Serly Daud 48 - Mengasah berpikir kritis - Pendalaman sesuai keilmuan (3) Kegiatan Seventy Kegiatan seventy merupakan kegiatan peserta dimentorin oleh pihak-pihak yang berkompeten dibidangnya, seperti dokter ruang/ umum, dokter praktek, direktur rumah sakit maupun pihak lainnya. Mentoring dilaksanakan secara pribadi dalam pelaksanaan tugas-tugas keperawatan maupun kegiatan pelayanan kesehatan kepada pasien. Selain itu dilakukan pula mentoring kepada peserta secara berkelompok untuk menilai kemampuan peserta dalam melaksanakan kerjasama dan kolaborasi dalam pelaksanaan tugas-tugas. Langkah-langkah kegiatan seventy adalah sebagai berikut: (a)Kegiatan Mentor - Concrete Experience(CE)/ tahap pengalaman konkrit Mentor memfasilitasi peserta pelatihan melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru - Reflection Observation(RO)/ Tahap pengalaman refleksi observasi Mentor membantu dan membimbing peserta pelatihan dalam melakukan observasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi - Abstract Conceptualization (AC)/ tahap konseptualisasi abstrak Mentor menjelaskan kepada peserta pelatihan menciptakan konsepkonsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori - Active Experimentation (AE)/ tahap implementasi Mentor membimbing peserta pelatihan menggunakan teori untuk memecahkan masalahmasalah dan mengambil keputusan yang berdasarkan pengalaman. (b) Kegiatan Peserta - Concrete Experience(CE)/ tahap pengalaman konkrit Peserta pelatihan melibatkan diri sepenuhnya dalam pengalaman baru - Reflection Observation(RO)/ Tahap pengalaman refleksi observasi Peserta pelatihan mengobservasi dan merefleksikan atau memikirkan pengalaman dari berbagai segi - Abstract Conceptualization (AC)/ tahap konseptualisasi abstrak
TTS 49 Peserta pelatihan menciptakan konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori - Active Experimentation (AE)/ tahap implementasi Peserta pelatihan menggunakan teori untuk memecahkan masalahmasalh dan mengambil keputusan Pendekatan partisipatif dimaksudknya agar peserta berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan pelatihan, seperti terlibat dalam proses diskusi, penemuan dan pemecahan masalah, berperan serta dalam pengambilan keputusan yang berhubungan dengan materi pembelajaran dan pelatihan. C. Evaluasi Evaluasi dilaksanakan selama proses pelatihan berlangsung. Pada awal pelatihan dilaksanakan pretest untuk mengetahui kompetensi awal peserta pelatihan. Selama proses pelatihan dilakukan pengamatan terhadap kegiatan peserta dalam pelatihan baik pengamatan terhadap keterampilan dan sikap. Sedangkan pada akhir pelatihan dilakukan postest untuk mengetahui peningkatan kompetensi peserta setelah mengikuti seluruh kegiatan pelatihan dan pembelajaran. D. Output Hasil penilaian terhadap pelaksanaan pelatihan diorientasikan pada pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Pada aspek pengetahuan yang dikembangkan adalah pemahaman terhadap keseluruhan materi yang disampaikan. Pada aspek keterampilan, peserta pelatihan dikembangkan keterampilannya pada keseluruhan tahapan model Teen, Twenty dan Seventy (TTS)l pengembangan pendidikan dan pelatihan kompetensi perawat berbasis Service Excellent yang terdiri atas: pengetahuan sikap dan keterampilan. E. Outcome Pelaksanaan model Teen, Twenty dan Seventy (TTS)l pengembangan pendidikan dan pelatihan kompetensi perawat berbasis excellent diharapkan mampu meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat, yaitu: a. Komunikasi Efektif Komunikasi efektif yang diterapkan oleh perawat dalam melaksanakan pelayanan prima adalah: a) Situation/Situasi , meliputi: (a) Identifikasi unit, pasien, status penyebab dari status klinik, (b) Status diagnosa
