1 MODUL FIQIH KELAS VII MTs DARUSSALAM NGORO JOMBANG
2 KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb. Alhamdulillahirabbil `alamin, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah subhanahu wata‟ala, atas berkat dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan modul pembelajaran mata pelajaran fiqih kelas VII Semester Ganjil. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman penyelamat umat Islam dari ke-jahiliyah-an. Modul pembelajaran ini tidak akan terealisasikan kalau tidak mendapatkan dorongan dari berbagai pihak, terutama dari teman-teman guru MTs Darussalam Ngoro yang terus mendorong penulis untuk menyelesaikan modul pembelajaran ini. Kepada istri dan putraku, terimakasih atas kerelaan dan pengorbanannya. Atas bantuan dan jasa-jasa mereka, penulis hanya dapat mengucapkan terima kasih dan doa semoga amal baiknya diterima di sisi Allah subhanahu wata‟ala sebagai amal saleh. Amin. Penulis sadar betul bahwa dalam penulisan diktat ini masih jauh dari kata ”sempurna” sehingga kritik dan saran konstruktif dari semua pihak senantiasa diharapkan untuk lebih baiknya keberadaan modul ini di masa yang akan datang. Akhirnya, semoga modul ini bermanfaat. Amin. Wassalamualaikum Wr. Wb. Jombang, 29 Juni 2021 Penulis
3 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................................... 1 KATA PENGANTAR PENULIS ................................................................................. 2 DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3 PEMETAAN KI DAN KD .......................................................................................... 4 BAB 1 THAHARAH ................................................................................................... 6 Macam-macam Najis ...................................................................................... 11 Benda-benda Untuk Bersuci ............................................................................ 12 Tata Cara Bersuci ............................................................................................ 15 BAB 2 SHOLAT WAJIB LIMA WAKTU .............................................................. 17 Tata Cara Pelaksanaan Sholat Fardu .............................................................. 19 Waktu-waktu Sholat ...................................................................................... 21 Sujud Sahwi ................................................................................................... 23 Hikmah Sholat ............................................................................................... 24 BAB 3 SHALAT JAMA`AH, ADZAN, DAN IQAMAH ......................................... 25 Makmum Masbuq .......................................................................................... 27 Pengertian Adzan ........................................................................................... 27 Pengertian Iqamah ......................................................................................... 28 BAB 4 DZIKIR DAN DO`A SETELAH SHALAT .................................................. 30 Dzikir dan Doa Setelah Shalat ...................................................................... 30 Bacaan Dzikir Setelah Sholat......................................................................... 32 BAB 5 SHALAT WAJIB SELAIN SHALAT LIMA WAKTU ................................. 37 Shalat Jum`at .................................................................................................. 37 Shalat Jenazah ................................................................................................ 38 Sholat Ghoib .................................................................................................. 39 BAB 6 SHALAT JAMA‟, SHALAT QASHAR, SHALAT JAMA QASHOR DAN SHALAT DALAM KEADAAN DARURAT ....................................... 41 Shalat Jama` ................................................................................................... 41 Shalat Qashar dan Shalat Jama` Qashar ......................................................... 42 Shalat dalam Keadaan Darurat ....................................................................... 44 BAB 7 SHALAT SUNNAH MUAKKAD DAN GHOIRU MUAKKAD ................. 47 Shalat Sunnah Muakkad ................................................................................ 47 Shalat Sunnah Ghairu Muakkad .................................................................... 50
4 PEMETAAN KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Alokasi waktu 1. Melaksanakan ketentuan thaharoh (bersuci) 1.1 menjelaskanmacam macam najis dan tata cara thaharahnya (bersucinya ) 1.2 menjelaskan hadas kecil dan tata cara thaharahnya 1.3 menjelaskan hadas besar dan tata cara thaharahnya 1.4 mempraktekkan bersuci dari najis dan hadas. ... x 40 Menit 2. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya 2.1 Menghayati anugerah Allah berupa air dan bendabenda lain yang dapat digunakan sebagai alat bersuci 2.2 Menjalankan priaku bersih sebagai implementasi dari pemahaman tentang alat-alat bersuci 2.3 Memahami alat-alat bersuci dari najis dan hadas ... x 40 Menit 3. Melaksanakan tatacara shalat fardhu dan sujud sahwi 3.1. Menjelaskan tatacara shalat lima waktu 3.2. Menghafal bacaan-bacaan shalat lima waktu 3.3. Menjelaskan ketentuan waktu shalat lima waktu 3.4. Menjelaskan ketentuan sujud sahwi 3.5. Mempraktekkan shalat lima waktu dan sujud sahwi ... x 40 Menit 4. Melaksanakan tatacara adzan, iqamah, shalat jamaah 4.1 Menjelaskan ketentuan adzan dan iqamah 4.2 Menjelaskan ketentuan shalat berjamaah 4.3 Menjelaskan ketentuan makmum masbuk 4.4 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang lupa 4.5 Menjelaskan cara mengingatkan imam yang batal ... x 40 Menit 5. Melaksanakan tatacara berdikir dan berdo‟a 5.1 Menjelaskan tatacara berdzikir dan berdo‟a setelah shalat 5.2 Menghafalkan bacaan dzikir dan do‟a setelah shalat 5.3 Mempraktikkan dzikir dan do‟a ... x 40 Menit
5 6. Melaksanakan tata cara shalat wajib selain shalat lima waktu 6.1 Menjelaskan ketentuan shalat dan khutbah Jum`at 6.2 Mempraktikkan khutbah dan shalat Jum`at 6.3 Menjelaskan ketentuan shalat jenazah 6.4 Menghafal bacaan – bacaan shalat jenazah. 6.5 Mempraktekkan shalat jenazah ... x 40 Menit 7. Melaksanakan tata cara shalat jamak, qasar, jamak qasar, dan shalat dalam keadaan darurat 7.1 Menjelaskan ketentuan shalat jamak, qashar, dan jamak qashar 7.2 Mempraktikkan shalat jamak, qashar, dan jamak qashar 7.3 Menjelaskan ketentuan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 7.4 Mempraktikkan shalat dalam keadaan darurat ketika sedang sakit dan di kendaraan 8. Melaksanakan tata cara shalat sunah mu‟akad dan ghairu mu‟akad 8.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan shalat sunah mu‟akad 8.2 Menjelaskan macam-macam shalat sunah mu‟akad. 8.3 Mempraktekkan shalat sunah mu‟akad 8.4 Menjelaskan ketentuan shalat sunah ghoiru mu‟akad. 8.5 Menjelaskan macam-macam shalat sunah ghairu mu‟akad. 8.6 mempraktekkan shalat sunah ghoiru mu‟akad ... x 40 Menit
6 BAB I THAHARAH A. Pengertian Bersuci atau Thaharah 1. Pengertian Thaharah Thaharah secara bahasa artinya bersih atau suci. Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah mensucikan badan, tempat maupun pakaian dari najis dan hadats. Melaksanakan thaharah hukumnya wajib. Secara umum, bersuci dibagi menajdi dua, yaitu : a. Bersuci secara dzahir, yaitu bersuci secara lahiriyah, misalnya : dengan berwudhu`, mandi, membersihkan pakaian, badan dan tempat dari segala najis. b. Bersuci untuk batin, yaitu bersuci secara batin/ruh dengan cara membersihkan hati dari sifat-sifat yang jelek, seperti syirik, kafir, sombong, tinggi hati, iri, dengki, munafik, riya` dll serta mengisi jiwa dengan sifat-sifat yang baik, seperti tauhid, iman, jujur, ikhlas, yakin, tawakkal dan lain-lain, dan sifat ini disempurnakan dengan memperbanyak bertaubat, istighfar dan berzikir kepada Allah 2. Hadast dan Tata Cara Thaharahnya Hadats adalah perkara-perkara yang mewajibkan seseorang wajib berwudlu atau mandi jinabah jika hendak melaksanakan shalat. Orang yang berhadats walaupun bersih dikatakan tidak suci sehingga harus berwudlu maupun mandi jinabah dahulu ketika hendak mengerjakan shalat. Menurut fuqaha (para ahli hukum Islam), hadats dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Hadats Kecil adalah hadats yang dapat dihilangkan dengan cara wudlu, jika berhalangan dapat diganti dengan tayamum. Yang termasuk hadats kecil adalah : a. Keluar sesuatu dari jalan depan (buang air kecil) dan jalan belakang (buang air besar) b. Hilang akal (karena tidur tidak dengan duduk, gila) c. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan. d. Bersentuhan kulit antar lawan jenis yang bukan muhrim. 2. Hadats Besar adalah hadats yang dapat disucikan dengan mandi, jika berhalangan atau sakit dapat diganti dengan tayamum. Hal-hal yang menyebabkan hadats besar adalah : a. Melakukan hubungan suami isteri (bersetubuh) baik mengeluarkan air mani atau tidak.
7 b. Keluar sperma (mani), baik disengaja maupun tidak. c. Selesai menjalani masa haid (bagi wanita) d. Setelah menjalani masa nifas (masa setelah melahirkan) e. Wiladah (setelah melahirkan) f. Meninggal dunia 3. Pengertin Mandi dan Dalil Mandi Mandi adalah mengalirkan air ke seluruh tubuh dengan niat, sedangkan mandi jinabah adalah mandi yang dilakukan untuk menghilangkah hadats besar. Firman Allah : ”Wain kuntum junuban faatahharu” Artinya :”...dan jika kamu junub maka mandilah ….” (QS. al-Maidah : 6) Sebab-Sebab Seseorang Berhadats Besar 1. Melakukan hubungan suami isteri 2. Keluar air mani baik disengaja maupun tidak 3. Selesai menjalani masa haid dan nifas (bagi wanita) 4. Orang Islam yang meninggal dunia (kecuali mati syahid) 5. Seorang kafir yang baru masuk Islam. Syarat-Syarat Mandi Jinabah 1. Orang yang berhadats besar dan hendak melaksanakan shalat 2. Tidak berhalangan untuk mandi. Rukun Mandi Jinabah 1. Niat 2. Meratakan air ke seluruh tubuh 3. Tertib, artinya dilaksanakan dengan berurutan. Sunnah Mandi Jinabah 1. Membaca basmalah sebelumnya 2. Berwudlu sebelum mandi 3. Menggosok seluruh badan dengan tangan 4. Mendahulukan bagian kanan (saat menyiram) baru kemudian yang kiri 5. Menutup aurat, di tempat yang tersembunyi (kamar mandi). Urutan Mandi Jinabah 1. Membasuh kedua tangan disertai dengan niat mandi jinabah 2. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri
