GENDIS SEWU BERKARYA AKHIR SEBUAH CERITA Antologi Cerita Pendek Bibit Penulis Gendis Sewu Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Bekerja Sama dengan SDN Balongsari I/500 Surabaya
AKHIR SEBUAH CERITA Penulis : Arsyil Ilham, Achmad Amar, Precious Shalom, dkk. Desain Sampul : Indah Purnamasari dan Ikke Ariani Penyunting : Akbar Fitriadi, Khoiruli, Indah Purnamasari, dan Ikke Ariani Penyunting Akhir : Faradila Elifin Malidin, Vivi Sulviana, Ayu Dewi A.S.N, Rici Alric K, dan Vegasari Yuniati Diterbitkan pada tahun 2022 oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Jln. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit Gendis Sewu, sebagai penghargaan atas partisipasi yang telah diberikan dalam Gerakan Melahirkan 1000 Penulis dan 1000 Pendongeng. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.
KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku ini sebagai bentuk apresiasi kepada para bibit penulis yang mengikuti Gerakan Melahirkan 1000 Penulis dan 1000 Pendongeng (Gendis Sewu) dengan baik dan lancar. Antologi merupakan kumpulan karya cerita pendek dari para penulis SDN Balongsari I/500 Surabaya. Buku ini mengangkat tema tentang persahabatan dari para penulis yang merupakan bibit Gendis Sewu Berkarya. Kami menyadari bahwa sebuah karya memiliki ketidaksempurnaan. Apabila dalam penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih ada kekurangan kami mengharap kritik dan saran yang bisa membangun dari segenap pembaca buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan karya tulis anak bangsa khususnya di Kota Surabaya dan seluruh Indonesia pada umumnya. Surabaya, 2022 Petugas TBM se-Kecamatan Tandes
KATA SAMBUTAN Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, hanya dengan kemurahan-Nya kita selalu dapat berikhtiar untuk berkarya dalam ikut serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai. Kita patut bangga dan memberi apreasiasi kepada para bibit penulis Gendis Sewu (Gerakan Melahirkan 1000 Bibit Penulis dan 1000 Bibit Pendongeng), para editor penulis Dispusip di Kota Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya tulis yang berjudul Akhir Sebuah Cerita. Buku para bibit Gendis Sewu menghasilkan karya tulis dari anak-anak cerdas yang telah melalui proses panjang dan berjenjang dan merupakan karya-karya imajinatif yang mengandung pesan moral dengan bahasa yang mudah dipahami juga sangat baik untuk dinikmati.
Semoga kedepannya akan menjadi inspirasi untuk berkembangnya budaya literasi dari berbagai kalangan masyarakat di Kota Surabaya. Akhir kata, semoga buku Gendis Sewu Berkarya dengan judul Akhir Sebuah Cerita bermanfaat bagi semua pihak dan perkembangan para bibit Gendis Sewu. Surabaya, 2022 Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Mia Santi Dewi, S.H., M.Si.
SEKAPUR SIRIH Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami sangat bersyukur atas kehadirat-Nya, hanya dengan kemurahan Allah Swt. kami dapat menghimpun berbagai karya tulis para bibit penulis Gendis Sewu dan menerbitkannya dalam sebuah buku antologi cerpen dengan judul Akhir Sebuah Cerita. Buku ini merupakan antologi cerpen kolaborasi Gendis Sewu dengan SDN Balongsari I/500 Surabaya. Kolaborasi ini menghasilkan sembilan karya tulis cerpen pendampingan petugas TBM se-Kecamatan Tandes yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan platform buatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya yang bernama Taman Kalimas. Taman Kalimas yang merupakan singkatan dari Tempat Menampung Karya Literasi Masyarakat memberikan layanan literasi yang di dalamnya terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas Karya dan Taman Kalimas Publikasi. Para bibit penulis Gendis Sewu terlebih dahulu didaftarkan untuk mengikuti kelas berjenjang dari mulai kelas reguler Taman Kalimas di tingkat kecamatan, lalu untuk bibit terbaik akan mendapatkan reward naik ke kelas khusus minat dan bakat setelah itu karyanya akan dibuat buku dan dipublikasikan. Saya mengapresiasi bangga kepada para bibit penulis Gendis Sewu yang memiliki semangat literasi dengan tidak hanya menjadi pembaca pasif melainkan menjadi pembaca aktif, yaitu selain membaca juga mampu menulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Tim Gendis Sewu dan Tim Inti Penulis Dispusip yang terdiri dari para tutor kelas reguler di
tingkat kecamatan, para editor area (Dira), dan para penyunting akhir hingga buku ini terselesaikan secara baik. Buku ini adalah jawaban nyata atas kinerja para petugas TBM se-Kecamatan Tandes yang berkolaborasi dengan SDN Balongsari I/500 Surabaya. Membangun kota maka perlu disertai 'membangun' manusia di dalamnya. Tentu tidak lah mudah, karena awal membangun seringkali terlihat abstrak, dipertanyakan, atau diragukan. Walaupun begitu, tetap terus 'membangun' karena 'membangun' manusia melalui literasi adalah sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta kita Kota Surabaya. Salam Literasi. Surabaya, 2022 Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Pudji Astuti, S.T.
