The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Majalah Imakulata Edisi XIX, Desember 2023: SMI Gerejaku

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by Rak Buku Paroki Kalideres, 2023-12-23 21:02:58

Majalah Imakulata Edisi XIX

Majalah Imakulata Edisi XIX, Desember 2023: SMI Gerejaku

Moderator Romo Antonius Rajabana, OMI Pendamping DPH Reza Sjarif Ketua Komsos SMI Michael Burhan Ketua Komsos Stasi V. Pallotti Fransiska Yuliyanti Ayusari Siki Pemimpin Redaksi Andrea Karmila Redaktur Smartis (Editor) Reporter Susan Sandy, Felicia Usawan, Meli Septiani, Maria G. Angela Fotografer Tim Fotografi Komsos Logo Majalah Herry Thamrin Desain Sampul & Tata Letak Andrea Karmila Foto Sampul Caroline Arrisanty (Komsos SMI - Fotografi) Email: [email protected] id URL: bit.ly/majalahimakulata Alamat Redaksi: Sekretariat Paroki Kalideres CItra Garden 3 Blok B 27 Jakarta Barat 11830 Telp. 021-29405097 / 29405098 Fax. 021-54360841 REDAKSI DAFTAR ISI Salam Jumpa untuk Seluruh Pembaca Terkasih, Apa kabar?! Setelah jeda yang cukup lama untuk edisi cetak – karena Majalah Imakulata selama ini terbit dalam bentuk digital – kali ini Majalah Imakulata kembali hadir secara fisik di tengah-tengah Pembaca untuk mengisi liburan Natal dan Tahun baru kita semua. Selalu kami yakin bahwa kita semua ada dalam keadaan sehat, sukacita, dan senantiasa penuh syukur atas segala rahmat, perlindungan dan penyertaan Allah bagi kita setiap saat. Pembaca terkasih, Natal selalu hadir dalam suasana kekeluargaan. Natal adalah pesta keluarga. Kita adalah anggota dari keluarga kita masing-masing, tetapi kita juga adalah anggota dari keluarga rohani yang disebut Gereja. Allah adalah Bapa kita, dan semua dari kita adalah anak-anakNya yang masih terus berziarah bersama di bumi ini. Kenalkah kita akan keluarga rohani kita, Gereja Santa Maria Imakulata (SMI)? Dalam edisi kali ini, kami ingin kita semua untuk lebih mengenal, mengetahui, dan memahami Gereja SMI. Sejumlah artikel yang tentunya menarik dan sayang untuk dilewatkan telah pula kami siap sajikan. Selamat membaca edisi kali ini. Semoga kita semua semakin menjadi garam dan terang dunia yang penuh kasih, selalu bersyukur, punya rasa tanggung jawab, peduli pada sesama, dan bersemangat rendah hati. Selamat Natal dan Tahun Baru! Sambutan Panapas 2 Ruang Batin - SMI Gerejaku 3 Sajian Khusus 6 Paroki ke-65 Keuskupan Agung Jakarta Nama Yang Indah dan Penuh Makna Gedung Gereja SMI Yang Megah & Lengkap Perangkat Karya Pastoral Paroki Kalideres Seputar Natal 20 Pernikahan Yang Bertahan Selamanya Bentuk Belarasa Allah Pada Manusia Lemah Dari Mana Datangnya Damai? OMIPedia 26 Melayani Yang Tak Terlayani Pojok OMK - PDOMPKK 31 Pojok si Bocil 36 Bengkel LH 39 Natal Yang Ramah Lingkungan Ayo Buat Eco Enzyme


2 Sambutan Ketua Panapas Salam Damai Kasih Kristus. Pertama-tama kami mengucapkan puji dan syukur kepada Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus, karena kasihNya maka kita semua masih dapat merayakan Natal di tahun 2023 ini. ARDAS Gereja KAJ mencanangkan tahun 2023 sebagai “Tahun Kesejahteraan bersama”. Melalui tema Natal tahun ini, “Kemuliaan Bagi Allah dan Damai Sejahtera di Bumi”, kita diajak untuk mendalami pokokpokok Ajaran Sosial Gereja. Natal tahun ini merupakan Natal yang spesial untuk kita semua, terutama bagi kami dari Wilayah 13-14-15, karena kami boleh mendapat kesempatan untuk bisa melayani umat Gereja Santa Maria Imakulata sebagai Panitia Natal dan Paskah 2023-2024 (Panapas 2023-2024). Banyak pengalaman yang sangat berharga yang kami alami sebagai Panapas baik suka dan duka, ragu dan kuatir, tetapi kami yakin bahwasanya yang kami inginkan adalah untuk berbuat sesuatu walaupun kecil. Melalui berkat dari Tuhan, melalui doa-doa kita semua, ini semua merupakan pembelajaran bagi kami untuk bertumbuh dalam Iman dan Rendah Hati demi Kemuliaan Tuhan, sama seperti SMI Values: Kasih, Syukur, Tanggung Jawab, Peduli dan Rendah Hati. Kami mengucapkan terima kasih kepada Romo Antonius Rajabana, OMI, Romo Reynold Agustinus Sombolayuk, OMI, dan DPH Pendamping Wilayah 13-14-15 atas dukungan, bimbingan dan arahannya kepada Panapas 2023-2024 sehingga kami dapat menjalankan tugas-tugas kepanitiaan ini dengan sebaik-baiknya. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh umat Paroki, para Donatur, Sponsor, seluruh Seksi yang ada di Paroki Kalideres dan Stasi St. Vincentius Paloti, Dadap dan pihak-pihak terkait lainnya yang dengan tulus memberikan dukungan dan sumbangan kepada Paroki Kalideres sehingga Natal dapat kita rayakan bersama. Pada kesempatan ini juga kami menyampaikan permintaan maaf yang tulus jika dalam pelayanan kami sebagai Panapas 2023-2024, kami ada melakukan hal-hal yang kurang berkenan di hati seluruh umat Paroki Kalideres, sesama Panitia Natal-Paskah, DPH, semua Seksi dan semua pihak. Akhir kata, marilah kita mensyukuri dan mewartakan kabar Sukacita Natal kepada semua orang yang ada di sekitar kita. Selamat Hari Raya Natal 2023, semoga kita dapat menjadi sahabat bagi setiap orang. Selamat memasuki Tahun Baru 2024, semoga Tuhan melimpahkan hikmat kepada kita semua, keluarga dan komunitas kita. Tetap semangat, setia dan rendah hati. Tuhan Yesus Memberkati. Salam kasih, Fransiskus Petrick Hiskiawan Bukit Ketua Panitia Natal dan Paskah 2023-2024


RUANG BATIN 3 Romo Reynold A. Sombolayuk, OMI: SMI Gerejaku Banyak orang berpandangan bahwa gereja adalah bangunan. Ini tidak salah. Namun pengertian gereja sebagai sebuah bangunan merupakan pengertian kedua. Pengertian pertama dan utama gereja adalah kumpulan orang yang percaya kepada Kristus atau disingkat jemaat/ umat. Jadi yang pertama-tama dimaksud dengan gereja adalah orangnya dan yang kedua adalah bangunan tempat mereka berkumpul dan berdoa. Dalam penulisan yang benar, Gereja (huruf kapital) mengacu pada jemaat, sedangkan gereja (huruf kecil) mengacu pada bangunan. Pada mulanya “gereja” berasal dari kata Portugis “igreja”. Kata ini berakar dari kata ekklesia dalam bahasa Yunani, yang berarti kumpulan orang atau jemaat yang berhimpun untuk suatu tujuan. Kata ini, yang dipakai secara umum pada saat itu, kemudian menjadi identik dengan kekristenan setelah para penulis Kitab Suci Perjanjian Baru memakai kata ekklesia saat mereka mengacu pada orang-orang yang percaya pada Kristus. Di dalam tradisi Gereja Katolik dan juga beberapa Gereja yang lain, seperti Orthodox dan Anglikan, ada suatu kebiasaan yang sudah sangat panjang dan berakar, yaitu memakai nama orang–orang kudus sebagai nama Pelindung Gereja. Tradisi yang diperkirakan berkembang sejak abad ke-4 ini bertujuan untuk menghormati orang–orang kudus tertentu, yang memiliki hubungan khusus dengan suatu Gereja. Sebagai contoh, Basilika Santo Fransiskus Assisi memakai nama pelindung St. Fransikus Assisi karena di bawah gereja tersebut terdapat makam St. Fransiskus Assisi. Namun perlu diingat bahwa kebiasaan ini tidak mengaburkan iman kepada Tuhan, sebab pada dasarnya semua Gereja dipersembahkan kepada Tuhan. Gereja Katolik yang terletak di Citra Garden 3 Blok B27, Kalideres, berlindung kepada Santa Maria Imakulata (SMI). Mengangkat Santa Maria Imakulata sebagai Pelindung Gereja, tidak terlepas dari sejarah berdirinya Gereja ini yang merupakan pemekaran mandiri dari Gereja Trinitas, Cengkareng. Santa Maria Imakulata adalah Pelindung Utama Kongregasi Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI), yang merupakan tarekat para imam yang melayani di Gereja Trinitas sejak 1 Mei 1975. Kala itu, Cengkareng masih berstatus sebagai stasi “mandiri” (kuasi-paroki) dari Paroki Tangerang. Selain itu, Santa Maria Imakulata juga memiliki relasi yang istimewa dengan Allah Tritunggal Mahakudus. Relasi ini terungkap di dalam Doa Rosario, saat mengucapkan salam sebelum mendoakan masing– masing tiga Salam Maria (Salam Puteri Allah Bapa, Salam Bunda Allah Putera, dan Salam Mempelai Allah Roh Kudus). Saat ini, Gereja Santa Maria Imakulata (Gereja SMI) menjadi rumah rohani bagi 14.694 umat (data per 30 November 2023). 1.436 umat di dalamnya menjadi bagian dari Gereja Stasi St. Vincentius Pallotti, Dadap. Kedua Gereja ini menjadi bagian dari Paroki Kalideres yang dilayani oleh dua orang Romo yang bernaung di bawah Tarekat Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI). Tentu melayani umat


sedemikian banyaknya tidak mungkin dilakukan oleh dua orang saja. Karena itu, keterlibatan umat di dalam karya penggembalaan dan pelayanan mutlak diperlukan. Hal ini bukan saja karena alasan praktis (kurangnya jumlah imam), tetapi juga merupakan bentuk perwujudan panggilan kaum awam terkait dengan keselamatan dan kerasulan mereka (Lumen Gentium art. 33) serta imamat umum yang mereka terima melalui materai baptisan (Lumen Gentium art. 34). Seperti halnya di Paroki–Paroki yang lain, karya penggembalaan di Paroki Kalideres berada di bawah tanggung jawab Dewan Paroki. Melalui pelayanan Dewan Paroki, seluruh proses pelayanan umat Allah dilaksanakan, yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, pengambilan keputusan dan evaluasi karya (bdk. Direktorium DKP KAJ Bab 1 pasal 2). Dewan Paroki ini bertujuan agar tata pelayanan pastoral–evangelisasi sesuai Arah Dasar (ARDAS) KAJ dapat terwujud demi memenuhi kebutuhan umat beriman di Paroki Kalideres. Di dalam Dewan Paroki ini, bernaung seluruh perangka–perangkat karya yang ada di Paroki, baik yang bersifat teritorial (misalnya, Lingkungan, Wilayah, dan Stasi), kategorial (misalnya, Marriage Encounter, PDPKK, KTM, Legio Maria, Kerahiman Ilahi, Meditasi Kitab Suci, dsb), maupun bidang–bidang pelayanan pastoral Gereja (misalnya, SKK, KKS, Liturgi, PSE, dsb). Secara umum, Dewan Paroki di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu Dewan Paroki Pleno (DPP), Dewan Paroki Inti (DPI), dan Dewan Paroki Harian (DPH). Yang membedakan dari ketiga kelompok ini adalah lingkup tanggung jawab serta pelayanannya. DPH Paroki Kalideres yang beranggotakan tujuh belas orang, termasuk dua Pastor Paroki bertugas untuk memimpin pelayanan pastoral paroki, baik operasional maupun administrasi sehari–hari. DPI yang terdiri dari 17 anggota DPH, 20 Koordinator Wilayah, 1 Ketua Stasi, 17 Ketua Seksi, dan 5 Kepala Bagian bertugas untuk ikut menyusun Program Karya Pelayanan (Prokar) Paroki dan mengupayakan pelaksanaannya di lingkup masing-masing di Paroki Kalideres. Sedangkan DPP, yang terdiri dari 60 anggota DPI, 91 Ketua Lingkungan, dan 9 Ketua Kelompok Kategorial yang bertugas untuk mendukung Prokar Paroki dan melaksanakan karya pastoral–evangelisasi RUANG BATIN 4


