oleh ____(S)."

(P) Penetapan diagnosis masalah gizi, contoh: menjelaskan
perubahan status gizi klien/ populasi.



pg. 13

(E) Penyebab etiologi/ faktor risiko berkaitan dengan diagnosis gizi

dengan kata-kata "terkait dengan”, contoh: kurangnya
pengetahuan

(S) Tanda/Gejala merupakan data yang digunakan untuk

mengetahui bahwa klien/ populasi memiliki diagnosis gizi yang

ditentukan. Terkait dengan etiologi dengan kata-kata "yang
dibuktikan oleh", contoh: asupan makan kurang atau lebih

Dari rumusan di atas, maka diagnosa gizi dengan pendekatan PES

di di wilayah tersebut

Tingginya Masalah C sebesar 29,5.% pada tahun X (P) berkaitan

dengan pengetahuan tentang gizi seimbang baru 75% serta kurang

biasa makan sayur dan buah (E) yang ditandai oleh konsumsi sayur
dan buah setiap kali makan baru mencapai 20% (S)


Jadi masalah gizi (tinggingnya Masal C dalam hal ini Kurus dari kasus
di atas) termasuk katagori domain klinik


d. Diseminasi

1) menyampaikan informasi berupaka hasil diagnosa gizi masyarakat

kepada unit yang membutuhkan untuk dilaksanakan tindak lanjut;

2) menyampaikan informasi berupa diagnosa gizi masyarakat kepada
Pengelola Program sebagai sumber data/laporan surveilans sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan; dan

3) memberikan umpan balik kepada sumber data dalam rangka

perbaikan kualitas data

e. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut dalam bentuk rencana intervensi gizi

masyarakat yang akan dilakukan

Tujuan

Memperbaiki atau meningkatkan kondisi gizi berdasarkan rencana dan

penerapan intervensi gizi yang tepat sesuai kebutuhan. Tujuan
intervensi mengarah pada problem (P) berdasarkan etiologi (E)



pg. 14

dengan target memperbaiki sign/symptom (S) yang harus terukur dan

waktu tertentu

Fokus Intervensi Gizi
Intervensi gizi berfokus pada promosi kesehatan dan mencegah

penyakit yang dirancang atau direncanakan untuk merubah kondisi

sebelumnya yang berakaitan dengan perilaku masyarakat, lingkungan
dan kebijakan.

Cara Penatapan Rencana Intervensi Gizi

a. Penerapan intervensi berdasarkan diagnosis dan etiologi

b. Strategi intervensi dimaksudkan untuk merubah asupan makan,
pengetahuan dan perilaku gizi, kondisi lingkungan atau kegiatan

lainnya yang mendukung.
c. Tujuan intervensi gizi dibuat sebagai dasar untuk memonitor

perkembangan dan mengukur dampak asuhan gizi

Katagori Intervensi Gizi

Terdapat 4 katagori intervensi gizi
1) Pemberian Makanan

 Menentukan pendekatan individu termasuk makanan, cemilan,

makanan enteral dan parenteral, dan suplemen. Penentuan
kebutuhan kalori dan zat gizi sehari dapat dihitung disesuaikan

dengan kelompok umur dan kondisi khusus (hamil, menyusui,

dll).
 Preskripsi Diet adalah Pernyataan singkat mengenai anjuran

asupan energi dan atau zat gizi atau makanan tertentu untuk
pasien secara individual berdasarkan standar rujukan,

pedoman, kondisi pasien dan diagnosis gizi
 Penetapan preskripsi diet dapat dilakukan pada pelayanan gizi

rawat inap di Puskesmas rawat inap

 Penetapan preskripsi diet pada pasien rawat jalan menjadi
bahan edukasi gizi (termasuk syarat dan prinsip diet)







pg. 15

 Penulisan Preskripsi Diet






















2) Edukasi Gizi

Edukasi Gizi: Proses memberikan instruksi dan latihan bagi pasien/

klien untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatur dan memodifikasi makanan, memilih aktivitas fisik terkait

gizi serta memelihara dan meningkatkan perilaku hidup sehat.
Komponen edukasi terdiri dari 1) konten/materi (untuk

meningkatkan pengetahuan; 2) Aplikatif (meningkatkan

pemahaman dan keterampilan).