8 3. Berwudlu 4. Menuangkan air ke atas kepala sebanyak 3 kali dilanjutkan mandi biasa sampai rata. 5. Membasuh kedua kaki dengan kaki kanan terlebih dahulu. Hikmah Mandi Jinabah 1. Secara rohani, seseorang akan merasa terbebas dari perkara yang menurut agama Islam kurang bersih. 2. Secara jasmani, dengan mandi jinabah, badan akan terasa segar kembali setelah diguyur air 4. Pengertian Tayamum dan Dalil Tayamum Tayamum adalah salah satu cara untuk mensucikan diri ari hadats kecil atau besar dengan menggunakan debu atau tanah yang bersih. Tayamum sebagai pengganti wudlu dan mandi jinabah adalah sebagai rukhsah (keringanan) yang diberikan Allah sesuai firman-Nya : “Wa`in kuntum mardha au `la safarin au `da`a ahadukum minal gha`ithi au lamantumun” “nisa`a falam tajidu ma`a fatayammamu sha`idan thayyiban famsahu biwujuhikum wa aidiyakum minhu” Artinya : “…. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan (musafir) atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapatkan air maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah wajahmu dan tanganmu dengan tanah tersebut”. (QS. al-Ma`idah : 6). Syarat-Syarat Tayamum 1. Sudah masuk waktu shalat 2. Kesulitan mendapatkan air atau berhalangan memakai air karena sakit. 3. Dengan tanah atau debu (sebagian ulama membolehkan dengan batu atau pasir) 4. Tanah atau debu tersebut harus suci dari najis Rukun Tayamum 1. Niat 2. Mengusap muka dengan tanah/atau debu 3. Mengusap tangan sampai siku-siku. Sebab-Sebab Tayamum Dari surat al-Ma`idah ayat 6 di atas, dapat diketahui bahwa sebab-sebab diperbolehkannya tayamum adalah :
9 1. Sakit yang tidak boleh terkena air 2. Berada dalam perjelanan jauh yang sulit mendapatkan air. 3. Tidak mendapatkan air untuk wudlu. Cara Bertayamum Dari rukun tayamum di atas, dapat dilihat bahwa cara bertayamum adalah sebagai berikut : 1. Niat bertayamum karena hendak mengerjakan shalat. Niat cukup dilaksanakan dalam hati tetapi disunnahkan untuk melafalkan niat tersebut. Niat tayamum adalah sebagai berikut : Artinya : “Saya niat tayamum agar dapat melaksanakan shalat fardu karena Allah semata” 2. Menghadap kiblat, kemudian tebarkan kedua telapak tangan satu kali pada dinding, kaca, atau benda lain yang diyakini ada debu 3. Usapkan telapak tangan satu kali pada wajah. 4. Usapkan kedua tangan sampai dengan siku-siku secara bergantian dari bagian dalam ke bagian luar dimulai dari tangan kanan yang diusap. Yang Membatalkan Tayamum 1. Semua hal yang membatalkan wudlu (buang air besar/kecil, hilang akal, menyentuh kemaluan) 2. Mendapatkan air (sebelum melaksanakan shalat). 5. Wudhu’ Wudlu adalah kegiatan bersuci menggunakan air yang suci dan mensucikan untuk menghilangkan hadats kecil yang disertai dengan syarat-syarat dan rukun serta ketentuanketentuan lainnya Rukun Wudlu Dari surat al-Maidah ayat 6 di atas, yang disebut wudhu adalah membasuh wajah, membasuh kedua tangan sampai siku, mengusap kepala dan membasuh kedua kaki sampai mata kaki. Oleh sebab itu, rukun wudlu adalah sebagai berikut : 1. Niat wudlu “Nawaitul wudhu`a liraf`il hadatsil ashghari lillahi ta`ala Artinya : “Saya berniat wudlu untuk menghilangkan hadats kecil hanya karena Allah semata” 1. Membasuh muka sampai batas keluarnya rambut 2. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
10 3. Mengusap kepala 4. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki 5. Tertib Syarat-Syarat Wudlu 1. Beragama Islam 2. Mumayiz (berakal sehat), yaitu orang yang dapat membedakan hal-hal yang baik dengan hal-hal yang buruk. 3. Tidak berhadats besar 4. Menggunakan air suci dan mensucikan 5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit. Sunnah-sunnah Wudlu 1. Siwak, yaitu menggosok gigi sebelum wudhu 2. Membaca “basmalah” sebelum wudlu 3. Membasuh dua telapak tangan 4. Melafalkan niat 5. Berkumur 6. Membasuh/membersihkan lobang hidung 7. Mengusap seluruh kepala 8. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam 9. Mendahulukan bagian kanan anggota badan 10.Dilaksanakan masing-masing 3 kali. 11.Menghadap kiblat 12.Menyilang-nyilangi jari-jari tangan dan kali 13.Membaca do`a setelah wudlu sebagai berikut Hal-Hal Yang Membatalkan Wudhu 1. Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur, berupa kencing, berak, atau kentut. 2. Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun kesadarannya, baik dalam keadaan duduk yang mantap di atas ataupun tidak. 3. Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit. 4. Memegang kemaluan dengan telapak tangan/tanpa alat. 5. Sentuhan kulit lawan jenis yang bukan muhrim
11 6. Macam-macam Najis Kotoran adalah sebutan untuk suatu benda, barang atau keadaan yang menjijikkan karena tercampuri dengan bena lain. Dalam Islam, kotoran disebut dengan najis dan hadats. Najis adalah sesuatu yang dianggap kotor, baik ada wujud, bau maupun rasanya sehingga menyebabkan tidak syahnya ibadah. Dalam hukum Islam, najis dibagi menjadi 3 macam, yaitu : a. Najis Mughalladzah (Najis Berat) Najis mughalladhah adalah najis berat yang disebabkan oleh air liur anjing dan babi yang mengenai barang,. Cara mensucikannya adalah dengan menghilangkan wujud najis tersebut kemudian dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur dengan debu. Cara ini berdasarkan Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Artinya : “Cara mensucikan bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing hendaklah dibasuh tujuh kali dam salah satunya dicampur dengan debu” (HR. Muslim). b. Najis Mutawassithah (Najis Menengah) Najis mutawassitah adalah najis menengah. Najis mutawassitah dibagi menjadi dua macam, yaitu : 1. Mutawassitah hukmiyah, yaitu najis yang diyakini adanya, tetapi tidak ada bau, rasan maupun wujudya seperti air kencing yang sudah kering. Cara mensucikannya cukup disiram dengan air di atasnya. 2. Mutawassitah `Ainiyyah, adalah najis mutawassitah yang masih ada wujud, bau ataupun rasanya. Cara mensucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang wujud, bau dan rasanya (kecuali jika wujudnya sangat sulit dihilangkan). Benda-benda yang termasuk najis mutawassithah adalah : a. Bangkai binatang darat. b. Segala macam darah kecuali hati dan limpa. Darah yang dimaksud di sini adalah darah yang dapat mengalir ketika disembelih sehingga darah belalang dan laron tidak termasuk najis. Hukum memakan benda najis adalah haram. c. Nanah, yaitu darah yang sudah membusuk. d. Semua benda yang keluar dari dua jalan kotoran manusia, yaitu qubul (jalan depan) dan dubur (jalan belakang), baik benda cair maupun benda padat. e. segala macam minuman keras.
12 f. Bagian dari tubuh binatang yang dipotong, karena apabila bangkai binatang najis, maka potongannya adalah najis hukumnya dan haram dimakan kecuali ikan dan belalang. Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: “Uhillat lana maitatani wadamani, fammal maitatani falhutu wal jaradu fammad damani falkabidu wat thihalu” Artinya : “Dihalalkan bagi kamu semua dua bangkai dan dua macam darah, yaitu bangkai ikan dan bangkai belalang serta hati dan limpa (HR. Ibnu Majah dan Ahmad) c. Najis Mukhaffafah (Najis Ringan) Najis mukhaffafah adalah najis ringan seperti air kencing anak laki-laki yang belum makan apa-apa kecuali ASI dan berumur kurang dari dua tahun. Cara mensucikan najis ini cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis. Sedangkan air kencing bayi perempuan pada umur yang sama cara mensucikannya dengan air yang mengalir pada benda yang terkena najis sehingga akan hilang bau, warna dan rasanya. Hadits nabi Muhammad SAW : “Yughsalu min baulil jariyyati wayuratsstu min baulil ghulami” Artinya : “cucilah apa-apa yang terkena air kencing anak perempuan, sedangkan jika terkena air kencing anak laki-laki cukup dengan memercikkan air padanya” (HR. anNasa`i dan Abu Dawud) B. Benda-benda untuk Bersuci Istinjak adalah bersuci setelah membuang air kecil (kencing) maupun air besar (berak). Istinjak dapat dilakukan dengan menggunakan alat atau benda padat maupun benda cair. 1. Benda Padat. Benda padat yang dapat dipergunakan untuk bersuci adalah debu, batu, pecahan genting, bata merah, kertas, daun dan kayu yang dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Syarat benda padat yang dapat dipergunakan bersuci adalah : a. Kasar/dapat membersihkan b. Suci. 2. Benda Cair. Benda cair yang dapat dipergunakan untuk bersuci adalah air mutlak, yaitu air yang tidak tercampuri oleh najis seperti air sumur, air sungai, air laut dan air salju (es). Menurut hukum Islam, air dibagi menjadi beberapa macam, yaitu :
13 a. Air Suci dan Mensucikan, yaitu air yang halal diminum dan dapat dipergunakan untuk bersuci, yaitu : 1) air hujan 2) air laut 3) air salju/es 4) air embun 5) air sungai 6) air mata air c. Air suci tetapi Tidak Mensucikan, yaitu air yang halal untuk dimakan tetapi tidak dapat dipergunakan untuk bersuci, misalnya air kelapa, air teh, air kopi dan air yang dikeluarkan dari pepohonan. d. Air mutanajis (air yang terkena najis). Air ini tidak halal untuk diminum dan tidak dapat dipergunakan untuk bersuci, seperti air yang sudah berubah warna, bau dan rasanya karena terkena najis, maupun air yang sudah berubah warna, bau dan rasanya karena tidak terkena najis tetapi dalam jumlah sedikit. e. Air makruh dipakai bersuci seperti air yang terkena panas matahari dalam bejana. f. Air musta`mal (air yang sudah terpakai). Air ini tidak boleh untuk bersuci karena dikhawatirkan sudah terdapat kotoran di dalamnya. 1. Tatacara istinjak adalah sebagai berikut : a. Apabila dengan benda padat, dilakukan dengan menggosokkan benda padat pada tempat keluarnya najis (umumnya batu) minimal 3 kali sampai bersih (hilang bau, rasa dan warnanya). Menurut etika Islam, tangan yang dipergunakan untuk menggosok adalah tangan kiri, tangan kanan dipakai untuk membantu mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan. Sesuai dengan hadits nabi, dalam menggosokkan benda pada najis tersebut disunnahkan sebyak tiga kali. Sedangkan untuk bersuci dari hadats, digunakan tanah atau debu yang menempel pada dinding, papan, atau langsung ke tanah/pasir kemudian bertayamum. b. Apabila menggunakan air, caranya dengan membasuh sambil digosok tempat keluarnya najis dengan air sampai hilang bau, warna dan rasanya. c. Menggunakan benda padat dan air, caranya dengan menggosokkan benda padat pada tempat keluarnya najis (umumnya batu) minimal 3 kali sampai bersih (hilang bau, rasa dan warnanya) kemudian disiram dengan air 2. Adab istinjak adalah sebagai berikut :
14 1. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk kamar mandi/WC dan kaki kanan ketika keluar kamar mandi/WC 2. Berdo`a ketika akan masuk kamar kecil/WC 3. Tidak berbicara selama buang air dalam kamar mandi/WC. 4. Tidak boleh menghadap ke arah kiblat dan tidak pula membelakanginya, baik di tempat terbuka ataupun di dalam ruang tertutup. 5. Memakai alas kaki 6. Tidak membaca ayat-ayat al-Qur`an 7. Tidak buang air di tempat terbuka 8. Tidak buang air di tempat yang sering dilalui/dipergunakan untuk berkumpul manusia 9. Tidak buang air pada air tergenang 10. Tidak buang air pada lobang tanah/dinding 11. Tidak buang air di bawah pohoh yang sedang berbuah 12. Berdo`a setelah buang air ketika keluar kamar kecil sebagai berikut 13. Jangan menyentuh kemaluan dengan tangan kanan. Jangan menghadap dan membelakangi kiblat saat buang air 3. Tata Cara Bersuci a. Pengertian Tata Cara Bersuci (Thaharah)
