PENGELOLAAN
PROGRAM YANG
BERDAMPAK PADA
MURID
PENDAHULUAN
Untuk mewujudkan program yang berdampak pada murid, UPTD SDN 122366
PEMATANGSIANTAR dengan visi Religius dan Unggul memiliki sumber daya
atau aset yang sangat memadai. Mulai dari modal sumber daya manusia,
sosial, fisik atau sarana dan prasana, lingkungan atau alam, politik, finansial,
agama dan budaya dapat digunakan sebagai penunjang program sekolah
yang diharapkan.
Sebagai implementasi dari pemanfaatan tujuh aset yang
menunjang pembelajaran, program sekolah yang dibuat
harus mempunyai ketentuan menjadi panduan dalam
menyusun rencana program tersebut. Salah satu
panduan yang dapat digunakan adalah dengan
menerapkan paradigma inkuiri apresiatif melalui
tahapan BAGJA, manajemen risiko, dan MELR.
1. Menerapkan paradigma apresiatif melalui
tahapan BAGJA
BAGJA merupakan akronim (singkatan) dari 5
langkah utama yang digunakan dalam sebuah
proses Inkuiri Apresiatif. Inkuiri apresiatif
merupakan sebuah pendekatan kolaboratif
untuk mengetahui kondisi suatu organisasi
atau komunitas dalam mengembangkan
perilaku suatu organisasi dan dijalankan
dalam suasana yang positif dan apresiatif.
Lima tahapan utama yang dijalankan dalam
BAGJA tersebut adalah:
Buat pertanyaan utama
Pertanyaan Utama ini digunakan sebagai penentu
arah penelurusan terkait perubahan yang kita
inginkan. Berikut ini contoh pertanyaan yang
dapat digunakan untuk memulai proses lainnya.
Bagaimana meningkatkan pencapaian peserta
didik disemua kelas?
Bagiamana membiasakan penumbuhan karakter
baik di lingkungan sekolah?
Bagaimana meningkatkan keterlibatan murid
dengan cara dan ragam yang berbeda?
BAGJA
Ambil Pelajaran
Langkah ini dapat dilakukan setelah pertanyaan
utama disepakati. Bagian ini akan menuntun
mengambil pelajaran dari pengalaman individu
atau kelompok baik dalam unsur yang berbeda
maupun sama.
Langkah Gali Mimpi bersama
selanjutnya dalah gali mimpi bersama. Pada tahapan ini komunitas
sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Siswa) akan menggali mimpi
sebagai keadaan ideal yang diinginkan dengan digambarkan secara
rinci melalui sebuah narasi dan diperlukan pertanyaan-pertanyaan
pemandu dalam penyusunan narasi, misal:
Seperti apa orang-orang yang terlibat di dalamnya terlihat,
bertindak, berpikir, dan merasa?
Bagaimana penampakan lingkungannya secara fisik?
Apakah kebiasaan-kebiasaan baru yang kita bayangkan akan
terjadi?
Sumber daya apa yang kita bayangkan akan tersedia?
Jabarkan rencana untuk mencapai gambaran yang
diinginkan
Tahapan ini akan mengidentifikasi tindakan yang diperlukan dan
mengambil keputusan-keputusan. Ketika perencanaan awal
kita perlu membuat pertanyaan-pertanyaan untuk membantu
penyusunan rencana agar lebih konkret, seperti:
• Siapa yang akan melakukan apa, bagaimana, dan kapan?
• Bagaimana mengukur kemajuan dan melanjutkan langkah?
• Bagaimana agar setiap orang dalam komunitas sekolah dapat
secara informal melakukan improvisasi dan kontribusi
membantu terwujudnya perubahan?
• Apa langkah-langkah kecil yang diperlukan?
• Apa langkah besar (inovatif, terobosan, berani) untuk
memperbesar terwujudnya perubahan?
Atur Eksekusi
Tahapan ini membantu transformasi rencana menjadi
nyata. Diperlukan pertanyaan2 yang dapat membantu
memutuskan peran dan kesepakatan-kesepakatan
pelaksanaan seperti:
Siapa yang akan terlibat mewujudkan rencana-rencana?
Bagaimana mereka mengomunikasikan dan
melaporkan kemajuan? Kepada siapa?
Siapa yang akan bertanggungjawab, siapa yang akan
menindaklanjuti/memberikan umpan balik suatu
laporan?
Siapa yang akan memonitor batas waktu?