bersama seluruh umat Paroki. Karena terlibat langsung bersama umat, DPP diharapkan lebih peka mendengarkan kebutuhan konkret umat dan menyampaikannya kepada DPH untuk ditindak-lanjuti. Dari mereka pula muncul nama calon–calon DPH dan para Ketua Seksi. Patut disadari bahwa meskipun Gereja SMI adalah kumpulan Umat Allah yang percaya kepada Kristus dan yang telah ditebus oleh-Nya (sisi rohani), tetapi Gereja SMI juga memiliki struktur organisasi (sisi duniawi). Melalui sisi duniawi inilah (Dewan Paroki), Gereja SMI berupaya mewujudkan karya pewartaan Kerajaan Allah (bdk. Mat. 10:7). Namun berbeda dari struktur organisasi umum yang berorientasi pada kepentingan tertentu, perangkat–perangkat karya di Paroki Kalideres diharapkan dan diarahkan untuk berorientasi kepada nilai–nilai kasih dan pelayanan kepada Tuhan dan sesama. Salah satu perwujudan dari semangat ini adalah memperjuangkan agar pelayanan dilakukan secara tulus dan iklas, tanpa adanya pamrih. Dalam hal ini, semangat pengorbanan dan pelayanan ditekankan dan diperjuangkan. Contoh yang sangat konkret adalah bagaimana karya pastoral pelayanan dan peribadatan lebih sadar biaya. Tentu Paroki tidak bermaksud “pelit”, tetapi bagaimana uang Gereja - yang merupakan persembahan umat untuk Tuhan - sungguh dipakai secara tepat sasaran, yaitu demi karya pastoral-evangelisasi dan pelayanan kepada orang–orang yang membutuhkan. Terkait hal ini, Gereja SMI secara khusus sangat mendukung Seksi PSE (Pengembangan Sosial Ekonomi) untuk memperhatikan orang-orang prasejahtera, lemah, dan terpinggirkan. Selain itu, dalam upaya meneladan Santa Maria Imakulata, Gereja SMI juga berupaya menghayati nilai–nilai yang menjadi keutamaan Bunda Maria. Ada lima nilai keutamaan Bunda Maria yaitu Kasih, Syukur, Tanggung jawab, Peduli, dan Rendah Hati. Kelima nilai yang disebut “SMI Values” ini disarikan dari spiritualitas Bunda Maria (bdk. Luk.1:26-56). Layak disyukuri bahwa nilai–nilai ini juga muncul di dalam kerohanian umat SMI secara bersama. Karena itu, Gereja SMI, khususnya melalui perangkat–perangkat karyanya bercita-cita dan sekaligus berupaya agar nilai–nilai ini dapat dihayati oleh setiap umat SMI. Menurut Lumen Gentium artikel 5, Gereja memiliki tugas untuk mewartakan Kerajaan Kristus dan Kerajaan Allah dan menghadirkannya di tengah semua bangsa (bdk. Mat. 28:19-20, Mrk. 16:15, Luk. 24:47, Kis. 9:15). Gereja SMI - secara khusus setiap umat SMI - sebagai bagian di dalamnya ikut serta memikul tugas ini. Sebuah tugas yang tidak mudah. Pertolongan dan perlindungan Tuhan menjadi kekuatan dan pegangan. Doa-doa Bunda Maria - yang berkat imannya yang teguh ikut serta di dalam karya keselamatan Allah untuk menyelamatkan manusia – menjadi pengharapan dan penghiburan kita. Keteguhan iman, kesetiaan, dan ketaatan Bunda Maria ini mendapat ganjaran mahkota abadi (Why. 12:1-6), semoga Gereja SMI juga berharap boleh meneladan iman, kesetiaan dan ketaatan Bunda Maria, sehingga pada akhirnya boleh mengalami sukacita yang kekal bersama Allah di surga. Terpujilah Yesus Kristus dan Maria Imakulata. Selamat Natal dan Tahun Baru untuk kita semua. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati dan Maria Imakulata senantiasa mendoakan. Amin. RUANG BATIN 5


SAJIAN KHUSUS 6 Gereja Santa Maria Imakulata Paroki Ke-65 Keuskupan Agung Jakarta Sebuah Paroki yang berdiri di sebuah Keuskupan, perlu melalui tahap-tahap pendiriannya. Begitu juga yang dialami oleh Gereja Santa Maria Imakulata (SMI). Sebelum disahkan sebagai Paroki ke-65 Keuskupan Agung Jakarta, ternyata SMI melalui jalan panjang yang berujung sukacita. 08 Agustus 2001, Dewan Paroki Trinitas, Cengkareng, membentuk “Tim Gereja Baru” dan menunjuk Bapak dr. Vincentius Hady Syarif sebagai Ketua Tim Gereja Baru. Tugas utama Tim dengan masa bakti hingga 31 Desember 2001 adalah untuk mempersiapkan Stasi baru lengkap dengan para pengurusnya. Tim ini juga melaksanakan berbagai sosialisasi keberadaan bakal bangunan gereja baru melalui kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seperti bakti sosial dan bakti kesehatan. Persiapan untuk pembentukan Stasi SMI dilakukan juga dengan mulai diselenggarakannya Misa Stasi SMI sejak akhir tahun 2008 di Paroki Induk, Gereja Trinitas, Cengkareng.


SAJIAN KHUSUS 7 Setelah Tim Gereja Baru menyelesaikan masa baktinya, benih-benih sosialisasi kemasyarakatan masih terus dijalankan oleh Wilayah-Wilayah yang berdekatan dengan lokasi bakal gereja baru. Pada 18 Januari 2009, dalam Misa Stasi SMI di Paroki Trinitas, Cengkareng, dilaksanakan pelantikan Dewan Stasi SMI yang pertama. Dewan Stasi pertama ini terdiri dari Romo Stasi, Ketua dan Wakil Ketua, Sekretaris, Bendahara, dan 10 Ketua Seksi. Pada 20 Februari 2010, Misa Kudus Mingguan di Paroki Trinitas ditambah satu kali lagi dengan pilihan Sabtu Sore pkl. 16.00 yang diperuntukkan bagi Stasi SMI sehingga Misa untuk Stasi SMI diselenggarakan 2 x setiap minggunya. Meski Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sudah terbit, ternyata jalan untuk memulai Pembangunan gereja baru tidaklah mudah. Beberapa kendala di lapangan perlu disikapi dengan ketenangan, kesabaran, dan kepasrahan kepada rencana Tuhan. Seksi Liturgi Stasi SMI berinisiatif menyelenggarakan Misa Kudus di lahan bakal gereja. Misa Perdana di lahan yang masih berupa tanah dan rerumputan ini berlangsung pada 26 November 2010 secara internal yang juga dimaksudkan sebagai tindakan tirakatan. Menyusul setelah Misa Perdana ini adalah diadakannya Novena Santa Maria Imakulata pada 30 November-08 Desember 2010 dengan intensi khusus bagi kelancaran dan kemudahan pembangunan Gereja SMI. Novena ini hingga sekarang masih dilaksanakan setiap tahunnya. Pada 30 Oktober 2011, dalam Pelantikan Dewan Paroki Pleno XII Gereja Trinitas, Cengkareng oleh Vikaris Jenderal Keuskupan


SAJIAN KHUSUS 8 Agung Jakarta, Romo Yohanes Subagyo, Pr, dilantik juga Pengurus Dewan Stasi SMI II. Dewan Stasi SMI ini mendapat kewenangan yang lebih besar untuk melaksanakan reksa pastoralnya – yaitu mengerjakan anggaran kebutuhan Seksi (budgeting), bertindak mewakili/membantu Dewan Harian Trinitas untuk reksa pastoral khusus di wilayah Stasi SMI seperti kunjungan rutin Dewan Stasi ke Wilayah-Wilayah yang ada di dalam Stasi SMI. Dewan Stasi SMI ini juga memiliki peran lebih besar dalam 3 Seksi yang menjadi pilar Gereja: Seksi Liturgi (Leitourgia), Seksi Katekese (Kerygma), dan Seksi PSE (Diakoinia). Pada 12 Juni 2014, diadaka pemilihan Dewan Stasi SMI III periode 2014-2017. Dewan Stasi SMI inilah yang bersama Dewan Paroki Harian Trinitas, Cengkareng mempersiapkan segala yang diperlukan bagi Stasi SMI untuk menjadi sebuah Paroki. Ketekunan dalam mempersiapkan Stasi SMI menjadi Paroki baru pada akhirnya berbuah indah. Setelah kunjungan Tim Keuskupan Agung Jakarta pada 18 Oktober 2014 untuk meninjau kesiapan dan persiapan Stasi SMI menjadi Paroki baru, Bapa Uskup Agung Jakarta melalui Surat Keputusannya bernomor 204/3.14.3/2015 tertanggal 01 Juni 2015 menetapkan dan mengangkat untuk pertama kalinya Pengurus dari Badan Hukum Gereja Katolik “Pengurus Gereja dan Dana Papa Roma Katolik” (disingkat PGDP) Santa Maria Imakulata dengan personalia sebagai berikut: Ketua Umum/Pastor Kepala: Pastor Antonius Andri Atmaka, OMI Ketua I/Pastor Rekan: Pastor Ignatius Wasono Putro, OMI Ketua II/Pastor Rekan: Pastor Peter Kurniawan Subagyo, OMI Wakil Ketua :Bapak Yacobus Sugiharto Sekretaris I :Bapak Stefanus Chik Tjai Sekretaris II :Ibu Margaretha Ira Widyawati Bendahara I :Bapak Yohanes Muljanto Waluyo Bendahara II :Ibu Eugenia Kurniati Sulaiman Anggota: Bapak Antonius Robbyanto Lumenta Bapak Christoforus Gunawan Wiranta


SAJIAN KHUSUS 9 Bapak F.Y. Roy Supriyadi Bapak Ignatius Liemesak Bapak Johanes Ignatius David Setiabudi Bapak Kristoforus Herry Susanto Bapak Yohanes Verry Darang Dengan demikian, terhitung mulai 01 Juni 2015, Stasi SMI secara yuridis/hukum telah berubah status menjadi “PAROKI”. Setelah rapat bersama dengan semua pihak yang terkait, maka para Romo dan Dewan Paroki sepakat untuk menggunakan masa transisi perubahan status “Stasi” menjadi “Paroki” untuk SMI ini sebagai waktu untuk menyiapkan dan mengerjakan segala hal yang diperlukan supaya semuanya selesai pada saat peresmian SMI sebagai Paroki ke-65 Keuskupan Agung Jakarta pada 22 Agustus 2015. Jadi, sebagai umat Paroki SMI, Kalideres, kita memiliki dua hari besar, yaitu Hari Ulangtahun Paroki SMI yang diperingati setiap tanggal 22 Agustus, dan Pesta Nama Paroki SMI yang diperingati setiap tanggal 08 Desember (Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda). Luar biasa, bukan?! (Sumber Tulisan: Dokumentasi Komsos SMI) Santa Maria Imakulata Nama Yang Indah dan Penuh Makna Gereja kita diberi nama yang indah: Gereja Katolik Santa Maria Imakulata. Nama yang sungguh penuh makna dan berkat! Nama diri sungguh bisa menjadi jati diri, melekat pada diri selamanya. Dengan nama diri itulah kita dipanggil, dikenal, dan diingat. Begitu juga dengan nama diri Gereja. Mengapa sulit memilih nama untuk sebuah bangunan gereja dan kumpulan umatnya? Harus dirembukkan di antara wakil Gereja, lalu diajukan ke Bapa Uskup Agung untuk persetujuan. Mengapa tidak langsung saja mengambil nama-nama para kudus yang sangat banyak jumlahnya? Pengajuan nama “Santa Maria Imakulata” sebagai nama bakal gereja yang saat itu belum menentu kapan akan mulai dibangun memiliki sejarah tersendiri. Selain Santa Maria Imakulata adalah Pelindung Kongregasai para Romo yang berkarya di Paroki Trinitas, Cengkareng – Kongregasi Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI), Santa Maria Imakulata juga dipandang memiliki ikatan tak perpisahkan dengan paham Tritunggal Mahakudus (Trinitas). Pada 08 Desember 1854, Bapa Suci Paus Pius IX memproklamirkan Dogma Maria Yang Dikandung Tanpa Dosa (Dogma Konsepsi


