The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by taufiqurrahman3355, 2021-12-09 04:23:14

Modul KRR berbasis Maja Labo Dahu

By Hj. Rini Hendari

hanyasebagian kecil saja yang datang berobat.
2) Pengaruh khitan. Laki-laki yang tidak dikhitan lebih mudah

terinfeksidaripada yang dikhitan.
f. Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual

Prinsip umum pengendalian IMS tujuan utamanya adalah memutuskan
rantai penularan infeksi IMS, mencegah berkembangnya IMSdan
komplikasinya. Tujuan ini dicapai melalui (Media Litbangkes):
1) Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk

enjauhkan masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi.
2) Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang

berperilaku risiko tinggi.
3) Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta

anjuranuntuk mencari pengobatan yang tepat.
4) Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efekti

baik untuk yang simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan
seksualnya.
Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular
danPenyehatan Lingkungan (PPM & PL) Departemen Kesehatan RI,
tindakanpencegahan dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, seperti
(Abdnego; Depkes RI, 1998):
1) Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks
yang sehat, pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual,
perkawinan monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.
2) Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan
mengendalikan IMS pada para pekerja seks komersial dan pelanggan
mereka denganmelakukan penyuluhan mengenai bahaya IMS,
menghindari hubunganseksual dengan berganti-ganti pasangan,
tindakan profilaksis danterutama mengajarkan cara penggunaan

44

kondom yang tepat dankonsisten.
3) Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini

danpengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas
ini dantentang gejala-gejala IMS dan cara-cara penyebarannya.Sampai
saat ini, penyakit kelamin merupakan penyakit yang
sulitditanggulangi, karena dalam penanggulangannya ada beberapa
segi yangperlu mendapat perhatian, yaitu:
a) Segi medis
b) Segi epidemiologik
c) Segi sosial, ekonomi, dan budaya
B. Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS)
Adalah sindrom dengangejala penyakit infeksi opportunistik atau
kanker tertentu akibatmenurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi Human
ImmunodeficiencyVirus (HIV). Selain itu, AIDS adalah kumpulan gejala
penyakit yangdisebabkan oleh virus HIV yang mengakibatkan
rusaknya/menurunnyasistem kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit. AIDS
ini bukanmerupakan suatu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala
penyakityang disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti,
infeksibakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya
dayatahan tubuh penderita (Admosuharto, 2003). Penularan virus ini dapat
melalui hubungan seksual, transfusi darah,perinatal dan lain-lain. Dari hasil
penelitian ditemukan virus HIV pada darah,produk darah, semen, sekret vagina,
air liur dan air mata. Apabila HIV inimasuk ke dalam peredaran darah seseorang,
maka HIV tersebut menyerapsel-sel darah putih. Sel-sel darah putih ini adalah
bagian dari sistemkekebalan tubuh yang berfungsi melindungi tubuh dari
serangan penyakit.HIV secara berangsur-angsur merusak sel darah putih hingga
tidak bisaberfungsi dengan baik (Admosuharto, 2003).

45

1. Faktor Risiko dan Permasalahan HIV dan AIDS
Faktor risiko yang berhubungan dengan HIV dan AIDS adalah sebagaiberikut
(Muninjaya, 1997):
a. Tenaga medis dan paramedis yang menggunakan injeksi (suntikan)
Cara penularan HIV yang sangat efisien yaitu dengan
menggunakankembali atau memakai jarum atau semprit secara
bergantian. Penularandalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi
dengan adanyakepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap
Kewaspadaan Universal(Universal Precautions).
b. Penyalahgunaan narkoba
Penyalahgunaan narkoba akan berisiko terkena AIDS
apabilamenggunakan jarum bekas penderita AIDS. Risiko penularan
dapatditurunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan
denganpenggunaan jarum dan semprit baru yang sekali pakai, atau
denganmelakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali
c. Pekerja seks komersial
HIV dapat ditularkan melalui seks penetratif yang tidak terlindungi,
Risiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi. Seseorang dengan
infeksimenular seksual (IMS) yang tidak diobati, khususnya yang
berkaitan dengantukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh)
memiliki rata-rata 6-10kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan
atau terjangkit HIV selamahubungan seksual. Penularan HIV melalui seks
oral dipandang sebagaikegiatan yang rendah risiko. Risiko dapat
meningkat bila terdapat luka atautukak di sekitar mulut dan jika ejakulasi
terjadi di dalam mulut.
d. Homoseksual
Penularan HIV melalui seks anal dilaporkan memiliki risiko 10 kali lebih

46

tinggi dari seks vaginal.
e. Umur

Umur 20–34 tahun (laki-laki), 16–24 tahun (perempuan), 20-24 tahun
(kedua jenis kelamin) adalah umur berisiko untu tertular
HIV/AIDS.Peningkatan kasus AIDS pada usia muda lebih banyak
dikarenakanheteroseksual atau bergonta-ganti pasangan, homoseksual,
pemakaian jarumsuntik secara bergantian (IDU), dan ibu berusia muda
yang sedang hamilyang mengidap AIDS yang menyebabkan penularan
terhadap bayi yangdikandungnya.
2. Permasalahan yang timbul berhubungan dengan HIV dan AIDS antara
lain:
a. Belum ada obat yang efektif membunuh HIVObat HIV memang belum
ada. Namun, dalam kajian farmakologi (ilmuyang mengkaji obat-obatan)
ada mekanisme pencegahan kerja virus HIV.Belum ada obat yang benar-
benar dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS.Obat-obatan yang telah
ditemukan hanya menghambat proses pertumbuhanvirus, sehingga jumlah
virus dapat ditekan.
b. Dapat berlanjut menjadi kanker Human Immunodeficiency Virus (HIV)
yaitu virus yang memperlemahkekebalan pada tubuh manusia. Orang yang
terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun
mudah terkena tumor. Meskipun penanganan yang telah ada dapat
memperlambat lajuperkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-
benar bisadisembuhkan.
c. Angka kematian tinggi

