metabolisme maka organ ini juga berperan sebagai alat ekskresi. Dalam sistem
ekskresi, paru-paru berfungsi mengeluarkan karbon dioksida (CO2) dan uap air
(H2O). Karbon dioksida dan uap air berdifusi di dalam alveolus, lalu dikeluarkan
melalui lubang hidung.
• Berfungsi mengeluarkan zat sisa metabolisme berupa CO2 dan H2O yang
berbentuk uap air.
• Keduanya dihasilkan pada proses katabolisme intraseluler di mitokondria
untuk menghasilkan energi berupa ATP.
Zat sisa CO2 dan H2O diangkut oleh darah menuju jantung, ke paru-paru,
kemudian dibuang keluar tubuh melalui saluran pernapasan.
BAB 9 SISTEM KOORDINASI
A. Jurnal Belajar
Materi dibagikan bentuk ppt, tidak ada meet diberi tugas mandiri di classroom.
B. Tugas-Tugas
Hasil Analisis Struktur, Fungsi, dan Pengelompokan
a) Sel Saraf (Neuron)
• Struktur Sel Saraf
Setiap neuron terdiri dari satu badan sel yang terdapat
didalamnya sitoplasma dan inti sel/nukleus. Dari badan sel keluar 2
macam serabut saraf, yaitu dendrit dan akson. Dendrit ini berfungsi
sebagai pengirim impuls ke badan sel saraf, sedangkan akson
berfungsi sebagai pengirim impuls dari badan sel ke sel saraf yang
lain
atau ke jaringan lain.
Akson ini sangat panjang dan dendrit sangat pendek. Pada
ujung akhir dari akson terdapat sinapsis yang merupakan celah antara
ujung saraf dimana neurotransmitter dilepaskan untuk menghantar
impuls ke saraf ke organ sasaran.
Setiap neuron mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit.
Kedua serabut saraf ini berisi plasma sel. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebut mielin yang dibentuk oleh sel Schwann
yang menempel pada akson.
Sel Schwann merupakan sel glia utama pada sistem saraf
perifer yang berfungsi membentuk selubung mielin. Fungsi mielin
adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson yang
tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat
mempercepat penghantaran impuls.
• Fungsi Sel Saraf
Berdasarkan fungsinya, sel saraf dapat dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu :
a. Neuron (Sel Saraf) Sensorik
Sel saraf Sensorik adalah sel saraf yang bertanggung
jawab untuk mengubah rangsangan eksternal dari lingkungan
menjadi impuls listrik internal. Singkatnya, saraf ini merupakan
pembawa sinyal dari berbagai indera tubuh menuju otak atau
sumsum tulang belakang.
Sel saraf ini sering juga disebut dengan sel saraf indra.
Saraf sensorik dapat merespons berbagai jenis rangsangan dari
luar pada otot, sendi, maupun kulit. Rangsangan ini dapat
berupa sentuhan, suhu, tekanan, rasa sakit, posisi tertentu,
ataupun gerakan.
Fungsi sel saraf sensorik adalah menghantar impuls dari
ujung yang peka terhadap rangsang ke sistem saraf pusat, yaitu
otak (ensefalon) dan sumsum belakang (medula spinalis).
Ujung akson dari saraf sensori berhubungan dengan saraf
asosiasi (intermediet).
b. Neuron (Sel Saraf) Motorik
Saraf Motorik adalah sel saraf yang mengirimkan sinyal
listrik kepada otot tubuh sehingga menyebabkan otot berfungsi.
Fungsi sel saraf motor adalah mengirim impuls dari sistem saraf
pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya berupa tanggapan
tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada di
sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan
dengan akson saraf asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat
panjang.
c. Sel Saraf Intermediet/ Sel Saraf Penghubung
Sel saraf penghubung disebut juga sel saraf asosiasi. Sel
ini dapat ditemukan di dalam sistem saraf pusat dan berfungsi
menghubungkan sel saraf motorik dengan sel saraf sensorik
atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat.
Sel saraf penghubung menerima impuls dari reseptor
sensorik atau sel saraf asosiasi lainnya. Kelompok-kelompok
serabut saraf, akson dan dendrit bergabung dalam satu selubung
dan membentuk urat saraf. Sedangkan badan sel saraf
berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
•P
e
n
g
e
l
o
m
p
o
k
a
n Sel Saraf
Berdasarkan jumlah prosesusnya neuron diklasifikasikan menjadi:
a. Neuron unipolar
Neuron unipolar mempunyai satu tonjolan yang
kemudian bercabang dua dekat dengan badan sel. Satu cabang
menuju ke perifer sedangkan cabang yang lain berjalan menuju
ssp. Contoh: neuron sensorik saraf spinal
b. Neuron bipolar
Neuron bipolar mempunyai dua tonjolan satu akson dan
satu dendrit, contohnya neuron bipolar antara lain adalah sel
batang dan kerucut retina
c. Neuron multipolar
Neuron multipolar mempunyai beberapa dendrit dan satu
akson yang dapat bercabang-cabang banyak sekali.salah satu
contoh sel jenis ini adalah neuron motorik yang berasal dari
kornu ventral medula spinalis dengan aksonnya yang menjulur
sampai ke otot rangka
b) Sistem Saraf Pusat (SSP) dan Sistem Saraf Tepi (SST)
Sistem saraf yang kompleks dapat dibagi menjadi dua kelompok besar,
yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari
otak dan sumsum tulang belakang, sementara sistem saraf tepi terdiri dari
sistem saraf somatik dan otonom. Kedua sistem ini bekerja sama untuk
mengendalikan seluruh aktivitas di dalam tubuh, baik yang disadari maupun
tidak disadari.