DAFTAR ISI 1. Kristal Kehidupan 1 2. Jamal Teman Baikku 13 3. Hang Out 15 4. Orky dan Bella 18 5. Aku Tidak Takut 20 6. Pohon Ukiran 23 7. Retaknya Persahabatan 27 8. Sahabat Sejati 30 9. Sasha Teman Baikku 33
1 KRISTAL KEHIDUPAN Oleh Precious Shalom Zevanya Di pagi yang cerah, Line berjalan untuk mencari buah liar yang banyak tumbuh di tepi hutan. Saat memetik buah, Line melihat sebuah rumah tua. Dia pun ingin mengetahui siapa yang menghuni rumah itu. Line pun mendekati rumah itu. Rumah itu tampaknya sudah tak berpenghuni karena terlihat tidak terawat. Pintunya pun tidak terkunci. Line pun masuk ke dalam dan melihat isi rumah itu. Saat melihat isi rumah, Line tertuju pada satu jendela dan melihat ke bagian luar sisi sebelah kanan. Ada satu benda besar yang ditutupi kain. Sangking penasaran, Line keluar dari rumah dan membuka kain itu. Tak disangka benda itu adalah pesawat terbang yang sudah tua. Line pun masuk ke dalam untuk melihat. Di bawah kemudi pesawat, Line melihat sebuah kotak dan tertarik untuk membukanya. Kotak itu berisi sebuah peta.
2 Dia tertarik untuk mencari di mana letak tujuan peta itu. Line mencoba untuk mengemudikan pesawat itu, kebetulan ayahnya adalah seorang pilot. Line menekan tombol on dan pesawat tua itu menyala. Pintu garasi terbuka dengan sendirinya. Line langsung mengemudikan pesawat itu dan terbang di udara. Line sangat senang pesawat itu bisa terbang. Dia terbang di atas awan dan melihat pegunungan tinggi. “Udara di atas sangat sejuk,” ucap Line. Terbang dan terbang semakin tinggi, dia melihat sesuatu yang melayang di langit. Line pun tertarik ingin mengetahui apa yang melayang itu. Sampailah Line di tempat, ternyata itu adalah pulau yang melayang. Pulau itu tampaknya seperti kumuh dan tidak terawat. Tak disangka pesawat Line ditembak pada bagian baling-baling. Pesawatnya mendarat di sebelah pohon pinus. “Aduh, siapa yang menembak pesawatku?” ucap Line.
3 Line mendengar seperti ada suara bisikan di semak-semak. Tangan Line ditarik oleh seseorang. Dia sangat kaget, ternyata yang menarik tangannya adalah dua kurcaci. “Kalian siapa? Kenapa kalian menarikku?” tanya Line kebingungan. “Hus ... tenang,” kata kedua kurcaci itu. “Kami tidak menggigit. Sekarang sembunyi di sini, cepat sebelum ada yang melihat!” seru kedua kurcaci itu. Line menunduk dan bersembunyi di semaksemak bersama kedua kurcaci itu. Mereka bertiga mengintip dari semak-semak. Mereka melihat ada dua makhluk berkulit hijau, memiliki telinga yang panjang, dan wajah yang menyeramkan. Line kebingungan. “Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita harus bersembunyi dari makhluk hijau itu?” tanya Line dengan suara pelan. “Hus ... diamlah nanti kami akan menjelaskan segalanya kepadamu,” kata kedua kurcaci itu dengan suara pelan.
