FOTO FEATURE
Foto feature adalah kebalikan dari foto
hard news, yaitu bisa muncul kapan saja
karena tidak terikat oleh waktu. Foto
feature bersifat faktual sehingga bisa
dinikmati kapan pun. Contoh dari foto
feature adalah foto kesenian, upacara
adat, dan lain-lain.
FOTO POTRET
Fokus utama dari foto jenis ini adalah
manusia. Dengan melihat foto potret,
pembaca bisa melihat secara jelas
ekspresi dari subjek di foto tersebut.
FOTO ILUSTRASI
Foto ilustrasi yang dimaksud adalah foto
yang digunakan sebagai pelengkap berita.
Foto ilustrasi digunakan untuk memberikan
pembaca gambaran umum tentang isi dari
berita tersebut.
Foto Esai adalah satu bentuk Foto Cerita yang
berisi rangkaian argumen. Muatan opini dari
fotografer sangat besar di bentuk ini.
Biasanya Foto Esai menggunakan teks dalam
porsi panjang dan bisa saja tidak dikerjakan
sendiri oleh si fotografer, melainkan oleh
penulis sebagai tim. Teks yang panjang
seringkali berisi data-data, statistik, dan
analisis.
Photo Essay – menceritakan sebuah kisah, dan biasanya bertujuan sesuatu misalnya
mengingatkan pemirsa akan bahaya narkoba, menceritakan pentingnya pelestarian lingkungan
dan lain-lain. Foto-foto bisa dibuat di tempat dan dengan subjek foto yang berbeda-beda tapi
masih satu topik yang sama.
Foto seri mirip dengan foto esai, yaitu
kumpulan foto yang menjelaskan suatu
peristiwa. Bedanya adalah setiap foto
berdiri sendiri. Jadi, dihilangkannya
satu foto tidak akan mengganggu atau
mengubah cerita dari sebuah
peristiwa.
Photo story/picture story – Bercerita tentang seseorang, tempat atau situasi, ada bagian
awal, tengah dan akhirnya. Misalnya cerita tentang kehidupan seorang petani, dokter, dll.
Foto sekuens adalah beberapa foto yang
menjelaskan terjadinya suatu peristiwa
secara kronologis. Setiap potongan foto
menjelaskan kejadian setelah foto
sebelumnya. Foto sekuens juga bisa dilihat
seperti potongan gambar dari video, padahal
bukan. Bisa terlihat seperti itu karena
pengambilan gambar dilakukan secara cepat
saat peristiwa tersebut terjadi.
06
1. Perencanaan
Perencanaan diperlukan dalam membuat foto jurnalistik agar menghasilkan foto dengan
nilai berita tinggi dan mampu membuat orang yang melihatnya tertarik juga dengan
gambar yang berkualitas. Berikut adalah tahapan - tahapan perencanaan.
▪ Mengumpulkan informasi tentang suatu peristiwa atau acara yang mengandung nilai
berita
▪ Merencanakan gambar seperti apa yang ingin dihasilkan
▪ Mempersiapkan peralatan sesuai kebutuhan
2. Menguasai Kamera dan Cahaya
Penulis Risalah Fotografi terkenal John Hedgecoe, menunjukkan bahwa untuk mencapai
hasil pemotretan yang sempurna, pewarta foto harus menguasai kamera dan cahaya
dengan tangkas dan trampil. Menentukan kecepatan, diafragma, penggunaan blitz, lensa
disesuaikan dengan keadaan cahaya dan objek, hal ini tentu sangat perlu diperhatikan.
Hasil foto harus jelas agar makna yang ingin disampaikan dapat diterima dengan jelas.