• Struktur Sistem Saraf Pusat
Lapisan yang terdapat di Sistem Saraf Pusat
1) Durameter
Selaput yang terletak pada bagian paling luar dari otak dan
melekat pada bagian tengkorak bagian dalam.
2) Arakhnoid
Lapisan yang berbentuk seperti sarang laba-laba yang
menyelubungi bagian otak dan sumsum.
3) Piameter
Lapisan yang terdapat pada bagian dalam lapisan meninges,
lapisan ini merupakan bagian yang sangat tipis dan
mengandung banyak sel darah merah.
4) Ruang Subarakhnoid
Ruangan yang berisi cairan yang berguna untuk melindungi
otak. Cairan tersebut sebagai cairan serebrospinal yang nantinya
akan melindungi sistem saraf pusat dari goncangan dan bisa
menyerasikan semua tekanan otak.
Bagian-bagian Sistem Saraf Pusat
1) Otak Besar
Merupakan bagian dari sistem saraf yang mengandung cairan
serebrospinal yang berada disekelilingnya yang berguna untuk
memberikan makanan otak dan dapat melindunginya dari
goncangan. Didalam otak besar juga terdapat banyak pembuluh
darah yang dapat berguna untuk memasok oksigen.
Otak besar merupakan pusat ingatan, kesadaran, kecerdasan,
dan kemauan. Selain itu otak besar juga sumber utama kegiatan
manusia. Pada otak besar terbagi menjadi empat bagian, yakni:
-Bagian depan, merupakan pusat gerakan otot dan
penciuman
-Bagian tengah, pusat perkembangan ingatan dan kecerdasan
-Bagian samping, pusat pendengaran
-Bagian belakang, pusat penglihatan
1) Otak Kecil
Pada bagian ini berfungsi sebagai pusat koordinasi gerakan
antar otot yang terjadi secara sadar, seimbang dan posisi tubuh.
Dengan kata lain, otak kecil ialah pusat keseimbangan tubuh.
2) Sumsum Tulang Belakang
Pada bagian ini berfungsi sebagai pusat gerak refleks, sebab di
dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, motorik
dan saraf penghubung. Fungsi saraf tersebut ialah sebagai
penghantar impuls dari ke otak.
3) Sumsum Lanjutan
Bagian ini berfungsi untuk mengatur suhu tubuh, pengendali
mutah dan pengatur beberapa gerakan refleks seperti batuk,
bersin dan berkedip dan selain itu juga sumsum ini berfungsi
untuk pusat pernafasan.
• Fungsi Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat, yang terdiri dari otak dan sumsum tulang
belakang, memiliki fungsi untuk menerima informasi atau rangsangan
dari semua bagian tubuh, kemudian mengontrol dan mengendalikan
informasi tersebut untuk menghasilkan respons tubuh.
Informasi atau rangsangan ini termasuk yang berkaitan dengan
gerakan, seperti bicara atau berjalan, atau gerakan tak sadar, seperti
berkedip dan bernapas. Ini juga termasuk bentuk informasi lainnya,
seperti pikiran, persepsi, dan emosi manusia.
• Struktur Sistem Saraf Tepi
Saraf ini meluas dari saraf pusat ke area terluar tubuh sebagai
jalur penerimaan dan pengiriman rangsangan dari dan ke otak.
Masing-masing susunan saraf tepi, yaitu somatik dan otonom,
memiliki fungsi yang berbeda. Berikut adalah penjelasan mengenai
fungsi dari bagian-bagian sistem saraf tepi:
1) Sistem saraf somatik
Sistem saraf somatik bekerja dengan mengontrol
semua hal yang Anda sadari dan secara sadar memengaruhi
respon tubuh, seperti menggerakkan lengan, kaki, dan
bagian tubuh lainnya. Fungsi saraf ini menyampaikan
informasi sensorik dari kulit, organ indera, atau otot ke
sistem saraf pusat. Selain itu, saraf somatik juga membawa
respons keluar dari otak untuk menghasilkan respon berupa
gerakan.
Sebagai contohnya, saat menyentuh termos panas,
saraf sensorik membawa informasi ke otak bahwa ini adalah
sensasi panas. Setelah itu, saraf motorik membawa informasi
dari otak ke tangan untuk segera menghindar dengan
menggerakkan, melepas, atau menarik tangan dari termos
panas tersebut. Keseluruhan proses ini terjadi kurang lebih
dalam waktu satu detik.
2) Sistem saraf otonom
Sebaliknya, sistem saraf otonom mengontrol aktivitas
yang Anda lakukan secara tak sadar atau tanpa perlu
memikirkannya. Sistem ini terus menerus aktif untuk
mengatur berbagai aktivitas, seperti bernapas, detak jantung,
dan proses metabolisme tubuh.