Serly Daud 50 (c) Status secara singkat seperti kapan dimulai, tujuan dari transfer dan indikasi klinik atau tujuan dari tes diagnosis. menyebutkan nama pasien, umur pasien, tanggal pasien masuk, hari rawatan dan diagnosa medis, menjelaskan masalah kesehatan pasienatau keluhan, dijelaskan melalui pertanyaan seperti : apakah situasi dan kondisi pasien saat ini. b) Background / latarbelakang meliputi: (a) Tanggal penerimaan, vital sign, alergi, situasi nyeri, medikasi (dosis obat), antibiotik, IV infus, hasil laboratorium, diit, klinik informasi lainnya meliputi jenis monitoring yang dibutuhkan. (b) Menyebutkan tenaga kesehatan (dokter penanggung jawab/ perawat) dan diagnosa medis sementara, riwayat alergi, obatobatan dan cairan infus yang digunakan c) Assesment/Penilaian meliputi: (a) Prioritas dari fokus masalah, karakteristik nyeri, pencegahan keamanan petugas kesehatan, kemampuan koping dari penyakitnya, pencegahan kulit, monitoring gastroentestinal perdarahan. (b) Menjelaskan secara lengkap hasil pengkajian pasien terkini seperti status mental, status emosional, kondisi kulit dan saturasi oksigen, tanda vital, kesadaran, menjelaskan pemeriksaan yang mendukung dan hasil laboratorium. (c) Menyatakan kemungkinan masalah terkait tindakan yang diberikan kepada pasien, menjelaskan informasi klinik yang mendukung, menyebutkan status tindakan pasien dilanjutkan atau diberhentikan d) Recommendation/Rekomendasi meliputi: (a) Pasien harus segera diperiksa, perintah terbaru, perintah diubah, pencegahan keselamatan dari petugas dan pasien, transfer pasien, medikasi infus, monitoring dan intervensi nyeri. (b) Rekomendasi berisi tentang tindakan keperawatan yang sudah dan belum teratasi dan tindakan yang diberhentikan, dilanjutkan atau modifikasi, mengusulkan dokter untuk meninjau langsung pasien dan menanyakan dokter tentang langkah selanjutnya. b. Pelayanan Prima
TTS 51 Pelayanan prima yang dikembangkan oleh perawat dalam melaksanakan pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut: a) Komunikasi Efektif Dalam melaksanakan tugasnya, perawat senantiasa melakukan komunikasi dengan pasien. Oleh karena itu perawat dituntut untuk mampu melakukan komunikasi secara efektif agar pasien dapat menerima informasi yang diberikan oleh perawat dengan tepat. Selain dengan pasien, komunikasi juga dilakukan antar paramedis. Komunikasi yang baik antar paramedis tidak hanya memperbaiki pelayanan yang diterima pasien tetapi juga menjaga pasien dari bahaya potensial akibat salah komunikasi. b) Mendengarkan Aktif Mendengarkan secara aktif mempunyai makna bahwa mendengar bukan untuk menjawab akan tetapi mendengar untuk mengerti dan memahami. Dengan demikian jika perawat dalam mendengarkan keluhan pasien tentang penyakitnya, maka perawat akan dapat mengerti bahwa apa yang dikeluhkan merupakan kondisi yang sebenarnya, sehingga respon yang diberikan perawat terasa tepat dan benar bagi pasien, karena ekspresi yang muncul baik verbal maupun non verbal dari perawat sesuai dengan keluhan dan kondisi pasien. c) Empati Empati merupakan kemampuan dan kesediaan untuk mengerti, memahami dan ikut merasakan apa yang dirasakan, apa yang dipikirkan dan apa yang diinginkan pasien. Di dalam empati perawat diharapkan akan mengerti dunia pasien, alam pikiran pasien atau internal frame of reference. Di dalam empati perawat harus masuk ke dalam alur pemikiran dan perasaan pasien tanpa terbawa oleh pasien. c. Kepuasan Pasien Secara sederhana kepuasan pelanggan merupakan keadaan dimana kebutuhan, keinginan, dan harapan pelanggan dapat terpenuhi melalui produk yang dikonsumsi. Pasien akan puas apabila layanan yang didapatkannya sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pasien. Sedangkan ketidakpuasan akan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan pasien. d. Kesehatan Masyarakat
Serly Daud 52 Kesehatan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh semua makhluk hidup di muka bumi ini. Karena kondisi tubuh yang sakit, akan membuat seseorang menjadi tidak produktif dan bisa mendapatkan risiko kematian. Kesehatan masyarakat yang dimaksud adalah: (1) Sehat Fisik. Memiliki arti bahwa kondisi dimana tubuh seseorang berada dalam keadaan sehat dan bugar. (2) Sehat Sosial . Kondisi dimana seseorang mampu untuk menjalin hubungan yang bai dengan orang – orang disekitar (3) Sehat Jiwa. Sehat jiwa meliputi banyak kondisi, diantaranya adalah Merasa senang dan bahagia, Mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari – hari, hingga mampu menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan teman – teman di sekitarnya.