15 Perlu kita ketahui bahwa, kotoran manusia atau hewan, serta bangkai hewan adalah sesuatu yang najis. Badan kita, pakaian kita dan tempat tinggal kita, jika terkena najis, maka akan menjadi najis pula, dan haruslah dibersihkan dan disucikan Bagaimana cara membersihkan dan mensucikannya?? 1. Dengan menyiramnya dengan air yang bersih dan suci. 2. Mandi, dimulai dengan membaca basmalah, dilanjutkan dengan membasuh seluruh anggota tubuh dengan air serta menyabuninya hingga bersih. Mulai dari kepala sampai ujung kaki. Dan setelah selesai, mengeringkannya dengan handuk kering. 3. Istinja‟, setelah buang air besar atau buang air kecil dibersihkan dengan air, atau tisu, atau batu yang kering. 1. Bersih Badan, Pakaian dan Tempat a. Bersih Badan Bersih badan adalah menjaga kebersihan dan kesehatan anggota badan. Cara menjaga kebersihan badan adalah: Mandi dua kali sehari Menjaga kebersihan kedua tangan Menggosok gigi dengan benar Memotong kuku yang sudah panjang b. Bersih Pakaian Kebersihan pakaian juga perlu kita jaga. Caranya adalah dengan mencuci pakaian yang sudah kotor dan menjaga pakaian kita agar tetap rapi. c. Bersih Peralatan Rumah Piring, gelas, sendok, ataupun garpu juga harus kita jaga agar tetap bersih, dengan cara mencuci sampai bersih setelah kita pakai untuk makan ataupun minum. Begitu pula dengan peralatan belajar kita yang ada di rumah. Seperti lemari, meja belajar, dan bukubuku pun harus kita jaga agar tetap bersih
16 d. Bersih Tempat Pertama, Bersih tempat tinggal. Menjaga kebersihan tempat tinggal kita agar tetap bersih. Dengan menyapu rumah dan halaman setiap hari pasti tetap terjaga kebersihannya. Kedua, Bersih tempat shalat. Masjid sebagai tempat shalat berjamaah juga harus kita jaga kebersihannya. Ketiga, Bersih tempat tidur. Jangan lupa pula untuk membersihkan dan merapikan kembali tempat tidur kita Keempat, Bersih tempat belajar. Sebagai tempat belajar bersama, tentu kita semua juga harus menjaga ruangan kelas kita agar tetap bersih dan menjaga agar tetap tertata rapi kursi, meja, rak buku ataupun papan tulisnya. BAB 2 SHALAT WAJIB LIMA WAKTU DAN SUJUD SAHWI A. Ketentuan Shalat Fardu 1. Pengertian Sholat Shalat secara bahasa berarti selamat. Secara istilah shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu, yang dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam. Shalat wajib juga disebut juga dengan shalat fardlu atau shalat maktubah yang berarti shalat yang harus dikerjakan orang Islam yang telah memenuhi syarat. Shalat wajib dibagi menjadi 2 macam, yaitu shalat fardlu `ain (seluruh umat islam wajib Menjalankannya) dan shalat wajib fardhu kifayah (apabila salah seorang telah melaksanakan, maka gugurlah kewajiban bagi yang lainnya). Shalat dalam Islam menempati kedudukan sangat penting, karena shalat akan adalah perbuatan yang pertama kali akan dihisab (dihitung) pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat. 2. Rukun Shalat 1. Niat 2. Berdiri jika mampu 3. Takbiratul Ikhram 4. Membaca surat al-fatihah 5. Ruku` dan tuma`ninah 6. I`tidal dan tuma`ninah 7. Sujud dan tuma`ninah
17 8. Duduk diantara dua sujud dan tuma`ninah 9. Duduk tasyahud akhir 10.Membaca tasyahud akhir 11.Membaca shalawat kepada Nabi 12.Membaca salam pertama 13.Tartib Rukun shalat tersebut dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Rukun qauli, yaitu rukun yang berupa ucapan (contoh : Takbiratul ikhram, membaca surat al-fatihah, membaca tasyahud akhir, membaca salam) 2. Rukun fi`li, yaitu rukun yang berupa gerakan (contoh : sujud, ruku`, I`tidal dll). 3. Syarat Syah Shalat 1. Suci badan dari hadats besar dan kecilSuci badan, pakaian dan tempat dari najis 2. Menutup aurat. Aurat laki-laki adalah antara pusar sampai lutut, sedang aurat perempuan adalah seluruh anggota badan kecuali kedua telapak tangan dan wajah. 3. Telah masuk waktu shalat 4. Menghadap kiblat 4. Syarat Wajib Shalat 1. Islam 2. Baligh. Batasan baligh dalam Islam adalah : a. Bagi lak-laki telah keluar seperma atau sudah berumur 15 tahun b. Bagi perempuan telah keluar darah haid atau sudah berumur 15 tahun 3. Berakal, tidak gila atau mabuk. 4. Suci dari haid dan nifas bagi perempuan. 5. Telah sampai dakwah kepadanya 6. Terjaga, tidak sedang tidur. 5. Yang Membatalkan Shalat 1. Berbicara dengan sengaja 2. Bergerak dengan banyak (3 kali gerakan atau lebih berturut-turut) 3. Berhadats 4. Meninggalkan salah satu rukun shalat dengan sengaj 5. Terbuka auratnya 6. Merubah niat
18 7. Membelakangi kiblat 8. Makan dan minum 9. Tertawa 10.Murtad 6. Sunnah Shalat Sunah shalat merukan ucapan atau gerakan yang dilaksanakan dalam shalat selain rukun shalat. Sunah-sunah shalat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Sunah `Ab`ad Sunah `ab`ad adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan harus diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah `ab`ad adalah : a. Tasyahud awal b. Duduk tasyahud c. Membaca shalat nabi ketika tasyahud 2. Sunah Hai`at Sunah hai`at adalah amalan sunah dalam shalat yang apabila terlupakan tidak perlu diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunah hai`at adalah : a. Mengangkat tangan ketika takbiratul ikhram b. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika sedekap. c. Memandang ke tempat sujud d. Membaca do`a iftitah e. Tuma`ninah (diam sejenak) sebelum atau sesudah membaca surat al-Fatihah. f. Membaca lafald “amin” sesudah membaca surat al-Fatihah. g. Membaca surat selain surat al-Fatihah setelah membaca surat al-Fatihah. h. Memperhatikan/mendengarkan bacaan imam (bagi makmum) i. Mengeraskan suara pada dua rakaat pertama shalat maghrib, isya dan subuh. j. Membaca takbir ibntiqal setiap ganti gerakan kecuali ketika berdiri dari ruku`. k. Membaca ketika i`tidal. B. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Fardu 1. Niat-niat salat Sebelum salat, seseorang diharuskan membaca niat. Niat salat untuk setiap waktunya berbeda-beda. • Niat salat subuh
19 "UsholliFardlon Shubhi Rok‟atainiMustaqbilalQiblatiAdaa-an Lillahi ta‟aala." Artinya: "Aku niat melakukan salat fardu subuh dua rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala." • Niat salat zuhur "UsholliFardlondhuhriArba'aRok'aataimMustaqbilalQiblatiAdaa-an Lillahi ta'aala." Artinya: "Aku niat melakukan salat fardu zuhur empat rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala." • Niat salat asar "UsholliFardlol Ashri Arba'aRoka'aataiimMustaqbilalQiblatiAdaa-an Lillahi ta'aala." Artinya: "Aku niat melakukan salat fardu asar empat rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.” • Niat sholat magrib. "UsholliFardlol Maghribi TsalaatsaRoka'aataimMustaqbilalQiblatiAdaa-an Lillahi ta'aala." Artinya: "Aku niat melakukan sholat fardu magrib tiga rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta'ala." • Niat sholat isya "UsholliFardlolI'syaa-i Arba'aRoka'aataimMustaqbilalQiblatiAdaa-an Lillahi ta'aala." Artinya: "Aku niat melakukan sholat fardu isya empat rakaat, sambil menghadap kiblat, saat ini, karena Allah ta‟ala."
20 2. Bacaan salat • Doa iftitah: ًَْا ِص َْْيًل ِب ُك ْْ َشةً َحبنَبللي َك ِشْي ًشاَ ُسْب ِ َحْوذ ِل ُْلي ْ َال ًشاً ِ ُش َكب . الليُب َك ْْبَ ِو َْْيناَ عَبل ْ ِّبل ِ َشب ِ ِْْللي َي َْ َهَوبحيِ َْْن ُس ُْ ِك ْيَ َه ْحيَب ِن َْ ِّْ َصلَحيِ . ا . ُو ْش ِش ِكيْناَ ْ ِهنَبل ًوبَ َهبا َن َْب ْْفًب ُه ْسِل َْا ْل ْْا ْس َْ َض َحنيِ ِ ِزْيف َط َْ َشال َّسَو ًبَاح َّ ِيَِلل ِِّىَ َّجْي ُخَ ْجي انِ ِويْناَ ُو ْسِل ْ ِز ِل َْ َكب ِه ُْ ْش ح َُْا َن َْ ِونَبل ُيَب َش َْ ِشْي َكلَ ْ . ل • Bacaan iktidal: َْاأل ْس َْ ِضَ ِه ِ َحْوذِه ُْ ْل َءال َّسَو ْ َْ اح ْ َسب َّن َْبل َك َْبل َع ْْذاُ ْل َء َهب ِشئ ْخ ِو َْْن َش ْىٍءب • Bacaan rukuk: ع ِظ َْينِا ْ ِّىَبل ِ َحبنَ َشب ُسْب • Bacaan sujud: ِ َحْوِذهِا َىَب ِّىَب ْْل ْع َْل ِ َحبنَ َشب ُسْب • Bacaan duduk di antara dua sujud: َع َْ ْْ ْْ َْاْىِذنيِ نيِ ْي َْا ْس ُصقْ ْْ َْا ْسفَعْنِ ْْ َْا ْجبُ ْشنيِ ْي َْا ْس َحْونيِ ِّب ْغِف ْشِل ِ َسب ِّياْ َع ُْنِ ْْ َْا ْعف بِفنيِ • Bacaan tasyahud awal: َبَ َش َكبحُواُ لليِ َس ْحَوتاُ ْي َْ َكؤ ُّي َْيَبالن ِب َْ ِّْ ُّي َْ َّسلهُ َْ َعل ْي َْنَ ًب َْ َعلىَ ِعبَبِد اِالل .الَ َّسلهُ َْ َعل الَ َّطي ِب َْ ِّْب ُثِ ل ِل ُوبَب َس َكبحبُل َّص ل ََْاحبُل ْ َْ ِّْيَّبحبُل ِ .الَخح ُي َْا لل ِل ْْاَّ َي َْئ َن ْْ ِإل َْل َس أ ْش َْيذا ُسْ ُل ْْل ِل .ال َّصبِل ِحْيناَ ُ ُو َْ ِّْ َحَّوذاً نَ ُ ْش َْيَذأ • Bacaan tasyahud akhir: Bacaan tasyahud awal ditambah dengan َعلىَآ َو َْ ْي َْ ِّْخ َع َْلىَئ ِب ْْ َشاىِي َصل َوب ْ ِجيذا ، َك َ ُو َحَّوذاٍ ، إنِ َك َْ ِّْ َح ِويذه لَى ُي َْ َِّّْوبَب ِس ْكعَ ُو َحَّواٍذ ، الل ،َ ًْ ِل ِْ ِْْب َشاىِياَن َعلىَآِل ُي َْ َِّّْو َصِلعَّلىَ ُو َحَّوذاٍ ُو َحَّوذاٍ ، الل ،َ ًْ َعلىَآِل
21 ِل ِْ ِْْب َشاىِيناَ ، ْ ِجيذا ،َ ًْ َعلىَآ َ إنِ َك َْ ِّْ َح ِويذه َوببَب َس ْكخ َع َْلىَئِا ْْب َشاىِيناَ َك C. Waktu-Waktu Shalat Allah mewajibkan kepada setiap muslim laki-laki dan wanita shalat lima kali dalam sehari semalam yang sudah ditentukan waktunya. Firman Allah : “innas shalata kanat `alal mu`minina kitaban mauquta” Artinya : Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orangorang yang beriman. (QS. an-Nisa : 103) Secara detail, waktu shalat wajib lima waktu adalah sebagai berikut : 1. Waktu dhuhur Waktu shalat dhuhur adalah mulai sejak tergelincirnya matahari kea rah barat hingga bayangan setiap benda sama panjang dengan benda aslinya. Shalat dhuhur lebih baik dilakukan segera kecuali dalam kondisi yang sangat panas, sunnahnya diakhirkan sehingga panas menurun menjadi dingin. 2. Waktu asar Waktu shalat `ashar adalah mulai sejak habisnya waktu dhuhur hingga matahari berwarna kekuning-kuningan. “Waqtul `ashri ma lam yaghrubis syamsu” Artinya : “Waktu `ashar sebelum terbenam matahari”. (HR. Muslim) 3. Waktu maghrib Waktu shalat maghrib adalah mulai sejak terbenamnya matahari sampai hilangnya mega-mega merah. Hadits Nabi : “ Waktu shalatil maghribi idza ghabatis syamsyu ma lam yasquthis syafaqu” Artinya : Waktu shalat maghris adalah apabila matahari telah terbenam (sampai) sebelum lenyapnya mega merah (HR. Muslim) 4. Waktu isya` Waktu shalat isya`adalah mulai dari hilangnya mega merah sampai terbit fajar (bayingbayangsinar terang di arah timur), jika memungkinkan dianjurkan untuk mengakhir shalat sampai sepertiga malam. 5. Waktu subuh Waktu shalat subuh adalah mulai sejak terbit fajar yang kedua hingga terbitnya matahari.