Ada dua bagian dari saraf ini:
1. Sistem simpatik
Sistem ini mengatur respons perlawanan dari
dalam tubuh ketika ada ancaman pada diri Anda. Sistem
ini juga mempersiapkan tubuh untuk mengeluarkan
energi dan menghadapi potensi ancaman di lingkungan.
Misalnya, ketika Anda sedang cemas atau takut,
saraf simpatik akan memicu respons dengan
mempercepat detak jantung, meningkatkan laju
pernapasan, meningkatkan aliran darah ke otot,
mengaktifkan kelenjar produksi keringat, dan melebarkan
pupil mata. Ini dapat membuat tubuh merespons dengan
cepat dalam situasi gawat darurat.
2. Sistem parasimpatik
Sistem ini gunanya menjaga fungsi tubuh normal
setelah ada sesuatu yang mengancam diri Anda. Setelah
ancaman berlalu, sistem ini akan memperlambat detak
jantung, memperlambat pernapasan, mengurangi aliran
darah ke otot, dan menyempitkan pupil mata. Ini
memungkinkan kita untuk mengembalikan tubuh ke
kondisi normal.
• Fungsi Sistem Saraf Tepi
Fungsi utama dari sistem saraf tepi adalah menerima
rangsangan dan menghantarkan semua respons yang sudah diolah oleh
sistem saraf pusat. Sistem ini terdiri dari beberapa fungsi dan bagian,
yaitu :
a. Fungsi sensorik
Bagian ini berfungsi untuk menerima setiap rangsangan
atau impuls, baik yang dari luar maupun dalam tubuh.
Rangsangan yang diterima bisa berupa cahaya, suhu, bau, suara,
sentuhan, tekanan.
b. Fungsi motorik
Bagian motorik berperan untuk memberikan tanggapan
atau reaksi tubuh terhadap rangsangan yang sudah diproses oleh
sistem saraf pusat. Ketika terkena gangguan, misalnya karena
penyakit saraf motorik, maka tubuh tidak dapat bergerak
dengan normal atau bahkan tidak dapat bergerak sama sekali.
c. Fungsi somatik
Selain kedua fungsi tersebut, sistem saraf tepi juga
mengelola respons semua kegiatan yang tidak disadari, seperti
respons flight-or-fight dan kebalikannya.
Contohnya, ketika mengalami ancaman, tubuh akan
merespons keadaan tersebut dengan mempercepat denyut nadi,
meningkatkan frekuensi pernapasan, serta meningkatkan aliran
darah. Setelah keadaan yang dirasa mengancam sudah teratasi,
tubuh akan mengembalikan respons ke kondisi normal.
Hasil analisis struktur, fungsi dan pengelompokan hormon sebagai sistem
koordinasi pada manusia
A. Sistem hormon
• Sistem hormon adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang
mengatur aktivitas tubuh melalui hormon secara lambat.
• Komponen sistem hormon terdiri atas kelenjar, hormon, dan organ
target.
• Macam-macam kelenjar:
1) Kelenjar endokrin, adalah kelenjar penghasil hormon yang tidak
memiliki saluran pembuangan (buntu), tapi masuk ke peredaran
darah.
2) Kelenjar eksokrin, adalah kelenjar penghasil enzim yang memiliki
saluran pembuangan.
• Kelenjar endokrin terdiri dari tiga persinyalan:
1) Autokrin, organ target kelenjar adalah kelenjar itu sendiri.
Contoh: lambung.
2) Parakrin, organ target kelenjar berada dekat kelenjar tersebut Contoh:
kelenjar adrenal.
3) Endokrin, organ target kelenjar jauh dari kelenjar tersebut.
Contoh: kelenjar kelamin.
• Hormon adalah senyawa organik yang dihasilkan kelenjar endokrin dan
dapat mempengaruhi organ target.
• Hormon dihasilkan dan bekerja atas perintah sistem saraf
(neuroendocrine control, sesuai keadaan dan rangsangan yang diterima
otak pada bagian hipotalamus.
• Berdasarkan sifat kimianya, hormon dapat diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok utama, yaitu:
1) Hormon peptida diantaranya hormon-hormon hipotalamus,
Angiostensin, Somatostatin, Gastrin, Sekretin, Kalsitonin,
Glukagon, Insulin dan Parathormon. Sedangkan hormon protein
besar diantaranya Hormon pertumbuhan, Prolaktin, LH, FSH, dan
TSH;
2) Hormon yang termasuk dalam kategori steroid ialah Testosteron,
Estrogen, Progesteron, dan Kortikosteroid;
3) Hormon yang merupakan turunan tirosin adalah Noradrenalin,
Adrenalin, Tiroksin dan Triiodotironin.
B. Sistem Endokrin (Hormon)
• Sistem endokrin adalah sekumpulan kelenjar dan organ yang
memproduksi hormon, yaitu senyawa organik pembawa pesan kimiawi
di dalam aliran darah menuju sel atau jaringan tubuh.
• Sistem endokrin berinteraksi dengan sistem saraf berfungsi mengatur
aktivitas tubuh seperti metabolisme, homeostasis, pertumbuhan,
perkembangan seksual dan siklus reproduksi, siklus tidur,siklus nutrisi.
• Karakteristik Sistem Endokrin
1) Kelenjar hormon tidak memiliki duktus. Kelenjar ini menyekresikan
hormon langsung kedalam cairan jaringan disekitar sel-selnya.
