TUGAS PAPER PENGANTAR PENDIDIKAN KEJURUAN Dosen : Dr. Andi Hudiah, M.Pd – Israwati Hamsa, S.Pd., M.Pd Andi Muadz, S.Pd.,M.Pd Nama : Rustia Nim : 220208502026 Kelas : 04. PKK. S1 Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan Kejuruan PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSA
PAPER 1 PENDAHULUAN A. Pendahuluan Pendidikan tekonologi dan kejuruan merupakan program studi pendidikan teknologi yang bertujuan untuk memperisapkan seorang inovator pendidikan yang tidak hanya berkompeten dalam merancang suatu inovasi pembelajaran, namun juga terampil dalam memanfaatkan perkembangan teknologi infromasi. Pendidikan kejuruan /vokasi disatu sisi menekankan pendidikan untuk menyiapkan bekerja dengan pengembangan keterampilan/skill yang cenderung ke fisik atau motorik sebagai perwujudan kecerdasan kinesteti. Kemanpuan yang menonjol diperlukan adalah kemampuan reproduktif yang didukung oleh pengetahuan praktis dan spesifik serta fungsional yang kuat sebagai ciri utamanya. Implementasi konsep pendidikan tekonologi dan kejuruan ( PTK ) dilapangan mestinya tidak dikotomis melainkan propesional berdasarkan tingkat pendidikan artikulasi vertikal antara pendidikan teknologi dan kejuruan/vokasi ditingkat menengah, diperguruan tinggi mulai dipolma, S1, S2, dan S2, perlu diatur dan ditata dengan benar sesuai kebutuhan perkembangan peserta didik BAB I PEMBAHASAN A. Asumsi pendidikan teknologi dan kejuruan/vokasi Asumsi adalah anggapan yang diterima sebagai kebenaran. Asumsi diuji dari keseringannya terjadi dimasyarakat reliablility dan keajengannya terjadi dimasyarakat kontsisten, dan kebenarnnya diterima oleh umum valid. Asumsi- asmusi pendidikan vokasi adalah sebagai ( thompson, 1973:890-116). Pendidikan kejuruan vokasi digerakkan oleh kebutuhan pasar kerja dan berkontribusi pada penguatan ekonomi nasional. Pendidikan kejuruan vokasi dapat membantu pengentasan melalui training anak-anak muda dan orang dewasa dan mentraning kembali untuk layanan keterampilan dan kompetensi teknis. Pendidikan kejuruan vokasi dapat mengembangkan marketable man dengan perkembangan kemampuannya untuk membentuk keterampilan yang dapat melebihi sebagai alat produksi. Asumsi ini merupakan dasar dari justifikasi dari pendidikan kejuruan vokasi, yang dihubungkan dengan teori ekonomi. Pendidikan kejuruan vokasi adalah pendidikan untuk produksi, melayani akhir dari sistem ekonomi dan dikatakan memiliki kelengkapan sosial. Pendidikan
kejuruan vokasi pada tingkat menengah difokuskan pada penyiapan individu awal memasuki dunia kerja. Pendidikan kejuruan vokasi berorientasi pada kebutuhan komunitas lokal, regional, nasional, internasional. Pendidikan kejuruan vokasi mensyaratkan setaip orang harus belajar bekerja sebab setiap orang harus bekerja. Pendidikan kejuruan vokasi harus dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomis. Pendidikan kejuruan vokasi secara ekonomis efisien jika menyiapkan peserta didik untuk pekerjaan spesifik dalam masyarakat berdasarkan kebutuhan tenaga kerja. Pendidikan kejuruan vokasi dissebut baik jika menyiapkan peserta didik untuk pekerjaan nyata yang eksis di masyarakat dan mereka menginginkan. Pendidikan kejuruan vokasi efisien jika menjamin penyediaan tenaga kerja untuk satu bidang pekerjaan. Pendidikan kejuruan vokasi efektif harus terkait dengan pasar kerja. Harus direncanakan berdasarkan prediksi pasar kerja. Pendidikan kejuruan vokasi efisien jika perserta didik mendapatkan peekerjaan pada bidang yang mereka ikuti. Asumsi pendidikan kejuruan vokasi dari Thomson validitasnya sangat baik karena bisa diterima diberbagai negara. Indonesia yang baru mendorong pendidikan kejuruan vokasi berbasis keunggulan loka sebagai realisasi dari otonomi pendidikan sangat perlu memperhatikan asumsi-asumsi ini. Pemerintah daerah sebagai pemegang kebijakan pendidikan menengah kejuruan diera otonomi 16 sudah memperhatinkan pengembangan pendidikan kejuruan vokasi yang berorientasi pada kebutuhan komunitas lokal wilayahnya tanpa melupakan orientasi kebutuhan regional, nasioonal dan internasional. Pengembangan kebijakan pendidikan menengah kejuruan yang tepat akan berdampak ganda bagi pemerintah daerah baik dalam konpirasi politik, ekonomi, sosial dan budayah. Memang benar pendapat wardiman djojonegoro bahwa pendidkan kejuruan sangat tepat memerankan fungsi sebagai akulturasi penyusuaian diri dan enkulturasi pembawa perubahan. Pendidikan kejuruan dapat mendorong proses penyusuaian-penyusuaian terhadap pengaruh budaya global dengan tetap berpegangan kepada akar budaya lokal local culture. B. Perspektif perkembangan SDM Berbasis pendidikan teknologi Kejuruan Perkembangan SDM berbasis pendidikan kejuruan tidak terlepas dari konsep dasar pendidikan kejuruan, yaitu program pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karier seseorang. Berdasarkan kajian dedi supriadi 2002: 17 pendidikan kejuruan bertujuan untuk menjadikan manusia produktif, manusia kerja bukan manusia yang menjadi beban bagi keluarga,masyarakat, dan bangsanya. Kemampuan kerja memberikan makna bagi kehidupannya. Manusia tanpa keterampilan kerja, apalagi hasil dari proses Pendidikan yang lana, berisiko menjadi manusia bukan hanya tidak
