The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Majalah Imakulata Edisi XXII, Natal 2024

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rak Buku Paroki Kalideres, 2025-03-02 21:37:02

Majalah Imakulata Edisi XXII, Natal 2024

Majalah Imakulata Edisi XXII, Natal 2024

1 Moderator Romo Antonius Rajabana, OMI Pendamping DPH Jonny Wijaya Ketua Komsos SMI Michael Burhan Ketua Komsos Stasi V. Pallotti Fransiska Yuliyanti Ayusari Siki Pemimpin Redaksi Andrea Karmila Redaktur Smartis (Editor) Salam Jumpa untuk Seluruh Pembaca Imakulata. Apa kabar? Tak terasa penghujung tahun telah tampak di depan mata kita. Natal dan Tahun Baru kembali menjelang. Kali ini Majalah Imakulata terbit dalam edisi cetak sebagai hasil kerjasama antara Panitia Natal dan Paskah 2024-2025 dengan Sie Komunikasi Sosial (Komsos) SMI. Pembaca terkasih, kami mengambil tema Natal bersama KWI dan PGI sebagai tema Majalah Imakulata kali ini: “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem” (Lukas 2:15). Harapan kami, melalui tema yang juga berupa ajakan ini, kita semakin memahami arti kehadiran Kristus dalam hidup kita. Kita semakin bersukacita karena kita dipilihNya, dan kita pun semakin mau untuk mengajak sesama kita berjumpa dengan Kristus. Sejumlah artikel menarik lainnya telah kami siapkan untuk menemani para Pembaca terkasih. Selamat menikmati Imakulata edisi kali ini. Damai Natal dan Sukacita Tahun Baru meliputi kita semua! Reporter Susan Sandy Felicia Usawan Meli Septiani Clara Claudia Emanuela Yulia Susanti Stephani Laurensia Fotografer Logo Majalah Herry Thamrin Desain Sampul & Tata Letak Andrea Karmila Email: majalah@gerejasmi.or.id URL: smi.my.id/imakulata Alamat Redaksi: Sekretariat Paroki Kalideres CItra Garden 3 Blok B 27 Jakarta Barat 11830 Telp. 021-29405097 / 29405098 Fax. 021-54360841 Sambutan Panapas 2024/2025 Ruang Batin Marilah Sekarang Kita Berziarah dalam Pengharapan Sajian Khusus Tahun Yubelium 2025: Peziarahan dan Pertobatan Bethlehem: Saksi Nyata Allah Menjadi Manusia Kesaksian Iman Menjadi Orang Tua Katolik: Bersiap Menghadapi Panggilan Seputar Paroki Seksi / Kategorial Wanita Katolik Republik Indonesia OMIPedia Membentangkan Diri Untuk Merengkuh Seluruh Bumi Pojok OMK Healed & Happy Obviously Ringan Bermakna 5 Tradisi Unik Natal Dari Seluruh Dunia 2 3 6 12 15 21 25 28 31


2 Shalom, Salam damai dan sejahtera bagi kita semua! Pertama-tama saya ingin mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Tritunggal Mahakudus karena pada tahun 2024 ini kami masih boleh merayakan kegembiraan dan sukacita Natal bersama Bapak, Ibu, Adik-Adik, dan Saudara-Saudari seiman di Gereja Santa Maria Imakulata dan Stasi St. Vincentius Pallotti. Tema Natal kali ini “Marilah Sekarang Kita Pergi ke Bethlehem” yang diambil dari Injil Lukas 2:15 adalah ajakan para gembala untuk melihat yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita. Tema ini sekaligus juga merupakan ajakan bagi kita semua, supaya kita juga dapat mengalami perjumpaan dengan Sang Juru Selamat yang telah lahir ke dunia dan memberikan kita sukacita besar dan hidup baru dalam Kristus. Peristiwa Natal selalu menjadi momen yang sangat istimewa dan paling ditunggu bagi kita semua. Dan Natal tahun ini menjadi lebih spesial lagi bagi kami dari Wilayah 16, 17, dan 18, karena tahun ini kami boleh ikut ambil bagian dalam melayani umat sebagai Panitia Natal 2024 dan Paskah 2025 (PANAPAS 2024-2025). Banyakhal yangtelahkami laluibersama dalam Panapas ini. Ada suka, banyak pula dukanya. Kekhawatiran, kecemasan, keegoisan, perdebatan, perselisihan, dan lain sebagainya muncul karena semua anggota Panapas mempunyai semangat untuk melayani dengan caranya masingmasing yang berbeda-beda. Tetapi melalui kekuatan Pagar Doa dari semua anggota Panapas setiap harinya dan dukungan doa dari umat serta kebaikan Tuhan, kami boleh bergandengan tangan menyelesaikan satu per satu tugas kami dengan baik. Kami percaya bahwa semua itu adalah proses yang Tuhan izinkan terjadi untuk membentuk iman dan pelayanan kami menjadi lebih baik lagi. Yang terpenting adalah melalui Panapas ini kami berkesempatan mengamalkan seluruh nilai-nilai dari “SMI Values” secara penuh yaitu Syukur, Kasih, Tanggungjawab, Peduli, dan Rendah Hati. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Romo Antonius Rajabana, OMI dan DPH Pendamping Wilayah 16, 17, dan 18 atas dukungan dan arahannya sehingga kami dapat menjalankan tugas-tugas kepanitiaan ini dengan baik. Kami juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh umat, para donatur, rekan-rekan Koordinator Wilayah dan para Ketua Lingkungan, seluruh Seksi dan Kelompok Kategorial yang ada di Gereja Santa Maria Imakulata dan Stasi St. Vincentius Pallotti, juga kepada pihak-pihak terkait lainnya yang dengan tulus memberikan dukungan dan sumbangan baik materiil maupun non- materiil sehingga Perayaan Natal di Gereja Santa Maria Imakulata dan Stasi St. Vincentius Pallotti dapat berjalan dengan baik dan penuh sukacita. Pada kesempatan ini kami pun ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya jika dalam pelayanan kami sebagai Panitia Natal dan Paskah 2024-2025 ada hal-hal yang kurang berkenan di hati seluruh umat, sesama rekan Panapas, Dewan Paroki Harian, semua Seksi dan Kelompok Kategorial, dan semua pihak. Akhir kata, saya mewakili teman-teman dari Panapas 2024-2025 mengucapkan: Selamat Hari Raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, semoga berkat Tuhan melimpah atas kita semua. Tuhan Yesus memberkati dan Bunda Maria Imakulata mendoakan kita semua. Amin. Salam Kasih, Stefanus Kurniawan Ketua Umum Panitia Natal 2024 dan Paskah 2025


3 Natal Sebagai Peziarahan Sahabat Imakulata yang terkasih, Natal kali ini cukup istimewa karena kita akan diajak oleh Bapa Suci untuk memulai peziarahan kita di Tahun Yubileum Agung. Tema Yubileum Agung kali ini adalah “Peziarah Harapan”. Seluruh umat Katolik diajak untuk masuk dalam dinamika ini, bahwa setiap dari kita adalah peziarah harapan. Di saat yang lain, KWI-PGI menentukan tema Natal tahun ini dengan kutipan yang diambil dari Lukas 2:15. Ketika mencoba merenungkan ayat ini, saya pun melihat dimensi peziarahan di baliknya. Para gembala dapat menjadi model bagi kita akan cara menghidupi semangat peziarah di Perayaan Natal tahun ini. Mari kita lihat asal kata “Peziarah”. Kata “Peziarah” berasal dari Bahasa Latin peregrīnus orang asing. Status peregrīnus ini mengacu pada orang-orang asing (di luar Roma) yang datang ke Roma untuk suatu tujuan religius. Bercermin dari akar katanya, saya percaya peziarahan tidak sama dengan sekedar travelling. Travelling mempunyai ciri rekreatif, terkadang edukatif, tetapi peziarahan selalu mempunyai makna religius di baliknya. Ini bukan sekedar jalan-jalan, tetapi sebuah ekspresi perjalanan rohani-spiritual menuju kesatuan pada Allah sendiri. Yesus Sang Harapan Sejati “Marilah sekarang kita pergi ke Bethlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita.” (Luk. 2:15). Keberangkatan para gembala bukan tanpa sebab. Mereka sudah terlebih dahulu menerima pewartaan dari Malaikat. Kepergian mereka menuju Bethlehem adalah sebuah peziarahan, mereka ingin melihat apa yang diwartakan oleh Malaikat kepada mereka. Mari belajar dari para gembala. Mereka menemukan alasan sejati peziarahan hidup mereka, yaitu lahirnya Sang Mesias di tengahtengah mereka. Malaikat berkata, “Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk segala bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Mesias, Tuhan, di kota Daud.” (Lk. 2:10). Para gembala telah mendengar kabar gembira ini, dan bergegas untuk melihat Sang Juruselamat. Kehadiran Mesias yang diwartakan malaikat adalah kesukaan besar, dan itulah dasar harapan kita, yaitu Allah yang hadir menyelamatkan kita. Pertanyaan bagi setiap pribadi adalah, “apakah saya meletakkan harapan saya hanya kepada Tuhan Yesus?” Para gembala bergegas ke Bethlehem setelah mendengar pewartaan dari Malaikat tentang Mesias. Dalam konteks sejarah bangsa Yahudi, Sang Mesias adalah sosok yang dinanti-nantikan untuk menjadi juruselamat bangsa Yahudi. Kini kita mengetahui bahwa Yesus sebagai Mesias tidak hanya menyelamatkan bangsa Yahudi, tetapi juga bangsa-bangsa lain termasuk kita saat ini. Mungkin banyak dari kita belum terbuka untuk melihat dan mengalami Tuhan Yesus yang hadir. Natal bukan sekedar pesta. Lebih dari itu, Natal adalah peristiwa iman yang luar biasa, yaitu saat kita menyambut lahirnya Mesias ke dunia.