SAJIAN KHUSUS 10 Imakulata): “Sejak saat pertama dikandungnya, Perawan Maria yang amat terberkati, berkat kasih karunia yang istimewa dari Allah Yang Mahakuasa, berdasarkan jasa Yesus Kristus, Juruselamat umat manusia, terlindung dari segala noda dosa asal.” Seperti kita ketahui, Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan Tuhan. Tuhan memberikan kepada mereka apa saja yang mereka inginkan di Firdaus, Taman Eden. Tetapi Allah berfirman bahwa mereka tidak diperbolehkan makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan


SAJIAN KHUSUS 11 yang jahat. Lucifer, raja iblis, datang kepada mereka dan membujuk mereka makan buah pohon tersebut. Adam dan Hawa memakan buah itu; mereka tidak taat kepada Tuhan dan karenanya mereka diusir dari Firdaus. Oleh karena dosa pertama itu, semua manusia yang dilahirkan sesudah Adam dan Hawa mewarisi apa yang disebut "dosa asal". Itulah sebabnya, ketika seorang bayi lahir, ia segera dibaptis supaya dosa asal itu dibersihan dari jiwanya sehingga ia menjadi kudus dan suci, menjadi anak Allah. Ketika Allah Bapa hendak mengutus Putera-Nya, Yesus Kristus, ke dunia untuk menyelamatkan kita, Bapa memerlukan kesediaan seorang perempuan yang kudus untuk mengandung Yesus Kristus dalam rahimnya. Bapa memutuskan bahwa perempuan ini harus dibebaskan dari dosa asal Adam dan Hawa, haruslah seseorang yang istimewa serta amat suci dan kudus. Sama halnya seperti jika kita mempunyai satu termos air jeruk segar, maka kita tidak akan menuangkannya ke dalam gelas yang kotor untuk meminumnya, bukan? Kita akan menuangkan air jeruk segar itu ke dalam gelas yang bersih untuk meminumnya. Demikian juga Tuhan tidak ingin Putera Tunggal-Nya ditempatkan dalam rahim seorang perempuan berdosa. Oleh karena itulah Tuhan membebaskan Maria dari dosa asal sejak Maria hadir dalam rahim ibunya, Santa Anna. Inilah yang disebut Dogma Dikandung Tanpa Dosa - memang suatu istilah yang sulit, tetapi artinya ialah Maria tidak mewarisi dosa Adam dan Hawa, sehingga Maria dapat menjadi seorang bunda yang kudus yang mengandung Yesus dalam rahimnya. Dengan mengandung Kristus, melahirkanNya, membesarkanNya, menghadapkanNya kepada Bapa di Kenisah, serta dengan ikut menderita bersama Putranya yang wafat dikayu salib, Bunda Maria secara sungguh istimewa bekerjasama dengan karya Juruselamat, dengan ketaatannya, iman, pengharapan serta cinta kasihnya yang berkobar, untuk membaharui hidup adikodrati jiwa-jiwa. Oleh karena itu, dalam tata rahmat, ia menjadi Bunda kita. (Lumen Gentium 61). Pesta Nama Gereja kita dirayakan setiap tanggal 08 Desember. Pada hari itu, Gereja Katolik di seluruh dunia dengan penuh syukur dan sukacita merayakan Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda. Melalui perayaan ini, kita diajak untuk mengenang, menghormati, dan bersyukur bersama Bunda Maria. Kita diajak untuk semakin mampu menyadari betapa Allah senantiasa mengasihi dan menyertai kita melalui semua rencanaNya bagi hidup kita. (Disusun ulang dengan penambahan seperlunya dan penyaduran dari “In Defense of the Blessed Virgin Mary”; www.qni.com/~catholic/defense.htm yang diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya) (Sumber tulisan: Dokumentasi Komsos SMI)


SAJIAN KHUSUS 12 Gedung Gereja SMI Yang Megah dan Lengkap Perkembangan pembangunan perumahan-perumahan di daerah Cengkareng menjadi salah satu sebab munculnya inisiatif murni dari Dewan Paroki Trinitas, Cengkareng untuk memekarkan dirinya. Maka atas izin Keuskupan Agung Jakarta, pada tahun 1999 Dewan Paroki Trinitas, Cengkareng membeli sebidang tanah di Perumahan Citra Garden City 3, Kecamatan Kalideres, dengan luas 8.710 m2 untuk membangun gereja baru yang diberi nama Gereja Santa Maria Imakulata. Proses keluarnya perizinan mendirikan rumah ibadah yang cukup memakan waktu tidak menyurutkan semangat semua yang terlibat dalam pembangunan Gereja SMI. Sekeluarnya izin di awal tahun 2010 ditindaklanjuti dengan cepat oleh Panitia Pembangunan Gereja (PPG) SMI untuk melaksanakan pemancangan tiang pertama tanda dimulainya pembangunan gereja pada 31 Januari 2011. Peresmian pemakaian gedung gereja dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Bapak Fauzi Bowo, pada 08 September 2012 yang bertepatan dengan Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria, sedangkan pemberkatan gedung gereja dilakukan oleh Bapa Uskup Agung Jakarta,


SAJIAN KHUSUS 13 Ignasius Kardinal Suharyo, pada 08 Desember 2012 yang bertepatan dengan Hari Raya Santa Perawan Maria DIkandung Tanpa Noda. Bentuk bangunan Gereja Santa Maria Imakulata adalah oval dengan celah terbuka di salah satu ujungnya. Penentuan tampilan gedung yang demikian ini mempunyai arti tersendiri yaitu mengambil bentuk rahim seorang wanita yang melambangkan bahwa Bunda Maria telah dipilih dan ditetapkan Allah Bapa untuk menjadi ibu dari PuteraNya sebelum ia dijadikan sehingga saat Bunda Maria dikandung dan dilahirkan oleh ibunya, Bunda Maria adalah suci tanpa noda. Dengan konsep bangunan yang demikian, maka tampilan gereja terlihat tinggi, megah, dan dapat menampung banyak umat. Kompleks gedung Gereja SMI dilengkapi dengan berbagai sarana seperti tempat parkir mobil, pasturan, taman, Gua Maria dan taman prosesi Jalan Salib untuk kelompok kecil. Kapel Bunda Penolong Abadi untuk Misa Harian dan pemberkatan pernikahan, juga ruang-ruang kerja Pastor, Seksi, dan Dewan, Sekretariat Gereja, Kantin dan toilet. Sarana lainnya adalah Ruang Adorasi Sakramen Mahakudus Abadi dan 3 ruang fungsional berupa Aula Kasih, Aula Iman, dan Aula Harapan, beberapa ruang rapat dan ruang P3K. Gedung gereja sendiri berada di lantai 2 yang digunakan untuk Perayaan Ekaristi Mingguan, Misa Jumat Pertama, dan pelayanan-pelayanan lainnya yang berkaitan dengan Pelayanan Sakramen–Sakramen seperti Sakramen Tobat, Sakramen Baptis, Sakramen Perkawinan, Komuni Pertama, Sakramen Krisma, dan lainnya. Di dalam gedung ini ada beberapa ikon Gereja SMI seperti kaca patri sekeliling gedung gereja yang bercerita tentang perjalanan hidup Bunda Maria dari sejak dipersembahkan ke Bait Allah hingga dimahkotai di Surga, juga ada relief Jalan Salib yang terbuat dari batu marmer asal Blora, Jawa Tengah. Setiap relief yang berukuran 50 x70 x 20 cm dapat mencapai berat hingga 200 kg. Di Panti Imam tergantung Salib Benediktus dalam ukuran besar. Mengapa Salib Benediktus? Hal ini dikarenakan Gereja


SAJIAN KHUSUS 14 SMI dibangun dan diberkati pada masa penggembalaan Bapa Suci Paus Benediktus XVI. Di samping gedung gereja, ada Ruang Devosi dengan patung Pieta setinggi 1,7 meter. Ikon lain adalah patung Santa Maria Imakulata setinggi 2,7 meter di depan area masuk gedung gereja. Patung ini mengambil rupa seperti patung “Oblate Madonna” yang ada di Rumah Jenderal OMI di Roma. Di bawah patung ini terdapat tulisan kata-kata Fiat Bunda Maria: “Non mea, sed voluntas Tua” – “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Lukas 1:38) Ucapan Bunda ini menjadi puncak imannya sekaligus sebagai titik awal dimulainya peziarahan imannya. Melalui kata-kata itu Bunda Maria mempersembahkan seluruh dirinya kepada Allah tanpa syarat, penuh kebebasan dalam ketaatan dan kesetiaan. Saat tiba di Gereja SMI, kita disambut oleh Bunda Maria Imakulata dengan kata-kata Fiatnya. Semoga kita semua mampu meneladan Bunda Maria yang selalu taat dan setia kepada segala rencana Tuhan bagi dirinya. Setia dan taat pada jalan panggilan hidup kita masing-masing. (Sumber Tulisan: Dokumentasi Komsos SMI)


SAJIAN KHUSUS 15 Perangkat Karya Pastoral Paroki Kalideres Dalam menjalankan perannya memimpin Tata Pelayanan Pastoral-Evangelisasi Paroki sehari-hari, Dewan Paroki Harian mempunyai perangkat-perangkat yang membantunya berupa Seksi dan Bagian. Perangkat-perangkat inilah yang melaksanakan dan memperlancar tugas-tugas Dewan Paroki Harian Kalideres: SEKSI adalah badan Dewan Paroki yang bertugas menyelenggarakan pelayanan pastoral-evangelisasi Paroki dalam bidang tertentu. Seksi-Seksi yang ada di Paroki Kalideres terdiri dari: BIDANG PERIBADATAN: Seksi Liturgi bertugas melaksanakan tata pelayanan liturgi dalam membantu umat beriman dengan penuh penghayatan mengungkapkan Misteri Perayaan Iman Gereja (Ekaristi dan aneka peribadatan yang lainnya) yang baik, benar, indah, bermakna, hidup dan memerdekakan, bekerjasama dengan para pelayan liturgi. Seksi Liturgi membawahi Sub-Seksi: (1) Koor, Dirigen, Organis; (2) Lektor dan Komentator; (3) Putera Altar; (4) Puteri Legio Ekaristi; (5) Penyambut Umat; (6)


SAJIAN KHUSUS 16 Dekorasi/Bunga Altar; (7) Prodiakon; (8) Koster. BIDANG PEWARTAAN: Seksi Katekese melaksanakan tata pelayanan katekese agar iman kaum beriman menjadi hidup dan memerdekakan, berkembang, serta penuh daya, melalui pengajaran agama dengan mempergunakan segala bantuan, sarana didaktis, dan alat-alat komunikasi sosial yang dipandang lebih efektif serta melalui pengalaman kehidupan Kristiani. Seksi Katekese membawahi Sub-Seksi: (1) Baptis Dewasa; (2) Baptis Anak; (3) Baptis Bayi; (4) Baptis Lansia; (5) Komuni Pertama; (6) Sakramen Krisma; (7) Bina Iman Anak/BIA; (8) Bina Iman Remaja (BIR). Seksi Kerasulan Kitab Suci melaksanakan tata pelayanan kerasulan Kitab Suci, mendorong dan memfasilitasi terlaksananya reksa pastoral pewartaan Injil dan Sabda Tuhan kepada umat beriman berkerjasama dengan para imam dan pelayan sabda lainnya. Seksi Komunikasi Sosial melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi dalam bidang komunikasi sosial untuk mewartakan Injil dalam aneka macam karya kerasulan, bekerjasama dengan para awam berperan dalam penggunaan media (cetak, elektronik, dsb) dan teknologi informasi komunikasi sebagai wujud kesaksian mereka tentang Kristus. Seksi Komunikasi Sosial membawahi Sub-Seksi: (1) Fotografi; (2) Videografi; (3) Warta Paroki “Bersemi”;