22 “Waktu shalatis shubhi nim thulu`il fajri ma lam tadhlu`is syahsyu” Artinya “Waktu shalat subuh adalah mulai sejak terbit fajar sampai sebelum terbitnya matahari (HR. Muslim) Cara mengetahui waktu shalat ketika tanda-tandanya tidak jelas bagi orang yang tinggal di sebuah negara di mana matahari tidak tenggelam sama sekali pada musim panas dan tidak terbit pada musim dingin, atau di negara yang siangnya terus- menerus selama enam bulan, dan malamnya terus-menerus selama enam bulan misalnya, maka mereka tetap wajib melaksanakan shalat lima kali dalam dua puluh empat jam, dan mengukur waktu pelakasanaannya dengan negera terdekat di mana waktu shalat fardhu bisa dibedakan antara satu waktu dengan yang lainnya D. Sujud Sahwi Sujud sahwi adalah sujud yang dilakukan karena seseorang meninggalkan sunah ab`ad, kekurangan rakaat atau kebelihan rakaat, maupun ragu-ragu tentang jumlah rakaat dalam shalat. Sujud sahwi dapat dilaksanakan sebelum maupun sesudah salam dengan membaca dzikir dan doa yang dibaca yang sama seperti sujud dalam shalat. Sebab-sebab sujud sahwi secara lebih rinci ada empat hal, yaitu : 1. Apabila menambah perbuatan dari jenis shalat karena lupa, seperti berdiri, atau ruku', atau sujud, misalnya ia ruku' dua kali, atau berdiri di waktu ia harus duduk, atau shalat lima rakaat pada shalat yang seharusnya empat rakaat misalnya, maka ia wajib sujud sahwi karena menambah perbuatan, setelah salam, baik ingat sebelum salam atau sesudahnya. 2. Apabila mengurangi salah satu rukun shalat, apabila ingat sebelum sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka wajib kembali melakukannya, dan apabila ingat setelah sampai pada rukun yang sama pada rakaat berikutnya, maka tidak kembali, dan rakaatnya batal. Apabila ingat setelah salam, maka wajib melakukan rukun yang ditinggalkan dan seterusnya saja, dan sujud sahwi setelah salam. Jika salam sebelum cukup rakaatnya, seperti orang yang shalat tiga rakaat pada shalat yang empat rakaat, kemudian salam, lalu diingatkan, maka harus berdiri tanpa bertakbir dengan niat shalat, kemudian melakukan rakaat keempat, kemudian tahiyyat dan salam, kemudian sujud sahwi. 3. Apabila meninggalkan salah satu wajib shalat, seperti lupa tidak tahiyat awal, maka gugur baginya tahiyyat, dan wajib sujud sahwi sebelum salam. 4. Apabila ragu tentang jumlah rakaat, apakah baru tiga rakaat atau empat, maka menganggap yang lebih sedikit, lalu menambah satu rakaat lagi, dan sujud sahwi
23 sebelum salam, apabila dugaannya lebih kuat pada salah satu kemungkinan, maka harus melakukan yang lebih yakin, dan sujud setelah salam. Bacaan yang dibaca ketika sujud sahwi adalah : “Subhana la yanamu wala yashu” Sujud sahwi dapat dilaksanakan dengan dua macam cara, yaitu : 1. Sebelum Salam Sujud sahwi dilaksanakan setelah membaca tasyahud akhir sebelum salam apabila kesalahan atau kelupaan dalam shalat diketahui sebelum salam. Sujud sahwi ini dilaksanakan dengan membaca takbir terlebih dahulu, dilanjutkan dengan sujud dan membaca bacaan sujud sahwi 3 x, dilanjutkan dengan duduk iftirasyi, dilanjutkan dengan sujud sahwi lagi dengan bacaan yang sama, dilanjutkan dengan duduk tawarud (tasyahud akhir), membaca takbir dan dilanjutkan dengan salam. 2. Setelah Salam Sujud sahwi dilaksanakan setelah salam apabila kesalahan atau kelupaan dalam shalat diketahui setelah salam. Tata caranya sama dengan sujud sahwi seleum salam. E. Hikmah Shalat 1. Mendidik disiplin dan menghargai waktu.. 2. Menjadikan hati tenang karena shalat merupakan hubungan antara seorang hamba dengan Tuhannya. seorang muslim bisa mendapatkan lezatnya bermunajat dengan tuhannya ketika shalat, sebab jiwanya menjadi tenang, hatinya tentram, dadanya lapang, keperluannya terpenuhi, dan dengannya sesorang bisa tenag dari kebimbangan dan problematika duniawi 3. Menyadarkan manusia tentang hakekat dirinya yang merupakan hamba Allah SWT yang harus senantiasa menyembahnya. 4. Menanamkan nilai tidak ada yang memberi kenikmatan dan pertolongan selain Allah SWT. 5. Shalat dapat menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar (jelek) 6. Shalat dapat auhkan diri dari sifat sombong. BABA 3 SHALAT JAMAAH, ADZAN, IQAMAH A. Pengertian Shalat Berjamaah dan Ketentuannya
24 1. Pengertian Shalat Berjamaah Shalat jama‟ah adalah shalat yang dikerjakan oleh sekelompok orang secara bersama-sama, salah seorang diantara mereka bertindak sebagai imam dan lainya menjadi makmum. Shalat jama‟ah boleh dikerjakan dirumah, surau , masjid, sekolah atau tempat-tempat lainnya. Akan tetapi tempat yang lebih utama untuk melaksanaknsholat jamaah ialah di masjid, terutama untuk laki-laki. Shalat jama‟ah sangat besar manfa‟atnya. Disamping dapat mempererat persaudaraan dikalangan umat islam, shalatjama‟ah juga akan menambah syiar islam,disbandingkan dengan shalat yang munfarid (tidak berjamaah ). Rasulullah saw bersabda: “Shalat jama‟ah itu melebihi keutamaan shalat yang dilakukan sendirian sebanyak 27 derajat” (H.R. Bukhari Muslim dari ibnu umar) Sedangkan hukum shalat jamaah dalam shalat lima waktu selain shalatjumat ialah sunah muakad. Yang berarti jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak mendapatkan dosa, akantetapi tercela menurut pandangan agama. Harus diingat bahwa yang hukumnya sunat muakad adalah berjamaahnya bukan shalatnya, Sebab hukum shalat lima waktu adalah jelas wajib ain, artinya wajib dikejakan oleh setiap mukallaf (islambaligh,dan berakal). Hukum shalat secara berjamaah akan menjadi wajib apabila berada pada shalatjumat, dikarenakan hukum melakukan shalatjumat secara berjamaah adalah wajib „ain, yang berarti setiap orang yang sudah memnuhi syarat wajib melakukan shalatjumat, maka wajib baginya melakukan shalatjuamat dengan berjamaah. Hal ini disebabkan berjama‟ah merupakan syarat sahnya shalat jumat. 2. Syarat-syarat shalat berjamaah sendiri ialah : a. Makmum hendaklah berniat mengikuti imam. b. Makmum hendaklah mengikuti imamnya dalam segala pekerjaanya.Maksudnya makmum hendaklah membaca takhbiratul ihram sesudah imamnya, dan selanjutnya mengikuti segala gerakan imamnya. c. Mengikuti gerak-gerik perbuatan imam,misalnya berpindah rukun-rukun yang lain(rukun fi‟liyah),harus tahu (dilihat sendiri)atau dengan mengetahuinya dari makmum yang ada di depanya.Adapun rukun-rukun yang berupa ucapan (rukun qauly) haruslah mendengarnya sendiri atau dengan perantara suara mubaligh (makmum yang mengerasakan suaranya dalam takbir)untuk mengikuti imam dengan mudah.
25 d. Tidak ada dinding yang menghalangi antara imam dan ma‟mum. kecuali bagi perempuan yang melaksanakan shalat jamaah di masjid hendaklah diberi syatir, upamanya dengan kain atau papan triplek. e. Jangan mendahului imam dalam takbir dan jangan pula mendahului atau memperlambat diri untuk mengikuti imam sampai dua rukun fi‟li (rukun yang berbentuk tindakan ). f. Jangan mengedepani atau sama posisi tempatnya dengan imam. g. Jarak antara imam dan ma‟mum dan barisan makmum yang terakhir tidak lebih dari 300 hasta. 3. Syarat Menjadi Iman a. Bacaannya fasih b. Laki-laki apabila makmumnya laki-laki c. Imam handaknya berdiri di depan makmum d. Imam tidak dalam keadaan menjadi makmum. 4. Syarat Menjadi Menjadi Makmum a. Makmum hendaknya berniat mengikuti imam b. Makmum hendaknya mengetahui gerakan imam c. Makmum hendaknya berdiri agak ke belakang dari imam d. Makmum hendaknya berada di satu bangunan atau tempat yang berhubungan dengan Imam 5. Susunan Shaf (Barisan) Dalam Shalat Jama`ah a. Bila makmum hanya satu orang, makmum berdiri di belakang imam sebelah kanan b. Bila makmum 2 orang, makmum berdiri di belakang imam sebelah kanan dan kiri, imama berada di tengah-tengah. c. Bila makmum terdiri dari laki-laki dan perempuan, maka maklum laki-kali berada di shaf depan, sedangkan makmum perempuan berada di belakang shaf makmum lakilaki. d. Bila makmum terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak, maka : a. Shaf laki-laki dewasa di depan, di belakangnya adalah shaf anak-anak laki-laki b. Shaf makmum perempuan di belakangnya shaf anak-anak laki-laki. B. Pengertian Makmum Masbuq Makmum masbuq adalah makmum yang datangnya terlambat, yaitu ketika imamnya telah melakukan ruku`. Makmum tersebut dianggap ketinggalan 1 raka`at.
26 Makmum masbuq setelah datang langsung takbiratul ikhram dan segera mengikuti gerakan imam. 1. Cara Mengingatkan Imam Yang Lupa a. Jika imam lupa dalam bacaan atau ayat, cara mengingatkannya adalah dengan meneruskan bacaan atau ayat tersebut yang benar. Jika imam terus saja, maka makmum hendaknya tetap mengikuti imamnya. b. Apabila imam salah dalam bilangan rakaat atau gerakannya yang lain, cara mengingatkan imam adalah dengan membaca lafald “subhanallah” ( اىلل سبحن ( C. Hikmah Shalat Berjamaah 1. Penting taat dan patuh kepada pemimpin selama pemimpin itu benar. 2. Apabila pemimpin salah, makmum berhak mengingatkan. 3. Mendidik disiplin. 4. Menumbuhkan sikap sosial, tenggang rasa, saling menghargai antara yang satu dengan yang lain. 5. Meningkatkan ukhuwah islamiyah. D. Pengertian Adzan dan Hukum Adzan dan Iqamat 1. Pengertian Adzan Adzan adalah pengumuman bahwa waktu shalat fardhu telah datang. Adzan juga merupakan panggilan bagi kaum muslimin untuk melaksanakan shalat secara berjamaah. Sedangkan Iqamah adalah petanda bahwa shalat berjamaah akan segera dimulaI. Hukum adzan dan iqamah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki. Dengan kata lain, adzan dan iqamah hendaknya dilakukan oleh seorang laki-laki kecuali jika shalat jamaah yang akan dilaksanakan semuanya terdiri atas kaum perempuan. Adzan dan iqamah hanya di lakukan pada shalat lima waktu dan shalat jum'at. Syarat sahnya adzan a. Hendaknya adzan dibaca secara berurutan dan bersambung b. Dilakukan setelah masuknya waktu shalat c. Mu`adzzin adalah seorang muslim, laki-laki, amanat, berakal, adil, baligh. d. Hendaknya adzan diucapkan dengan bahasa arab demikian pula dengan iqamah. 2. Pengertian Iqomah
27 Iqomah adalah panggilan bahwa shalat akan segera dimulai, jamaah agar bersiap diri untuk melakukan shalat bersama-sama. Hukum iqamah adalah sunah, baik bagi yang berjamaah maupun perseorangan. Iqamah disunnahkan berurutan dan bersambung. 3. Bacaan yang diucapkan oleh orang yang mendengar adzan Disunnahkan bagi orang yang mendengarkan adzan baik laki-laki maupun wanita untuk : a. Mengucapkan seperti yang diucapkan mu'adzzin agar mendapat pahala seperti dia kecuali dalam bacaan hayya alas shalat, dan hayya alal falah orang yang mendengarkannya mengucapkan laa hawla wala quwwata illa billahil `aliyyil adzim. b. Setelah adzan selesai disunnahkan untuk bershalawat kepada nabi dengan pelan bagi yang adzan maupun yang mendengar. c. Disunnahkan membaca do`a ketika selesai mendengar adzan 4. Empat hal yang berhubungan dengan disyari'atkannya adzan dan iqamah a. Shalat yang disyari'atkan karenanya adzan dan iqamah: yaitu shalat lima waktu dan shalat jum'at. b. Shalat yang disyari'atkan baginya iqamah saja dan tidak disyari'atkan adzan, yaitu: shalat yang dijamak dengan shalat sebelumnya, dan shalat yang diqadha. c. Shalat yang mempunyai seruan dengan lafadz tertentu, yaitu: shalat gerhana matahari dan gerhana bulan. d. Shalat yang tidak ada adzan dan iqamahnya, yaitu: shalat sunnah, shalat janazah, shalat dua hari raya, shalat istisqa' dan sebagainya. 5. Hikmah disyari'atkannya adzan a. Adzan merupakan pemberitahuan tentang masuknya waktu shalat, tempatnya, dan mengajak kepada shalat berjamaah yang mengandung banyak kebaikan. b. Adzan merupakan peringatan bagi orang yang lalai, mengingatkan orang-orang yang lupa menunaikan shalat yang merupakan nikmat yang paling besar, dan mendekatkan seorang hamba kepada tuhannya dan inilah keuntungan yang sebenarnya, adzan adalah panggilan bagi seorang muslim agar tidak terlewtakan baginya nikmat ini.
28 BAB 4 DZIKIR DAN DO’A A. Pengertian Dzikir dan Do’a Dzikir berasal dari bahasa Arab dzakara yang berarti mengingat atau menyebut. Menurut istilah, dzikir adalah mengingat Allah dengan cara menyebut sifat-sifat keagungan dan kemuliaan-Nya seperti tahmid, tahlil dan tasbih. Allah memerintahkan umat Islam untuk memperbanak dzikir seperti disebutkan dalam al-Quran sebagai berikut : fadzkuruni adzkurkum wasykuru li wala takfurun
29 Sedangkan do`a berasal dari bahas arab اyang berarti panggilan atau seruan. Menurut istilah, do`a adalah permohonan sesuatu yang disampaikan manusia sebagai makhluk kepada Allah SWT sebagai Sang Pencipta, baik untuk kepentingan hidup di dunia maupun di akherat. Waktu-waktu untuk berdoa 1. Pada bulan Ramadhan, terutama pada malam Lailatul Qadar. 2. Pada waktu wukuf di 'Arafah, ketika menunaikan ibadah haji. 3. Ketika turun hujan. 4. Sebelum dan sesudah. 5. Di tengah malam. 6. Di antara adzan dan iqamat. 7. Ketika I'tidal yang akhir dalam shalat. 8. Ketika sujud dalam shalat. 9. Ketika khatam (tamat) membaca Al-Quran 30 Juz. 10.Sepanjang malam, utama sekali sepertiga yang akhir dan waktu sahur. 11.Sepanjang hari Jumat, karena mengharap berjumpa dengan saat ijabah (saat diperkenankan doa) yang terletak antara terbit fajar hingga terbenam matahari pada hari Jumat, terutama antara dua khutbah jum`at. 12.Antara Zhuhur dengan 'Ashar dan antara 'Ashar dengan Maghrib. 13.Pada saat kritis atau genting 14.Padasaat teraniaya. 15.Pada waktu minum air zam-zam. Tempat-tempat yang baik untuk berdoa 1. Di kala melihat ka'bah. 2. Di kala meihat masjid Rasulullah Saw. 3. Di tempat dan di kala melakukan thawaf. 4. Di sisi Multazam. Didalam Ka'bah. 5. Di sisi sumur Zamzam. 6. Di belakang makam Ibrahim. 7. Di atas bukit Shafa dan Marwah. 8. Di 'Arafah, di Muzdalifah, di Mina dan di sisi Jamarat yang tiga. Adab Berdoa 1. Berdoa dengan perut yang diisi dengan yang halal. 2. Menghadap kiblat.