4 Allah yang jauh, menjadi dekat sekali dengan kita, bahkan ambil bagian dalam kehidupan kita, manusia. Dengan iman seperti itu, kita bisa memaknai bahwa perayaan Natal adalah perayaan Harapan, karena di tengah gelapnya dunia, Tuhan sendiri yang hadir menjadi cahaya hidup kita. Di tengah-tengah situasi dunia yang membawa banyak kekhawatiran, Tuhan Yesus hadir sekali lagiditengah-tengah kitadan memberi kelegaan serta kekuatan untuk menghadapi aneka persoalan kita. Ia merendahkan diriNya, menjadi sama seperti kita, supaya kita ingat bahwa tugas kita di dunia ini bukan untuk saling menguasai dan saling “membuat jarak”. Allah yang dulunya dirasa jauh, merendahkan diriNya, dan “mendekatkan” diriNya sendiri dengan umat pilihanNya. Sukacita Natal haruslah menjadi suatu momen yang semakin menyatukan dan mendekatkan kita semua sebagai umat beriman. Kedekatan itu juga harusnya menginspirasi kita, bahwa Tuhan Yesus dekat dengan manusia untuk membawa kabar sukacita bagi kita. Berziarah Menyongsong Harapan Tidak cukup menjadi pribadi yang pasif, menunggu tanpa ada gerakan. Para gembala mengingatkan kita, bahwa kita pun harus ikut ambil bagian dalam peristiwa iman ini. Ketika mereka mengatakan “marilah sekarang”, mereka sedang mengungkapkan iman mereka. Dan dari pernyataan sederhana itu, kita bisa belajar sikap iman mereka yang inspiratif. Para gembala tidak menunda-nunda. Mari sedikit berimajinasi. Jika mereka mau, para gembala itu punya alasan untuk menunda dan berkata kepada malaikat, “Kami gembala, harus menjaga kawanan kami, besok saja, ya, melihat Sang Mesias yang lahir!” atau, bahkan menolak, “Kami tidak perlu melihat Sang Mesias yang lahir, kami tak bisa meninggalkan kawanan kami, jadi nanti saja, ya. Kalau Sang Mesias sudah hadir, Dia pasti datang untuk menyelamatkan kami, bukan?!” Intinya, jika kita mencoba membayangkan, pasti akan selalu ada alasan untuk menunda atau menolak undangan Malaikat untuk “melihat” Sang Mesias yang lahir. Saudara-saudariku yang terkasih, mari belajar dari sikap para gembala ini. Mereka adalah peziarah harapan, dan sesaat sesudah menemukan Sang Harapan Sejati, mereka bergegas, berangkat, dan memulai peziarahan mereka untuk “berjumpa” dengan Sang Mesias yang hadir. Keberangkatan mereka adalah simbol peziarahan sejati, yaitu bergerak untuk berjumpa dan mengalami Sang Juruselamat. Mungkin banyak dari kita belum menghidupi sikap peziarah iman para gembala ini. Beberapa dari kita punya pemikiran, bahwa waktu sebanyak-banyaknya untuk bekerja. Nanti kalau sudah tua, sudah tidak bisa apa-apa, pasti banyak waktu yang bisa diluangkan untuk memupuk hidup rohani. Semoga tidak banyak dari kita yang punya pemikiran demikian! Yesus, Sang Mesias yang lahir, adalah harapan sejati kita semua. Dia adalah Sang Harapan yang hidup. Kita pun perlu untuk bergerak dan berangkat guna memulai peziarahan iman kita, berjumpa dengan Sang Harapan Hidup umat manusia itu. Saat


5 sudah berjumpa pun, kita akan terus berziarah, sampai hidup kita benar-benar “menjadi satu” dengan Dia sendiri. Penutup: SMI Berziarah Bersama Values Di masa yang penuh sukacita ini, saya mengajak Sahabat SMI untuk mengambil sikap para gembala. Ini saatnya kita untuk melakukan peziarahan iman kita. Semoga peziarahan iman kita itu diwarnai juga dengan 5 Values (Tata Nilai) yang kita kenal dengan “SMI Values”. SMI Values ini ibarat perbekalan yang boleh dibawa oleh seorang peziarah. Kita tidak berbekal makanan, atau minuman yang dapat habis, tapi kita berbekal kasih, syukur, tanggung jawab, rendah hati dan peduli. Values inilah yang nantinya akan mewarnai perjalanan kita untuk “berjumpa” dan “mengalami” Sang Mesias, Harapan umat manusia yang hidup di tengah-tengah kita. Mari kita warnai Natal tahun ini dengan berziarah menyongsong Yesus, satu-satunya dasar harapan kita, dan sambil berziarah, sambil mengamalkan SMI Values dalam kehidupan sehari-hari. Dengan SMI Values itu, kita dibantu untuk menemukan arah peziarahan kita dan sekaranglah waktunya. Tidak perlu menunda-nunda, saat ini juga “marilah kita berangkat ke Bethlehem”, saat ini juga marilah sekarang kita berziarah dalam Pengharapan. Marilah kita berziarah bersama “teman seperjalanan kita”, yaitu keluarga kita sendiri, umat Lingkungan, umat Wilayah, umat Paroki, semua umat beriman, serta semua orang yang berkehendak baik untuk mewujudkan Harapan nyata di dunia ini. Selamat Natal, Tuhan Yesus memberkati, Bunda Maria Imakulata mendoakan.


6 Tahun Yubileum adalah periode istimewa dalam kalender liturgi Gereja Katolik yang dirayakan setiap 25 tahun sekali. Memasuki Tahun Yubileum, umat Katolik di seluruh dunia merayakan dengan doa, pertobatan, dan perayaan dengan fokus utamanya adalah pada pengampunan dan rahmat Tuhan yang melimpah. Tahun Yubileum merupakan tradisi penting dalam Gereja Katolik yang telah berlangsung selama berabad-abad. Paus Fransiskus secara resmi mengumumkan Tahun Yubileum 2025 pada Kamis, 09 Mei 2024, pukul 17.30 waktu setempat di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Tahun Yubileum akan dimulai pada Selasa, 24 Desember 2024 atau pada malam Natal, dan berakhir pada Selasa 06 Januari 2026). Dikutip dari Catholic World Report edisi Minggu, 21 Januari 2024, umumnya tahun Yubileum ini akan diadakan setiap 25 tahun sekali meskipun Paus dapat mengadakan tahun Yubileum luar biasa, seperti pada Tahun Iman 2013 dan Tahun Kerahiman 2016. Makna Tahun Yubileum Dikutip dari Catholic Religious Australia, tema yang dipilih oleh Paus Fransiskus untuk Tahun Yubileum 2025 adalah “Peziarah Pengharapan”. Adapun fokus khusus dari tema tersebut meliputi


7 mendengarkan tangisan orang miskin, peduli ciptaan, dan solidaritas dengan semua saudara dan saudari kita. Paus Fransiskus, yang dikenal dengan fokusnya pada belas kasih dan rekonsiliasi, diharapkan akan memberikan panduan dan seruan khusus kepada umat Katolik untuk memanfaatkan Tahun Yubileum ini sebagai waktu untuk memperkuat komitmen mereka terhadap iman dan pelayanan kepada sesama. Paus mengawali suratnya dengan sebuah kutipan Alkitab, betapa “pengharapan tidak mengecewakan,” yangmendasariTahunYubileum 2025. “Harapan dibutuhkan bagi bangsa dan negara yang melihat masa depan dengan rasa takut dan gelisah,” kata Bapa Suci seperti yang dilansir oleh Kantor Berita Associated Press. Paus Fransiskus mengimbau negaranegara kaya untuk membantu negara miskin, dan “mengakui konsekuensi dari keputusankeputusanmerekadimasa laluuntukmengampuni utang negara-negara yang tidak akan mampu melunasinya.” Bapa Suci antara lain merujuk pada “utang ekologis terkait ketidakseimbangan komersil yang berdampak pada lingkungan dan konsumsi berlebihan dari sumber daya alam oleh sejumlah negara tertentu untuk waktu yang lama.” Holy Door atau Pintu Suci Salah satu tradisi paling ikonik dari Tahun Yubileum adalah pembukaan Pintu Suci (Porta Sancta) di empat Basilika utama di Roma: Basilika Santo Petrus, Basilika Santo Yohanes Lateran, Basilika Santa Maria Maggiore, dan Basilika Santo Paulus di Luar Tembok. Pintu Suci hanya dibuka pada Tahun Yubileum dan ditutup kembali setelah tahun tersebut berakhir. Pintu Suci merupakan salah satu pintu masuk yang tertutup rapat dan ditemukan di Basilika Santo Petrus, Vatikan. Pembukaan Pintu Suci melambangkan pembukaan pintu pengampunan dan rahmat Tuhan. Umat Katolik yang melewati Pintu Suci dengan sikap hati yang tulus dan memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan Gereja - seperti pengakuan dosa, komuni suci, dan doa untuk intensi Paus - dapat memperoleh indulgensi penuh, yaitu pengampunan atas hukuman sementara akibat dosa. Pembukaan Pintu Suci tidak hanya membuka akses ke pengampunan, tetapi juga menyerukan untuk melakukan perjalanan rohani yang mendalam. Ini adalah kesempatan untuk meninggalkan kehidupan lama yang penuh dosa dan memasuki kehidupan baru dalam Kristus. Selama Tahun Yubileum, Gereja mendorong umatnya untuk melakukan perjalanan peziarahan (ziarah) dan mengekspresikan pertobatan sejati. Sejarah Tahun Yubileum Tahun Yubeleum pertama kali diadakan pada tahun 1470 ketika umat Katolik dipimpin oleh Paus Paulus II dan terakhir diselenggarakan pada tahun 2000 di zaman Paus Yohanes Paulus II. Menurut Catholic Agency for Overseas Development, pada Tahun Yubeleum terakhir itu ada sekitar 25 juta peziarah yang datang dari seluruh penjuru dunia. Tahun Yubileum memiliki akar dalam tradisi Yahudi kuno. Dalam Kitab Imamat, Tahun Yubileum dirayakan setiap 50 tahun, ditandai dengan pembebasan budak, pengampunan utang, dan pengembalian properti kepada pemilik asli. Tradisi ini kemudian diadaptasi oleh Gereja Katolik dan pertama kali dirayakan pada tahun 1300 oleh Paus Bonifasius VIII yang berangkat dari tradisi pengampunan utang dalam agama Yahudi. Sejak saat itu, Tahun Yubileum dirayakan secara berkala. Pada abad ke-16, Paus Paulus V menetapkan bahwa Tahun Yubileum akan diadakan setiap 25 tahun sekali, meskipun beberapa Yubileum khusus juga dirayakan pada waktu-waktu tertentu yang dianggap penting oleh para Paus. Persiapan dan Perayaan Sebelum Tahun Yubileum dimulai, Gereja mempersiapkan umatnya dengan berbagai


