The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Pada umumnya budaya menulis bagi anak-anak memiliki banyak sekali manfaat diantaranya sebagai media penyaluran emosi maupun ekspresi diri, belajar beropini, dan masih banyak lagi.
Buku ini menyuguhkan kumpulan cerita pendek para bibit penulis Gendis Sewu dari SDK Karitas V Surabaya hasil dari pendampingan petugas Taman Baca Masyarakat se-Kecamatan Tandes.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by tbmtandessurabaya, 2022-07-01 10:26:23

DORA SUKA MENOLONG

Pada umumnya budaya menulis bagi anak-anak memiliki banyak sekali manfaat diantaranya sebagai media penyaluran emosi maupun ekspresi diri, belajar beropini, dan masih banyak lagi.
Buku ini menyuguhkan kumpulan cerita pendek para bibit penulis Gendis Sewu dari SDK Karitas V Surabaya hasil dari pendampingan petugas Taman Baca Masyarakat se-Kecamatan Tandes.

GENDIS SEWU BERKARYA

DORA SUKA MENOLONG

Antologi Cerita Pendek
Bibit Penulis Gendis Sewu Dinas Perpustakaan dan

Kearsipan Kota Surabaya
Bekerja Sama dengan SD Katolik Karitas V

Surabaya

DORA SUKA MENOLONG

Penulis : Felisitas Etri, Vicentius Yoan,

Adara Mahsya, dkk.

Desain Sampul : Indah Purnamasari, Ikke

Ariani

Penyunting : Akbar Fitriadi, Khoiruli, Indah

Purnamasari, Ikke Ariani

Penyunting Akhir : Faradila Elifin Malidin, Vivi

Sulviana, Ayu Dewi A.S.N,

Rici Alric K, Vegasari Yuniati

Diterbitkan pada tahun 2022 oleh
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya
Jl. Rungkut Asri Tengah 5-7, Surabaya
Buku ini merupakan kumpulan karya dari bibit
Gendis Sewu, sebagai penghargaan atas partisipasi
yang telah diberikan dalam Gerakan Melahirkan
1000 Penulis dan 1000 Pendongeng.
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang.

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT,
atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu
besar, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
buku ini sebagai bentuk apresiasi kepada para bibit
penulis yang mengikuti Gerakan Melahirkan 1000
Penulis dan 1000 Pendongeng (Gendis Sewu)
dengan baik dan lancar.

Antologi merupakan kumpulan karya cerita
pendek dari para penulis SD Katolik Karitas V
Surabaya. Buku ini mengangkat tema tentang
meraih mimpi dari para penulis yang merupakan
bibit Gendis Sewu Berkarya.

Kami menyadari bahwa sebuah karya
memiliki ketidaksempurnaan. Apabila dalam
penyusunan buku ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih ada kekurangan kami mengharap kritik
dan saran yang bisa membangun dari segenap
pembaca buku ini.

Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan karya tulis anak bangsa khususnya
di Kota Surabaya dan seluruh Indonesia pada
umumnya.

Surabaya, 2022

Petugas TBM se-Kecamatan Tandes

KATA SAMBUTAN

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya

Kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT,
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya, hanya dengan kemurahan-Nya kita
selalu dapat berikhtiar untuk berkarya dalam ikut
serta membangun Kota Surabaya yang kita cintai.

Kita patut bangga dan memberi apreasiasi
kepada para bibit penulis Gendis Sewu (Gerakan
Melahirkan 1000 Bibit Penulis dan 1000 Bibit
Pendongeng), para editor penulis Dispusip di Kota
Surabaya yang telah bekerja keras membuat karya
tulis yang berjudul Dora Suka Menolong

Buku para bibit Gendis Sewu menghasilkan
karya tulis dari anak-anak cerdas yang telah melalui
proses panjang dan berjenjang dan merupakan
karya-karya imajinatif yang mengandung pesan
moral dengan bahasa yang mudah dipahami juga
sangat baik untuk dinikmati.

Semoga kedepannya akan menjadi inspirasi
untuk berkembangnya budaya literasi dari berbagai
kalangan masyarakat di Kota Surabaya. Akhir kata,
semoga buku Gendis Sewu Berkarya dengan judul
Dora Suka Menolong bermanfaat bagi semua
pihak dan perkembangan para bibit Gendis Sewu.

