The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by smpn2watumalang97, 2022-04-04 17:33:00

Legenda Putri Cermin Cina

Selamat membaca!

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

Legenda Putri Cermin Cina

CERITA RAKYAT Daerah JAMBI
Ilsa Dewita Putri Soraya

Bacaan untuk Remaja
Setingkat SMP



MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN

CERITA RAKYAT DAERAH JAMBI

LEGENDA PUTRI CERMIN CINA

Ilsa Dewita Putri Soraya

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

LEGENDA PUTRI CERMIN CINA

Penulis : Ilsa Dewita Putri Soraya

Penyunting : Kity Karenisa

Ilustrator : Gian Sugianto

Penata Letak : Venny Kristel Chandra

Diterbitkan pada tahun 2017 oleh
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
Jalan Daksinapati Barat IV
Rawamangun
Jakarta Timur

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Isi buku ini, baik sebagian maupun seluruhnya, dilarang diperbanyak
dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali
dalam hal pengutipan untuk keperluan penulisan artikel atau
karangan ilmiah.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)
PB

398.209 598 1 Soraya, Ilsa Dewita Putri
SOR Legenda Putri Cermin Cina: Cerita Rakyat dari Jambi/Ilsa
l Dewita Putri Soraya. Kity Karenisa (Penyunting). Jakarta:
Badan Pengembangan dan Pembinaan bahasa, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan, 2016.
viii; 57 hlm.; 21 cm.

ISBN: 978-602-437-036-7

1. KESUSASTRAAN RAKYAT-SUMATRA
2. CERITA RAKYAT-JAMBI

Sambutan

Karya sastra tidak hanya rangkaian kata demi kata,
tetapi berbicara tentang kehidupan, baik secara realitas
ada maupun hanya dalam gagasan atau cita-cita manusia.
Apabila berdasarkan realitas yang ada, biasanya karya sastra
berisi pengalaman hidup, teladan, dan hikmah yang telah
mendapatkan berbagai bumbu, ramuan, gaya, dan imajinasi.
Sementara itu, apabila berdasarkan pada gagasan atau
cita-cita hidup, biasanya karya sastra berisi ajaran moral,
budi pekerti, nasihat, simbol-simbol filsafat (pandangan
hidup), budaya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan
kehidupan manusia. Kehidupan itu sendiri keberadaannya
sangat beragam, bervariasi, dan penuh berbagai persoalan
serta konflik yang dihadapi oleh manusia. Keberagaman
dalam kehidupan itu berimbas pula pada keberagaman dalam
karya sastra karena isinya tidak terpisahkan dari kehidupan
manusia yang beradab dan bermartabat.
Karya sastra yang berbicara tentang kehidupan tersebut
menggunakan bahasa sebagai media penyampaiannya dan
seni imajinatif sebagai lahan budayanya. Atas dasar media
bahasa dan seni imajinatif itu, sastra bersifat multidimensi
dan multiinterpretasi. Dengan menggunakan media bahasa,
seni imajinatif, dan matra budaya, sastra menyampaikan
pesan untuk (dapat) ditinjau, ditelaah, dan dikaji ataupun
dianalisis dari berbagai sudut pandang. Hasil pandangan
itu sangat bergantung pada siapa yang meninjau, siapa
yang menelaah, menganalisis, dan siapa yang mengkajinya
dengan latar belakang sosial-budaya serta pengetahuan
yang beraneka ragam. Adakala seorang penelaah sastra
berangkat dari sudut pandang metafora, mitos, simbol,
kekuasaan, ideologi, ekonomi, politik, dan budaya, dapat

iii

dibantah penelaah lain dari sudut bunyi, referen, maupun
ironi. Meskipun demikian, kata Heraclitus, “Betapa pun
berlawanan mereka bekerja sama, dan dari arah yang
berbeda, muncul harmoni paling indah”.
Banyak pelajaran yang dapat kita peroleh dari membaca
karya sastra, salah satunya membaca cerita rakyat yang
disadur atau diolah kembali menjadi cerita anak. Hasil
membaca karya sastra selalu menginspirasi dan memotivasi
pembaca untuk berkreasi menemukan sesuatu yang baru.
Membaca karya sastra dapat memicu imajinasi lebih lanjut,
membuka pencerahan, dan menambah wawasan. Untuk itu,
kepada pengolah kembali cerita ini kami ucapkan terima
kasih. Kami juga menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada Kepala Pusat Pembinaan, Kepala Bidang
Pembelajaran, serta Kepala Subbidang Modul dan Bahan Ajar
dan staf atas segala upaya dan kerja keras yang dilakukan
sampai dengan terwujudnya buku ini.
Semoga buku cerita ini tidak hanya bermanfaat
sebagai bahan bacaan bagi siswa dan masyarakat untuk
menumbuhkan budaya literasi melalui program Gerakan
Literasi Nasional, tetapi juga bermanfaat sebagai bahan
pengayaan pengetahuan kita tentang kehidupan masa lalu
yang dapat dimanfaatkan dalam menyikapi perkembangan
kehidupan masa kini dan masa depan.

Salam kami,

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum.
Kepala Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa

iv

Pengantar

Sejak tahun 2016, Pusat Pembinaan, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa),
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melaksanakan
kegiatan penyediaan buku bacaan. Ada tiga tujuan penting
kegiatan ini, yaitu meningkatkan budaya literasi baca-
tulis, mengingkatkan kemahiran berbahasa Indonesia, dan
mengenalkan kebinekaan Indonesia kepada peserta didik di
sekolah dan warga masyarakat Indonesia.
Untuk tahun 2016, kegiatan penyediaan buku ini
dilakukan dengan menulis ulang dan menerbitkan cerita
rakyat dari berbagai daerah di Indonesia yang pernah ditulis
oleh sejumlah peneliti dan penyuluh bahasa di Badan Bahasa.
Tulis-ulang dan penerbitan kembali buku-buku cerita rakyat
ini melalui dua tahap penting. Pertama, penilaian kualitas
bahasa dan cerita, penyuntingan, ilustrasi, dan pengatakan.
Ini dilakukan oleh satu tim yang dibentuk oleh Badan Bahasa
yang terdiri atas ahli bahasa, sastrawan, illustrator buku,
dan tenaga pengatak. Kedua, setelah selesai dinilai dan
disunting, cerita rakyat tersebut disampaikan ke Pusat
Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, untuk dinilai kelaikannya sebagai bahan bacaan
bagi siswa berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Dari dua
tahap penilaian tersebut, didapatkan 165 buku cerita rakyat.
Naskah siap cetak dari 165 buku yang disediakan
tahun 2016 telah diserahkan ke Sekretariat Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk selanjutnya
diharapkan bisa dicetak dan dibagikan ke sekolah-sekolah
di seluruh Indonesia. Selain itu, 28 dari 165 buku cerita
rakyat tersebut juga telah dipilih oleh Sekretariat Presiden,