Langkah-langkah kongkrit yang bisa kita lakukan dalam menerapkan BAGJA yang
menggunakan paradigma inkuiri apresiatif adalah:
• Menyusun rencana perubahan
• Memahami kekuatan yang ada di sekolah, sebagai dasar untuk melakukan
perubahan positif
• Mengevaluasi hal-hal positif yang ada di sekolah
• Berkolaborasi dengan stakeholders dan rekan sejawat
• Dukungan dan motivasi dari seluruh stakeholders
• Pendekatan psikologi positif.
• Dari semua langkah yang kita susun kita harus mengupayakan agar kelemahan
suatu sistem dalam organisasi menjadi tidak relevan, karena semua aspek
dalam organisasi fokus pada penyelarasan kekuatan, dengan satu tujuan yaitu
mengatasi kelemahan.
Penerapan Manajemen Risiko pada Program yang Dibuat
Sedangkan manajemen resiko merupakan sebuah langkah awal yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi segala sesuatu yang kemungkinan besar dapat
terjadi. Oleh karena itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan wajib
melakukan rangkaian analisis dan metodologi yang dapat digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengendalikan dan mengevaluasi risiko yang mungkin
timbul dari pelaksanaan program sekolah.
Dalam dunia pendidikan ada beberapa tipe resiko, diantaranya:
Resiko Strategis, resiko ini akan mepengaruhi terhadap pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.
Resiko Keuangan, resiko yang berhubungan dengan keterbatasan finansial.
Resiko operasional, resiko terkait mengganggu terhadap keberlangsungan proses
manajemen.
Resiko pemenuhan, resiko yang mempengaruhi terhadap pemenuhan aturan dan
hukum yang dianut dalam melakukan proses dan prosedural internal.
Resiko Reputasi, resiko yang berpengaruh terhadap nama baik dan citra lembaga.
Dalam melaksanakan manajemen risiko ada beberapa tahapan
yang dilalui sebagai berikut:
identifikasi jenis resiko;
pengukuran resiko;
melakukan strategi dalam pengendalian risiko; dan,
melakukan evaluasi terus-menerus, maju dan berkelanjutan.
Pemetaan sekolah sangat penting dilakukan untuk mendapatkan
data terkait aset atau kekuatan yang dimiliki sekolah. Kekuatan
yang dimiliki sekolah dijadikan sebagai modal dalam membantu
sekolah menPjaelsaqnkuainsapsrorgeraamliz-pardogarsam yang berdampak pada
murid. Proses pemetaan yang dilakukan sebagai salah satu
upaya sekolah dalam menerapkan inkuiri apresiatif tahapan
BAGJA.
Penerapan MELR (Monitoring, Evaluation,).
Learning and Reporting).
Selain penerapan pendekatan Inquiri Apresiatif
melalui tahapan BAGJA dan Manajemen Risiko,
salah satu strategi yang digunakan dalam
pengelolaan program yang berdampak pada murid
adalah dengan menggunakan strategi MELR
(Monitoring, Evaluation, Learning and Reporting
Keterkaitan Modul 3.3 dengan Modul-modul lain pada Materi
Pendidikan Guru Prnggerak
Modul 3.3. Pengelolaan Program yang berdampak pada murid
memiliki keterkaitan dengan modul sebelumnya. Berikut adalah
deskripsi keterkaitan modul 3.3 dengan modul sebelumnya.
Kaitannya dengan Filosofi pemikiran Ki Hajar
Dewantara
Proses menuntun yang dilakukan guru untuk
memerdekakan belajar murid akan cepat terrealisasi
dengan program-program sekolah yang berdampak
pada murid. Program-program sekolah yang
mengarahkan dan menuntun murid untuk bisa hidup
sesuai dengan kodrat alam dan zamannya. Segala
potensi yang dimiliki murid akan berkembang secara
maksimal dengan adanya program yang berdampak
pada murid.
Kaitannya dengan Inkuiri Apresiatif
Dalam menyusun program, sekolah akan merancang
sebuah program yang dapat dirasakan dan berdampak
pada pengembangan murid dan sekolah itu sendiri.
Program yang berdampak murid akan didapatkan
dengan menyusun program tersebut secara kolaboratif
dan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki. Kekuatan
yang dikembangkan agar memiliki kekhasan sendiri
yang membedakan dengan sekolah lainnya. Proses
penyusunan program tersebut mengimplementasikan
tahapan BAGJA dengan menerapkan pendekatan
inkuiri apresiatif.
Kaitannya dengan pengelolaan aset sekolah
Segala aset/kekuatan/potensi yang dimiliki sekolah haruslah dipetakan,
dikelola dan dimanfaatkan untuk mendukung dan mewujudkan program
yang berdampak pada murid. Program yang berdampak pada murid akan
cepat dan tepat terlaksana jika aset-aset dimiliki sekolah dapat
dimaksimalkan.
Terimakasih
&
Salam Semangat