The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by DENNA PRIHASTANI, 2024-05-30 10:17:02

Flipbook Pencegahan DM

Flipbook Pencegahan DM

DENNA PRIHASTANI PENCEGAHAN DIABETES MELITUS


DEFINISI DIABETES MELITUS Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik kronis multi-etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah, serta gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein karena insufisiensi fungsi insulin. DM juga dikenal sebagai penyakit kencing manis dan tergolong penyakit tidak menular di mana penderitanya tidak dapat secara otomatis mengendalikan tingkat glukosa dalam darah.


KLASIFIKASI DM DM diklasifikasikan menjadi 4, yaitu: DM Tipe 11. DM Tipe 22. DM Tipe Gestasional3. DM Tipe Lainnya4.


DM tipe 1, atau yang juga dikenal sebagai insulin dependent diabetes mellitus (IDDM), menyumbang sekitar 5-10% dari seluruh penderita DM dan umumnya terjadi pada usia muda, yaitu 95% sebelum usia 25 tahun. Penyebab utama DM tipe 1 adalah reaksi autoimun yang menghancurkan sel beta pankreas, yang dapat dipicu oleh infeksi dalam tubuh. Untuk pasien DM tipe 1, tingkat glukosa darah ratarata yang ideal adalah 80-120 mg/dL, mendekati normal. DM TIPE 1


DM tipe 2, juga dikenal sebagai diabetes pada orang dewasa atau non-insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM), disebabkan oleh resistensi insulin. Faktorfaktor seperti obesitas, diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat, kurang aktivitas fisik, serta faktor keturunan dapat meningkatkan risiko resistensi insulin. Resistensi insulin ini selanjutnya dapat menyebabkan kondisi pre-diabetes, yang dapat berkembang menjadi DM tipe 2. DM TIPE 2


DMG merupakan DM yang terjadi saat kehamilan dengan penyebab adanya riwayat DM dari keluarga, obesitas, usia ibu saat hamil, riwayat melahirkan bayi besar dan riwayat penyakit lainnya DM TIPE GESTASIONAL


DM tipe lainnya dihubungkan dengan keadaan dan sindrom tertentu, misalnya DM yang terjadi karena sindrom penyakit genetik yang menyebabkan menurunnya fungsi sel beta, penyakit genetik yang menyebabkan menurunnya kerja insulin, penyakit pada pankreas seperti pankreatitis, trauma, neoplasma, fibrosis kistik dan endokrinopati DM TIPE LAIN


Gejala DM tipe 1 muncul secara tiba-tiba pada saat usia anak-anak, sebagai akibat kelainan genetik sehingga tubuh tidak mampu mampu memproduksi insulin genetik dengan baik. Gejala-gejalan yang dapat dijumpai adalah: Sering kencing dan jumlah yang banyak.1. Terus menerus timbul rasa haus (polidipsi) dan lapar (polifagi).2. Berat badan turun, penderita semakin kurus.3. Penglihatan kabur.4. Meningkatnya kadar gula darah dalam darah dan air seni (urine).5. GEJALA DM


Secara umum gejala-gejala DM yang telah kronis antara lain sebagai berikut: Gangguan penglihatan, berupa pandangan yang kabur sehingga penderita sering ganti kacamata. 1. Gatal-gatal dan bisul. Gatal-gatal biasanya dirasakan pada lipatan kulit di ketiak, payudara, dan alat kelamin. 2. Rasa tebal pada kulit, sehingga kadang-kadang penderita lupa memakai sandal atau sepatu. 3. Gangguan saraf tepi (perifer), berupa kesemutan, terutama pada kaki dan terjadi malam hari. 4. Gangguan fungsi seksual, berupa gangguan ereksi.5. Keputihan pada penderita perempuan, akibat daya tahan tubuh menurun. 6. GEJALA DM


Faktor risiko DM dikelompokkan menjadi 2, yaitu: Faktor risiko dapat diubah1. Faktor risiko tidak dapat diubah2. FAKTOR RISIKO DM


Faktor risiko DM dikelompokkan menjadi 2, yaitu: Faktor risiko dapat diubah1. Faktor risiko tidak dapat diubah2. UMUR Umur merupakan faktor pada orang dewasa, dengan semakin bertambahnya umur kemampuan jaringan mengambil glukosa darah semakin menurun. KETURUNAN/GENETIK DM bukan penyakit menular melainkan diturunkan. Namun bukan berarti anak dari kedua orang tua yang DM pasti akan mengidap DM juga, sepanjang bisa menjaga dan menghindari faktor risiko yang lainnya. FAKTOR RISIKO DM Faktor risiko yang tidak dapat diubah:


Faktor risiko yang dapat diubah: Pola makan yang salah1. Aktivitas fisik yang kurang2. Obesitas3. Stres4. Pemakaian obat-obatan5. FAKTOR RISIKO DM


Kemajuan teknologi berbasis media sosial1. Kebiasaan merokok2. Riwayat keluarga3. Pengetahuan4. Aktivitas fisik5. Obesitas6. FAKTOR RISIKO DM PADA REMAJA


KOMPLIKASI DM Dampak yang mungkin timbul meliputi serangan jantung dan stroke, infeksi serius pada kaki (yang dapat menyebabkan gangren dan berpotensi memerlukan amputasi), gagal ginjal tahap akhir, serta gangguan fungsi seksual. Setelah 10-15 tahun sejak diagnosis, angka kejadian komplikasi DM secara signifikan meningkat.


Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2021) menyebutkan pencegahan DM tipe 2 dibedakan menjadi 3, yaitu: Pencegahan primer 1. Pencegahan sekunder2. Pencegahan tersier3.


Pencegahan primer adalah tindakan yang ditujukan kepada kelompok yang memiliki faktor risiko tinggi untuk menderita DM tipe 2. Untuk individu yang berisiko tinggi terkena DM tipe 2 dan intoleransi glukosa, perubahan gaya hidup yang direkomendasikan meliputi: PENCEGAHAN PRIMER


a. Edukasi Edukasi merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan kesadaran pencegahan dan pengetahuan masyarakat tentang DM. PENCEGAHAN PRIMER


b. Menja Berat badan Ideal Mempertahankan berat badan yang ideal adalah salah satu langkah pencegahan DM di masa depan. Hal ini dikarenakan obesitas, yang merupakan kelebihan berat badan, menjadi salah satu faktor utama penyebab DM. PENCEGAHAN PRIMER


c. Menerapkan Pola Makan Sehat Makanan baik tanpa meningkatkan risiko DM: Karbohidrat kompleks, seperti nasi merah, buah, sayur, dan biji-bijian. Makanan tinggi serat, seperti kacang merah, kacang polong, buah, dan sayur. Sumber lemak baik, seperti daging ikan (tanpa kulit dan tidak digoreng), alpukat, zaitun, dan kacang almond. PENCEGAHAN PRIMER


c. Menerapkan Pola Makan Sehat Makanan yang harus dihindari: Makanan tinggi lemak jenuh, seperti susu sapi berlemak, keju, es krim, sosis, nugget, kue, dan gorengan. Makanan dan minuman kemasan. Makanan tinggi natrium, seperti garam, bumbu masak instan, dan mie instan. Makanan dan minuman tinggi karbohidrat sederhana, seperti permen, kue kering, minuman ringan, jajanan manis (martabak). PENCEGAHAN PRIMER


Menghentikan kebiasaan merokok dapat berperan dalam pencegahan DM. Secara khusus, DM tipe 2 lebih umum terjadi pada perokok. Hal ini disebabkan oleh nikotin dalam rokok yang dapat merusak sel-sel pankreas yang bertanggung jawab dalam produksi insulin, sehingga meningkatkan risiko terkena DM PENCEGAHAN PRIMER d. Berhenti Merokok


Olahraga memiliki kemampuan untuk membakar kalori dan menyimpan glukosa ke dalam otot sebagai sumber energi cadangan. Hal ini membantu mencegah penumpukan gula dalam darah. Selain itu, olahraga juga meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga mengurangi risiko resistensi insulin. Sebagai langkah pencegahan DM, disarankan untuk menghabiskan setidaknya 30 menit setiap harinya untuk berolahraga PENCEGAHAN PRIMER e. Rutin Olahraga


Mengelola stres dengan efektif dapat menjadi langkah penting dalam mencegah DM. Stres kronis dapat mempengaruhi keseimbangan hormonal dalam tubuh, termasuk insulin. PENCEGAHAN PRIMER f. Kelola stres


Melakukan pengecekan gula darah secara rutin adalah langkah penting dalam mencegah DM. Pengecekan gula darah dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tingkat gula dalam tubuh kita PENCEGAHAN PRIMER g. Melakukan Pengecekan Gula Darah Secara Rutin


Pencegahan sekunder adalah upaya untuk mencegah atau menghambat timbulnya komplikasi pada pasien yang telah terdiagnosa DM tipe 2. Program penyuluhan/edukasi berperan penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan sehingga dapat mencapai target terapi yang diharapkan. PENCEGAHAN SEKUNDER


Diet DM dengan aturan 3J (Jumlah, Jenis, dan Jadwal Makan). Jumlah yaitu jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan BB memadai yaitu BB yang dirasa nyaman untuk seorang diabetes, jumlah makanan yang dikonsumsi disesuaikan dengan hasil konseling gizi. Jenis merupakan jenis makanan utama yang dikonsumsi dapat disesuaikan dengan “Konsep Piring Makan Model T”. Jadwal makan terdiri dari 3x makan utama dan 2-3x makanan selingan mengikuti prinsip porsi kecil PENCEGAHAN SEKUNDER a. Edukasi Diet DM


Konsumsi air putih memiliki dampak positif tidak hanya bagi individu yang sehat, tetapi juga sangat menguntungkan bagi mereka yang menderita DM tipe 2. Terapi ini dapat dilakukan setiap hari pada pasien karena merupakan terapi alami yang tidak memiliki efek samping. Pada seseorang yang telah didiagnosis dengan DM tipe 2, tingkat gula darah cenderung tinggi. Dengan mengonsumsi air putih sebagai terapi, ginjal dapat membersihkan kelebihan gula dalam tubuh melalui urin PENCEGAHAN SEKUNDER b. Banyak Minum Air Putih


