The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

Buku ini mendeskripsikan tentang tradisi bakatik adat yang salah satunya ada di kabupaten yang terletak di bagian selatan Sumatera Barat yaitu di Kanagarian Barung-Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by huriyahqurratuu, 2024-05-08 11:30:24

Tradisi Bakatik (Berkhatib) Adat di Kanagarian Barung-Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan

Buku ini mendeskripsikan tentang tradisi bakatik adat yang salah satunya ada di kabupaten yang terletak di bagian selatan Sumatera Barat yaitu di Kanagarian Barung-Barung Balantai Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan.

Keywords: tradisi lisan,memperingati hari raya,Idul Fitri,Bakatik Adat,patut dilestarikan

BAKATIK ADAT di Kanagarian Barung-Barung Balantai Huriyah Qurrotu Aini


Puji syukur penulis ucapkan kehadirat kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Paket Informasi Tradisi Bakatik Adat di Kanagarian Barung-Barung Balantai Kabupaten Pesisir Selatan”. Paket informasi ini merupakan sebuah referensi yang berisi sebuah informasi mengenai salah satu tradisi lisan yang masih dipertahankan di Kanagarian Barung-Barung Balantai. Penulis sadar bahwa paket informasi tidak berhasil hanya dengan usaha penulis saja, tetapi juga dengan bantuan dari berbagai pihak yaitu berupa bimbingan. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan ibu Dr Nurizzati, M. Hum. selaku pembimbing penulis dalam menulis paket informasi ini serta kepada narasumber yang telah memberikan waktunya untuk bersedia memberikan informasi. Penulis menyadari bahwa paket informasi ini masih terdapat kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan paket informasi ini oleh berbagai pihak. Padang, April 2024 Penulis KATA PENGANTAR i Huriyah Qurrotu Aini


DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................ii DAFTAR GAMBAR........................................................................iii BAB I Gambaran Umum Kanagarian Barung-Barung Balantai..........1 1.Letak Kanagarian Barung-Barung Balantai............................3 2.Kondisi Alam Kanagarian Barung-Barung Balantai...............5 3.Sejarah Kanagarian Barung-Barung Balantai.........................7 BAB II TRADISI BAKATIK ADAT.................................................9 Konsep Tradisi Bakatik Adat.................................................10 1.Asal-Usul Tradisi Bakatik Adat...........................................11 2.Bakatik Adat........................................................................13 3.Persiapan Upacara Tradisi Bakatik Adat.............................17 4.Pakaian Pelaksana Tradisi Bakatik Adat..............................25 5.Proses Pelaksanaan Upacara Tradisi Bakatik Adat..............30 BAB III PENUTUP.........................................................................38 A. Kesimpulan..........................................................................39 B. Saran...................................................................................39 ii DAFTAR PUSTAKA......................................................................40


DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kanagarian Barung-Barung Balantai..............................1 Gambar 2. Peta Kanagarian Barung-Barung Balantai......................3 Gambar 3. Kondisi Alam Barung-Barung Balantai...........................5 Gambar 4. Kondisi Alam Barung-Barung Balantai...........................6 Gambar 5. Warung Pada Zaman Dahulu.........................................7 Gambar 6. Mempersiapkan Sarana dan Prasarana.........................18 Gambar 7. Saluak..........................................................................25 Gambar 8. Baju Gadang.................................................................25 Gambar 9. Sarawa Gadang............................................................26 Gambar 10. Salempang....................................................................26 Gambar 11. Karih............................................................................26 Gambar 12. Sasampiang..................................................................26 Gambar 13. Cawek..........................................................................27 Gambar 14. Tungkek.......................................................................27 Gambar 15. Baju Imam Katik (Khatib)............................................28 Gambar 16. Baju Dubalang..............................................................28 Gambar 17. Baju Bundo Kanduang..................................................29 Gambar 18. Baju Peserta Bakatik Adat...........................................29 Gambar 19. Arak-Arakan................................................................30 Gambar 20. Silat Tradisional...........................................................31 Gambar 21. Penyambutan dengan Silat Tradisional.........................31 Gambar 22. Pembukaan upacara bakatik adat.................................32 Gambar 23. Tari Pasambahan.........................................................32 Gambar 24. Tarian Kreasi Minang..................................................33 Gambar 25. Pamuko Adat bersama Wali Nagari.............................33 Gambar 26. Pembacaan Pidato oleh Katik (Khatib).........................34 Gambar 27. Penutupan Upacara Bakatik Adat................................37 iii


Gambaran Umum Kanagarian Barung-Barung Balantai BAB I


Gambaran Umum Kanagarian Barung-Barung Balantai 1 Barung-Barung Balantai adalah salah satu kanagarian yang ada di Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Kabupaten Pesisir Selatan ini merupakan salah satu dari 19 Kabupaten di Provinsi Sumatera Barat dengan luas wilayah 5.749,89 km2. Letaknya memanjang dari utara ke selatan di pantai barat sebelah selatan provinsi ini. Kecamatan Koto XI Tarusan memiliki luas wilayah 484,71 km2 dan terbagi atas 23 nagari dan salah satunya Kanagarian Barung-Barung Balantai asli yang dipecah menjadi empat kanagarian, yaitu BarungBarung Balantai, Barung-Barung Balantai Timur, Barung-Barung Balantai Tengah dan Barung-Barung Balantai Selatan. Gambar 1. Kanagarian Barung-Barung Balantai Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