4 Mereka mendengar pembicaraan kedua makhluk hijau itu. “Di mana ya pesawat yang aku tembak tadi?” tanya makhluk hijau berambut keriting. “Tadi sepertinya di sini. Kamu kurang tepat mengarahkan senjata api,” jawab makhluk hijau berambut lurus. “Memangnya sasaranmu tepat? Sepertinya tidak,” kata makhluk hijau berambut keriting. “Hei, jaga bicaramu itu,” ucap makhluk hijau berambut lurus marah. Mereka pun bertengkar sampai babak belur. Line yang melihat ingin tertawa. Tidak lama kemudian datanglah Raja makhluk hijau itu dan menyuruh mereka untuk berhenti berdebat. “Hei diamlah! Apakah tugas kalian sudah selesai?” tanya Raja dengan sentak. “Iya, Raja. Kami akan menjalankan tugas kami,” jawab kedua makhluk hijau. Kedua makhluk hijau pergi dari tempat itu. Line dan kedua kurcaci itu keluar dari tempat persembunyiannya. Kedua kurcaci itu langsung
5 menarik tangan Line dan masuk ke dalam suatu pohon yang sangat besar. Kedua kurcaci itu menarik suatu ranting. Pintu pohon terbuka. Line dan kedua kurcaci langsung masuk ke pintu pohon. Setelah di dalam, pintu pohon menghilang. Line tampak kebingungan. Line melihat di dalam pohon besar tersebut terdapat meja dan bangku terbuat dari kayu yang berbentuk jamur. Teko yang bisa berbicara, serta botol-botol yang berisi cairan. “Tempat apa ini? Mengapa kalian membawaku ke sini?” tanya Line. “Maaf tempat ini adalah persembunyian kami. Kami membawamu ke sini untuk menghindari dari makhluk hijau itu. Mereka adalah Goblin,” jawab kedua kurcaci. “Oh, iya kami belum memperkenalkan diri. Namaku Tini dan ini temanku Wini.” “Namaku Line, senang bertemu dengan kalian,” sahut Line. “Bagaimana kamu bisa menemukan pesawat itu?” tanya Tini.
6 “Aku menemukan pesawat itu di rumah yang berada di tengah hutan,” jawab Line. “Memangnya ada apa dengan pesawat itu?” Line balik bertanya. “Pesawat itu adalah milik teman kami yang telah ditahan oleh para Goblin itu,” terang Wini. “Memangnya kenapa mereka menangkap teman kalian?” tanya Line. “Mereka menangkap teman kami dan memaksa untuk memberitahukan letak harta di pulau ini. Tempat ini sebenarnya milik para kurcaci, tetapi Goblin menjajah pulau kami sehingga pulau ini tampak rusak karena dihuni oleh mereka yang serakah dan jahat,” terang Tini panjang lebar. “Ada apa dengan harta itu? Apa begitu berharga untuk kalian?” tanya Line. “Harta itu adalah sebuah kristal kehidupan bagi para kurcaci. Jika kristal Itu dirampas dengan paksa, maka pulau ini akan rusak. Kristal ini yang diinginkan para Goblin. Namun, mereka masih belum mengetahui kebenaran itu,” jawab Wini.
7 “Kami tidak bisa melawan para Goblin itu sendiri. Kami butuh bantuanmu, Line. Apakah kamu ingin membantu kami?” tanya Tini dengan harap. Line mempertimbangkan keputusannya. Dia sangat ragu karena baru pertama kali bertemu dengan para kurcaci itu. Dia takut ditipu, tetapi akhirnya menerima permintaan Tini. “Baiklah. Aku akan membantu kalian dengan satu syarat,” pinta Line. “Syarat apa?” sahut kedua kurcaci itu. “Kalian menjadi temanku, apa kalian setuju?” tanya Line. “Baiklah, aku dan Wini akan menjadi temanmu,” jawab Tini. “Hore … terima kasih karena mau membantu kami!” seru Wini dengan gembira. Kedua kurcaci itu menari dan bernyanyi. Mereka sangat gembira. Namun, secara mengejutkan sebuah Teko Ajaib berbicara. “Hei, kalian melupakanku dan bersenangsenang sendiri. Aku sedih tidak ada yang peduli dengan diriku,” kata Teko Ajaib.
