The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Terkadang sangat sulit untuk mengungkapkan rasa sayang kepada keluarga lewat kata-kata. Tidak ada yang memberikan kasih sayang kepada kita melebihi keluarga.
Buku ini menyuguhkan kumpulan cerita pendek para bibit penulis Gendis Sewu dari SD Daarul Muttaqien Surabaya hasil dari pendampingan petugas Taman Baca Masyarakat se-Kecamatan Tandes.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tbmtandessurabaya, 2024-01-27 03:03:09

HARTA PALING BERHARGA

Keluarga adalah harta yang paling berharga. Terkadang sangat sulit untuk mengungkapkan rasa sayang kepada keluarga lewat kata-kata. Tidak ada yang memberikan kasih sayang kepada kita melebihi keluarga.
Buku ini menyuguhkan kumpulan cerita pendek para bibit penulis Gendis Sewu dari SD Daarul Muttaqien Surabaya hasil dari pendampingan petugas Taman Baca Masyarakat se-Kecamatan Tandes.

GENDIS SEWU BERKARYA HARTA PALING BERHARGA Antologi Cerita Pendek Bibit Penulis Gendis Sewu Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Bekerja Sama dengan SD Daarul Muttaqien Surabaya


HARTA PALING BERHARGA Penulis : Akmal Maulana F, Najmi Assyraf S, Yasmin Mumtazah O, dkk. Desain Sampul : Indah Purnamasari dan Ikke Ariani Penyunting : Akbar Fitriadi, Khoiruli, Indah Purnamasari, dan Ikke Ariani Penyunting Akhir : Faradila Elifin Malidin, Vivi Sulviana, Ayu Dewi A.S.N, Rici Alric K,dan Vegasari Yuniati Diterbitkan pada tahun 2023 oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Jln. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit Gendis Sewu, sebagai penghargaan atas partisipasi yang telah diberikan dalam Gerakan Melahirkan 1000 Penulis dan 1000 Pendongeng. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.


KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah Swt. atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan buku ini sebagai bentuk apresiasi kepada para bibit penulis yang mengikuti Gerakan Melahirkan 1000 Penulis dan 1000 Pendongeng (Gendis Sewu) dengan baik dan lancar. Antologi merupakan kumpulan karya cerita pendek dari para penulis SD Daarul Muttaqien Surabaya. Buku ini mengangkat tema tentang keluarga dari para penulis yang merupakan bibit Gendis Sewu Berkarya. Kami menyadari bahwa sebuah karya memiliki ketidaksempurnaan. Apabila dalam penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih ada kekurangan kami mengharap kritik dan saran yang bisa membangun dari segenap pembaca buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi


perkembangan karya tulis anak bangsa khususnya di Kota Surabaya dan seluruh Indonesia pada umumnya. Surabaya, 2023 Petugas TBM se-Kecamatan Tandes


KATA SAMBUTAN Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayat-Nya, hanya dengan kemurahan-Nya kita selalu dapat berikhtiar untuk berkarya dalam ikut serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai. Kita patut bangga dan memberi apreasiasi kepada para bibit penulis Gendis Sewu (Gerakan Melahirkan 1000 Bibit Penulis dan 1000 Bibit Pendongeng), para editor penulis Dispusip di Kota Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya tulis yang berjudul Harta Paling Berharga Buku para bibit Gendis Sewu menghasilkan karya tulis dari anak-anak cerdas yang telah melalui proses panjang dan berjenjang dan merupakan karya-karya imajinatif yang mengandungpesan moral dengan bahasa yang mudah dipahami juga sangat baik untuk dinikmati.


Semoga ke depannya akan menjadi inspirasi untuk berkembangnya budaya literasi dari berbagai kalangan masyarakat di Kota Surabaya. Akhir kata, semoga buku Gendis Sewu Berkarya dengan judul Harta Paling Berharga bermanfaat bagi semua pihak dan perkembangan para bibit Gendis Sewu. Surabaya, 2023 Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya, Mia Santi Dewi, S.H., M.Si.


SEKAPUR SIRIH Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah Swt. Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami sangat bersyukur atas ke hadirat-Nya, hanya dengan kemurahan Allah Swt. kami dapat menghimpun berbagai karya tulis para bibit penulis Gendis Sewu dan menerbitkannya dalam sebuah buku antologi cerpen dengan judul Harta Paling Berharga Buku ini merupakan antologi cerpen kolaborasi Gendis Sewu dengan SD Daarul Muttaqien Surabaya. Kolaborasi ini menghasilkan 9 karya tulis cerpen pendampingan petugas TBM seKecamatan Tandes yang diselenggarakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya. Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan platform buatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya yang bernama Taman Kalimas.