v

Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, untuk
diterbitkan dalam Edisi Khusus Presiden dan dibagikan
kepada siswa dan masyarakat pegiat literasi.
Untuk tahun 2017, penyediaan buku—dengan
tiga tujuan di atas dilakukan melalui sayembara dengan
mengundang para penulis dari berbagai latar belakang.
Buku hasil sayembara tersebut adalah cerita rakyat, budaya
kuliner, arsitektur tradisional, lanskap perubahan sosial
masyarakat desa dan kota, serta tokoh lokal dan nasional.
Setelah melalui dua tahap penilaian, baik dari Badan Bahasa
maupun dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, ada 117 buku
yang layak digunakan sebagai bahan bacaan untuk peserta
didik di sekolah dan di komunitas pegiat literasi. Jadi, total
bacaan yang telah disediakan dalam tahun ini adalah 282
buku.
Penyediaan buku yang mengusung tiga tujuan di
atas diharapkan menjadi pemantik bagi anak sekolah,
pegiat literasi, dan warga masyarakat untuk meningkatkan
kemampuan literasi baca-tulis dan kemahiran berbahasa
Indonesia. Selain itu, dengan membaca buku ini, siswa dan
pegiat literasi diharapkan mengenali dan mengapresiasi
kebinekaan sebagai kekayaan kebudayaan bangsa kita yang
perlu dan harus dirawat untuk kemajuan Indonesia. Selamat
berliterasi baca-tulis!

Jakarta, Desember 2017

Prof. Dr. Gufran Ali Ibrahim, M.S.
Kepala Pusat Pembinaan
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa

vi

Sekapur Sirih

Syukur alhamdulillah kepada Allah Swt. penulis
sampaikan. Cerita rakyat ini dapat dibaca oleh siswa dan
pencinta sastra di seluruh Indonesia. Jambi merupakan
salah satu daerah Melayu yang kaya akan budaya. Setiap
kelompok masyarakat yang berasal dari daerah yang berbeda
di Provinsi Jambi memiliki cerita rakyat yang beragam dan
sarat dengan nilai-nilai kearifan lokal yang menjadi ciri khas
setiap kelompok dan daerah tersebut. Semua itu tentunya
harus dapat diwariskan kepada generasi muda agar mereka
tidak lupa dengan akar budaya mereka.
Sebuah cerita rakyat perlahan-lahan akan sirna jika
tidak dilestarikan. Untuk itu, penulis berharap keberadaan
cerita ini dapat bermanfaat sebagai pendukung dalam
mempertahankan dan melestarikan budaya daerah Jambi
khususnya dan budaya Indonesia pada umumnya. Penulis
menyadari, dalam tulisan ini terdapat banyak kelemahan
dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis berharap kepada
pembaca buku ini kritik serta saran untuk menyempurnakan
cerita ini.

Jambi, April 2016
Ilsa Dewita Putri Soraya

vii

DAFTAR ISI

Sambutan............................................................ iii
Pengantar........................................................... v
Sekapur Sirih....................................................... vii
Daftar isi............................................................. viii
Legenda Putri Cermin Cina................................... 1
Biodata Penulis.................................................... 53
Biodata Penyunting.............................................. 55
Biodata Ilustrator............................................... 56

viii

LEGENDA PUTRI CERMIN CINA

Dahulu kala, di negeri Jambi —tepatnya di Kecamatan
Pemayung, Kabupaten Batanghari sekarang— terdapat
sebuah kerajaan yang berada di tepi Sungai Batanghari.
Kerajaan tersebut dipimpin oleh seorang raja bernama
Sultan Mambang Matahari. Beliau dikenal sebagai
seorang raja yang gagah, berwibawa, adil, dan
bijaksana. Kearifannya dalam memimpin kerajaan
membuat Sultan Mambang Matahari sangat dicintai
oleh rakyatnya. Seluruh rakyat hidup bahagia, saling
menyayangi, dan tolong-menolong. Rakyat di kerajaan
itu hidup sejahtera dari hasil bertani, berkebun, dan
beternak.

Sultan Mambang Matahari selalu berpikir tentang
kepentingan rakyatnya. Ia menjadi tempat bertanya
bagi seluruh lapisan masyarakat. Pintu istananya
selalu terbuka lebar bagi siapa saja yang datang untuk
meminta nasihatnya, baik laki-laki atau perempuan,
tua atau muda, besar atau kecil. Setiap orang yang

1

datang kepadanya akan pulang dengan puas karena
telah beroleh jalan keluar untuk masalah yang dihadapi.
Oleh karena itu, tidaklah mengherankan, jika seluruh
rakyat di kerajaan yang dipimpinnya hidup dengan
penuh kedamaian.

Sultan Mambang Matahari dikarunia seorang putra
dan seorang putri yang beranjak dewasa. Putranya
bernama Tuan Muda Selat. Tuan Muda Selat mewarisi
kerupawanan dan kerendahhatian ayahnya. Ia ramah
dan tidak pandang bulu dalam bergaul sehingga ia
memiliki banyak teman.

Sayangnya, tidak semua sifat baik ayahnya
menurun kepada Tuan Muda Selat. Tuan Muda Selat
seorang yang ceroboh. Ia sering tidak berhati-hati
dalam bertindak.

Putri Sultan Mambang Matahari, adik Tuan Muda
Selat, bernama Putri Cermin Cina. Ia seorang gadis
berparas jelita. Kulitnya putih bak pualam Cina.
Rambutnya legam bak mayang mengurai. Pipinya elok
bak pauh dilayang. Matanya cemerlang seperti bintang

2

timur dengan alis mata bak semut beriring. Semua orang
yang melihatnya akan berdecak kagum dengan keelokan
parasnya. Bibirnya yang seperti delima merekah selalu
tersenyum kepada siapa saja yang dijumpainya.

Keindahan rupa Putri Cermin Cina makin sempurna
dengan kehalusan budi pekertinya dan kesantunan
tutur katanya. Ia berbeda dengan kakaknya yang
ceroboh. Putri Cermin Cina merupakan seorang yang
sangat cermat dalam bertindak. Ia rajin dan terampil
dalam melakukan berbagai pekerjaan rumah tangga,
seperti memasak, menenun, membatik, merajut,
menyulam, dan menata ruangan yang ada di istana.
Semua pekerjaan itu dilakukannya dengan telaten dan
senang hati.