Surabaya, 2022

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan

Kota Surabaya,

Mia Santi Dewi, SH, M.Si

SEKAPUR SIRIH

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya

Alhamdulillah, dengan menyebut nama Allah SWT
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
sangat bersyukur atas kehadirat-Nya, hanya dengan
kemurahan Allah SWT, kami dapat menghimpun
berbagai karya tulis para bibit penulis Gendis Sewu
dan menerbitkannya dalam sebuah buku antologi
cerpen dengan judul Dora Suka Menolong.

Buku ini merupakan antologi cerpen
kolaborasi Gendis Sewu dengan SD Katolik Karitas
V Surabaya. Kolaborasi ini menghasilkan 8 karya
tulis cerpen pendampingan Petugas se-Kecamatan
Tandes yang diselenggarakan oleh Dinas
Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya.

Kegiatan Gendis Sewu memanfaatkan
platform buatan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan
Kota Surabaya yang bernama Taman Kalimas.

Taman Kalimas yang merupakan singkatan
dari Tempat Menampung Karya Literasi Masyarakat
memberikan layanan literasi yang di dalamnya
terdapat tiga layanan sekaligus, antara lain layanan
Taman Kalimas Pembelajaran, Taman Kalimas
Karya dan Taman Kalimas Publikasi.

Para bibit penulis Gendis Sewu terlebih
dahulu didaftarkan untuk mengikuti kelas berjenjang
dari mulai kelas reguler Taman Kalimas di tingkat
kecamatan, lalu untuk bibit terbaik akan
mendapatkan reward naik ke kelas khusus minat
dan bakat setelah itu karyanya akan dibuat buku dan
dipublikasikan.

Saya mengapresiasi bangga kepada para
bibit penulis Gendis Sewu yang memiliki semangat
literasi dengan tidak hanya menjadi pembaca pasif
melainkan menjadi pembaca aktif, yaitu selain
membaca juga mampu menulis.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
Tim Gendis Sewu dan Tim Inti Penulis Dispusip yang
terdiri dari para tutor kelas reguler di tingkat
kecamatan, para editor area (Dira), dan para

penyunting akhir hingga buku ini terselesaikan
secara baik.

Buku ini adalah jawaban nyata atas kinerja
para Tim Penulis Dispusip yang berkolaborasi
dengan SD Katolik Karitas V Surabaya.

Membangun kota maka perlu disertai
'membangun' manusia di dalamnya. Tentu tidak lah
mudah, karena awal membangun seringkali terlihat
abstrak, dipertanyakan, atau diragukan. Walaupun
begitu, tetap terus 'membangun' karena
'membangun' manusia melalui literasi adalah
sebuah investasi jangka panjang untuk kota tercinta
kita Kota Surabaya.
Salam Literasi.

Surabaya, 2022

Kepala Bidang Pembinaan dan Pengelolaan

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Surabaya

Dani Arijanti, SE, M.Si

DAFTAR ISI 1
4
1. Penyesalan Diakhir 6
2. Megi, Kesayanganku 8
3. Beby, Teman Baruku 12
4. Dora Suka Menolong 15
5. Sahabat Sejati 18
6. Pulau Kecil 26
7. Sulit, Bukan Berarti Tidak Bisa
8. Toleransi

PENYESALAN DIAKHIR

Oleh Felisitas Etri Pratiwi

Sejak kecil sampai sekarang, Ayu selalu dimanja
oleh Ibu. Mereka tinggal berdua karena Ayah sudah
meninggal sebelum Ayu lahir. Kini Ayu berumur 18
tahun, tetapi dia malas.

Setiap Ibu meminta tolong, Ayu selalu
menjawab

“Hi … Ibu ini tidak bisa melakukannya
sendiri.”

Namun, Ibu selalu sabar terhadap sikapnya.
Ayu juga sering meminta uang kepada Ibu untuk
membeli alat make up. Dia selalu marah-marah jika
Ibu tidak memiliki uang. Ibu selalu menasihati untuk
tidak memakai uang dengan boros, tetapi Ayu tidak
peduli sama sekali.

“Ibu ini tidak sayang sama Ayu. Lebih baik
Ayu pergi dari rumah ini.”

Setelah itu, Ayu mengambil tas dan pergi. Ibu
sangat terkejut.

“Nak, kamu mau pergi ke mana?” tanya Ibu.

1

“Aku mau pergi dari sini. Aku mau hidup
sendiri dan tidak mau tinggal bersama Ibu lagi,” kata
Ayu tanpa merasa bersalah.