Taman Kalimas yang merupakan singkatan dari Tempat Menampung Karya Literasi Masyarakat memberikan layanan literasi yang di dalamnya terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas Karya dan Taman Kalimas Publikasi. Para bibit penulis Gendis Sewu terlebih dahulu didaftarkan untuk mengikuti kelas berjenjang dari mulai kelas reguler Taman Kalimas di tingkat kecamatan, lalu untuk bibit terbaik akan mendapatkan reward naik ke kelas khusus minat dan bakat setelah itu karyanya akan dibuat buku dan dipublikasikan. Saya mengapresiasi bangga kepada para bibit penulis Gendis Sewu yang memiliki semangat literasi dengan tidak hanya menjadi pembaca pasif melainkan menjadi pembaca aktif, yaitu selain membaca juga mampu menulis. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Tim Gendis Sewu dan Tim Inti Penulis Dispusip yang terdiri dari para tutor kelas reguler di tingkat kecamatan, para editor area (Dira), dan


para penyunting akhir hingga buku ini terselesaikan secara baik. Buku ini adalah jawaban nyata atas kinerja para petugas TBM se-Kecamatan Tandes yang berkolaborasi dengan SD Daarul Muttaqien Surabaya. Membangun kota maka perlu disertai 'membangun' manusia di dalamnya. Tentu tidak lah mudah, karena awal membangun seringkali terlihat abstrak, dipertanyakan, atau diragukan. Walaupun begitu, tetap terus 'membangun' karena 'membangun' manusia melalui literasi adalah sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta kita Kota Surabaya. Salam Literasi. Surabaya, 2023 Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya Pudji Astuti, S.T.


DAFTAR ISI 1. Sejak Kepergian Ayah 1 2. Lebih dari Teman 9 3. Pergi ke Taman Kota 12 4. Keluarga yang Berharga 15 5. Liburan Musim Panas 19 6. Keluargaku Adalah Hartaku 25 7. Ke Pantai Bersama Keluarga 31 8. Ayahku Motivasiku 33 9. Bunda Adalah Segalanya 36


1 SEJAK KEPERGIAN AYAH Oleh Akmal Maulana Ferdyan “Asalamualaikum, Ayah dan ibu,” sapa Andi ketika mau berangkat ke sekolah. Andi saat ini duduk di bangku SMP kelas tiga. Dia adalah anak yang pintar dan berbakti kepada kedua orang tua. Dia pandai bergaul sehinga temannya banyak. Adiknya bernama Rena kelas enam SD. Ayahnya bernama Sardi, seorang pekerja keras. Ayahnya bekerja sebagai sopir di sebuah perusahaan dan terkadang kalau pulang kerja masih menjadi sopir taksi demi mencari penghasilan tambahan. Ayahnya bekerja tak hentihentinya karena ibunya, Fatimah, sehari hari hanya membuat kue basah yang dititipkan ke pasar, tempat penjual kue, atau kadang menerima pesanan tetangga yang punya hajatan. Mereka adalah keluarga kecil yang sederhana, tetapi sangat bahagia. Ayah dan ibunya


2 adalah seorang yang perhatian dan penyayang kepada anak-anaknya. Setelah salat Magrib, rutinitas di keluarga ini adalah mengaji bersama. Kemudian mereka ke ruang tengah. Ibu Fatimah mendampingi anakanaknya belajar sambil menunggu kedatangan pak Sardi, suaminya, yang menjadi sopir taksi yang terkadang pulang sampai larut malam. Namun, kalau sedang sepi juga pulang lebih cepat. TOK ... TOK … TOK …! Terdengar suara orang mengetuk pintu. “Asalamualaikum,” sapa orang di balik pintu “Andi, tolong bukakan pintu!” pinta ibu. Setelah Andi membuka pintu, dia tampak gembira sekali. “Hore, Ayah pulang!” teriak Andi. “Ayah membawa apa?” tanya Andi. “Ini Ayah membawa martabak dan terang bulan kesukaan kalian,” jawab ayah. Ayah selalu perhatian kepada keluarganya dan seringkali membawakan makanan atau sekedar camilan buat mereka. Apabila di hari


3 Minggu atau libur, terkadang ayah juga sesekali mengajak Andi memancing dan bersepeda bersama. Andi begitu dekat dengan ayahnya. Ayahnya menjadi sosok yang paling dikagumi karena sayang kepada keluarga dan pekerja keras. Pagi itu, tidak biasanya Ayah mengeluh. “Bu, kepalaku agak pusing.” “Kenapa, Ayah?” tanya ibu. “Kurang tahu. Sepertinya Ayah kurang enak badan, tetapi hari ini kiriman sedang banyak, jadi tidak bisa libur,” jawab ayah. Ibu dengan sigap bergegas membuatkan minuman hangat dan menyiapkan sarapan untuk ayah agar bisa minum obat. Namun, perasaan ibu tidak seperti biasanya. Saat mengaduk minuman di gelas, ibu agak berdebar-debar dan sedikit gemetar tangannya. Siang telah berganti sore. Malam pun tiba. Seperti biasa mereka bertiga di ruang tengah. Andi dan Rena tampak serius belajar dan ibu juga sedang membaca buku resep cara membikin kue.


4 Mereka menunggu sampai larut malam sampai Andi dan Rena ketiduran. Kemudian terdengar suara orang mengetuk pintu. TOK … TOK … TOK …! Karena belum cepat dbuka suara ketukan itu tambah keras. TOK … TOK … TOK …! Ibu yang agak sedikit mengantuk kemudian membuka pintu. Tampak dua orang berbadan tegap dan berseragam coklat di hadapanya membuat ibu terkejut. Ternyata bukan ayah yang datang melainkan dua orang polisi. “Apa benar ini rumah Bapak Sardi?” tanya salah satu polisi. “Iya betul, Pak. Maaf, ada keperluan apa malam-malam begini?” tanya ibu. “Kami mau mengabari kalau sekarang Pak Sardi sedang berada di rumah sakit karena kecelakaan, Bu. Mohon Ibu dan keluarga segera ikut ke sana bersama kami,” Ibu seketika lemas, tetapi segera membangunkan Andi dan Rena.