Pada suatu pagi, ketika Sultan Mambang Matahari
dan anak-anaknya sedang bercengkerama di taman
istana yang asri, tiba-tiba datang seorang hulubalang
menemui mereka.

“Mohon maaf, Paduka. Ada kabar penting
yang ingin hamba sampaikan kepada Paduka,” kata
hulubalang tersebut dengan takzim.

3

“Ada baiknya kabar itu disampaikan di dalam
saja. Mari kita naik ke istana,” ajak Sultan Mambang
Matahari.

Setibanya di dalam istana, Sultan Mambang
Matahari segera duduk di singgasananya. Tuan Muda
Selat dan Putri Cermin Cina mendampingi ayah mereka
di kiri dan kanan singgasana.

4

“Kabar penting apa gerangan yang kau bawa,
Hulubalang?” tanya Sultan Mambang Matahari.

“Tersiar kabar bahwa dalam waktu dekat akan ada
seorang saudagar kaya beserta anak buahnya yang
akan datang kemari untuk berdagang, Paduka,” jawab
hulubalang itu.

“Dari mana saudagar itu berasal?” tanya Sultan
Mambang Matahari lagi.

“Ampun, Paduka. Hamba belum tahu pasti asal
negerinya, tetapi banyak yang mengatakan ia datang
dari negeri yang jauh.”

“Apa sebelumnya saudagar itu pernah kemari?”
Sultan Mambang Matahari kembali bertanya.
“Sekiranya ia pernah kemari, kita pasti mengenalnya.
Sudah banyak saudagar kaya yang datang ke kerajaan
kita. Bahkan tidak sedikit pula yang kembali datang
untuk meningkatkan kerja sama dengan kita.”

“Saudagar itu belum pernah datang kemari,
Paduka,” jawab hulubalang itu lagi.

5

“Kalau begitu, undang saudagar itu beserta
rombongannya untuk datang ke istana ini ketika mereka
tiba nanti!” perintah Sultan Mambang Matahari kepada
hulubalang istana yang menghadapnya itu.

“Baik, Paduka. Akan hamba laksanakan titah
Paduka. Hamba mohon undur diri, Paduka.”

Hulubalang pun pergi meninggalkan Sultan
Mambang Matahari, Tuan Muda Selat, dan Putri Cermin
Cina.

“Siapa pun yang datang dengan niat baik ke kerajaan
kita, wajib kita jamu dengan baik pula. Ingatlah selalu
bahwa batang pulai berjenjang naik meninggalkan ruas
dengan buku, manusia berjenjang turun meninggalkan
perangai dengan laku. Berbuat baiklah selalu kepada
siapa saja sesuai dengan ajaran adat budaya kita.
Hormati dan hargai setiap tamu yang datang,” nasihat
Sultan Mambang Matahari kepada Tuan Muda Selat
dan Putri Cermin Cina.

“Baik, Ayah,” jawab Tuan Muda Selat dan Putri
Cermin Cina bersamaan.

6

Sudah menjadi kebiasaan bagi Sultan Mambang
Matahari untuk mengundang dan menjamu setiap
pendatang dari jauh yang berkunjung ke daerahnya
dengan tujuan berdagang, bekerja sama, atau sekadar
melihat-lihat kemakmuran kerajaan yang dipimpinnya.
Ia ingin siapa saja yang berkunjung ke kerajaannya
mendapat kesan yang baik sehingga silaturahmi antara
kerajaannya dan daerah tersebut akan terus terjalin.

“Anakku, Putri Cermin Cina, tolong kau siapkan
hidangan terbaik untuk menjamu saudagar dan
rombongannya itu. Mereka datang dari jauh, pastilah
mereka lelah setibanya di sini,” perintah Sultan
Mambang Matahari kepada Putri Cermin Cina.

“Baik, Ayah. Akan Ananda laksanakan perintah
Ayahanda,” jawab Putri Cermin Cina.

“Kau, Tuan Muda Selat, perintahkan para pelayan
istana mengatur tempat perjamuan untuk tamu kita
nanti,” perintah Sultan Mambang Matahari kepada
Tuan Muda Selat.

7

“Segera hamba laksanakan, Ayah,” jawab Tuan
Muda Selat dengan penuh hormat.

Setiap ada tamu kerajaan yang datang, Sultan
Mambang Matahari selalu meminta bantuan putrinya
untuk mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan
untuk menjamu para tamu. Putri Cermin Cina senang
melakukan tugas yang diberikan ayahnya. Putri Cermin
Cina mengerjakan segala sesuatunya dengan cermat
dan senang hati. Ia dibantu para pelayan istana untuk
menghidangkan makanan dan minuman lezat yang
menjadi ciri khas makanan dan minuman dari kerajaan
mereka.

Keesokan harinya, Putri Cermin Cina mengajak
dayang-dayang dan juru masak istana pergi berbelanja
untuk keperluan membuat jamuan untuk saudagar
beserta rombongannya yang akan datang ke kerajaan
mereka.

“Apa tidak sebaiknya kami saja yang membeli
seluruh bahan makanan untuk jamuan besok, Tuan
Putri?” tanya juru masak istana.

8

“Iya, Tuan Putri. Tak perlulah Tuan Putri berpanas-
panas turut serta ke pasar untuk membeli keperluan
jamuan besok. Cukup kami saja yang pergi membeli,”
imbuh salah seorang dayang-dayangnya.

Putri Cermin Cina tersenyum. Ia mengerti
kekhawatiran dayang-dayang dan juru masak istana.
Mereka pasti khawatir ia tidak akan nyaman berada di
tengah-tengah keramaian pasar.

“Tidak ada yang perlu dirisaukan. Aku hanya ingin
memilih sendiri sayur-mayur, lauk-pauk, dan rempah-
rempah yang segar dan terbaik,” katanya dengan
lembut.

“Hamba akan pilihkan semua yang terbaik, Tuan
Putri,” juru masak istana berusaha meyakinkan Putri
Cermin Cina.

“Biarkan aku ikut serta. Sudah lama juga rasanya
aku tidak bertemu dan berbincang-bincang dengan
orang-orang di luar sana,” ujar Putri Cermin Cina.
“Lagi pula aku juga ingin membeli beberapa benang
tenun yang sudah habis,” imbuhnya.