SAJIAN KHUSUS 17 (4) Majalah Paroki “Imakulata”; (5) Website dan Media Sosial seperti Instagram, Tik Tok, dan lain sebagainya; (6) Perpustakaan; (7) Disain Grafis; (8) Multimedia yang mengatur sound system dan penayangan video/slide pada saat Misa Kudus berlangsung di gereja. BIDANG PERSEKUTUAN: Seksi Kerasulan Keluarga melaksanakan dan mengembangkan tata pelayanan kerasulan keluarga yang utuh dan terpadu melalui pendampingan kepada umat beriman Kristiani untuk memelihara dan meningkatkan hidup perkawinan dalam semangat Kristiani melalui persiapan perkawinan, peneguhan perkawinan, sampai dengan pendampingan keluarga, demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan suami-itri dan seluruh anggota keluarga yang menghayati kepenuhan hidup berdasarkan tuntunan iman dan moral Katolik. Seksi Kerasulan Keluarga membawahi Sub-Seksi: (1) Tim Konseling Keluarga; (2) Hari Ulangtahun Perkawinan/HUP; (3) Membangun Rumah Tangga/MRT yang merupakan program wajib yang harus diikuti oleh calon pengantin sebelum dilakukan penyelidikan kanonik; (4) Discovery – program untuk pasangan yang sedang berpacaran serius menuju jenjang perkawinan; (5) Perkawinan – menyiapkan calon mempelai yang akan melaksanakan perkawinan dan mengadakan gladi bersih upacara perkawinan di gereja; (6) Umat Berkebutuhan Khusus/UBK; (7) Lansia; (8) 10TP – program untuk pasutri dengan usia perkawinan di bawah 10 tahun; (9) MOKA - Menjadi Orangtua Katolik – sebuah program katekese keluarga dengan memberikan kepada pasutri orangtua materi-materi menjadi orangtua Katolik yang baik dan self donative parenting. Seksi Kepemudaan bertugas membina dan mendampingi kaum muda, melibatkan mereka dalam menunaikan dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas supaya berkembang menjadi orang-orang dewasa yang mampu mengambil bagian dalam pengabdian kepada Gereja dan masyarakat. Seksi Kepemudaan mempunyai Sub-Seksi: (1) Antiokhia; (2) Roses. Seksi Panggilan melaksanakan tata pelayanan kerasulan dalam membina dan memajukan panggilan, agar kebutuhan-kebutuhan akan pelayanan suci di seluruh Gereja terpenuhi, melalui pengajaran kepada umat tentang pentingnya pelayanan suci dan kebutuhan akan pelayan-pelayan dalam Gereja, serta membangkitkan dan mendukung usaha-usaha pembinaan panggilan terhadap anak-anak, remaja, dan orang muda, melalui keluarga-keluarga Kristiani dan para pendidik, bekerja sama dengan para imam, terutama para pastor paroki. BIDANG PELAYANAN: Seksi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) bertugas melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi melalui karya pengembangan sosial ekonomi untuk mendorong dan memfasilitasi kewajiban umat beriman dalam memajukan keadilan sosial terutama bagi orang miskin, lemah, terpinggirkan dan penyandang disabilitas. Seksi ini juga memberikan bantuan kepada mereka yang mengalami kesulitan keuangan baik secara rutin ataupun hanya sekali saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti misalnya untuk modal usaha, perumahan, kesehatan dan sebagainya. PSE juga memberikan pinjaman uang yang pengembaliannya dapat diangsur


SAJIAN KHUSUS 18 kepada umat yang membutuhkan untuk suatu keperluan yang mendesak; Mendata mereka yang memerlukan pekerjaan, mengusahakan memberikan/meningkatkan keterampilan, mencarikan lowongan pekerjaan dengan berbagai cara dan menyalurkan para pencari kerja tersebut; Mengusahakan bantuan/keringanan biaya pengobatan dengan berbagai cara. PSE membawahi Sub-Seksi: (1) Santo Yusuf. Seksi Pendidikan melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi pendidikan Katolik di Lembaga Pendidikan Katolik dan Ikatan Insan Pendidikan Katolik yang bekerja/belajar di lembaga pendidikan non-Katolik di wilayah Paroki. Seksi Kesehatan melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi dibidang kesehatan sebagai pewartaan Kerajaan Allah khususnya kepada mereka yang lemah, sakit, menderita dan sedang diambang kematian, sekaligus mewujudkan kepedulian Gereja terhadap pembangunan kesehatan masyarakat dengan cara menggugah semua pihak agar ikut serta memajukan kesehatan masyarakat serta mencari cara terbaik untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanannya. Seksi Kesehatan juga menyelenggarakan klinik gratis/murah, merekrut dokter dan paramedik sukarelawan, dan menyelenggarakan seminar kesehatan. BIDANG KESAKSIAN: Seksi Keadilan dan Perdamaian (SKP) melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi kepada umat agar menghadirkan wajah Gereja yang memperjuangkan keadilan dan perdamaian. SKP membawahi Sub-Seksi: (1) Lingkungan Hidup; (2) Keadilan dan Kesetaraan Gender; (3) Peduli Migran; (4) Advokasi Hukum dan HAM. Seksi Hubungan Antar Agama dan Kemasyarakatan (HAAK) bertugas melaksanakan tata pelayanan pastoral-evangelisasi kepada kaum awam, baik secara perseorangan maupun secara kelompok/komunitas, agar dapat berdialog dan bekerja sama secara bijaksana dan penuh kasih dengan para penganut agama-agama lainnya sebagai wujud kesaksian tentang iman Kristiani, serta terlibat aktif dalam menyempurnakan tatanan dunia, khususnya di bidang sosial-politik-kebangsaan, serta memberi kesaksian tentang Kristus dalam setiap tugas keduniaan dengan mengamalkan Pancasila. BIDANG PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PAROKI: Seksi Penelitian dan Pengembangan (Litbang) melaksanakan pengumpulan, pengolahan data dan fakta serta menyajikannya dalam bentuk informasi yang bermaanfaat bagi perencanaan dan pengembangan karya pastoral evangelisasi di lingkup Paroki. Seksi Pelatihan dan Pengkaderan (Pekad) melaksanakan analisa kebutuhan pelatihan, menyusun modul dan menyelenggarakan pelatihan dalam rangka kaderisasi dan regenerasi pelayan pastoral-evangelisasi di Paroki. BIDANG PERENCANAAN DAN EVALUASI: Seksi Perencanaan dan Evaluasi bertugas menyelenggarakan rapat karya untuk membuat perencanaan Program Karya Pelayanan (Prokar); membantu Dewan Paroki


Harian membuat pemonitoran dan evaluasi pelaksanaan Prokar. BAGIAN adalah badan yang dibentuk oleh Dewan Paroki Harian untuk melaksanakan pelayanan urusan Paroki sehari-hari. Bagian yang ada di Paroki SMI terdiri dari: Bagian Pemeliharaan dan Kebersihan Gereja bertugas melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan gedung-gedung, halaman dan taman di kompleks Paroki. Bagian ini membawahi Sub-Bagian: (1) Mekanikal; (2) Elektrikal; (3) Elektronik; (4) Sipil; (5) Taman; (6) Kebersihan Gereja; (7) Inventaris; (8) Keamanan. Bagian Rumah Tangga Pastoran (RTP) bertugas mengurus segala keperluan rumah tangga pastoran sesuai dengan kebutuhan dan permintaan Romo. Bagian Kekaryawanan bertugas mengawasi dan membina para karyawan purna waktu dan paruh waktu yang bekerja di Paroki agar bekerja dengan baik dan disiplin sesuai dengan tugas yang diberikan, serta melaksanakan tugas-tugas lain yang belum dilakukan oleh Bagian lain. Bagian Pendataan bertugas mendata, mengelola dan memperbaharui/memutahirkan data umat. Bagian Keamanan yang bertugas mengurus personal keamanan. Selain perangkat-perangkat tersebut di atas, Dewan Paroki memberikan dukungan dan pendampingan kepada Komunitas Kategorial yang adalah gerakan khas dan nyata dari umat Paroki berdasarkan kategori tertentu. Komunitas Kategorial ini perlu memiliki cita-cita (visi) dan perutusan (misi) yang selaras dengan kebutuhan umat Paroki. Komunitas Kategorial perlu mendaftarkan diri kepada Dewan Paroki untuk berkegiatan bersama umat di wilayah Paroki dan melaporkan pelaksanaan kegiatan dan keuangan secara berkala kepada Dewan Paroki. Adapun Kelompok Kategorial yang ada di Paroki Kalideres dapat disebutkan: (1) Legio Mariae; (2) Marriage Encounter/ME; (3) Kelompok Meditasi Kitab Suci/KMKS; (3) Kelompok Doa Meditasi dengan lagu-lagu dari Taize; (4) Persekutuan Doa Pembaruan Karismatik Katolik/PDPKK; (5) Komunitas Tritunggal Mahakudus/KTM; (6) Komunitas Kerahiman Ilahi Kalideres/KKIK. Paroki Kalideres juga diperlengkapi dengan tim khusus yaitu ASAK (Ayo Sekolah, Ayo Kuliah, Ayo Seminari) untuk melaksanakan program orangtua asuh untuk meringankan beban orangtua yang menghadapi kesulitan dalam membiayai pendidikan anak-anaknya. Juga ada Bank Samita yang mempunyai misi untuk membangun budaya ramah lingkungan sesuai dengan 12 ciri Paroki Ramah Lingkungan serta habitus cinta lingkungan hidup melalui cara melakukan pemilahan sampah dalam rumah tangga. Dengan kegiatan ini, maka sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat semakin berkurang. (Sumber Tulisan: Buku Pedoman Dasar Dewan Paroki Keuskupan Agung Jakarta, Tahun 2019, dengan penambahan seperlunya/smts) SAJIAN KHUSUS 19


SEPUTAR NATAL 20 Pernikahan Yang Bertahan Selamanya Kalau kita membaca kisah-kisah dari negeri dongeng seperti “Si Upik Abu” misalnya, kisah akan berakhir gembira dan “mereka hidup bahagia bersama selamanya”. Di saat seorang laki-laki dan seorang perempuan bersatu dalam Sakramen Perkawinan, mereka berjanji untuk setia dalam untung dan malang, di saat suka dan duka, pada waktu sehat dan sakit, selama mereka berdua hidup. Mereka berjanji untuk “hidup bersama selamanya”. Bahagia?? Di masa sekarang ini, banyak pasangan yang takut untuk membuat komitmen jangka panjang demikian. Mereka takut menikah karena takut tidak bahagia, takut tidak mampu membangun keluarga yang adem ayem tanpa masalah dan pertengkaran. Bapa Suci Fransiskus sempat bertemu dengan pasangan-pasangan yang sudah bertunangan dan mengadakan acara tanya-jawab singkat. Paus Fransiskus dalam kesempatan itu mengungkapkan pandangan demikian yang tumbuh subur dalam budaya kita sekarang sehingga membuat kita akan merasa takut untuk berkomitmen mewujudkan “selamanya” itu. Paus mengatakan ketakutan ini sebagai ketakutan umum yang ada dalam budaya kita. Mengambil keputusan dalam hidup ini serasa menjadi tidak mungkin. Sekarang, semua berubah begitu cepat. Tidak ada yang bertahan lama. Bapa Suci lalu menunjukkan contoh yang dilakukan oleh kebanyakan pasangan masa kini: di saat kepekaan perasaan sudah hilang, perkawinan harus berakhir juga. Maka ada banyak pasangan yang sepakat untuk berpisah karena mereka tidak merasa saling mencintai lagi. Bagaimana mengatasi hal ini? Paus Fransiskus memberikan nasihat untuk para pasutri yang berusaha untuk melawan budaya “takut tidak bisa bertahan untuk selamanya” ini. Bapa Suci katakan bahwa cara untuk menolak takut yang demikian itu adalah dengan mempercayakan diri kepada Tuhan Yesus dalam kehidupan yang menjadi sebuah perjalanan spiritual harian. Bapa Suci menyarankan doa harian yang mempersembahkan cinta pasutri kepada Tuhan dan membiarkan Tuhan untuk menggandakan cinta suami-istri itu. Bapa Suci menggunakan mukjizat penggandaan roti dan ikan sebagai perumpamaan untuk persembahan harian. Yesus mengambil 5 roti dan menggandakannya sehingga dapat mengenyangkan beribu-ribu orang. Dengan jalan yang sama, pasangan dapat mempersembahkan cinta yang mereka bagikan satu sama lain kepada Yesus dan memintaNya untuk menggandakan cinta itu bagi mereka. Mari bersama kita bahas hal ini dari dasarnya. Apa yang dimaksud dengan “mempercayakan diri kepada Tuhan?” Paus Fransiskus mengambil roti/cinta sebagai analogi lebih lanjut dan menyarankan sebuah doa yang sederhana. Di saat kita berdoa bagian dari doa Bapa Kami: “berilah kami rejaki pada hari ini”, Paus menyarankan agar para pasutri juga berdoa: “berilah kami cinta pada hari ini.” Doa adalah jalan termudah untuk pasutri mempersembahkan diri mereka kepada Tuhan. Doa adalah jalan bagi suami-istri untuk mempersembahkan cinta yang mereka saling bagikan kepada Tuhan, yang kemudian akan menggandakannya bagi suami-istri tersebut. Doa adalah jalan bagi suami-istri untuk mengatasi rasa “takut tidak bisa bertahan untuk selamanya” dan menghidupi Sakramen Perkawinannya dalam