8 cara. Ini termasuk serangkaian katekese untuk membantu umat memahami makna dan pentingnya Yubileum, serta untuk mempersiapkan hati dan pikiran mereka kepada pertobatan sejati. Selain itu, konferensi, retret, dan acara doa khusus akan diadakan untuk membantu umat Katolik mendalami iman mereka. Berbagai kegiatan amal dan pelayanan kepada orang miskin dan terpinggirkan diadakan sebagai bagian dari panggilan Yubileum untuk berbuat baik kepada sesama. Kegiatan-kegiatan amal dan pelayanan tersebut biasanya ditingkatkan selama periode ini sebagai ekspresi konkret dari kasih dan pengampunan yang diusung oleh Tahun Yubileum. Perayaan Tahun Yubileum sering kali mencakup diadakannya Misa-Misa khusus, doadoa bersama, dan ritual keagamaan lainnya. Di seluruh dunia, umat Katolik berbondongbondong menghadiri perayaan-perayaan ini, baik di Basilika-Basilika utama maupun di gerejagereja lokal. Tahun Yubileum menjadi waktu yang penting bagi umat untuk merenungkan kembali iman mereka, menguatkan komitmen spiritual, dan memperdalam hubungan mereka dengan Tuhan. Tahun Yubileum bukan hanya perayaan seremonial tetapi juga merupakan waktu mengajak umat untuk merenungkan hubungan mereka dengan Tuhan dan sesama. Inilah waktu untuk memperbarui komitmen dalam hidup Kristiani, mengakui dosa-dosa, dan mencari jalan pertobatan.PembukaanPintuSucimelambangkan pintu rahmat Tuhan yang selalu terbuka bagi mereka yang datang dengan hati yang tulus. Dibukanya Pintu Suci menjadi panggilan untuk kita semua agar meninggalkan kehidupan lama yang penuh dosa dan memasuki kehidupan baru dalam Kristus. Selama Tahun Yubileum, berbagai kegiatan dan acara akan diadakan di seluruh dunia. Di Roma,ribuanpeziarah akandatanguntuk melewati Pintu Suci di empat Basilika utama. Gereja-gereja di seluruh dunia juga akan membuka Pintu Suci mereka, memungkinkan umat di berbagai belahan dunia untuk berpartisipasi dalam perayaan ini tanpa harus melakukan perjalanan jauh. (/EYS) Daftar Pustaka: “Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?”. Kompas.com. 14 Mei 2024. 18 November 2024. https://www.kompas.com/ tren/read/2024/05/14/173000765/paus-fransiskusumumkan-2025-sebagai-tahun-yubileum-apa-itu- #google_vignette “Tahun Yubileum 2025 dan Pintu Suci: Makna dan 2024. https://insighttour.id/tahun-yubileum-2025/ ”Paus Fransiskus Umumkan Tahun Yubileum 2025” newsdetik.com. 12 Mei 2024. 18 November 2024. https://news.detik.com/dw/d-7335818/pausfransiskus-umumkan-tahun-yubileum-2025 Maskot Yubileum 2025: Luce, yang artinya cahaya dalam bahasa Italia


9 BETHLEHEM: SAKSI NYATA ALLAH MENJADI MANUSIA Siapa yang tak kenal Bethlehem? Baik tua maupun muda, bahkan anak-anak, pasti kenal dengan Bethlehem, nama kota yang paling sering disebut-sebut bila Natal menjelang. Bethlehem adalah sebuah kota mungil di tanah Yudea, Israel. Penduduknya sekitar 30 ribu jiwa yang umumnya berbahasa Arab dan beragama Kristen. Bethlehem dalam Bahasa Ibrani artinya “Rumah Roti”, tetapi dalam Bahasa Arab berarti “Rumah Daging”. Lembah dan padangnya subur, penuh dengan gandum dan jelai (bdk. Ruth Bab 2 dan 3) serta banyak pohon zaitun. Dalam Kitab Suci, Bethlehem disebut pertama kali saat kematian Rahel, istri Yakub, menantu Ishak. Di Bethlehem pula telah berlangsung kisah cinta antara Boaz dan Ruth – kakek dan nenek Raja Daud. Daud pun dilahirkan di kota ini, bahkan menggembalakan ternak dan dipanggil oleh Samuel untuk diurapi menjadi Raja Israel di tempat yang sama. Ketika Kaisar Agustus mengadakan sensus penduduk di seluruh kekaisarannya, Maria dan Yosef berangkat dari Nazareth ke Bethlehem untuk mendaftarkan diri di sana , karena keduanya adalah keturunan Daud. “Ketika mereka di situ, tibalah saatnya bagi Maria untuk bersalin, dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkus dengan kain lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.” (Lukas 2:6-7) Kalau kita membaca kisah kelahiran Yesus Kristus hingga pelarian bayi Yesus ke Mesir dari Injil yang merekamnya – khususnya Injil Matius dan Lukas – ada tersebut beberapa tempat di Bethlehem yang menjadi saksi kelahiran Juruselamat Dunia ini, seperti gua tempat kandang ternak yang dipakai Bunda Maria dan Santo Yosef untuk bermalam karena mereka kehabisan tempat penginapan, juga padang gembala dan palungan. Masih adakah tempat-tempat yang disebutkan dalam Kitab Suci ini? Ternyata, Bethlehem masih menyimpan harta kekayaan sejarah Gereja ini. Meskipun perang terus saja berkecamuk di Israel hingga saat ini, tempat-tempat yang menjadi saksi kelahiran Penebus kita ini masih terus diupayakan utuh terjaga.


10 Gereja Gua Kelahiran (Nativity Church) berbentuk benteng yang kokoh dengan pintu masuk yang rendah sekali. Penduduk Bethlehem menamakannya “Pintu Kerendahan Hati” karena bagi siapa saja yang hendak masuk ke gereja itu harus menundukkan kepalanya. Pintu itu seakan ingin berkata: “Rendahkanlah dirimu, hai manusia yang sombong, jika engkau mau datang kepada Tuhan yang telah menjadi anak kecil bagimu!” Dalam gereja ada ruang bawah tanah yang berupa gua kelahiran itu sendiri. Tempat kelahiran ditandai dengan bintang yang disertai kalimat dalam Bahasa Latin yang berarti: “Di sini Yesus Kristus dilahirkan dari Perawan Maria.” Di samping Gua Kelahiran, ada Gua Palungan, yaitu gua tempat Yesus diletakkan di sebuah palungan setelah dilahirkan. Masih ada beberapa gua di dalam Gereja Kelahiran ini. Guagua itu berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada Gua Besar, Gua Kanak-Kanak Suci yang dibunuh oleh Herodes, Gua tempat penyimpanan tulang-belulang Santo Eusebius, Santa Paula dan anaknya Santa Eustochium Julia di Roma, dan Gua Santo Hieronimus yang menterjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Latin yang disebut “Vulgata”. Tak jauh dari Gereja Kelahiran, ada satu gua lagi, yang dinamakan Gua Susu. Konon, Keluarga Kudus menginap di gua ini saat pengungsian mereka ke Mesir. Menurut legenda, di gua itu Bunda Maria menyusui Anaknya, dan setitik air susu Bunda Maria jatuh ke lantai gua, lalu lantai itu menjadi putih warnanya seperti air susu. Sedikit ke arah timur luar kota Bethlehem, adalah kota Beit Sahur. Padang gembala tempat para gembala berbaring di waktu malam dan malaikat menampakkan diri kepada mereka untuk menyampaikan kabar gembira kelahiran Kristus ada di sebelah timur kota ini. Ada sebuah gua dekat padang gembala ini yang diyakini sebagai gua tempat para Majus bermalam dalam perjalanan pulang dari Bethlehem ke negeri mereka setelah mereka diperingati oleh malaikat untuk tidak kembali menemui Herodes yang berniat membunuh Bayi Yesus. Bethlehem sebagai saksi nyata kelahiran Allah Manusia lebih dari 2000 tahun yang lalu banyak mengalami dukacita. Kota tempat lahir Juru Damai ini di tahun 1250 mengalami guncangan seturut dengan kejatuhan Kerajaan Mesir. Di bawah pemerintahan raja-raja Muslim, tepatnya saat pemerintahan Sultan Ruknet Din Beibars, keluar keputusan untuk tidak lagi mengizinkan penjagaan khusus bagi Bethlehem. Di tahun 1263, Sultan ini memerintahkan penghancuran menara-menara dan tembok-tembok Bethlehem, dan melarang umat Kristen mengunjungi Bethlehem. Di zaman pendudukan Turki, Gereja Kelahiran diperebutkan antara rahib-rahib Fransiskan dan Gereja Timur Ortodoks. Para rahib Fransiskan mulai berkarya di Bethlehem sejak tahun 1333