9

Dayang-dayang dan juru masak istana tidak kuasa
mengurungkan niat Putri Cermin Cina untuk ikut serta
membeli bahan-bahan makanan bersama mereka. Para
dayang-dayang pun bisa memaklumi keinginan sang
putri untuk berjalan-jalan dan mencuci mata di luar
istana karena sudah beberapa minggu belakangan ini
Putri Cermin Cina menghabiskan waktu dengan tekun
menenun di kamarnya.

“Baiklah, jika memang begitu kehendak Tuan Putri.
Mari kita segera berangkat agar sampai di pasar
sebelum tinggi hari,” ajak juru masak istana.

Putri Cermin Cina terlihat gembira bertemu
dengan orang-orang di sepanjang perjalanan mereka.
Tak henti-henti ia melemparkan senyum dan sesekali
menyapa mereka dengan ramah. Tidak ada yang tidak
terpukau dengan kecantikan Putri Cermin Cina yang
berbaju kurung dan tekuluk pada pagi itu. Seluruh
mata tertuju pada keelokan rupanya dan tubuhnya
yang semampai. Semua orang, bujang-gadis, tua-
muda, juga besar-kecil jatuh hati dengan roman dan
pembawaannya yang lemah gemulai.

10

“Elok nian rupa Tuan Putri Cermin Cina. Tak puas-
puas mata memandangnya,” ujar salah seorang pemuda
yang dilewati oleh Putri Cermin Cina.

“Siapakah gerangan yang nanti beruntung
mempersuntingnya?” tanya yang lain sambil terus
mengamati gerak-gerik sang putri.

“Siapa pun itu, yang pasti hendaklah yang sama
bagus roman dan baik hatinya dengan Tuan Putri,”
jawab yang lain.

Menjelang siang, ketika matahari sudah tepat di
atas kepala, Putri Cermin Cina, para dayang-dayang,
dan juru masak kembali ke istana setelah membeli
semua kebutuhan yang diperlukan. Putri Cermin Cina
pulang dengan hati senang karena dapat bertemu
dengan banyak orang dan bertegur sapa serta sesekali
bercengkerama dengan mereka.

Di istana, Tuan Muda Selat dengan dibantu
para pelayan istana juga sibuk mempersiapkan dan
membersihkan ruangan yang akan menjadi tempat
menjamu saudagar beserta rombongannya.

11

12

Keesokan harinya, kapal saudagar kaya dan
rombongan tersebut merapat di pelabuhan kerajaan.
Kapal tersebut sarat akan muatan barang-barang
pecah belah dari keramik, bahan pakaian, dan beraneka
ragam perhiasan bagus dan berkualitas tinggi. Orang-
orang ramai melihat dan mengagumi kapal besar itu.
Selama ini belum pernah ada kapal sebesar itu yang
bersauh di pelabuhan kerajaan mereka.

Kabar merapatnya kapal besar milik saudagar kaya
tersebut disampaikan oleh hulubalang kepada Sultan
Mambang Matahari di istana.

“Yang Mulia, Tuanku Paduka, kapal saudagar kaya
itu telah merapat di pelabuhan kita.”

“Kalau begitu, segera sampaikan kepada saudagar
tersebut bahwa aku mengundangnya beserta seluruh
anak buahnya untuk datang dan bersantap malam di
istana kita,” titah Sultan Mambang Matahari.

“Segera hamba sampaikan, Paduka,” hulubalang
itu bergegas meninggalkan istana menuju pelabuhan
untuk menemui saudagar kaya tersebut.

13

Setibanya hulubalang di pelabuhan, dilihatnya
kesibukan orang-orang yang sedang membongkar
muatan kapal. Mereka menurunkan peti-peti besar
berisi dagangan ke daratan.

Hulubalang mengamati kesibukan bongkar muat
itu sejenak. Diamatinya seorang demi seorang yang
sedang bekerja menurunkan peti-peti besar tersebut.

“Yang mana benar saudagar kaya itu?” tanya
hulubalang itu membatin.

Matanya tak henti memperhatikan lalu-lalang
orang-orang yang bekerja, orang-orang yang naik-
turun kapal. Beberapa saat kemudian, matanya
tertumbuk pada seorang muda yang berdiri di geladak
kapal. Penampilannya agak berbeda dengan orang-
orang yang tengah mengangkat peti-peti besar dari
kapal.

“Apakah pemuda itu saudagar pemilik kapal ini?”
batinnya pula.

Ia khawatir salah orang. Belum ada ditemuinya
saudagar kaya yang semuda itu datang ke kerajaan ini.

14

“Maaf, kalau boleh saya bertanya, siapa pemilik
kapal dagang ini?” tanya hulubalang kepada salah
seorang anak buah kapal yang lewat di depannya.

“Kapal ini milik Tuan Muda Senaning.”
“Saya membawa amanat dari raja untuk beliau,”
ujar hulubalang.
“Mari saya antar Tuan kepadanya!” ajak anak buah
kapal tersebut.
Hulubalang tersebut turut serta ke atas kapal.
Anak buah kapal itu mengantarnya ke tempat pemuda
yang sedari tadi diamatinya.
“Ada utusan raja yang ingin bertemu Tuan,” kata
anak buah kapal tersebut dengan hormat.
Pemuda itu memandang hulubalang sejenak
sebelum meminta anak buahnya untuk kembali bekerja.
Hulubalang merapatkan tangannya memberi salam
kepada pemuda itu. Benar dugaannya bahwa pemuda
yang berdiri di depannya ini adalah pemilik kapal
beserta seluruh peti-peti besar yang ada di dalamnya.

15

“Maaf, saya mengganggu kesibukan Tuan sejenak,”
ujar hulubalang dengan penuh hormat.

“Tidak apa-apa, Tuan.”
“Saya hulubalang kerajaan. Saya diperintah Sultan
Mambang Matahari untuk menyampaikan pesannya
kepada Tuan,” terang hulubalang.
“Pesan apa gerangan itu, Tuan?”
“Raja mengundang Tuan beserta seluruh anak buah
Tuan nanti malam ke istana,” jelas hulubalang.
Pemuda itu memandang hulubalang dengan
bingung.
“Apa gerangan yang terjadi sehingga kami
diundang ke istana? Apakah ada kesalahan yang kami
lakukan setibanya kami di daerah Tuan ini?” tanyanya
khawatir.
“Tidak, Tuan. Sudah menjadi suatu kelaziman
bagi Paduka Mulia Sultan Mambang Matahari untuk
mengundang siapa saja yang datang dari jauh ke istana.
Beliau hanya ingin mempererat silaturahmi.”