3. Detil Gambar
EDFAT adalah suatu metode pemotretan untuk melatih suatu detil yang tajam. Tahapan-
tahapan yang dilakukan pada setiap unsur adalah :
❖ Entire : Suatu keseluruhan pemotretan yang dilakukan begitu melihat suatu peristiwa
❖ Detail : Suatu pemilihan mana yang akan lebih difokuskan dari keseluruhan pemnadangan
atau entire tadi
❖ Frame : Setelah memilih satu fokus, lalu memberikan bingkai, fase ini mengantar
wartawan jurnalistik pada komposisi, tekstur, dan bentuk subjek pemotretan dengan
akurat
❖ Angle : adalah tahap dimana sudut pandang menjadi dominan, ketinggian, kerendahan,
level mata kiri, mata kanan dan cara melihat. Fase ini penting untuk mengkonsepsikan
visual apa yang diinginkan
❖ Time : Penentuan penyinaran dalam kombinasi yang tepat antara diafragma dan keempat
tingkatan yang telah dibahas tadi
4. Melakukan Pemotretan
Dalam pengambilan gambar harus tepat waktu, karena suatu momen berharga sangat jarang
terulang
07
Dalam foto jurnalistik, suatu foto bagus bisa
tidak berarti apa-apa tanpa caption. Karena
keberadaan caption sama pentingnya dengan
gambar itu sendiri. Caption membuat pembaca
tidak perlu menerka-nerka pesan dalam foto.
Caption adalah teks yang menyertai foto
jurnalistik. Fred S.Parrish dalam bukunya
“Photojournalism: An Introduction” menjabarkan
bahwa caption membantu mengarahkan
perspektif sebuah foto dan menjelaskan detail
informasi yang tidak ada dalam gambar,
membingungkan, atau tidak jelas.
Pada foto di samping, data yang bisa
disajikan adalah sebagai berikut,
● Who : Emilatul Husnah, 24 tahun
● What : Berlatih angkat berat.
● Where : Yogyakarta
● When : Senin, 19 Oktober 2015
● Why : Emilatul berlatih angkat berat
dengan tetap mengenakan hijab meski
dilarang saat bertanding.
Caption di atas bisa dibilang adalah teks pengantar
yang paling sederhana. Secara umum penulisan
caption dapat dibagi dua: complete caption dan
published caption.
Keterangan foto lengkap memuat semua
informasi berisi cerita dalam foto. Caption yang
lengkap biasanya disertai kelengkapan data
berupa 5W + 1H. Penulisannya berformat gaya
penulisan berita, yang dapat menjawab semua
pertanyaan terkait foto. Biasanya caption jenis
ini digunakan untuk foto lepas yang berdiri
sendiri.
Foto berita tunggal yang sifatnya berdiri sendiri
biasanya tidak terkait dengan pemberitaan
pada sebuah edisi tapi menceritakan kisahnya
sendiri. Foto jenis ini di surat kabar dapat
dipasang di halaman manapun termasuk
halaman terakhir.
Published caption: keterangan foto yang dibuat untuk disiarkan
atau dimuat melalui media massa.
Penyajian published caption lebih ringkas karena
tidak semua informasi yang dimiliki dicantumkan
dalam penulisannya. Pada published caption
biasanya memuat:
❑ Overline/tagline/atau judul. Sama seperti judul
berita tulis, gunanya untuk menarik perhatian
pembaca. Biasanya terdiri dari 2-3 kata dan
dipisah menggunakan tanda strip dengan teks foto
❑ Keterangan foto. Yaitu kalimat berisi
kejadian/peristiwa, nama, lokasi, dan waktu
pemotretan. Latar belakang foto yang dapat
memperkuat cerita dapat ditulis pada kalimat
kedua
Penulisan caption hendaknya
memperhatikan hal-hal berikut :
• Jelas menerangkan subjek foto
• Ringkas
• Memuat konteks foto
• Mengarahkan pembaca untuk
membaca artikelnya
Penting untuk dicermati ketika menulis caption adalah: Selalu gunakan kalimat
aktif dalam menulis. (Kalimat “A memberi bantuan kepada B.” lebih bertenaga
ketimbang, “B dibantu oleh A.”)