Kanagarian Barung-Barung Balantai memiliki ikon berupa durian untuk menggambarkan bahwa wilayah ini merupakan penghasil durian yang cukup terkenal. Selain itu, kanagarian Barung-Barung Balantai merupakan daerah sentra kerajinan sulaman bayangan dan telah memiliki hak paten resmi. Secara umum pendapatan pokok masyarakat berasal dari hasil pertanian berupa padi, gambir, durian, dan dari hasil kerajinan sulaman bayangan serta dari kiriman perantau. 2 Dari sumber-sumber pendapatan itulah kegiatan bakatik adat dapat dilaksanakan. Pelaksanaan bakatik adat sampai saat ini tetap diikuti oleh keempat nagari atau secara umum sebagaimana pelaksanaannya sebelum nagari asli dipecah. Kegiatan bakatik adat ini selain memperluas hubungan persahabatan, persatuan dan kesatuan warga diluar daerah setempat, juga mempererat hubungan antara masyarakat. Karena untuk pelaksanaan kegiatan bakatik adat dibutuhkan kerjasama, saling bantu-membantu, bahu-membahu di antara masyarakat baik tenaga, materi berupa dana dan prasarana lainnya. Sekarang sifat kebersamaan antar masyarakat mulai luntur dan patut menjadi perhatian. Karena itu kegiatan bakatik adat perlu didokumentasikan dalam bentuk tertulis sebagai upaya menjaga dan melestarikan tradisi adat, dan untuk menjadi pedoman pelaksanaan di masa depan sehingga nilai-nilai baik yang terkandung dalam kegiatan bakatik adat dapat terus diwariskan kepada generasi berikutnya.


Kanagarian Barung-Barung Balantai memiliki jarak tempuh dari ibu kota Kecamatan Koto XI Tarusan 12 km, ke ibu kota Kabupaten (Painan) 30 km, dan ke ibu kota provinsi (Padang) 41 km. 1. Letak Kanagarian Barung-Barung Balantai 3 Kanagarian Barung-Barung Balantai mempunyai luas wilayah 15,60 km2 atau 3,67 persen dari luas wilayah Kecamatan Koto XI Tarusan. Gambar 2. Peta Pesisir Selatan yang Menunjukkan Kanagarian Barung-Barung Balantai Sumber: https://hanurapessel.wordpress.com


Adapun batas-batas daerahnya yaitu sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Nagari Barung-Barung Balantai Tengah 1. 2.Sebelah Selatan berbatasan dengan Nagari Duku 3.Sebelah Barat berbatasan dengan Nagari Mandeh, Sungai Pisang 4.Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Solok Berdasarkan data penduduk kecamatan koto XI Tarusan pada Maret 2024 jumlah penduduk di Kanagarian Barung-Barung Balantai: Barung-Barung Balantai/Pasar dengan jumlah penduduk 4.909 jiwa (2.425 orang laki-laki dan 2.484 perempuan). 1. Barung-Barung Balantai Timur/Koto Panjang dengan jumlah penduduk 1.450 jiwa (700 orang laki-laki dan 750 perempuan). 2. Barung-Barung Balantai Tengah/Talawi dengan jumlah penduduk 1.722 jiwa (865 orang laki-laki dan 857 perempuan). 3. Barung-Barung Balantai Selatan/Koto Pulai dengan jumlah penduduk 2.371 jiwa (1.591 orang laki-laki dan 780 perempuan). 4. 4


1. Topografi Daerah Kanagarian Barung-Barung Balantai terdiri dari daratan rendah, sehingga banyak terdapat persawahan dan perladangan. Kanagarian ini dikelilingi oleh bukit-bukit dan gunung yang ditumbuhi oleh kayu besar dan kecil serta hutan belukar. Kanagarian ini mempunyai ketinggian 100-400 m diatas permukaan laut. Nagari Barungbarung Balantai didominasi oleh hutan (83 %). Nagari ini diapit oleh Sungai Batang Tarusan di sebelah Timur dan Hutan Taman Nasional di sebelah Barat. 2. Kondisi Alam Kanagarian Barung-Barung Balantai 5 Gambar 3. Kanagarian Barung-Barung Balantai Sumber: Dokumentasi Pribadi


Kanagarian Barung-Barung Balantai berikilim tropis, tidak terlalu dingin dan tidak teralu panas. Temperatur bervariasi antara 23 C hingga 32 C disiang hari dan 20 C hingga 28 C dimalam hari dengan curah hujan rata-rata 224.63 mm perbulan. 2. Iklim Gambar 4. Kanagarian Barung-Barung Balantai Sumber: Dokumentasi Pribadi 6


Ditinjau dari segi nama, Barung-Barung Balantai berasal dari warung-warung dan balantai yang artinya pondok-pondok yang sudah ada lantainya (tanah yang sudah dikeraskan). Dahulu kala sebagian besar daerah ini merupakan rawa-rawa. Di rawa-rawa itu orang mendirikan warung-warung yang berlantaikan kayu. Pada masa lalu Barung-Barung Balantai merupakan tempat persinggahan bagi orang yang hendak ke Padang. Di antara warga yang sering singgah berasal dari Nagari Lunang Kabupaten Pesisir Selatan. Karena orang Lunang tidak bisa menyebut huruf W, maka mereka menyebut Barung-Barung Balantai dengan nama warungwarung balantai. 3. Sejarah Kanagarian Barung-Barung Balantai 7 Gambar 5. Warung Pada Zaman Dahulu Sumber: https://www.harianhaluan.com/nasional/pr-102690373/