11 dengan menempati biara yang ditinggalkan rekan-rekan mereka dari Ordo Agustinus. Hingga tahun 1637, mereka dengan bebas merayakan liturgi Gereja, menyambut para peziarah dan merenovasi Gereja dengan bantuan negaranegara Kristen yang disetujui oleh penguasa Muslim. Belakangan, Gereja Yunani Ortodoks mulai berdatangan dan saling memperebutkan Gereja Kelahiran, sehingga dengan terpaksa Gereja dibagi menjadi 2 belahan: sebelah kiri untuk Gereja Ortodoks dan sebelah kanan untuk Gereja Katolik. Melalui Deklarasi Balfour yang dikeluarkan di Inggris pada tahun 1917, bangsa Yahudi diberikan hak atas tanah di Palestina, dengan catatan bangsa Yahudi harus menghormati penduduk yang telah menetap di sana. Perang antara bangsa Arab dan Yahudi terus berlanjut. Bangsa Yahudi menguasai hampir seluruh Palestina dan menamainya Israel. Saat itu, Bethlehem tidak termasuk di dalamnya dan tetap menjadi daerah tak bertuan. Perang hebat kedua antara Palestina dan Israel pecah di tahun 1967. Bangsa Yahudi menguasai sisa-sisa daerah di Palestina, termasuk Bethlehem. Melalui Perjanjian Oslo tahun 1993, Palestina di bawah pimpinan Yasser Arafat mengambil alih Bethlehem dari bangsa Yahudi hingga sekarang. Bethlehem, oh, Bethlehem.... betapa engkau jauh dari damai yang seharusnya menjadi milikmu yang abadi. Saksi nyata kelahiran Sang Penebus Dunia, kini juga masih harus terus menjadi saksi nyata perang perebutan daerah kekuasaan yang tak kunjung berakhir. (Daftar Pustaka: Napak Tilas di Tanah Suci, R. Isak Doera, Obor, 1997, Gambar: Wikipedia Bethlehem/tis)


12 Namanya Ibu Agustina Sritanti, di Gereja ia lebih dikenal dengan panggilan Ibu Ie Cu. Malam itu, ia bersama dengan suaminya, Bapak Martinus Hwielie Tahari, menyambut kami dengan hangat, lengkap dengan satu teko teh tawar. Ibu Ie Cu dan Bapak Hwilie merupakan orangtua dari Diakon Gregorius Wilson yang sebentar lagi akan ditahbiskan menjadi Imam Keuskupan Agung Jakarta. Ibu Ie Cu mengaku jarang cerita bahwa anaknya masuk Seminari. “Awalnya saya diamdiam saja, karena saya takut, kalau tidak jadi, bagaimana.... Jadi saya jarang cerita,” ujarnya sambil tertawa. Panggilan Sejak Muda Hanya memiliki satu anak laki-laki tidak membuat Ibu Ie Cu dan Bapak Hwilie ragu saat anaknya berkeinginan menjadi Imam Kristus. Apalagi Diakon Wilson masih duduk di kelas satu SMP saat mengutarakan niatnya ingin masuk seminari. Bagi Ibu Ie Cu, itu adalah sebuah panggilan, tidak hanya bagi anaknya, tapi bagi ia dan suaminya sebagai orangtua Katolik. “Kenapa saya bisa ikhlas merestui keinginan anak saya itu? Mungkin karena saya sendiri terpanggil. Bukankah Gereja memang memerlukannya? Sekarang kalau orangtua tidak


13 mau menyerahkan anaknya untuk menjadi Imam Kristus, siapa nanti yang memimpin Misa?” cerita Bu Ie Cu. Selain itu, semasa muda, Ibu Ie Cu pernah mendengar bisikan suara di dalam gereja yang mengatakan bahwa anaknya kelak akan menjadi Imam Kristus. Karena itulah ia dan suami sudah membahas sejak awal apakah mereka siap jika suatu saat anak mereka sungguh dipanggil untuk menjadi Imam Kristus. “Jadi memang mungkin itu panggilannya. Dulu saya waktu masih gadis, belum menikah, belum punya pacar malahan, saya bersekolah di Tarakanita. Saat kuliah, jika pulang kuliah masih jam 6 sore dan bisnya berhenti di depan Katedral, saya selalu ikut Misa Sore di situ. Nah, suatu kali dalam Misa Sore itulah saya seperti mendengar suara bisikan tadi: ‘Nanti anakmu menjadi Romo’. Lalu saat saya sudah punya pacar, saya bilang sama pacar saya (Pak Hwilie): ‘Kalau misalnya anak kita hanya satu, boleh tidak jika dia ingin menjadi Romo?’ Lalu dia bilang ‘Boleh saja’,” kenang Ibu Ie Cu. Walau demikian, Ibu Ie Cu tidak memaksakan keinginannya agar sang anak menjadi Imam Kristus. Ia tetap memberikan kebebasan bagi anaknya untuk memilih. Awalnya ia hanya mengenalkan dan menanyakan apakah anak pertama, Diakon Wilson, ingin menjadi seorang Imam Kristus. Saat itu, Diakon Wilson menolak, ia katakan bahwa ia ingin menjad seperti ayahnya saja. Lama kelamaan, ia merasa terpanggil dan memutuskan untuk masuk ke seminari. Dibiasakan Mandiri Sejak Kecil Ibu Ie Cu bercerita bahwa ia terbiasa membiarkan anaknya mandiri sejak kecil, baik saat pelayanan atau pergi sekolah. Diakon Wilson, misalnya, kerap bolak balik naik Transjakarta saat harus pelayanan di Katedral. Walau sudah tinggal di daerah Kalideres, keluarga Ibu Ie Cu dan Bapak Hwilie memang sebelumnya berparoki di Katedral. Pada tahun 2008, barulah mereka sekeluarga pindah ke Kalideres. Kebiasaan untuk mandiri itu tetap dipegang teguh oleh Ibu Ie Cu dan Bapak Hwilie. Saat anak pertamanya, Diakon Wilson, mengutarakan niatnya untuk masuk ke seminari, ia meminta anaknya untuk mencari informasi sendiri. “Kalau kamu mau masuk seminari, coba urus sendiri, cari sendiri formulirnya. Mama tidak mau carikan. Kamu minta ke Kepala Sekolah,” kenang Ibu Ie Cu, menirukan dirinya beberapa belas tahun silam yang sedang menyuruh anak laki-laki satusatunya itu untuk mencari informasi seminarinya sendiri. Selain untuk melatih kemandirian anaknya, hal ini juga dilakukan untuk melihat apakah betul niatan untuk hidup membiara tersebut sudah