***
Sembilan tahun lamanya, Ayu mempunyai
suami dan memiliki dua orang anak. Suami Ayu
bernama Bayu. Nama anak yang pertama Andi dan
kedua Sinta. Bayu sama sekali tidak tahu tentang
Ibunya Ayu. Karena Ayu selalu mengatakan kepada
Bayu, bahwa Ibunya sudah tiada.
Keesokan harinya, ada tamu yang
mendatangi rumah mereka.
“Di sini ada bernama Ayu?”
“Ada apa, ya?” kata Ayu.
“Ayu dan Ibumu baru aja meninggal.”
Seketika Ayu langsung syok. Bayu
mendengar semua pembicaraan Ayu dan tamu
tersebut. Bayu sangat kecewa kepada Ayu, karena
dia telah berbohong.
Lalu Ayu meminta maaf kepada Bayu karena
selama ini telah membohonginya. Melihat ketulusan
dan penyesalan Ayu, Bayu pun merasa iba. Mereka

2

langsung bergegas ke rumah Ibunya. Sesampai di
sana, Ayu berlari dan langsung menangis melihat
Ibunya sudah meninggal.

Ternyata Ibu Ayu meninggal disebabkan
terkena serangan jantung. Ibu Ayu mulai sakit pada
saat Ayu pergi dari rumah. Ayu merasa bersalah
karena selalu malas ketika disuruh Ibunya. Lalu Ayu
melihat ada surat yang terletak di meja. Ternyata
surat itu untuk Ayu, setelah membacanya, dia
kembali menangis.

3

MEGI, KESAYANGANKU

Oleh Vicentius Yoan. p

Yoan memiliki keterikatan batin yang sangat erat
dengan anjing kesayangannya, Megi. Yoan dapat
memahami apa yang diinginkan Megi.

***
Yoan terbangun karena mendengar bunyi
alarm yang sangat nyaring.
KRING … KRING ….
“Makan yang banyak, Megi,” kata Yoan.
“Habis makan kita jalan-jalan bareng, ya,”
kata Yoan.
Setelah makan, aku mengajaknya untuk
jalan-jalan ke taman depan. Kami sudah lama tidak
bermain ke taman. Namun, untuk sampai ke sana
kami harus menyeberang jalan raya terlebih dahulu.
Karena terburu-buru, aku tidak memperhatikan
kondisi jalan. Ada sebuah motor yang menyenggol
kaki Megi hingga terluka.
“Aku akan gendong kamu pulang ke rumah,”
kata Yoan.

4

Setelah sampai di rumah, Yoan langsung
mengobati kaki Megi.

Beberapa hari setelah kejadian itu, Megi tidak
selincah biasanya. Tubuh Megi juga terlihat semakin
kurus. Megi menjadi susah makan dan malas
beranjak dari kandangnya. Yoan pun khawatir jika
terjadi sesuatu. Lalu Ibu mengajak Yoan
memeriksakan kondisi Megi ke dokter hewan.
Ternyata Megi masih trauma dengan kejadian
tersebut.

Sepulang dari dokter, Yoan memberi Megi
makan dan vitamin dari dokter.

“Makan yang banyak supaya kamu cepat
sembuh,” bujuk Yoan.

Setelah seminggu berlalu, Megi bisa berjalan
kembali seperti biasa.

“Hore … Megi sudah sembuh. Kita bisa
bermain bersama lagi,” kata Yoan.

Yoan selalu mengajak Megi jalan-jalan sore.
Dia juga harus berhati-hati, karena kondisi jalan
yang selalu ramai pengendara.

5

BEBY, TEMAN BARUKU

Oleh Adara Mahsya Asmara

Datanglah seorang anak yang pendiam, Dia belum
mempunyai teman sama sekali. Dia bernama Beby
murid kelas 4 pindahan dari Kota Jakarta. Hari ini
adalah hari pertama Beby masuk sekolah di Sekolah
Dasar Katolik Karitas 5 Surabaya, saat Beby masuk
kelas Beby malu untuk memperkenalkan dirinya.
Akhirnya jam pelajaran dimulai, seorang Ibu Guru
masuk ke Kelas.

“Anak-anak hari ini kita akan kedatangan
murid baru pindahan dari Jakarta,” kata Ibu Guru.

“Hore ... ada teman baru,” seru mereka
senang.

Ibu Guru lalu memanggil Beby untuk bersedia
memperkenalkan diri di depan kelas. Beby dengan
lantang dan sopan mulai memperkenalkan diri di
depan kelas.