produktif tapi juga tenggelam ditengah masyarakat. Lebih lanjut dinyatakan bahwa manusia produktif adalah yang memiliki keterampilan kerja, tetapi bukan hanya tertampil pada satu tingkat tertentu, melainkan siap dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan tuntutan ekonomi dan teknologi yang harus berkembang. Manusia yang tidak dibekali keterampilan kerja akan menjadi beban, bahkan ancaman bagi masyarakat. Orang yang tidak tertampil 51 dan mengangur sangat potensial untuk menciptakan masalah dalam keluarga dan masyarakat, bahkan menjadi kriminal serta menciptakan kesenjangan sosial ditengah masyarakat. Orang yang berpendidikan dan trampil berpeluang untuk dapat tampil beda, bahkan dalam keadaan krisisi ekonomi sekali pun mereka tetap survive serta terhindar dari kemiskinan dan pengangguran. Sejalan dengan pengembangan industri berbasis pengtahuan, posisi sumber daya manusia semakin penitng . pertumbuhan ekonomi memang ditentuan oleh factor modal berupa perangkat keras atau fisik, modal finalisial, sumber daya alam, namun posisi sumber daya manusia menjadi yang utama. Hal ini dimungkinkan karena SDM sebagai manusia yang memiliki kemampuan akal dan daya penelaran yang merupakan perpaduan antara apa yang diketahui tentang kebenaran lain yang didaptakan. Hadiwaratama dalam dedi supriadi, 2002:573. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi dipacu oleh gagasan baru, inovasi yang berbasis pengetahuan yang dikuasai. Pengetahuan menjadi sumber daya yang mampu memberi keunggulan komparatif dan kompetitif. Konsep industri bukan lagi berbasis tenaga kerja yang murah dan mengandalkan melipahnya sumber daya alam namun dengan penguasaan pengetahuan akan melahirkan berbagai inovasi yang tinggi sehingga menjamin pertumbuhan industri yang berkelanjutan, terus tumbuh dan meningkat. Sejalan dengan pernyataan wagner seperti tersebut diatas dan kebutuhan kemampuan penguasaan pengetahuan, pengembangan SDM menjadikan manusia yang tidak hanya produktif namun harus memiliki sejumlah kemampuan: 1. Berfikir kritis dan pemecahan masalah 2. Kolaborasi melalui jaringan dan memimpin dengan pengaruh. 3. Lincah dan mampu menyusuaikan diri. 4. Inisiatif dan kewirausahaan. 5. Komunikasi yang efektif dan baik tertulis dan tidak tertulis. 6. Mengakses dan menganalisis infromasi. 7. Imaginasi dan daya khayal. Pengembangan SDM adalah menjadikan manusia kerja yang memiliki kelebihan, bukan manusia yang hanya sebagai pengikut, artinya manusia yang mempunyai inisiatif, cerdas, kreatif, pantang menyerah, menguasai teknologi
infromasi, menguasai pasar. Perkembangan sumber daya manusia dalam lingkup pendidikan kejuruan terselenggara dalam suatu sistem yang secara sengaja mempersiapkan mereka agar mampu bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu secara profesional. Seorang prefesional atau ahli dalam bidangnya harus mampu menunjukkan kinerja 52 sebagai seorang yang ahli dengan kualitas kerja yang tinggi. Konsep pendidikan kejuruan dipersepsikan sebagai sekolah menengagh kejuruan SMK dengan berbagai bidang keahlian, seperti bidang manufactur, enginering, rekayasa, pariwisata. Sebagai sekolah kejuruan, tujuan program Pendidikan untuk menyiapkan peserta didik menjadi tenaga kerja prefesional dan juga siap melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Pendidikan yang diselengarakan bagi perseta didik yang direncanakan dan mengembangkan karir dalam bidang keahlian tertentu untuk bekerja secara produktif. ( Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pasal 21 ), dijelaskan pendidikan kejuruan merupakan jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu ❖ FUNGSI PENDIDIKAN KEJURUAN 1. Menyiapkan siswa menjadi manusia indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu mengembangkan dirinya dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. 2. Menyiapkan siswa tenaga kerja produktif: a. Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri b. Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain c. Merubah status siswa dari ktergantungan menjadi bangsa yang berpengasilan produktif. Dan menyiapkan siswa menguasai IPTEK, sehingga 1 mampu mengikuti, menguasai, menyusuaikan diri dengan kemajuan IPTEK; 2 memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangan diri secara berkelanjutan C. Peran pendidikan kejuruan Upaya pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan bersaing dibidang tenaga kerja terus digiatkan salah satunya dengan meningkatkan mutu dari pendidikan di indonesia. Proses globalisasi dan persaingan yang semakin meluas dalam berbagai bentuk berupa arus barang dan jasa tenaga kerja maupun arus modal. Masyarakat indonesia harus siap untuk menghadapi segala tantangan tersebut. Selain itu upaya pemerintah yang sudah berjalan adalah adanya pendidikan kejuruan dan teknologi yang dimana peran peserta didik memang disiapkan agar dapat memiliki keahlian dalam salah satu bidang yang dikuasai. Pendidikan sangat erat kaitannya dengan pembangunan. Pendidikan merupakan usaha untuk diri manusia dan