5 “Ayo, ikut Ibu!” ujar ibu membangunkan Andi dan Rena. Mereka kaget. “Mau ke mana malam-malam begini, Bu?” tanya Andi. “Sudah, jangan banyak tanya. Ayo, kita berangkat sama Bapak Polisi itu,” kata ibu. Setelah sampai rumah sakit, mereka diantarkan bapak polisi memasuki ruangan. Namun, mereka bingung karena tidak melihat ayahnya. Kemudian Bapak Polisi menghampiri salah satu pasien. “Itu Ayah kalian,” kata Bapak Polisi sambil menunjuk sesorang yang berbaring, tetapi seluruh tubuhnya tertutup oleh selimut putih. Kemudian mereka bertiga mendekat untuk memastikan. Kemudian ibu mulai membuka perlahan-lahan selimut yang menutupi wajahnya. Alangkah kaget mereka ternyata itu adalah wajah ayahnya yang pucat dan terbujur kaku dengan mata tertutup. Mereka bertiga langsung teriak histeris menangis sejadi-jadinya.


6 “Ayah … Ayah. Ayo, bangun!” teriak Andi. “Ayah … Ayah. Ayo, bicara!” seru Rena. Tangis mereka makin keras. Ibu sudah lemas dan tidak berdaya. Badannya hampir ambruk dan bersandar pada Andi sambil menangis tersedusedu. “Kenapa Ayah tinggalkan kami?” tanya ibu sedih. Dunia seakan mau kiamat. Mereka bertiga menangis tidak henti-henti dan menggoyanggoyangkan tubuh ayahnya yang sudah terbujur kaku seakan masih belum percaya dengan kejadian ini. Sejak kepergian ayahnya, Andi menjadi seorang yang pendiam, pemurung, dan tidak lagi ceria seperti dulu. Dia kehilangan sosok ayah yang menjadi panutan dan selalu menemaninya kalau libur sekolah. Tidak ada lagi yang menemaninya untuk bermain bersama. Setelah salat Magrib, rutinitas belajarnya pun seperti biasanya saat menunggu ayah pulang


7 dari kerja. Mereka rindu dengan ayah di masamasa itu. Hari berganti hari, bulan berganti bulan, dan tahun berganti. Andi sadar dan tidak mau hidupnya terpuruk. Dia harus memberikan semangat buat ibunya yang sekarang bekerja sendiri menjadi tulang punggung keluarga. Di sepertiga malam terakhir, ibunya yang rajin salat Tahajud sambil menangis waktu berdoa terdengar oleh Andi yang tidak bisa tidur juga. Saat itu Andi langsung bangun dan melakukan salat Tahajud mengikuti ibunya. “Ibu, aku ingin membantu berjualan kue. Nanti Andi akan menitipkan ke kantin sekolah, ke pedagang atau pengepul penjual kue atau ke tokotoko kue,” kata Andi. Sejak saat itu Andi bekerja keras, tetapi dia tetap semangat belajar dan bersekolah supaya selalu menjadi juara kelas dan menjadi anak yang berprestasi. ***


8 Tidak terasa, sudah tiga tahun sejak kepergian ayah. Kini Andi sudah menginjak bangku kuliah. Dia anak yang pintar dan berprestasi sehingga diterima di salah satu universitas negeri jurusan kedokteran yang membuat ibunya bangga. Otaknya sangat cerdas dan mengikuti kuliah dengan sangat baik. Akhirnya Andi lulus kuliah dengan predikat cumlaude. Ibunya sangat bangga kepada Andi karena kini telah menjadi seorang dokter. Sejak kepergian ayahnya, Andi yang awalnya sangat terpukul, pemurung, pendiam kemudian berubah menjadi anak yang pekerja keras dan belajar lebih giat lagi untuk bisa menjadi anak yang sukses. Tidak terasa air mata mengalir berlinang ketika mereka bertiga berziarah ke makam ayah. “Ayah, lihatlah anakmu ini sekarang sudah menjadi seorang dokter. Terima kasih Ayah, atas pengorbanannya buat keluarga. Kami sangat merindukan Ayah,” kata Andi.


9 LEBIH DARI TEMAN Oleh Najmi Assyraf Sahjidan Keramaian kelas sejenak berhenti saat ustaz berbicara di depan kelas. Ustaz mengatakan kalau Izzam, salah satu temanku, masuk rumah sakit karena kemarin malam merasakan sesak napas. Kami semua kaget, ustaz mengajak kami semua berdoa supaya Izzam cepat sembuh. *** Sudah hampir dua minggu, Izzam masih belum sembuh. Kami diperintah ustaz menanyakan kabar Izzam melalui orang tuanya. Ternyata selain mengalami sesak napas, Izzam terkena usus buntu dan harus segera dioperasi. Mendengar hal itu, kami merasa prihatin. Gravilla selaku ketua kelas mengadakan dana sosial untuk Izzam. “Teman-teman, kita adakan sumbangan sukarela untuk membantu Izzam, ya!“ ajak Gravilla. “Setuju,“ jawab teman-teman.