Akhirnya suasana kelas menjadi nyaman itu
setelah dia memperkenalkan dirinya. Beby adalah
anak perempuan yang mempunyai ciri fisik kulit

6

putih, berambut pendek, dan tidak terlalu tinggi
badannya.

Beberapa hari kemudian Beby mulai
mengakrabkan diri dengan teman-teman yang ada
di kelas termasuk denganku. Aku senang ternyata
kami mempunyai kegemaran yang sama yaitu
menggambar. Kebetulan aku dan Beby duduk saling
berdekatan.

Aku merasa nyaman dengan teman baruku.
Beby adalah teman yang membuatku semakin
semangat dalam mengikuti pelajaran di sekolah.

Jam istirahat adalah jam favoritku bersama
Beby. Kami bisa makan berdua, bercanda dan
bercerita banyak hal. Setiap hari terasa indah sejak
aku kenal teman baruku.

Terima kasih Tuhan engkau telah
mengenalkan teman baru untukku.

7

DORA SUKA MENOLONG

Oleh Kevin Arka Effendi

Sore hari, setelah Dora seekor burung selesai
bermain bersama dengan temannya. Ia pamit
pulang.

’’Teman-teman … aku pulang dulu ya, karena
sudah sore,’’ kata Dora.

’’Baik sampai jumpa,’’ kata Paru, teman Dora.
Kemudian Dora pun pulang. Sesampai di
rumah, Ibu Dora sudah menyiapkan makanan
untuknya.
“Dora kamu sudah pulang? Ibu sudah
menyiapkan makanan untukmu,” kata Ibu Dora.
“Terima kasih Ibu,” jawab Dora.
Kemudian mereka pun makan bersama.
Keesokan harinya, Dora pergi ke Sekolah.
Ditengah perjalanan, dia bertemu dengan seekor
semut.
“Hai semut kecil, siapa namamu?” sapa Dora.
“Oh …. Halo ... namaku Larry,” kata Larry
kaget melihat Dora.

8

“Di mana rumahmu?” tanya Dora.
“Hem … aku tidak punya rumah. Apakah kau
bisa menolongku?” tanya Larry dengan perasaan
sedih.
Dora terdiam sejenak dan sangat bingung. Ia
ingin membantu Larry, tetapi dia harus segera pergi
ke sekolah karena hampir terlambat. Sedangkan
dalam hati kecinya, dia tidak bisa membiarkan Larry
sendirian.
“Baiklah, aku akan menolongmu,” kata Dora.
Dora mengambil daun untuk membuat atap
rumah, batu untuk membuat dindingnya, ranting
pohon sebagai penyangga, dan akhirnya jadilah
rumah Larry.
“Wah … ini keren terima kasih.”
“Hem siapa namamu?” tanya Larry.
“Namaku Dora,” jawab Dora
“Terima kasih Dora,” kata Larry.
“Sama-sama Larry,” balas Dora.
Setelah menyelesaikan rumah Larry, Dora
segera bergegas melanjutkan perjalanannya ke

9

sekolah. Sesampai di sekolah, ia masuk ke
kelasnya, dan bertemu dengan Bu Rina.

“Dora mengapa kamu terlambat?
Sebelumnya kamu tidak pernah terlambat,” tanya Bu
Rina dengan suara tegas.

Dora terdiam, sambil melihat Bu Rina.
Sementara itu Larry tanpa sengaja lewat dan melihat
Dora sedang dimarahi Bu Rina. Larry pun langsung
berlari ke arah Dora.

“Saya sebenarnya.”
Belum sempat Dora menyelesaikan kata-
katanya, Larry masuk.
“Permisi, Bu. Kenapa Ibu memarahi Dora?”
tanya Larry.
“Oh, halo semut siapa namamu?” tanya Bu
Rina.
“Nama saya Larry,” jawab Larry.
“Salam kenal Larry, saya Bu Rina gurunya
Dora. Saya memarahi Dora karena terlambat datang
ke sekolah,” kata Bu Rina.

10

“Oh … maaf Bu Rina. Seharusnya Dora tidak
terlambat, tetapi karena Dora membantuku
membuat rumah, akhirnya terlambat,” kata Larry.

