Tenaga Kesejahteraan Sosial
Kecamatan (TKSK)
Fuji Egidia Safitri, S.Tr.Sos
Ahli Pertama-Penyuluh Sosial
Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan yang
selanjutnya disingkat dengan TKSK adalah
seseorang yang diberi tugas, fungsi, dan
kewenangan oleh Kementerian Sosial, Dinas
Sosial Daerah Provinsi, dan/atau Dinas Sosial
Daerah Kabupaten/Kota untuk membantu
penyelenggaraan kesejahteraan sosial sesuai
lingkup wilayah penugasan di kecamatan.
Kedudukan TKSK
TKSK berkedudukan di kecamatan dan setiap
kecamatan hanya terdapat 1 (satu) orang TKSK.
Tugas TKSK
Membantu Kementerian Sosial, Dinas Sosial
Daerah provinsi dan Dinas Sosial Daerah
Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan
kesejahteraan soail di tingkat kecamatan.
Fungsi TKSK
1. Koordinasi
Sinkronisasi dan harmonisasi dengan Dinas Sosial daerah
kabupaten/kota, perangkat kecamatan, tokoh masyarakat,
lain dan/atau Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial dalam
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
1) Saling memberikan informasi
2) Menyamakan persepsi
3) Membangun kesepakatan dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial
Fungsi TKSK
2. Fasilitasi
upaya untuk membantu masyarakat
secara langsung maupun tidak langsung
dalam Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial di kecamatan.
1) pendampingan sosial;
2) bimbingan sosial;
3) kemitraan; dan/atau
4) rujukan.
Bentuk fasilitasi dilaksanakan untuk
meningkatkan keberfungsian sosial.
Fungsi TKSK
3. Administrasi
rangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan
1) pemetaan sosial
2) pencatatan; dan
3) pelaporan.
Tujuan Pembentukan TKSK TKSK
a. meningkatkan peran serta masyarakat dalam Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial di tingkat kecamatan;
b. melaksanakan koordinasi dengan potensi dan sumber
kesejahteraan sosial lainnya dalam Penyelenggaraan
Kesejahteraan Sosial di tingkat kecamatan; dan
c. meningkatkan kerja sama dan sinergi antara program
Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial dengan program
pembangunan lainnya di tingkat kecamatan.
TEKNOLOGI PEMETAAN
SOSIAL
(MPA,ToP dan FGD)
Pemetaan Sosial Adalah…….
Proses penggambaran masyarakat yang
sistematik serta melibatkan pengumpulan data
dan informasi mengenai masyarakat termasuk di
dalamnya profile dan masalah sosial yang ada
pada masyarakat yang bersangkutan. Netting,
Kettner dan McMurtry (1993) menjelaskan
pemetaan sosial disebut juga dengan sosial
profiling atau pembuatan profile suatu
masyarakat, yang bermanfaat untuk membantu
dan memahami perubahan-perubahan dalam
masyarakat.
MPA (Method Partisipatory Assesment)
Sheafor (2003) mengemukakan bahwa MPA merupakan
tenik untuk melakukan asesmen terhadap permasalahan
dengan melibatkan masyarakat. Masyarakat yang
menentukan, merencanakan, dan memutuskan
permasalahan yang dihadapi. Metoda ini biasa digunakan
untuk mengidentifikasi atau menemukenali kebutuhan dan
potensi yang ada di dalam maupun di luar masyarakat.
Tujuan MPA:
1) Memberi pelajaran dan penyadaran kepada masyarakat
tentang tingkat kesejahteraan komunitasnya.
2) Memberi pelajaran kepada masyarakat untuk menilai
tingkat kesejahteraan sendiri.
Langkah-langkah MPA
Menemukenali Memilih solusi
potensi dan sumber pemecahan masalah
1) Potensi rumah tangga setiap keluarga 1) Mencegah timbulnya masalah yang
2) Waktu yang dapat digunakan secara lebih jauh
produktif 2) Memobilisasi sistem sumber dan
3) Sarana dan prasarana umum potensi
4) Sistem nilai masyarakat dan kebiasaan
3) Menentukan alternatif pemecahan
pengambilan keputusan masalah dan pertemuan masyarakat
untuk menentukan scenario Tindakan
Menemu Kenali Menganalisis
masalah/kebutuhan masalah/kebutuhan dan potensi
1) Pemetaan wilayah dan akses 1) Mengkaji masalah dan penyebab
kepemilikan 2) Hubungan kualitas
3) Menentukan focus masalah
2) Klasifikasi kesejahteraan 4) Mencari prioritas masalah
3) Masalah individu, kelompok, 5) Meliha faktor pendukung dan
dan masyarakat yang dihadapi penghambat
4) Sejarah perkembangan wilayah 6) Kemungkinan sumber dan potensi
observasi lapangan yang akan digunakan dalam
pemecahan masalah
ToP (Technology of Partisipation)
Technology of Partisipation (TOP) adalah teknik
perencanaan pengembangan masyarakat secara
partisipatif, sehingga seluruh pihak memiliki
kesempatan yang sama untuk mengemukakan
gagasan. Teknologi partisipatif mengeksplorasi
munculnya inisiatif-inisiatif, sikap kepemimpinan,
keputusan dan tanggung jawab dari seluruh
warga yang hadir. Teknik ini dapat membantu
target group (kelompok sasaran) untuk
menghasilkan kegiatan operasional (Ajat Sudrajat
dkk, 2005).