2) Kelenjar endokrin biasanya mensekresikan lebih dari satu jenis
hormon. Pengecualian untuk kelenjar paratiroid yang hanya
menyekresikan hormon paratiroid.
3) Konsentrasi hormon dalam sirkulasi rendah. jika dibandingkan
dengan zat aktif biologis maka hormon yang bersirkulasi dalam
aliran darah sedikit. Hormon hanya dapat mencapai pada reseptor
yang spesifik.
• Fungsi Sistem Endokrin
Pada umumnya, sistem endokrin bekerja untuk mengendalikan berbagai
fungsi fisiologis tubuh, seperti aktivitas metabolisme, pertumbuhan,
reproduksi, regulasi osmotik, dan regulasi ionik.
Sistem endokrin pada manusia memilki fungsi yang paling umum, yaitu:
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang
sedang berkembang;
2. Menstimulus urutan perkembangan;
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif;
4. Memelihara lingkungan internal yang optimal;
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat;
6. Mengontrol dan merangsang aktivitas kelenjar tubuh;
7. Merangsang pertumbuhan jaringan;
8. Mengatur metabolisme.
C. Kelenjar Endokrin
• Kelenjar endokrin adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi untuk
menghasilkan substansi (hormon) yang secara biologis sangat berguna.
Sekresi atau hormon dari kelenjar ini mengalir langsung ke dalam
aliran darah dan dapat memberikan efek menyebar luas.
• Kelenjar endokrin dapat berupa sel tunggal atau berupa organ multisel.
• Sistem endokrin terdiri dari beberapa kelenjar diantaranya adalah
hipotalamus, hipofisis, pankreas, adrenal, tiroid, paratiroid, ovarium,
testis, serta timus.
a) Kelenjar hipotalamus dan hipofisis merupakan kelenjar
neuroendokrin.
b) Kelenjar timus berperan signifikan selama masa pertumbuhan
dalam perkembangan imunitas, dan ketika dewasa fungsinya
menjadi tidak signifikan.
c) Hormon thymic yang dihasilkan kelenjar timus berperan untuk
memengaruhi perkembangan sel limfosit B menjadi sel plasma,
yaitu sel penghasil antibodi.
d) Kelenjar pineal mensekresikan hormon melatonin, dan sebagian
besar fungsinya berkaitan dengan ritme biologis.
D. Sel-sel Sistem Endokrin
• Pada sistem endokrin terdapat berbagai macam tipe sel yang
berperan dalam menghasilkan hormon-hormon dan merupakan
bagian penyusun dari suatu jaringan dan organ di dalam sistem
endokrin.
• Sel-sel penyusun organ endokrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
sel neurosekretori dan sel endokrin sejati.
• Sel neurosekretori adalah sel yang berbentuk seperti saraf, tetapi
berfungsi sebagai penghasil hormon. Contohnya ialah sel saraf pada
hipotalamus, yang menunjukkan fungsi endokrin sehingga dapat
disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel yang
dapat menghasilkan sekret disebut sebagai sel sekretori. Oleh karena
itu, sel saraf yang terdapat pada hipotalamus disebut sel
neurosekretori.
• Sedangkan sel endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai
penghasil hormon dan tidak memiliki bentuk seperti sel saraf
disebut sel endokrin sejati.
1. Hipotalamus
2. Hipofisis (Pituitari)
a) Lobus anterior, menghasilkan hormon:
Hormon pertumbuhan (Growth Hormone/GH): Mengendalikan
pertumbuhan sel, tulang, dan kartilago; mengatur laju sintesis
protein; serta mengatur pemakaian lemak.
• Hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating
Hormone/TSH): meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan kelenjar tiroid (gondok), laju produksi
hormonnya (tiroksin), dan metabolisme sel.
• Hormon adrenokortikotropik (Adrenocorticotropic
Hormone/ACTH): merangsang kelenjar korteks adrenal untuk
menyekresi glukokortikoid.
• Hormon gonadotropin:
Follicle Stimulating Hormone (FSH): menstimulasi
pertumbuhan foliker ovarium dan memproduksi hormon
estrogen (wanita); menstimulasi pertumbuhan dan
perkembangan spermatozoa (laki-laki).
Luteinizing Hormone (LH): bekerjasama dengan FSH
menstimulasi produksi estrogen, berperan dalam ovulasi dan
sekresi progesteron (wanita); menstimulasi produksi
testosteron (laki-laki).
b) Lobus intermedia, menghasilkan endorfin (mengilangkan nyeri
alamiah, merespon stres, dan aktivitas seperti olahraga) dan
Melanocyte Stimulating Hormone (MSH) (merangsang
pembentukan pigmen dan penyebaran sel penghasilnya
(melanosit) pada epidermis.
c) Lobus inferior, menghasilkan Antidiuretic Hormone (ADH)
(menurunkan volume air yang hilang dalam urine) dan oksitosin
(menstimulasi kontraksi otot polos saat melahirkan dan
pengeluaran ASI pada ibu menyusui.