Pencegahan tersier pada pasien DM bertujuan mencegah komplikasi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup. Upaya rehabilitasi dilakukan sedini mungkin untuk mencegah kecacatan permanen. Kerjasama antar berbagai disiplin seperti jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, kedokteran fisik dan rehabilitasi, gizi, podiatri, dan lainnya sangat penting untuk keberhasilan pencegahan tersier PENCEGAHAN TERSIER


REFERENSI Adiyatma, Y. (2023, February 28). Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Fitria, M. S., Yantu, S. R., Ruslan, R., Sholekha, Z., Abdul, Q. N. P., Moontalu, D. A., & Mahesya, S. A. (2023). Edukasi Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus dan Pemeriksaan Kadar Gula Darah Sewaktu di Panti Asuhan. Jurnal Inovasi Dan Pengabdian Masyarakat Indonesia, 2(3), 45–48. https://doi.org/10.26714/jipmi.v2i3.130 Hardianto, D. (2020). TELAAH KOMPREHENSIF DIABETES MELITUS: KLASIFIKASI, GEJALA, DIAGNOSIS, PENCEGAHAN, DAN PENGOBATAN. Bioteknologi & Biosains Indonesia, 7(2). https://ejournal.brin.go.id/JBBI/article/view/1961/1208 Hikmah, N., Tasalim, R., Ayu, O., & Manto, D. (2021). EFEKTVITAS TERAPI AIR PUTIH TERHADAP KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 STUDI: NARRATIVE REVIEW Noor. Journal of Nursing Invention, 2(2), 121–126. Irianto, K. (2018). EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR & TIDDAK MENULAR (F. Zulhendri (Ed.)). ALFABETA.


REFERENSI Jajuli, J., Ningrum, D., Prameswari, A., & Dolifah, D. (2023). PENGARUH PROMOSI KESEHATAN MENGGUNAKAN MEDIA. 7, 1484–1489. Kemenkes. (n.d.). Obesitas pada Remaja. Kemenkes. Retrieved May 16, 2024, Kemenkes. (2022). Penyakit Diabetes Melitus - Direktorat P2PTM. Kemenkes RI. (2019, January 28). Apa saja komplikasi dan akibat dari Diabetes? - Penyakit Tidak Menular Indonesia. P2PTM Kemenkes RI. Lestari, W., Lathyfa, A., Fatimah, S. N., & Zhusto, S. R. (2022). Furunkulosis pada pasien denga diabetes melitus tipe 2. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 22(4), 354–357. Ludiana, L., Hasanah, U., Sari, S. A., Fitri, N. L., & Nurhayati, S. (2022). Hubungan Faktor Psikologis (Stres dan Depresi) Dengan Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2. Jurnal Wacana Kesehatan, 7(2), 61. Mahmud, Y., Abdul Kadir Ahmad, & Putri, H. P. (2019). The Effect Of Health Education On Knowledge And Attitude Of Prevention Of Diabetes Mellitus In Class X Students At SMK Negeri 10 Makassar. Politeknik Kesehatan Makassar, 10(02), 2087–2122.


REFERENSI Martina, & Adisasmita. (2019). Association between Physical Activity and Obesity with Diabetes Mellitus in Indonesia. International Journal of Caring Sciences, 12(3), 1703–1709. P2PTM Kemenkes RI. (2020). Yuk, mengenal apa itu penyakit Diabetes Melitus (DM). Kemenkes. PERKENI. (2021). Pedoman Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Dewasa di Indonesia 2021. Global Initiative for Asthma, 46. www.ginasthma.org. Qifti, F., Malini, H., & Yetti, H. (2020). Karakteristik Remaja SMA dengan Faktor Risiko Diabetes Melitus di Kota Padang. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(2), 2549–4236. Sari, N. (2018). Pengaruh Merokok Terhadap Kadar Glukosa Darah dan Kadar Hba1c pada Penderita Diabetes Melitus di Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara Suiraoka. (2012). Penyakit Degeneratif (Haikhi (Ed.)). Nuha Medika. Sulastri. (2022). PERAWATAN DIABETES MELITUS. Trans Info Media. Ulya, N., Sibuea, A. Z. E., Purba, S. S., Maharani, A. I., & Herbawani, C. K. (2023). Analisis Faktor Risiko Diabetes Pada Remaja Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Tambusai, 4(3), 2332–2341. UNY, T. J. F. (2017). Modul Pelatihan Pengembangan Buku Digital dengan Flipbook. Wasludin. (2017). View of PENGARUH METODE CERAMAH DAN DISKUSI DALAM PENINGKATAN PENGETAHUAN HIV/AIDS PADA SISWA SMP ARRAHMAN KOTA TANGERANG 2014. http://jurnal.poltekkesbanten.ac.id/Medikes/article/view/79/62


Click to View FlipBook Version