47

3. Upaya Preventif terjadinya HIV dan AIDS ditingkat Keluarga dan
Masyarakat
Pencegahan tentu saja harus dikaitkan dengan cara-cara penularanHIV
seperti yang sudah dikemukakan. Ada beberapa cara pencegahan HIVdan
AIDS, yaitu (Media Litbangkes):
a. Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV
terutamaterjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS
perludifokuskan pada hubungan seksual. Oleh karena itu perlu
dilakukanpenyuluhan agar orang berperilaku seksual yang aman dan
bertanggungjawab, yaitu hanya mengadakan hubungan seksual dengan
pasangansendiri (suami/isteri sendiri), kalau salah seorang pasangan anda
sudahterinfeksi HIV, maka dalam melakukan hubungan seksual
perludipergunakan kondom secara benar, mempertebal iman agar
tidakterjerumus ke dalam hubungan-hubungan seksual di luar nikah.
b. Pencegahan penularan melalui darah dapat berupa pencegahan dengancara
memastikan bahwa darah dan produk-produknya yang dipakaiuntuk
transfusi tidak tercemar virus HIV, jangan menerima donor darahdari orang
yang berisiko tinggi tertular AIDS, gunakan alat-alatkesehatan seperti
jarum suntik, alat cukur, alat tusuk untuk tindik yangbersih dan suci hama.
c. Pencegahan penularan dari ibu-Anak (perinatal). Ibu-ibu yang ternyata
mengidap virus HIV dan AIDS disarankan untuk tidak hamil.
Selain dari berbagai cara pencegahan yang telah diuraikan diatas, ada
beberapa cara pencegahan lain yang secara langsung maupun tidak
langsungikut mencegah penularan atau penyebaran HIV dan AIDS. Kegiatan
tersebutberupa kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang
dalamimplementasinya berupa: konseling AIDS dan upaya mempromosikan
kondomisasi, yang ditujukan kepada keluarga dan seluruh masyarakat
yangpotensial tertular HIV dan AIDS melalui hubungan seksual yang

48

dilakukannya. Dengan cara ini keluarga dan masyarakat secara terus menerus
akan mendapat informasi yang baru (up to date) tentang HIV danAIDS
sehingga keluarga akan lebih waspada dan mampu mengembangkanlangkah–
langkah praktis untuk melindungi anggota keluarganya dari penularan HIV
serta untuk mengurangi tumbuhnya sikap yang menganggap bahwa
keluarganya sendiri tidak mungkin akan terinfeksi oleh virus AIDS ini
(Unesco & Unaids, 2002).Upaya preventif HIV dan AIDS dalam keluarga
antara lain sebagai berikut (Abednego, 1998):
a. Keluarga harus mengerti tentang sosiologi anak, sebelum

menjelaskanmengenai perilaku yang menyimpang kepada anak-anak
mereka.
b. Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkananak perempuan dalam menjelaskan mengenai cara
berperilaku yang baik. Meyakinkan kepada anak-anak bahwa teman-teman
mereka adalahteman yang baik.
c. Memberikan perhatian kemampuan anak di bidang olahraga
danmenyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas.
d. Tanamkan etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiatkarena
itu merupakan sesuatu yang paling berharga.
e. Membangun sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Upaya-upaya preventif HIV dan AIDS yang dapat dilakukan ditingkat
masyarakat adalah sebagai berikut (Abdnego, 1998):
a. Meningkatkan kesadaran, pemahaman, dan penghayatan
masyarakat,khususnya dikalangan generasi muda, terhadap nilai-nilai luhur
agama,sehingga mereka tergugah untuk mengamalkannya secara utuh.
b. Mengembalikan fungsi keluarga secara utuh dan sungguh-
sungguh,dengan menanamkan nilai-nilai agama, memberikan kasih
sayang,pendidikan, perlindungan, prestise, dan kedamaian di dalam

49

keluarga.
c. Mencegah sedini mungkin timbulnya pergaulan bebas, dan terjadinya

hubungan seksual di luar perkawinan (zina), baik bagi mereka yangsudah
menikah maupun yang belum.
d. Penghapusan prostitusi harus dilakukan secara tuntas dan menyeluruh.
e. Mengaktifkan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan bahasa
danpendekatan agamis serta pendekatan persuasif dan humanis, bukan
menghakimi dan memvonis.
f. Menciptakan kondisi yang kondusif, antara lain dengan mengajakseluruh
anggota masyarakat agar secara bersama-sama memperkuatbenteng
keluarga masing-masing.
g. Membimbing para penderita HIV dan AIDS agar berpandangan
optimisdan positif dalam menatapkehidupan. Menyakinkan mereka
bahwahidup ini belum berakhir dan mereka pun masih punya
banyakkesempatan melakukan amal shaleh dan amal jariyah
sebanyakbanyaknya.

Ringkasan

Infeksi menular seksual adalah segolongan penyakit infeksi yangterutama ditularkan
melalui kontak seksual. Infeksi menular seksual dapatdisebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, protozoa. atau ektoparasit.Jenis-Jenisinfeksi menular seksual adalah infeksi
genital nonspesifik, gonore (kencingnanah), sifilis, limfogranuloma venereum, ulcus
mole dan granuloma Inguinale.Bila IMS dapat didiagnosis secara dini dan
mendapatkan terapi yangadekuat biasanya tidak terjadi komplikasi. Komplikasi
infeksi menularseksual pada masing-masing jenis IMS dapat berupa Infeksi
GenitalNonspesifik, Gonore (Kencing nanah) dan Sifilis. Sedangkan Komplikasi IMS
yang dapat mempengaruhi gangguan transport dan produksi sperma adalahProstatitis,

50

Epididymitis, Orchitis.Prinsip umum pengendalian IMS tujuan utamanya adalah
memutuskan rantai penularan infeksi IMS, mencegah berkembangnya IMSdan
komplikasinya.
Tujuan ini dicapai melalui:
a. Mengurangi pajanan IMS dengan program penyuluhan untuk menjauhkan

masyarakat terhadap perilaku berisiko tinggi.
b. Mencegah infeksi dengan anjuran pemakaian kondom bagi yang berperilaku

risiko tinggi.
c. Meningkatkan kemampuan diagnosa dan pengobatan serta anjuran untuk mencari

pengobatan yang tepat.
1. Membatasi komplikasi dengan melakukan pengobatan dini dan efektif baik

untuk yang simptomatik maupun asimptomatik serta pasangan seksualnya.
Upaya pencegahan lain juga dapat dilakukan dengan beberapa tindakan,
seperti:Mendidik masyarakat untuk menjaga kesehatan dan hubungan seks
yang sehat, pentingnya menunda usia aktivitas hubungan seksual, perkawinan
monogami, dan mengurangi jumlah pasangan seksual.
2. Melindungi masyarakat dari IMS dengan mencegah dan mengendalikan IMS
pada para pekerja seks komersial dan pelanggan mereka dengan melakukan
penyuluhan mengenai bahaya IMS, menghindari hubungan seksual dengan
berganti-ganti pasangan, tindakan profilaksis dan terutama mengajarkan cara
penggunaan kondom yang tepat dan konsisten.
3. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk diagnosa dini
danpengobatan dini terhadap IMS. Jelaskan tentang manfaat fasilitas ini
dantentang gejala-gejala IMS dan cara-cara penyebarannya.HIV dan AIDS
merupakan salah satu penyakit yang berhubungan denganinfesksi menular
seksual. Faktor risiko yang berhubungan dengan HIV danAIDS adalah tenaga
medis dan paramedis yang menggunakan injeksi (suntikan), penyalahgunaan
narkoba, pekerja seks komersial, omoseksualdan umur. Ada beberapa cara