Adenohipofisis tersusun atas sejumlah jenis sel-sel yang
dikelompokkan berdasarkan karakteristik warna dalam pengecatan
mikroskop, yaitu:
• Kromofob yang menyerap warna sangat sedikit dan
bergranula halus, merupakan sel-sel cadangan atau dalam
keadaan istirahat;
• Basofil yang berwarna biru atau ungu, merupakan kelompok
sel yang mensekresikan hormon adrenokortikotrofik,
gonadotropin, dan tiroid stimulating hormone (TSH);
• Asidofil yang berwarna merah atau oranye, adalah kelompok
sel terbanyak yang menghasilkan growth
hormon/somatotropin dan prolaktin.
Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofisis dikelompokkan
berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
• Sel-sel somatotrof berbentuk besar dan mengandung granula
sekretori, yang menghasilkan somatotropin;
• Sel-sel laktotrof mengandung granula sekretoris, yang
menghasilkan prolaktin atau laktogen;
• Sel-sel tirotrof berbentuk polihedral dan bergranula
sekretoris, menghasilkan TSH;
• Sel-sel gonadotrof bergranula sekretoris, menghasilkan FSH
dan LH;
• Sel-sel kortikotrof merupakan granula terbesar yang
menghasilkan ACTH.
3. Tiroid (Kelenjar Gondok)
Menghasilkan hormon tiroksin (meningkatkan laju metabolisme sel,
menstimulasi konsumsi oksigen, meningkatkan pengeluaran energi
panas, serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan normal
tulang, gigi, jaringan ikat, dan saraf) dan triiodotironin.
Sel-sel C berperan untuk mensintesis kalsitonin.
4. Paratiroid (Kelenjar Anak Gondok)
Menghasilkan hormon parathormon (parathyroid Hormone/PTH)
untuk mengendalikan keseimbangan kalsium dan fosfat dalam tubuh
melalui stimulasi aktivitas osteoklas (sel penghancur tulang),
aktivasi vitamin D, dan stimulasi reabsorpsi kalsium dari tubulus
ginjal.
5. Adrenal (Suprarenalis/Anak Ginjal)
• Adrenal bagian medula menghasilkan adrenalin (epinefrin)
(meningkatkan frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi
oksigen) dan noradrenalin (norepinefrin) (meningkatkan
tekanan darah dan menstimulasi otot jantung).
• Adrenal bagian korteks menghasilkan aldosteron (mengatur
keseimbangan air dan elektrolit), glukokortikoid
(memengaruhi metabolisme glukosa, protein, lemak, dan
menjaga membran lisosom), dan gonadokortikoid (sebagai
prekursor pengubahan testosteron dan estrogen oleh jaringan
lain.
6. Pankreas
• Sel alpha menghasilkan hormon glukagon (meningkatkan
penguraian glikogen di hati menjadi glukosa, dan sintesis
glukosa dari sumber nonkarbohidrat).
Sel beta mengahasilkan hormon insulin (menurunkan
katabolisme lemak dan protein, menurunkan kadar gula darah,
serta meningkatkan sintesis protein dan lemak)
• Sel delta menghasilkan hormone somatostatin (penghalang
hormon pertumbuhan dan penghambat sekresi glukagon dan
insulin), dan polipeptida pankreas (fungsi belum diketahui).
7. Pineal (Epifisis Serebri)
Menghasilkan melatonin yang berpengaruh pada pelepasan
gonadotropin dan menghambat produksi melanin.
8. Timus
Menghasilkan timosin untuk pengendalian perkembangan sistem
imun.
9. Ovarium, Testis, dan Plasenta
• Ovarium, Sel teka di sekeliling folikel ovarium yang pecah
diubah menjadi korpus luteum yang mensintesis progesteron.
Sel granulosa mensintesis hormon estrogen
• Testis, Sel Leydig menghasilkan testosteron.
• Plasenta menghasilkan gonadotropin korion, estrogen,
progesteron, dan somatotropin.
Hasil Analisis struktur dan fungsi ke lima indera manusia
yang mendukung sistem koordinasi
A. Sistem Indera
• Sistem Indera adalah salah satu bagian dari sistem koordinasi yang
merupakan penerima rangsang atau reseptor.
• Alat indera adalah reseptor yang peka terhadap rangsangan dan
perubahan di sekitarnya.
Indra Reseptor Kepekaan Pengaturan
Mata Retina (Covea Fotoreseptor (Cahaya) Lobus
Centralis) Oksipetalis
Hidung Saraf Olfaktori Kemoreseptor gas Lobus
(Bau) Parietalis
Lidah Papilla Kemoreseptor Cair Lobus
(Rasa) Parietalis
Telinga Organ Kokti, Fonoreseptor (Suara) Lobus
Kulit Sel Rambut, dan Keseimbangan Temporalis
Otolith Mekano/Tangoreseptor Lobus
Korpus Saraf (Sentuhan) Parietalis
B. Indera Penglihatan (Mata)
• Mata Berfungsi sebagai indera penglihatan (fotoreseptor)
• Reseptor mata adalah fovea centralis pada retina, yang merupakan lapisan
mata terdalam yang peka terhadap cahaya.
• Bola mata terdiri dari tiga lapisan:
1) Sklera (tunika fibrosa), lapisan terluar yang berwarna putih dan
tidak bening.