SEPUTAR NATAL 21 Natal: Bentuk Belarasa Allah Pada Manusia Yang Lemah kesetiaan dan kepercayaan. Inilah praktek dan komitmen harian bagi pasangan suami-istri yang ingin bersama-sama bertumbuh dalam iman. Berdoa untuk dan bersama pasangan hidup menjadi bagian yang mudah untuk dikatakan tetapi tidak harus menjadi begitu sulit untuk dijalankan. Berdoa bersama suami atau istri akan menjadi sulit karena hal ini akan memaksa pasutri untuk terbuka sekaligus rentan dalam doa. Di saat suami-istri ingin berdoa bersama, mereka harus berani untuk mengesampingkan segalanya sehingga mampu melihat yang terpenting di dalam hidup mereka. Cukup sulit juga untuk menciptakan kebiasaan berdoa yang berkesinambungan. Ada keluarga yang mencoba untuk berdoa 1 Peristiwa Rosario bersama di setiap Minggu malam setelah makan malam. Tetapi untuk anak-anak mereka yang masih kecil, kebiasaan ini malah selalu berakhir dengan marah-marah, tidak fokus dan terkesan tidak menghormati doa - karena yang lain berdoa, sedangkan anak-yang terkecil disuapi makan. Tetapi jangan putus asa. Teruslah berkreasi untuk mencari cara yang tepat untuk berdoa bersama. Contoh lain adalah pasutri yang berdoa untuk pasangannya dalam hening – atau malah disuarakan. Doa seperti ini tampaknya dapat menjadi kekuatan besar. Setiap malam, sebelum berangkat tidur, dan di malam-malam lain saat suami-istri bisa berkumpul, berdoa bersama dengan masing-masing memanjatkan permohonan bagi pasangannya ke hadapan Tuhan akan menjadi saat terindah bagi mereka berdua. Mungkin beberapa pertanyaan reflektif di bawah ini dapat membawa pasangan suami-istri untuk merenungkan relasi doa di antara mereka: Untuk diri sendiri: Apakah Anda suka berdoa? Untuk Anda dan pasangan Anda: Bagaimana Anda berdoa bersama pasangan Anda? Sudah pernahkah Anda berdoa sebagai sebuah keluarga? Apakah ada kebiasaan doa yang dulu dijalankan tetapi sekarang sudah berhenti? Apakah ada ujud doa khusus yang ingin Anda tambahkan ke dalam doa-doa bersama setiap hari? (Sumber Tulisan: Artikel yang ditulis oleh Jared Dees di situs www.togetherforlifeonline.com/tis) Belarasa secara harafiah berarti ikut merasakan menderita atau merasa bersama. Belarasa adalah hal yang cukup sulit ditemukan di zaman modern ini. Manusia semakin bersikap individualistis, masa bodoh, acuh tak acuh terhadap orang lain (baca: sesamanya), dan hidup dalam dunianya sendiri-sendiri. Salah satu ayat Kitab Suci yang favorit di kalangan kaum beriman adalah “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh 3 ;16). Dari ayat itu kita bisa mendapat pengertian tentang latar belakang terjadinya peristiwa Inkarnasi Yesus Kristus, yakni keprihatinan Allah terhadap perilaku manusia yang selalu menyeleweng dari tujuan ia diciptakan oleh Allah. Pada mulanya Allah menciptakan segala sesuatunya baik, namun manusia mulai menyalahgunakan kebebasannya, bertindak semaunya sendiri sehingga menimbulkan keprihatinan Allah. Keprihatinan akan nasib manusia ini melahirkan sikap kasih dan belarasa yang besar pada Allah dalam diri Yesus Kristus. Kata ‘belarasa” merupakan padanan Bahasa Indonesia untuk kata “compassion” (Bahasa Inggris). “Compassion” sendiri berasal dari kata Latin “cum” yang berarti “bersama dengan” dan “passio” – dari dasar kata “patire” yang berarti “menderita, memikul, menanggung”. Belarasa merupakan keutamaan ketergerakan hati untuk turut serta menderita dengan orang lain, untuk ikut menanggung beban orang lain, untuk masuk dalam situasi


SEPUTAR NATAL 22 penderitaan dan keterpurukan yang dialami orang lain. Ilustrasi berikut ini mungkin dapat mempermudah kita untuk memahami peristiwa Inkarnasi: Pada suatu hari ada sebuah rapat komunitas di Surga. Pesertanya adalah Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Agenda rapatnya hanya satu yakni membahas perbuatan manusia pertama yang mulai jatuh di dalam dosa yang menyebabkan putusnya hubungan manusia dengan Allah. Allah Bapa berkata dengan sedih: “Apa yang harus Aku kerjakan sekarang? Apakah Aku harus membatalkan rencana penyelamatan kepada manusia atau mencari solusi lain?” Semuanya hening......lalu Yesus, Sang Putera, berkata: ”Jangan bersedih, Bapa. Rencana penyelamatan Bapa sungguh baik, janganlah dibatalkan. Aku akan berusaha supaya hal itu tetap berjalan. Aku bersedia pergi untuk menjadi bagian dari manusia, karena melalui dan di dalam Aku, umat manusia akan menemukan model terbaik relasi antara Allah dengan manusia.” Maka terjadilah peristiwa Inkarnasi Yesus Kristus, Sang Allah Putera. Mendiang Santo Paus Yohanes Paulus II menggambarkan hal itu dengan mengatakan dalam Surat Apostoliknya “Deus Verivicantem” No. 9: “Perasaan pilu” kebapaan yang tak terselami dan tak dapat dilukiskan ini menghasilkan rencana penebusan penuh kasih dan mengagumkan dalam penyelamatan Yesus Kristus, sehingga kasih mengalir ke dalam sejarah manusia lebih kuat daripada dosa masuk ke dalam dunia.” Allah yang berbelarasa adalah Dia yang hadir secara konkrit dalam solidaritas dengan keadaan manusia yang berdosa dan miskin. Dengan solidaritas Allah, manusia memperoleh suatu jati diri yang baru, yang bebas dari dorongan-dorongan persaingan yang serakah. Gerakan Allah dalam Yesus adalah penghampaan/pengosongan diri (kenosis) yang intinya adalah Yesus “walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan.”.(Filp 2: 6) Dengan cara ini Yesus mengikuti grafik menurun: Dia yang adalah Tuhan berkenan menjadi hamba, Dia yang berkuasa rela menjadi lemah, Dia yang kaya menjadi miskin, Dia yang tak berdosa rela menyatu dengan kaum berdosa. Demikianlah belarasa terdalam dari Allah, yakni masuk ke dalam situasi manusia yang berdosa, miskin, menderita. Kuncinya adalah ikut mengalaminya, lalu membebaskan! Di mana kita dapat menempatkan belarasa dalam hidup kita? Apakah hidup yang berbelarasa berarti hidup dengan sesedikit mungkin untuk tidak menyakiti orang lain? Apakah yang kita perjuangkan adalah kesenangan sebanyak-banyaknya dan penderitaan sesedikit mungkin? Sebagaimana seluruh hidup Yesus mencerminkan belarasa yang membebaskan, demikian juga hidup kita yang berbelarasa seharusnya berada di pusat kehidupan Kristiani kita, di tengah dunia yang diperintah oleh kuasa-kuasa yang destruktif. Gerakan berbelarasa yang dilakukan bersama dalam komunitas Kristiani akan menjauhkan kita dari kompetisi yang serakah serta rasa iri, sehingga kita akan diarahkan ke rasa syukur. Kompetisi biasanya didorong oleh egoisme, kepentingan sendiri dan keinginan untuk menang sendiri. Kompetisi sedemikian ini bertentangan dengan belarasa (compassion vs competition). Sebagai murid-murid Yesus Kristus, kita ditantang untuk membangun, memiliki dan mengembangkan keutamaan belarasa di


Dari Mana Datangnya Damai? SEPUTAR NATAL 23 lingkungan pelayanan yang sering tidak gampang. Masing-masing dari kita dapat berefleksi: Apakah pelayananku berakar pada belarasa Yesus Kristus? Apakah pelayanan yang kulakukan menampakkan belarasa Yesus? Kalau kita ingin menampakkan belarasa Yesus, berarti kita harus bersedia pergi ke tempat yang terdapat luka dan penderitaan, karena di situ kita berjumpa dengan belarasa Yesus. Kita mungkin tidak dapat menyembuhkan luka orang lain atau mengatasi penderitaan dan kesusahan mereka. Kita sering tidak dapat memecahkan persoalan hidup mereka. Namun kita selalu bisa hadir di tengah penderitaan dan kesusahan mereka. Sebagai pelayan, kita pun membawa dalam diri kita luka-luka, penderitaan dan kesusahan, kerapuhan, pergumulan dan bahkan kegagalan hidup kita. Namun kasih karunia Allah mengutus kita untuk menjadi pelayan dan penyembuh yang punya luka-luka sendiri. Kita dapat berada di tengah-tengah problem hidup sesama dengan kehadiran kita apa adanya, dengan semangat belarasa, sambil kita sendiri diteguhkan oleh kayakinan bahwa sukacita, harapan, penyembuhan dan pembebasan akan ditemukan di sana. (ris) “Damai”- tiba-tiba jadi sebuah kata yang didambakan banyak orang. Sejurus dengan perkembangan zaman yang serba cepat dan maju, rasa-rasanya semakin sulit kita temui kedamaian di dalam hidup ini. Manusia menjadi semakin serakah, semakin ingin memperkaya diri dan lupa pada sesamanya. Tanah bumi yang semakin sempit untuk dihuni menjadi rebutan. Waktu yang 24 jam seharinya terasa sangat sedikit – bahkan sangat kurang. Uang sebagai kebutuhan utama penunjang hidup dirasakan sebagai pemegang kunci kebahagian sehingga terus saja dicari tanpa ada batas cukup. Manusia menjadi terlalu sibuk dengan keinginan pencapaian hidupnya dan menjadi lupa pada kebutuhan-kebutuhan batiniahnya. Manusia kehilangan rasa tenang dan damai, karena setiap hari dipacu untuk memenuhi segala impian mereka. Di mana damai harus dicari? Cakupan bahasan “Damai” tentu menjadi sangat luas. Dunia yang terus bergejolak, di mana-mana ada saja terjadi perang, masalah suku, ras, dan antar-agama, perseteruan antar-negara atas garis batas wilayah masing-masing, hak azazi manusia yang terinjak-injak, diskriminasi warna kulit dan jenis kelamin, dan lain kejadian yang membuat miris hati. Marilah kita kesampingkan itu semua dahulu, lalu mulai berani melihat masalah-masalah kecil yang ada di sekitar kita, dunia nyata yang setiap saat kita lihat dan alami. Sudahkah ada damai dalam “dunia kecil” kita? Sebagai komunitas – sekumpulan umat Tuhan – dalam wadah keluarga Katolik. Apakah sudah ada damai di dalamnya? Keluarga macam apa yang kita miliki? Damai ada di antara relasi mesra suami-istri dan orangtua-anak. Damai ada dalam keseharian keluarga sehingga selalu memancarkan kasih, sukacita, iman dan pengharapan. Damai lahir karena adanya semangat mengampuni dan memaafkan antar anggota keluarga.