mampu menghasilkan SDM yang menunjang pembangunan sedangkan pembangunan merupakan usaha dari diri manusia dapat menunjang Pendidikan ( pembinaan, penyelidikan, saran dan seterusnya ). Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Karena, keunggulan dari suatu bangsa bukan lagi bertumpu pada kekayaan alam, melainkan pada keunggulan sumber daya manusia, yaitu penaga pendidikan yang mampu menjawab tantangan- tantangan yang sangat cepat. Dalam kaidah ekonomi terdisional terjadi proses memfasilitasi dan pengaturan keterampilan tenaga kerja sesuai dengan perubahan pemerintah pasar kerja. Tujuan kebijakan ketenaga kerjaan mencakup hal-hal berikut ini. a. Memberi peluang kerja untuk semuanya yang membutuhkan. b. Pekerjaan tersedia seimbang dan memberi penghasilan yang mencukupi sesuai dengan kelayakan hidup dalam masyarakat. c. Pendidikan dan latihan mampu secara penuh mengembangkan semua potensi dan masa depan setiap individu. d. Matching men and jobs dengan kerugian-kerugian minimal, pendapatan tinggi dan produktif. Diindonesia pendidkan vokasi diartikan sebagai pendidikan tinngi yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimal setara dengan program sarjana. Ditingkat menengah disebut pendidikan kejuruan yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tetentu, maksimal setara dengan program sarjana. Ditingkat menengah disebut pendidikan kejuruan yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu ( UU No.20 tahun 2003 ). Pengertian pendidikan vokasi dan pendidikan kejuruan yang tertuang dalam UU sisdiknas kurang memenuhi kejelasan konsep jika dibandingkan dengan pengertian-pengertian yang diuraikan diatas. Pembedaan istilah vokasi dan kejuruan hanya untuk membedakan jenjang tidak berkaitan dengan makna subtansi. Pendidikan kejuruan dan vokasi sebagai pendidikan orang dewasa ( adult education ) didesain meniapkan peserta didik untuk memasuki dunia kerja yang lebih dikenal dengan dunia usaha dan dunia industri. Dalam konteks ini, pendidikan kejuruan/vokasi adalah pendidikan untuk bekerja ( education-for-work ). Istilah education-for-work lebih memberi makna pendidikan kejuruan/vokasi sebagai jenis pendidikan yang tujuan utamanya adalah menjadikan individu peserta
didik siap pakai di dunia kerja dan memiliki perkembangan karir dalam pekerjaannya. BAB III PENUTUPAN A. Kesimpulan Asumsi adalah anggapan yang diterima sebagai kebenaran. Asumsi diuji dari keseringannya terjadi dimasyarakat reliablility dan keajengannya terjadi dimasyarakat kontsisten, dan kebenarnnya diterima oleh umum valid. Asumsi- asmusi pendidikan vokasi adalah sebagai ( thompson, 1973:890-116). Dan Perkembangan SDM berbasis Pendidikan kejuruan tidak terlepas dari konsep dasar pendidikan kejuruan, yaitu program Pendidikan yang secara langsung dikaitkan dengan penyiapan seseorang untuk pekerjaan tertentu atau untuk persiapan tambahan karier seseorang. Berdasarkan kajian dedi supriadi 2002: 17 pendidikan kejuruan bertujuan untuk menjadikan manusia produktif, manusia kerja bukan manusia yang menjadi beban bagi keluarga,masyarakat, dan bangsanya. Kemampuan kerja memberikan makna bagi kehidupannya. Sekolah menengah kejuruan sebaiknya selalu dinamis dalam mengembangkan program pendidikan, hal ini sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan mengikuti perkembangan IPTEK.
PAPER 2 PERAN PENDIDIKAN KEJURUAN DI ERA 4.0 PENDAHULUAN 1. Latar belakang Pendidikan Kejuruan merupakan salah satu jalur pendidikan formal yang memiliki peran yang sangat besar dalam pembangunan seumber daya manusia utamanya dalam bidang ketenagakerjaan, sesuai dengan hakikat pendidikan kejuruan yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk bekerja pada bidang tertentu. Sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional, pendidikan kejuruan memiliki sejumlah persoalan yang sedang dihadapi. Seperti misalnya, kurangnya hubungan antara pihak penyelenggara pendidikan kejuruan dengan dunia industri, kebutuhan sumber daya manusia yang terlampau banyak daripada jumlah lulusan dan sebagainya. Tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan handal di berbagai bidang dan jenjang, menjadi sangat penting dalam era global saat ini karena hanya dengan sumber daya manusia yang kompeten dan handal suatu negara akan mampu bertahan dan berperan dalam era yang penuh persaingan dan sekaligus peluang. Keunggulan komparatif yang berupa sumber daya alam yang melimpah, tenaga kerja yang murah, dipandang tidak kompetitif lagi. Sebaliknya, keunggulan kompetitif yang antara lain berupa tersedianya sumber daya manusia yang kompeten dan handal, akan lebih berpeluang dalam memenangkan persaingan era global saat ini. 2. Tujuan Menyiapkan siswa menjadi manusia indonesia seutuhnya yang mampu meningkatkan kualitas hidup, mampu memgembangkan dirinya, dan memiliki keahlian dan keberanian membuka peluang meningkatkan penghasilan. Menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja produktif. • Memenuhi keperluan tenaga kerja dunia usaha dan industri • Menciptakan lapangan kerja bagi dirinya dan bagi orang lain • Merubah status siswa dari ketergantungan menjadi bangsa yang berpengasilan ( produktif ) Menyiapkan siswa menguasai IPTEK, sehingga • Mampu mengikuti menguasai, dan menyelesai diri dengan kemajuan IPTEK • Memiliki kemampuan dasar untuk dapat mengembangkan diri secara