8 Menurut tambo, rombongan dari Luhak Tanah Datar yaitu dari daerah Pariaman, Padang Panjang berjalan menuju arah selatan menetap di Solok, kemudian berkembang kearah pesisir bagian selatan yaitu daerah Lumpo dan Salido dari daerah inilah berkembangnya daerah lain seperti Barung-Barung Balantai serta ke seluruh Pesisir Selatan. Asal usul suku Minangkabau yang mendiami daerah Rantau Pesisir dapat dibedakan atas beberapa rombongan antara lain: Rombongan Batipuah yang turun ke pakandangan dan menuju ke Barat terus ke Toboh, Sintuk dan kemudian berkembang ke Utara sampai ke sungai Geringging. 1. Rombongan Ranah Batipuah serta lima kaum sejumlah 73 ninik mamak yang turun melalui Bukit Kandang (Simawang) kemudian menurun ke Singkarak, selanjutnya ke Solok Selayo. Dalam daerah ini terjadi perkembangan Sirukam dan Supayang yang telah menjadi nagari. Dari Supayang dan Sirukam ini terus berkembang sampai ke Tambang-Lumpo, Nagari Salido. Koto Palabuhan Salido dibawah pengawasa Syahbandar Dt Sutan Sinayo Adun-Adun yang berhubungan dengan Sungai Pagu pada waktu kerajaan Sungai Pagu menjadi serambi kerajaan Pagaruyung. Terutama kedalamnya adalah Bunga Pasang (Painan) dan Bandar yaitu Batang Kapas, Taluak Surantiah, Kambang, Lakitan, Palangai, Sungai Tunu, Sungai Muaro Labuah. 2. Darwin Husein Katik Endah, tokoh adat dalam Kanagarian Barung-Barung Balantai, wawancara tanggal 27 Februari 2024 1


BAB II TRADISI BAKATIK ADAT


Tradisi lisan adalah berupa pengetahuan dan adat kebiasaan yang secara turun-temurun disampaikan secara lisan Hoed (2008: 184). Segala bentuk tradisi lisan masyarakat Minangkabau mengandung berbagai nilai informasi, seperti informasi nilai religi, informasi nilai sejarah, informasi adat dan kebiasaan masyarakat, informasi yang memiliki nilai kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat seharihari, serta informasi yang mengandung silsilah atau keturunan suatu keluarga dalam masyarakat. 10 Rosa (2014) mendefenisikan bahwa pidato adat merupakan salah satu bentuk sastra lisan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat Minangkabau. Pidato adat Minangkabau adalah salah satu bentuk karya sastra Minangkabau. Pidato adat mengandung makna yang dalam dan terhimpun di dalam ungkapan, petatah petitih, dan mamangan. Pidato terdiri atas kata-kata berkias, beribarat, dan berumpama. Selain itu, untuk memahaminya diperlukan sejumlah pengetahuan tentang Minangkabau. Pengetahuan dasar yang diperlukan untuk memahami pidato adat itu ialah budaya Minangkabau, bahasa Minangkabau, dan makna kiasan ungkapan Minangkabau. Tanpa memiliki pengetahuan dasar itu akan sulit mengungkap kan makna pidato adat Minangkabau. Bakatik adat adalah bagian dari tradisi lisan yang disampaikan dengan cara berpidato. Dimana pidato adat ini disampaikan oleh katik (khatib) dari tiap-tiap suku secara bergantian setiap tahunnya dengan isi pidato yang sama. KONSEP TRADISI BAKATIK ADAT


Sebelum perang paderi pada abad ke-18 katik (khatib) selalu dijaga oleh dubalang saat membacakan khutbah katik (khatib), hal ini karena saat penyebaran agama Islam banyak pertentangan di antara masyarakat yang masih kuat memegang adat, perubahan tata cara beragama dari Hindu-Islam masih sulit diterima seutuhnya oleh masyarakat, sehingga saat katik menyampaikan kutbah keagamaan dubalang harus ketat menjaga katik. 11 1. Asal-Usul Tradisi Bakatik Adat 2 Busril Katik Sati, tokoh adat dalam Kanagarian Barung-Barung Balantai, wawancara tanggal 2 Februari 2024 Pada zaman dahulu, saat katik selesai menyampaikan khutbah maka ia harus cepat diselamatkan untuk menyeberang sungai di depan mesjid, jika katik berhasil menyebrangi sungai maka dia selamat dan tidak dibunuh. Tetapi jika dan dirinya sendiri tidak bisa diselamatkan maka katik akan terbunuh dan kaumnya akan mencari katik yang baru. Begitulah beratnya perjuangan untuk menegakkan agama Islam di zaman itu. Alasan kaum adat tidak senang dalam penerapan agama Islam, misalnya dalam sholat yang memimpin adalah orang yang paham agama dan berbaris didepan orang yang dahulu datang, hal tersebut yang tidak disenangi oleh kaum adat karena menganggap dalam konsep agama Islam mereka merasa tidak dihargai, karena posisi mereka dalam Islam setara dan tidak memandang jabatan. Sementara dalam agama Hindu dalam kegiatan keagamaan posisi mereka disediakan tempat khusus didepan. Dan untuk menghormati perasaan orang kaum adat itulah diadakan khutbah setelah pelaksanaan hari raya Idul Fitri yang biasanya pada hari ketiga, sehingga katik bebas menyampaikan petuah agama kepada anak kemenakannya, yang penyelenggaranya adalah kaum adat.