Kemudian Bu Rina menatap Dora.
“Apa itu benar Dora?” tanya Bu Rina.
“Benar, Bu,” balas Dora.
“O … jadi begitu. Baiklah, kali ini tidak apa-
apa kamu terlambat, karena bukan kesalahanmu.
Tapi karena telah menolong Larry. Silakan duduk
Dora,” kata Bu Rina.
“Baik Bu, terima kasih,” kata Dora.
Sepulang dari Sekolah, Dora mampir ke
rumah Larry. Ia akan berterima kasih pada Larry,
karena telah membelanya di sekolah.
“Terima kasih Larry karena telah
menolongku,” kata Dora.
“Sama-sama Dora. Tadi itu adalah ucapan
terima kasihku, karena kamu juga telah
membantuku membuat rumah,” jawab Larry.
Kemudian Dora pun pulang ke rumah. Sejak
saat itu Dora dan Larry bersahabat.

11

SAHABAT SEJATI

Oleh Maria Jesika Andresia Wati

Pagi hari yang cerah, Budi terbangun karena ada
suara seseorang yang memanggil namanya. Dia
pun melihat keluar untuk memastikan siapa yang
memanggil. Ternyata Udin yang memanggilnya.

Udin sudah menunggu di depan rumah untuk
mengajakku bermain sepak bola di lapangan.

“Budi, ayo kita bermain sepak bola!” ajak
Udin.

“Sekarang?” tanya Budi sambil mengucek
matanya.

“Ya sekarang ‘lah masa besok,” jawab Udin
dengan sedikit rasa kesal.

“Sebentar aku mau mandi dulu. Tunggu ya
enggak lama kok. Silakan masuk, duduk dulu ya,”
kata Budi.

“Oke baiklah,” jawab Udin.
Setelah Budi mandi, mereka pun bergegas
pergi ke lapangan untuk bermain sepak bola

12

bersama dengan teman-teman. Saat di perjalanan,
mereka berbincang-bincang sambil tertawa.

“Pasti seru nanti saat kita bermain sepak bola
bersama teman-teman,” kata Budi.

“Iya, aku sudah tidak sabar untuk bermain
bersama mereka,” jawab Udin.

Sesampai di lapangan, mereka bertemu
dengan teman-teman yang lain.

“Wah ternyata sudah ramai!” seru Udin
“Iya, kita sudah dari tadi menunggu kalian,”
jawab teman-temanya.
“Oh begitu. Maafkan kita ya, karena membuat
kalian menunggu,” kata Udin dan Budi.
“Tidak apa-apa,” jawab salah satu dari teman
mereka.
“Yuk kita main!” ajak Budi.
“Ayo …,” seru teman-temanya.
Mereka pun asyik bermain. Setelah satu jam,
rasa dahaga menghampiri. Ternyata ada penjual es
krim, kami pun membelinya. Sesudah minum es
krim, kami lanjut bermain hingga petang tiba.

13

“Wah ternyata sudah petang ya. Kalau begitu
aku ingin pulang dulu ya teman-teman,” pamit Budi.

“Iya kita juga ingin pulang, karena sudah
petang,” jawab teman lainnya.

Mereka pun berkata
“Sampai jumpa besok ya teman-teman.”
“Oke, hati-hati di jalan ya.”
Budi, Udin serta teman-teman yang lain
merasa senang karena sudah bermain bersama.
Meskipun berbeda agama, mereka saling
menghormati dan menghargai satu dengan yang
lainnya.

14

PULAU KECIL

Oleh Vanya Riona Suprayogi

Pada suatu hari, terjadilah kelaparan di sebuah
pulau yang penduduknya kebanyakan dihuni oleh
harimau. Mereka sangat kelaparan, karena semakin
hari tidak ada hewan yang dapat dimangsa.

Akhirnya Raja Harimau, mengutus Panglima
Harimau dan para prajuritnya untuk mencari makan
di pulau seberang. Mereka harus kembali dengan
membawa banyak makanan. Para Panglima sangat
semangat berangkat ke pulau sebrang.

Perjalanan ke pulau kecil itu cukup jauh.
Akhirnya mereka pun sampai di tempat tujuan. Para
Panglima takjub dengan keindahan alam pulau kecil
tersebut. Namun, setibanya mereka di sana. Meraka
hanya melihat seekor kancil kecil di tepi pantai.
Kancil pun segera berlari kencang. Namun, ia sudah
terlambat dan dikepung oleh harimau. Kancil
menangis kencang.

Harimau itu membentak kancil.