2) Koroid (tunika vaskulosa), lapisan tengah yang mengandung
pembuluh darah dan pigmen. Pembuluh darah mensuplai nutrisi
bagi mata dan pigmen berfungsi menyerap refleksi cahaya pada
mata.
3) Retina (tunika nervosa), lapisan terdalam mata yang banyak
mengandung sel-sel fotoreseptor, antara lain:
a) Sel kerucut (konus) peka terhadap intensitas cahaya tinggi
dan warna. Sel konus terdiri dari sel yang peka terhadap
warna merah, biru dan hijau.
Sel konus menghasilkan iodopsin berupa retinin untuk
melihat saat terang.
b) Sel batang (basil), peka terhadap intensitas cahaya rendah
dan tidak peka terhadap warna.
Sel basil menghasilkan rhodopsin berupa retinin dan opsin
untuk melihat saat gelap. Mata butuh adaptasi untuk
memproduksi rhodopsin saat gelap mendadak, sehingga
mata mengalami kebutaan sementara.
• Struktur Mata
• Lapisan luar bola mata: tunika fibrosa, sklera, dan kornea (untuk
mentransmisikan dan memfokuskan cahaya).
• Lapisan tengah bola mata: koroid, badan siliari, iris (bagian yang
berwarna, mengendalikan diameter pupil), dan pupil (ruang terbuka
yang dilalui cahaya)
• Lensa, struktur bikonveks yang bening.
• Rongga mata, ruang anterior berisi aqueous humor (mengandung
nutrisi untuk lensa dan kornea) dan ruang posterior berisi vitreous
humor (mempertahankan bentuk bola mata dan posisi retina terhadap
kornea).
• Retina, lapisan paling dalam, tersusun dari:
-Bagian luar, terpigmentasi dan menyimpan vitamin A
-Bagian dalam, terdapat sel batang (berpigmen rodopsin, tidak sensitif
terhadap warna) dan sel kerucut (berpigmen iodopsin, sensitif terhadap
warna).
-Lutea makula
-Fovea sentralis (bintik kuning). Jika bayangan benda tepat jatuh di
bintik kuning, bayangan akan terlihat jelas.
-Saraf mata, terhubung di sisi superior kelenjar hipofisis.
-Bintik buta, bagian yang tidak mengandung fotoreseptor.
• Fungsi Mata
1) Sebagai Alat Komunikasi.
2) Sebagai Alat Indera Penglihatan.
3) Sebagai Keseimbangan.
Mata adalah bagian kecil dari sistem vestibular yaitu sistem
keseimbangan tubuh. Sistem ini juga terdapat pada organ telinga.
Dengan melihat menggunakan mata, kamu akan mendapatkan
informasi secara visual.
4) Mempelajari Berbagai Hal
Mata merupakan indra pertama yang akan merespon dan
menerima informasi yang diberikan oleh seseorang atau sesuatu.
• Gangguan/Kelainan mata
1) Miopia (rabun dekat)
2) Hipermetropia (rabun jauh)
3) Presbiopia
4) Kebutaan
5) Kerabunan
6) Rabun senja
7) Buta warna
8) Katarak
9) Astigmatisma
10) Mata juling (strabismus)
C. Indera Pembau (Hidung)
• Hidung berfungsi sebagai indra pembau/ penghiduan (kemoreseptor gas).
• Reseptor hidung adalah saraf olfaktori yang terletak pada langit-langit
rongga hidung yang peka terhadap molekul bau (odoran).
• Bagian-bagian hidung
1) Rongga hidung
Sebuah lubang tempat di mana beragam organ hidung berada dan
menjalankan fungsinya. Rongga hidung manusia dilengkapi dengan
bulu hidung yang berfungsi menyaring kotoran yang masuk melalui
pernapasan.
2) Tulang rawan dan tulang nasal Hidung dilindungi oleh dua tulang
yang terpisah. Tulang rawan letaknya berada di ujung hidung,
teksturnya lunak dan bisa bergerak dengan fleksibel.
Sementara tulang nasal, letaknya berada diantara tulang rawan dan
dahi.
3) Rongga sinus
Hidung memiliki empat rongga sinus yang letaknya terpisah, yaitu
sinus maksilaris di pipi, sinus frontalis di dahi, sinus etmoidalis di
antara ke dua mata, dan sinus sfenoidalis di belakang dahi. Rongga
sinus memiliki banyak fungsi, diantaranya:
• Memproduksi lendir yang mengalir ke dalam dan
melembabkan hidung dan menguras lendir hidung.
• Untuk menjaga kelembapan hidung dan udara saat bernapas.
• Menjaga pertukaran udara di daerah hidung.
• Meringankan kepala yang terasa berat.
• Melindungi organ vital.
• Maksimalkan kualitas suara.
4) Bagian bulbus olfaktorius
Untuk menjalankan fungsinya, hidung ditunjang bagian bulbus
olfaktorius. Bagian ini memiliki fungsi dan bagian lagi, yaitu:
• Tonjolan olfaktor berperan dalam menerima semua impuls
yang dikirim akson menuju otak. Dengan inilah hidung bisa
langsung menerjemahkan suatu bau.
• Akson atau neurit merupakan sel saraf penghubung yang
mengankut impuls hasil kerja saraf pembau. Impuls diterima
sarap pembau berupa informasi tentang aroma. Ukuran akson
di hidung sekitar 1 mikrometer.