8 “Maafkan kami, ya. Kami kira kamu sedang tidur, hehehe …,” jawab Tini dan Wini. “Baiklah aku maafkan kalian, tetapi siapa gadis itu? Aku baru melihatnya,” tanya Teko Ajaib. “Hei, Teko Ajaib. Namaku Line,” sapa Line. “Wah, kamu cantik sekali, Line,” puji Teko Ajaib. “Terima kasih, Teko Ajaib,” sahut Line. “Oh, iya apa yang harus aku lakukan?” tanya Line. “Baik, mari kita susun rencana,” Tini membagi tugas. “Wini akan mengalihkan perhatian para Goblin itu. Aku akan masuk ke dalam dan mengambil kunci dari penjaga. Sementara Line mengeluarkan semua kurcaci. Bagaimana, apa kalian setuju?” tanya Tini. “Oke, setuju,” jawab Wini dan Line. Mereka berjalan ke istana dengan diamdiam. Sampailah mereka di istana dan menyiapkan semuanya. Namun, salah satu tentara Goblin mengetahuinya. Tini pun terkena perangkap
9 Goblin. Wini yang melihatnya menjadi sedih dan menangis. Tini dibawa tentara Goblin dan dimasukkan ke dalam penjara. Line mencoba untuk menenangkan Wini dan mengajaknya kembali pulang. Line dan Wini mencoba menyusun rencana agar bisa menyelamatkan Tini *** “Hei, keluarkan aku Goblin jahat!” teriak Tini. Tidak ada yang merespon, Tini melihat ke sebelah kanan seperti ada sosok manusia yang sudah tua. Dia mengenal wajah itu. “Hei, namamu siapa?” tanya Tini. “Aku … aku Jade,” jawabnya dengan gugup. “Ha …! Kamu masih hidup, Jade?” sontak Tini. Ternyata dia adalah Jade, pemilik pesawat dan rumah tua itu. “Tini, apakah ada yang datang ke rumah itu?” tanya Jade. “Iya, Jade. Ada yang menggunakan pesawatmu,” jawab Tini.
10 “Wah, baguslah ada orang yang membantu kita,” kata Jade. “Tini, bagaimana kamu bisa tertangkap?” tanya Jade. Tini menceritakan semua yang terjadi dari awal sampai dia bertemu dengan Jade. “Kira-kira apa yang harus kita lakukan, ya, agar bisa keluar dari penjara ini?” tanya Tini. Mereka memikirkan strategi dan menyusun rencana. Rencana A: Line masuk istana lewat pintu utara dan Wini diam-diam mengambil kunci penjara. Mereka membebaskan semua kurcaci yang tertangkap. Rencana B: Line dan Wini menyamar menjadi Goblin dan membebaskan para kurcaci. Line dan Wini memutuskan menggunakan rencana B, lalu mereka masuk dan membebaskan teman-teman kurcaci. Di tengah perjalanan pulang, tentara Goblin mengetahui para kurcaci telah bebas dari penjara.
11 “Hei para kurcaci jangan kabur kalian! Urusan kita belum selesai di mana letak kristal itu?” teriak tentara Goblin sambil mengejar. “Kami tidak akan memberitahumu!” teriak para kurcaci, Line, dan Jade sambil berlari kencang. Para kurcaci, Line, dan Jade membuat mantra persahabatan untuk menyingkirkan para Goblin jahat itu. Namun, mereka tidak tahu bahwa mantra itu terlalu kuat. Kemungkinan besar akan ada salah satu yang meninggal. Mereka pun membaca mantra dan berhasil. Akhirnya, Jade terjatuh dan meninggal. Nyawanya tidak bisa diselamatkan. Mereka sangat sedih karena temannya telah tiada. Akibat dari matra itu para Goblin juga menghilang selamanya dan pulau itu telah berhasil diselamatkan. *** Ibu pun membangunkan Tini. “Tini, ini sudah pagi. Ayo sekolah!” teriak ibu membangunkan Tini.
12 “Rupanya ini hanya mimpi,” kata Tini sembari bangun dari tidurnya.
13 JAMAL, TEMAN BAIKKU Oleh Arsyil Ilham Diandra Pagi hari angin sepoi-sepoi, Arsyil, Jamal, dan teman-teman pergi bersepeda. "Arsyil, ayo bermain sepeda!" ajak Jamal. "Ayo!" seru Arsyil. Mereka bermain sepeda keliling kompleks. Tak lama setelah berkeliling, datanglah segerombolan anak menghampiri mereka berdua. "Hai, ayo kita adu balap sepeda!" ajak salah satu anak yang bernama Beni. "Aku enggak mau," kata Arsyil. "Wah kamu cemen, ya," sahut Beni. "Enggak, buat apa adu balap?" Kemudian Beni mendorong Arsyil hingga terjatuh dan berdarah. "Hai, kalian kenapa mendorong temanku?" kata Jamal. "Siapa kamu?" tanya Beni. "Aku Jamal, teman Arsyil."