16

Saudagar kaya yang masih sangat muda itu terlihat
lega. Pikiran buruknya tentang kesalahan yang mungkin
dilakukannya di negeri orang ternyata salah.

“Baiklah, kalau begitu. Dengan senang hati kami
akan memenuhi undangan Paduka Raja. Kami akan
datang nanti malam,” jawabnya.

“Terima kasih, Tuan. Kami tunggu kehadiran Tuan
beserta anak buah Tuan nanti malam,” ujar hulubalang
sebelum mengundurkan diri.

Menjelang sore, Sultan Mambang Matahari
berkeliling istana untuk melihat persiapan yang
dilakukan oleh putra dan putrinya yang dibantu oleh
seluruh pelayan istana. Beliau gembira karena seluruh
persiapan untuk jamuan nanti malam telah hampir
selesai. Bahkan, kelezatan berbagai sajian khas
kerajaan telah tercium hingga ke halaman istana. Ia
berharap jamuan ini akan berkesan di hati tamunya
nanti.

Tak lama kemudian, selepas tenggelamnya
matahari di ufuk barat, saudagar kaya beserta seluruh
anak buahnya bersiap-siap memenuhi undangan

17

Sultan Mambang Matahari. Saudagar kaya, Tuan
Muda Senaning, mengenakan pakaian terbaik yang
dibawanya. Ia juga tak lupa memerintahkan anak
buahnya untuk membawa beberapa barang ke istana
sebagai buah tangan untuk sang raja yang telah
berbaik hati mengundang mereka. Niat baik seseorang
hendaklah dibalas dengan kebaikan juga. Hal itu yang
selalu ditanamkannya di dalam dirinya.

Setibanya di halaman istana, Tuan Muda Senaning
takjub dengan keasrian bunga-bungaan yang ditanam
di taman istana. Cahaya suluh yang berada di tiap
sudut taman menambah semaraknya istana malam itu.

Sultan Mambang Matahari, Tuan Muda Selat, tuo
tengganai,danninikmamak telahmenunggukedatangan
Tuan Muda Senaning. Mereka duduk melingkar di ruang
masinding sebagai tempat dilakukannya musyawarah
adat yang hanya diduduki oleh kaum laki-laki.

Tuan Muda Senaning dan anak buahnya disambut
hangat oleh Sultan Mambang Matahari beserta seluruh
yang hadir. Sultan Mambang Matahari tidak menyangka

18

bahwa saudagar kaya yang mereka tunggu ternyata
adalah seorang pemuda yang tidak berapa berbeda
usianya dengan putranya, Tuan Muda Selat.

“Selamat datang di kerajaan kami, Tuan,” sambut
Sultan Mambang Matahari kepada Tuan Muda Senaning.

“Terima kasih, Paduka. Suatu kehormatan yang
tak terhingga bagi kami telah diundang untuk hadir
di istana yang indah ini,” ujar Tuan Muda Senaning
dengan takzim.

Seluruh mata tertuju pada keelokan rupa,
kesopanan, dan kehalusan tutur kata saudagar kaya
yang muda tersebut.

Setelah bercengkerama dan saling memperkenalkan
diri satu sama lain, tibalah waktunya untuk menyantap
hidangan yang telah disiapkan. Sedari awal menjejakkan
kakinya di tangga utama istana, rombongan Tuan Muda
Senaning telah mencium aroma lezat hidangan yang
berasal dari dalam istana.

Mereka menikmati hidangan yang disajikan dengan
nikmat. Beraneka ragam sajian mengundang selera
terhidang dengan lezat. Putri Cermin Cina sengaja

19

meminta juru masak istana untuk membantunya
membuatkan makanan khas kerajaan mereka, seperti
gulai tepek ikan dan gagan merasam. Ia ingin saudagar
kaya dan rombongan yang datang dari jauh itu dapat
menikmati kelezatan ikan-ikan dari Sungai Batanghari.

Setelah menikmati hidangan utama makan
malam, tiba saatnya para undangan dan rombongan
untuk menikmati hidangan penutup. Tak berapa lama
kemudian, Putri Cermin Cina dengan bantuan beberapa
pelayan istana muncul menghidangkan kue putri kandis,
kue srikaya, gandus, padamaran, dan kue kubang

20

boyo. Kue-kue tersebut juga merupakan kue-kue khas
kerajaan yang seluruh bahan-bahannya berasal dari
tanah pertanian rakyat setempat.

Putri Cermin Cina dengan gesit meletakkan seluruh
kue-kue tersebut. Ia tidak begitu memperhatikan
pandangan takjub Tuan Muda Senaning kepadanya.

“Alangkah eloknya rupa gadis itu,” batin Tuan
Muda Senaning dengan mata yang tak hendak lepas
dari sosok Putri Cermin Cina.

Jika ditilik dari kain songket, baju kurung, dan
tekuluk yang dipakainya, tidak mungkin ia dayang-
dayang atau juru masak istana. Hati Tuan Muda
Senaning dipenuhi tanya. Putri Cermin Cina telah
memikat hati saudagar kaya nan muda itu. Mungkinkah
gadis ini yang menjadi buah bibir orang-orang karena
keelokan parasnya?

Anak buah Tuan Muda Senaning pun tampak
berbisik-bisik satu sama lain mengagumi keelokan rupa
sang putri. Sudah banyak negeri yang mereka datangi,
tetapi belum pernah mereka melihat gadis secantik
Putri Cermin Cina.

21

“Tak lengkap rasa di perut jika tak sampai yang
manis-manis di mulut. Mari Tuan, silakan dimakan
kudapan yang sudah dihidangkan,” ujar Sultan
Mambang Matahari mempersilakan para undangan
untuk menikmati kue-kue yang telah disajikan.

Sultan Mambang Matahari, Tuan Muda Selat,
tuo tengganai, dan ninik mamak merasa senang
melihat Tuan Muda Senaning dan seluruh anak
buahnya menikmati kue-kue yang dihidangkan dengan
lahap. Sesekali tampak satu dua di antara mereka
mengangguk-anggukkan kepala sambil melihat kue
yang ada di tangan mereka.

Setelah usai menikmati seluruh hidangan yang
disajikan, Tuan Muda Senaning dan seluruh anak
buahnya bermaksud untuk kembali ke kapal mereka.