15

"Kancil di mana Rajamu? Kami datang mau
meminta makanan. Jika kalian menolak, kami akan
menyerang pulau kecil ini. Dan lihatlah, kami
membawa potongan kumis raja kami," kata Prajurit
Harimau.

Kancil kaget dan berlari pergi melaporkan
pada Raja Kancil.

Raja Kancil datang. Panglima Harimau
menyerang Raja Kancil. Mereka berdua bertarung,
tetapi Panglima Harimau membuat janji kepada Raja
Kancil.

“Begini saja kalua kami yang menang, kalian
harus memberikan makanan kepadaku. Tetapi
sebaliknya jika aku yang kalah, kamu tidak perlu
memberikan makanan kepadaku, bagaimana?”
ucap Panglima Harimau.

Raja Kancil pun menyetujui ucapan Panglima
Harimau.

Pertarungan itu pun di mulai. Ternyata Raja
Kancil yang menang. Panglima Harimau pulang
bersama prajuritnya.

16

Sampailah Panglima Harimau di hutan, ia
menghadap Raja Harimau dan menceritakan apa
yang telah terjadi. Mendengar cerita, Raja Harimau
marah. Ia berencana untuk membalas Raja Kancil.
Ia memangil panglima-panglimanya dan prajurit-
prajurit yang sudah terlatih. Semua dipersiapkan
dengan matang untuk melawan Raja Kancil. Raja
Harimau menyusun rencana dengan teliti.

Sesudah sampai di sana, ia berteriak
memanggil Raja Kancil.

"Raja Kancil keluarlah! Aku ingin bertemu
denganmu.”

Raja Kancil keluar. Pertarungan pun terjadi.
Mereka saling serang. Dari pertarungan itu
menyebabkan banyak korban, sehingga Raja
Harimau dan Raja kancil tersadar. Pertarungan
hanya menimbulkan banyak korban. Semenjak
itulah mereka bersahabat.

17

SULIT, BUKAN BERARTI TIDAK BISA

Oleh Keyla Dominic Novanda

Sita, gadis cantik dan pintar. Namun, dia harus
menjadi pemulung untuk membantu kebutuhan
hidup keluarga. Suatu hari, orang tua Sita di fitnah
oleh warga.

”Hei … kalian sudah mencuri sepedaku ‘kan,”
bentak salah seorang warga.

“Tidak, kami tidak pernah mencuri,” kata
orang tua Sita.

“Alah ... enggak usah bohong kalian ya,” kata
warga.

Akhirnya orang tua Sita masuk penjara. Sita
harus merawat, menjaga, dan menafkahi ketiga
adiknya. Hal ini membuatnya sering terlambat
masuk sekolah. Dia selalu dipanggil kepala sekolah
karena SPP-nya menunggak.

Setiap pulang sekolah, Sita harus jualan
pisang goreng dan tahu isi untuk menambah
penghasilan dan biaya ketiga Adiknya.

18

Sita juga sering di-bully oleh teman-temannya
di sekolah karena ia seorang pemulung.

“Sita pokoknya kamu tidak boleh main
dengan kita, karena kamu pemulung pasti banyak
virus di badanmu,” ejek teman Sita.

Suatu ketika saat pulang sekolah, Sita
menangis sambil berjalan menuju kolong jembatan
karena rumahnya di sana. Dia menangis sambil
memeluk ketiga Adiknya. Lalu ia pergi ke sebuah
taman.

”Tuhan … mengapa hidupku penuh kesulitan
dan penderitaan. Aku capek harus mengurus ketiga
adikku dan aku di musuhi satu kelas,” isak Sita.

Sita juga tidak mudah menyerah, ia berusaha
untuk mengeluarkan orang tuanya dari penjara. Sita
pun giat belajar dan berusaha mencari uang sendiri.

Setelah tujuh bulan, orang tua Sita keluar dari
penjara. Akhirnya mereka bisa bersama-sama
seperti dulu lagi. Sita percaya bahwa itu semua
karena izin Tuhan.

Semenjak kejadian itu, Sita lebih giat belajar
untuk membanggakan orang tuanya. Setelah

19

beberapa tahun, akhirnya Sita lulus sekolah. Hari
Minggu, Sita ditelepon oleh kepala sekolah yang
bernama Pak Yohanes.

“Selamat pagi Sita. Hari rabu, kamu bisa
datang ke sekolah jam 09.00 pagi?” tanya Pak
Yohanes.

“Iya Pak, saya akan datang ke sekolah, ” kata
Sita.

