Nama : Marda Cahyanti Retnosari
Email : [email protected]
MINUMAN KEKINIAN ( BUBBLE TEA DRINK )
Di Indonesia, minuman boba masuk pertama kali pada 2000 yaitu dengan bukanya
gerai Quickly. Bubble atau boba yang terdapat di minuman ini berasal dari mutiara
tapioka (sejenis makanan tradisional yang mirip cendol). Bubble ini diolah dengan cara
direbus dan dicampurkan dengan gula merah, sehingga terbentuklah bola-bola berwarna
kehitaman yang manis, lembut, dan kenyal ketika dikunyah.
Bubble tea adalah minuman manis yang mengandung banyak gula. Pada minuman
ini sering ditambahkan sirup, susu, perisa teh, serta topping, seperti agar-agar
dan pudding, sehingga kadar gula, lemak, dan kalori yang terkandung di dalamnya
cenderung tinggi.
Selain itu, mutiara tapioka kering yang merupakan komponen utama dari minuman ini
juga memiliki kalori yang cukup tinggi, namun minim vitamin, protein, dan serat. Apabila
sudah diracik menjadi bubble milk tea, 1 porsi standar (sekitar 475 ml) mengandung
sekitar 38 gram gula dan 350-500 kalori. Total kalori dalam 1 gelas bubble tea tersebut
sudah melebihi batas asupan gula yang direkomendasikan oleh American Heart
Association, yaitu 150 kalori per hari untuk pria dewasa dan 100 kalori per hari untuk
wanita dewasa.
Boba memberikan manfaat kesehatan yang sangat sedikit. Sementara kalorinya
memberikan energi, tidak akan memperoleh manfaat kesehatan atau nutrisi yang
substansial dari mengonsumsi makanan manis. Pada akhirnya, boba benar-benar
hanyalah seperti manisan yang ditenggelamkan dalam cairan yang mengandung banyak
gula.Teh yang terkandung dalam minuman ini mungkin merupakan satu-satunya
kebaikan yang dapat ditawarkan minuman berkalori tinggi ini.
Agar tidak berdampak buruk terhadap kesehatan, konsumsi bubble tea harus
dibatasi. Beberapa ahli dari Singapura ( Mount Alvernia ) mengatakan, kita dapat
meminum bubble tea secara sehat diantaranya:
• Pilih ukuran cangkir yang lebih kecil
• Pilih teh hijau “polos”, teh oolong atau teh hitam
• Minta kadar gula 30 persen atau lebih rendah
• Minta susu segar, rendah lemak, atau skim, bukan creamer non-dairy
• Jangan gunakan topping, atau pilih opsi topping yang rendah kalori seperti
lidah buaya atau kacang merah.
Sajian boba (bubble tea) yang terbuat dari tepung tapioka kenyal dari Taiwan ini telah
populer dikalangan para milenial Asia hingga internasional, termasuk Indonesia. Sajian
boba hadir dalam berbagai varian rasa hingga bubble dalam berbagai ukuran. Bahkan,
saking populernya boba terdapat beragam inovasi hidangan unik dari boba. Inovasi
tersebut diantaranya : Pizza boba, Ramen boba, Shusi boba, Indomie boba, dan boba
milk tea cake.
Di balik inovasi bubble tea yang perlu diwaspadai adalah bahayanya jika di makan
dengan jumlah berlebih. Bubble tea memicu kenaikan berat badan. Bayangkan saja,
segelas bubble tea ukuran 500 ml lengkap dengan pearl mengandung sekitar 500 kalori.
Semakin mengejutkan, bola-bola kenyal kesukaanmu itu menyumbang 100-200 kalori
dari 500 kalori tersebut. Ini karena pearl terbuat dari tapioka dengan bahan dasar
singkong yang merupakan sumber karbohidrat. Hal tersebut berpotensi membuat
obesitas bahkana penyakit kronis lainnya. Sangat disarankan mengikuti tips dari
beberapa ahli agar tetap sehat meminum bubble tea.
Inovasi terus bertumbuh tentunya minuman bubble tea ini dapat di desain lenih sehat
dari bahan baku seperti ulasan dari para ahli sebelumnya dan teknisnya. Kebutuhan
teknis sesuai keinginan dan kebutuhan konsumen yaitu bekerjasama dengan profesional
produk milk tea dan susu untuk pembuatan resep, dan menggunakan bahan baku teh,
krimer nabati dan susu yang masih segar. Bahan baku ini bisa dibuat lebih sehat
komposisinya misalnya, menggunakan susu low fat atau soya. Selain itu memberikan
pilihan kepada konsumen seperti normal sugar atau less sugar. Pilihan boba bisa diganti
pilihan lain juga saat membeli dengan jelly, kacang - kacangan, dll. Pilihan tersebut tidak
memberatkan konsumen maupun produsen. Bahan- bahan yang diproses dengan baik
tentunya bubble tea ini bisa diterima bagi kesehatan konsumen, untuk brand image yaitu
bekerjasama dengan pihak Event Organizer (EO) dan Kepariwisataan. Akan banyak
event -event produk buble tea ini tentunya menunjang pelaku bisnis dalam pemasaran
produk bubble tea dan tentunya disertai edukasi kesehatan. Mengajak food blogger
untuk mengedukasi konsumen tentang adanya bahaya mengkonsumsi buble tea bila
diminum berlebihan namun dikemas dengan bentuk promosi produk, dengan adanya
edukasi. Konsumen merasa mendapatkan perlindungan kesehatan secara tidak
langsung