51

pencegahan HIV dan AIDS, yaitu:
a) Pencegahan penularan melalui hubungan seksual, infeksi HIV terutama

terjadi melalui hubungan seksual, sehingga pencegahan AIDS
perludifokuskan pada hubungan seksual.b. Pencegahan penularan melalui
darah dapat berupa pencegahan dengancara memastikan bahwa darah dan
produk-produknya yang dipakaiuntuk transfusi tidak tercemar virus HIV,
jangan menerima donor darahdari orang yang berisiko tinggi tertular
AIDS, gunakan alat-alatkesehatan seperti jarum suntik, alat cukur, alat
tusuk untuk tindik yang bersih dan suci hama.
b) Pencegahan penularan dari ibu-Anak (perinatal). Ibu-ibu yang ternyata
mengidap virus HIV dan AIDS disarankan untuk tidak hamil.

LATIHAN
PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL:
I. Untuk option jawaban abjad, petunjuknya yaitu :

- Pilihlah jawaban pertanyaan yang paling tepat atau saudaraanggap benar
dengan memberikan tanda silang (x) pada lembarjawaban

-
II. Untuk option jawaban angka, pilihlah dengan ketentuan:

A = jika jawaban 1, 2 dan 3 benar
B = jika jawaban 1 dan 3 benar
C = jika jawaban 2 dan 4 benar
D = jika jawaban 4 saja benar
E = jika jawaban semua benar/salah
Soal
1. Yang termasuk Venereal Diseases (VD) yaitu:

1. Sifilis
2. Gonore
3. Ulkus mole

52

4. Herpes genetalis
2. Berikut ini bukan termasuk dalam usaha penanganan IMS ditinjaudari segi

medis:
a. Diagnosis tepat
b. Pengobatan efektif
c. Konseling
d. Penanganan pasangan seks
e. Perubahan sosial
3. Kegagalan diagnosis dan terapi IMS dapat menyebabkan komplikasipada
anak dan balita berupa:
a. Infertilitas
b. Gangguan kehamilan
c. Infeksi neonatal
d. Kanker
e. Infertilitas
4. Faktor risiko dari HIV dan AIDS yaitu:
1. Penyalahguna narkoba
2. PSK
3. Homoseksual
4. Tenaga medis
5. Pola penularan AIDS yang masih belum terbukti sampai sekarangadalah
melalui:
a. Injeksi
b. Penasun
c. Saliva
d. Transmisi seksual
e. Transfusi darah

53

TOPIK VI
PENGARUH NAPZA DAN MIRAS TERHADAP KEHIDUPAN

REMAJA

A. Pengertian
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahan

berbahaya. Istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (UU No 35 Tahun 2009).

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukantanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkanpenurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan
dapatmenimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No. 35 tahun 2009). Zat
atautanaman yang termasuk jenis narkotika adalah:
1. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat, morfina,

kokaina, ekgonina, tanaman ganja dan damar ganja.
2. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina,

sertacampuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.sikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada
aktivitas mental dan perilaku (Undang-Undang no. 5 tahun 1997).

Berdasarkan UU tersebut,psikotropika dibagi menjadi 4 golongan,
namun setelah disahkannya UU no.35 tahun 2009 tentang narkotika, maka
psikotropika golongan I dan IIdimasukkan ke dalam golongan narkotika.
Dengan demikian saat ini apabilabicara masalah psikotropika hanya
menyangkut psikotropika golongan IIIdan IV sesuai Undang-Undang no. 5
tahun 1997. Zat yang termasuk psikotropika antara lain Sedatin (Pil BK),
Rohypnol, Magadon, Valium,Mandrax, Amfetamine, ensiklidin, Metakualon,

54

Metifenidat, Fenobarbital, Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD
(Lycergic Syntetic Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah, semi
sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti morfina atau
kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat, seperti Alkohol yang
mengandung ethyl etanol, inhalen atau sniffing (bahan pelarut) berupa zat
organik (karbon) yang menghasilkan efek yang sama dengan yang dihasilkan
oleh minuman yang beralkohol atau obat anaestetik jika aromanya dihisap.
Contohnya adalah seperti lem atau perekat, aceton, ether dan sebagainya.
B. Pengertian dan Jenis Minuman Keras (MIRAS)
Minuman keras (miras) adalah minuman beralkohol yang mengandung etanol
yang dihasilkan dari penyulingan (lewat distilasi). Ethanol diproduksi dengan
cara fermentasi biji-bijian, buah, atau sayuran. Contoh minuman keras adalah
arak, vodka, gin, baijiu, tequila, rum, wiski, brendi, dan soju (Kusminarno,
2002).
C. Penyalahgunaan dan Ketergantungan Narkoba dan Miras
a. Definisi

Penyalahgunaan obat adalah setiap penggunaan obat
yangmenyebabkan gangguan fisik, psikologis, ekonomis, hukum atau
sosial, baikpada individu pengguna maupun orang lain sebagai akibat
tingkah lakupengguna obat tersebut (Sidiartha dan Westa, 2010).
Ketergantungan(adiksi) obat adalah gangguan kronis yang ditandai
dengan peningkatanpenggunaan obat meskipun terjadi kerusakan fisik,
psikologis maupun sosialpada pengguna (Sidiartha dan Westa,
2010).Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk
mengkonsumsiobat untuk memperoleh efek positif atau menghindari efek
negatif akibat tidak mengkonsumsinya (Sidiartha dan Westa, 2010).
Ketergantungan fisikadalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang

55

ditandai dengan timbulnyatoleransi terhadap efek obat dan sindrom putus
obat bila dihentikan(Sidiartha dan Westa, 2010).
b. Klasifikasi
Klasifikasi zat atau obat yang sering disalahgunakan adalah sebagaiberikut
(Sidiartha dan Westa, 2010):
1) Cannabinoids; marijuana dan hashis,
2) Depresan,

a) Sedatif, yaitu obat yang dapat mengurangi cemas dan membuat
tidur(alkohol, barbiturat, metakualon, glutetimid, flunitrazepam,
gammahidroksi butirat)

b) Transquilizer minor, untuk mengurangi rasa cemas
(diazepam,alprazolam, klordiazepoksid, triazolam, lorazepam.