Lalu Sita mematikan teleponnya.
Ada apa ya Pak Yohanes memanggiku ke
sekolah, kata Sita dalam hati.
Hari Rabu pun tiba, Sita bergegas
mempersiapkan dirinya untuk ke sekolah. Setelah
sampai di sekolah, dia langsung berjalan ke ruangan
kepala sekolah. Setibanya di sana, Sita langsung
duduk di bangku yang sudah disiapkan oleh
gurunya.
Pak Yohanes pun langsung menemui Sita.
“Selamat pagi Sita, bagaimana kabarmu?”
tanya pak Yohanes.
“Baik Pak,” kata Sita.

20

“Jadi begini Sita, Bapak memanggilmu ke
sekolah untuk memberikan kamu beasiswa,” kata
Pak Yohanes

“Karena Bapak lihat, kamu anak yang sangat
pintar dan berbakti kepada orang tuamu,” kata Pak
Yohanes sambil tersenyum.

Sita terkejut, karena ia tidak menyangka akan
dapat beasiswa dari sekolah.

”Pak Yohanes, saya berterima kasih sekali
kepada Bapak karena sudah memberikan beasiswa
itu. Bagi saya sangat tidak mudah untuk
mendapatkan beasiswa,” kata Sita sambil
tersenyum.

Setelah pulang dari sekolah, Sita langsung
memberitahukan kepada orang tuanya.

”Papa … mama … aku mendapat beasiswa
dari sekolah,” seru Sita sambil menunjukkan kertas.

”Yang benar, Nak. Kamu dapat beasiswa dari
sekolah?” tanya Mama Sita.

”Iya Ma … aku dapat beasiswa dari sekolah,”
kata Sita

“Wah kamu anak hebat, Nak,” kata Papa.

21

Sita bersama orang tuanya pergi ke sebuah
kampus yang bernama Wijaya Putra. Sita langsung
menemui dosen yang bernama Ibu Mei.

”Selamat siang Ibu. Saya Sita, mau kuliah di
sini apakah bisa?” tanya Sita.

”Boleh saya lihat data-datamu?” tanya Bu
Mei.

Sita pun memberi data tersebut kepada Bu
Mei.

“Selamat Sita kamu diterima di kampus ini,”
kata Bu Mei,

“Ha … serius Bu, saya diterima di sini?”
“Benar Sita, kamu diterima di kampus ini,”
kata Bu Mei
”Terima kasih ya bu,” kata Sita
“Iya sama-sama, mulai besok kamu sudah
bisa kuliah di kampus ini,” kata Bu Mei.
Setelah pulang dari kampus, Sita berunding
dengan orang tuanya untuk masuk di jurusan apa.
”Pa, Ma bagaimana kalau aku masuk jurusan
kedokteran?” kata Sita.
“Mama setuju, Nak,” kata Mama Sita.

22

“Papa juga setuju,” kata Papa menimpali.
Akhirnya Sita memilih untuk masuk di jurusan
kedokteran.
Sita mulai bersiap untuk pergi ke kampus,
tidak lupa ia berdoa kepada Tuhan agar diberikan
kepintaran dan akal budi.

***
Setelah empat tahun berkuliah, Sita sekarang
menjadi dokter di rumah sakit ternama. Kini Sita
dikenal sebagai dokter yang baik hati, ramah, dan
suka membantu masyarakat terlebih keluarga yang
tidak mampu.
Sita memutuskan untuk menjumpai keluarga
yang ada di Surabaya. Sesampai di Surabaya, dia
langsung memesan ojek online dan pulang ke
rumahnya.
”Mama, Papa, Adik … Kakak sudah pulang,”
kata Sita
”Mama, Papa ada kakak,” kata Adik Sita.
Orang tua Sita terkejut ketika anaknya
pulang. Sita langsung memeluk dan mencium orang
tuanya.

23

”Nak ... bagaimana kabarmu?” tanya Mama.
“Baik Ma. Mama gimana kabarnya?” tanya
Sita.
“Kami semua baik,” jawab Mama.
Sita hampir dua minggu di Surabaya. Lalu ia
mengajak orang tuanya untuk pergi.
”Nak, kita mau ke mana?” tanya Mama Sita.
”Aku mau membelikan rumah untuk Papa,
Mama dan Adik,” kata Sita.
”Ha … yang benar, Kak,” seru Adik Sita
terkejut.
“Benar dong Dik ... masak Kakak bohong,”
timpal Sita sambil tersenyum.
”Nak terima kasih ya, kamu memang anak
yang baik,” kata Papa.
Setelah mengurus semua data rumah, Sita
memberikan kunci rumah baru kepada Papanya.
”Nak ... Mama bangga sekali punya anak
seperti kamu,” sambil memeluk Sita.
Akhirnya mereka pulang dan beristirahat.
Tak terasa Sita di Surabaya sudah hampir dua
bulan, saatnya Sita kembali untuk bekerja.