3) Konseling Gizi
Konseling Gizi: sebuah dukungan kegiatan kolaborasi antara

konselor dan klien untuk menetapkan pilihan makanan bergizi,

aktivitas, menetapkan tujuan untuk mengatasi masalah gizi dan
meningkatkan status kesehatan. Tujuannya Membantu klien

mengidentifikasi dan menganalisis masalah; memberikan alternatif

pemecahan masalah; dan membimbing kemandirian mengatasi
masalah. Sasaran konseling adalah individu.

4) Koordinasi asuhan gizi

Koordinasi Asuhan Gizi: 1) Melakukan rujukan, koordinasi dengan
tenaga kesehatan lainnya, pihak, instansi atau dinas lainnya yang

dapat mendukung perbaikan gizi; 2) Menghentikan asuhan atau

merujuk / memindahkan asuhan ke fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya misal merujuk ke pusat kesehatan masyarakat/program





pg. 16

gizi; 3) Kolaborasi dan koordinasi di Puskesmas dapat berupa:

lintas program puskesmas dan atau lintas sektor.
Dari kasus di atas, maka katagori intervensi yang sesuai dengan

diagnosa dan etiologi maslaah gizi masyarakat )sesuai kasus) adalah
termasuk katagori:

1. Edukasi
Melakukan Edukasi pada keluarga yang mempunyai balita sesuai

masalah yang dihadapi


Melakukan edukasi kader sebagai wakil dari pengelola kegatan
posyandi dari masing-masing wilayah yang ada di wilayah

Puskesmas
2. Koordinasi asuhan gizi


Kolaborasi dan koordinasi dengan lintas program di tingkat
puskesmas


Kajian epidemideiologi gizi pada kasus gizi buruk yang ditemukan
di wilayah tersebut


f. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Tujuan

Untuk melihat perkembangan dan pencapaian tujuan yang diharapkan.
Monitoring dan evaluasi gizi mengidentifikasi outcome yang

berhubungan dengan diagnosis dan tujuan intervensi gizi yang
direncanakan. Indikator asuhan gizi adalah penanda (marker) yang

dapat diukur dan dievaluasi untuk menentukan efektivitas asuhan gizi.
Kajian gizi yang lebih spesifikdapat dilakukan dengan membandingkan

outcome dengan status gizi sebelumnya dan tujuan intervensi. Secara

umum, ini bertujuan untuk menilai efektivitas intervensi yang dilakukan
oleh tenaga gizi.


Cara Menetapkan Indikator untuk Monitoring dan Evaluasi
Mahasiswa atau tenaga profesi gizi menentukan indikator yang dapat

menggambarkan perubahan hasil dari asuhan gizi. Dengan kata lain,
tenaga tersebut akan mempertimbangkan diagnosis gizi, intervensi




pg. 17

gizi, diagnosis medis, tujuan pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan

gizi, jenis pelayanan, klien/ masyarakat, dan tingkat keparahan
penyakit.

Outcome dari Monitoring dan Evaluasi

Dibagi menjadi 4 katagori, yaitu :

a. Pengukuran antropometri
b. Data riwayat gizi

c. Data laboratorium
d. Data klinis/ fisik

Jadi outcome asuhan gizi masyarakat adalah

1. Perubahan pengetahuan, keyakinan/sikap/perilaku, akses dan
lingkungan

2. Peningkatan/penurunan asupan makanan (FH)
3. Perubahan tanda dan gejala (data biokomia, fisik/klinis dan

antropometri)
Jadi, dari penjelasan di atas tentang monitoring dan evaluasi yang
diharapkan adalah

1. Perubahan pengetahuan gizi

2. Perubahan tanda dan gejala, dalam hal ini adalah perubahan
persentase konsumsi buah dan sayur dalam periode intervensi

(minimal 1 bulan)

2. Analisis situasi atau pengkajian data terhadap data kinerja Puskesmas

berkaitan dengan Gizi pada Remaja Putri Anemia Gizi Besi

Remaja putri yang menderita anemia ketika menjadi ibu hamil berisiko
melahirkan Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) dan stunting. Anemia gizi

besi menjadi salah satu penyebab utama anemia, diantaranya karena

asupan makanan sumber zat besi yang kurang. Asupan total zat besi
pada anak perempuan usia 10–12 tahun yang menderita anemia hanya

sebesar 5,4 mg/hari, lebih rendah daripada kebutuhan perhari sebesar 20

mg/hari sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Angka ini
menunjukkan bahwa asupan total zat besi pada remaja tersebut hanya

sekitar 25% dari AKG.




pg. 18

Remaja putri pada masa pubertas sangat berisiko mengalami anemia gizi

besi. Hal ini disebabkan banyaknya zat besi yang hilang selama
menstruasi.