c) Transquilizer mayor, contohnya seperti fenotiazin
3) Stimulan sistem saraf pusat, hal ini dapat menyebabkan

ketergantungan psikologis yang sangat kuat, seperti amfetamin,nikotin,
kafein, kokain, MDMA, metilfenidat, betel nut.
4) Halusinogen, dalam hal ini akan mempengaruhi sensasi, emosi,
dankewaspadaan, serta menyebabkan gangguan persepsi realitas.
Obatini menyebabkan ketergantungan psikologis namun
tidakmenyebabkan ketergantungan fisik. Obat tersebut adalah
LSD,meskalin, DMT, DOM, MDMA, MDA, PCP, psikobin.
5) Derivat opium dan morfin, digunakan untuk menghilangkan rasa
nyeridan menyebabkan ketergantungan psikologis dan fisik. Obat
tersebutadalah morfin, heroin, kodein, meferidin, metadon, fentanil
danopium.
6) Anestesi yang digunakan sebagai obat bius (ketamin dan pensiklidinatau
PCP)

56

D. Faktor Risiko Penyalahgunaan Narkoba dan Minuman Keras
Beberapa faktor yang menjadi risiko sesorang mengalamipenyalahgunaan obat
adalah (Sidiartha dan Westa, 2010):
a. Faktor genetik. Penelitian menunjukkan remaja dari orangtua
alkoholikmemiliki kecenderungan 3-4 kali lebih besar menjadi alkoholik
daripadaremaja dari orangtua bukan alkoholik. Remaja kembar
monozigotik jugaberisiko menjadi alkoholik daripada kembar dizigot.
b. Pola asuh keluarga. Pola asuh yang demokratis memiliki risiko
lebihrendah mengalami penyalahgunaan obat daripada pola asuh
yangdisiplin dan ketat. Keluarga yang antisosial dan kriminal juga
memilikikecenderungan berisiko mengalami penyalahgunaan obat.
c. Lingkungan atau teman. Pengaruh teman dekat lebih besar daripadaorang
yang tidak dikenal. Remaja dengan riwayat kejahatan, bolossekolah, gagal
di sekolah atau perilaku seks bebas berisikomenyalahgunakan obat.
d. Gangguan psikiatrik. Depresi atau gangguan kecemasan
berisikomengalami penyalahgunaan obat lebih besar daripada yang
tidakmemiliki riwayat gangguan tersebut.

E. Tanda dan Dampak Penyalahgunaan Narkoba dan Miras
a. Alkohol
Etanol adalah bentuk molekul sederhana dari alkohol yang mudahdiserap
di saluran cerna. Daerah saluran cerna yang yang menyerap alkoholpaling
banyak adalah bagian atas usus halus. Minum minuman beralkoholberarti
mengkonsumsi 10-12 gram etanol (Sidiartha dan Westa, 2010).
Konsentrasi alkohol dalam darah dan efeknya adalah sebagai berikut:
1) 20-30 mg/dl: psikomotor dan kemampuan berfikir menurun
2) 30-80 mg/dl: psikomotor dan masalah kognitif meningkat
3) 80-200 mg/dl: gangguan koordinasi, emosi, dan kognisi yang menurun
4) 200-300 mg/dl: nistagmus, bicara cadel

57

5) >300mg/dl: gangguan tanda vital dan berakibat fatal.
b. Kriteria seseorang dikatakan mengalami keracunan alkohol

Adalah sebagai berikut:
1) Gejala terjadi segera setelah minum alkohol,
2) Perubahan tingkah laku dan psikologis seperti agresif, emosi

labil,gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.
3) Mengalami satu atau lebih gejala berikut seperti bicara pelo,

nistagmus,jalan terhuyung-huyung, gangguan koordinasi, konsentrasi,
memori, dan koma.
4) Gejala yang dialami bukan karena kondisi medis lainnya.
Saat berhenti mengkonsumsi alkohol, seseorang yang sudah mengalami
ketergantungan akan menunjukkan gejala withdrawal. Seseorang
mengalamigejala withdrawal jika emenuhi kriteria sebagai berikut
(Sidiartha danWesta, 2010):
1) Penghentian atau pengurangan konsumsi alkohol mendadak.
2) Mengalami dua atau lebih gejala sebagai berikut:
3) berkeringat dan nadi meningkat
4) tremor,
5) insomnia,
6) mual dan muntah,
7) halusinasi
8) agitasi psikomotor
9) cemas, dan
10)kejang.
Gejala di atas sudah mengganggu kehidupan sosial dan pekerjaan. Gejala di
atas tidak disebabkan kondisi medis lainnya.
c. Nikotin atau Tembakau
1) Mekanisme kerja nikotin adalah peningkatan neurotransmiter yang

58

berhubungan dengan pengendalian stres. Pengaruh tembakau pada
berbagai
sistem tubuh adalah sebagai berikut (Sidiartha dan Westa, 2010):
Sistem kardiovaskular.
Dapat mencetuskan penyakit jantung, pembuluhdarah, dan otak.
2) Kanker.
Hal ini disebabkan akibat kontak dengan kandungan rokok.
3) Endokrin atau hormon. Menyebabkan efek anti-estrogen sehingga
akanmenimbulkan gangguan menstruasi, menopause dini, dan
penurunandensitas tulang. Pada laki-laki dapat menyebabkan disfungsi
ereksi.
4) Paru. Menimbulkan penyakit paru obstruksi menahun.
5) Saluran pencernaan. Menyebabkan luka pada saluran cerna.
6) Kulit. Mengalami penuaan dini.
7) Mata. Degenerasi makular.
8) Sistem kekebalan tubuh. Mengganggu sel killer dan modulasi
kekebalantubuh.
9) Kehamilan. Meningkatkan kejadian bayi berat badan lahir
rendah,kelahiran prematur, bayi kecil masa kehamilan, abortus,
kehamilan diluar kandungan, ketuban pecah dini
d. Amfetamin
Amfetamin adalah bentuk narkoba yang bersifat stimulan yangdikenal
dengan nama pil ekstasi. Orang yang mengkonsumsi biasanya akanmerasa
kuat, tahan melek, gembira, nafsu makan berkurang dan keringatberlebih.
Selain itu, konsumennya juga sering merasa melihat sensasi warnadan
suara yang terang. Suatu saat dapat mengalami kewaspadaan
yangberlebihan sehingga menjadi paranoid (Sidiartha dan Westa,
2010).Seseorang dikatakan keracunan amfetamin jika memenuhi