30 3. Memperhatikan saat yang tepat untuk berdoa, seperti di tengah malam dan sehabis shalat fardhu. 4. Mengangkat kedua tangan setentang kedua bahu. 5. Memulai dengan istighfar, memuji Allah, dan membaca shalawat. 6. Harus ada sikap tawadhu‟ (rendah hati) dan tadharru‟ (rendah diri) dan rasa takut 7. Tidak berdoa untuk keburukan atau memutus tali silaturahmi. 8. Tidak terburu-buru, maka doanya tidak akan dikabulkan. 9. Berdoa tidak boleh setulus hati dan berkata kepada Allah 10.Memilih kalimat-kalimat yang luas maknanya, tidak tertuju kepada kepentingan yang sesaat dan ruang lingkupnya sempit. Misalnya : perkataan pangkat, jabatan, lulus ujian diganti kebaikan dunia, Perkataan uang, materi tertentu diganti dengan rezki yang luas, Perkataan badan langsing, kurus, kuat, dll diganti dengan kesehatan, Perkataan pintar, ilmu tinggi diganti dengan ilmu yang manfaat, Perkataan anak yang bergelar tinggi diganti dengan anak yang saleh 11.Jangan mendoakan diri, keluarga, anak, harta, pelayan dengan doa yang buruk Isi doanya dimulai dari mendoakan diri sendiri dulu, baru untuk yang lain 12.Menyapu muka dengan kedua telapak tangan setelah selesai berdoa. Do`a Yang Tidak/Belum Terkabulkan Dalam melaksanakan do`a, ada beberapa sebab mengada do`a seseorang tidak atau belum dikabulkan, yaitu : 1. ditunda untuk lain waktu. 2. ditangguhkan pengabulannya di akherat atau dikabulkan dalam bentuk lain. 3. jika dikabulkan, akan berakibat tidak baik bagi pemohon. Manfaat doa Apabila kalian sering berdoa setelah shalat fardu maka banyak manfaat yang akan diperoleh, diantaranya : 1. akan terhindar dari sifat sombong dan congkak; 2. akan terhindar dari sifat gampang putus asa; 3. hati dan pikiran kita akan tenang dan tenteram; 4. akan memberi motivasi atau dorongan yang kuat dalam menjalani kehidupan ini; 5. di manapun kita berada dan kemanapun kita pergi selalu dalam lindungan dan pengawasan Allah SWT; 6. kita akan merasa semakin dekat dengan Allah, dan begitu juga sebaliknya. diakhirat kelak, kita akan mendapat tempat yang mulia di sisi Allah, yaitu surga.
31 Bacaan Dzikir Setelah Shalat Apabila seseorang telah selesai shalat fardhu dan salam, disunnahkan baginya membaca dzikir kepada Allah SWT dengan ucapan sebagai berikut : 1. Mengucapkan istghfar 2. Membaca tahlil 3. Membaca lafald 4. Membaca tasbih 5. Membaca tahmid 6. Apabila dzikir akan dilaksanakan secara lengkap, sebelum membaca tasbih, terlebih dahulu membaca bacaan-bacaan sebagai berikut : 1. Membaca surat al-fatihah 1 x. 2. Membaca ayat kursi 1 x: 1. Membaca Istighfar Sebelum berdoa, dianjurkan untuk membaca istighfar sebanyak tiga kali: ْي َْواِ ِل َح ُْْ بئُ ُّي ْ َْْ هُ َْأ ق ْ َحيُّبل ْ َّل ْْ ى َُْال ِ َي َْب ِزْيَلِل َّ ِوبل ع ِظ َْـْي ْ أ ْس َْخ َغ ْْفِ ُشالليَبل Astaghfirullaahal-Adziim, Alladzii Laa Ilaaha Illaa Huwalhayyul-Qayyuum, Wa Atuubu Ilaiih. (Dibaca Sebanya 3 X)
32 Artinya : “Saya mohon ampun kepada allahyang maha besar, tidak ada tuhan melainkan dia, yang maha hidup yang terus-menerus mengurus makhluknya, dan saya bertobat kepadanya.” 2. Dilanjutkan dengan membaca : َى ُْلَ ُيَ ْحذ َّل ْْالل ِ َي َْب ٍق َل َِْذْيش ْْاِل ُكِل َّشْيئ َعلىَ ى َُْ ِو ُْيْ خ َُْ َْ ي َحْوذيُ ْح ُْيِ ْ ُي َْبل ُكَ ْل ْ ُول ْ ُي َْبل ُي َْل َش ِشْي َكل “Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa „ala kulli syai-in qodiir. 3. Memohon perlindungan dari siksa neraka, dengan membaca berikut 3 kali: ِونَبلنَّبسِا َْ ْشنِـى ِ ُي َْ َِّّْوؤج ل الَ Allohumma ajirnii minanar dibaca 3 x َج ْ َجِذ َّهْن َكبل ْ ُزاَال َي َْْنفعَ ْ َهنَعْ خ ََْ ل َوب هُ َْ ْع ِطيَِل ْ َوبأ ْع َْ َطْي خ ََْ ل َِْل ِ ُي َْ َِّّْولهَ َْبنع ل ْن َْ اَج ,الَ َّ ِل ْْأ َي َْئ َْل ِ ْإل ُّ ذا Allahumma la mani a lima a thaita wa la mu‟thiya lima mana‟ta wa la yanfa‟u dzal jadii minkal jaddu, la ilaha illa anta. “Ya Allah tidak ada yang menghalangi bagi apa yang telah Engkau berikan dan tidak kepada orang yang kaya di sisi Engkau segala kekayaanya selain dari kebesaran-Mu ya Rabb. Tidak ada Tuhan yang layak disembah selain Engkau.” 4. Memuji Allah Dengan Kalimat َج . ان ـ ْ نبَال ْ ِهَ ا ْد َْ ِخل ِلسَّلَ َح َْينِِّبَ َسبنَّبَبب ُهف ل َّسلَ َع ْ ُْْ داُ ْي َْ َكي ُ،َ إِل َْ،ًَ ِهْن َكبل َّسلَم ُ ُي َْ َِّّْوؤ ْن َْخبَل َّسلم لل بَ َبَ حعَ ِهخبَبَ َس ْكخ َش َْبنَّ َسال َّسلَ ِلَ َج تَّدَاَ لَ ـ ْ ْي َْخيَبَراَال ل ِل ِْ ْك َشام ْ ا Allahumma Antas-Salaamu Wamingkas-Salaamu Wa Ilaika Ya Uudus-Salaamu Fa Hayyinaa Rabbanaa Bis-Salaami Wa Adkhilna-Jannata Daaros-Salaami Tabaarokta Robbanaa Wa Ta Aalaita Ya DzalJalaali Wal Ikroom” Artinya : “Ya allah, engkau adalah zat yang mempunyaikesejahtraan dan daripadamulah kesejahtraan itu da kepadamulah akan kembali lagi segala kesejahtraan itu, maka hidupkanlah kami ya allah dengan sejahtera. dan masukanlah kami kedalam surga kampung kesejahtraan, engkaulah yang kuasa memberi berkah yang banyak dan engkaulah yang maha tinggi, wahai zat yang memiliki ke agungan dan kemulyaan.” 5. Membaca surat Al-Fatihah ِ : ل َّش ِجيْنِا ِ ِونبَل َّشْي َطبنب ِللي أعُ ْ َْْ ربُب َْْ ِن﴿ٖ﴾ َهبِل ِكيا ِل َّش ِحي ِو َْي َن﴿ٕ﴾ال َّش ْحَوٰـنب عبَل ْ ِِّل َشبب ِ َّي َحْوذ ِل ُْلـ ْ ِن﴿ٔ﴾ال ِل َّش ِحي ِبل َّش ْحَوٰـنب َّي ْس ِوبللـ ِ ب ُو ْسخ ِق َْي َن﴿ٙ﴾ ِص َش ْ َْي ُن﴿٘﴾اْىِذنبَال ِِّص َشا َطبل ِ ِبَّ َكن ْس َْخع َ ًْ ُْإي ِبَّ َكن ْع َْبذُ ا َط ِهبلِذيِّ با َّل ِن﴿ٗ﴾إي ِ ْو َْ َل ْْال َّضبِليِّ َن﴿ ْي َْي َو ْغ ُض ب ِعلَ ْ َي ْْ ِشال ِ ْوغ ْي َْي لَ ِر ٧﴾أهين ين َؤ ْن َْعَو ْْخعَ
33 A’udzu Billahiminas Syaitho Nirrojiim. Bismillahir rohmanirro’hiim. Al’hamdulillahi robbil’aalamiin. Arro’hmanirro’him. Maliki Yawmiddiin. Iyyaka Na’budu Wa Iyyaka Nasta’iin. Ihdinash-Shiro Tholmustaqiim. Shirotholladziina An’amta ‘Alaihim Ghoiril maghdhuubi ‘Alaihim Wala Dholiin. Aamiin. 6. Membaca ayat kursi ِ . ل َّش ِحْينِا ْحَونب ِبلشَّ ْس ِوبللي ِ َْ ِّْ ِوانبَلشَّ ْي َطبنِبل َّش ِج ب . ينِا ِلليِ أعُ ْ َْ ربُب َي َْئ ِل َْ ِّْ ْْ ُى ليُ ََلِل ال ْ َْ َ ِ ِبل َّسَوبَ اح ُي ََْوبفي َي ُْ ِّْ ُهلَح َؤ ُخ ْْز ُى ُْ ِسن َت َّْ َل ْْ نْ ْ َْ م،ل ق ْ َحيبُّل ْ َْ ال ُط ُْيْ ِ ُي َْْو َْ َل ْْيح ف ْ ِ ْو َْ َهباَخل َي ْْن َؤ ْي َِْذْيي ُو ََْوبب َع ْْل ِي ِر ْْنِي ِل َْ ِّْ ْْبئِ ُْْنذىَئُ ِ َش ْْفعَع ِب ْْل ْس َْ ِضَونزاَاالِز َْ ِّْْيي ِئ َهبفي ِا ِوي ْ ِعل ن ِب َْ َش ْيٍء ِهِّنْ َء . ،َ ًْ ِ َوب َشآ َّل ْْب ع ِظ َْْيناُ ْ ع ِل َْيبُّل ْ ُىَ ال َو ًبَ ُْفْ ُظيُ ِ َؤدىُح ْأل ْس َْ َض َْ َل ْْيـ َ ا ِ ُي ُْ ِّْبل َّسَوبَ اح ِسعَك ْش ُْ ِسي "Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum. Laa ta'khudzuhuu sinatuw wa laa naum. Lahuu maa fis samaawaati wa maa fil ardh. Man dzal ladzii yasyfa'u 'indahuu illaa bi idznih. Ya'lamu maa bayna aidiihim wa maa khalfahum. Wa laa yuhiithuuna bi syai-im min 'ilmihii illaa bimaa syaa-a. Wasi'a kursiyyuhus samaawaati wal ardh walaa ya-uuduhuu hifzhuhumaa Wahuwal 'aliyyul 'azhiim." Artinya : “Allah, tidak ada tuhan selain dia, yang maha hidup, yang terus menerus mengurus (makhluknya), tidak mengantuk dan tidak tidur, miliknya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, tidak ada yang dapat memberi syafaat disisinya tanpa izinnya. dia mengetahui apa yang ada dihadapan mereka dan apa yang di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui sesuatu apapun tentang ilmunya melainkan apa yang dia kehendaki, kursinya meliputi langit dan bumi. dan dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan dia maha tinggi, maha besar.” 7. Membaca Syahadat (Surat Ali Imran: 18-19) ِق ْس ْ ِل ًوۢببب ى َٰۤ ِوق َب ٰ ْ ِعل ْ ُل اال َو ٰل َْْٰٰۤ ى َك ُتَ اُ ْ ََْ ال َّل ْْ ى َُْ ِ يَب ٰ ِل ٗي َْ َِّْال ا بنَ ٰ ِذاَلليُّ َشي ِ ِِّٰب ِل ْْ ْْ ْس َل ِهُ َْ َْْنذاَللي ِ ينع ِّ ْ ِنبَّلِذا ُوب َح ِكْي ْ ع َضِايْ ُضال ْ َّل ْْ ُىَ ال ِ يَب ٰ ِل ِطَلا َع ِْْذ َه ب ۢ ِك ٰخب ِب َْ َّل ْْ ِهنْ ْ ِز َْ ِّْْين َب ُْْ ُح اال ا َب َهبا ْخخلَفَبَل ۢ ُوب َغ ْْيبً ْ ِعل ْ ُو ُْبل َءى َج ٰبَٰۤ ب ِح َسبةاِ ْ َس ِشيْعبُل ٰ ِِّٰف ِب َْنبَّلليَّ ِللي ٰ ٰيخب ِ ْو َْ َهْني َّك ْْف ْش ُْبب ُي َْ ِ ْين Artinya: Allah menyatakan bahwasanya tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Ilah (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. 8. Membaca tasbih, tahmid, dan takbir 33 kali. َحبنبَ ٖ× ل ِل ُسْب Subhaanallah (33x) Artinya: Mahasuci Allah ( 33x) ِل ُْ ِْ ِْ ٖ× ا َل ْْ َحْوذ ا