5) Saraf pembau
Reseptor yang menerima stimulus dari gas yang dihirup. Bagian ini
terdiri dari tujuh macam sel reseptor yang bisa mengenali lebih dari
400 macam aroma. Silia merupakan bulu hidung dengan ukuran
kecil yang berasa di dalam hidung. Bulu hidung ini mampu
menyaring partikel yang terlewatkan oleh bulu hidung awal. Silia
juga mendorong lendir yang dihasilkan rongga sinus. Lendir
tersebut juga bertugas membersihkan permukaan rongga hidung.
6) Nasofaring
Bagian sistem pernapasan yang menghubungkan hidung dan
tenggorokan. Saat tersedak, nasofaring menstimulasi rasa sakit pada
hidung.
• Mekanisme mencium bau: gas masuk ke hidung → larut pada selaput
mukosa → merangsang silia sel reseptor → rangsangan diteruskan ke otak
untuk diolah → jenis bau dapat diketahui.
• Gangguan indra pembau: hiposmia dan anosmia, hiperosmia, sinusitis,
dan polip.
D. Indera Pengecap (Lidah)
• Lidah berfungsi sebagai indra pengecap (kemoreseptor cair).
• Reseptor lidah adalah papilla (tonjolan) yang terletak di permukaan lidah
dan di dalamnya terdapat tunas pengecap yang peka terhadap molekul
yang dapat larut dalam air liur.
• Area kepekaan rasa:
Rasa manis, di ujung lidah.
Rasa asin, reseptor banyak di bagian samping.
Resa asam, bagian samping lidah agak ke belakang.
Rasa pahit, bagian belakang pangkal lidah.
• Papilla terdiri dari empat bentuk:
1) Papilla fungiform
• Berbentuk seperti jamur.
• Banyak terdapat di bagian depan dan samping lidah.
• Terhubung dengan saraf fasial (V).
2) Papilla filli form
• Berbentuk benang halus panjang.
• Banyak terdapat di bagian depan lidah.
• Tidak mengandung tunas pengecap, tetapi merasakan tekstur
makanan.
• Terhubung dengan saraf fasial (V).
3) Papilla sirkumvalata
• Berbentuk cincin lingkaran.
• Banyak terdapat di bagian belakang lidah membentuk huruf V
terbalik.
• Kurang peka terhadap rasa
• Terhubung dengan s. glosofaringeal (IX).
4) Papilla foliate
• Berbentuk lipatan pendek/palu.
• Banyak terdapat di bagian samping lidah
• Paling peka terhadap rasa.
• Terhubung dengan saraf fasial (V) dan glosofaringeal (IX).
• Jalannya rangsangan berupa rasa ke otak:
1) Molekul makanan dan minuman larut dalam air liur.
2) Rasa masuk ke tunas pengecap dan diterima sel-sel reseptor sesuai
rasa yang dikenalnya
3) Reseptor mengirim impuls ke saraf fasial (V) dan/atau saraf
glosofaringeal (IX) ke lobus parietalis otak untuk diinterpretasikan
menjadi rasa.
E. Indera Pendengar (Telinga)
• Telinga berfungsi sebagai indra pendengaran (fonoreseptor) dan
pendeteksi keseimbangan (ekulibrium).
• Reseptor telinga untuk pendengaran adalah organ korti pada koklea dan
untuk keseimbangan adalah otolith.
• Struktur Telinga
a. Daun telinga (aurikula)
Berfungsi mengumpulkan suara masuk ke dalam telinga
b. Saluran telinga
Berfungsi meneruskan suara ke telinga tengah. Saluran
telingamenghasilkan serumen yang berfungsi menggumpalkan
kotoran.
c. Membran timpani (gendang telinga)
Berfungsi meneruskan getaran suara ke tulang-tulang pendengaran.
d. Tulang tulang pendengaran
Secara berurutan terdiri dari tulang martil (maleus), landasan
(inkus), dan sanggurdi (stapes). Berfungsi meneruskan getaran
suara ke tingkap oval.
e. Saluran Eustachius
Adalah saluran yang berhubungan dengan tenggorokan yang
berfungsi untuk menyeimbangkan tekanan dalam dan luar.
f. Kanal semisirkuler (saluran 2 lingkaran)
Terdiri dari tiga saluran yang mengandung cairan endolimfe dan
sel sel reseptor keseimbangan berupa kupula dipengaruhi gerakan
sel rambut yang
g. Vestibula
Terdiri dari sakulus dan utrikulus yang mengandung cairan
endolimfe dan sel-sel reseptor keseimbangan berupa makula yang
dipengaruhi gerakan otolith.
h. Koklea
Adalah saluran menggulung berisi cairan limfe yang terdiri dari
tiga saluran:
1) Skala vestibular, berhubungan dengan tulang sanggurdi
melalui tingkap oval.
2) Skala koklea (media), berada di antara skala vestibular dan
timpani, dibatasi oleh membran Reissner dan membran
basilar.
3) Skala timpani, berhubungan dengan rongga timpani melalui
tingkap bulat.
Skala vestibular dan timpani mengandung cairan perilimfe dan
skala koklea mengan dung cairan endolimfe dan reseptor suara.
i. Saraf auditori (VIII)
Adalah saraf yang mengatur pendengaran dan keseimbangan.