59

kriteriasebagai berikut (Sidiartha dan Westa, 2010):
1) segera setelah menggunakan amfetamin
2) gangguan tingkah laku (maladaptif) atau euforia, afek tumpul, mudah

tersinggung, gangguan penilaian, gangguan fungsi sosial dan kerja
3) mengalami dua atau lebih gejala seperti takikardi atau bradikardi,

pupildilatasi, tekanan darah naik turun, demam, mual atau muntah,
beratbadan menurun, gangguan psikomotor, otot lemah atau
depresipernafasan atau nyeri dada atau aritmia, bingung atau kejang
ataudistonia atau koma
4) tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
Gejala withdrawal amfetamin adalah sebagai berikut (Sidiartha danWesta,
2010):
1) segera setelah amfetamin dihentikan atau diturunkan dosisnya
secaratiba-tiba,
2) mood disporik dengan dua atau lebih gejala berikut: badan lemah,
mimpiburuk, sulit tidur, nafsu makan meningkat, psikomotor agitasi
atau retardasi
3) insomnia atau hipersomnia
4) tidak disebabkan oleh kondisi medis lainnya.
e. Opiat

Opiat berasal dari tumbuhan di alam yang bernama
papaversomniferum. Yang termasuk golongan opiat adalah heroin atau
putaw morfin, petidin dan kodein. Metadon adalah sintesis opiat yang
digunakansebagai terapi substitusi ketergantungan putaw (Sidiartha dan
Westa, 2010).
f. Heroin

Adalah opiat yang bersifat analgesik kuat serta ketergantunganyang
kuat. Sediaan heroin berupa bubuk putih yang diisap denganmenggunakan

60

dragon. Gejala putus heroin atau sakaw dapat berupa cemas,gelisah,
insomnia, keinginan akan heroin meningkat, nyeri, demam, pilek,mual,
muntah, diare, keram perut, berat badan menurun, tekanan darah naikdan
pupil melebar (Sidiartha dan Westa, 2010).
F. Upaya Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif pada kejadian
Penyalahgunaan Narkoba

Pencegahan penyalahgunaan narkoba yang selama ini dilakukanmelalui
program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan danPeredaran Gelap
Narkotika (P4GN). Program-program tersebut diantaranyayaitu mencegah
terjadinya penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkankapasitas
kelembagaan lintas bidang terkait, meningkatkan kualitas individuaparat, serta
menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan peran serta aktifseluruh komponen
masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat (LSM),lembaga keagamaan,
organisasi kemasyarakatan, tokoh masyarakat, pelajar,mahasiswa dan pemuda,
pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya yang ada dimasyarakat (Pendidikan,
Kesehatan sosial, Sosial-Akhlak, Sosial-pemuda &Olah Raga, Ekonomi-
TenagaKerja) (Kartika, 2008).

Strategi pencegahan meliputi strategi pre-emtif (Prevensi
TidakLangsung), merupakan pencegahan tidak langsung yaitu,
menghilangkanatau mengurangi faktor-faktor yang mendorong timbulnya
kesempatan ataupeluang untuk melakukan penyalahgunaan dan peredaran
gelap narkoba,dengan menciptakan kesadaran, kepedulian, kewaspadaan, dan
daya tangkalmasyarakat dan terbina kondisi, perilaku dan hidup sehat tanpa
narkoba(Kartika, 2008).

Strategi Nasional Usaha Promotif dilaksanakan melalui
kegiatankegiatan pembinaan dan pengembangan lingkungan masyarakat
bebasnarkoba, pembinaan dan pengembangan pola hidup sehat, beriman,
kegiatanpositif, produktif, konstruktif dan kreatif (Kartika, 2008).

61

Pencegahanpenyalahgunaan narkoba terutama diarahkan kepada generasi
muda (anak,remaja, pelajar, pemuda, dan mahasiswa). Penyalahgunaan sebagai
hasilinteraksi individu yang kompleks dengan berbagai elemen
darilingkungannya, terutama dengan orang tua, sekolah, lingkungan
masyarakatdan remaja pemuda lainnya (Kartika, 2008).Oleh karena itu,
Strategi Informasi dan Pendidikan Pencegahandilaksanakan melalui 7 (Tujuh)
jalur yaitu (Kartika, 2008):

a. Keluarga, dengan sasaran orang tua, anak, pemuda, remaja dan
anggotakeluarga lainnya.

b. Pendidikan, sekolah maupun luar sekolah dengan kelompok sasaranguru,
tenaga pendidikan dan peserta didik warga belajar baik secarakurikuler
maupun ekstrakurikuler.

c. Lembaga keagamaan, dengan sasaran pemuka-pemuka agama
danumatnya.

d. Organisasi sosial kemasyarakatan, dengan sasaran remaja atau pemudadan
masyarakat.

e. Organisasi Wilayah Pemukiman (LKMD, RT,RW), dengan sasaran
wargaterutama pemuka masyarakat dan remaja setempat.

f. Unit-unit kerja, dengan sasaran Pimpinan, Karyawan dan keluargannya.
g. Media massa, baik elektronik, cetak dan Media Interpersonal (Talk

showdan dialog interaktif), dengan sasaran luas maupun individu.
Disiapkan pula strategi penanggulangan untuk kelompok berisiko tinggi.
Strategi ini disiapkan khusus untuk remaja pemuda yang berisikotinggi, yaitu mereka
yang mempunyai banyak masalah, yang dengan edukasipreventif saja tidak cukup
karena tidak menyentuh permasalahan yangmereka alami. Pada umumnya masalah-
masalah tersebut, menyangkutkehidupan keluarga putus sekolah, putus pacar,
kehamilan di luar nikah, tekanan kelompok sebaya (peer group), gelandangan dan

62

anak terlantar, danlain-lain.Strategi Nasional untuk partisipasi masyarakat,
merupakan strategi pencegahan berbasis masyarakat, sebagai upaya untuk
menggugah, mendorong dan menggerakan masyarakat agar sadar, peduli, dan aktif
dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelapnarkoba
(Kartika, 2008).Kekuatan-kekuatan di dalam masyarakat dimobilisir untuk secara
aktif menyelenggarakan program-program di bidang-bidang tersebut di atas (Kartika,
2008). Ukuran keberhasilan pelaksanaan pencegahan, pemberantasan,
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ditunjukkan oleh pencapaian indikator
kinerja sebagai berikut (Kartika, 2008):

a. meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba
b. meningkatnya pengetahuan masyarakat umum tentang
bahayapenyalahgunaan narkoba
c. terjadinya perubahan sikap masyarakat terhadap bahaya penyalahgunaan

narkoba
d. meningkatnya keterampilan masyarakat terhadap penyalahgunaan

narkoba
e. meningkatnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan bahaya

penyalahgunaan narkoba.
Upaya preventif memiliki nilai strategis bagi

pencegahan,penyebarluasan dan penyalahgunaan narkoba karena memiliki
peranpenting untuk memotong lingkaran penyebaran penyalahgunaan narkoba.Peran
penting ini juga terlihat dari kelebihan yang dimiliki upaya preventifantara lain karena
daya jangkau lebih luas, kemudahan untuk engaksesmateri pencegahan karena media
yang digunakan sangat beragam dan bisadilakukan oleh siapa saja, biaya
penyelenggaraan lebih murah karena denganpenyelenggaraan beberapa kali saja dapat
menjangkau jumlah yang berlipatganda (Kartika, 2008)