14 serius dan bulat. Ibu Ie Cu bercerita, walau dulu ia pernah mengarahkan anaknya menjadi imam, ia tidak mau anaknya masuk seminari sematamata karena keinginan orangtuanya saja. Ia ingin anaknya mandiri dan berusaha sendiri sementara ia sebagai ibu akan mendukung melalui doa. “Saya bilang begini: dulu saya memang pernah mengarahkan kamu untuk menjadi Imam Kristus, tetapi saya tidak mau kamu nanti masuk seminari karena kemauan orangtua. Nanti kamu menyesal. Jadi kalau memang kamu berniat mau masuk seminari, carilah jalannya sendiri. Saya sebagai ibumu akan selau mendoakan kamu.” Kemandirian yang selalu ia tanamkan ke anaknya inilah yang ia percayai membawa anaknya untukditerimadi seminari yangdiimpikan oleh Diakon Wilson, Seminari Mertoyudan. Berdoa dan Berserah Mendampingi seorang calon Romo tidaklah mudah. Waktu pendidikan yang panjang dan tempat pendidikannya yang cukup jauh tidak membuat Bu Ie Cu dan Pak Hwilie kesulitan berkomunikasi dengan anaknya. Bu Ie Cu kerap mengirimkan surat atau menelpon anaknya selama berada di Seminari. Karena Seminaris tidak diperbolehkan membawa ponsel, Ibu Ie Cu akan berebut dengan ratusan ibu-ibu lainnya untuk menelpon anaknya setiap Sabtu. Di luar itu, ia akan mengirimkan surat untuk menanyakan kabar anaknya. Menurut Ibu Ie Cu, anaknya rutin bercerita tentang hal-hal yang dipelajari di Seminari, namun anaknya itu tidak pernah mengeluh atau menceritakan hal-hal yang tidak enak selama di Seminari. Ibu Ie Cu selalu percaya akan penyelenggaran Tuhan. Menurutnya, hal itulah yang membuatnya tidak ada rasa khawatir ataupun takut selama anaknya menjalani pendidikan di Seminari. Ia percaya karena panggilan dari Tuhan itulah maka anaknya hingga kini tetap punya kekuatan untuk menjadi Romo dan tidak pernah ada keinginan keluar sama sekali bahkan sejak dari saat anaknya masuk ke Seminari. “Kalau Tuhan memang yang memanggil, maka semuanya akan dilancarkanNya. Tapi kita tidak boleh jumawa ‘oh, pasti jadi!’ ya, bukan demikian, tetap kita berserah. Yang penting memang berserah, karena tidak ada sesuatu yang pasti dalam hidup ini,” tutur Bu Ie Cu. Bersiap Jadi Orangtua Katolik Menjadi orangtua Katolik tentunya haruslah siap jika suatu saat anaknya dipanggil menjadi Imam Kristus, Biarawan atau Biarawati. Bapak Hwilie bertutur jangan takut jika anak kita terpanggil menjadi Romo karena anak kita akan dicukupkan dan disiapkan oleh Tuhan. Sebagai orangtua, kita harus mempersiapkan diri supaya ke depannya bisa satu suara mendukung anak kita jika mendapat panggilan khusus untuk menjadi Imam Kristus. Ibu Ie Cu dan Bapak Hwilie bercerita, karena mereka berdua sudah satu suara mengizinkan anaknya menjadi Romo, anaknya pun menjalani pendidikan tidak dengan hati yang berat dan terbebani. Jika panggilan itu ada, maka haruslah dijalani, namun sebagai orangtua jangan memaksa anaknya untuk menjalaninya dengan ambisi. Peran orangtua adalah mengarahkan dan tidak memaksa anaknya. Ternyata, memberikan anaknya untuk menjadi Imam Kristus dan hidup selibat tidaklah membuat Ibu Ie Cu dan Pak Hwilie merasa “kehilangan anak”. Luar biasa, bukan?! “Nggak ada rasa kehilangan. Mungkin karena Tuhan sudah panggil dari awal. Itu suatu rahmat Tuhan lah ya.” tutur Bu Ie Cu. Kedua orang tua ini berharap ke depannya anak mereka mampu menjalani tugas panggilannya dengan baik dan tulus mengabdi pada Tuhan.


15 Bernyanyi di Misa Agung bersama Bapa Paus Fransiskus tidak pernah terbersit dalam pikiran kami. Bahkan pada saat mendengar bahwa Paus Fransiskus akan datang ke Indonesia, pun tidak pernah terbayangkan bahwa kami akan dapat ikut terlibat dalam Perayaan Misa Agung yang saat itu belum jelas akan diadakan di mana. Maka ketika kami dihubungi oleh pihak LP3KD DKI Jakarta bahwa Tim Pesparani Nasional kemarin diajak untuk terlibat dalam paduan suara di Misa Agung tersebut, seketika tanpa berpikir panjang lagi, langsung kami sambut baik ajakan tersebut. 16 orang personil yang turut serta dalam Pesparani Nasional, ditambah 4 orang anggota Pesparani Tingkat Propinsi, total 20 orang, diajak terlibat dari Paroki Kalideres. Sungguh suatu kesempatan langka, apalagi jika mengingat terakhir kalinya seorang Bapa Paus datang ke Indonesia adalah 35 tahun yang lalu! Sebanyak 600 orang anggota paduan suara dari Keuskupan Agung Jakarta, Keuskupan Bogor, Keuskupan Bandung, Pusat Musik Liturgi Yogyakarta, OMK Propinsi Banten, LP3KN, dan KWI akan bernyanyi bersama-sama. Tentu tidak mudah mengumpulkan semuanya untuk berlatih bersama sehingga disepakati tiap paroki akan berlatih secara mandiri dan latihan bersama akan diadakan sebanyak 2 kali, yaitu tanggal 11 Agustus 2024 di Paroki Bojong dan tanggal 1 September 2024 di Sport Hall Canisius College. Gladi Resik bersama seluruh anggota paduan suara diadakan tanggal 4 September 2024 di Gelora Bung Karno pada pukul 13.00. Tak terbayangkan panasnya cuaca saat itu


16 apalagi area paduan suara tidak memakai tenda dan matahari benar-benar di atas kepala. Tapi rupanya bernyanyi bersama begitu banyak orang dengan diiringi oleh Rm. Harry Singkoh, Msc dan dikomandani oleh Rm. Eko Wahyu, OSC bisa membuat kami menikmati saja kondisi saat itu dan tetap asyik berfoto-foto. Di hari H, kami berkumpul kembali di Gelora Bung Karno mulai pukul 11.00. Melihat begitu banyaknya umat dari berbagai paroki yang dengan penuh semangat berjalan kaki menuju ke Gelora Bung Karno, sungguh membuat kami bangga sebagai umat Katolik! Betapa kehadiran Paus Fransiskus menjadi salah satu hal yang mempererat hubungan kita semua sebagai sesama umat Katolik. Saling sapa, berfoto-foto bersama, meneriakkan yel-yel bersama, padahal tidak saling kenal satu sama lain. Dan ketika akhirnya Paus Fransiskus hadir di Gelora Bung Karno, sungguh gegap gempita bergemuruh di seluruh stadion. Semua penuh dengan sukacita dan rasa haru, banyak dari kami yang berkaca-kaca bahkan meneteskan air mata penuh rasa syukur karena diperbolehkan mendapat kesempatan untuk melihat Paus Fransiskus dari jarak yang dekat. Walaupun memang kami tidak dapat berinteraksi secara langsung, tidak juga mendapat kesempatan untuk dapat berjabat tangan dan mendapat berkat secara pribadi dari Paus Fransiskus, tetapi kami boleh terlibat dan menjadi bagian dari suatu perayaan besar umat Katolik di Indonesia. Menyaksikan kerendahan hati Paus Fransiskus kala menyapa umatnya, mendengarkan langsung Homilinya yang begitu mengena ke hati, dan melihat Paus Fransiskus di akhir Misa Agung menyanyikan Salve Regina bersama-sama dengan seluruh umat dari layar videotron pun membuat kami semakin bersemangat walaupun badan sudah terasa lelah. Kalau ditanyakan kembali ke seluruh anggota paduan suara dari Paroki Kalideres untuk Misa Agung bersama Bapa Suci, semua merasakan sukacita yang luar biasa. Sudah tidak ada lagi keluhan panas karena terjemur, basah karena sempat hujan, antri toilet yang begitu panjang, latihan lagu Misa sebanyak 20 lagu lebih, keringatan karena harus memakai kebaya dan kemeja lengan panjang. Hanya beribu rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan atas kesempatan yang diberikan kepada kami untuk mengalami pengalaman iman yang begitu indah ini. Semoga semua teladan Paus Fransiskus dapat kami amalkan dalam pelayanan kami dalam hidup menggereja. Amin. PS : Kesempatan yang begitu luar biasa ini kami dapatkan karena kami tergabung dalam paduan suara di Gereja Sta. Maria Imakulata (SMI). Kami menghimbau kepada seluruh umat Gereja SMI yang memiliki ketertarikan dan juga bagi yang memiliki talenta dalam bernyanyi dan bermusik untuk ikut bergabung dan melayani dalam paduan suara di Wilayahnya masingmasing.


17 Salve Deus Choir dari Wilayah 1 Paroki Kalideres berkesempatan untuk mengikuti Lomba Paduan Suara Wilayah yang diselenggarakan oleh LP3KD (Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesparani Katolik Daerah) DKI Jakarta. Lomba yang diadakan di Gereja Kritus Raja, Pejompongan pada Senin, 16 September 2024 ini diikuti oleh 25 peserta dari Paroki-Paroki yang ada di Keuskupan Agung Jakarta. Walaupun belum berhasil masuk dalam peringkat 6 besar, tetapi Salve Deus Choir telah memberikan usaha yang terbaik dari latihan selama 2 bulan. Kiranya kesempatan ikut perlombaan ini dapat menjadi inspirasi bagi KoorKoor Wilayah yang ada di Paroki Kalideres untuk dapat terus bertumbuh dalam pelayanan. Qui Bene Cantat Bis Orat. Salve!