Selain itu diperburuk oleh kurangnya asupan zat besi, dimana zat besi

pada remaja putri sangat dibutuhkan tubuh untuk percepatan

pertumbuhan dan perkembangan.

a. Tahap pengumpulan data


Data-data yang harus dikum[ulkan seperti di bawah ini

1) Antropometri

Prevalensi/proporsi status gizi remaja putri (IMT/U)

Jika data tersebut tidak ada di puskesmas, dapat menggunakan

hasil penelitian yang memberi fakta tentang status gizi remaja putri
sebagai analogi.


2) Laboratoium :

Prevaleni/proporsi anemia pada remaja putri

Jika data tersebut tidak ada di puskesmas, dapat menggunakan

hasil penelitian yang memberi fakta tentang prevalensi anemia gizi
pada remaja putri sebagai analogi.


3) Fisik/Klinis: -

4) Riwayat Gizi


 Data asupan zat besi total sehari kurang dari 20 mg/hari (AKG)
dan data konsumsi protein, sayuran dan buah-buahan

 Ketersediaan makanan sumber zat besi
 Pengetahuan remaja putri, orang tua, dan keluarga tentang

anemia dan pentingnya mengonsumsi makanan sumber zat
besi dan

 vitamin C

 Ketersediaan dan distribusi TTD remaja putri
 Persepsi remaja putri tentang bentuk tubuh ideal (body image)





pg. 19

 Cakupan pemberian dan konsumsi TTD pada remaja putri

yang diperoleh dari Kartu Suplementasi Gizi dan Buku Rapor
Kesehatanku

5) Riwayat Klien:


 Prevalensi/proporsi remaja putri yang telah menstruasi

 Prevalensi/proporsi keluarga dengan Perilaku Hidup Bersih

dan Sehat (PHBS)

 Kondisi geografis, akses ke Posyandu Remaja atau fasilitas

pelayanan kesehatan

 Daya beli masyarakat

 Dukungan sosial, budaya, psikologis, agama dan kebijakan


b. Pengolahan data

Hasil pengolahan data keadaan Gizi pada Remaja Putri Anemia Gizi
Besi, maka akan diperoleh informasi yang dapat menggambarkan

masalah (problem) dan besaran masalah gizi yang berkaitan dengan

masalah tersebut di wilayah kerja puskesmas. Besaran masalah gizi
dapat menjadi tanda/gejala dari masalah yang ada (sign/symptom)


Dari hasil pengumpulan data keadaan gizi pada remaja putri anemia
tersebut di atas, maka anemia gizi pada remaja putri dapat disajikan

menurut kelompok faktor risiko terjadainya anemia pada remaja putri.

Faktor risiko tersebut dapat diperoleh dari hasil pengolahan data
riwayat gizi dan riwayat klien dan atau hasil analogi yang diperolh daari

berbagai hasil penelitian yang menjelaskan faktor-faktor yang

berhubungan terjadinya anemia pada remaja putri.

c. Analisis Data dan Interpretaasi Data

Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran

masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian,

dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus
didukung dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada.





pg. 20

Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi etiologi atau faktor risiko

terjadinya masalah gizi yang akan ditangani. Salah satu cara yang
dapat dilakukan untuk melakukan tahapan ini adalah dengan diagram

tukan ikan (Fish Bone Diagram).

Besarnya masalah gizi secara antropometri yang sudah dikumpulkan

dan data lainnya: laboratorium (jika ada), fisik/klinis (jika ada), data
riwayat gizi masyarakat, riwayat klien di masyarakat harus

dimanfaatkan pada tahap analisis data dan interptretasi data. Salah

satu cara yang akan dipakai untuk menganalis timbulnya masalah gizi
adalah dengan diagram tulang ikan. Dimana, kepala ikannya adalah

anemia gizi rematri, dan sub-sub dari komponen utama yang diperoleh
dari identifikasi etiologi atau faktor risiko terjadinya anemia pada

remaja putri

Jadi, dari hasil pengkajian anemia pada remaja putri dapat

diidentifkasi sebagai berikut (berdasarkan ilustrasi hasil pengumpulan

data tersebut di atas)

Problem (P):