“Paduka yang mulia, terima kasih banyak atas
undangan Paduka malam ini. Kami dari negeri yang
jauh tidak menyangka akan mendapat sambutan
sebaik ini. Benar adanya kabar yang kami dengar
bahwa pemimpin di negeri ini adalah seorang yang

22

baik hati. Semoga negeri ini makin berlimpah beroleh
kemakmuran dari Yang Mahakuasa sebagai balasan
atas kebaikan Paduka kepada kami,” tutur Tuan Muda
Senaning dengan penuh hormat.

“Sudah menjadi kewajiban kami untuk menerima
dengan baik siapa saja yang datang ke negeri ini, Tuan
Muda,” jawab Sultan Mambang Matahari.

Sebelum meninggalkan istana, Tuan Muda Senaning
menyerahkan beberapa barang sebagai cendera mata
kepada Sultan Mambang Matahari.

“Sudi kiranya Paduka menerima barang-barang
yang tak seberapa nilainya ini sebagai tanda mata dari
kami.”

Sultan Mambang Matahari menerima pemberian
tersebut. Ia begitu terkesan dengan kesantunan dan
kehalusan Tuan Muda Senaning dalam bertutur. Sultan
Mambang Matahari tidak menemukan kesombongan
dalam perilaku dan tutur kata saudagar muda tersebut,
padahal ia memiliki kekayaan berlimpah. Barang-

23

barang yang dibawanya sebagai cendera mata pun
bukan barang-barang biasa, tetapi barang-barang
bermutu tinggi.

“Semoga Tuan Muda dan anak buah Tuan senang
berdagang di negeri kami ini. Jika ada hal-hal yang
mungkin Tuan Muda butuhkan selama di sini, jangan
sungkan-sungkan untuk memberi tahu hulubalang
atau siapa saja di istana ini. Sekiranya kami dapat
membantu, tentu akan kami bantu,” ujar Sultan
Mambang Matahari.

“Terima kasih banyak, Paduka.”
Tuan Muda Senaning dan seluruh anak buahnya
meninggalkan istana Sultan Mambang Matahari.
Mereka begitu terkesan dengan keramahan dan
kebaikan Sultan Mambang Matahari serta seisi istana
pada perjamuan malam itu. Kelezatan hidangan dan
kecantikan Putri Cermin Cina menjadi buah bibir
mereka sepanjang perjalanan kembali ke kapal.
Paras Putri Cermin Cina yang cantik masih
bermain-main di dalam pikiran Tuan Muda Senaning.
Tanpa disadarinya, hatinya terpikat pada gadis itu.

24

Bagaimana caranya agar ia bisa bertemu dengan gadis
itu kembali? Jika memang gadis itu adalah putri dari
Sultan Mambang Matahari, tentunya ia bukan gadis
sembarangan yang mudah untuk ditemuinya di mana
saja. Putri seorang raja tentulah sangat dijaga oleh
dayang-dayang dan pengawal istana. Tuan Muda
Senaning berdoa di dalam hati, semoga suatu hari nanti
sebelum kembali ke negerinya, ia dapat bersua kembali
dengan Putri Cermin Cina.

Tebersit keinginannya untuk mengenal Putri
Cermin Cina lebih jauh. Selama ini, ke mana pun ia
berlayar dan merapatkan kapalnya untuk berdagang,
tidak pernah dirasakannya kegundahan serupa ini.
Banyak juga gadis yang dijumpainya, tetapi tidak ada
yang mengusik hatinya seperti ketika ia melihat Putri
Cermin Cina.

Pada suatu hari, Putri Cermin Cina dengan
ditemani dayang-dayangnya pergi berbelanja untuk
membeli keperluan menenun dan menyulam. Sarung

25

batik merah hati, baju kurung jingga, dan tekuluk yang
senada dengan sarungnya membuat Putri Cermin Cina
terlihat semakin memesona.

“Indah sekali kain sarung yang Tuan Putri pakai.
Kain baru tampaknya,” ujar salah seorang dayang-
dayangnya.

Putri Cermin Cina tersenyum.
“Ayah yang memberikannya kepadaku setelah
acara jamuan makan malam lalu,” terangnya.
Para dayang-dayang saling melempar senyum.
“Saudagar itu yang memberikannya untuk Tuan
Putri?”sela dayang-dayang yang lain.
“Ya. Kainnya memang halus. Semoga saja nanti
ada ia menjual benang sebaik bahan sarung ini untuk
kutenun,” harap Putri Cermin Cina.
Ketika memberikan kain itu kepadanya, ayahnya,
Sultan Mambang Matahari juga bercerita tentang
kekagumannya kepada saudagar muda tersebut.
Sayang ia tak begitu memperhatikan benar saudagar
tersebut malam itu.

26

Dari kejauhan Tuan Muda Senaning melihat
kedatangan Putri Cermin Cina yang diapit beberapa
dayang-dayangnya. Senyumnya mengembang. Bukan
main girang hatinya dapat bertemu kembali dengan
gadis yang telah memikat hatinya tersebut. Rasa
bahagianya pun semakin tak terkatakan melihat Putri
Cermin Cina memakai kain sarung batik beriannya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba.
Telah beberapa hari ini ia bertanya banyak hal
tentang Putri Cermin Cina kepada orang-orang istana
yang kebetulan berbelanja di tempatnya. Ia juga banyak
mendengar hal-hal baik tentang Putri Cermin Cina dari
orang-orang biasa di tempat ia berdagang. Apa yang
disampaikan banyak orang tentang Putri Cermin Cina
semakin membuatnya terpikat kepada gadis itu. Telah
dipikirkannya masak-masak selama beberapa malam
ini akan hasratnya untuk segera mempersunting Putri
Cermin Cina.
“Apa yang bisa Kakanda bantu, Adinda?” tanya
Tuan Muda Senaning ketika Putri Cermin Cina tiba di
tempatnya.

27

“Tidak banyak, Kanda. Dinda hanya ingin membeli
benang untuk menenun dan menyulam. Jika ada
benang sehalus bahan kain seperti yang Kanda berikan
ini, bisalah Adinda beli beberapa gulung,” jawabnya
dengan lembut dan sopan.

Tuan Muda Senaning kagum dengan kelembutan
suara dan kehalusan tutur kata Putri Cermin Cina.
Tidak salah apa yang dikatakan orang-orang akan
kehalusan bahasa Putri Cermin Cina.

“Ada, Dinda. Benang emas untuk Dinda tenun
menjadi songket pun ada.”

Tuan Muda Senaning meminta anak buahnya untuk
memberikan benang yang diinginkan Putri Cermin Cina.
Tidak lupa disertakannya juga beberapa helai kain
untuk sang putri.