10 Selain itu, teman-teman juga saling bahu membahu menyalinkan catatan materi pelajaran untuk diberikan ke Izzam. *** Hari ini, aku melihat dari kejauhan Izzam yang berjalan pelan-pelan dengan memegangi perut. Aku langsung menghampiri Izzam. “Apa kamu sudah membaik?“ tanyaku. “Aku sudah sedikit membaik, Najmi. Sekarang aku sedang berlatih berjalan,“ jawab Izzam. Aku lalu membantu Izzam untuk berlatih berjalan. Izzam sekarang sudah sedikit bisa berjalan sendiri. Izzam pun akhirnya masuk sekolah. Saat Izzam duduk di bangku, semua temanku menghampirinya. “Bagaimana keadaan kamu Izzam?“ tanya teman-teman. “Aku sudah agak membaik dan sudah bisa berjalan,“ jawab Izzam. Teman-temanku senang karena Izzam sudah masuk sekolah lagi. Kami semua saling


11 membantu Izzam yang masih kesulitan untuk bergerak bebas. Seperti saat istirahat, kami bergantian membantu Izzam untuk membelikan jajan di kantin. Ataupun saat mengumpulkan tugas ke depan kelas. Ustaz dan ustazah sama-sama terharu melihat kekeluargaan di kelasku. Izzam sendiri juga terharu dengan semua kebaikan dan perlakuan teman-teman. Mulai dari pemberian sumbangan dan bantuan tenaga selama dia masih terbatas dalam bergerak. Hampir satu bulan akhirnya Izzam sudah sembuh total. Dia sudah bisa bergerak bebas bermain bersama kami teman-teman sekelas. Berkat kerja sama dan rasa kepedulian sesama dapat menjadikan teman sekelas seperti sebuah keluarga.


12 PERGI KE TAMAN KOTA Oleh Yasmin Mumtazah Oktavia Di suatu kota, ada anak bernama Nadin dan kakaknya bernama Syifa. Nadin sangat pemalu, sedangkan Syifa sangat ceria. Saat musim libur sekolah, ibu sudah menjanjikan untuk liburan ke taman kota. Syifa sudah bersiap lebih awal, sedangkan Nadin sedang mandi. Setelah Nadin bersiap, mereka pun makan pagi. “Hem ... enak sekali aromanya,” kata Syifa. “Iya, enak sekali, Kak,” timpal Nadin. Lalu mereka makan bersama. Setelah makan, mereka bersiap untuk berangkat. “Anak-anak, apakah ada yang tertinggal?” tanya ayah. “Tidak ada, Yah,” jawab mereka. Lalu mereka berangkat. Di tengah perjalanan, Nadin ingat bahwa camilannya tertinggal. “Aku baru ingat camilanku tertinggal,” kata Nadin.


13 “Ayah tadi ‘kan sudah mengingatkan apa ada barang yang tertinggal,” kata ayah. “Maaf, Yah,“ kata Nadin. “Tidak apa-apa nanti kita beli, Din,” kata Syifa. “Iya, Kak,” jawab Nadin. Setelah berjalan beberapa meter, ayah menepikan mobilnya. Mereka mampir ke sebuah toko untuk membeli camilan. “Ini camilannya,” kata Syifa. “Terima kasih, Kak,“ kata Nadin. Mereka pun melanjutkan perjalanan. Setelah sampai, mereka kagum dengan keindahan taman kota. “Wah, indah sekali taman kotanya. Matahari menyinari bunga-bunga di sekitar taman. Aku sangat senang,” kata Syifa sambil mengagumi ke indahan taman kota. “Iya, indah sekali, Kak,” sahut Nadin. Setelah membicarakan tentang keindahan taman kota, mereka pergi ke taman bermain.


14 “Anak-anak, kalian dapat bermain selama 15 menit, ya. Ayah akan pergi membeli makanan dulu,“ kata ayah. “Iya, Yah “ jawab mereka berdua. Kemudian ayah pergi membeli makanan. Mereka ditemani oleh ibu. “Anak-anak, jangan terlalu jauh bermainnya, ya,” kata ibu. “Iya, Bu,“ jawab mereka berdua. Beberapa menit kemudian, ayah kembali dengan membawa makanan. Mereka pun makan bersama. Setelah makan, mereka akan mengelilingi taman kota. Tidak terasa waktu sudah sore. Mereka akhirnya pulang ke rumah. Di tengah perjalanan, mereka terjebak macet. Lalu semuanya kebingungan. Kemudian Nadin memberitahu ayah untuk mencari jalur alternatif. Ayah pun mencari jalur alternatif yang tidak macet untuk segera pulang ke rumah. Sesampai di rumah, Nadin dan Syifa bergegas untuk mandi kemudian beristirahat.