SEPUTAR NATAL 24 Sebagai komunitas Gereja Katolik sudahkah damai tercipta? Saling kenal dan sapa dalam kasih. Saling berbagi suka dan duka. Saling menolong dalam untung dan malang. Mengalah dan sabar, mengampuni dan memaafkan. Saling menopang untuk kemajuan kehidupan iman, harapan, dan kasih. Ada kebersamaan yang akrab dalam iman yang bertumbuh dan berakar pada Gereja Katolik. Alangkah indahnya! Tapi, adakah damai di atas segalanya itu? Bukankah sementara dari kita masih saja mengenakan topeng kepura-puraan? Jadi, di mana damai bisa kita dapatkan? Kedamaian datang dari keadaan hati kita yang tenang. Ketenangan hati berasal dari kemauan diri kita sendiri untuk mencari dan m e n d a p a t k a n n y a . Ketenangan hati yang terdalam ada dalam Yesus Kristus. Dia yang menjanjikan segalanya bagi kita yang mau mengikutiNya dengan kesetiaan. Dalam Dia ada segalanya. Dalam Dia kita tak lagi takut, kuatir, bahkan hilang harapan. Carilah dan dapatilah Dia dalam hidup kita sepenuhnya, maka segalanya akan diberikanNya kepada kita. Hati yang tenang akan melahirkan hati yang damai. Ketenangan dan kedamaian hati akan membuat kita menjadi orang-orang yang sungguh rendah hati, sabar, toleransi, solider, penuh kasih, beriman dan berpengharapan. Hidup akan menjadi lebih indah jika setiap dari kita mau terus berjuang untuk mendapatkan hati yang tenang dan damai. Setelah mendapatkannya, mulailah membagikan damai itu kepada setiap orang yang kita temui. Jadilah pembawa damai, mulailah dari diri kita masing-masing. Jadi, dari mana datangnya damai? Dari hati yang bertemu dan bernaung setia dalam Yesus Kristus, Sang Juru Damai. Datanglah Yesus Kristus, Sang Raja Damai, dalam hati semua orang. (smartis)


OMIPEDIA 25 Kongregasi Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI) Melayani Yang Tak Terlayani Tak kenal maka tak sayang, begitulah pepatah berkata kepada kita. Kenalkah kita akan Kongregasi Misionaris Oblat Maria Imakulata (OMI) yang melayani Paroki kita? Siapa mereka? Apa spiritualitas dan spesialisasi para Misionaris Oblat Maria Imakulata ini? Kongregasi OMI – Keberpihakan Pada Kaum Miskin, Terlantar, Terabaikan Setelah menerima Tahbisan Imamatnya, Romo muda Eugenius de Mazenod sungguh tersentuh melihat orang-orang Kristiani di Provence yang diterlantarkan. Ia ingin menjadi “pelayan dan imam bagi kaum miskin” dan mempersembahkan seluruh hidupnya bagi kaum miskin, terlantar, dan terabaikan. Merasa tak mampu untuk berjalan sendiri memenuhi panggilan hidupnya ini, St. Eugenius kemudian mencari beberapa orang imam yang sehati dan sepikiran dengannya, lalu membentuk sebuah kelompok kecil dengan tujuan membangunkan iman Kristiani dari orang-orang yang paling terlantar pada saat itu – yaitu mereka yang hidup di pedesaan, kaum muda, narapidana, dan orang-orang kecil yang tinggal di kota. Pada 25 Januari 1816, bersama dengan 4 orang


OMIPEDIA 26 imam lainnya, St. Eugenius de Mazenod membentuk sebuah komunitas yang diberi nama “Misionaris Provence”. Sepuluh tahun kemudian, Konstitusi dan Aturan Hidup kelompok ini mendapat aprobasi dari Bapa Suci Paus Leo XII. Lembaga Hidup Bakti baru ini diberi nama: Misionaris Oblat Maria Imakulata. St. Eugenius de Mazenod kemudian diangkat menjadi Uskup Marseilles pada tahun 1827. Sebagai seorang Uskup, ia memberikan dirinya secara utuh untuk melayani keuskupannya yang sedang berkembang pesat. Meski menjabat sebagai Uskup Marseilles, hingga akhir hayatnya St. Eugenius tetap memimpin Kongregasi Misionaris OMI yang terus bertumbuh dan berkembang dalam jumlah anggota maupun daerah karya misinya. Meski jumlah anggota Kongregasi OMI belum banyak, di tahun 1841 St. Eugenius tidak segan dan ragu untuk mengirimkan para misionarisnya ke Kanada, Amerika Serikat, Sri Lanka, dan Afrika. Kini, Kongregasi Misionaris OMI memiliki 3.430 anggota yang berkarya di lebih dari 50 negara di dunia ini. Spiritualitas Kongregasi Misionaris OMI Spiritualitas para Oblat – sebutan khas bagi seorang anggota Kongregasi Misionaris OMI – berpusat pada Yesus Kristus, Sang Juruselamat, yang selalu harus mereka cintai dan wartakan. St. Eugenius de Mazenod, Bapa Pendiri OMI, berbicara dalam Bahasa Provencal saat menyampaikan khotbah pertamanya sebagai imam di Gereja Maria Magdalena, Aix-en-Provence. Hal ini dipilihnya dengan maksud agar khotbah dapat dipahami oleh orang-orang kecil dan sederhana yang seringkali diabaikan dan diterlantarkan. Teladan Bapa Pendiri itu membuat para Oblat selalu memiliki semangat untuk hidup dekat dengan orang-orang yang dilayaninya serta belajar bahasa yang digunakan di tempat mereka bermisi. Dengan semangat “To Leave Nothing Undared” – Maju Terus Pantang Mundur – para Oblat dengan sukacita menerima perutusan misionaris mereka ke tempat-tempat yang tak terjangkau, tak diminati oleh misionaris lainnya, dan minim sarana kemajuan zaman, demi untuk mencari domba-domba kekasih Kristus untuk digiring kembali ke kandangnya. Para Oblat pergi ke segala pelosok dunia untuk mewartakan Kabar Gembira bagi jiwa-jiwa yang dikasihi Dia yang menyelamatkan dunia. 30 Tahun Kongregasi Misionaris OMI Provinsi Indonesia OMI Provinsi Indonesia terbentuk dari tiga Delegasi OMI yang berasal dari tiga negara, yaitu: Australia, Perancis, dan Italia. Ketiga Delegasi ini meskipun dari satu Kongregasi yang sama, datang ke Indonesia pada waktu yang berbeda dan memilih tempat yang berbeda-beda pula. Kelompok Australia membuka misi di Jawa, khususnya di wilayah Keuskupan Purwokerto, sebagai tanggapan atas undangan Bapa Uskup Purwokerto di tahun 1970. Mereka melayani karya Paroki dan merintis karya-karya sosial, pendidikan, dan kesehatan di Paroki Cilacap dan Purwokerto. Kelompok Perancis dan Italia memilih berkarya di Kalimantan. Kedua kelompok ini sama-sama mempunyai pengalaman berkarya di negara Laos. Mereka terusir dari Laos oleh penguasa komunis. Kalimantan menjadi pilihan mereka, karena kondisi Kalimantan


OMIPEDIA 27 mirip dengan Laos. 7 Oblat dari Perancis berkarya di Keuskupan Sintang, Kalimantan Barat. Mereka merintis berdirinya Komunitas Basis Kristiani di kampung-kampung. 7 Oblat dari Italia berkarya di Keuskupan Samarinda. Mereka dipercaya untuk mengembangkan Gereja Katolik di wilayah Kalimantan Timur bagian utara yang diharapkan akan menjadi Keuskupan baru di masa depan. Dengan menjadikan Tarakan sebagai pusat misi, para Oblat Italia mulai masuk ke pedalaman Kalimantan Timur bagian utara yang pada waktu itu tidak ada satu pun Gereja Katolik selain di Pulau Tarakan dan Pulau Bunyu. Dengan gigih mereka masuk ke kampung-kampung dan berkenalan dengan masyarakat. Berkat kerja keras para Oblat yang tanpa kenal lelah dan kecintaan yang mendalam kepada masyarakat Dayak, Keuskupan baru di Kalimantan Timur bagian utara terbentuk. Pusat Keuskupan berada di Tanjung Selor. Kelahiran Keuskupan Tanjung Selor ini bertepatan dengan usia 25 tahun karya misi para Oblat asal Italia ini di Kalimantan Timur. Karya Tuhan memang tidak pernah dapat di duga. Melalui tiga Delegasi Oblat dari Provinsi yang berbeda, bahasa berbeda, budaya berbeda, berkarya di tempat berbeda, Kabar Gembira diwartakan dan mendapatkan tempat di hati masyarakat Indonesia. Mereka pun ingin agar orang-orang Indonesia dapat meneruskan yang sudah mereka mulai. Benih yang telah ditaburkan itu perlu terus dipelihara, dirawat dan dijaga dengan baik seturut semangat St. Eugenius de Mazenod. Itulah yang memotivasi mereka untuk bersatu menjadi sebuah Provinsi dan mempersiapkan calon-calon Oblat Indonesia. Keinginan untuk bersatu ini tercetus dalam pertemuan di Filipina yang diikuti oleh para Superior dan Ketua Delegasi se-Asia Oceania. Keinginan ini ditanggapi dengan serius oleh Superior Jenderal OMI kala itu. Maka dimulailah rangkaian panjang pertemuan/rapat para Oblat sejak tahun 1983 hingga akhirnya secara mantap dihasilkan tekat bulat untuk bersatu sebagai Provinsi yang dituangkan dalam Dokumen Pertemuan di Sanggau, 10 Agustus 1992. Hasil keputusan Kongres Sanggau dibawa oleh Romo Bernard Keradec, OMI - anggota Delegasi Perancis yang ditunjuk menjadi wakil para Oblat yang berkarya di Indonesia – ke Kapitel Umum OMI di Roma, 01 September – 10 Oktober 1992. Puncak persiapan lahirnya OMI Provinsi Indonesia terjadi dalam Pertemuan di Syantikara, Yogyakarta yang mengambil tema “Apa Yang Kita Impikan Bersama, Kita Wujudkan Bersama”. Akhirnya pada tanggal 21 Mei 1993, dalam Perayaan Ekaristi peringatan wafatnya Bapa Pendiri Kongregasi, St. Eugenius de Mazenod, Romo Marcello Zago, OMI selaku Superior Jendral meresmikan berdirinya OMI Provinsi Indonesia. Peristiwa bersejarah ini juga ditandai dengan pengikraran Kaul Kekal oleh


OMIPEDIA 28 tiga orang skolastikat OMI asal Indonesia. Dalam kurun waktu 30 tahun usia OMI Provinsi Indonesia telah ditahbiskan sebanyak 38 Oblat Putera Indonesia. Kini 27 Oblat Putera Indonesia bersama dengan 4 Oblat Perintis yang masih berada di Indonesia menyebar untuk berkarya di Keuskupan Agung Purwokerto (Cilacap dan Banyumas), Keuskupan Agung Semarang (Rumah Formasi di Yogyakarta), Keuskupan Agung Jakarta (Cengkareng dan Kalideres), Keuskupan Agung Sintang (Sepauk dan Dankan Silat), Keuskupan Agung Samarinda (Balikpapan dan Penajam), serta Keuskupan Agung Tanjung Selor (Tarakan, Malinau, dan Pulau Sapi). Para Oblat sekarang tidak hanya berkarya di Paroki, tetapi juga di Rumah Retret Maria Imakulata dan Akademi Maritim Nusantara di Cilacap, Yayasan Sosial Bina Sejahtera, pendidikan dasar dan menengah, mengembangkan bank perkreditan, peternakan, dan lain sebagainya, karena pewartaan Kabar Gembira pada zaman ini harus disampaikan dengan berbagai cara dan di berbagai tempat. Untuk terus dalam melaksanakan semuanya itu para Oblat membutuhkan orang-orang muda yang terbuka hatinya untuk bergabung dalam karya Kristus ini. Para Oblat menyadari bahwa banyaknya perkembangan karya pelayanan dan misi yang diemban harus disertai dengan ketersediaan tenaga, baik Imam maupun Bruder. Dengan demikian, karya pewartaan Kabar Gembira Yesus Kristus tidak akan terputus. Gereja-lah yang akan terus ada untuk merawat dan menjaga. Karya keselamatan akan terus diwartakan. Para Oblat juga berkeyakinan bahwa ada banyak kaum muda yang murah hati dan terbuka hatinya untuk ikut ambil bagian dalam karya pewartaan Injil yang begitu luas ini. Para Oblat tidak akan pernah berhenti mengundang dan menawarkan karya perutusan Kristus ini kepada kaum muda. Oleh karena itu, dengan keyakinan dan optimisme terhadap keterbukaan hati kaum muda, pada tanggal 28 Agustus 2016, Romo Antonius Rajabana, OMI, Bapa Provinsial OMI Indonesia kala itu, meresmikan berdirinya Seminari Menengah atau Yuniorat OMI “Mario Borzaga” di kota Cilacap. Dengan hadirnya