63

Ringkasan
Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat atau bahanberbahaya. Istilah
lain yang diperkenalkan khususnya oleh KementerianKesehatan Republik Indonesia
adalah Napza yang merupakan singkatan darinarkotika, psikotropika, dan zat adiktif.
Narkotika adalah zat atau obat yangberasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetisyang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnyarasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Zat atau
tanaman yangtermasuk jenis narkotika adalah:
a. Tanaman papaver, opium mentah, opium masak, opium obat, morfina, kokaina,
ekgonina, tanaman ganja dan damar ganja.
b. Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta campuran
campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahantersebut di atas. Minuman
keras (miras) adalah minuman beralkohol yang mengandungetanol yang dihasilkan
dari penyulingan (lewat distilasi). Ethanol diproduksidengan cara fermentasi biji-
bijian, buah, atau sayuran. Contoh minumankeras adalah arak, vodka, gin, baijiu,
tequila, rum, wiski, brendi, dan soju. Narkoba dan miras seringkali disalahgunakan
oleh masyarakat sehinggamenyebabkan ketergantungan. Penyalahgunaan obat adalah
setiappenggunaan obat yang menyebabkan gangguan fisik, psikologis, ekonomis,
hukum atau sosial, baik pada individu pengguna maupun orang lain sebagai akibat
tingkah laku pengguna obat tersebut. Sedangkan ketergantungan (adiksi) obat adalah
gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatanpenggunaan obat meskipun terjadi
kerusakan fisik, psikologis maupun sosialpada pengguna. Klasifikasi zat atau obat
yang sering disalahgunakan adalahcannabinoids; marijuana dan hashis, depresan,
sedatif, transquilizer minor,transquilizer mayor, stimulan sistem saraf pusat,
halusinogen, derivat opiumdan morfin.Beberapa faktor yang menjadi risiko sesorang
mengalamipenyalahgunaan obat adalah faktor genetik, pola asuh keluarga,
lingkunganatau teman dan gangguan psikiatrik. Kriteria seseorang dikatakan
mengalamikeracunan alkohol adalah sebagai berikut:

64

a. Gejala terjadi segera setelah minum alkohol
b. Perubahan tingkah laku dan psikologis seperti agresif, emosi labil,

gangguan fungsi sosial dan pekerjaan
c. Mengalami satu atau lebih gejala berikut seperti bicara pelo,

nistagmus,jalan terhuyung-huyung, gangguan koordinasi, konsentrasi,
memori, dankoma.

Pencegahan penyalahgunaan narkoba yang selama ini dilakukan
melalui program Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan danPeredaran Gelap
Narkotika (P4GN). Program-program tersebut diantaranyayaitu mencegah terjadinya
penyalahgunaan narkoba dengan meningkatkankapasitas kelembagaan lintas bidang
terkait, meningkatkan kualitas individuaparat, serta menumbuhkan kesadaran,
kepedulian dan peran serta aktifseluruh komponen masyarakat melalui lembaga
swadaya masyarakat (LSM),lembaga keagamaan, organisasi kemasyarakatan, tokoh
masyarakat, pelajar,mahasiswa dan pemuda, pekerja, serta lembaga-lembaga lainnya
yang ada dimasyarakat (Pendidikan, Kesehatan sosial, Sosial-Akhlak, Sosial-
pemuda &Olah Raga, Ekonomi-TenagaKerja).Dalam pencegahan penyalahgunaan
narkoba, orang tuaberperan mengawasi, membimbing dan memberikan kasih sayang
dalam mengarahkan putra putrinya untuk dapat mengisi waktu-waktu luangnya
dengan kegiatan-kegiatan yang positif dan kreatif.

LATIHAN
PETUNJUK MENGERJAKAN SOAL :

I. Untuk option jawaban abjad, petunjuknya yaitu :
- Pilihlah jawaban pertanyaan yang paling tepat atau saudaraanggap benar
dengan memberikan tanda silang (x) pada lembarjawaban

II. Untuk option jawaban angka, pilihlah dengan ketentuan:
A = jika jawaban 1, 2 dan 3 benar
B = jika jawaban 1 dan 3 benar
C = jika jawaban 2 dan 4 benar

65

D = jika jawaban 4 saja benar
E = jika jawaban semua benar/salah

Soal
1. Klasifikasi zat atau obat yang sering disalahgunakan adalah sebagaiberikut,

yaitu:
1. Cannabinoids
2. Depresan
3. Stimulan
4. Halusinogen
2. Beberapa faktor yang menjadi risiko seseorang mengalami penyalahgunaan
obat adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Faktor genetik
2. Pola asuh keluarga
3. Lingkungan
4. Teman sebaya
3. Strategi Nasional Usaha Promotif dilaksanakan melalui kegiatan-
kegiatanpembinaan dan pengembangan lingkungan masyarakat bebas
narkoba,pembinaan dan pengembangan pola hidup sehat, beriman,
kegiatanpositif, produktif, konstruktif dan kreatif. Oleh karena itu strategi
inidilakukan pada jalur berikut, yaitu:
1. Jalur keluarga
2. Jalur pendidikan
3. Jalur organisasi sosial kemasyarakatan
4. Jalur lembaga keagamaan

66

4. Ukuran keberhasilan pelaksanaan pencegahan, pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba ditunjukkan olehpencapaian
indikator kinerja sebagai berikut, yaitu:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat umum tentang bahaya
penyalahgunaan narkoba
2. Meningkatnya pengetahuan masyarakat umum tentang
bahayapenyalahgunaan narkoba
3. Terjadinya perubahan sikap masyarakat terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba
4. Meningkatnya keterampilan masyarakat terhadap penyalahgunaan
narkoba

5. Gejala withdrawal amfetamin adalah sebagai berikut, yaitu:
1. Badan lemah dan mimpi buruk
2. Insomia atau hiperinsomnia
3. Nafsu makan meningkat
4. Kekurangan darah