15 KELUARGA YANG BERHARGA Oleh Pesona Arek Achmad Di sebuah kota hiduplah anak perempuan yang sangat cantik. Bukan hanya cantik, tetapi dia juga ramah, sopan, dan pintar. Dia bernama Eveline. Eveline juga memiliki kakak perempuan dan adik perempuan. Kakak perempuannya bernama Freya, adiknya bernama Jenna. Ibu dan ayah Eveline juga memiliki pekerjaan. Ayahnya adalah seorang pengusaha di sebuah perusahaan besar. Ibunya adalah seorang pemilik restoran terkenal di kota. Jumat pagi, mentari telah menyinari hari. Aku menjalani aktivitas seperti biasa. Saat sarapan pagi bersama, ayah berencana akan mengajak kami berlibur sekaligus merayakan hari pernikahan yang ke-29. Mendengar hal itu, Eveline menjadi semangat sekali. Kebetulan Eveline dan dua saudara perempuannya hari Sabtu libur sekolah, begitu juga dengan ayah dan ibu. "Ayah, kapan kita berangkat?" tanya Eveline.


16 “Insyaallah, nanti sore setelah kalian pulang sekolah, ya," jawab ayah. Tak terasa, sore pun tiba. Eveline benarbenar sudah siap sekali untuk berangkat. “Eveline, kita ‘kan Cuma menginap dua hari, kenapa semangat banget kamu?" tanya kak Freya. “Ya ... semangat dong. Kita ‘kan sudah jarang jalan-jalan," jawab Eveline. "Ayo, berangkat!" teriak ayah. "Ayo!" jawab semuanya. "Sebelum berangkat, sebaiknya kita berdoa dulu, ya," kata ayah. Semua pun berdoa. Lalu mereka berangkat. Setelah beberapa jam di perjalanan, akhirnya keluarga Eveline tiba di tujuan. “Alhamdulillah, kita sampai ke tujuan dengan selamat, ya, Bu," kata Eveline. Iya, alhamdulillah," jawab ibu sambil tersenyum kecil. Saat sudah sampai di kamar, Eveline langsung berbaring di kasurnya dan tidur. Melihat Eveline tertidur lelap, kak Freya yang menata baju


17 Eveline. Malam pun tiba dan semuanya sudah siap untuk makan malam. Eveline belum bangun, jadi ibu meminta tolong kepada Jenna untuk membangunkan Eveline. “Jenna, tolong bangunkan Kakakmu. Sudah waktunya makan malam,” pinta ibu. “Iya, Bu, jawab Jenna. Jenna langsung naik ke lantai atas untuk membangunkan kakaknya. "Kak Eveline ayo, bangun sudah waktunya makan malam," bisik Jenna. Eveline pun langsung bangun dan mereka turun bersama ke lantai bawah. Eveline kaget melihat makanan yang banyak di meja makan mereka. Seketika kak Freya membisiki telinga Eveline "Eveline, bilang ke Ibu dan Ayah selamat hari pernikahan yang ke-29," kata kakFreya." “Oke siap, Kak," jawab Eveline dengan berbisik ke kakFreya. Lalu, Eveline mengucapkan kata-kata tersebut pada ayah dan ibu. Kak Freya memotong


18 kue tar dan membagikan ke semuanya. Mereka makan bersama. Eveline belajar dari peristiwa hari ini. Dia tidak akan melupakan hari indah yang pernah dirasakan bersama keluarga tercintanya. Waktu tidak akan bisa berputar kembali ke belakang. Jadi, jangan pernah menyia-nyiakan waktu, agar tidak menyesal di kemudian hari.


19 LIBURAN MUSIM PANAS Oleh Naura Nadhifa Kamila Pada minggu pertama, musim panas keluarga Joy ingin pergi berlibur ke pantai. Joy dan kakak-kakak nya sangat tidak sabar pergi ke pantai. Namun, mereka belum menentukan tanggal dan hari untuk berlibur karena Ayah masih ada pekerjaan di luar kota. "Bun, kapan Ayah pulang? Aku ingin segera pergi ke pantai," tanya Joy. "Sabar, Joy. Pasti Ayah akan pulang," jawab bunda menenangkan Joy. "Kenapa ayah di pekan ini ada pekerjaan, Bun? Bukannya pekan ini pekerja kantor diliburkan?" tanya kak Kei. "Pekerjaan ayahmu di bulan lalu belum usai, jadi harus menyelesaikan pekerjaannya pada pekan ini," jawab bunda menjelaskan. "Oh, seperti itu ya." "Eh, ini sudah jam berapa? Ayo, segera tidur!" seru bunda.


20 "Baik, Bun," jawab Joy dan kak Kei serempak. Mereka pun tidur. *** Joy bangun dan langsung membuka tirai kamarnya. Sinar matahari menyelinap masuk di kamar melalui sela-sela tirai jendela dan menyinari lingkungan sekitar. "Semoga, hari ini Ayah pulang," harap Joy. Joy langsung mengambil baju dan masuk ke kamar mandi. Selesai mandi, Joy turun ke bawah untuk sarapan. Dia pun menginjak anak tangga satu per satu. "Cantik sekali anak bunda hari ini," puji bunda. "He-he-he, terima kasih. Bunda hari ini juga cantik sekali," Joy memuji balik bunda. "Ha-ha-ha. Ya sudah ayo makan dulu bunda sudah menyiapkan makanan yang kamu suka lo." "Bunda masak banyak sekali," seru kak Iva. "Iya biar kalian semangat hari ini."