18 Pada Sabtu, 05 Oktober 2024, bertempat di Ciputra Artpreneur, Ciputra World, Kuningan, Jakarta Selatan, Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) bekerjasama dengan 5P Global Movement (5P Kids) dan PPADR KAJ menyelenggarakan acara “Hari Anak KAJ” yang mengangkat tema: “Anak Indonesia Sehat, Anak Bersahabat dan Anak Jadi Berkat.” Kegiatan ini diharapkan akan menjadi titik awal dari sebuah Gerakan Kepedulian terhadap Anak Indonesia. Bersamaan dengan kegiatan ini juga diadakan perayaan syukur atas 5 tahun pelantikan Bapa Uskup Mgr. Ignatius Suharyo sebagai Kardinal. Adapun acara diisi dengan permainan konstruktif Kristiani untuk anakanak yang dibagi dalam kategori usia sekolah dan ditutup dengan Misa Syukur yang dipersembahkan oleh Bapa Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo. Sebuah salib besar yang disebut “Salib Belarasa” juga diberkati dalam acara ini, juga ada Deklarasi Anak untuk Indonesia yang dibacakan oleh 7 anak, serta cap tangan dari 9 anak yang mewakili setiap Dekenat yang ada di KAJ. Pada Salib Belarasa ada gambar Mercusuar yang menjadi simbol kuat dalam menjalani panggilan hidup agar tetap teguh berdiri di kala badai menerpa sekaligus menjadi terang dan sahabat dalam menemukan Tuhan. Gambar jembatan dalam Salib Belarasa dimaksudkan agar kita menjadi pribadi yang bersahabat serta selalu siap dan menghampiri sesama dengan kasih, mau menjadi penyalur kasih karunia Tuhan khususnya bagi saudara dan saudari yang paling membutuhkan. Pusat Salib Belarasa ini adalah gambar Yesus dengan HatiNya Yang Mahakudus. Karena kasih Bapa, Yesus Sang Putra mengorbankan dan mencurahkan diri bagi penebusan manusia. KasihNya berasal dari


19 kelimpahan kasih Bapa bagi manusia. Inilah yang menjadi pusat: kasih karunia Bapa harus mewujud dalam tindakan belarasa dan peduli pada sesama sebagaimana Tuhan Yesus selalu berkeliling untuk berbuat baik dan peduli. Gambar Komuni Kudus mengingatkan kita akan Sakramen Ekaristi sebagai puncak dan sumber hidup umat beriman. Kita di panggil menjadi pribadi yang ekaristis. Kita adalah pribadi yang diberkati Allah, yang diambil dan siap dipecah-pecah dan tercurah dalam laku hidup sehari-hari. Anak Indonesia Sehat, Bersahabat, dan jadi Berkat. Anak Indonesia siap diutus menguduskan dunia dan alam ciptaan. Gambar-gambar itu menyatu bagaikan suatu mozaik indah lambang kasih Tuhan. Romo V. Adi Prasojo, PR mengatakan kurangnya perhatian terhadap anak di dalam Gereja selama ini. Secara tradisional pendidikan di dalam Gereja terlihat dari adanya sekolah minggu atau Bina Iman Anak. Sedangkan kalau dari segi panggilan, di Gereja ada perayaan seperti pada Hari Anak Misioner. Tetapi kegiatan-kegiatan demikian masih terpisah-pisah sehingga perlu mendapat perhatian kita bersama demi untuk anak-anak Katolik dan juga anak-anak Indonesia. Anak-anak perlu mendapatkan perlindungan khusus dari orangtua, guru dan tetangga. Anakanak zaman sekarang telah direbut oleh dunia maya yang menyebabkan mereka ketagihan bermain gadget dan game online sehingga mereka tidak lagi mau merasakan kegembiraan berkumpul dengan teman-temannya. Untuk mendukung anak-anak supaya berhasil dan sukses nantinya, kita perlu memperhatikan agar mereka jangan sampai kekurangan gizi, jangan sampai tidak sekolah, dan tidak boleh terjadi kekerasan terhadap anak di lingkungan Gereja. Anak-anak perlu kita perhatikan pendidikan dan kesehatannya. Semoga anak-anak kita dapat bertumbuh dan berkembang menjadi anak Indonesia yang sehat, bersahabat dengan yang lain, dan menjadi berkat di mana pun mereka berada. 1.200 anak yang hadir di acara Hari Anak KAJ ini mengingatkan kita pada tantangan bangsa Indonesia ke depan ,terutama terkait isu anak seperti masih banyak anak Indonesia yang mengalami stunting atau tengkes yang mengancam masa depan mereka dan juga mengancam generasi emas Indonesia. Masih banyak juga anak Indonesia yang tidak mendapatkan akses pendidikan yang baik, mereka yang tidak mampu menyelesaikan pendidikan dasar, bahkan tidak bisa membaca dan menulis. Juga masih dapat kita temui anak-anak yang dengan terpaksa kehilangan masa bermainnya karena harus bekerja keras membantu ekonomi keluarga mereka. Anak-anak yang terancam kekerasan, kerja paksa, bullying, dan mengalami depresi atau masalah kesehatan jiwa. Kehadiran 5P Global Movement for Kids atau 5P Kids adalah untuk mendukung inisiatif dan upaya terbaik dari semua pihak untuk mengakhiri penderitaan anak-anak, menghadirkan masa depan yang lebih baik bagi mereka, dan berkontribusi untuk menyiapkan generasi terbaik bangsa dalam menuju Indonesia Emas 2045. Mri kita bersama-sama menjadikan Hari Anak Keuskupan Agung Jakarta 2024 ini sebagai momentum untuk menumbuhkan harapan dan potensi anak-anak Indonesia. Mari kita dukung anak-anak kita untuk tumbuh sebagai individu yang mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat dan bangsa di masa depan.


20 Pelantikan Dewan Paroki Pleno Paroki Kalideres Periode 2024-2027 25 Agustus 2024, di Gereja Santa Maria Imakulata, oleh Vikjen Samuel Pangestu, Pr. Rapat Karya 2025 Gereja Santa Maria Imakulata Paroki Kalideres, 5-6 Oktober 2024 di Villa Bukit Pancawati, Bogor, dengan tema “Kepedulian yang lebih kepada yang lemah dan miskin dengan semangat SMI Values.”


21 We must believe that we are gifted for something and that this thing must be attained.” — Marie Curie Setiap orang memiliki bakat dan keahlian berbeda-beda yang diberikan oleh Tuhan dan harus disalurkan dan dikembangkan. Baik dia adalah seorang pria maupun wanita, Tuhan menciptakan manusia serupa dengan citra-Nya, dan dimata-Nya setiap orang adalah sama dan sederajat. Sebagian besar orang mungkin memiliki anggapan bahwa seorang wanita yang baik adalah wanita yang dapat mengurus dirinya, rumahnya, dan keluarganya dengan mulai dari sejak usia remaja hingga masa tuanya nanti, tetapi tentu saja itu semua membutuhkan kemandirian, ketangkasan, kecerdasan dan komitmen untuk menjadi wanita yang baik di mata orang-orang pada umumnya. Dalam hal ini Gereja juga menaruh perhatian kepada kesejahteraan wanita yang ada di sekitar lingkungan Gereja. Wanita Katolik Repiblik Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan “WKRI” merupakan OrganisasiKemasyarakatansekaligus keagamaan yang merupakan perpanjangan tangan dari Pemerintah, khususnya untuk pemberdayaan perempuan. Selain itu WKRI juga merupakan kaki dari Paroki-Paroki yang melayani masyarakat. WKRI sendiri bernaung di bawah Kementerian Agama, yang memiliki SK dari Menteri Kehakiman semenjak tahun 1952. Namun WKRI sendiri telah berdiri dari tanggal 26 Juni 1924. Ya, tahun ini WKRI berulangtahun yang ke-100 tahun. WKRI bermula dari inisiatif seorang wanita bangsawan Yogyakarta yang juga tokoh intelektual wanita


22 saat itu yang tergerak oleh keinginan luhur yang didasari cinta kasih sebagai perwujudan iman Katolik, Raden Ajeng Maria Soelastri Soejadi Sasraningrat Darmaseputra (adik kandung Nyi Hajar Dewantara) mendirikan Perkumpulan IbuIbu Katolik Pribumi. Layaknya sebuah organisasi, WKRI sendiri juga merupakan anggota dari WUCWO (World Union of Catholic Women Organization) yang bertingkat internasional. WKRI sendiri pun di dalamnyamemilikistrukturorganisasi,diantaranya Dewan Pengurus Pusat yang berkedudukan di Jakarta, di bawahnya terdapat Dewan Pengurus Daerah yang bertanggungjawab pada tingkat Provinsi, kemudian di bawahnya lagi terdapat Dewan Pengurus Cabang yang merupakan WKRI pada tiap-tiap Paroki. Tingkatan terakhir adalah Ranting yang merupakan anggota yang tergabung ke dalam setiap Dewan Pengurus Cabang. Saat ini WKRI SMI berada pada tingkatan Dewan Pengurus Cabang dengan 8 Ranting seperti Ranting Chatarina dan Ranting Giacinta (Citra 1 Ext. dan Bulakteko), Ranting Fransiska (Menceng dan Tegal Alur), Ranting Isabela (Citra 2 Wilayah 4 d 5 ), Ranting Lusia (Taman Surya), Ranting Natalia (Wilayah 6, 11 dan 17 Puri, Merpati, Citra 2 Ext. Taman Mahkota, Rawa Lele), Ranting Patricia (Citra 5), dan Ranting Odelia (Stasi Palotti, Wilayah 21 dan 22). WKRI di SMI sendiri sudah berdiri dari tahun 2016 dan sudah banyak melakukan pelayanan kemasyarakatan, antara lain adalah program pemberianmakangratiskepadamasyarakatsekitar pada hari Sabtu yang bernama “Sabtu Berbagi”. Berkerja sama dengan Sie Pengembangan Sosial dan Ekonomi (PSE) menyediakan dana, dan bersama Sie HAAK sebagai Koordinator dengan RT/RW dalam mencari lokasi untuk membagikan makan siang secara gratis. WKRI juga ditunjuk sebagai Koordinator Pelaksana program paroki berbagi makan gratis. Selain itu WKRI sering juga Kegiatan Posyandhu Kunjungan ke TPA Indriasana, Tangerang