“Sebenarnya ada hal penting yang ingin Kakanda
utarakan kepada Adinda,” kata Tuan Muda Senaning.

Putri Cermin Cina memandang dayang-dayangnya.
Itu mengisyaratkan mereka untuk berdiri agak menjauh
darinya.

28

“Apa gerangan hal penting itu, Kanda?” tanya Putri
Cermin Cina. Hatinya dipenuhi tanya.

Tuan Muda Senaning mengumpulkan keberanian
untuk mengutarakan isi hatinya. Ia berharap tidak
akan bertepuk sebelah tangan.

“Dari awal Kakanda melihat Adinda pada acara
jamuan di istana malam itu, hati Kakanda langsung
terpikat kepada Adinda. Sejak saat itu bayangan Adinda
seorang yang bermain di dalam lamunan Kakanda.
Kakanda merasa Adinda yang ditakdirkan Tuhan
menjadi jodoh Kakanda hingga terseberangi negeri
yang jauh ini,” terang Tuan Muda Senaning dengan
dada yang bergemuruh.

Putri Cermin Cina tidak tahu harus berkata apa.
Pipinya bersemu merah. Tidak dapat dimungkirinya
bahwa cerita tentang saudagar muda ini, yang
didengarnya dari ayahnya, juga telah menjadikan
hatinya terpaut walaupun baru kali ini ia bertemu dan
berbincang langsung dengannya. Apa yang dikatakan
ayahnya tentang keelokan budi Tuan Muda Senaning
adalah benar adanya.

29

Saudagar kaya ini tidak berbeda berapa jauh
usianya dari kakaknya, Tuan Muda Selat. Meskipun
kaya, Tuan Muda Senaning sama sekali tidak sombong.
Tutur katanya sopan dan halus. Tindakannya kepada
orang lain pun amatlah baik.

“Mungkin Adinda ragu dengan apa yang Kakanda
katakan. Namun,itulah yang Kakanda rasakan. Banyak
negeri yang Kakanda singgahi, tetapi hanya di negeri
ini Kakanda merasa menemukan jodoh Kakanda. Besar
harapan Kakanda untuk dapat mempersunting Adinda,”
tambahnya pula.

“Bukan Adinda ragu atau tidak percaya pada
apa yang Kakanda katakan. Adinda pun sebenarnya
merasakan hal yang sama, tetapi sebaiknya Kakanda
langsung saja berbicara kepada junjungan Adinda di
istana.”

Seketika Tuan Muda Senaning merasa hatinya lega
dengan jawaban Putri Cermin Cina. Ternyata, ia tidak
bertepuk sebelah tangan.

30

“Baiklah, Adinda. Kakanda akan segera
menghadap Ayahanda, Sultan Mambang Matahari,
untuk mengutarakan niat hati Kakanda ini,” ujar Tuan
Muda Senaning bersemangat.

“Semoga niat kita dimudahkan oleh Tuhan, Dinda,”
ucap Tuan Muda Senaning sebelum Putri Cermin Cina
pulang meninggalkan tempatnya berdagang.

Dilepasnya kepergian Putri Cermin Cina dengan
pandangan matanya yang tenang. Besok ia akan segera
menemui Sultan Mambang Matahari di istana untuk
menyampaikan maksud hatinya mempersunting sang
putri.

Keesokan harinya, ketika matahari lewat
sepenggalah, Tuan Muda Senaning pun mendatangi
istana hendak bertemu dengan Sultan Mambang
Matahari. Beberapa hulubalang menyambutnya di
tangga utama istana dan mengantarnya menemui
Sultan Mambang Matahari.

“Apa kabar, Tuan Muda?” tanya Sultan Mambang
Matahari.

31

“Baik, Paduka. Maafkan hamba yang datang
mendadak menghadap Paduka pagi ini. Ada hal penting
yang ingin hamba sampaikan kepada Paduka.”

Sultan Mambang Matahari melihat air muka Tuan
Muda Senaning yang serius.

32

“Apa ada perlakuan dari rakyatku yang
mengganggu kelancaran usahamu?” tanya Sultan
Mambang Matahari.

“Tidak, Paduka. Rakyat kerajaan ini sungguh baik
dan ramah. Hamba sungguh terkesan.”

“Lalu, apa hal penting itu?”
“Sebelumnya mohon maafkan hamba jika hamba
lancang dengan maksud kedatangan hamba ini,
Paduka.” Tuan Muda Senaning menguatkan hatinya
untuk mengutarakan keinginannya kepada Sultan
Mambang Matahari.
Sultan Mambang Matahari terus memperhatikan
dengan saksama anak muda di depannya itu.
“Hamba ingin mempersunting putri Paduka, Putri
Cermin Cina,” lanjutnya.
Sultan Mambang Matahari mendengarkan tujuan
kedatangan Tuan Muda Senaning dengan tenang.
Ia tidak menyangka bahwa Tuan Muda Senaning
berani secara langsung mengutarakan niatnya untuk
mempersunting Putri Cermin Cina. Kekagumannya

33

pada sikap saudagar muda itu semakin bertambah.
Sebenarnya Sultan Mambang Matahari pun sudah
tertarik dengan kepribadian Tuan Muda Senaning dari
awal beliau mengundang saudagar muda itu ke istana.

“Baiklah, Tuan Muda. Aku hargai keberanianmu
meminang putriku. Namun, aku belum bisa memastikan
apakah akan menerima atau menolak pinangan ini
karena aku harus terlebih dahulu bertanya kepada
putriku. Selain itu, tuo tengganai dan ninik mamak
tempat kami biasa bermusyawarah dan bermufakat
juga harus tahu akan hal ini,” jawab Sultan Mambang
Matahari.

“Baik, Paduka. Hamba akan menunggu dan
menerima apapun keputusan Paduka.”

Tuan Muda Senaning pun meninggalkan istana.
Meskipun belum ada jawaban pasti seperti yang
diinginkannya, hatinya telah lega karena telah
menyampaikan apa yang menjadi beban pikirannya
selama beberapa hari ini. Tuan Muda Senaning
berharap Putri Cermin Cina tidak akan berubah hati
terhadapnya.

34

Pada malam hari setelah kedatangan Tuan Muda
Senaning, Sultan Mambang Matahari memanggil Putri
Cermin Cina dan menyampaikan maksud kedatangan
saudagar muda tersebut kepada putri yang amat
dicintainya itu.