12 Setelah perang Paderi tahun 1837 dalam rapat adat dan agama di piagam bukit marapalam diperoleh pepatah “adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah”, petatah tersebut lahir sebagai bentuk perdamaian antara kalangan adat dan agama. 3 H. Abdul Kadir Usman Dt. Yang Pertuan. Sekilas Tentang Upacara Bakatik. 2001 Pada tahun 1960 naskah khutbah dengan tulisan Arab-Melayu dalam lembaran kertas yang bersambung-sambung panjang beberapa meter, digulung dalam satu rol bulat dan disimpan rapi di kantor wali nagari sebagai dokumen milik nagari, untuk digunakan secara bergiliran diantara empat suku. Naskah ini diduga di salin dari naskah khutbah yang berasal dari kanagarian di daerah Solok (Guguk, Talang, Cupak, Koto Baru, Gantung Ciri, dll). Tahun 1970 naskah pidato khutbah diganti kedalam tulisan latin, setelah jatuhnya pemberontakkan PKI yang ke tiga, karena perlu dilakukan pembaruan tema khutbah yang disesuaikan karena pimpinan adat dan masyarakat tidak taat pada ketentuan-ketentuan hukum adat yang bersandikan syara’ sebagai hukum dasarnya dan lunturnya kepedulian warga kepada nagarinya. Maka naskah pidato khutbah disusun setiap tahun sesuai kebutuhan dan kondisi yang objektif untuk kepentingan anak nagari. Dahulu kegiatan bakatik adat ini diadakan di beberapa daerah Kecamatan Koto XI Tarusan yaitu Simpang III Bungus, Taluak Kabuang, Siguntur, Sungai Lundang dan Barung-Barung Balantai . Tetapi setelah perang PRRI, kegiatan bakatik adat hanya dilaksanakan di Kanagarian BarungBarung Balantai asli yang saat ini dipecah menjadi empat kanagarian yaitu Barung-Barung Balantai, Barung-Barung Balantai Timur yaitu jorong Koto Panjang, Barung-Barung Balantai Tengah yaitu jorong Talawi, dan Barung-Barung Balantai Selatan yaitu jorong Koto Pulai. (Usman, 2001).


Bakatik adat merupakan upacara yang sangat penting dan berperan sekali dalam kehidupan masyarakat Barung-Barung Balantai. Bakatik adat tidak hanya sekedar upacara sakral tetapi juga merupakan pembentuk hubungan sosial masyarakat yang sampai pada saat ini terbina baik dalam kehidupan masyarakat setempat. Pelaksanaan upacara tradisi bakatik adat mencerminkan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta nilai yang paling tinggi yaitu nilai keagamaan yang dianut masyarakatnya. 13 2. Bakatik Adat Bakatik adat berasal dari bahasa Minangkabau dan sebutan masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai terhadap acara adat. Bakatik dalam bahasa minang, dan bahasa Indonesia adalah berkhatib, dan memiliki arti yang sama. Asal kata berkhatib adalah katib, yang artinya ahli pidato, atau orang menyampaikan khutbah (penceramah) yang biasanya disampaikan pada saat sholat hari raya Idul Fitri. Bakatik yang dilaksanakan di Kanagarian Barung-Barung Balantai merupakan orang (khatib)/katik yang menyampaikan pesan-pesan (nasehat-nasehat) keagamaan kepada seluruh masyarakat. Perbedaan khutbah Jum’at dengan bakatik adalah khutbah Jum’at hanya dihadiri oleh kaum laki-laki, sedangkan bakatik seluruh masyarakat mendengarkannya.


14 Bakatik adat merupakan suatu tradisi yang ada di Kanagarian Baruang-Baruang Balantai yang dilaksanakan pada hari raya Idul Fitri dimana diadakan suatu pertemuan antara ninik mamak dengan anak kamanakan dan anak nagari dalam rangka menyampaikan pesan yang berisikan ajaran-ajaran yang terkandung dalam adat istiadat Minangkabau yang ada di sekitar nagari. Pelaksana upacara bakatik adat adalah empat suku yang bertanggung jawab secara bergiliran satu kali dalam empat tahun. Empat Suku yang terlibat dalam acara bakatik acara ini adalah: 1.Suku Caniago 2.Suku Malayu 3.Suku Jambak 4.Suku Tanjuang Bakatik dilakukan oleh masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai untuk memeriahkan hari raya Idul Fitri dalam rangka memperingati hari raya Idul Fitri. Untuk memperigati upacara bakatik adat keempat suku di Kanagarian Barung-Barung Balantai selalu berupaya memeriahkan acara tersebut dan saling memperlihatkan rasa kebersamaan baik sesama satu suku maupun seluruh lapisan masyarakat, misalnya giliran suku Malayu yang mengadakan upacara bakatik, maka kaum suku Malayu bersama-sama berupaya untuk memeriahkan acara bakatik adat suku Malayu dan dibantu oleh suku-suku atau kaum adat lainnya.


15 Upacara bakatik adat ini bertujuan untuk menyatukan kelompok adat dan kelompok agama yang saling meramaikan dalam acara tersebut, tradisi bakatik dipertahankan hingga saat ini karena manfaatnya sesama beragama Islam dan sesama orang Minangkabau yang beradat dan ninik mamak sebagai pimpinannya. Dan tidak hanya itu saja, bakatik adat memiliki beberapa tujuan lainnya yaitu: Melestarikan budaya adat alam Minangkabau yang bernuansa adat basandi syara’, syara’ basandi kitabullah. 1. Meningkatkan kinerja penghulu (datuak), ninik mamak, mamak paruik, tokoh pemangku adat lain untuk peningkatan pelayanan kepada anak kemenakan. 2. Menumbuhkan raso jo pareso antara mamak dengan kemenakan dan juga sebaliknya. 3. 4.Menumbuhkan keinginan rasa tahu dan ingin mendalami adat. Meningkatkan kepercayaan masyarakat bahwa adat di Kanagarian Barung-Barung Balantai merupakan alat pemersatu masyarakat yang ada di Nagari Barung-Barung Balantai. 5. Mencerminkan adat istiadat yang berlaku di Kanagarian Barung-Barung Balantai sekaligus ajang hiburan yang bermoral dan berakhlak sesuai adat dan syara’. 6. Meningkatan kepedulian pemerintah daerah kabupaten/kota dan swasta dalam mendukung pembangunan sistem adat istiadat di nagari. 7. 4 Proposal Bakatik Adat Pelaksana Bakhatib Adat Suku Kaum Suku Caniago. 2023