14 "Kenapa kita saling bertengkar? Lebih baik kita bermain bersama," kata Jamal. "Buat apa bermain sama Arsyil, dia anaknya cemen." “Oke, ayo kita beradu balap sepeda! Tetapi dengan satu syarat. Siapa yang kalah harus meminta maaf dan mengakui kekalahannya," kata Arsyil Salah satu dari mereka berkata. "Baiklah, Arsyil. Ayo kita bertanding di lapangan sekolah! Siapa yang sampai duluan di garis finis, dia pemenangnya." "Ayo, kita siap-siap!" kata Arsyil. "Oke,” kata salah satu dari mereka. Setelah pertandingan balap sepeda berjalan, hasilnya Arsyil jadi pemenang. Beni pun mengakui kekalahannya dan meminta maaf kepada Arsyil. Sejak saat itu mereka menjadi teman dan tidak pernah bertengkar lagi.
15 HANG OUT Oleh Achmad Amar A. A Pada sore hari, Amar dan teman-teman ingin pergi bersama. Amar, Rizal, Alan, dan Aril mulai bersiap. “Mar, kita mau pergi kemana?” tanya Rizal. “Kita akan pergi ke mal,” jawab Amar. “Oh,” sahut Rizal “Yeee, pergi ke mal!” Alan berteriak dengan gembira. “Iya, aku senang sekali,” seru Aril. Setelah ngobrol, mereka berangkat naik ojol. Amar dan teman-teman melihat pemandangan yang sangat indah. Mereka pun tertidur di mobil. “Dik, sudah sampai tujuan,” ucap Pak Ojol. “Oh, iya Pak maaf kami ketiduran,” jawab Alan. “Terima kasih, ya, Pak telah mengantar kami,” sahut Rizal. “Ayo kita masuk! Aku sudah tidak sabar ingin segera bermain,” kata Amar.
16 Mereka berempat berjalan masuk mengelilingi mal, bermain dengan gembira, menghabiskan waktu mereka untuk bersenangsenang. “Kita enggak cari makan, ta? Aku lapar banget,” tanya Aril “Iya ayo! Kita cari makanan sambil duduk dan ngobrol,” jawab Rizal. “Tapi aku tidak bawa uang lebih karena cuma punya segini,” sahut Alan menunjukkan uang sakunya sambil sedih. “Tenang, Alan. Kita akan membantu kamu kok. Iya ‘kan teman-teman?” kata Amar. “Terima kasih ya, teman-teman. Kalian memang teman yang baik,” jawab Alan. “Sama-sama, Alan. Sudah seharusnya kita sebagai teman saling menolong,” kata Rizal. Selesai makan, mereka kembali bermain dengan sepuasnya. Waktu telah menunjukkan pukul 19.00, mereka ingin segera pulang. “Aril mana ya, kok enggak kelihatan?” tanya Amar
17 “Iya di mana dia?” jawab Rizal “Coba kita hubungi dia sambil mencarinya,” sahut Alan. Akhirnya Aril bertemu kembali dengan teman-temannya. “Di mana kamu tadi, Ril? Kok menghilang?” tanya Rizal. “Aku tadi ke toilet. Maaf tidak memberi tahu kalian,” jawab Aril. “Ya sudah. Ayo, kita pulang sekarang!” ajak Alan.
18 ORKY DAN BELLA Oleh Annisa Di suatu siang, ada seorang nelayan bernama Mark. Mark bersama teman-temannya pergi ke laut didampingi anjing peliharaan, bernama Bella. Kapal Mark terguncang dan tidak menyadari bahwa Bella jatuh ke laut. "Bella ... Bella, di mana kamu?" teriak Mark. Ternyata di lautan itu terdapat hiu putih besar yang mengejarnya. Namun, ada seekor paus orca yang menyerang hiu tersebut hingga hiu itu berhasil dikalahkan. Setelah mengalahkan hiu tersebut, paus orca membantu Bella untuk naik ke atas kapal. Mark yang mengetahui Bella di tolong oleh paus tersebut, lalu memberikan sedikit potongan ikan . “Terima kasih telah membantu Bella,” kata Mark. Bella dan puas orca lumayan akrab. Mark pun memberi nama paus itu Orky. Setiap hari Mark, Bella, dan Orky selalu bersama. Mereka
19 memancing bersama, bermain, dan mengajari Orky trik. Namun, pada suatu hari Mark melihat kondisi Orky sedang panik. Mark terkejut bahwa lautan sedang dipenuhi sampah. "Ya ampun Jack, Lili, ayo kita bersihkan lautan ini!" kata Mark. “Ayo!” kata mereka berdua. Mark dan teman-temannya membersihkan laut. Mark mengadakan rapat bersama warga untuk mengadakan hari bumi sedunia atau di sebut Happy Earth Day. Mereka membuat aplikasi bernama TEAM SEA. Sejak saat itu, semua warga disekitar pantai selalu menjaga kebersihan dan menjaga bumi dari pencemaran sampah serta menyayangi bumi.