67

TOPIK VII
KOMUNIKASI ORANG TUA TENTANG KRR BERBASIS

MAJA LABO DAHU

A. Konsep Komunikasi Orang Tua Dalam KRR
Komunikasi antar orang tua - anak tentang seksualitas, khususnya, adalah

meningkatnya minat dalam bidang kesehatan seksual dan reproduksi dari
keduapenelitian dan perspektif terapan (Kantor,2015).Sebagian besarorang tua dan
remaja melaporkan bahwa mereka telah terlibat dalam percakapan tentang
seksualitas.Orangtua cenderung melaporkan komunikasi yang lebih sering
daripada yang dilaporkan anak-anak mereka. Penelitian milik Jaccard, Dodge dan
Dittus (2002) menyatakan sekitar 70% orang tua mengaku telah berbicara dengan
anak remajanya tentang seks, sedangkan sekitar 50% remaja mengaku hal yang
sama, terlibat percakapan mengenai seks dengan orangtua.Hal ini mencerminkan
adanya perbedaan dalam pengalaman selama komunikasi yang dilakukan orang
tua terhadap anak remajanya, dan laporan remaja yang diingat oleh orangtua tidak
boleh ditafsir sebagai hal yang salah atau kurang akurat. Sebagian besar bukti
menunjukkan bahwa komunikasi remaja lebih penting karena sebagai penggerak
dalam perilaku remaja (Jaccard, Dittus & Gordon,1998).

Tantangan utama untuk memahami pengaruh komunikasi orang tua pada
kesehatan seksual remaja adalah bahwa ada berbagai macam ukuran
yangdigunakan, dengan beberapa penelitian yang hanya bergantung pada ukuran
komunikasi item tunggal (Markham et al., 2010; dalam Kantor, 2015). Terdapat
beberapa topik yang termasuk dalam komunikasi antar orang tua dan anak,
sebagai berikut (Kantor, 2015):
1. Reproduksi dan bagaimana proses pembuatan dan lahirnyabayi
2. Pubertasdanperubahanyangterjadimeliputi:perubahanfisik,sosialdan emosional

selama masa remaja awal (10-14tahun).

68

3. Hubungan romantis atau pacaran yang sehat dan yang tidaksehat.
4. Bagaimana cara dalam menghadapi tekanan dariteman.
5. Kesamaan dan perbedaan antara laki-laki danperempuan.
6. Strategi yang spesifik untuk mengatakan tidak pada kegiatanseksual.
7. Yang terpenting adalah untuk tidak menekan siapapun untuk melakukan

perilaku seksual kepada seseorang yang tidak ingin melakukan hal tersebut.
8. Metode pengendalian kelahiran (kontrasepsi)
9. Bagaimana cara menghindari penyakit menular seksual (PMS), terutama HIV
10. jawaban terkait kesehatanseksual
11. Dimana mendapatkan pelayanan perawatan kesehatanreproduksi.
12. Orientasi seksual (misal, informasi terkait Lesbian Gay Bisexual Transgender

atau(LGBT)).
13. Bagaimana untuk bertahan selama aktivitas online seperti penggunaan internet

sosial (Facebookdsb).
Dari topik-topik diatas menentukan indikasi seberapa sering topik tersebut

dipertanyakan atau digunakan sebagai komunikasi antar orang tua dan anak serta
keefektifan dari pertanyaan tersebut (Kantor, 2015).Selain itu, pentingnya aturan
dan disiplin rumah untuk remaja tidak boleh dianggap remeh. Remaja yang
mendapatkan izin untuk keluar pada malam hari, mendapatkan ajarannilai-nilai
tertentu sejak usiadini,sertapengawasan orang tua (termasuk memeriksa pekerjaan
rumah anak-anak, mendorong mereka untuk bekerja keras, dan pentingnya
pendidikan dalam kehidupan) mungkin sangat penting dalam membentuk perilaku
anak-anak termasuk perilaku seksual (Sharma, Meera and Mufune, 2011). Hal ini
menempatkan hubungan orangtua-anak sebagai pusat dengan mengidentifikasi
peran penting yang dimainkan oleh bimbingan orang tua dalam seksualitas anak-
anak. Kami menyimpulkan dengan mengatakan bahwa ikatan keluarga antara
anak-anak dan orang tua dapat menjadi alat penting dalam perjuangan untuk
mengendalikanPMS.

69

B. Konsep Maja Labo dahu
Bangsa Indonesia Memiliki beranekah ragam semboyan, budaya dan

berbagai suku bangsa yang tersebar di daerah - daerah. Suku - suku yang ada di
seluruh kepulauan nusantara, banyak memiliki corak dan unsur semboyan, budaya
asli yang perlu di pelihara dan dilestararikan.Propinsi Nusa Tenggara Barat
terdapat dua pulau besar (Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok), di samping
beberapa pulau lainnya. Pulau tersebut dihuni oleh tiga suku (suku Bima, Suku
Sumbawa dan Suku Sasak), yang menjadi etnis dominan masyarakat Nusa
Tenggara Barat (Mbojoklopedia, 2016). Suku Bima dan Suku Sumbawa mendiami
pulau Sumbawa, sedangkan suku Sasak menyebar di seluruh Pulau
Lombok.Sebagaimana suku bangsa secara universal, ketiga suku di NTB tersebut
memiliki semboyan dan falsafat hidup dan budaya yang berbeda tetapi masing-
masing mengandung nilai-nilai luhur dan mengakar dalam kehidupan
masyarakatnya. Suku Bima sistem nilai budaya Maja Labo Dahu, suku Sumbawa
mempunyai budaya Sabalong Samalewa, dan suku Sasak terkenal dengan
budayanya Patut Patuh Patju.

Bima termasuk Daerah Tingkat II Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB).Sebelum bergabung dengan NKRI, Bima telah melewati perjalanan sejarah
panjang yang bermula dari masa sebelum Islam. Masyarakat Bima (Dou Mbojo)
merupakan masyarakat yang berbudaya dan memiliki kebudayaan yang agung
diwarisi sejak Zaman Naka, Makamba ra Makimbi, Ncuhi (Kepala suku) hingga
Zaman kesultanan dan sampailah pada kita saat ini.

Budaya Bima sebagai perisai kehidupan yang paling menonjol adalah
budaya” Maja labo Dahu”. Sebuah Simbol yang dibudayakan agar menjadi
benteng dan tindakan seseorang dalam kehidupan yang dapat memberikan
petunjuk untuk menetapkan tentang tindakan yang baik atau buruk, Demikian
„Maja labo dahu‟ sebagai sebuah sistem nilai budaya masyarakat Bima pada masa

70

pemeritahan sultan Muhammad Salahuddin 1917-1951 dan suku Mbojo pada
umumnya(Lukman, 2005).