Putri Cermin Cina dengan jujur mengatakan bahwa
ia juga telah menaruh hati kepada Tuan Muda Senaning
sehingga ia tidak berkeberatan dengan pinangan
pemuda itu. Setelah mendengar pengakuan putrinya,
Sultan Mambang Matahari menjadi lega. Ia merasa
sangat bahagia karena putri yang sangat dicintainya
akhirnya beroleh jodoh yang sama elok budi pekerti dan
bahasanya. Ia yakin Tuan Muda Senaning akan dapat
membahagiakan putrinya.

Segera setelah mendapat jawaban dari Putri
Cermin Cina, Sultan Mambang Matahari meminta
hulubalang untuk mengundang tuo tengganai dan
ninik mamak ke istana. Ia ingin seluruh tetua adat di
kerajaannya mengetahui kabar gembira ini sekaligus
meminta pendapat dan pandangan mereka tentang
pinangan Tuan Muda Senaning.

35

Seluruh tuo tengganai dan ninik mamak yang hadir
bersepakat bahwa Tuan Muda Senaning adalah jodoh
yang tepat untuk Putri Cermin Cina. Mereka juga
kagum dengan kepribadian dan kehalusan tutur kata
saudagar muda tersebut, sehingga tidak ada alasan
untuk tidak merestui pinangan Tuan Muda Senaning
pada Putri Cermin Cina. Musyawarah dan mufakat
selanjutnya dilakukan untuk memutuskan kapan
perhelatan pernikahan sejoli itu akan dilaksanakan.
Sultan Mambang Matahari ingin perhelatan pernikahan
putrinya diadakan dengan meriah dan dinikmati oleh
seluruh rakyat di kerajaannya. Ia juga berniat untuk
mengundang sahabat-sahabatnya dari kerajaan-
kerajaan tetangga. Tentunya perhelatan sebesar itu
memerlukan persiapan yang tidak sedikit dan waktu
yang tidak pendek.

Setelah tercapai kesepakatan antara Sultan
Mambang Matahari, tuo tengganai, dan ninik mamak,
Sultan Mambang Matahari pun memanggil Tuan Muda
Senaning untuk menghadapnya.

36

Tuan Muda Senaning harap-harap cemas menunggu
kata-kata yang akan disampaikan oleh Sultan Mambang
Matahari. Ia khawatir harapannya tidak dapat
dikabulkan oleh Sultan Mambang Matahari. Bukan satu
dua orang saja yang ingin mempersunting Putri Cermin
Cina, tetapi tak terhitung utusan-utusan dari berbagai
kerajaan dan negeri dari jauh yang datang kepada
Sultan Mambang Matahari untuk meminang sang putri.

“Tuan Muda Senaning, aku telah menanyai putriku
dan kami juga telah bermusyawarah dengan para tetua
di kerajaan ini tentang niat baikmu mempersunting
putri kesayanganku.”

Tuan Muda Senaning terpaku bersila di depan
Sultan Mambang Matahari. Tidak dapat dikatakannya
bagaimana perasaannya saat itu menunggu kelanjutan
kata-kata dari mulut Sultan Mambang Matahari.

”Kami menerima pinanganmu.”
Tuan Muda Senaning mengangkat mukanya
memandang Sultan Mambang Matahari dengan mata
berbinar-binar. Tak terperikan kebahagiaan yang

37

meluap di dalam hatinya mendengar kata-kata Sultan
Mambang Matahari itu. Segera ia merapatkan kedua
telapak tangannya di dada sebagai ungkapan terima
kasih yang dalam kepada raja yang adil dan bijaksana
tersebut.

“Terima kasih, Paduka. Hamba sungguh bahagia
dengan diterimanya pinangan hamba ini,” ujarnya
dengan suara bergetar.

“Akan tetapi, ada sesuatu hal yang harus aku
sampaikan berkenaan dengan pernikahan kalian,” kata
Sultan Mambang Matahari. “Dengarkan baik-baik!”
pinta Sultan Mambang Matahari.

“Baik, Paduka.”
“Putri Cermin Cina adalah putri kesayanganku.
Aku ingin pernikahannya dilangsungkan dengan meriah
dan seluruh rakyat hendaknya dapat juga merasakan
kemeriahan perhelatan pernikahan kerajaan ini. Selain
itu, aku juga akan mengundang sahabat-sahabat
kerajaan tetangga. Sehubungan dengan itu, kami

38

telah bermusyawarah dan bermufakat untuk tidak
melangsungkan pernikahan kalian dalam waktu dekat
ini,” terang Sultan Mambang Matahari.

“Hamba tidak berkeberatan, Paduka. Semua yang
telah diputuskan di dalam musyawarah dan mufakat
itu tentunya telah menjadi keputusan yang terbaik bagi
kita semua,” ujar Tuan Muda Senaning dengan sopan.

Sultan Mambang Matahari lega mendengar
ucapan Tuan Muda Senaning. Pemuda ini tahu benar
menghargai orang lain.

”Pernikahan kalian akan dilangsungkan tiga bulan
dari sekarang. Menjelang itu, aku akan pergi berlayar
mengumpulkan bekal untuk persiapan pernikahan
nanti. Sekembalinya dari berlayar, pernikahan kalian
akan segera dilangsungkan.”

Tuan Muda Senaning menyetujui kesepakatan
yang disampaikan oleh Sultan Mambang Matahari.
Tiga bulan bukan waktu yang lama. Menjelang bulan
pernikahannya, banyak hal yang bisa dilakukan. Ia bisa
lebih mendekatkan diri dengan rakyat dari kerajaan ini.

39

Putri Cermin Cina turut bersuka cita dengan
pinangan Tuan Muda Senaning yang diterima oleh
ayahnya dan seluruh tetua adat di kerajaan. Restu
ayahnya menjadi hal terpenting bagi Putri Cermin Cina
dalam melakukan segala sesuatu. Ia juga menerima
keputusan ayahnya untuk menunda pernikahannya
dengan Tuan Muda Senaning hingga tiga bulan
mendatang.

Sebelum berangkat berlayar, Sultan Mambang
Matahari memanggil Tuan Muda Selat dan Putri Cermin
Cina.

“Anakku, Tuan Muda Selat, besok ayah akan
berlayar jauh untuk mengumpulkan persiapan
pernikahan adikmu. Selama kepergianku itu, tolong
kau jaga adikmu, Putri Cermin Cina, dengan sebaik-
baiknya. Ayah tidak ingin hal-hal buruk terjadi
padanya selama ayah tidak ada,” kata Sultan Mambang
Matahari dengan tegas.

“Baik, Ayah. Akan hamba laksanakan amanah
Ayahanda,” jawabnya.

40


Click to View FlipBook Version