08
1. Menciptakan karya dalam komunikasi
2. Meningkatkan kreativitas dalam komunikasi
3. Memberikan informasi faktual
4. Mengungkap sebuah peristiwa
5. Meningkatkan penjualan produk
6. Mempromosikan produk
7. Menceritakan kehidupan seseorang
8. Membentuk komunitas
9. Membentuk opini publik
10. Membangun komunikasi yang efektif
11. Mempermudah proses adaptasi
12. Meningkatkan rasa percaya diri
13. Ekspresi diri
09
1. Akurat dan komprehensif
2. Lengkap
3. Hindari stereotip
4. Perlakukan subjek dengan hormat
5. Jangan ada ikut campur
6. Integritas
7. Jangan bayar narasumber
8. Hindari menerima hadiah
9. Jangan sabotase orang lain dengan sengaja
10
Ada tiga pekerjaan pokok yang harus
dilakukan oleh seorang foto jurnalis
yaitu; Memotret, Menulis, Memilih dan
Menyimpan. Sehingga tidak heran jika
naluri seorang foto jurnalis sangat
tajam, ketika membaca berbagai
macam persoalan yang dihadapi.
Reuters pada November 2006 menyusun HAL-HAL YANG PERLU DIMILIKI
Photographer’s Handbook yang dikirim ke JURNALIS FOTO:
seluruh stafnya. Nilai yang ditulis dalam
panduan tersebut: o NALURI BERITA
o INGIN TAHU DAN PANTANG
o AKURASI
MENYERAH
o INDEPENDENSI o PERILAKU BAIK
o KECEPATAN
o BEBAS DARI BIAS o WAWASAN DAN KREATIFITAS
o INTEGRITAS
VISUAL CHECKLIST Apakah terdapat relevansi editorial atau manfaat dalam foto?
▪ Foto aktif atau pasif?
Checklist untuk jurnalis foto yang disusun Larry ▪ Apakah foto belum pernah diliat sebelumnya atau berupa
Nighswander, direktur Ohio University School of
Visual Communication hal unik atau menarik semua orang yang melihat
▪ Apakah gaya foto dan tulisan konsisten
Apakah foto berkualitas Teknik unggul? ▪ Apakah foto berkomunikasi cepat, kuat, lebih baik, atau
● Fokus tajam
● Kontras baik lebih fasih ketimbang deskripsi kalimat sederhana
● Color balance benar ▪ Apakah foto punya konten visual, atau ceritanya berhenti
▪ Apakah foto melampaui hal basi dan mudah dipahami
Apakah foto memiliki komposisi kreatif? ▪ Apakah foto berisi informasi esensial untuk membantu
o Foreground dominan, berkontribusi pada background
o Refleksi pembaca memahami cerita
o Mengenalkan gangguan ke dalam satu situasi ▪ Apakah foto memiliki cukup pengaruh untuk
o Panning
o Mengenalkan warna dalam pemandangan yang menggerakkan pembaca
▪ Apakah foto gambling, menarik, berkomposisi bagus
monokromatik
o Juxtaposition untuk berdiri sendiri
o Aturan komposisi sepertiga ▪ Apakah informasi caption menjawab 5W+1H
o Decisive moment ▪ Apakah foto dan kesatuannya dengan caption objektif
o Framing
o Perspektif linear dan akurat dengan peristiwa
o Fokus yang selektif ▪ Apakah foto berupa dokumentasi yang tak ada artinya
o Siluet ▪ Apakah foto berkomunikasi secara efektif? Foto harus
bergerak, membangkitkan, menghibur,
menginformasikan atau membantu pembaca memahami
cerita
11
Jurnalisme warga muncul saat Mark Drudge menuliskan berita terkait perselingkuhan Bill
Clinton dengan stafnya pada 19 Januari 1998 di internet. Konsep jurnalisme warga
berkaitan dengan civic journalism atau public journalism di Amerika Serikat setelah
pemilihan presiden 1998. Gerakan tersebut muncul karena masyarakat mengalami krisis
kepercayaan terhadap media-media mainstream dan kecewa terhadap kondisi politik pada
masa itu. Inti dari jurnalisme warga ialah masyarakat berperan sebagai objek sekaligus
subjek berita
Jurnalisme warga (citizen journalism) adalah
kegiatan partisipasi aktif yang dilakukan oleh
masyarakat dalam kegiatan pengumpulan,
pelaporan, analisis serta penyampaian informasi
dan berita. Dalam jurnalisme warga, masyarakat
tidak hanya menjadi konsumen media tapi juga bisa
terlibat dalam proses pengelolaan informasi itu
sendiri. Pelibatan itu meliputi membuat,
mengawasi, mengoreksi, menanggapi, atau
sekadar memilih informasi yang ingin dibaca.
THE END