Setiap aturan yang berdasarkan budaya ataupun hasil karya manusia adalah
tidak akan pernah lepas dari aturan tuhan, mulai dari undang-undang Negara
sampai pada tataran kebudayaan seperti yang dimiliki oleh Bima itu sendiri. Maja
berarti malu, Labo berarti dan serta Dahu berarti takut, jika kita meninjau kata
di atas secara sistimatik atau maknawi, Maja (malu) bermaknakan bahwa orang
ataupun masyarakat Bimaakan malu ketika melakukan sesuatu diluar dari pada
koridor tuhan, apakah itu kejahatan, perbuatan dosa dan lain sebagainya baikyang
berhubungan dengan manusia ataupun terhadap tuhannya. Dahu (takut), hampir
memiliki proses interpretasi yang sama dengan kata Malu tersebut. Sama-sama
takut ketika melakukan sesuatu kejahatan ataupun keburukan. Sebagai tambahan
bahwa, orang Bima pada masa pemeritahan sultan muhammad Salahuddin 1917-
1951 akan malu dan takut pulang ke kampung halaman mereka ketika mereka
belum berhasil di tanah rantauan, kalau kita telusuri berdasarkan sejarahnya,
falsafah hidup ini sudah di dengungkan sejak Zaman kerajaan dulu (Mariam, Siti.
2004). Maja Labo dahu adalah kata yang memimiki makna yang dalam bagi orang
Bima. Secara filosofis makna kata Dahu artinya “Takut”, takut bukan terbatas
pada sisi kehidupan tertentu, tetapi mencakup segala aktivitas kehidupan secara
total yang selalu dijaga dan dipelihara dalam kehidupan sehari-hari secara riil,
malu dan takut memiliki kandungan yang berbeda, namun tidak terpisahkan,
artinya tudak ada rasa malu tanpa adanya rasa takut, demikian juga sebaliknya.
Demikian juga halnya dengan penerapan di sebuah keluarga, yaitu ketika orang
tua berkomunikasi kepada putra/i semboyan Maja Labo Dahu dapat diterapkan
pada pola pendidikan orang tua terhadap anak remaja terutama yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja, sebaiknya orang tua selalu mengingatkan
agar mereka malu dan takut ketika melakukan perbuatan, prilaku dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan aturan dalam keluarga/diri, agama dan masyarakat.

71

Seperti misalnya memberi nasehat ketika remaja putra/i mulai akilbaliq,
disamping memberi penjelasan tentang proses tumbuh kembang, orang tua juga
selalu mengingatkan dengan pergaulan dilingkungan rumah dan sekolah agar
mereka dapat menjaga diri serta menumbuhkan perasaan malu dan takut ketika
akan berbuat yang tidak baik, contohnya berpacaran sebelum waktunya,
mabuk/minum beralkohol/miras, merokok dan Narkoba.Tentunya hal ini
dilakukan untuk menjaga masa depannya sendiri dan lebih jauh mencegah serta
mengurangi angka kejadian penyimpangan seksual berisiko pada remaja dan
kegagalan remaja dalam merajut masa depannya.

72

DAFTAR PUSTAKA

Abednego, HM. 1998. Kemitraan Dalam Pelaksanaan Strategi Nasional
Penanggulangan AIDS. Jakarta: Depkes RI.

BKKBN. 2001. Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta: BKKB.
Depkes RI. 2005. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja di Puskesmas.

Jakarta: Direktorat Kesehatan Keluarga Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat.

Harahap, J. 2003. Kesehatan Reproduksi. Bagian Kedokteran Komunitas Dan
Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Harsanti, I. 2010. Dampak psikologis pada wanita yang mengalami abortus spontan.
jurnal Psikologi. Vol. 4 (1): 1-7.

Iskandarsyah, A. 2006. Remaja dan Permasalahannya: Perspektif Psikologi
Terhadap Permasalahan Remaja dalam Bidang Pendidikan. Fakultas
Psikologi, Universitas Padjajaran.

Jaccard, J., Dodge, B. and Dittus, P. 2002, „Parent-adolescent communication about
sex and birth control: a conceptual framework‟. New Directions for Child and
Adolescent Development. 97, 9-41.

Kantor, L. M. 2015, „Parental influence on adolescent sexual behavior: a current look
at the role of communication and monitoring and supervision‟. Available
at:https://academiccommons.columbia.edu/download/fedora_content/downloa
d/ac:187080/content/Kantor_columbia_0054D_12669.pdf

Kartika, IAF. 2008. Peran Perguruan Tinggi dalam Pencegahan Penyalahgunaan
Narkoba. Majalah Ilmiah Universitas Islam Nusantara, vol. 03.

Kusminarno, K. 2002. Penanggulangan penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya (Napza). Cermin Dunia Kedokteran hlmn; 135`

Lukman, lalu. (2005). Kabupaten bima dalam sejarah ditinjau dari aspek budaya.
Mataram: Pemerintahan daerah provinsi Nusa tenggara Barat.

Mariam, Siti. (2004). Hukum Adat Undang-Undang Bandar Bima . Mataram:
Gunung Agung.

73

Nourja. 2008. dalam Nurmiaty, Wilopo S.A., dan Sudargo T., 2011. Perilaku Makan
dengan Kejadian Sindrom Premenstruasi pada Remaja. Berkala Kedokteran
Masyarakat. Vol. 27, no. 2, hlm., 75-82.

Setiangrum, VE. 2013. Kehamilan Remaja. Jakarta: Jendela Husada, edisi V.
Sidiartha, IGL. dan Westa, IW. 2010. Penyalahgunaan Obat Pada RemajaDalam

Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Penyuting: Soetjiningsih.
Jakarta: Sagung Seto.
Sharma, Meera and Mufune, P. 2011, „Parental guidance and children sexual
behaviour in Namibia: a case study in Windhoek‟, African Journal of
Education and Technology, 1(1), pp. 75–89.
Soetjiningsih . 2010 (Ed). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta:
Sagung Seto.
Sumiaty. 2011. Biologi Reproduksi untuk Bidan. Jakarta: Trans Info Media.
The American college of Obstetricians and Gynecologist. WHO, Developing a Report
Health for The World's Adolescents. Available: http://www.who.int/ maternal -
child -adolescent / topics / adolescent / reproductivehealth,diakses tanggal 23
April, 2018.
Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

74


Click to View FlipBook Version