Adapun fungsi dari tradisi bakatik adat yaitu: Memperkuat tali sillaturahmi antar masyarakat antar masyarakat rantau. 1. Mempererat rasa kebersamaan masyarakat dengan para perantau. 2. Mempertahankan tradisi bakatik adat di Kanagarian BarungBarung Balantai. 3. 16


3. Persiapan Upacara Tradisi Bakatik Adat 17 2. Menentukan Tempat Bakatik adat dilaksanakan di halaman kantor KAN (Kerapatan Adat Nagari) Barung-Barung Balantai, karena masyarakat dapat menyaksikan upacara tersebut dan lokasi tersebut lebih luas untuk mengadakan upacara pada hari raya Idul Fitri. Pada persiapan acara bakatik adat, suku yang akan melaksanakan upacara bakatik setahun sebelum tanggung jawab suku yang terlibat, suku tersebut mempersiapkan rencana kegiatan yang mulai dari proposal perencanaan, kegiatan penanggungjawab, sampai dua atau tiga bulan menjelang hari raya Idul Fitri dan telah dipersiapkan oleh suku penanggung jawab seperti validasi data validasi penanggungjawab, validasi sumber keuangan. Dana untuk melaksanakan bakatik adat ditanggung oleh pemerintah daerah, tanggungan masyarakat dan sumbangan dari masyarakat yang dirantau. Para ninik mamak dari suku yang terlibat pada acara bakatik adat akan mengundang anak kemenakannya yang berada di rantau menyumbangkan dana untuk persiapan acara bakatik adat. 3. Menentukan Waktu 1. Mempersiapkan Anggaran atau Dana Pelaksanaan tradisi bakatik adat dimulai setelah sholat zhuhur tepatnya jam 13.30 WIB hingga jam 17.00. Upacara bakatik adat ini berakhir tergantung lamanya acara yang dilaksanakan dengan situasi dan kondisi. Dalam acara bakatik adat ini ada waktu-waktu istirahat seperti memasuki sholat ashar. Proposal Bakatik Adat Pelaksana Bakhatib Adat Suku Kaum Suku Caniago. 2023 Hermaidi Datuak Rajo Indo Lawik selaku ketua Kerapatan Adat Nagari (KAN) wawancara tanggal 25 Februari 2024 5 6


Upacara tradisi bakatik adat diadakan sekali dalam setahun karena orang rantau atau masyarakat setempat bisa menyaksikan dalam suasana hari raya, mereka berkumpul sambil menjalin silaturahmi sesama sanak keluarganya. Tradisi bakatik bisa saja diadakan diluar hari raya tetapi masyarakat setempat sibuk dengan mata pencariannya masing-masing. Jadi dengan adanya upacara ini mereka bisa saling berkumpul baik yang dari rantau maupun masyarakat setempat. Adapun maksud dari upacara tradisi bakatik adat ini diadakan setelah sholat dzuhur atau mulai jam 13:30 ini disebabkan karena masyarakat Nagari Barung-Barung Balantai pada umumnya bersawah dan berladang jadi kegiatan dipagi hari mereka sibuk mengurus sawah dan ladang dan waktu istirahat mereka pada siang harinya tepatnya masuknya shalat dzuhur. 4. Mempersiapkan Sarana dan Prasarana, Konsumsi, dan Pakaian Pelaksanaan Tradisi Bakatik Adat 1) Sarana dan Prasarana Pemuda di Kanagarian BarungBarung Balantai berpartsipasi untuk menyiapkan tenda, kursi, karpet, sound system (band, rabab, randai) dan mimbar yang ditinggikan dan dihiasi daun kelapa untuk tempat duduk katik (khatib). 18 2) Konsumsi Sehari sebelum acara dilaksanakan ibu-ibu dari suku yang akan melaksanakan upacara bakatik adat bersama-sama membuat kue dan Gambar 6. Mempersiapkan Sarana dan Prasarana Sumber: Masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai


19 3) Pakaian Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Pakaian pelaksana tradisi bakatik adat yaitu para pamuko adat sudah disiapkan dan disusun dalam rencana anggaran biaya (RAB) peragaan bakatik adat. Biaya diperoleh melalui pemerintah maupun donatur yaitu masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai baik di nagari maupun dari anak rantau. Ada juga yang berpartisipasi untuk merayakan bakatik adat dengan menyewa pakaian adat tradisional Minangkabau seperti anak-anak di Kanagarian BarungBarung Balantai. 5. Struktur Perangkat Adat Dalam upacara bakatik adat terdapat susunan perangkat adat empat suku di Kanagarian Barung-Barung Balantai. Adapun struktur perangkat dalam upacara bakatik adat tersebut adalah sebagai berikut: 1.Urang nan ampek jinih, yang terdiri dari: a. Penghulu (Datuak) b. Manti c. Dubalang Penghulu (Datuak) adalah pemimpin pada suatu kaum. Gelar penghulu (datuak) datang dari luhak yang diturunkan secara matrilineal, yaitu dari mamak (paman) ke kamanakan (ponakan) dari pihak ibu. Manti / menteri adalah jabatan pembantu penghulu (datuak) di dalam tatalaksana pemerintahan adat di nagari. Dubalang adalah orang yang bertanggung jawab sebagai penegak dan penjaga keamanan dan ketenteraman kaum serta nagari di Minangkabau. minuman untuk dibagikan kepada peserta bakatik adat.