20 AKU TIDAK TAKUT Oleh Moch. Rifki Fahriansyah Namaku Fahri kelas lima sekolah dasar. Aku mempunyai teman bernama Dzaki. Sejak kecil, kami sering bermain dan mengaji bersama. Dia berbadan tinggi dan berambut hitam keriting. Kami berbeda umur dua tahun, Dzaki lebih muda dariku. Pada waktu liburan kenaikan sekolah. "Fahri besok kalau sudah liburan sekolah, ayo khitan bersamaku!" kata Dzaki. "Enggak ah aku takut!" jawab Fahri. "Enggak apa-apa khitan itu tidak sakit!" seru Dzaki. "Apa iya tidak sakit?" tanya Fahri. "Iya, tidak sakit kok," sahut Dzaki. "Oke, siapa takut," kata Fahri. "Hari Minggu ya, Fahri. Ibuku akan memanggil dokter ke rumahmu," sahut Dzaki. "Oke, nanti aku beritahu Ibuku," jawab Fahri Ketika tiba di rumah, Fahri bercerita pada ibunya.
21 "Bu, besok hari Minggu aku diajak Dzaki khitan bersama, bolehkah?” tanya Fahri. "Alhamdulillah, Nak. Akhirnya kamu minta di khitan. Ibu sangat mendukung," jawab Ibu. Tibahlah hari Minggu sore, dokter pun datang ke rumah Fahri. "Asalamualaikum, anak-anak. Apakah sudah siap semua?" sapa Pak Dokter. “Walaikumsalam, siap Pak Dokter!" jawab Fahri dan Dzaki serempak. "Saya duluan, Pak Dokter karena saya agak takut," kata Fahri. “Baiklah kalau begitu,” jawab dokter. Fahri telah selesai dikhitan, kini saatnya giliran Dzaki. “Dzaki, apakah kamu sudah siap?” tanya Pak Dokter. "Siap, Pak Dokter. Saya berani dan tidak akan menangis," sahut Dzaki. Setelah proses khitan selesai, kami berdua di rawat orang tua masing-masing .
22 Pengalaman khitan bersama adalah pengalaman yang tak terlupakan.
23 POHON UKIRAN Oleh Precious Shalom Zevanya Saat liburan semester, Diah mengunjungi desanya untuk melepas rindu bersama kakek, nenek, saudara, serta teman-temannya. Diah berangkat naik bus dan menikmati pemandangan. Sampai di desa, Diah disambut oleh kakek, nenek, dan semua saudaranya dengan berkumpul sembari bersenda gurau. Sore hari Diah berjalan-jalan mengelilingi desa melihat indahnya pemandangan sambil menyapa orang-orang yang dia kenal. Tibalah di suatu taman dengan bunga-bunga begitu indah serta pepohonan yang menjadikan udara terasa sejuk. Sama persis ketika Diah masih kecil dulu. Di sana, banyak anak sedang bermain. Burung-burung berkicauan dan kupu-kupu beterbangan ke sana kemari. Diah mengelilingi taman itu hingga sampai pada suatu pohon besar dan rindang.