berkelanjutan. BAB II PEMBAHASAN A. Perubahan yang terjadi dalam era revolusi industri juga sangat berpengaruh pada karakter manusia, dunia kerja sehingga keterampilan yang diperlukan juga cepat berubah.Tantangan yang kita hadapi adalah bagaimana mempersiapkan dan memetakan angkatan kerja dari lulusan pendidikan yang benar-benar siap kerja, yang dengan kata lain profesional sesuai dengan bidang keahlianya, dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Dunia kerja di era revolusi industri 4.0, merupakan integrasi pemanfaatan internet dengan lini produksi di dunia industri yang memanfaatkan kecangihan teknologi dan informasi. (Prof.Dr.H.Muhammad Yahya, 2018)Tantangan dan peluang industri 4.0 mendorong inovasi dan kreasi pendidikan kejuruan. Pemerintah perlu meninjau relevansi antara pendidikan kejuruan dan pekerjaan untuk merespon perubahan, tantangan, dan peluang era industri 4.0 dengan tetap memperhatikan aspek kemanusiaan (humanities). Tantangan pendidikan kejuruan semakin kompleks dengan industri 4.0. (Ibrohim et al., 2018)menjelaskan bahwa pendidikan kejuruan (Vocational Education) sebagai pendidikan yang berbeda dari jenis pendidikan lainnya harus memiliki karakteristik sebagai berikut; 1) berorientasi pada kinerja individu dalam dunia kerja; 2) justifikasi khusus pada kebutuhan nyata di lapangan; 3) fokus kurikulum pada aspek-aspek psikomotorik, afektif, dan kognitif; 4) tolok ukur keberhasilan tidak hanya terbatas di sekolah; 5) kepekaan terhadap perkembangan dunia kerja; 6) memerlukan sarana dan prasarana yang memadai; dan 7) adanya dukungan masyarakat. Menghadapi industri 4.0, pendidikan kejuruan membutuhkan dukungan masyarakat. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan diri lulusan pendidikan kejuruan sehingga lulusannya merasa aman sebagai pekerja yang terampil karena adanya dukungan dan pengakuan dari masyarakat. Pada dasarnya pendidikan kejuruan dapat disediakan atau difasilitasi oleh masyarakat dan pemerintah untuk mempersiapkan dan merubah individu secara cepat dalam memenuhi tuntutan dunia kerja dan perubahan zaman termasuk fase industri
4.0. Pengembangan pendidikan kejuruan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam sistem untuk menjawab tantangan industri 4.0. a. Muatan pembelajaran abad 21 harus selalu menyesuaikan dengan perubahan termasuk di era industri 4.0. Muatan pembelajaran diharapkan mampu memenuhi keterampilan abad 21 (21st century skills); 1) pembelajaran dan keterampilan inovasi meliputi penguasan pengetahuan dan keterampilan yang beraneka ragam, pembelajaran dan inovasi, berpikir kritis dan penyelesaian masalah, komunikasi dan kolaborasi, dan kreatifitas dan inovasi, 2) keterampilan literasi digital meliputi literasi informasi, literasi media, dan literasi ICT, 3) karir dan kecakapan hidup meliputi fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif, interaksi sosial . b. Pengembangan pendidikan kejuruan harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam sistem untuk menjawab tantangan industri 4.0. Brofenbrener (1989) menawarkan suatu model yang disebut sebagai A Bioecological Model of Human Development.
Pada Gambar 4, terlihat bahwa seluruh bagian dari sistem, individu, mikro sistem, meso sistem, ekso sistem seperti industri, media massa, layanan sosial, dan politik lokal, serta makro sistem harus mampu berkolaborasi untuk membentuk sistem yang utuh yaitu chronosystem. Elemen itu harus terlibat dalam sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan peran masing-masing. c. Elemen yang berinteraksi dalam chronosystem harus mengintegrasikan fokus dari era industri 4.0 yaitu, fisikal, digital, dan biologikal. Elemen yang ada dalam pendidikan kejuruan sebagai bagian dari chronosystem harus menguatkan gerakan literasi baru (literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia). Penguatan itu dilakukan untuk memberikan nilai tambah dan daya saing lulusan pendidikan kejuruan di era industri 4.0. Interaksi dan integrasi antarelemen dengan muatan industri 4.0 dapat dilihat pada gambar 6. Gambar 6. Chronosystem Pendidikan Kejuruan Era Industri 4.0 Gambar 6 menunjukkan adanya integrasi seluruh komponen seharusnya dapat dimediasi oleh sistem pendidikan kejuruan karena pada dasarnya pendidikan kejuruan memiliki kepentingan sangat besar untuk memediasi seluruh elemen untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran, kualitas sistem pendidikan, kualitas peserta didik, dan kualitas pendidik dan tenaga kependidikan demi menciptakan lulusan yang berdaya saing di era industri 4.0. BAB III PENUTUP Industri 4.0 banyak membawa perubahan dalam kehidupan manusia. Industri
4.0 secara fundamental telah mengubah cara beraktivitas manusia dan memberikan pengaruh yang besar terhadap dunia kerja. Pengaruh positif industri 4.0 berupa efektifitas dan efisiensi sumber daya dan biaya produksi meskipun berdampak pada pengurangan lapangan pekerjaan. Industri 4.0 membutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dalam literasi digital, literasi teknologi, dan literasi manusia. Pendidikan kejuruan harus mampu membekali lulusan dengan ketiga literasi tersebut melalui revitalisasi chronosystem yang meliputi sistem pembelajaran, satuan pendidikan, peserta didik, dan pendidik dan tenaga kependidikan
PAPER 3 TERKAIT SEJARAH PENDIDIKAN KEJURUAN DIINDONESIA BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Perkembangan dunia pendidikan, khususnya pendidikan kejuruan saat ini tidak lepas dari semakin pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan industri. Pesatnya kemajuan dibidang teknologi dan industri tersebut harusnya dibarengi dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten dibidangnya, sehingga mampu mengembangkan serta memajukan industri kearah yang lebih baik dan mampu bersaing di era globalisasi. Dalam rangka mengembangkan serta memajukan industri yang mampu bersaing maka dibutuhkan tenaga kerja yang handal dan siap kerja. Oleh karena itu peranan pendidikan kejuruan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang handal dan siap kerja sangatlah penting. Menurut Clarke & Winch dalam Sofyan (2018:10) mendefinisikan pendidikankejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan anak-anak muda dan remaja untuk memasuki lapangan kerja, pendidikan kejuruan adalah suatu proses yang pembelajarannya berkaitan dengan masalah teknik dan praktik. Lebih lanjut, menurut Djojonegoro (1998:34), pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didiknya untuk memasuki lapangan kerja. Kemudian menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 15 menegaskan bahwa Pendidikan Kejuruan merupakan Pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu. Namun, fakta di lapangan menyebutkan bahwa pengangguran terbanyak justru didominasi oleh lulusan SMK. Berdasarkan sumber informasi dari berita metrotvnews.com (12 November 2018) yang memuat berita mengenai angka pengangguran di Indonesia yang didominasi oleh lulusan SMK, bahwa berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2018 adalah sebanyak 133,94 juta orang. Adapun angka tersebut meningkat 2,39 juta dari jumlah angkatan kerja pada Februari 2017 TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah yang tertinggi dibandingkan tingkat pendidikan lain, yaitu besarnya mencapai 8,92 persen. Selain itu menurut Direktur Pembinaan SMK Kemendikbud, Muhammad
Bakrun mengungkapkan bahwa secara umum tergambar 60-65% lulusan saja yangterserap di industri. Kemudian 13% lulusan melanjutkan kuliah, dan 5% wirausaha. Melihat dari data tersebut, mengindikasikan bahwa lulusan SMK mendominasi angka pengangguran dan belum banyak terserap ke Dunia Usaha/Dunia Industri (DUDI). peserta didik yang diperoleh selama didunia industri. Sehingga kebijakan link and match ini kemudian menjadi salah satu bagian terpenting dalam penyediaan lulusan atau tamatan siap kerja sesuai dengan kebutuhan yang ada di industri. Tetapi dalam pendidikan menengah kejuruan hendaknya tidak hanya berorientasi pada penyiapan tenaga kerja saja, tetapi juga harus dapat memperkuat keterampilan, meningkatkan kompetensi siswa serta sikap profesionalisme dalam bekerja. Sejalan dengan kebijakan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia terkait link and match guna meningkatkan relevansi Sekolah MenengahKejuruan (SMK) dengan kebutuhan dunia kerja, dunia usaha serta dunia industry khususnya, SMK Negeri 2 Pengasih menerima tawaran kerjasama dengan PT. Toyota Astra Motor dalam bentuk program Sekolah Sub T-TEP Toyota (Toyota-Technical Education Program). Dalam hal ini SMK Negeri 2 Pengasih masih dalam kategori Sekolah Sub T-TEP. Program Sekolah T-TEP/Sub T-TEP merupakan program kerja sama antara Toyota Motor Company, PT Toyota Astra Motor, dealer resmi Toyota, pemerintah dan juga institusi pendidikan dalam hal ini sekolah menengah kejuruan (SMK). Toyota-Technical Education Program (T-TEP/Sub T-TEP) merupakan salah satu program edukasi Toyota Indonesia yang bertujuan untuk mengembangkan sumber daya siswa SMK, terutama SMK otomotif. Dengan adanya program ini diharapkan dapat menghasilkan mutu lulusan siswa SMK yang mempunyai keterampilan, kompetensi serta sikap profesionalisme kerja yang bagus dan mampu memenuhi kebutuhan industri. Dalam kerjasama antara SMK Negeri 2 Pengasih dengan PT. Toyota Astra Motor, terdapat empat aspek atau fasilitas pendukung program Sub TTEP yaitu: (1) penerapan kurikulum Toyota (Toyota Curriculum with Diknas); (2) pelatihan guru (Training & Certification); (3) fasilitas sarana dan prasarana pendukung (Facility/Tools Standardization); dan (4) kerjasama Industri dalam Prakerin siswa. 2. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui informasi tentang implementasi program Sekolah Sub T-TEP Toyota (Toyota-Technical Education Program) di SMK Negeri 2 Pengasih, ditinjau dari aspek:
a. penerapan kurikulum Toyota. b. kerjasama industri dalam pelaksanaan Prakerin siswa. c. pelatihan tenaga pengajar (guru). d. fasilitas sarana dan prasarana program. 2. Mengetahui efektivitas program pembelajaran Sekolah Sub T-TEP Toyota (Toyota-Technical Education Program) di SMK Negeri 2 Pengasih ditinjau dari hasil pembelajaran siswa. 3. Mengetahui informasi tentang faktor-faktor apa saja yang mendukung dan menghambat dalam kerjasama program Sekolah Sub T-TEP Toyota (ToyotaTechnical Education Program) di SMK Negeri 2 Pengasih. BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah perkembangan pendidikan kejuruan diindonesia Pendidikan Kejuruan di Indonesia telah diperkenalkan di Indonesia sejak era jaman VOC. Institusi pendidikan yang berorientasi “kejuruan” pertama kali ada yaitu Akademi Pelayaran (dinamakan dalam bahasa Belanda : Academie der Marine) yang didirikan pada tahun 1743. Namun keberadaan Akademi Pelayaran tersebut hanya berlangsung selama 12 tahun karena pada tahun 1755 Akademi tersebut ditutup. Setelah kekuasaan VOC berakhir pada akhir abad ke-18 yang dilanjutkan dengan kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda, pendirian sekolah-sekolah pun diteruskan. Seperti kita ketahui bahwa pada era jaman kolonial, sekolah- sekolah hanya diperuntukkan kepada golongan tertentu berdasarkan keturunan, bangsa dan status sosial. Selain pendirian sekolah-sekolah reguler, pada tahun 1853 Pemerintah Hindia Belanda pertama kali mendirikan sekolah berbasis kejuruan. Sekolah kejuruan tersebut bernama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya). Pada tahun 1856, didirikan sekolah serupa di Jakarta. Sama dengan sekolah -sekolah jenis lain, sekolah- sekolah kejuruan tersebut juga hanya dikhusukan pada golongan tertentu yaitu anak-anak keturunan Belanda (indo). Sejarah perkembangan pendidikan kejuruan pada tahun: 1. 1964-1968 ( STM-SMEA ) Pendekatan kebutuhan masyarakat akan pendidikan ( social demand approach ) ; pokonya anak bisa bersekolah; sekolah kejuruan dianggap mampu menghasilkan tamatan yang dapat