20 d. Imam Katik 2. Urang jinih nan ampek, antara lain terdiri dari: a. Malin b. Khatib (katik) Imam katik adalah gelar keturunan petugas agama yang mempunyai tugas membacakan khutbah adat. Ia mendapat giliran sekali empat tahun. Tetapi, adakalanya yang membacakan khutbah adat itu, bukan orang yang bergelar katik (khatib). Tapi yang ditunjuk oleh khatib itu sendiri sebagai pengganti dirinya (katik) dan sesuai dengan suku yang mendapatkan giliran. Misalnya katik dari suku tanjung tidak bisa membacakan kutbah adat, karena ada halangan, tidak sehat atau membaca khutbah adat maka dicari dari kemenakannya atau orang yang cocok menyampaikan khutbah adat yang bersuku Tanjung pula. Malin adalah orang alim dalam agama Islam yang bertanggung jawab kepada penghulu di bidang keagamaan dan kesejahteraan anak kemenakan sesuai dengan firman Allah dan sunnah rasul. Katik (khatib) dalam masyarakat Minangkabau dikenal dengan dua macam. Pertama khatib (katik) adat berada dalam struktur lembaga kepenghuluan dikoordinasikan Malin. Dan orang yang membacakan khotbah Jum’at di masjid. Katik adat dahulu juga membacakan khotbah, tetapi khotbah adat disebut bakatik didepan Balai Adat. Tradisi Bakatik adat di Minangkabau sudah hampir lenyap dan salah satunya yang masih ada hanya di Kanagarian Barung-Barung Balantai.


21 c. Bila d. Guru 3. Bundo Kanduang Bila atau bilal adalah orang yang memiliki peran penting sebagai pemimpin dan peduli terhadap dinamika kehidupan keagamaan dan kehidupan sosial masyarakat. Guru adalah orang yang memiliki pengetahuan yang dalam dan luas dalam bidang tertentu, dan dihormati oleh masyarakat karena keahliannya dan kontribusinya dalam menyebarkan ilmu pengetahuan serta membimbing generasi muda. Bundo kanduang adalah perempuan yang memiliki peran penting dalam masyarakat adat Minangkabau. Peran bundo kanduang dalam adat Minangkabau yaitu sebagai pemegang warisan budaya dan pengetahuan adat yang diturunkan dari generasi ke generasi. Mereka menjadi pembimbing bagi generasi muda dalam memahami dan menjaga nilai-nilai budaya serta tradisi Minangkabau.


Saat pelaksanaan bakatik adat katik (khatib) akan menyampaikan kata-kata nasehat yang ditujukan pada urang nan ampek jiniah dan bundo kanduang. 1. Kato Pusako untuk Penghulu Panghulu di Minang Kabau Bak kayu gadang di tangah koto Nan tinggi tampak jauh Nan gadang jolong basuo Gadang karano diamba Tinggi karano dianjuang Tampek balinduang katiko paneh Tampeh bataduah hujan Hokumnyo adia katanyo bana Kok bajalan dinan pasa Kusuik nan kamanyalasaian Karuah nan kamanjaniahkan 22 2. Kato Pusako untuk Manti Urang nan cadiak candikio Sarato arif bijaksano Lubuak aka lautan budi Tampek baiyo pagi patang Tahu diranting kamancucuak Ingek di lantiang kamanganai Tahu didahan kamaampok Ingek dikato kababaliak 7 H. Abdul Kadir Usman Dt. Yang di Pertuan.


Tahu diranting kamancucuak Ingek di lantiang kamanganai Tahu didahan kamaampok Ingek dikato kababaliak Alun bakilek lah bakalaman Alun pai lah babaliak Tahu dihereng nan jo gandeang Tahu di bayang kato sampai 3. Kato Pusako untuk Malin Suluah bendang dalam nagari Panyuluah anak jo kamanakan Nan tarang jalan kasarugo Nan tahu dihalalkan nan jo haram Nan tahu syah jo nan bata Tahu sariat jo hakikat Mangaji sapanjang kitab Satitiak bapantang ilang Sabariah bapantang lupo 4. Kato Pusako untuk Dubalang Mano sagalo dubalang adat Parik paga dalam nagari Nan bamato nyalang batalingo nyariang Pambenteng adat jo pusako 23


24 Kok siang basalimuik paneh Kok malam basalimuik ambu Panakiak barang nan kareh Bapantang suruik di jalan Maampang lalu kasubarang Mandindiang sampai kalangik Manjago cabuah jan tumbuah Sia baka maliang cilok 5. Kato Pusako untuk Bundo Kanduang Limpapeh rumah nan gadang Sumarak dalam nagari Hiasan di dalam kampuang Nan tau malu jo sopan Cahayo rumah salendang dunia Nan kamahiyeh kampuang jo halaman Sarato koto jo nagari Pamarato di rumah tanggo Di hiyeh jo budi baiak Malu sopan subana tinggi Baso jo basi bapakaikan Bapantang babuek malu Ambun puruak aluang bunian Pagangan kunci di rumah gadang Kok awih tampek mintak aia Kok lapa tampek mintak nasi