24 Mata Diah tertuju pada tulisan yang terukir di pohon itu yang bertuliskan ‘Sahabat Selamanya’. Diah jadi teringat kembali kepada sahabatnya yang bernama Nora. Rumah Diah dan Nora tidak jauh. Mereka sering bermain, belajar, berangkat ke sekolah bersama-sama. Bahkan mereka berdua pernah melakukan kenakalan yaitu mencuri mangga di pohon rumah tetangga. Masa itu adalah masa terindah yang mereka lalui. Saat bersepeda bersama, Nora terjatuh dari sepedanya. Diah bergegas menolongnya. “Apa kamu baik-baik saja, Nora?” tanya Diah “Tidak apa-apa, cuma lecet sedikit,” jawab Nora dengan merintih. Diah mengantar Nora pulang ke rumahnya. Ibu Nora cemas melihat keadaan anaknya seperti itu. “Kenapa bisa begini, Nora?” tanya ibu Nora. “Tadi kita berdua bersepeda bersama, Tante. Kemudian Nora terjatuh,” jawab Diah
25 “Terima kasih, Diah telah menolong Nora,” kata ibu Nora. “Terima kasih juga ya telah mengantarkanku pulang,” sahut Nora. “Sama-sama, Tante. Besok saya main ke sini lagi ya, Nora,” kata Diah. Dua hari telah berlalu, Diah bermain ke rumah Nora untuk menjenguk keadaan temannya itu. “Bagaimana keadaanmu, Nora?” tanya Diah. “Alhamdulillah sudah mendingan,” jawab Nora. “Syukurlah kalau begitu, aku ikut senang,” sahut Diah. Setelah dua minggu sakit, Nora telah sembuh dan dapat beraktivitas kembali. Nora bermain ke rumah nenek Diah. Ternyata Diah tidak ada di rumah. “Di mana ya, Diah?” gumam Nora bertanyatanya. Nora juga bertanya kepada kakek dan nenek Diah. Mereka mengatakan Diah sudah kembali
26 sambil memberikan kertas. Nora pulang dan membaca surat dari Diah. From: Diah To: Nora Nora, maafkan aku tidak sempat berpamitan kepadamu dan keluargamu karena aku dijemput ayahku terburu-buru. Semoga kita bisa bertemu kembali dilain waktu. Sahabatmu, Diah.
27 RETAKNYA PERSAHABATAN Oleh Aqila Wildania Qila mempunyai sahabat bernama Intan. Setiap berangkat dan pulang sekolah, mereka selalu bersama karena satu kampung. Mereka bermain bersama di depan rumah dengan teman-teman lainya yang bernama Sasha, Anggun, Aini, Yolanda, dan Zahira. Mereka bermain lompat tali, petak umpet, dan lain sebagainya. Qila senang bisa mempunyai sahabat seperti mereka. Suatu hari persahabatan mereka mengalami perpecahan dikarenakan terjadi salah paham. "Hai, Guys. Kalian jangan berteman dengan Anggun," kata Intan "Lo, kenapa kita tidak boleh berteman?" tanya mereka serempak. "Iya, karena Anggun telah mencuri pensilku," kata Intan. "Masak sih, Anggun mencuri," kata Aqila. "Aku tidak percaya," sahut Yolanda "Beneran mencuri?" tanya Sasha.
28 "Iya, waktu pelajaran tema kemarin dia duduk di sampingku. Pasti dia yang mengambilnya," kata Intan. "Jangan menuduh sebelum ada bukti," sahut Yolanda. Tanpa sepengetahuan Intan, mereka semua mencari tahu di mana hilangnya pensil Intan. "Di mana ya kok bisa hilang?” tanya Sasha penasaran. “Coba tanya teman-teman yang piket kemarin pulang sekolah," kata Aini. "Benar, siapa tahu mereka menemukan pensil Intan," sahut Zahira. "Hai, Rio. Apakah kamu menemukan pensil di bawah bangkunya Intan?" tanya Yolanda. "Pensilnya bentuknya seperti apa?" tanya Rio kembali. "Pensilnya warna pink, panjang," jawab Yolanda. "Apakah pensil ini?" tanya Rio. "Oh, ya pensil itu. Terima kasih, ya."
29 Yolanda langsung bergegas menemui teman-teman. “Guys, pensilnya ketemu.” "Alhamdulillah akhirnya ketemu juga," jawab mereka serempak. "Yuk, kita pertemukan antara Intan dan Anggun. Biar kesalahpahaman ini selesai," kata Yolanda. Akhirnya mereka berkumpul untuk menyelesaikan masalah tersebut. "Begini lo Intan, pensil kamu sudah ketemu di bawah meja dan ditemukan Rio ketika piket. Jadi bukan Anggun yang mencuri," kata Yolanda. "Maaf, ya Anggun sudah menuduh kamu," sahut Intan. "Iya, tidak apa-apa," kata Anggun. "Alhamdulillah persahabatan kita utuh lagi. Semoga tidak akan pernah ada kesalahpahaman lagi," kata Aini.