Tingginya prevalensi/proporsi anemia pada remaja putri di wilayah

kerja Puskesmas … Tahun …

Etiologi (E) / identifikasi faktor penyebabnya


1) Rendahnya asupan protein hewani

2) Rendahnya asupan sayuran dan buah-buahan

3) Rendahnya asupan zat besi total


4) Kurangnya pengetahuan keluarga dan remaja putri tentang
anemia


5) Kurangnya kepatuhan dalam mengonsumsi TTD

6) Persepsi remaja putri yang salah tentang bentuk tubuh ideal
(body image)







pg. 21

7) Kondisi sosial ekonomi dan budaya yang tidak mendukung

(adanya pantangan dalam makanan)

8) Perencanaan kebutuhan dan distribusi TTD remaja putri yang
kurang tepat


9) Kurangnya edukasi tentang anemia dan manfaat TTD


Sign/Symptom (S)/identifikasi tanda/gejalanya kejadian anemia
tersebut


Sesuai data dari pengkajian yang menjadi tanda dan gejala, diagnosa

gizi masyarakat yang dapat di rumuskan adalah sebagai berikut ini

Tingginya prevalensi/proporsi anemia pada remaja putri di wilayah

kerja Puskesmas A Tahun 2017 (P) berkaitan dengan rendahnya
konsumsi sumber protein hewani disebabkan kurangnya pengetahuan

remaja putri tentang anemia, sosial ekonomi tidak mendukung (E)

ditandai dengan prevalensi/proporsi asupan protein < 80% AKG
sebesar 38% (S)


d. Diseminasi

1) menyampaikan informasi berupaka hasil diagnosa gizi masyarakat

kepada unit yang membutuhkan untuk dilaksanakan tindak lanjut;
2) menyampaikan informasi berupa diagnosa gizi masyarakat kepada

Pengelola Program sebagai sumber data/laporan surveilans sesuai

ketentuan peraturan perundangundangan; dan
3) memberikan umpan balik kepada sumber data dalam rangka

perbaikan kualitas data

e. Rencana Tindak Lanjut

Rencana tindak lanjut dalam bentuk rencana intervensi gizi

masyarakat yang akan dilakukan

Dari kasus di atas, maka katagori intervensi yang sesuai dengan

diagnosa dan etiologi maslaah gizi masyarakat )sesuai kasus) adalah
termasuk katagori:




pg. 22

a. Edukasi

Melakukan Edukasi pada remaja putri sesuai masalah yang
dihadapi (tentang anemia dan pentingya TTD)

b. Koordinasi asuhan gizi
Kolaborasi dan koordinasi dengan lintas program di tingkat

puskesmas dan lintaas sekotor (dalam hal ini pengelola UKS
disemua sekolah dan atau dengan kepala sekolah) yang ada di

wilayah kerja Puskesmas


f. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Jadi, dari penjelasan di atas tentang monitoring dan evaluasi yang
diharapkan adalah
a. Perubahan pengetahuan gizi

b. Perubahan tanda dan gejala, dalam hal ini adalah perubahan

persentase sumber protein hewani, terjadi peningkatan persentase
konsumsi TTD dalam kurun waktu pengamatan 1 bulan (yang

mengkonsumsi 4 TTD terjadi peningkatan di bandingkan dengan
sebelum diberi edukasi tentang anemia dan TTD)


E. Penutup


Semoga Modul praktek minitoring dan evaluasi pembinaan program gizi di
tingkat puskesmas dengan metode surveilans gizi ini bermanfaat baik bagi

mahasiswa dan tenaga profesi di bidang gizi yang menjalankan sureilans gizi.






























pg. 23

Daftar Pustaka


Apriningsih, 2019. Peranan Orang Tua dalam Meningkatkan Kepatuhan Siswi
Minum Tablet Zat Besi Asam Folat di Kota-Depok, Gizi Indonesia, 2019,
42(2): 71-82.

Direktur Jenderal Kesmas, Kemenkes, 2018. Pendekatan Program Kesehatan
Masyatakat Tahun 2018


Fitriana, 2019. Evaluasi Program TTD pada Rematri, MPPKI, September 2019.
Vo. 2 No. 3

Moerdiyanto. Teknik Monitoring Dan Evaluasi (Monev) Dalam Rangka
Memperoleh Informasi Untuk Pengambilan Keputusan Manajemen

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2014.
Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014.

Tentang Upaya Perbaikan Gizi
Permenkes Nomor 14 Tahun 2019 tentang Pelaksanaan Teknis Surveilans Gizi


Kemenkes, 2018. Proses Asuhan Gizi Puskesmas











































pg. 24


Click to View FlipBook Version