langsung bekerja; keadaan sekolah kejuruan memperhatinkan dengan fasilitas yang sangat minim, sehingga pada saat itu ada pameo “STM sastra” 2. 1972-1973 ( STM pembangunan SMEA pembina ) pendekatan kebutuhan tenaga kerja ( manpower demand approach ) dilaksanakan secara terbatas, proses mencari bentuk yang tepat untuk npendidikan teknisi industri. Pada saat itu, pertumbuhan ekonomi diindonesia sedanng baik dengan tingka⁶t pertumnuhan 7% per tahun, sehingga diperlukan banyak tenaga kerja untuk mengisi kekosongan didunia kerja. Tapi pada saat itu, pendidikan kejuruan hanya mampu mengisi 50% saja kebutuhan. Pada saat itu, keterlibatan dunia industri dipendidikan kejuruan belum melembaga secara formal. 3. 1976 pendekatan kebutuhan tenaga kerja ( untuk sekolah yang belum memperoleh peralatan praktik ). Berusaha menghasilkan teknisi industri ( STMP, SMEA pembina, SMTK 4 tahun ), dan juru teknik ( STM-BLPT, SMEA,SMKK ) . digunakan pula pendekatan kebutuhan masyarakat ( untuk sekolah yang belum direhalibitas ) : SMEA, SMKK, SMPS, SMM, SMIK, SMSR. Pada priode inipunketerlibatan industri belum nampak secara formal. 4. 1984 pendekatan humaniora yang memandukan ranah kongnitif, afektif, dan piskomotorik; teori dan praktek dikemas dalam satu semester ; pihak industri terlibat dalam forum pendidikan kejuruan. 5. 1994 pada saat ini, diperlukan pendekatan krikulum berbasis kompetensi ( competency based curriculum ) meskipun pada saat itu belum secara eksplisit disebut KBK sebagaimana dikenal pada tahun 2004. Selain itu dikenal pula konsep brood based curriculum dimana pendidikan memiliki prinsip luas, kuat, danmendatar, pada priode ini, mulai dikenal konsep pendidikan sistem ganda ( PSG ) pada masa ini kerjasama dengan dunia usaha dan industri semakin kuat dan melembanga. 6. 1999 perubahan orientasi dari supply-driven ke demandlmarket driven, dari mata pelajaran / topik pembelajaran dari pengukuran tingkat hasil belajar ke pengukuran kompetensi, dari belajar”hanya” SMK menjadi belajar dan diindustri, dari SMK yang “ berdiri sendiri “ ke SMK sebagai bagian tak terpisahkan dari politeknik BLK, kursus-kurus dan lembaga diklat ainnya. 7. 2000-an pada priode ini momentum pertumbuhan kuantitatif pendidikan kejuruan semakin meningkat. Hubungan dengan pihak industri semakin baik. Pemerintah sedah sangat menyadari pentinnya pendidikan teknologi dan kejuruan diindonesia. A. Perkembangan pendidikan kejuruan diindonesia Sebelum Kemerdekaan, Pendidikan kejuruan di Indonesia telah berumur lebih
150 tahun. Sejarah pendidikan teknik dan kejuruan di Indonesia diawali dengan didirikannya Ambacht School van Soerabaja tahun 1853 oleh pihak swasta. Sekolah ini terutama ditujukan untuk laki-laki keturunan Eropa khususnya Belanda, dari golongan miskin yang tinggal di Hindia Belanda ketika itu.Pada akhir abad ke-19 pemerintah Hindia Belanda mendirikan suatu lembaga pendidikan di Jakarta dengan nama Ambacht Leergang. Kemudian pada tahun 1901 dilanjutkan dengan pembukakan lembaga pendidikan bernama Koningin Welhelmina School (KWS) yang para siswanya terdiri atas tamatan Europeese School yang diperuntukan khusus untuk orang-orang Eropa. Pendidikan teknik dan kejuruan tingkat pertama di Indonesia menjelang akhir masa penjajahan Belanda hingga masa pendudukan Jepang (1942-1945) terdiri atas: Ambacht Leergang, yang mempersiapkan pekerja-pekerja tukang, Ambacht School, yang memberikan latihan yang lebih tinggi, dan Technische School, yang memberikan latihan yang lebih tinggi dan bersifat teoritis.Ketiga jenis lembaga pendidikan teknik dan kejuruan ini tetap bertahan sesudah Indonesia merdeka dengan mengalami perubahan-perubahan nama dan beberapa perubahan kurikulum. Perkembangan jumlah sekolah berjalan pesat sesuai dengan meningkatnya minat para pemuda untuk menuntut pengetahuan teknik dan kejuruan. B. Pasca kemerdekaan Pada masa kemerdekaan Ambacht Leergang dikenal dengan Sekolah Pertukangan (SPT), Ambacht School menjadi Sekolah Pertukangan Lanjutan (SPL), dan Technische School sebagai Sekolah Teknik (ST), sedangkan THS menjadi Institut Teknologi Bandung(ITB).Lama pendidikan SPT adalah 2 tahun setelah SD 6 tahun. SPL adalah 1 tahun setelah SPT , SPT adalah 4 tahun yang kemudian menjadi 3 tahun setelah SD. Lembaga pendidikan teknik dan kejuruan berkembang menjadi lembaga Pendidikan kejuruan yag mempunyai peran sentral dalam penyediaan tenaga tukang yang terampil dan teknisi tingkat pertama. Jurusan-jurusan yang dibuka pada lembaga pendidikan teknik tersebut didasarkan atas penggolongan jabatan (job description) dan analisis pekerjaan (job analysis) beserta persyaratan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO).Dengan melihat sejarah tersebut, berarti sekolah teknik dan kejuruan baru dibuka 317 tahun setelah pertama yang didirikan oleh Portugis dan 246 tahun setelah sekolah pertama didirikan oleh VOC/ Belanda.Dengan demikian, hingga saat ini sekolah kejuruan di Indonesia telah berusia 1,5 abad. Menjelang berakhirnya kekuasaan Belanda, pada tahun 1940 terdapat sekitar 88 sekolah kejuruan di Indoneasia dengan 13.230 siswa, umumnya dalam bidang pertukangan, teknik, dan pertanian.