30 SAHABAT SEJATI Oleh Archelyn Jheyuonic Zainudin Syah Hiduplah seekor kura-kura yang bernama Kuro. Ia tinggal di taman hutan yang luas. Kuro sangat lapar, ia pun bergegas mencari makan. Saat Kuro mencari makan, kakinya tersangkut di ranting pohon. Datanglah seekor kelinci yang ingin membantunya. Kelinci tersebut bernama Cici. “Hai, siapa namamu? Kenapa kamu bisa tersangkut di sini?” tanya Cici. “Aku Kuro. Saat aku mencari makan karena lapar, kakiku tersangkut,” jawab Kuro. “Ayo, kubantu keluar dari sini!” kata Cici. Akhirnya Kuro bisa keluar dengan bantuan Cici. "Terima kasih, Cici," kata Kuro. "Sama-sama, Kuro. Kita ‘kan harus saling membantu bila ada teman yang kesusahan," jawab Cici. Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat baik.
31 Keesokan harinya, Kuro khawatir karena mendengar sahabatnya sakit. Kuro pun menemui Cici di rumahnya. "Hai, Cici, kamu kenapa? Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Kuro. "Aku baik-baik saja, tetapi kepalaku sakit," jawab Cici. Badan Cici sangat panas karena semalam ia kehujanan. Akhirnya Kuro mencari makanan untuk Cici di sekitar taman hutan. Ia melihat pak Anto yang sedang menjaga taman. Kuro meminta tolong pak Anto, kambing untuk mengikutinya menemui Cici. "Pak Anto, apakah Bapak bisa ikut saya untuk menemui Cici?" pinta Kuro. "Memang ada apa dengan Cici?" tanya pak Anto. "Cici sakit, Pak," jawab Kuro. "Ya sudah, ayo!" ajak pak Anto dengan khawatir. Pak Anto dan Kuro merawat Cici hingga sembuh.
32 Beberapa hari kemudian Cici menemui pak Anto dan Kuro untuk mengucapkan terima kasih karena sudah merawatnya hingga sembuh. Cici dan Kuro akhirnya bisa bermain seperti dulu. Mereka hidup bersama sebagai sahabat dan melindungi satu sama lain.
33 SASHA TEMAN BAIKKU Oleh Anggun Novita Dwi. L KRING ... KRING .… Suara bel sekolah sudah berbunyi. Semua murid SDN Balongsari I mulai masuk ke kelas masing-masing. "Selamat pagi, Anggun," jawab Sasha. "Selamat pagi juga," sahut Anggun. "Oh ya, apa kamu sudah mengerjakan PR yang dikumpulin hari ini?" tanya Sasha. "Sudah dong," jawab Anggun. "Selamat pagi, anak-anak," sapa Ibu Guru. "Selamat pagi, Ibu Guru," jawab serempak murid-murid. "Hari ini kita mulai pelajaran ya." Ibu Guru memulai pelajaran dengan menjelaskan di depan kelas. Semua murid mendengarkan secara tertib. KRING ... KRING ….
34 Suara bel berbunyi. Semua murid waktunya beristirahat. "Eh Anggun, kamu mau jajan apa?" tanya Sasha. "Aku mau jajan maklor di depan sekolah," kata Anggun. "Jangan jajan sembarangan lo. Nanti sakit perut," kata Sasha. "Enggak akan sakit," sahut Anggun. Anggun tidak mendengarkan kata Sasha, dia tetap membeli maklor itu. Bel masuk berbunyi, semua murid mulai belajar kembali. Tak terasa waktu pulang sekolah telah tiba. Murid-murid mulai dijemput orang tuanya masing-masing. Anggun tiba di rumahnya lalu ganti baju dan beristirahat. Namun, perut Anggun sakit. "Mama, perut Anggun sakit," rintih Anggun. "Kamu habis makan apa, Nak?" tanya mama.
35 "Aku habis makan maklor," jawab Anggun sambil menangis. Akhirnya mama membawanya ke rumah sakit. Kata dokter kalau aku keracunan makanan dan harus dirawat di rumah sakit. “Anak-anak, teman kalian ada yang sakit. Jangan jajan sembarangan, ya,” kata Ibu Guru. “Baik, Bu,” jawab murid-murid serempak. Setelah pulang sekolah Sasha dan teman-teman menjenguk Anggun di rumah sakit. "Anggun, ‘kan sudah aku beri tahu jangan jajan sembarangan," kata Sasha. "Iya maaf, aku tidak mendengarkanmu," sahut Anggun. "Semoga lekas sembuh," kata Sasha. Inilah persahabatan antara aku dan Sasha. Saling mengingatkan satu sama lain.
36