21 "kak Kei mana bun?” tanya Joy sambil mengunyah makanan. "Makan jangan sambil berbicara Joy," kata bunda. "Maaf Bunda," jawab Joy "Jangan diulangi ya." "Siap,jadi kak Kei kemana Bun?" "kak Kei ke kampus untuk mengumpulkan tugasnya." "Ayo cepat habiskan makanannya, nanti makanannya dingin." Joy dan kak Iva pun langsung menghabiskan makanannya. *** Joy sedang asik menonton kartun kesukaan nya, dia ingin mengambil cemilan yang ada di dapur,sampai didapur Joy langsung mengambil camilan tersebut,namun Joy tidak bisa meraih camilann tersebut, dia berpikir cara untuk menggapai camilan tersebut,kak Iva pun datang dan melihat Joy yang sedang berpikir. "Kenapa kamu diam Joy?" tanya kak Iva.


22 "Eh kakak, tadi Joy ingin mengambil cemilan namun Joy tidak bisa meraih cemilan itu,jadi boleh Joy minta tolong kakak untuk mengambilkan camilan itu?" pinta Joy. "Tentu saja boleh," kata kak Iva. Kak iva pun mengambil camilan tersebut dan memberikan camilan itu kepada Joy. "Wah terimakasih kak," seloroh Joy gembira. "Sama-sama,sana keruang tamu kartun kesukaanmu sudah mulai," kata kak Iva. Joy langsung berlari ke ruang tamu dan meninggalkan kak Iva di dapur. Langit sudah mulai berwarna oranye artinya sudah sore, waktunya Joy dan kakak-kakaknya untuk mandi. "Kei, Iva, Joy ayo mandi sudah sore jangan tidur terus," teriak bunda. Joy yang tadinya tidur langsung terbangun karena mendengar teriakan Bunda. Joy kemudian mengambil baju dan bergegas ke kamar mandi.


23 Selesai mandi, Joy ingin mengambil buku gambarnya dibawah, ketika sampai dibawah, tibatiba ada suara ketukan pintu. Joy langsung membukakan pintu tersebut dan ternyata Ayah Joy sudah pulang,terkejut dan senang karena Ayah sudah dirumah, Joy serentak memanggil kakak-kakaknya dan Bunda. Mereka semua sangat senang karena Ayah sudah kembali, mereka semua duduk di sofa dan berbincang. "Ayah kapan kita ke pantai?" tanya Joy. "Mungkin besok," jawab Ayah. Joy dan kakak-kakaknya pun sangat senang. "Yasudah kalau begitu kalian tidur sana,besok kita berangkat pagi sekali," sahut Bunda. "Siap Bun... ," jawab mereka serentak. Anak-anak telah tidur dan Bunda menyiapkan barang-barang yang akan di bawa ke pantai. ***


24 Bunda membangunkan anak-anak dan menyuruh mereka untuk segera mandi lalu bersiapsiap. Semuanya sudah siap untuk berangkat. "Semua sudah siap?" tanya ayah. "Siap". Merekapun berangkat ke pantai. Beberpa jam kemudian keluarga Joy sudah sampai ke pantai, mereka bersenang-senang bersama keluarga. Joy dan keluarganya tidak menyia-nyiakan waktu kebersamaan bersama keluarganya, mereka saling menyayangi dan berbagi keceriaan.


25 KELUARGAKU ADALAH HARTAKU Oleh Raffa Maulana Rahman Namaku Raffa aku masih duduk di bangku kelas empat SD. Ayahku bernama Abdul dan ibuku bernama Etik. Aku memiliki satu kakak perempuan bernama Aisyah yang duduk di bangku kelas dua SMP. Sangat beruntungnya diriku memiliki keluarga kecil yang begitu harmonis, saling menyayangi dan selalu memberikan semua kebutuhanku. Kasih sayang dari kedua orang tuaku untuk aku dan kakakku begitu besar hingga kami tidak kekurangan apapun. Walaupun kami memiliki kegemaran dan kesukaan yang kadang berbeda, itu bukan menjadi masalah besar. Ayah mengajariku untuk saling bertoleransi dan rukun dengan kakakku. Terkadang aku dan Kakak suka berantem. Namun, tidak butuh waktu lama untuk rukun kembali. Sebagai anak laki-laki, tentu saja aku paling dekat dengan ayahku. Kata teman-teman, ayahku itu terlihat sangar, rambutnya yang gondrong


26 dengan tubuh tinggi dan besar membuat orang yang tidak mengenalnya pasti berpikiran sama. Namun, dibalik penampilannya itu, ayahku orang yang penuh kasih sayang. Hatinya begitu lembut. Ayah sangat mencintai keluarga kecil kami. Tidak hanya itu, bahkan Ayah begitu peduli dengan para tetangga dekat maupun yang jauh. Sifatnya yang suka membantu itulah yang membuatnya banyak memiliki teman dan dicintai semua orang. Aku begitu bangga terhadapnya. Aku berharap, jika kelak dewasa bisa seperti ayahku. Pekerja keras, penuh semangat dan penyayang hingga selalu dikelilingi oleh orangorang yang mencintaiku. Tapi, sayangnya sebuah musibah menimpa keluarga kecilku ini saat aku kelas tiga SD. Suatu hari, kami berempat terkena virus yang saat itu memang sedang melanda seluruh dunia, yaitu virus Covid-19. Aku pikir kami pasti akan baik-baik saja dan mampu melewatinya. Kami berempat harus diisolasi di rumah. Karena Ayah merasa sesak