23 mengadakan kegiatan pembelajaran seperti kelas memasak, kelas menjahit, maupun kelas merias wajah. WKRI juga bekerja sama dengan beberapa brand seperti Fiber Cream, MacCheese, ataupun Jelly. Hal ini diadakan dengan tujuan untuk membantu mengasah keterampilan masyarakat maupun anggotanya dalam kehidupan keseharian mereka agar bisa lebih mandiri dan membantu keluarganya, baik dalam mengurus rumah, maupun dalam karirnya. WKRI SMI memiliki kegiatan rutin yaitu Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Di sini WKRI bekerja sama dengan Posyandu di sekitar wilayah SMI. Sudah sejumlah 53 Posyandu yang berada di sekitar Ranting yang dibantu oleh WKRI. Bersama dengan PSE, WKRI menyediakan beberapa kebutuhan seperti kacang hijau, gula merah, dan gula putih untuk Posyandu. Selain memberi sumbangan makanan, WKRI juga membantu para bidan untuk menimbang anak, memberikan vitamin, maupun registrasi masyarakat yang akan melakukan skinning. Kemudian WKRI juga mengadakan Peningkatan Perempuan Usaha Kecil (PPUK) yang bertujuan untuk membantu memberikan modal kepada wanita yang ingin membuka usaha atau untuk mengembangkan usaha mereka. Saat ini WKRI SMI memiliki 8 binaan yang dibantu. Setelah itu ada juga kegiatan Bakti Sosial (Baksos) WKRI SMI dengan setiap tahun mengunjungi Tempat Penampungan Anak (TPA) Indriasana yang merupakan milik WKRI Dewan Pengurus Jakarta. TPA ini menampung anak-anak yang orangtuanya sibuk bekerja dan tidak dapat mengurus anaknya pada siang hari sehingga anak-anak dititipkan di TPA dan sepulang kerja, orangtuanya dengan mudah dapat menjemput di TPA. WKRI membantu dengan menyumbang makanan atau kebutuhan pokok berupa sprei ranjang serta mengurus dan memandikan anak-anak yang berada di TPA. WKRI SMI juga Peningkatan Kualitas Organisasi Kunjungan ke Sasa mengadakan Line Dance setiap hari Sabtu pagi di Gereja SMI yang terbuka untuk umum dengan biaya Rp.100.000,- per orang. Siapa saja bisa ikut bergabung untuk bergerak dan berolahraga, refreshing sejenak dari rutinitas keseharian kita. Cooking Class


24 Masih banyak lagi kegiatan yang dilakukan oleh WKRI SMI. Dari berbagai kegiatan yang telah dilakukan ini ada juga tujuan yang ingin dicapai WKRI SMI. Visi dari WKRI adalah organisasi yang mandiri, bersifat sosial aktif, memiliki kekuatan moral dan kemampuan yang handal dalam menjalankan karya-karya pengabdian, mewujudkan kesejahteraan bersama, serta menegakkan harkat dan martabat manusia. Sedangkan Misi WKRI adalah pertama, mengembangkan kemampuan serta memberdayakan seluruh jajaran WKRI meningkatkan kualitas pengabdian dalam masyarakat. Kedua, menghimpun aspirasi dan mengaktualisasi potensi WKRI agar karya pengabdian terwujud secara berkesinambungan. Ketiga, memperjuangkan kesetaraan dan keadilan gender dalam seluruh dimensi kehidupan. Keempat, mengupayakan lingkungan hidup yang seimbang. WKRI SMI juga membuka peluang untuk wanita-wanita Katolik di Gereja SMI, Paroki Kalideres ini untuk bergabung bersama mereka dengan minimal usia 18 tahun. Sebenarnya semua wanita Katolik di Gereja SMI adalah anggota dari WKRI SMI, tetapi jika ingin menjadi anggota aktif bisa mendaftar dengan mengisi formulir keanggotaan. “Kami berharap semoga WKRI SMI ini semakin banyak anggotanya sehingga bisa bertumbuh dan berkembang lebih lagi. Semoga karya-karya WKRI SMI yang bisa diterima oleh masyarakat adalah sesuai dengan slogan 100 Tahun WKRI, yaitu ‘Lahir Kembali, Semakin berarti’. Kami berharap pelayanan wanita Katolik semakin luas dan semakin berarti untuk masyarakat dan Gereja,” ujar Ibu Theresia selaku Ketua WKRI SMI saat ini.


25 Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI) adalah Kongregasi yang terdiri dari para Imam dan Bruder yang memiliki semangat melayani yang tak terlayani. Kami menyebut diri dengan kata Oblat, yang berarti mempersembahkan diri kepada Tuhan. Para Oblat memiliki semangat hidup melayani orang-orang lemah dan tersingkir. Kiranya semangat itu mampu memberi inspirasi dan model bagi orang lain. Kami dipanggil melayani sesama agar mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Para Oblat memberikan pelayanan utama bagi Gereja melalui pewartaan Kristus dan KerajaanNya kepada kaum miskin, terlantar, terabaikan dan yang tak terlayani. Menebarkan benih-benih Injil untuk mereka yang belum menerimanya dan membantu mereka agar dapat menemukan nilai-nilai hidup dalam terang Injil. Para Oblat diutus pertama-tama kepada mereka yang berseru memerlukan keselamatan dan harapan yang hanya dapat dipenuhi di dalam Yesus Kristus. Kaum miskin dalam berbagai macam wajah adalah perhatian utama karya dan misi para Oblat. Kami senantiasa mau membawa semua orang untuk menjadi manusiawi, Kristiani, dan Suci. St. Eugenius de Mazenod, Bapa Pendiri OMI, menggariskan


26 putera-putera Oblatnya untuk menjadi “Kristus-Kristus Yang Lain”. Hanya dengan meneladan dan hidup seperti Yesus Kristus maka seorang Oblat akan dengan sungguhsungguh mempersembahkan dirinya untuk mewartakan Cinta Kasih Yesus Kristus. ”Seorang misionaris – sejauh kondisi kelemahan kodrat manusiawi memungkinkan – meniru segala teladan Tuhan kitaYesusKristus, Pendiri Utama Lembaga kita, dan contoh yang diberikan para RasulNya, bapa-bapa perdana kita. Untuk meniru teladanteladan agung itu, sebagian hidupkitaperuntukkanbagidoa, permenungan batin, dan hening di rumah Allah - tempat kita tinggal bersama. Sebagian yang lain kita peruntukkan bagi karya di luar rumah dalam semangat yang lebih aktif seperti bermisi, berkhotbah, mendengarkan pengakuan dosa, berkatekese, membimbing kaum muda, mengunjungi orang sakit dan narapidana, memberikan retret, dan tugas-tugas lainnya yang serupa. Namun demikian, baik sedang bertugas di luar maupun di dalam rumah, upaya utama kita adalah makin maju di jalan kesempurnaan gerejani dan religius. Mereka akan melatih diri dalam keutamaan-keutamaan. Keutamaan-keutamaan itu ialah kerendahan hati, ketaatan, kemiskinan, pengingkaran diri, semangat matiraga, semangat iman, niat murni. Kita akan berusaha untuk menjadi Kristus yang lain, menyebarkan ke manamana keharuman keutamaan yang menawan hati.” (Tulisan Bapa Pendiri, tahun 1818). St. Eugenius de Mazenod mengatakan bahwa para Oblat dipanggil untuk menjadi sepekerja Penyelamat, sepenebus bagi bangsa manusia. Para Oblat harus melihat kebutuhan mendesak dari orang-orang di sekitarnya. Cara yang ditempuh dengan menjangkau mereka yang miskin. Dengan hasrat mulia, para Oblat harus membentangkan diri untuk merengkuh seluruh bumi. Misionaris OMI berkarya di 58 negara yang meliputi 5 benua.


27 Jumlah Misionaris OMI sedunia ada 3.354 Oblat (berdasarkan statistik per 01 Januari 2024). Saat ini kebutuhan akan tenaga misionaris masih terbuka sangat luas, baik untuk wilayah Indonesia maupun misi ke luar negeri. Para Misionaris OMI melayani wilayahwilayah pedalaman Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, maupun Lanka, sampai di wilayah-wilayah miskin dan kumuh di sekitar kota-kota besar dunia. Seorang Oblat dapat pula melayani dalam bidang pendidikan, pertukangan, kedokteran, ataupun jurnalistik/ penulisan. Semuanya itu dilakukan dan dipersembahkan bagi Tuhan supaya lebih banyak lagi orang-orang yang dibantu untuk mengenal dan mencintai Dia. Kongregasi OMI Provinsi Indonesia membuka diri untuk menyambut dengan senang hati para pemuda yang ingin mengalami cara hidup komunitas OMI. Para pemuda ini akan dibantu dengan penuh semangat persaudaraan untuk menemukan apa yang diharapkan Tuhan darinya dan juga untuk menyadari rahmat istimewa yang ditawarkan Tuhan padanya. Tertarik bergabung bersama para Oblat? Jika Anda seorang laki-laki beragama Katolik dengan usia maksimal 26 tahun (calon imam) dan 30 tahun (calon bruder), belum pernah menikah, merasa terpanggil untuk mempersembahkan hidupnya kepada Tuhan sebagai seorang misionaris, siap untuk hidup di tanah misi dan menyukai tantangan, silahkan berkontak dengan kami: Romo Paulinus Maryanto, OMI HP/WA: 081246677025 d/a. Seminari Tinggi OMI Jalan Nusa Indah II NO. 235 Condongcatur, Yogyakarta 55283 Email: prompangomi@gmail. com


28 Shalom Teman-Teman OMK! Apa kabarnya nih kalian semua? Semoga kalian selalu dalam keadaan yang baik dan sehat yaa, di mana pun dan apa pun yang dikerjakan. Ngomong-ngomong soal “kesehatan”, kita semua tahu pasti, ya, kalau kesehatan itu tak dan batin. Mental dan batin merupakan hal yang berkaitan dengan kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial seseorang. Apa sih bedanya antara mental dan batin? - Mental: Merupakan suasana kejiwaan dan pola pikir seseorang, yang mencakup aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan. (sumber :https://bbpkciloto.or.id/) - Batin: Kondisi batin yang sejahtera merupakan bagian dari kesehatan mental. (sumber : https://hellosehat.com/mental/ kesehatan-mental/) Kali ini kita mau bahas tentang “Retret Penyembuhan Luka Batin” yang diadakan oleh PDOMPKK St. Thomas Aquinas. Sebelumnya, yuk, mari kita mengenal apa sih luka batin itu? Luka batin adalah suatu keadaan dalam batin seseorang yang menimbulkan perasaan marah, benci, kecewa dan pahit hati yang begitu mendalam sebagai akibat dari penolakan atau perlakuan semena-mena dari orang lain. Keadaan inibiasanyatimbul sebagaiakibatdaripengalaman pahitdalamkehidupanataupengalamansakithati.