TTS 53 BAB V Penutup umah Sakit Umum Daerah Toto Kabila yang selanjutnya disingkat dengan RSUD Toto Kabila adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan mengutamakan pengobatan dan pemulihan tanpa mengabaikan peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit yang dilaksanakan melalui penyediaan pelayanan rawat inap, rawat jalan, gawat darurat, tindakan medik, dan penunjang medik. Dalam pelaksanaan pelayanan kepada pasien maka rumah sakit Toto Kabila melakukan peningkatan kompetensi perawat melalui pelatihanpelatihan dalam upaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap perawat itu sendiri. Service Excellence sangat penting karena bisa memberikan efek yang luar biasa pada pasien. Mereka pada dasarnya tidak hanya ingin berobat namun juga ingin diperhatikan, di hormati dan disanjung. Jika semua lini di rumah sakit tersebut mampu memberikan Service Excellence di rumah sakit yang bagus efeknya tidak hanya kepuasan pasien namun omset yang didapat juga akan meningkat. Semua itu karena pelayanan yang diberikan semua karyawan di rumah sakit yang benar-benar memuaskan bahkan pasien merasa terpuaskan lebih dan dihargai. Jika pasien merasa puas mereka tidak hanya menggunakan jasa itu sekali lagi namun mereka secara tidak langsung akan mempromosikan pengalaman mereka terhadap Service Excellence di rumah sakit tersebut. Orang akan lebih tertarik bila mereka mendengarkan langsung pengalaman dari seseorang terhadap pelayanan tertentu. Jadi Service Excellence sangat diperlukan bukan hanya untuk kepuasan pelanggan namun juga untuk masa depan rumah sakit tersebut. R
Serly Daud 54 Daftar Pustaka Aisyah, Nor dan Wordoyo, N. B., 2012, Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pertolongan Pertama Kecelakaan Anak di Rumah Desa Sumber Girang RW 1 Lasem Rembang, Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 2 (1). Akhtan, Z. M. 2010. Patients Satisfaction EvaluatingNursing Care for Patients Hospitalized With Cancer in TehranTeaching Hospitals, Iran. Journal of Quality Management in Health Care, 12 (3), 187-191. Ayuningrum, D & Susilowati, E. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Protista. Unnes Journal of Biology Education 4 (2) (2015) 124-133. [Online]. Diakses dari: http://apps.fischlerschool.nova.edu/toolbox/ instructional products/itde8005/ weeklys/1993-AndersonLearningProblemSolving.pdf Barata, Adya. 2014. Dasar- Dasar Pelayanan Prima. PT. ElexMedia Komputindo,. Jakarta Daryanto, Ismanto Setyabudi. 2014. Konsumen dan Pelayanan Prima. Jakarta: Gava. Media Djafri, Novianti, 2018. Manajemen Pelayanan (Berbasis Revolusi Mental). Gorontalo. Ideas Publishing Frimayasa, A. 2017. Konsep Dasar dan Strategi Pelayanan Prima (Service Excellent Pada Indosat Ooredo. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 17. Ghufran, A. M. 2017. Strategi Terkini Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan: Konsep dan Implementasi, Pusat Pengembangan Sistem Pembiayaan dan Manajemen Asuransi/ Jaminan Kesehatan. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Hidayat, A. A. 2014. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.
