The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Ibumu menjual ginjalnya untukmu, untuk keperluanmu, untuk cita citamu, dia berkorban demi kebahagiaanmu

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by IMAM WAHYUDI, 2023-02-08 21:26:45

dibalik sukses seorang anak

Ibumu menjual ginjalnya untukmu, untuk keperluanmu, untuk cita citamu, dia berkorban demi kebahagiaanmu

Keywords: ibu,sukses

BY: RAHMATUN NAFIAH KELAS IXB "Ibumu menjual ginjalnya untukmu, untuk keperluanmu, untuk cita citamu, dia berkorban demi kebahagiaanmu"


Judul: Dibalik suksesnya seorang anak Penulis: Rahmatun nafiah kelas IXB Editor: Imam Wahyudi, S.Pd Sampul: Imam Wahyudi, S.Pd Layout: Imam Wahyudi, S.Pd Hak cipta: Perpustakaan SMPN 2 Merakurak


Terdengar dua perempuan sedang menangis sambil memeluk satu sama lain. Mendengar lelaki yang mereka cintai sudah tenang di sana setelah melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara. Kedua wanita itu tak lain tak bukan adalah istri dari lelaki yang mulia itu. Beberapa hari berlalu, nampak siska sang anak akan segera pergi ke sekolah dengan semangat "Bu, siska berangkat dulu ya, assalamualaikum" Kata siska sambil mencium tangan sang ibu. "Siska, kamu benar-benar ingin sekali menjadi seperti ayahmu?, Ibu lebih senang jika kau menjadi seorang guru atau bidan nak" Tanya ibu sambil menahan siska sebentar. Siska nampak memandang wajah ibunya namun tak lama dia berlari pergi karena temannya yang sudah memanggil-manggilnya.


Di sekolah siska nampak tak seperti biasa, dia terlihat banyak ngelamun, bahkan saat guru menjelaskan. "Heh sis, kamu kenapa?, Jangan ngelamun terus gitu ah" tanya sang teman sebangku. "Eh nggak kok, cuma ngantuk aja" jawab siska "Gausah boong, kita temenan udah lama, aku ngerti kamu itu orangnya gimana, kalo ada masalah cerita aja sini" kata sang teman dengan nada membujuk. "Sebenernya aku tuh bingung dengan masa depan yang bakal aku jalani, aku pengen wujudin keinginan ayah yang pengen aku jadi kowad, tapi di sisi lain ibuku seperti nggak tega, kayaknya dia takut aku bernasib sama dengan ayah" cerita siska kepada temannya. "Menurutku lebih baik kamu bujuk ibumu deh, soalnya aku juga ngerasain aura aura tentara di diri kamu" jawab temannya sambil tertawa bercanda.


Setelah dia pulang dia melihat sekeliling rumah. Nampak sepi dan sunyi "Bu, ibuk dimana?" Sorak siska sambil memasuki semua ruangan rumah Terdengar suara mobil dari luar rumah yang nampaknya sedang menurunkan seseorang, siska terlihat menyipitkan matanya mempertanyakan siapa yang akan turun. Siska terkejut melihat yang turun adalah ibunya, siska berlari menghampiri ibunya. "Loh ibuk habis dari mana, kok naik mobil,mobilnya siapa ini?" Ibunya tak menjawab apa apa dan menarik siska untuk segera masuk. Ibunya menutup pintu dan mendudukkan siska di kursi dan seakan ingin memberi tahu siska sesuatu hal yang serius.


"Sis, ibu tau kamu pengen banget wujudin keinginan ayah kamu, makanya ibu udah daftarin kamu ke akademi militer impian kamu, ibu juga udah bayar semua keperluannya, bentar lagi kamu lulus sekolah kan, kamu bisa langsung masuk sana tanpa mikir apapun" kata sang ibu sambil memegang kedua pundak anaknya. Siska terkejut ia tak tahu harus berkata apa "Loh buk, ibuk bayar semua pakek apa, memangnya boleh daftar sebelum lulus?" Tanya siska kepada ibunya sambil terbata bata "Udah gausah di pikirin itu semua, kamu tinggal latih fisik kamu dan belajar yang pinter aja" tegas sang ibu Hari dimana siska lulus sekolah telah berlalu, saat ini ia sedang melakukan pelatihan di akademi militer untuk segera mewujudkan cita-citanya dan sang ayah. Namun tak tahu mengapa dia tiba tiba saja kepikiran dengan ibunya yang sedang sering sekali sakit, ia khawatir terhadap ibunya.


Beberapa bulan berlalu hari dimana yang akan menentukan kebahagiaan atau kesedihan yang dia dapat. Hari itu detik itu siska menangis terharu setelah mendengar kelulusan dimana namanya juga ikut terseret dalan kumpulan nama wanita wanita perkasa itu. Namun siska sedikit sedih karena ia tak melihat ibunya datang untuk melihat putrinya. Siska nampak kebingungan, ia tiba tiba merasa gelisah. Sudah lama dia menunggu sang ibu bahkan hanya beberapa temannya saja yang tersisa Tiba tiba sang pelatih mendekatinya, mengusap usap pundak siska, menatap mata siska sambil berkata "Kau wanita kuat nak, kau kuat" siska yang tak tahu apa apa hanya bisa diam


"Nak ibumu tak bisa datang kesini, ia adalah ibu yang mulia, ia sangat menyayangimu, namun sepertinya dia tidak mampu untuk menemuimu dan mengucap selamat, namun ibumu pasti bangga disana melihat putrinya sudah jadi seperti ini" Siska seakan mengerti yang dikatakan oleh pelatihnya itu. Tak terasa tiba tiba air mata jatuh dari pelupuk matanya, nafasnya terasa sesak, kakinya lemas dan tak kuat lagi menopang tubuhnya, dia ambruk dan menangis sambil memukul mukul tanah di bawahnya. Ia ingin sekali teriak namun suaranya seakan hilang begitu saja. "Pak saya mengerti, bolehkah saya pulang saat ini juga untuk mengantar ibu saya terakhir kalinya" izin siska dengan suara yang bergetar "Baiklah, kami akan mengantarmu" jawab sang pelatih sambil menolong siska berdiri


Sesampainya di rumah hati siska seakan hancur melihat banyaknya orang memakai pakaian hitam dan bendera kuning yang sudah terpasang persis di depan rumahnya. Ia berlari, tangisnya semakin deras, ia memeluk tubuh ibunya yang sudah terbalut kain putih, siska seakan tak terima dengan keadaannya hari ini. Mengapa dia harus bahagia dan bersedih secara bersamaan. "Ibuku kenapa? Ada apa dengan ibuku, kenapa dia bisa meninggal?" Tanya siska kepada semua orang yang ada di situ. Semua orang nampak saling bertukar tatapan lalu tiba tiba teman sebangkunya dulu datang menghampiri siska dan berkata "Kau tidak tahu siska? Sudah beberapa bulan lalu ibumu tubuhnya menjadi lemah karena ginjalnya sudah tidak utuh lagi" kata temannya


"Ibumu menjual ginjalnya untukmu, untuk keperluanmu, untuk cita citamu, dia berkorban demi kebahagiaanmu" tambah sang teman Siska membeku, dia ingin sekali membunuh dirinya saat itu juga, sesak di nafasnya semakin berat, mendengar kabar itu seakan dia ingin sekali tak bisa mendengar. Jantung siska berdegup semakin kencang, pandangan matanya semakin gelap, lalu tiba tiba dia ambruk di samping jenazah ibunya.


Click to View FlipBook Version