Seminari Menengah atau Yuniorat OMI ini, jenjang pendidikan OMI di Indonesia menjadi lengkap, yaitu Yuniorat “Beato Mario Borzaga” (Cilacap), Pra-Novisiat “Beato Joseph Cebula” dan Novisiat “Beato Joseph Gerard” (Blotan, Yogyakarta), dan Seminari Tinggi/Skolatikat “Wisma de Mazenod” (Condong Catur, Yogyakarta). Untuk memastikan bahwa keterbukaan hati kaum muda ditanggapi dengan serius oleh OMI, maka Romo Paulinus Maryanto, OMI dan Romo Norbertus Soleman, OMI diberi tugas pelayanan sebagai Promotor Panggilan OMI Indonesia. Banyak calon Oblat berasal dari tempat-tempat yang dilayani oleh para Oblat. Beberapa calon Oblat yang sekarang masih menjalani masa formasi berasal dari Jakarta. Kebun anggur Tuhan masih luas membentang. Kebun ini membutuhkan banyak sekali pekerja untuk menuai panenan. Gereja yang terus berziarah di muka bumi ini membutuhkan para gembala yang menuntun mereka menuju Yerusalem Baru. Semoga semakin banyak lagi pemuda murah hati yang berani mempersembahkan dirinya demi pewartaan Injil, kemuliaan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa dengan menjadi seorang Oblat. (Tertarik untuk menjadi seorang Oblat? Silahkan menghubungi para Oblat di Paroki Sta. Maria Imakulata, Kalideres atau Paroki Trinitas, Cengkareng, atau kontak langsung ke Promotor Panggilan OMI: Romo Paulinus Maryanto, OMI, HP/WA: 0812 4667 7025; Romo Norbertus Soleman, OMI, HP/WA: 0812 5868 2196) OMIPEDIA 29


POJOK OMK 30 PDOMPKK Hai sobat OMK! Kalian tau gak sih kalau di Gereja SMI ada satu komunitas untuk OMK yang bernama PDOMPKK St. Thomas Aquinas atau lebih dikenal dengan PD SATOQ. Nah kali ini kita akan berkenalan dengan PDOMPKK St. Thomas Aquinas mulai dari awal terbentuknya komunitas PD khusus untuk OMK ini sampai cerita perjalanannya hingga saat ini, yuk kita simak ceritanya! Awal mulanya di tahun 1995, 4 orang mudika/muda mudi Katolik (sekarang disebut OMK) pada masa itu ikut acara PDPKK di Gereja Trinitas. Mereka merasakan lawatan dan kasih Tuhan melalui Persekutuan Doa tersebut dan membuat mereka jadi punya kerinduan untuk membuat komunitas basis (kombas). Akhirnya mereka yang walaupun hanya berempat memutuskan untuk mengadakan pertemuan di rumah salah seorang dari mereka. Dalam pertemuan tersebut kegiatan yang mereka lakukan adalah pujian, sharing, dan juga baca Firman. Pertemuan ini mereka adakan hanya 1 minggu sekali di setiap hari Jumat dan mereka dengan setia melakukannya selama hampir 1 tahun bersama-sama. Pengalaman iman yang mereka rasakan selama hampir 1 tahun menjalankan kombas berempat, membuat mereka memiliki kerinduan agar bukan hanya mereka saja yang merasakan sukacitanya dan pertumbuhannya, tetapi teman-teman mereka pun boleh turut merasakannya juga di dalam kombas. Sejak itu mereka pun mulai mengajak teman-teman mereka yang lain untuk berkumpul bersama. Lama-kelamaan semakin banyak yang datang, akhirnya mereka pun mengadakan pertemuan bukan di hari Jumat te pi diubah ke hari Minggu. Pada saat itu mereka masih menyebutnya sebagai pertemuan kombas mudika. Dari awal mula yang datang hanya 10 orang, lama-kelamaan yang datang bisa hampir 30 orang!. Kombas mudika ini berlangsung kurang lebih 1 tahun lamanya. Melihat antusiasme teman-teman yang hadir dalam pertemuan kombas mudika seiring berjalannya pertemuan semakin banyak yang datang, maka banyak juga orangtua di PD umum memberikan dukungan kepada mereka untuk membentuk PD Mudika, terutama pemilik rumah dan beberapa Om dan Tante dari PD Umum. Mereka ini sangat amat mendukung perjuangan para anak muda yang awalnya tidak mengerti apa-apa mengenai PD.


Akhirnya mereka pun memulai proses untuk membentuk sebuah Persekutuan Doa resmi dibawah struktur Gereja Trinitas. Dengan perjalanan yang tentunya tidak mudah karena banyak tantangan yang dihadapi seperti mereka harus membuat proposal, bertemu dengan Pengurus Gereja dan Romo Paroki. Awal mulai ingin membentuk PD mereka harus memiliki Koordinator dan Timnya. Maka Koordinator yang terpilih pertama kali adalah Hery Mandolen dengan Timnya yang berjumlah kurang lebih 7 orang. Setelah itu mereka harus mencari nama Santo Pelindung yang tepat untuk PD ini. Ada beberapa nama Santo dan Santa yang sudah pilih oleh mereka, tapi setelah melalui doa dan puasa akhirnya mereka memilih nama Pelindung PD adalah Santo Thomas Aquinas. Kenapa mereka memilih nama ini? Karena saat itu mereka semua adalah pelajar dan mahasiswa, dan mereka kagum dengan pemikiran St. Thomas Aquinas yang sangat modern dan mengutamakan pendidikan. Santo Thomas Aquinas adalah seorang Pujangga Gereja yang sangat pintar dan sangat tertarik tentang Tuhan. Prinsip dan keteguhan St. Thomas Aquinas yang menginspirasi mereka untuk menjadikannya sebagai Pelindung PD. Sebagai pelajar, mereka tetap ingat dengan tugasnya tetapi selalu rendah hati dan takut akan Tuhan. Setelah menentukan nama St. Thomas Aquinas sebagai nama Santo Pelindung PDOMPKK, mereka pun harus membuat logo dari PD tersebut. Namun logo yang saat ini menjadi logo PD SATOQ adalah logo ke-2 yang sudah mengalami perubahan dari logo awalnya. Logo ini dibuat oleh salah satu Koordinator PD yang pernah menjabat yaitu Surya Candra. Warna-warni yang ada di logo ingin menggambarkan orang-orang yang memiliki beragam warna, orang-orang dari berbagai macam karakter, latar belakang, cerita, panggilan, luka batin, karakteristik diri karena perbedaan-perbedaan yang ada dalam diri kita masing-masing. Mereka ini mempunyai satu poros yaitu Salib Kristus yang ada di tengah mereka dengan perantara Roh Kudus yang menggerakkan Komunitas PDOMPKK St. Thomas Aquinas. Mahkota duri artinya poros dari pelayanan kita sebagai maksud kita harus rela mengorbankan hidup lama kita untuk diganti dengan hidup baru. Burung Api yang ada dalam logo melambangkan Roh Kudus yang berarti bahwa apa pun yang dilakukan dalam PDOMPKK St. Thomas Aquinas ini dilakukan dengan tuntunan Roh Kudus juga. Nah, kalau tadi kita sudah mengenal awal mula terbentuknya PDOMPKK St. Thomas Aquinas, tapi sebenarnya Teman-Teman OMK yang sedang membaca ini tau gak sih PD itu sebenarnya apa? PDOMPKK (Persekutuan Doa Orang Muda Pembaharuan Karismatik Katolik) adalah sebuah gerakan PKK (Pembaharuan Karismatik Katolik) di bawah naungan BPK PKK KAJ (Badan Pelayanan Keuskupan Pembaharuan Karismatik Katolik Keuskupan Agung Jakarta). Kegiatan utama PD adalah berdoa dalam pujian dan POJOK OMK 31


penyembahan kepada Allah dan belajar untuk mendalami dan menghidupi Firman Tuhan dalam tuntunan Roh Kudus. PDOMPKK SATOQ pada awalnya berasal dari Gereja Trinitas - Paroki Cengkareng, namun setelah Stasi Gereja SMI diresmikan menjadi Paroki, maka Tim dalam PDOMPKK melihat adanya kebutuhan akan gerakan PKK bagi OMK di SMI sehingga mereka pun berkembang menjadi 2 Persekutuan Doa yaitu di Trinitas dan di SMI. Untuk saat ini Koordinator PDOMPKK di SMI periode 2023-2026 adalah Laurensia Stevani. Kegiatan rutin PD ada di setiap hari Sabtu jam 19.00-21.00 di Aula Harapan. Biasanya kegiatan rutin yang diadakan oleh PD cukup bervariatif. Tidak hanya pertemuan yang hanya mendatangkan Pewarta Firman saja, namun mereka juga menyelingi dengan kegiatan lain seperti Praise & Worship Night, Movie Night, LGC (Light Generation Community) Day (KomBas) dan Fellowship Day. Inilah beberapa potret kegiatan yang pernah diadakan oleh PDOMPKK St. Thomas Aquinas. - SHDRK (Seminar Hidup Dalam Roh Kudus) “Begin Again” - KRK (Kebangunan Rohani Katolik) Millenial Revival POJOK OMK 32


POJOK OMK 33 - RHDRK (Retreat Hidup Dalam Roh Kudus) “Since I Found YOU - Last Festival Eitsss, tapi tidak hanya kegiatan rutin mingguan saja yang diadakan oleh PDOMPKK St. Thomas Aquinas lho Sobat OMK, mereka juga setiap tahun biasanya selalu mengadakan event besar. Ada beberapa kegiatan besar yang sudah pernah diadakan seperti KRK (Kebangunan Rohani Katolik), RHDRK/SHRDK (Retreat/Seminar Hidup Dalam Roh Kudus), Retreat PLB (Retreat Penyembuhan Luka Batin), dan acara akhir tahun PD yaitu Last Festival. PDOMPKK St. Thomas Aquinas bisa bertahan sampai saat ini tentunya karena kuasa dan kehendak Tuhan untuk dapat menjangkau banyak orang muda Katolik di Paroki SMI maupun Trinitas. Setiap minggunya, OMK yang berkumpul untuk memuji dan menyembah Tuhan di PD ada sekitar 50 orang. Nah kali ini ada 2 teman kita dari PD SATOQ yang ingin membagikan kesannya selama bergabung dalam Komunitas ini. Kira-kira, apa ya, yang membuat mereka stay di komunitas ini hingga sekarang? Yuk kita simak sharingnya. “Aku ikut PD sebenarnya sudah lumayan lama, tapi yang dirasain setiap aku datang ke PD tuh beda- beda, karena fase-fase hidup yang aku alami juga beda-beda. Ada kalanya aku datang dengan penuh syukur. Ada kalanya juga aku datang di saat fase hidupku sedang sulit. Rasanya aku belum menemukan Komunitas yang lebih baik untuk aku bisa cerita setiap permasalahan atau apapun yang aku alami, dan aku merasa Tuhan menyelamatkan bahkan menjawab doa aku melalui PD ini. Rasanya sekarang ini juga sulit buat nemuin tempat buat cerita tentang kedekatan kita sama Tuhan, dan di sini sangat terbuka untuk itu. Di sini juga aku merasa iman aku bisa bertumbuh sampai aku pun punya kerinduan buat melayani yang bukan sekedar


melayani yang dilihat orang, tapi mau secara total dan tulus untuk Tuhan, untuk balas setiap kebaikan Tuhan. Melalui PD ini pun aku merasa jauh punya hati yang mau lebih dekat dan taat dengan Tuhan.” - Jeanette Lazuardi. “Aku sudah lama join di PD sebagai umat aktif tapi sempat vakum karena pandemi, dan akhirnya sekarang balik lagi. Yang dirasain saat kembali aktif lagi, punya kerinduan lebih buat lebih intim dengan Tuhan, tidak hanya sekedar turut serta dalam pertemuan PD. Ada rasa syukur ketika datang ke PD, dan di sisi lain masih banyak hal dalam segala aspek hidupku yang perlu di-improved, dan inilah yang bikin aku stay dan nyaman di PD ini.” - Arief Jayadinata. Nah itu dia sharing dari 2 umat PD. Tim PDOMPKK St. Thomas Aquinas pun selalu berusaha memberi pelayanan terbaik untuk Tuhan dan untuk setiap umat yang hadir. Para anggota Tim juga sangat rindu untuk lebih banyak lagi OMK yang bisa datang merasakan indahnya kasih Tuhan, bertumbuh dalam iman melalui Komunitas ini. Buat teman-teman OMK, yuk join di PD SATOQ, setiap hari Sabtu jam 7 malam di Aula Harapan, Gereja SMI, ditunggu kehadirannya ya! Semoga berkat dan damai Tuhan senantiasa bersama kita semua. Amin. (Oleh: Meli Septiani) POJOK OMK 34 Ke Kebun Binatang Pita diajak orangtuanya ke kebun binatang. Betapa senangnya! Setelah kembali ke rumah, Ayah meminta Pita untuk menyebutkan jenis-jenis binatang yang tadi dilihat Pita. Adik-adik, ayo bantu Pita untuk mencari nama-nama binatang yang Pita temui di kebun binatang. KOMODO RUSA BERUANG KANGGURU KUDA KANCIL KELINCI HARIMAN ORANGUTAN BEKANTAN TAPIR BUAYA LANDAK SINGA BADAK GAJAH TUPAI MONYET