34 Alhamdulillaah (33x) Artinya: Segala puji bagi Allah (33x) ×ٖ ليُب َك ْْب َشاْ الَ Allaahu Akbar (33x) Artinya: Allah Maha besar (33x) 9. Membaca Takbir Tahmid Tasbih & Tahlil َ ْْ ًشاً َكثيِ ِ لي ُ َحْوذل ْ ْْ َشاَ ال ِْ الليُب َك ْْب ُش َْ َكبيِ َ َحْوذيُ ُح ْْيِ ْ ُي َْبل ُك َْ ل ْ ُول ْ ُي َْبل ل ُيَ ْحذىَ ُل َْ َش ِشْي َكل يَاُ َّل ْْالل ِ َي َْب َل ْْاِل ً َْ أ ِص َْْيل ِب ُك ْْ َشةً َحبنبَللي ُسْب ِباْل ِللي ِل َْ ِّْ ْْبب َعلىَك ِل ُْ َّشْيئٍقِذ َْيْ شَ َل ْْ َحْ َلَ َل ْْ ق َُّْ ةإَ ُىَ ِو ُْْي خ َُْ ي ع ِظ َْيْن ْ ِِّل َعِليب Allohu Akbar Kabiiron Wal’hamdulillahi Katsiiron Wasub’hanallohi Bukrotan Wa Ashiilan, LaaIlaha Illallohu Wa’hdahula Syariikalah Lahulmulku Walahul’hamdu Yu’hyii Wayumiitu Wahuwa ‘Ala Kulli Syai Inqodiir. Wala’Hawla Wala Quwwata Illa Billahil ‘Aliyyil’adzhiim. Bacaan Istigfar dan Tahlil َّل ْْاللُ ِ َي َْب ِش َل ْْاِل ِّ ِز ْك ل ُ أ ْف َْ َض ع ِظ َْْي َن، ل ْ ْس َْخ َغ ْْفِ ُشالليَبل ع ِظ َْْي َن،أِ ْ ع ِظ َْْي َن ِْ ، أ ْس َْخ َغ ْْفِ ُشالليَبل ْ ِْ أ ْس َْخ َغ ْْفِ ُشالليَبل كبلي ا ْٖ ْٖأ حٗ َّل ْْاللُ ِ َي َْب × َل ْْاِل Laailaaha Illallah (33 Kali). 10. Setelah selesai berzikir dilanjutkan dengan berdoa ْ َط يبَ بن ِكاَ ِو ُسل َع ِظْي ِ َكَ ِل ََْ ْجي َجل َْْىِل ِ ً ُْل َك َْبلشُّ ْك ُش َكَوبي َن ْْبغ َحْوذَ ْ َسبنَّبَل َك َْبل . َو ُْ ِضْيذهاُ ِى ْْنِعَو َْ ُيَ ي ُك َْبفئِ ُيَ اف َحْوذاً ِو . َْْيناَ عبَل ْ ِِّل َشبب ِ ِْ ُْللي ِحْينِا ْْ َحْوذِ ِ ا َل . لشَّ ْحَونب ِبلشَّ ْس ِوبللي ِ ب Artinya: "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam. Pujian yang sebanding dengan nikmat-nikmatNya dan menjamin tambahannya. Wahai Tuhan kami, bagi-Mu-lah segala puji, dan bagi-Mu-lah segalah syukur, sebagaimana layak bagi keluhuran zat-Mu dan keagungan kekuasaan-Mu." َب . اِث ِّ َج ِويْ ِعبل َّسيئِ ِهْن ِيَب ِِّ ُشنبَب َج َْ ح ُط . َ بثِا اَي َحب ْ َج ِوْيعبَل ِيَب ِضْىلنَبَب َّو َص ِل ْ َِّْ ْْلفبَِاث . ِلَ ا َج ِوْي ِعب ْل ْْ ْى ََْ ا ِهنْ ِيَب ًح ُن ْْ ِجْينبَب َصلةَ ح َق ْْ . ٰ ليُّ الَ نبَ ُه َحَّوذاٍ ِذِّ ِ َسي َعلىآِل نبَ ُه َحَّوٍذَ ِذِّ ِ َسِل ْوِّ علَىَ َسي ِيَبا ِّغنُبَب َْ حبُ ِل َْ َ يبَقبَ ِ ُو ْ ِجْيببُلذا َع َْ َِّْ اح ِش َْْيب ُي َْ ِّْ َس ِوْيعق َوَوبح ِب ِْن ْ َع ْْذاَل َحيبَ ِةَ ب ْ َخْي َشاح ِف ِْىبل ْ َج ِويْ ِعبل غيَبَ ِح ِوْن ْ َصىبل َج َق ْْ بثِا َحب ِضىبَل . َْ ْ َس َْ ِّْ َجبثِا ِيَب ِعْنذ َك َْب ْع َْلىَبلذ ح ْش َْفعَنُبَب
35 "Wahai Allah, limpahkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada penghulu kami, Nabi Muhammad dan keluarganya, yaitu rahmat yang dapat menyelamatkan kami dari segala ketakutan dan penyakit, yang dapat memenuhi segala kebutuhan kami, yang dapat mensucikan diri kami dari segala keburukan, yang dapat mengangkat derajat kami ke derajat tertinggi di sisi-Mu, dan dapat menyampaikan kami kepada tujuan maksimal dari segala kebaikan, baik semasa hidup maupun sesudah mati. Sesunggunya Dia (Allah) Maha Mendengar, Maha Dekat, lagi Maha Memperkenankan segala doa dan permohonan. Wahai Dzat yang Maha Memenuhi segala kebutuhan Hamba-Nya." ِصي ِن . ََْ بذَ ْ ِص َّحتفًىِبل َج َسِذَ ْ ِتَفًىِبل َعبفي ْْل ِخ َش ِةَ ِنَ الذ ُّن ْْي َبَ ا ِّ َك ُْ َسلهَ َْتفًىِبلِذيْ ِنبَّن ْس َْئلَ َّوب ٰ ليُّ ال َ َ ِ َو ْ ح ْ ل ْب َْلَ َش َْ َكتفًىِبل ِِّش ْص ِق َْ َحْ بتَقً ِو َْ ب ْ ِعل ْ بَادةَفًىِبل َو ْ ثِا َس ْحَوت ْ َع ْْذاَل ِف َشةبً َْ َهغْ ِ َو ْ ح ْ ًْْنذاَل ِ ع ِح َسبةاِ ْ ع َف َْْ ِعْنذاَل ْ َج َْ ِّْبةِه َْنبَلنبَّ ِس ًَْ ال َ الن ِ َو ْ ح ْ ِل ِى ْْ َس َك َشاحب ْي َْنبَف َيِِّ ْنعلَ َّو ٰ ليُّ الَ Artinya: "Wahai Allah! Sesungguhnya kami memohon kepadaMu, kesejahteraan dalam agama, dunia dan akhirat, keafiatan jasad, kesehatan badan, tambahan ilmu, keberkahan rezeki, taubat sebelum datang maut, rahmat pada saat datang maut, dan ampunan setelah datang maut. Wahai Allah! Permudahkanlah kami dalam menghadapi sakaratul maut, (Berilah kami) keselamatan dari api neraka, dan ampunan pada saat dilaksanakan hisab." ق ْب َْشِا ْ ِل َعزاَبب يَ َش ِهَ ْ ب ُخ ْْ ِلَ ال ْ َك َس ِلَ ال ْ ع َج ْْ ِضَ ال ْ ِنبَّن ع َْ ُْ ْْ ربُ ِك َْ ِونبَل َّوب ٰ ليُّ الَ Artinya: "Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari sifat lemah, malas, kikir, pikun dan dari azab kubur" ِنبَّن ع َْ ُْْ ربُ ِك َْ ِو َّوب ٰ ليُّ َي ال َْب َ ل يَ ُس ْْخ َج َْبباُ ْ َع ْ َُْ ِهْنذ َع ْْ َْ ةٍل َح َش ْْب َف ْْ ٍسل ٍليَ َخ ْْ َش ع َُْ ِهْنن ٍوليَ َن ْْف ع َْ َُْ ِهْنق َل ْْب ْ ْن ِعل Artinya: "Wahai Allah! Sesungguhnya kami berlindung kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu', dari jiwa yang tidak kenal puas, dan dari doa yanag tak terkabul." َح َونْب ْي َْن َبَ ِل ُي َْ َحقعٌّلَ َوْنل ُوع ِل َِِّْوْين َبَ ِل ِ ِخن َبَ ِل َو َشبي ِلَ اِلِذْين َبَ ِل َبَ َسبنَّبَا ْغِف ْشلنَبَر ُن ُْ ْْ بنَ ْي َْنا َبَ َْ َّبَ ا ْح َْ َسن ِب َْل ِويْنبَ ْج ََْو ِعْيناَ ُو ْسِل ْ ِل َكبف ِت َْ ِّْال Artinya: "Wahai Tuhan Kami, ampunilah dosa-dosa kami, dosa-dosa orang tua kami, para sesepuh kami, para guru kami, orang-orang yang mempunyai hak atas kami, orang-orang yang cinta dan berbuat baik kepada kami, dan seluruh umat Islam." َسبنَّبَحقَبَ َّل ْْ ِونبَِّان َك َْ ِّْب َن ْْخبَل َّس ِحْيناُ ْي َْنبَانِ َك َْ ِّْب َن ْْخبَل خ َْ َِّّْ اببُلشَّ ُو َْ ح ْب ُْعلَ ع ِل َْْي ْ ِويْعبُل Artinya: "Wahai Tuhan kami, perkenankanlah (permohonan) dari kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui. Dan terimalah taubat kami, sesungguhnya Engkau Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang." َْ َسن َت ًْ ًَْ قنِبَعَزاَببَلنبَّس ِ َْ َشةح ِ ِب ْْلخ َْنبَفىِبلذ ُّن ْْيبَ َح َسن َت ًْ ًَْ في ِ َسبنَّبَأح
36 Artinya: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan jagalah kami dari siksa api neraka." ِو َْين عبَل ْ ِِّل َْ ِّْ َشبب َحْوذ ِل ُْليِ ْ ُو ْش َسِلينَ ْ َْال ْ هعلَىَبل ََّْوبي ِص َْ ُف نَ ْ َْ َسلَ ِ ِع َّضةع ْ ِِّل َشبب ِكَّ َش َْب َحبن ُسْب Artinya: “Maha Suci Tuhanmu Yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para rasul. Dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.” BAB 5 SHALAT WAJIB SELAIN SHALAT LIMA WAKTU A. Sholat Jum’at 1. Pengertian Dan Dasar Hukum Shalat jum`at adalah shalat yang wajib dikerjakan pada waktu dhuhur di hari jum`at yang diawali dengan khutbah jum`at. Syarat Wajib Shalat Jum`at 1. Islam 2. Baligh 3. Berakal 4. Laki-laki 5. Merdeka 6. Muslim 7. Tidak ada halangan Syarat Syah Shalat Jum`at 1. Diselenggarakan di masjid daerah pemukiman (tidak boleh di sawah, lapangan dll). 2. Dilaksanakan pada waktu dhuhur. 3. Dikerjakan dengan berjamaah.