Baju gadang adalah baju yang digunakan penghulu di daerah Pesisir. Baju ini berwarna hitam dan longgar dengan bahan beludru yang dihiasi benang emas pada bagian pinggir baju (bertanti). Baju gadang (besar) tidak memiliki saku, tidak memiliki kerah dan tidak memiliki kancing. Pada bagian leher dibelah sampai dada tanpa kancing. Saluak merupakan penutup kepala yang digunakan oleh penghulu. Saluak merupakan kain batik yang disusun sedemikian rupa. Saluak mempunyai kerutan sebanyak lima buah yang berbentuk jenjang dan bagian atas datar, pada bagian belakang saluak berbentuk bundar dan melingkar di bagian belakang. 1. Pakaian Penghulu 4. Pakaian Pelaksana Tradisi Bakatik Adat 25 Gambar 7. Saluak Sumber: Agusti, 2014 Gambar 8. Baju Gadang Sumber: Agusti, 2014


Sarawa gadang adalah celana penghulu berwarna hitam dan longgar, sama seperti baju gadang, celana atau sarawa gadang berbahan beludru dan dihias dengan benang emas. Celana ini memiliki ukuran yang besar pada bagian betis dan paha. 26 Kain salempang / sandang merupakan kain yang digunakan seorang penghulu dan disalempangkan pada bahu sebelah kanan dengan kedua ujungnya menyilang di rusuk sebelah kiri. Karih / Keris merupakan senjata tradisonal yang diselipkan di perut sebelah kiri penghulu. Sasampiang atau sesamping adalah kain yang dipasang melingkar mulai dari pinggang sampai atas lutut penghulu. Sasampiang berwarna merah yang menyatakan seorang penghulu berani. Gambar 9. Sarawa Gadang Sumber: Agusti, 2014 Gambar 10. Salempang Sumber: Agusti, 2014 Gambar 11. Karih Sumber: Agusti, 2014 Gambar 12. Sasampiang Sumber: Agusti, 2014


27 Cawek (ikat pinggang) adalah bagian luar setelah sasampiang atau sesamping dipasang. Cawek (ikat pinggang) atau kain cindai terbuat dari tenunan Pandai Sikek yang ditentun dengan benang emas dan pada kedua ujungnya diberi jambul (jumbai). Tungkek atau tongkat merupakan bagian penting bagi seorang penghulu, yang terpegang pada tangan kanan penghulu. Bentuk dan ukuran tungkek tidak memiliki ukuran pasti, dan sesuai dengan keinginan penghulu. Panjang tungkek atau tongkat berkisar 60-70 cm, ujung tongkat dilapisi dengan tanduk dan benda keras lainnya, sedangkan bagian kepala tongkat dihiasi dengan hiasan perak, emas dan ukiran. Gambar 13. Cawek Sumber: Agusti, 2014 Gambar 14. Tungkek Sumber: Agusti, 2014


28 2. Pakaian Imam Katik (Alim Ulama) 3. Pakaian Dubalang Dubalang memakai pakaian berwarna hitam dan pada bagian lehernya dibelah sampai dada tanpa kancing. Kepala dubalang ditutup menggunakan kain berbentuk segitiga yang diikat ke belakang kepala. Dan memegang tombak untuk keamanan dan ketertiban upacara tradisi bakatik adat. Imam katik (alim ulama) memakai yang menutup aurat yaitu jubah putih dan kepalanya ditutup dengan sorban bewarna putih. Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


29 3. Pakaian Bundo Kanduang 4. Pakaian Peserta Bakatik Adat Suku penyelenggara bakatik adat meminta partipisasi kepada suku lainnya untuk meramaikan acara dengan arak-arakan dengan memakai baju adat Minangkabau. Bundo kanduang memakai baju kurung, tengkuluk tanduk pada bagian kepala, dan kain saruang yang terbuat dari kain tenun. Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


5. Proses Pelaksanaan Upacara Tradisi Bakatik Adat 30 1. Arak-Arakan (Pawai Adat) Sebelum acara bakatik adat dimulai anggota pelaksana (ninik mamak, penghulu/datuak, dubalang, bundo kanduang) dalam suku yang terlibat berkumpul dirumah katik (khatib). Setelah berkumpul peserta akan berjalan menuju pasar Barung-Barung Balantai dengan arak-arakan. Susunan arak-arakan pada baris pertama atau yang di depan biasanya penghulu/datuak, ninik mamak, dubalang, katik, serta anak-anak yang berpakaian anak daro kecil dan berpakaian marapulai bagi anak laki-laki. Arak-arakan ini diiringi dengan musik talempong. Setelah sampai di Pasar Barung-Barung Balantai para peserta upacara bakatik adat disambut oleh silat tradisional dan masyarakat yang sudah menanti kedatangan peserta upacara tersebut. Gambar 19. Arak-Arakan Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


31 2. Pembukaan Upacara Bakatik Adat Pembukaan upacara bakatik adat disampaikan oleh protokol. Protokol menyampaikan kata-kata sambutan dan kata-kata Islami. Dan penyambutan pemerintah, ninik mamak, penghulu/datuak, dubalang, bundo kanduang dengan tari pasambahan, karena sudah masuk kedalam agenda pemerintahan acara yang langka di Pesisir Selatan. Gambar 20. Silat Tradisional Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 Gambar 21. Penyambutan dengan Silat Tradisional Sumber:Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


32 Gambar 22. Pembukaan upacara bakatik adat yang disampaikan oleh protokol Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 4. Sambutan oleh ketua panitia Panitia memperkenalkan perangkat adat dan menyampaikan pusako sesuai dengan bidangnya kepada pemerintah dan masyarakat. Gambar 23. Tari Pasambahan Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 3. Pembacaan Al-Qur’an (Kalam Ilahi) Setelah penyambutan dengan tarian pasambahan selanjutnya anak nagari membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. 5.Tarian Tradisional Minangkabau Anak nagari menampilkan tari kreasi yang menggunakan media sapu lidi. Tari kreasi ini merupakan perkembangan dari kesenian tradisional yang koreografinya masih berpijak pada tarian tradisional.