C. Era Reformasi Sejak kemerdekaan hingga sekarang, pendidikan teknik dan kejuruan berkembang pesat. Pemerintah sendiri saat ini sedang menggalakkan peran SMK yang lebih diminati masyarakat karena berorientasi pada pekerjaan.Kebijakan pemerintah antara lain sesuai rencana Strategis (Renstra) Depdiknas 2005-2009 dinyatakan bahwa rasio Pendidikan menengah kejuruan dan pendidikan menengah umum ditargetkan sebesar 50:50 pada tahun 2010 dan 70:30 pada tahun 2015. Kebijakan ini diharapkan dapat memecahkan salah satu permasalahan pengangguran. Peningkatan pendidikan kejuruan bertujuan menyiapkan tenaga terampil untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sesuai dengan tuntutan dunia industri. Kebijakan ini dilandasi dengan semakin meningkatnya angka pengangguran serta semakin terbukanya sektor-sektor formal dan informal yang membutuhkan tenaga kerja menengah yang berkualitas.Karena berhadapan langsung dengan dunia kerja. Proporsi jumlah SMK 70%, SMA 30% dinegeri ini sepertinya cocok jika dikaitkan kemampuan melanjutkan pendidikan ke yang lebih tinggi. Konsekuensinya adalah dunia kerja yg akan menampung lulusan SMK harus siap meskipun untuk memasukinya lulusan SMK perlu masih perlu dilatih. BAB III PENUTUP Pendidikan Kejuruan di Indonesia telah diperkenalkan di Indonesia sejak era jaman VOC. Institusi pendidikan yang berorientasi “kejuruan” pertama kali ada yaitu Akademi Pelayaran (dinamakan dalam bahasa Belanda. pada tahun 1853 Pemerintah Hindia Belanda pertama kali mendirikan sekolah berbasis kejuruan. Sekolah kejuruan tersebut bernama Ambachts School van Soerabaia (Sekolah Pertukangan Surabaya). Pada tahun 1856, didirikan sekolah serupa di Jakarta. Sama dengan sekolah -sekolah jenis lain, sekolahsekolah kejuruan tersebut juga hanya dikhusukan pada golongan tertentu yaitu anak-anak keturunan Belanda (indo).
PAPER 4 LANDASAN FILOSOFI PENDIDIKAN KEJURUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupunkarasnya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalamperjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaanuniversal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalamkeseimbangan, kesatuan, organisasi harmonis, dinamis, guna mencapai tujuanhidupkemanusiaan. Landasan pendidikan diperlukan dalam dunia pendidikan khususnyadinegara kita indonesia, agar pendidikan yang sedang berlangsungdinegara kita ini mempunyai pondasi atau pijakan yang sangat kuat karenapendidikan disetiap negara tidak sama. Untuk negara kita diperlukan landasan pendidikan berupa landasan hukum, landasan filsafat, landasansejarah, landasan sosial budaya, landasan psikologi dan landasanekonomi. Landasan filosofis merupakan landasan yang berkaitandenganmakna atau hakikat pendidikan dan komponen penting yangharusdipelajar. Selain itu filasaf pendidikan membantu kita memahami siapayang harus diajarkan, apa dan bagaimana, serta tujuan pendidikan. Ituadalah seperangkat aturan yang mengarahkan keputusan prefesional kitadalam menghadapi situasi dan kesulitan yang kita hadapi. Gagasan pendidikan, yang didefinisikan dalamkerangkafilsafatumum yang terdiri dari metafisika, epistemologi, dan asiologi, berfungsi sebagai landasan filosofi pendidikan. Fondasi filosofis pendidikanjugadikenal sebagai fondasi filosofis idealisme, realisme dan pragmatisme, tunduk pada keragamaan aliran pemikiran yang sama denganfilsafatumumny. Terlepas dari banyaknya aliran filsafat yang berbeda, indonesiamemiliki filosofi pendidikannya sendiri, yaitu yang berpusat padapancasila. Seperti yang telah dikatakan falah ( 2017 ) seperangkat pradugayang digunakan sebagai titik tolak dalam pendidikan dikenal sebagai landasan filosofis pendidikan serangkaian anggapan ini diekstrapolasi atau diterjemahkan dari sistem pemikiran filosofis pada umumnya, ruang lingkup metafisika, epistemologi dan aksiologi dikembanngkan olehaliranfilsafat tertentu. Atas dasar itu, jelaslah bahwa terdapat hubunganimplikatif antara teori dan keyakinan teori dan praktek pendidikandenganyang terdapat dalam kajian filasaf ( metafisika,
epistemologi, danaksiologi ) dengan gagasan teori dan praktik pendidikan. Diharapkandenganadanya pemahaman tentu landasan filosofis pendidikan, tidakadakesalahpahaman tentang pendidikan yang menghasilkan kesalahandalampraktik pendidikan. BAB II PEMBAHASAN A. Landasan filosofis pendidikan kejuruan Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikandanataustudi pendidikan (Hidayat & Abdillah, 2019, hlm. 39). Spesifiknya, berbagai asumsi- asumsi tersebut berasal dari filsafat pendidikan yang menyangkutkeyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakikat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan Sementara itu menurut Syam, dkk (2021, hlm. 17) landasanfilosofispendidikan merupakan suatu gagasan tentang pendidikan yangdijelaskanberdasarkan filsafat umum dalam pendidikan yang terdiri dari metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Berikut adalah penjelasan dari masing-masingcabang filsafat tersebut. Metafisika, tepatnya ontologi, yakni bagian dari metafisika yang bersifat spekulatif, membahas hakikat “yang ada” secara universal. Epistemologi, yang membahas tentang bagaimana proses mendapatkanilmupengetahuan, hal-hal apakah yang harus diperhatikanagarmendapatkan pengetahuan yang benar, apa yang disebut kebenaran dan apa kriterianya (Amka, 2019, hlm.37). Aksiologi, merupakan cabang filsafat yang membahas teori-teori nilai danberusaha menggambarkan apa yang dinamakan dengan kebaikandanperilaku yang baik (Rukiyati & Purwastuti, 2015, hlm.29). Di dalamnyaterdapat etika dan estetika. Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa yunani, yaitu filare yang artinyacintadansophia yang artinya kebijaksanaan atau kebenaran, jadi. Filsafat artinyacintaakan kebijaksanaan atau kebenaran. Flisafat berarti pula pendirian hidupataupandangan hidup, secara ilmiah definisi filsafat yaitu usaha berpikir radikal dan hasil yang diperoleh dari mengambarkan dan menyatakansuatupandangan yang menyeluruh secara sistematis tentang alamsemestasertatempat dilahirkannya manusia. Filsafat mencakup keseluruhan pengetahuanmanusia, filsafat merupakan sumber ide paling dalambagi segalamacamilmu pengetahuan, sehingga filsafat disebut juga induk pengetahuan. Berfilsafat adalah berpikir, tapi tidak semua berpikir dikatakan berfilsafatberpikir yang mengandung tiga ciri yaitu : a. Radiakal : berpikir sampai keakar-akarnya b. Sistematis : berpikir logis setahap demi setahap denganpenuhkesadaran dengan urutan yang bertanggung jawab dansalingberhubungan secara teratur c. Universal : berpikir menyeluruh. Filsafat mempunyai bagian-bagian yang saling berhubungan yaitu: a. Metafisika : mempelajari hakekat realita, perkembangankosmos, alam semesta, hakekat dunia, hakekat manusia termasuk hakekat anak. b. Epistemologi : mempelajari asal-usul, susunan, metodesertakebebesan pengetahuan c. Aksiologi : mempelajari masalah nilai karakteristik filsafat adalahsebagai berikut : 1. Menggunakan rasio dengan kualitas tinggi 2. Cara berpikir radikal, tunas sampai keakar persoalan 3. Induk dari segi ilmu 4. Membuahkan kearifan 5. Menuntut kejelasan dan sistematika beroikir 6. Nilai atau norma merupakan salah satu objek studi filsafat 7. Spekulasi atau perenungan merupakan salah satu cara esensial dari filsafat 8. Menuntut kegiatan merangkum, membuat garis besar dari permasalahan 1. Peran landasan filosofts pendidikan adalah memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnyapendidikan
dilaksanakan.Mustadi (2015) mengatakan bahwa Kebutuhanakanguru sebagai tenaga pendidik yang berkualitas dan profesional sangat penting. Hal ini terkait dengan tugas dan tanggung jawab mereka setelahselesai menempuh studi yaitu sebagai guru SD yang profesional.Rambu- rambutersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology danaksiologi pendidikan sebagaimana studi dalam filsafat pendidikan. Landasanfilosofispendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnyaaliranfilsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikanIdealisme, landasan filsofis pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realismeantara lain berpendapat bahwa“pengetahuan yang benar diperolehmanusiamelalui pengalaman dria”. Implikasinya, penganut Realisme mengutamakanmetode mengajar yang memberikan kesempatan kepada para siswauntukmemperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb). 2. Contoh landasan filosofis pendidikan a. Perenialisme Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percayabahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agamaberbagi satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan, ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh. b. Progressivisme Bagi kaum progresif, tidak ada realitas yang absolut, kenyataanadalahpengalaman transaksional yang selalu berubah (progresif). Duniaselaluberubah dan dinamis, sehingga dapat disimpulkan bahwa hukum- hukumilmiah hanya bersifat probabilitas dan tidak absolut. Progressivismepercaya bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalahsebatassebagaimana dunia ini dialami oleh manusia dan Itulah yangdapatdijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua. c. Pedagogi Kritis Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandangsekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikanuntuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. Dalamarti ini, sekolahadalah tempat publik yang memberi kesempatan bagi peserta didikagardapat belajar pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untukhidupdalam demokrasi yang sesungguhnya. Sekolah bukan sekedar perluasantempat kerja atau sebagai lembaga garis depan dalampersainganpasarinternasional dan kompetisi asing.
B. Landasan filosofis, sosiologis dan yuridis a. Landasan Filosofis Landasan filosofis adalah pertimbangan atau alasanyangmenggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkanpandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasanakebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasiladan Pembukaan UUD 1945. b. Landasan Sosiologis Landasan sosiologis adalah pertimbangan atau alasanyangmenggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek, serta menyangkut faktaempiris mengenai perkembangan masalah dan kebutuhan masyarakat dannegara. c. Landasan Yuridis Pengertian landasan yuridis adalah pertimbangan atau alasanyangmenggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukumdenganmempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atauyangakan dicabut guna menjamin kepastian hukumdan rasakeadilanmasyarakat. Unsur yuridis adalah menyangkut persoalan hukumyang berkaitandengansubstansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk peraturanperundang-undangan yang baru. BAB III PENUTUP Filsafat pada hakikatnya mengajarkan setiap orang untukberpikirkritis dan mendalam tentang sesuatu. Hasil dari pemikirandanpemahaman tentang sesuatu tersebut akan mengarahkankepadapelakuknya untuk berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai yangterkandung di dalamnya. Landasan filosofis pendidikan merupakancabangdari filsafat yang mengkaji tentang apa, bagaimana, danmengapapendidikan. Seorang guru yang mempelajari dan memahami landasanfilosofis pendidikan akan melakukan berbagai upaya untuk keberhasilanproses pembelajaran yang ia lakukan. Seorang guru yang memahami filosofis pendidikan akan memahami tujuan ia mendidik. Sehingga, denganseksama ia akan memikirkan bagaimana siswanya belajar, apa yangharusdipelajari siswanya, bagaimana siswanya bisa terlibat secara aktif dalamproses pembelajaran, bagaimana hasil belajar siswa bisa membangunsikap mereka, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA PAPER 1 http://text-id.123dok.com/document/1y91ppodq-pendidikan-kejuruan-asumsi-pendidikan- teknologi-dan-kejuruanvokasi.html http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-kejuruan.html?m=1 PAPER 2 http://eproceedings.umpwr.ac.id/index.php/semnaspto/article/download/1249/1073 https://www.silabus.web.id/pendidikan-kejuruan-di-era-revolusi-industri-4-0/ PAPER 3 https://fatkhan.web.id/perkembangan-pendidikan-kejuruan-di-indonesia/ https://edoostory.id/story/detail/3496/sejarah-pendidikan-kejuruan-diindonesia#:~:text=Pendidikan%20Kejuruan%20di%20Indonesia%20telah,yang%20didirikan% 20pada%20tahun%201743. https://fatkhan.web.id/perkembangan-pendidikan-kejuruan-di-indonesia/ PAPER 4 https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-ar-raniry/kajian-teknologi- dan-vokasional/penyelenggaraan-pendidikan-kejuruan/46537178 https://educhannel.id/blog/artikel/landasan-filosofis-pendidikan- kejuruan.html#:~:text=Pendidikan%20kejuruan%20sebagai%20pendidikan%20untuk,untuk%2 0education%2Dfor%2Dwork. https://kumparan.com/asep-totoh/filosofi-pendidikan-kejuruan-dan-vokasi-1vQYkQCWOSp