Langkah-Langkah ToP
Tahap I: Diskusi Tahap II: Lokakarya Tahap III: Perumusan Rencana Terbaik
1) Tahap diskusi merupakan dialog yang 1) Tahap ini merupakan cara untuk 1) Gabungan dari tahap diskusi
dipandu serangkaian pertanyaan yang memfasilitasi pemikiran- dan tahap lokakarya
pemikiran di dalam kelompok 2) Tersusunnya rencana Tindakan
dipandu oleh fasilitator
2) Pertanyaan yang diajukan ada pada tentang pokok-pokok bahasan nyata untuk kurun waktu
empat tingkat kesadaran: objective, tertentu menjadi suatu keputusan tertentu dan disertai dengan
reflektive, interpretative, decisional. dan Tindakan yang sifatnya tugas-tugas dan
3) Struktur ini memungkinkan peserta terfokus tanggungjawab yang diuraikan
untuk menjelajah dari hal yang 2) Tahap ini merupakan cara yang secara Bersama.
dangkal sampai pemahaman yang efektif untuk membangun
mendalam. kosensus dalam menyusun
Tindakan Bersama
Focus Group Discussion (FGD)
Ajat Sudrajat dkk (2005) mengemukakan diskusi kelompok adalah
suatu proses pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan
tertentu yang sangat spesifik melalui diskusi kelompok. Diskusi
kelompok pada dasarnya adalah wawancara kelompok yang dipandu
oleh seorang moderator, berdasarkan topik diskusi yang merupakan
pokok permasalahan.
Tujuan FGD
a. Identifikasi dan individualisasi kebutuhan-kebutuhan komunitas
berdasarkan analisis keadaan/masalah dalam sumber
b. Melibatkan berbagai unsur komunitas dalam asesmen, sehingga
lebih mengikat komitmen mereka untuk melakukan upaya-upaya
perubahan sesuai kebutuhan yang ditetapkan
c. Menjamin kegiatan pengembangan masyarakat/komunitas yang
selektif yang dapat memnuhi kebutuhan yang bersifat spesifik
d. Membangun definisi realitas dan makna dari kesulitan atau
kebutuhan yang dihadapi komunitas secara konsesus.
Langkah-langkah FGD
Moderator Langkah I : Tahap Persiapan Langkah II : Tahap Proses Diskusi
a. Menyiapkan/menetapkan peserta a. Memulai diskusi (durasi 15 menit)
b. Peserta diskusi terdiri dari anggota b. Pembukaan acara
c. Diharapkan hadir sekurang-kurangnya c. Menjelaskan maksud, tujuan, tema
75% anggota dan alat yang digunakan dalam FGD
d. Menyepakati tanggal, waktu, tempat (durasi 30 menit)
d. Mengemukakan maksud FGD
dan diskusikan dengan pimpinan e. Mengemukakan tujuan FGD
e. Membuat dan menyebarkan undangan f. Penawaran waktu diskusi/kesepakatan
f. Menyiapkan bahan dan logistic (alat waktu
g. Memotivasi partisipasi dari seluruh
tulis, instrument penelitian, ruangan, peserta FGD untuk mengungkapkan
tempat duduk, dan kosumsi) pendapat mereka masing-masing
g. Menyiapkan notulen, menunjuk orang h. Menjelaskan alat/matriks yang akan
yang bisa mencatat dengan baik dan digunakan sebelum diskusi
dipersiapkan dua orang dengan tujuan
saling bisa mengoreksi kekurangan
pencatatan proses diskusi.
Langkah-langkah FGD Langkah IV: Penutup
a. Menyimpulkan
Langkah III: Pelaksanaan Diskusi b. Mengucapkan terimakasih
a. Penggunaan matriks diskusi: jawaban dari topik yang dibahas dipilih dengan cara
menulis pada kertas dan ditempelkan di dinding, kemudian dikelompokkan dengan
jawaban yang sama.
b. Bloking dan Distribusi: fasilitator pada saat diskusi sedang berjalan berfungsi
meminimalisir pendapat dari seseorang yang dominan dengan menggunakan bahasa
halus untuk mengalihkan dominasi dan distribusikan ke anggota lain
c. Refokus: dalam diskusi kemungkinan timbul pengungkapan masalah-masalah yang
melebar, tugas dari fasilitator dalam situasi ini memfokuskan kembali kesepakatan
diskusi atau pembahasan masalah dan bukan pembahasan masalah yang lain.
d. Melerai perdebatan: dalam diskusi dengan kelompok sasaran kemungkinan terjadi
perbedaan pendapat, tugas fasilitator adalah memahami perbedaan-perbedaan pendapat
yang mungkin timbul dan tidak memihak kepada siapapun melalui kesepakatan dengan
satu suara atau sepakat untuk tidak sepakat, meskipun demikian akan ditujukan
kecenderungan umum.
e. Reframing: apabila ada usulan baru yang masih berkaitan dengan hal diatas maka perlu
untuk diperhatikan dan cermati dan menyusun kembali rencana
f. Menegosiasi waktu: Fasilitator mengingatkan waktu yang dipergunakan untuk diskusi
dan apabila waktu yang dipergunakan ternyata telah habis dari waktu yang tertera di
undangan sementara pembahasan belum selesai para anggota masih ada, maka perlu
ditawarkan kembali untuk menambah waktu diskusi kelompok terfokus.