29 Mungkin pernah disakiti, dilukai, atau diperlakukan tidak adil oleh orang-orang disekitarnya. (sumber : https://katedralsurabaya.org/). Luka batin membuat seseorang tidak dapat hidup bahagia. Di tanggal 11-13 Oktober 2024 yang lalu, PDOMPKK St. Thomas Aquinas mengadakan Retret Penyembuhan Luka Batin dengan tema “Healed & Happy Obviously” (Retret PLB H2O). Alasan diselenggarakannyaacarainiadalah karena adanya kesadaran bahwa di zaman sekarang ini banyak anak muda yang sebenarnya terluka tapi tidak merasa dirinya terluka atau merasa takut kalau orang lain tahu dirinya memiliki luka batin. Di atas kemurahan Tuhan dalam Perjanjian Lama pada Kitab Yeremia 33:6 yang mengatakan “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.” Harapan dari acara ini adalah dengan Rahmat Roh Kudus, teman-teman OMK dapat lahir baru dan memiliki hati yang baru, yang lebih mencintai diri sendiri dan Kristus sehingga boleh menjadi berkat dan saksi Kristus di dalam kehidupan baik keluarga, lingkungan sekitar, Gereja, serta bangsa dan negara. Retret PLB H2O berlangsung di Villa Harmony Green Forest Bogor dan diikuti oleh 72 OMK. Yang menjadi Pembicara adalah Ko Hanhan dan Ko Benny Nugroho


30 yang merupakan Pewarta dari BPK PKK KAJ. Peserta Retret tidak hanya mendengarkan sesisesi saja, tapi juga ada games outbound-nya yang tentunya seru dan membangkitkan kebersamaan dan keakraban antar teman-teman OMK yang tadinya belum saling mengenal. Selain itu juga ada praise and worship bersama, Misa yang dipimpin oleh Romo Pendamping, Romo Dwi, MSC. Di hari ke-2 Retreat ada sesi pengakuan dosa oleh Romo serta konseling bersama dengan Om & Tante dari PD Umum SMI & Trinitas dan exTim PDOMPKK SatoQ. Pengakuan dosa dan konseling ini berguna kembali dosa-dosa dan lukaluka apa saja yang telah dialami oleh peserta Retret. Dalam sesi puncak di malam harinya yang dibawakan oleh Ko Benny, digali lagi dari mana kira-kira biasanya luka batin seseorang dapat terjadi. Sebagai tanda pelepasan dan mau mengampuni, peserta bisa menceritakan hal-hal yang membuat dirinya terluka pada perpanjangan tangan/model yang bisa peserta bayangkan dengan siapa mereka terluka dan sebagai bentuk pengampunan dengan cara Semoga melalui kegiatan Retret PLB H2O yang diadakan oleh PDOMPKK SatoQ ini dapat menjadi wadah bagi anak muda untuk dapat bertumbuh secara rohani dengan pertama-tama belajar memaafkan mereka yang telah menyakiti dirinya sehingga di masa depan anak muda yang merupakan harapan Gereja Katolik dapat melayani dengan maksimal. Bagi teman-teman OMK yang juga mau mengikuti kegiatan yang diadakan oleh PDOMPKK SatoQ bisa mengunjungi IG @ PD_SatoqImakulata untuk info kegiatan rutin ataupun event special yang diadakan oleh PDOMPKK SatoQ. Selamat Hari Natal 2024. Tuhan Memberkati kita semua!


31 Natal menjadi hari yang ditunggu oleh Umat Kristiani di seluruh dunia. Jika merayakan Natal biasanya identik dengan menghias pohon natal, bertukar kado dan makan malam bersama di rumah, beberapa negara ini punya tradisi-tradisi yang tidak biasa untuk merayakan Natalnya. Yuk intip beberapa tradisi unik merayakan Natal dari berbagai negara! 1. Midnight Mass - Italia Jika umumnya kita mengikuti Misa Malam Natal di sore hari (pukul lima sore) atau malam (pukul tujuh malam), di Italia ada tradisi untuk menyambut Natal dengan menyelenggarakan Misa tengah malam atau dinamakan “Midnight Mass”. Tradisi “Midnight Mass” ini sudah dimulai sejak abad keempat di Yerusalem dan dibawa oleh Paus Sixtus III pada tahun 430 ke Italia. Walaupun namanya Misa Tengah Malam, acaranya tidak selalu dimulai pada pukul 00.00 melainkan dirayakan lebih awal di pukul sepuluh malam. Selain mengenangkan kelahiran Yesus, waktu tengah malam juga menyimbolkan kepercayaan tradisional kalau Yesus lahir saat tengah malam. 2. Dia de Las Velitas - Kolombia Tradisi Hari Lilin Kecil atau dikenal dengan nama “Dia de Las Velitas” dimulai tanggal 7 Desember dan hal ini menandai dimulainya Masa Natal bagi penduduk Kolombia. Awalnya acara ini dilakukan sebagai perayaan penghormatan kepada Santa Perawan Maria Yang Dikandung Tanpa Noda (Maria Imakulata) yang dirayakan pada tanggal 8 Desember,namun kini acara ini diadakan untuk jadi simbol rasa syukur dan kebahagiaan bagi keluarga. Orang Kolombia akan menyalakan lilin warna-warni dan meletakkan lilin tersebut di seluruh kota, mulai dari balkon, jendela hingga trotoar. Lewat lilin ini mereka mengenang dan meminta perlindungan dari Bunda Maria untuk menerangi langkah hidup mereka. 3. Pergi Misa dengan Roller Skate - Venezuela Di Caracas, Ibukota Venezuela, orang-orang pergi ke Misa pada pagi hari layaknya kita merayakan Natal. Yang unik adalah mereka tidak pergi dengan mobil, motor atau jalan kaki. Mereka ramai-ramai pergi menggunakan sepatu roda! Pada tanggal


32 16 hingga 24 Desember, biasanya jalanan akan ditutup supaya para pesepatu roda tetap aman sampai ke gereja. 4. Etiopia Berbeda dengan kebanyakan perayaan Natal di dunia, Etiopia merayakan Natal mereka pada tanggal 7 Januari, bukan 25 Desember. Perayaan Natal ini disebut Ganna. Pada hari Ganna, orang di Etiopia akan mengenakan Netela, pakaian katun putih bercorak garis warna warni di bagian ujungnya. Netela ini biasanya dipakai seperti toga atau syal. Mereka akan pergi Misa Malam Natal pada jam enam sore dan selesai pukul tiga pagi di hari Natalnya. 5. Jepang Di Jepang, Natal bukanlah termasuk salah satu libur nasional seperti di negara kita. Hal ini dikarenakan populasi umat Kristianinya kurang dari 1%. Walaupun demikian, bukan berarti Natal tidak dirayakan di sini. Jika biasanya orang akan berkumpul di rumah dan makan masakan rumah dengan keluarga, di Jepang mereka akan makan malam di KFC. Di Jepang, paket ayam goreng KFC adalah makanan wajib di hari Natal. KFC sendiri setiap Natal selalu membuat kemasan spesial untuk paket ayam gorengnya dan patung Kolonel Sanders yang jadi ikon KFC akan memakai aksesoris Santa Claus. Sangking populernya KFC untuk makan malam Natal, orang di Jepang bahkan harus memesan tempat dan ayam KFC dari beberapa bulan sebelumnya. (SL) Sumber : ● https://economictimes.indiatimes.com/news/new-updates/christmas-2022-everything-you-need-to-knowabout-midnight-mass/articleshow/96480089.cms?from=mdr ● https://childrenchangecolombia.org/day-of-the-little-candles/ ● https://www.jrailpass.com/blog/christmas-in-japan ● https://www.yha.com.au/travel-and-tours/traveller-stories/the-eight-strangest-christmas-traditions-on-earth/ ● https://www.comtectranslations.co.uk/content-hub/11- unique-christmas-traditions-from-around-the-world/#:~:- text=Skate%20to%20church%20in%20Venezuela&text=In%20the%20capital%20of%20Venezuela,to%20let%20 people%20skate%20safely. ● https://www.americamagazine.org/faith/2021/11/18/catholic-christmas-venezuela-roller-skating-241863 ● https://www.whychristmas.com/cultures/ethiopia


Click to View FlipBook Version