27 nafas, salah satu saudara ayah membawa ke rumah sakit dan harus rawat inap. Aku pikir, beberapa hari lagi pasti Ayah pulang dan kami akan kembali berkumpul. Namun, Allah berkehendak lain. Allah begitu mencintai ayahku sampai membawanya pulang ke Rahmatullah. Semua terjadi begitu cepat seperti mimpi. Jantungku berdetak kencang saat mendengar berita tiadanya ayahku di dunia ini. Tangisku pecah. Tenagaku seakan hilang dari tubuhku. Terlebih saat aku melihat betapa hancur hati ibuku dan kakakku. Tawanya yang biasa aku dengar setiap hari, kini hanya kenangan. Lengan kekarnya yang biasa memelukku, hanya bisa aku ingat dalam pikiranku. Sedih dan pilu begitu menyayat hatiku. Terutama ibu dan kakakku. Di usiaku yang masih sangat muda, aku sendiri tidak tahu harus berbuat apa untuk menghapus kesedihan ibu dan kakak. Bahkan aku sendiri belum bisa mengatasi hatiku yang hancur.


28 Aku hanya bisa berusaha tegar dengan memberikan sedikit lelucon untuk sekedar menghibur hati ibu dan kakakku. Terbesit rasa bangga dihatiku ketika melihat banyaknya pelayat yang datang untuk mendoakan ayahku. Inilah buah dari sikap baik dan murah hatinya kepada setiap orang. Sepeninggal ayahku, ibu menjadi tulang punggung kami. Hingga suatu hari, aku melihat kegigihan ibuku yang belum pernah aku sadari. Dialah yang kini mengambil alih semua usaha ayahku sebelumnya. Wajahnya yang cantik dan lembut, ternyata menyimpan begitu besar kekuatan dan semangat demi kedua buah hatinya. Awalnya aku merasa sedih jika ibu harus sering keluar rumah bahkan pulang malam. Aku yang biasa dimanja olehnya, kini harus mampu hidup mandiri bersama kakakku di rumah. Jika dulu, kebahagiaanku adalah saat Ayah dan Ibu membelikan aku berbagai hadiah. Namun sekarang, kebahagiaanku adalah melihat Ibu pulang dengan selamat dan senyuman


29 di wajahnya. Terlebih saat kami bertiga berkumpul saling bercanda dan tertawa. Kini aku sadar jika keluargaku adalah hartaku yang tidak ternilai. Dalam pikiranku, aku meyakini sesuatu. Siapa lagi kalau bukan aku dan Kakak yang membantu Ibu. Kami memang masih anak-anak. Namun, banyak yang bisa kami lakukan untuk Ibu. Yaitu memberinya semangat, kasih sayang dan membantunya dengan tidak terlalu merepotkan. Aku berjanji kepada diriku sendiri,aku akan belajar dengan tekun. Aku akan belajar menjadi anak yang kuat dan tidak cengeng. Karena, suatu hari nanti aku harus menggantikan ibuku untuk bekerja. Kelak aku yang akan merawat Ibu dan membahagiakannya. Aku yang akan menggantikan ayahku untuk menjaganya dan juga Kakak perempuanku. Itu adalah tekadku. Ya Allah, ampunilah dosa kedua orang tuaku. Bantulah aku untuk mewujudkan cita-cita dan keinginanku untuk menjaga keluarga kecil ini. Keluarga yang paling aku cintai. Itulah doa yang


30 selalu aku panjatkan. Dan semoga Allah mengabulkannya. Aamiin.


31 KE PANTAI BERSAMA KELUARGA Oleh Cantika Naurah Rizwana Dipagi yang cerah Naurah, Rafa, ibu dan ayah sedang bersiap-siap untuk pergi berekreasi ke pantai. Setelah semua siap, mereka pun berangkat. "Anak-anak nanti saat dipantai kita jangan berpencar, ya," kata ayah. “Siap yah," jawab mereka kompak. Setelah sampai mereka langsung menggelar tikar yang telah mereka siapkan. Lalu Rafa ingin sekali berenang di pantai. “Ayah, ibu, bolehkah Rafa berenang disana?" tanya Rafa. "Boleh sayang pergi lah dan ajak lah kak Naurah ya, tapi jangan sampai terlalu ke tengah," jawab ayah dan ibu. Naurah dan Rafa langsung berlari dan berenang di pantai. Tiba-tiba ada himbauan dari pusat informasi. "Para pengunjung yang berbahagia tolong tidak berenang di pantai ya."