37 4. Dikerjakan setelah dua Khutbah Rukun Khutbah Jum`at 1. Mengucapkan pujian kepada Allah SWT pada khutbah pertama dan kedua 2. Mengucapkan dua kalimah syahadat pada khutbah pertama dan kedua 3. Membaca shalawat kepada nabi pada khutbah pertama dan kedua 4. Berwasiat/memberiu nasehat kepada jama`ah untuk bertaqwa kepada Allah pada khutbah pertama dan kedua 5. Membaca ayat al-Qur`an pada pada salah satu khutbah 6. Berdoa untuk kaum muslimin/muslimat pada khutbah kedua. Syarat Khutbah Jum`at 1. Khutbah dilaksanakan pada waktu dhuhur
38 2. Berdiri jika mampu 3. Dengan suara yang keras 4. Khatib hendaknya duduk di antara dua khutbah 5. Khatib dalam keadaan suci dari hadats besar dan kecil 6. Khatib menutup aurat 7. Berurutan antara khutbah pertama dan kedua 8. Berdoa untuk kaum muslimin/muslimat pada khutbah kedua. Sunnah Kutbah Jum`at 1. Dilakukan di atas mimbar 2. Memberi salam pada permulaan khutbah jum`at 3. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami. 4. Materi khutbah tidak terlalu panjang. 5. Khatib menghadap jama`ah. Sunnah Shalat Shalat Jum`at 1. Mandi jum`at 2. Memotong kuku dan kumis 3. Berpakaian bersih dan putih 4. Memakai wangi-wangian 5. Menyegerakan ke masjid Adab ketika Khutbah Sedang Berlangsung 1. Jamaah tenang mendengarkan khutbah dan duduk menghadap ke arah kiblat. 2. Jamaah tidak berbicara selama khutbah berlangsung. Jamaah yang berbicara saat khutbah berlangsung dapat merusak ibadahnya sendiri dan juga memperoleh dosa karena mengganggu jamaah lain yang hendak mendengarkan khutbah. 3. Jamaah berdoa atau membaca istigfar saat khatib duduk di antara dua khutbah. Waktu di antara dua khutbah adalah waktu ijabah (waktu yang banyak dikabulkannya doa saat itu). B. Sholat Jenazah 1. Pengertian Shalat Jenazah dan Hukumnya Shalat jenazah menurut istilah syariat Islam adalah shalat yang dilaksanakan oleh kaum muslimin terhadap saudara sesama muslim yang meninggal dengan syarat dan rukun tertentu. Menyalatkan jenazah muslim hukumnya fardu kifayah, artinya bahwa menshalatkan jenazah muslim menjadi kewajiban kaum muslim, apabila sebagian di
39 antara mereka telah melaksanakannya, maka sebagian lainnya gugurlah kewajibannya. Shalat jenazah hanya untuk jenazah muslim yang baik, sedangkan menshalatkat muslim yang munafik/ingkar, haram hukumnya. Shalat jenazah itu tidak sama dengan shalat fardu lima waktu dan tidak sama dengan shalat-shalat lainnya yakni tidak ada rukuk, tidak ada sujud dan tidak ada duduk. Shalat jenazah itu boleh dilaksanakan sendiri, tetapi lebih utama dilaksanakan dengan berjamaah, lebih banyak orang ikut menyalatkan terhadap jenazah berarti lebih banyak pula orang yang mendoakannya. Syarat-Syarat Shalat Jenazah 1. Suci dari hadas dan najis 2. Menutup aurat 3. Menghadap kiblat 4. Sesudah jenazah dimandikan dan dikafani 5. Jenazah agar diletakkan di arah kiblat kecuali bagi shalat gaib Rukun Shalat Jenazah 1. Niat 2. Berdiri bagi orang yang kuasa 3. Takbir 4 kali 4. Membaca surat Al-Fatihah sesudah Takbiratul ihram 5. Membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW sesudah takbir kedua 6. Mendoakan mayat sesudah takbir ketiga dan keempat 7. Salam C. Shalat Ghaib 1. Pengertian Sholat Ghaib Shalat gaib adalah menyalatkan jenazah bilamana jenazahnya tidak ada di depan orang yang menyalatkan. Misalnya baru mendengar berita bahwa ada keluarga saudara atau teman yang jauh meninggal dunia, sedangkan kita tidak bisa datang ke tempat musibah ataupun karena jenazahnya sudah dikuburkan. Tata cara dan doa yang digunakan untuk menyalati jenazah yang gaib itu sama dengan tata cara dan doa yang digunakan dalam menyalati jenazah yang tidak gaib, hanya saja di dalam niatnya agar sengaja niat shalat gaib. 2. Hikmah Shalat Ghaib
40 a. Akan ingat mati sehingga dapat memberi dorongan untuk lebih meningkatkan amal shalih. b. Dengan adanya kematian yang tak seorang pun dapat memperkirakannya akan menambah tebalnya keimanan kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. c. Dengan ikut menyalatkan jenazah, akan memperoleh pahala dari Allah SWT. d. Menambah keakraban dan memperkuat tali silaturrahmi antara orang yang menyalatkan dengan keluarga yang ditinggalkan si mayat e. Shalat jenazah adalah mendoakan kepada si mayat semoga mendapat ampunan dan dirahmati oleh Allah. f. Mengikuti shalat jenazah dapat mengingatkan dan menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita nanti akan mati dan akan dishalati. g. Mengikuti shalat jenazah dapat menambah dan mempererat silaturrahmi dan ukhuwah Islamiyah serta ukhuwah basyariyah. h. Ikut menyalati merupakan bagian dari, ikut bela sungkawa terhadap ashabul musibah. 3. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Jenazah a. Takbiratul ihram disertai dengan niat menyalati mayat. Niat boleh dilafalkan dan boleh hanya dalam hati. b. Sesudah takbir meletakkan tangan di bawah dada (bersedekap) seperti shalat biasa lalu membaca Surat Al-Fatihah c. Takbir (kedua) sambil mengangkat tangan dan bersedekap. d. Membaca shalawat e. Takbir ketiga (bersedekap lagi) f. Membaca doa untuk mayat yaitu g. Selanjutnya takbir ke empat dan bersedekap kembali h. Membaca doa i. Selanjutnya mengucapkan salam dua kali, sama seperti shalat-shalat yang lain. BAB 6 SHALAT JAMA’, SHALAT QASHAR, SHALAT JAMA QASHOR DAN SHALAT DALAM KEADAAN DARURAT A. Sholat Jama’ 1. Pengertian Shalat jama`
41 Shalat Jama` menurut bahasa berarti mengumpulkan. Sedangkan shalat jama` menurut istilah adalah mengumpulkan dua shalat wajib yang dikerjakan dalam satu waktu dengan sendiri-sendiri. Hal ini merupakan rukhshah (keringanan) dari Allah dalam melaksanakan shalat dalam keadaan tertentu. Menjamak shalat hukumnya mubah atau boleh bagi orang yang sudah memenuhi syarat. Adapun shalat yang boleh dijamak adalah shalat dhuhur dengan shalat Ashar dan shalat Maghrib dengan shalat Isya'. 2. Macam-Macam Shalat jama` 1. Jamak Taqdim, adalah mengumpulkan dua shalat wajib dikerjakan pada waktu yang pertama (awal). Jamak taqdim ada dua macam yaitu : a. Mengumpulkan shalat dhuhur dan shalat ashar , dikerjakan pada waktu Dhuhur. b. Mengumpulkan shalat maghrib dan shalat isya', dikerjakan pada waktu Maghrib 2. Jamak Ta'khir, adalah mengumpulkan dua shalatwajib yang dikerjakan pada waktu yang kedua (akhir). Jamak ta'khir ada dua macam, yaitu : a. Mengumpulkan shalat Dhuhur dan shalat Ashar, dikerjakan pada waktu Ashar. b. Mengumpulkan shalat Maghrib dan shalat Isya', dikerjakan pada waktu Isya' 3. Syarat-Syarat Shalat Jama`Musafir, orang yang sedang dalam perjalanan dan perjalanannya tidak untuk maksiat. a. Jarak perjalanan minimal 80.64 km (menurut sebagian ulama` tidak disyaratkan jarak jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas (jauh dekat sama saja) b. Tidak boleh makmum dengan orang yang mukim c. Dalam keadaan tertentu, seperti : sedang sakit, hujan lebat d. Berniat shalat jamak 4. Praktek Shalat jama` Dhuhur dengan Ashar a. Lakukan shalat Dhuhur empat raka`at dengan diawali niat. Bila diucapkan lafal niat tersebut sebagai berikut : “Ushalli fardhad dhuhri majmu`an ma`al ashri arba`a raka`atin mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala” Artinya : ”Aku mat shalat dhuhur empat raka`at bersama ashar karena Allah" b. Kerjakan shalat Dhuhur sebagaimana shalat dhuhur biasa. (sejak dari takbiratul ikhram sampai salam).
42 c. Setelah melakukan salam, segera berdiri untuk melakukan shalat Ashar dengan niat menjamak shalatnya. Bila diucapkan lafald niatnya adalah sebagai berikut : Ushalli fardhal `ashri majmu`an ma`adz dhuhri arba`a raka`atin mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala Artinya : ”Aku niat shalat ashar empat raka`at bersama dhuhur karena Allah" d. Lakukan shalat Ashar empat raka`at sebagaimana biasanya. (sejak dari takbiratul ikhram sampai salam). 5. Praktek Shalat jama` Maghrib Dengan Isya` b. Lakukan shalat Maghrib tiga raka`at dengan diawali niat. Bila diucapkan lafal niat tersebut sebagai berikut : Ushalli fardhal maghribi majmu`an ma`al `isya`i tshalatsa raka`atin mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala Artinya : ”Aku niat shalat maghrib tiga raka`at bersama isya' karena Allah" c. Kerjakan shalat Maghrib sebagaimana shalat Magrih seperti biasa (sejak dari takbiratul ikhram sampai salam). Setelah melakukan salam, segera berdiri untuk melaksanakan shalat isya` dengan niat menjamak shalat isya`. Bila diucapkan lafald niatnya adalah sebagai berikut : Ushalli fardhal `isya`i majmu`an ma`al maghribi arba`a raka`atin mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala Artinya : ”Aku niat shalat isya` empat raka`at bersama maghrib karena Allah ta`ala”. d. Lakukan shalat Isya' empat raka`at sebagaimana biasa (dari takbiratul ikhram sampai salam). B. Shalat Qashar 1. Pengertian Shalat Qashar Qashar menurut bahasa berarti meringkas, sedangkan shalat qashar adalah meringkas shalat wajib empat raka`at menjadi dua raka`at. Mengqashar shalat bagi orang yang memenuhi syarat hukumnya mubah (boleh) karena kerupakan rukhshah (keringanan) dalam melaksanakan shalat bagi orang-orang yang sudah memenuhi syarat sholat yang boleh diqashar adalah shalat dhuhur, ashar dan isya. Shalat Maghrib dan Subuh tidak boleh diqashar karena jumlah rakaatnya tidak empat rakaat. Firman Allah SWT. Dalam prakteknya, shalat qashar dilaksanakan bersamaan shalat jama`, jarang
43 shalat qashar dilaksanakan sendiri/tidak bersamaan shalat jama. Dengan demikian, shalat jama` qashar adalah shalat jama` yang dilaksanakan dengan cara qashar/diringkas. 2. Syarat-Syarat Shalat Qashar a. Orang yang boleh mengqashar adalah musafir yang bukan karena maksiat. b. Berniat mengqashar pada waktu takbiratul ikhram. c. Jarak perjalanannya sudah ada 80,64 km.(menurut sebagian ulama tidak disyaratkan jarak jauhnya perjalanan sebagaimana tersebut di atas) Pelaksanaan shalat Qashar dalam prakteknya sering digabungkan dengan shalat jamak. Jadi rukhsah atau keringanan yang diberikan oleh Allah ini dilakukan sekaligus. Boleh saja pada jamak taqdim maupun jamak ta khir. Praktik Shalat Jama` Qashar 1). Shalat Dhuhur dengan Shalat `Ashar a. Niyat menjamak shalat dhuhur dengan shalat Ashar secara Qashar. Bila diucapkan lafald niat tersebut sebagai berikut : Ushalli fardhadz dzuhri qashran majmu`an ma`al `ashri mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala Artinya : ”Aku niat shalat Dhuhur dua raka`at dengan Qashar jamak beserta shalat Ashar karena Allah Ta'ala `. b. Melaksanakan shalat dhuhur 2 rakaat sampai dengan salam, kemudian berdiri. c. Niyat shalat ashar dengan jamak dhuhur yang dilaksanakan dengan cara qashar. Bila diucapkan lafal niatnya adalah sebagai berikut : Ushalli fardhal `ashri qashran majmu`an ma`az dzuhri mustaqbilal qiblati ada`an lillahi ta`ala Artinya : Aku niat shalat Ashar dua raka`at dengan Qashar jamak beserta shalat Dhuhur karena Allah Ta'ala " d. Melaksanakan shalat `ashar dua rakaat sampai salam. 3.Hikmah shalat jamak dan Qashar 1. Shalat jamak dan Qashar merupakan rukhsah (kemurahan) dari Allah SWT terhadap hamba-Nya manakala kita sedang bepergian sehingga dapat melaksanakan ibadah secara mudah sesuai dengan kondisinya
44 2. Melaksanakan shalat secara jamak dan Qashar mengandung arti bahwa Allah SWT tidak memperberat terhadap hamba-Nya karena sekalipun shalatnya dikumpulkan dan diringkas tetapi tidak mengurangi pahalanya. 3. Disyariatkan shalat jamak dan Qashar supaya manusia tidak berani meninggalkan shalat karena ia dapat melaksanakan dengan mudah dan cepat c. Shalat Dalam Keadaan Darurat 1. Pengertian Shalat Dalam Keadaan Darurat Shalat fardu lima waktu adalah suatu kewajiban yang disyariatkan Allah kepada hamba-hamba-Nya untuk dikerjakan. Perintah shalat ini berlaku juga bagi orang yang sedang menderita sakit, sedang dalam kendaraan dan orang yang sedang dalam keadaan bagaimanapun selama ingatannya masih ada, ia wajib mengerjakan shalat. Bagi orang yang sedang sakit maupun orang yang sedang dalam keadaan sulit melaksanakan shalat, Allah memberikan keringanan-keringanan (rukhsah) sesuai dengan kondisinya masingmasing. Dengan demikian, shalat dalam keadaan darurat adalah shalat dalam keadaan terpaksa. 2. Shalat Dalam Kendaraan Pelaksanaan shalat ketika berada dalam kendaraan, baik itu di dalam kereta api, kapal laut, pesawat terbang dan sebagainya adalah sebagai berikut : a. Bersuci (wudu), bila tidak memungkinkan menggunakan air karena keterbatasan air, boleh bertayamum. b. Pada waktu takbiratul ihram hendaklah menghadap kiblat, seterusnya dapat menghadap sesuai dengan arah tujuan kendaraan. Firman Allah fawalli wajhaka syadhral masjidil haram wa haitsu ma kuntum fawallu wujuhakum syathrahu Artinya : "Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram dan dimana saja kamu berada palingkan mukamu ke arahnya" : (QS. Al Baqarah : 144) c. Agar gerakan-gerakan shalat dilakukan dengan sempurna, tetapi apabila tidak bisa dapat dengan cara waktu rukuk duduk dengan membungkuk, dan jika sujud membungkuknya agak lebih rendah. Semua bacaan yang dibaca juga agar dapat dilakukan sepenuhnya sesuai dengan ketentuan yang ada. 3. Shalat Bagi Orang Sakit Orang yang sedang sakit diwajibkan pula melaksanakan shalat selama akal dan ingatannya masih sehat atau masih sadar. Shalat adalah fardu ain yaitu kewajiban yang
45 harus dilaksanakan oleh setiap pribadi muslim. Telah kita ketahui bersama bahwa shalat itu tiang agama, maka barang siapa yang mendirikan shalat berarti agamanya telah tegak, sebaliknya jika meninggalkan shalat berarti agamanya telah roboh. Karena pentingnya shalat itu, maka dalam kondisi dan situasi apa pun kita wajib melaksanakan shalat. Bagi orang yang tidak bisa berdiri, maka dapat mengerjakan shalat dengan duduk seperti duduk di antara dua sujud. Jika tidak mampu dengan duduk dengan berbaring di atas lambung, dan jika tidak mampu, maka dengan berbaring terlentang jika yang akan menunaikan shalat hendaklah suci dari hadas dan najis. Namun jika tidak bisa melaksanakan sendiri bisa minta bantuan orang lain. Dan jika tidak mungkin boleh bersuci sebisanya. Cara wudhunya, jika masih mampu menggunakan air wudu dapat dilakukan di atas tempat tidur atau dengan bantuan orang lain atau diwudukan orang lain, akan tetapi jika tidak sanggup menggunakan air atau menurut pertimbangan dokter tidak boleh, maka digantikan dengan tayamum atau ditaya- mumkan oleh orang lain sebagai ganti wudu dan mandi. 1. Cara shalat dengan duduk a. Duduklah seperti duduk di antara dua sujud seperti pada (tahiyat awal), sedekap, membaca doa iftitah, fatihah dan membaca ayat Al-Qur'an. b. Rukuk yaitu dengan duduk membungkuk membaca tasbih rukuk sebagaimana biasa. c. I'tidal (dengan duduk kembali). d. Sesudah itu sujud sebagaimana sujud biasa dengan membaca tasbih. Kemudian menyempurnakan rakaat yang kedua sebagaimana rakaat yang pertama. 2. Cara shalat dengan tidur pada lambung a. Hendaklah berbaring dengan di atas lambung kanannya (tidur miring) membujur ke selatan. b. Telinga sebelah kanan tertindih kepala bagian kanan. c. Perut dada kaki menghadap kiblat, kemudian niat dan takbiratul ihram, lalu membaca bacaan seperti biasa dalam shalat. d. Untuk melakukan rukuk dan sujud cukup dengan anggukan kepala dan ke depan pelupuk mata. e. Jika tidak bisa, maka gunakan dalam hati selama kita masih sadar. Demikian dilakukan hingga salam. 3. Cara shalat dengan terlentang a. Dengan cara tidur terlentang kepala ditinggikan dengan bantal muka diarahkan ke kiblat.