• Mekanisme Mendengar
Gelombang bunyi ditangkap daun telinga → ke kanal auditori eksternal
→ membantuk getaran pada membran timpanum → ke osikel auditori →
ke fenestra vestibuli → terbentuk gelombang tekanan pada perilimfa
skala vestibuli → ke skala timpani → getaran pada membran basilar →
sel-sel rambut melengkung → memicu impuls saraf → ke serabut saraf
vestibulokoklear (CN VIII) → ke korteks auditori di otak → bunyi
diinterpretasikan.
• Peranan telinga dalam keseimbangan
a. Ekuilibrium statis: kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya
gravitasi jika tubuh diam.
• Reseptor yang berperan: makula pada dinding utrikulus dan
sakulus. Makula terdiri atas sel penunjang dan sel rambut.
Kumpulan sel rambut membentuk masa gelatin yang
mengandung otolit.
• Jika posisi kepala tegak lurus, otolit berada di puncak sel
rambut. Jika kepala miring arah otolit berubah dan sel rambut
melengkung → aktivasi sel reseptor → ke saraf vestibulokoklear.
b. Ekuilibrium dinamis: kesadaran akan posisi kepala saat merespons
gerakan.
• Reseptor yang berperan: ampula yang berisi krista, pada duktus
semisirkular.
• Krista terdiri atas sel penunjang dan sel rambut yang menonjol
membentuk lapisan gelatin kupula.
• Gangguan indra pendengar : Tuli (tuna rungu), furunkulosis, otitis media,
dan mastoiditis.
F. Indra Peraba (Kulit)
• Kulit berfungsi sebagai indra peraba (mekanoreseptor/tangoreseptor).
• Reseptor kulit terdiri dari korpus-korpus pada lapisan epidermis dan dermis
yang dapat merasakan berbagai rangsangan.
1) Reseptor ujung bebas, terletak pada lapisan epidermis, merasakan
sakit/nyeri.
2) Reseptor ujung rambut, terletak di sekitar folikel rambut, merasakan
gerakan rambut
3) Korpus Paccini, merasakan tekanan kuat.
4) Korpus Ruffini, merasakan panas.
5) Korpus Krausse, merasakan dingin.
6) Korpus Meissner, merasakan sentuhan.
7) Diskus Merkel terletak pada lapisan epidermis, merasakan sentuhan,
tekanan ringan, dan sakit/nyeri.
• Struktur Lapisan Kulit
1) Epidermis (kulit ari) jaringan epitel yang tersusun atas sel kulit hidup
dan mati, yang terdiri dari empat lapisan dari atas, yaitu:
a) Stratum korneum (kulit tanduk), mengalami deskuamasi
(pengelupasan) dan keratinisasi (pembentukan zat tanduk),
berfungsi melindungi kulit di bawahnya.
b) Stratum lusidum, lapisan bening dan tipis sebagai pelindung kulit
dari sinar UV.
c) Stratum granulosum, lapisan tempat terdapatnya butir-butir
melanin (pigmen kulit)
d) Stratum germinativum, lapisan tempat pembelahan (proliferasi
sel-sel kulit Lapisan ini dapat dibagi lagi menjadi stratum
spinosum dan stratum basale.
2) Dermis/korium (kulit jangat), jaringan ikat yang di dalamnya
terdapat kapiler darah, sel reseptor kulit kelenjar keringat kelenjar
minyak, dan akar rambut.
3) Hipodermis (lapisan subkutan), jaringan ikat yang di dalamnya
terdapat kapiler darah, lapisan lemak dan jaringan saraf.
• Gangguan pada indra peraba : Panu, kurap, jerawat, dan dermatitis.
BAB 10 SISTEM REPRODUKSI
A. Jurnal Belajar
Diberi materi bentuk ppt dibahas di meet dan dipelajari
B. Tugas-Tugas
Tidak diberi tugas
BAB 11 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
A. Jurnal Belajar
Diberi materi bentuk ppt dibahas di meet dan dipelajari
B. Tugas-Tugas
Tidak diberi tugas
REFLEKSI
Pada saat kelas online saya menulis catatan jurnal belajar di hp saya, pengerjaan tugas-tugas
yang diberi banyak referensi yang saya cari melalui internet.
Ketika saya menulis jurnal belajar saya menulis apa yang saya pikirkan pada saat itu, saya
rasa menulis jurnal dapat membantu saya mengingat pelajaran secara garis besar. Pada saat
membuat tugas-tugas, saya mendapat banyak informasi yang saya temukan di internet. Saya rasa
dengan mengerjakan tugas yang diberi dapat menambah wawasan saya.
Hal yang saya dapat ketika menulis jurnal, selain belajar untuk menuliskan apa yang saya
pikirkan ke dalam bentuk tulisan saya juga dapat me review apa yang sudah saya pelajari. Dan
pada saat saya mengerjakan tugas-tugas saya mendapat banyak pengetahuan baru, saya juga
belajar untuk tepat waktu dalam pengumpulan tugas.
Saya merasa dengan adanya jurnal belajar ini saya lebih mudah mengingat materi yang
telah dipelajari, berbeda dengan dulu kadang saya tidak mencatat jadi saya mudah lupa dengan
materi yang telah saya pelajari.