32 Ayah dan ibu langsung menghampiri mereka. "Naurah ... Rafa ... cepat kesini jangan berenang disana," teriak ayah. Naurah langsung menepi, sedangkan Rafa tidak mau menepi. "Tidak ayah, ibu, Rafa masih ingin berenang disini. Lagi pula tidak akan terjadi apa-apa," jawab Rafa. Ayah dan ibu pun percaya. Tak lama kemudian tiba-tiba ada ombak yang menerpa Rafa. "Tolong-tolong," teriak Rafa. Ayah, ibu, dan Naurah sontak kaget dan menolong Rafa untung saja Rafa tidak apa-apa. “Rafa lainkali jika ayah dan ibu menasehati didengarkan ya sayang," Ucap ibu. "Iya Bu," jawab Rafa. Setelah kejadian itu mereka membeli jajanan yang ada disana lalu mereka pulang. Mereka sangat lelah dan tegang namun tetap merasa gembira.


33 AYAHKU MOTIVASIKU Oleh Azka Archibald Al Fajr Tidak terasa waktu berlalu begitu cepat hingga akhirnya saya memasuki sekolah taman kanak-kanak. Di sini saya mulai belajar banyak hal dari berhitung, bernyayi, belajar membaca dan masih banyak lainnya. Saya mengira pelajaran yang ada di jenjang Taman Kanak-kanak akan mudah namun saya salah pelajaran saat di Taman kanak-kanak agak susah. Setiap hari yang guru jelaskan saya tidak mengerti. Setiap kali ujian nilai saya selalu buruk. Akhirnya ayah saya mengetahui hal itu. “Azka kenapa nilai kamu jelek sekali?” Tanya ayah. “Ya ayah Azka susah sekali memahami pelajaran yang di berikan di sekolah,“ jawabku. “Ya sudah ayah ajari ya pelan-pelan biar kamu bisa saat pelajaran di sekolah,“ kata ayah. “Ya ayah,“ kataku.


34 Ayah sangat bersemangat untuk melatih saya menjadi anak yang pintar. Banyak sekali usaha yang Ayah lakukan untuk ku salah satunya memasukkanku ke dalam bimbingan belajar seperti Les matematika. Tidak hanya Ayah yang memotivasiku ada juga peran Bunda saya yang mendukung dari belakang. “Azka semoga kali ini nilai kamu bisa naik ya hasil tidak akan menghianati usaha,“ kata bunda. “Ya bunda Azka akan selalu belajar dan tidak akan mengecewakan ayah dan bunda,” jawabku. “Pintar yang penting azka sudah berusaha dan mau belajar itu sudah cukup buat kami,“ sahut bunda. “Ya bunda,“ jawab Azka sambil memeluk bunda. Akhirnya setelah melalui proses yang panjang saya mengerti apa yang guru jelaskan dan nilai saya perlahan mulai membaik hingga tiba waktunya hari kelulusan saya menjadi lulusan terbaik dan mendapatkan piala.


35 “Terimakasih ayah bunda sudah membimbing dan memotivasi Azka hingga bisa berhasil seperti ini ayah adalah motivasi bagiku yang sangat berperan penting.“


36 BUNDA ADALAH SEGALANYA Oleh Ganendra Azel Fersalley Aku bernama Ganendra dan kami tiga bersaudara. Kakakku bernama Ganesha dan adikku bernama Gandara. Aku memiliki keluarga yang cukup lengkap. Keluarga besarku berasal dari Kota Surabaya. Pada saat aku berusia tiga bulan, kami semua pindah dan tinggal di Kota Purwokerto, Jawa Tengah karena bunda mendapatkan tugas kerja di sana. Sampai aku berusia tiga tahun, kami menetap untuk pindah kembali di Surabaya bersama ayah, sedangkan bunda pergi bekerja di luar kota dan pulang dua pekan sekali. Bukan hal mudah bagi kami untuk terpisah jarak dan waktu. Ketika kecil, aku selalu menangis saat mengantar bunda ke stasiun kereta untuk bekerja. Aku selalu menghalangi jalannya. “Bunda jangan pergi. Aku ingin bersama Bunda,” rengekku saat di stasiun.


37 Melihatku merengek dan tak mau berpisah, saat itu mata bunda berkaca-kaca. “Bunda pergi demi kalian anak-anakku, dan masa depan kita,” jawab bunda dengan memeluk erat badanku. Setiap dua pekan aku selalu menunggu kedatangan bunda. Aku bahkan tertidur di ruang tamu untuk menanti kehadirannya. Bukan oleh-oleh yang kami tunggu, tetapi harum tubuh bunda sangat dirindukan. Seperti saat ini pukul 19.30 ada yang mengetuk pintu. TOK ... TOK ... TOK …. “Asalamualaikum.” “Waalaikumsalam,” jawab kami berhamburan ke depan pintu. Setelah terlihat sosok baik itu, kami langsung menghambur ke pelukannya dan merasakan harum bau tubuhnya. Kami melepaskan rindu yang kian menggebu. Keesokan harinya, merupakan momen yang kami tunggu untuk sekadar berkumpul menikmati secangkir teh atau sarapan bersama. Itu hanya ada di


38 hari Sabtu dan Ahad. Setelah itu bunda akan pergi lagi selama dua pekan untuk bekerja memenuhi keperluan dan masa depan kami. Waktu sebentar itu merupakan kebahagiaan yang teramat untuk kami.


39


Click to View FlipBook Version