TTS 55 Hidayat, A. Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba. Medika Immas komariyah. 2016. Manajemen Sumber Daya. Manusia. Bandung: Alfabeta Kamaruzzaman, B.Y., Jalal, K.C.A., Shahbudin, S., dan Mohd, N., 2009. Accumulation of Lead and Copper in Rhizophora apiculata From Setiu Mangrove forest, Terengganu Malaysia. Journal of Environmental Biology, International Islamic University Malaysia. 30(5): 821-824. Karunia, E., 2016. Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Kemandirian Activity of Daily Living Pascastroke Association Between Family Support and Post-Stroke Activity of Daily Living Autonomy. Jurnal Berkala Epidemiologi Unair. Vol. 4. No. 2. Pp : 213 – 224. https://ejournal.unair.ac. id/JBE/article/view/2147/2462. Diakses: 26 Pebruari 2023 Kusnanto. 2009. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional, Jakarta: EGC Kusumapradja, Lilisantosa, K., R., Anindita, R., & Ruswanti, E. 2021. The Role of Quality Work of Life on Turnover Intention in Gading Pluit Hospital. in Journal. Jurnal Keseahatan , vol 46. Levey, Samuel and Loomba, Paul, 2013, Health Care Administration: “A Managerial Prespectiv”. Journal Medicine and Health Care Vol: 3, No: 2. Lukman Sampara dan Sugiyanto. 2019. Pengembangan Pelaksanaan Pelayanan. Prima. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Maddy, Khairul. 2019. Hakikat dan Pengertian Pelayanan Prima. Jakarta: Chama. Nursalam. 2011. Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik. Jakarta: Salemba Medika. Potter A , & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,. Dan Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC
Serly Daud 56 Pratomo & Shaff, Akhsin. 2010. Pelayanan Prima. Bandung: Angkasa Bandung. Rahmayanty, Nina. 2013. Manajemen Pelayanan Prima : Mencegah Pembelotan dan Membangun Customer Loyality. Jakarta :Graha Ilm Sari Andini, Riasti. 2013. Perbandingan Kepuasan Pelayanan Pasien Rawat Jalan Askes dan Pasien Rawat Jalan Jamkesmas di Poliklinik Kulit dan Poliklinik Penyakit Damlam Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi. Laporan Hasil Karya Tulis Ilmiah. Program Pendidikan Sarjana Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang Satori Djam'an, 2017, Metode Penelitian Kualitatif Bandung: Alfabeta Shalahuddin Iqbal , 2020. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Ripin Kabupaten Muaro Jambi Terhadap Pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs). Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Somantri, I. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem. Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika Suminar, R., dan Apriliawati, M. 2017. Pelayanan Prima Pada Orang Tua Siswadi Sempoa SIP TC Paramount Summarecon. Jurnal Sekretari Vol. 4No.2hal. 9. Wardah, Febrina, Dewi. 2017. Pengaruh Pengetahuan Perawat Dalam Pemenuhan Perawatan Spiritual Pasien Di Ruang Intensif. Jurnal Edurance, Vol 2 No 3. Wibowo. 2017. Manajemen Kinerja. Edisi Ke-5. Jakarta. Rajawali Press Widyasari Purnama Sari, Tri. 2019. Pengaruh Service Excellence Dan Kualitas jasa terhadap Kepuasan Konsumen Aba Komputer samarinda. Cendekia (Jurnal Pendidikan Dan Pengajaran) Ikip Pgri Kalimantan Timur Volume 3, Nomor 1, Desember 2019 Wulandari, 2016 Buku Ajar Keperawatan Anak.Yogyakarta : Pustaka pelajar
TTS 57 Yulianti., Rosyidah., dan Hariyono, Widodo. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Perawat dengan Penerapan Universal Precaution pada Perawat di Bangsal Rawat Inap Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal KESMAS UAD Volume 5, No. 2, Juni 2011, ISSN: 1978-0575. Universitas Ahmad Dahlan : Yogyakarta. Zainal, Veithzal Rivai S. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk. Perusahaan . Edisike-7. Depok: PT RAJAGRAFINDO Zulkarnain Wildan, M., & Raden Bambang Sumarsono, M. 2018. Manajemen dan Etika Perkantoran Praktik Pelayanan Prima. Bandung: PT Remaja. Rosdakarya.