24

”Papa, Mama, Adik … Sita mau kembali
untuk bekerja, ya. Kalian jaga kesehatan,” kata Sita.

”Iya Kak hati-hati di jalan ya. Aku janji akan
menjaga Papa dan Mama” jawab Adik Sita.

Sita berkata dalam hati, ”Sulit bukan berarti
tidak bisa.”

25

TOLERANSI

Oleh Eliana Sharen. K

Saat di sekolah, ada banyak siswa yang berbeda
agama.

KRING … KRING … KRING .…
Bel pulang sekolah berbunyi, Tomi dan Budi
bermain di taman meskipun mereka berbeda
agama. Tomi beragama Hindu, Budi beragama
Katolik, Siti beragama islam, Lani beragama budha,
dan dan teman yang lain juga berbeda agama
Namun, mereka saling menghargai dan
menghormati.
Saat di taman, mereka semua bermain tanpa
membeda-bedakan. Siti meminta izin kepada
teman-temannya untuk beribadah di masjid.
“Teman-teman, aku pergi ke masjid dulu ya,”
kata Siti.
“Iya Siti,” kata teman-temannya.
Siti pun segera pergi ke Masjid. Sembari
menunggu Siti, mereka bermain tebak-tebakan.
Mereka juga bertemu teman baru yang bernama

26

Fitri. Tomi melarangnya kami untuk berteman
dengannya, karena Fitri berbeda suku dengan Tomi
dan teman-temannya. Lalu Budi menasihati Tomi.

“Tomi, jangan melarangnya untuk berteman
dengan kita semua,” kata Budi.

Lalu Lani menambahkan nasehat Budi.
“Iya Tomi, karena toleransi suku itu sama
seperti toleransi agama,” kata Lani.
Akhirnya Tomi meminta maaf kepada Fitri.
“Maafkan aku ya Fitri, karena tadi sudah tidak
memperbolehkanmu untuk berteman dengan kami,”
kata Tomi.
“Iya Tomi, aku memaafkan,” kata Fitri.
Akhirnya mereka semua bermain bersama.
Hidup rukun meskipun berbeda agama dan suku.
Sejak saat itu mereka semua menjadi teman
karib. Setiap hari mereka belajar bersama baik di
sekolah maupun di rumah salah satu dari mereka.
Persahabatan mereka sangat erat sehingga
membuat teman yang lain kagum. Perbedaan
agama dan suku tidak menjadi penghalang dalam
persahabatan mereka. Kini mereka dapat saling

27

mempelajari agama masing-masing baik agama
Islam, Katolik, Kristen, Hindu, dan Budha.

Ketika hari raya keagamaan, mereka saling
mengucapkan selamat. Siti merayakan hari raya Idul
Fitri, Budi merayakan hari raya Natal, Tomi
merayakan hari raya Kuningan, dan Lani merayakan
hari raya Waisak. Mereka berkumpul bersama,
makan, dan bersukacita. Orang tua mereka pun
sangat senang dan bangga dengan persahabatan
anak-anaknya. Mereka selalu rukun dan tidak
pernah bertengkar apalagi saling menghina agama
yang lain.

Agama dan suku bangsa yang berbeda
hendaknya tidak menjadi penghalang bagi kita
semua dalam hidup bersama dan bersosialisasi
dengan masyarakat luas.

Toleransi antar umat beragama dan suku
bangsa akan menciptakan kerukunan hidup. Hidup
bermasyarakat akan menjadi damai, tenteram, dan
bersahaja.

Hendaknya perilaku toleransi beragama
diterapkan sejak anak masih kecil. Ini dimaksud agar

28

mereka akan dapat menghormati setiap perbedaan
yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.

Toleransi adalah sikap paling utama dalam
hidup bermasyarakat. Tanpa adanya toleransi maka
hidup kita akan menjadi kacau, ribut, dan tidak ada
kedamaian.

29

30


Click to View FlipBook Version