Semua Karena Alat Penusuk Louis Braille lahir dalam keluarga sederhana di Perancis. Ayahnya ingin Louis menjadi seorang profesor. Louis bertumbuh menjadi seorang anak yang cerdas, senang mengamati segala yang terjadi di sekelilingnya dan suka bermain dengan alat-alat kerja Ayahnya, seorang penyamak kulit. Pada suatu hari, Louis yang berusia 3 tahun ingin meniru Ayahnya yang sedang bekerja. Ia bermain dengan alat-alat Ayahnya dan tanpa disadari, alat penusuk kulit yang sedang ia pegang menghujam ke matanya. Mata Louis membengkak, lalu perlahan-lahan, semua yang dilihat Louis menjadi kabur dan akhirnya semuanya gelap. Louis menjadi buta. Saat Louis berusia 5 tahun, ada seorang Pewarta Kabar Baik yang pindah ke desanya. Louis menjadi akrab dengannya karena Pewarta ini suka sekali membacakan cerita-cerita . Louis menjadi tahu tentang binatang, bintang, dan tanaman. Pewarta juga bercerita tentang kejujuran, kepatuhan, dan kekuatan dalam hidup ini. Louis tak akan bisa melupakan semua cerita itu. Di umur 10 tahun, Louis meninggalkan desanya untuk bersekolah di sekolah khusus orang buta. Ia akan mulai belajar membaca. Tetapi Louis sangat kecewa, karena buku-buku yang disediakan untuk orang buta adalah buku-buku dengan tulisan yang dibuat timbul. Setiap huruf dalam buku itu dibuat agak besar dan timbul, supaya orang buta yang membacanya dapat meraba dan menerka huruf-hurufnya. Pada saat Louis bisa menebak huruf-huruf yang dirabanya, dia sudah lupa kata yang sebelumnya dia raba. Sangat menyulitkan sekali. POJOK SI BOCIL 35


“Kita perlu cara yang lebih baik lagi supaya orang buta bisa membaca dengan mudah,” pikir Louis. Maka ia mulai mencoba-coba menyusun huruf-huruf untuk orang buta, tetapi selalu saja gagal. Louis menjadi sangat sedih, “akankah aku bisa membaca buku-buku sendiri?” Kesedihannya itu ia ceritakan pada Pewarta yang dengan sabar menghiburnya: “Hanya Tuhan yang tahu jawabannya, Louis. Pecayalah pada Tuhan.” Suatu hari, ada seorang kapten tentara yang datang ke sekolah. Ia bercerita tentang mengirim pesan-pesan kepada pemimpin regu tentara di daerah lain tanpa diketahui musuh. Para tentara itu menggunakan titik-titik dan garis-garis di atas kertas sebagai kode, sehingga pesan aslinya hanya dapat dimengerti oleh teman-teman tentaranya. “Ini dia jawabannya!” pikir Louis, “Saya bisa membuat kode abjad-abjad dengan menggunakan titik-titik!” Louis mulai mengerjakan huruf-huruf barunya. Setiap kali dia pergi, Louis akan membawa kertas dan alat penusuk tumpul untuk membuat titik-titiknya. Ia membuat 6 titik, lalu dari titik-titik itu ia mulai membuat huruf-huruf. “Berhasil!” teriak Louis pada suatu hari cerah di musim panas. Ia sedang mencoba membaca dari titik-titik yang dibuatnya untuk menggantikan huruf-huruf, “ Sangat sederhana, tapi bisa dipakai!” Dan memang Louis berhasil. Ia membuat beberapa lembar contoh huruf-huruf ciptaannya itu, lalu membawanya ke sekolah dan mengajarkannya kepada teman-temannya. Mereka dengan gembira mulai belajar 6 titik-titik huruf itu. Salah seorang anak tiba-tiba berkata: “Saya sudah menulis sebuah kalimat. Apakah kalian bisa membacanya?” Para murid mulai menulis pelajaran-pelajaran yang disampaikan guru mereka hari itu dengan huruf-huruf baru. “Kami dapat mengingatnya lebih banyak dengan menggunakan huruf-huruf ini!” kata mereka kepada Louis. Sekitar 5 tahun sejak penemuan 6 titik-titik huruf oleh Louis, ia diminta untuk terus ada di sekolahnya, bukan sebagai seorang murid, tetapi sebagai seorang profesor! Karena alat penusuk kulit, mata Louis menjadi buta. Karena buta, ia tak dapat menulis dan membaca. Tetapi karena alat penusuk kulit jugalah banyak orang buta sekarang dapat membaca dan menulis dengan mudahnya. Cara menulis bagi orang buta yang diciptakan Louis Braille kemudian diberi nama “Huruf Braille”, untuk menghormati dan mengenang sang pencipta huruf-huruf yang sangat membantu orang-orang buta untuk dapat membaca. (diceritakan kembali dari buku “Worlds of Wonder”/smp) POJOK SI BOCIL 36


Hadiah Dari Santaklaus Natal sudah menjelang. Andi ingin sekali mengetahui hadiah apa yang akan diberikan oleh Santaklaus kepadanya tahun ini. Apakah Adik-Adik bisa menebaknya? Ayo, kita warnai gambar ini bersama-sama. Ilustrasi oleh Stephanie Carla Supangkat


Natal Yang Ramah Lingkungan BENGKEL LH 38 Sukacita Natal sering kita wujudkan melalui berbagai cara. Saat berkunjung ke rumah kerabat atau sahabat yang merayakan Natal, tentunya kita ingin membawa sesuatu sebagai tanda kasih Natal. Di zaman yang peduli lingkungan hidup seperti sekarang ini, beberapa usulan di bawah ini kiranya dapat menjadikan Natal kita tahun ini menjadi Natal yang ramah lingkungan. Mengapa tidak?! Cinta Produk Lokal. Banyak hadiah Natal yang ditawarkan di toko-toko berasal dari luar negeri. Barang-barang dari luar negeri membutuhkan jarak tempuh yang cukup jauh untuk sampai ke negara kita. Dampak transportasi jarak jauh sangat besar bagi emisi rumah kaca dan pemanasan global. Barang-barang kerajinan lokal – apalagi yang terbuat dari bahan-bahan ramah lingkungan – menjadi pilihan terbaik untuk hadiah Natal tahun ini. Barang-barang yang dibuat dari bahan-bahan daur ulang tentulah ramah lingkungan. Sekarang ini sudah banyak toko yang menjual produk dari bahan daur ulang dengan kualitas yang baik. Memilih produk-produk ramah lingkungan tentulah menjadi bagian dukungan kita bagi kampanye Laudato Si’. Hadiah Natal – khususnya untuk anak-anak – seringkali menggunakan batu batere. Menurut penelitian, pemakaian batu batere justru mencapai titik tertinggi pada saat Natal. Batu batere yang sudah tidak dapat dipakai lagi tentunya dibuang. Sampah batu batere bekas ternyata sangat merugikan lingkungan hidup. Bagaimana kalau tahun ini kita memberikan hadiah yang bebas batu batere? Ada baiknya kita juga menghindari pemberian hadiah Natal untuk anak-anak yang mengandung unsur kekerasan. Sudah banyak kekerasan di dunia ini. Tren permainan digital sekarang justru lebih banyak mengarah kepada kekerasan. Ingatlah, Natal selalu bertemakan “Damai di Bumi”. Masih banyak pilihan mainan anak-anak yang jauh dari kekerasan, permainan yang membawa kegembiraan suasana dan mendidik kreatifitas dan budi pekerti anak-anak.


Hadiahnya koq pohon? Mengapa tidak?! Selain dapat mempercantik taman di rumah, pohon atau tumbuhtumbuhan lainnya akan menjadi kenangan tersendiri bagi si penerima karena selalu akan ingat siapa yang memberikan tanaman itu tatkala memandangnya. Pilihan lainnya adalah memberikan perabot rumah tangga seperti botol air, piring, gelas, mangkuk, dan lain-lain yang dapat dipakai berulang kali dalam jangka waktu yang lama. Memberi dan berbagi – itulah sejatinya makna Natal. Kita bisa menyisihkan waktu sebentar untuk mengumpulkan barangbarang yang ada di rumah yang sudah tidak kita pakai lagi tetapi masih layak pakai, untuk diberikan kepada yayasanyayasan sosial yang membutuhkannya. Ayo kita mulai membudayakan cinta lingkungan hidup. Sukacita tetap hadir dalam Natal yang ramah lingkungan. Salam Laodato Si’! (ts) BENGKEL LH 39 Ayo Buat Eco Enyme Eco Enzyme (EE) adalah cairan serba guna hasil fermentasi dari sisa-sisa buah dan sayuran. Penemu EE adalah Ibu Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand. EE kemudian lebih diperkenalkan secara luas oleh Ibu Dr. Joean Oon dari Penang, Malaysia. Banyak manfaat dari EE yang sangat menguntungkan untuk kita seperti dapat menjadi karbol dan pembersih alami, sabun cair alami, penjernih udara alami, hand sanitizer alami. EE bermanfaat untuk meningkatkan kualitas udara, air dan tanah. EE juga mampu melawan parasit dan kuman yang menyebabkan infeksi. Cara membuat EE sangat mudah. Kita hanya membutuhkan alat dan bahan yang tidak sulit didapatkan. Lama pembuatannya adalah 3 bulan untuk daerah tropis seperti Jakarta. Bahan-Bahan: - Gula Merah atau Molase - Sisa Buah/Sayur (dari rumah kita) - Air (dapat dipakai air keran, air hujan, air buangan AC) - Timbangan dapur


BENGKEL LH 40 - Wadah yang terbuat dari plastik dengan mulut lebar dan penutup yang rapat. Penentuan perbandingan bahan-bahan (memerlukan timbangan dapur): 1 kg gula merah/molase : 3 kg sisa buah/sayur : 10 kg air (= 10 liter) Misalkan sebagai berikut: Wadah dengan volume 10 liter, maka maksimal yang dapat kita gunakan adalah 60 persennya (= 6 liter). Jadi ke dalam wadah kita isi air 6 liter (atau 6 kilogram air), ditambah dengan gula merah/molase seberat 600 gram, dan sisa sayuran/buah sebanyak 1,8 kilogram (= 1,800 gram) Setelah semua bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang dipakai, kita pastikan semua bahan teraduk rata, sisa sayur dan buah ditenggelamkan dengan cara diremas. Tutup wadah rapat-rapat, lalu diamkan selama 3 bulan. Jangan lupa untuk memberi label tanggal pembuatan dan tanggal panennya. Untuk menghindari kontaminasi, maka wadah yang telah terisi ini harus ditempatkan di tempat yang tidak terkena sinar matahari langsung, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan jauh dari Wi-Fi, WC, tong sampah, tempat pembakaran sampah, dan bahan-bahan kimia. Setelah 3 bulan, EE siap dipanen. Ada kemungkinan dipermukaan muncul jamur putih halus. Pisahkan dan jangan dibuang, karena dapat dipakai untuk masker wajah. Aduk rata EE yang dipanen, lalu kita pisahkan antara cairan EE dari ampas-ampas sayur dan buah dengan cara menyaringnya. Hasil EE dapat dikemas di botol kaca atau plastik bertutup rapat. Disarankan EE dikemas di botol-botol kecil untuk alasan kepraktisan dan penjagaan kualitas. EE tidak memiliki tanggal kadaluwarsa. Ampas EE dapat untuk membersihkan saluran kloset dengan cara diblender halus dan dituang ke dalam kloset pada malam hari. Ampas EE juga dapat mengharumkan mobil dengan cara dikeringkan dan dimasukkan ke dalam tas kain kecil, atau dijadikan pupuk tanaman.


Click to View FlipBook Version