46 b. Kemudian berniat shalat sesuai dengan shalat yang diinginkan. c. Untuk melakukan rukuk sujud cukup dengan kedipan mata. d. Jika tidak bisa gunakan dalam hati selama masih sadar. e. Adapun bacaan-bacaannya adalah seperti dalam bacaan shalat biasa sampai selesai. BAB 7 SHALAT SUNNAH MUAKKAD DAN GHOIRU MUAKKAD A. Sholat Sunnah Muakkad 1. Pengertian Shalat Sunnah Muakkad Shalat sunnah muakkad adalah shalat sunnah yang dikuatkan/sangat dianjurkan. Shalat sunnah muakkad dikuatkan karena setiap hari dilaksanakan Rasululullah SAW dan jarang ditinggalkannya. Tata cara melaksanakan shalat sunnah muakkad bacaan dan gerakannya sama dengan shalat wajib, yang membedakan adalah niyat dan jumlah rakaatnya.
47 2. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Sunnah Muakkad Tatacara melaksanakan shalat sunnah muakkad sama dengan shalat fardhu, baik bacaan maupun gerakannya. Yang membedakan adalah niat dan jumlah rakaatnya, serta ketentuan-ketentuan khusus sesuai macam-macam shalat sunnah muakkad.. 3. Macam-macam Shalat Sunnah Muakkad a. Shalat Sunnah Rawatib Kita sering melihat di masjid-masjid atau mushallamushalla orang-orang melakukan shalat sunah sebelum dan sesudah mengerjakan shalat fardu yang dilakukan dengan dua rakaat terus salam. Shalat sunah yang demikian itu dalam istilah syariat Islam adalah shalat sunah rawatib, yaitu shalat sunah yang dikerjakan mengiringi shalat fardu/shalat wajib. Sholat sunnah rawatib ada dua yaitu shalat sunah qabliyah dan shalat sunah badiyah. Shalat sunah qabliyah adalah shalat sunah yang dikerjakan sebelum mengerjakan shalat wajib. Sedangkan shalat sunah ba'diyah adalah shalat sunah yang dikerjakan sesudah mengerjakan shalat wajib. Perlu disadari bahwa shalat sunah rawatib itu sangat besar pahalanya, baik yang muakkad maupun yang ghairu mudkkad. Bahkan shalat Rawatib dapat berfungsi sebagai penyempurna kekurangan-kekurangan pada shalat fardu. Oleh karena itu, kita harus membiasakan supaya kita mampu melaksanakan dan mengamalkan bersamaan dengan shalat fardu lima waktu. yang termasuk shalat sunah rawatib muakkad adalah sebagai berikut : a. Dua rakaat sebelum zuhur b. Dua rakaat sesudah zuhur c. Dua rakaat sesudah magrib d. Dua rakaat sesudah isya' e. Dua rakaat sebelum subuh 1. Shalat Sunah Malam (Lail) Shalat Sunah Malam adalah shalat sunah yang dikerjakan pada malam hari, setelah shalat isya' sampai sebelum fajar. Shalat sunah malam itu disebut juga shalat lail. Waktu yang paling utama untuk melaksanakan shalat sunnah malam adalah 1/3 malam terakhir. Ada beberapa keutamaan Shalat Sunah Malam, yaitu : a. Diberikan kedudukan yang mulia
48 b. Menentramkan jiwa c. Doanya terkabul d. Diberikan pahala e. Dimasukkan ke dalam surga 2. Macam-macam Shalat Sunnah Malam adalah : a. Shalat Tahajud yaitu shalat malam sesudah bangun dari tidur. Bilangan rakaatnya paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak tidak terbatas. Shalat malam itu dikerjakan secara munfarid (sendirian) tidak disunahkan dengan berjamaah. Cara mengerjakannya sama dengan shalat-shalat yang lain. Bila dikerjakan lebih dari dua dengan cara 2 rakaat salam. b. Shalat Tarawih yaitu shalat yang dikerjakan pada malam bulan Ramadhan untuk menyemarakkan dan menghidupkan bulan Ramadhan. Bilangan rakaatnya ada yang mengerjakan 8 rakaat, ada yang 20 rakaat dan ada yang 36 rakaat. Lebih utama dikerjakan dengan berjamaah di masjid-masjid, di mushalla dan di tempat lain. c. Shalat Witir yaitu shalat malam yang bilangan rakaatnya ganjil. Waktu mengerjakannya pada tiap-tiap malam setelah shalat isya'. Paling sedikit mengerjakannya satu rakaat dan paling banyak 11 rakaat. Yang pertengahan dikerjakan 3 rakaat. Shalat witir itu boleh dikerjakan secara munfarid, tetapi lebih utama dikerjakan secara berjamaah. Mengingat fadlilah (keutamaan) dan pahala shalat sunah malam sangat besar, maka sangat dianjurkan apabila mengerjakannya tiap-tiap malam utamanya shalat tahajud dan shalat witir. Jadikan shalat witir itu sebagai penutup setiap shalat malam. 3. Shalat Sunah `Id (Shalat Hari Raya) a. Pengertian Shalat Id Shalat id adalah shalat yang dilakukan karena datangnya hari raya. Melaksanakan shalat `id hukumnya sunah muakkad. Shalat `id itu utamanya dikerjakan secara berjamaah, boleh di masjid dan boleh di tanah lapang. Shalat `id itu dilaksanakan sebelum khutbah. a. Macam-macam dan Waktu Mengerjakan Shalat Id 1 Syawal. tanggal 10 Dzulhijjah.
49 Waktu mengerjakan shalat id adalah pada pagi hari setelah matahari terbit sekitar pukul 07.00 sampai selesai. Sesudah shalat diadakan b. Ketentuan Khusus Shalat Id Dalam mengerjakan shalat id itu sama saja ucapan dan gerakannya dengan shalat-shalat yang lain. Hanya ada beberapa perbedaan yang disunahkan dalam mengerjakan shalat id : -sela takbir membaca bacaan takbir sambil mengangkat tangan. Pada rakaat pertama membaca Al-Fatihah disunahkan membaca surat al-A'la dan pada rakaat kedua disunahkan membaca surat al-Ghasyiyah. kan shalat qabliyah dan ba'diyah. c. Hal-hal yang disunahkan dalam Shalat Id mandi baru -haruman terlebih dahulu, dan pada shalat Idul Adha disunahkan makan sesudah shalat. Wakttu berangkat dengan pulang dari shalat hendaklah melewati jalan yang berbeda. matahari 1 Syawal sampai dengan diselenggarakan shalat id. Pada Hari Raya Qurban dikumandangkan takbir sejak subuh hari Arafah sampai dengan shalat id dan pada setiap habis shalat pada hari tasyriq tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah. 4. Shalat Sunah Tahiyyatul Masjid a. Pengertian Shalat Tahiyyatul Masjid Shalat tahiyyatul masjid adalah shalat sunah yang dilaksanakan ketika masuk masjid untuk menghormat masjid. Shalat tahiyyatul masjid itu sejumlah dua rakaat, waktu pelaksanaannya adalah ketika masuk masjid. b. Tata Cara Mengerjakan Shalat Tahiyyatul Masjid
50 Tata cara mengerjakan shalat tahiyyatul masjid sama dengan shalat-shalat yang lain, baik ucapan-ucapannya maupun gerakan-gerakannya. Ketika memasuki masjid bertepatan dengan adzan sedang dikumandangkan, maka seyogyanya tetap berdiri mendengarkan adzan sampai selesai, setelah itu baru dilakukan shalat tahiyyatul masjid. C. Sholat Sunnah Ghairu Muakkad 1. Pengertian Shalat Sunnah Ghairu Muakkad Shalat sunnah ghairu muakkad adalah shalat sunnah yang tidak dikuatkan (kadang-kadang dikerjakan rasulullah, kadang-kadang tidak dikerjakan. 2. Tata Cara Pelaksanaan Shalat Sunnah Ghairu Muakkad Tatacara melaksanakan shalat sunnah muakkad sama dengan shalat fardhu, baik bacaan maupun gerakannya. Yang membedakan adalah niat dan jumlah rakaatnya, serta ketentuan-ketentuan khusus sesuai macam-macam shalat sunnah muakkad.. 3. Macam-macam Shalat Sunnah Ghairu Muakkad a. Shalat Sunah Rawatib Ghairu Muakkad Shalat Sunah Rawatib Ghairu Muakkad yaitu shalat sunah rawatib yang kurang dianjurkan atau kurang dikuatkan. Yang termasuk shalat Sunah Rawatib Ghairu Muakkad adalah : • Dua rakaat sebelum zuhur, sehingga menjadi 4 rakaat (yang dua rakaat shalat sunah rawatib muakkad). • Dua rakaat sesudah zuhur, sehingga menjadi 4 rakaat (yang dua rakaat shalat sunah rawatib muakkad). • Empat rakaat sebelum asar. • Dua rakaat sebelum magrib. D. Shalat Sunah Dhuha 1. Pengertian Shalat Dhuha Shalat dhuha adalah shalat yang dilaksanakan pada waktu dhuha (matahari naik agak tinggi) antara jam 07.00 WIB sampai dengan sebelum dilaksanakan shalat zuhur. Shalat dhuha itu hukumnya sunah. Shalat dhuha itu pahalanya amat besar dan sangat banyak fadlilahnya. Shalat dhuha itu paling sedikitnya dikerjakan 2 rakaat yang pertengahan 4 rakaat.