33 6. Kata Sambutan oleh Wali Nagari dan Ketua KAN 7.Kata Sambutan oleh Bupati atau Gubernur 8. Kata Sambutan dari Perantau-Perantau Anak Nagari Kata sambutan sesuai situasi kondisi sesuai dengan harapan wali nagari dan ketua kerapatan adat nagari (KAN). Kata sambutan sesuai situasi kondisi sesuai dengan harapan pemerintah daerah kabupaten atau provinsi yang hadir pada saat kegiatan berlangsung. Disampaikan oleh anak nagari dari rantau agar sesama putra daerah menjalin silaturahmi melaksanakan pembangunan nagari dan tidak melupakan adat istiadat yang ada di Kanagarian BarungBarung Balantai . Gambar 24. Tarian Kreasi Minang Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 Gambar 25. Pamuko Adat bersama Wali Nagari Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023


34 Khutbah bakatik adat terdiri dari salam penghormatan, pengantar, isi dan penutup. Pada tahap isi katik (khatib) dari suku yang melaksanakan upacara bakatik adat mulai menyampaikan pidato, isi dari teks bakatik adat ini umumnya menceritakan nasehat dan pesan. Maksud dan tujuan pidato yaitu untuk menyampaikan nasehat-nasehat keagamaan, nasehat sosial bermasyarakat dan nasehat pendidikan keseluruhannya yang ditujukkan bagi anak kemenakan. 9. Khutbah Bakatik Adat Gambar 26. Pembacaan Pidato oleh Katik (Khatib) Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 Isi dari teks bakatik adat dibuka dengan salam pembuka yakni: Indak di atok indak dibilang gala Kapatok jo sambah dimuliekan Kaganti rokok nan sabatang Tukaran siriah nan sakapue Kaguno bajawek tangan Artinya: Tidak di atap tidak dibilang gelar Diatap dengan sembah dimuliakan Sebagai ganti rokok yang sebatang Ganti sirih yang sekapur Guna menjawab tangan 8 H. Abdul Kadir Usman Dt. Yang di Pertuan.


35 Jo salam di ujuang Samo mamuhun Ridho Allah Samo salaweh kepada Nabi Muhammad Salallahu a’laihi wasalam Junjungan kito Artinya: Dengan salam diangkat Sama memohon kepada Allah Sama selawat kepada Nabi Muhammad Salallahu a’laihi wasalam Junjungan kita Selain teks pembuka juga ada teks yaang menyatakan maksud kehadiran atau berkumpulnya masyarakat setempat yaitu: Adopun hari nan sahari nangko Dihari katigo bulan syawal Kito bakumpua di tangah padang nangko Untuak baiyo jo batido Maingek maso yang nan lalu Mamandang maso katibo Mahetong labo jo rugi Pajalanan amal ibadah kito Artinya: Adapun hari yang sehari kini Dihari ketiga bulan syawal Kita berkumpul di tengah padang ini Untuk beria dan bertindak Mengingat masa lalu


36 Memandang masa yang akan tiba Menghitung laba dan rugi Perjalanan amal ibadah kita Pidato bakatik adat terkandung nilai pendidikan yang banyak tercermin. Pengertian pendidikan yang sifatnya keagamaan, pendidikan yang dimaksud berupa nasehat-nasehat yang berkaitan dengan ajaran agama Islam, yang disampaikan dalam teks pidato, antara lain: Nan capek kaki indak manaruah Nan ringan tangan indak mamacah Manyambuang nan barang putuih Mahampiakan barang nan jauah Marapekan barang nan ranggang Mamuliekan urang basa-basa Nan duduak marawik ranjau Kok tagak manijau jarak Bapantangan duduak bamanuang Jadi urang mudo dak pamaleh Artinya: Yang cepat kaki tidak melangkah Yang ringan tangan tidak baik Menyambung barang yang putus Menghampirkan barang yang jauh Merapikan barang dengan senang Memuliakan orang basa- basa Yang duduk tertusuk ranjau Jika berdiri melihat jarak, Di ladang duduk sedang ada masalah Jadi orang muda tidak pemalas


Gambar 27. Penutupan Upacara Bakatik Adat Sumber: Penanggung Jawab Suku Caniago Pelaksana Tradisi Bakatik Adat Tahun 2023 10. Penutupan Upacara Tradisi Bakatik Adat Penutupan acara bakatik adat ini ditutup dengan pembacaan do’a dan kata-kata salam dari panitia penyelenggara acara. 37


BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan Bakatik adat disebut juga dengan pidato adat di mana dalam upacara tradisional ini disampaikan oleh katik (khatib) yang sekaligus alim ulama di dalam satu suku, di dalam pidato yang disampaikannya hubungan antara adat dan agama, dan isi pidato ini dapat dipahami bahwa adat yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Upacara adat ini dilakukan sekali dalam setahun oleh masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai yaitu pada hari ketiga Idul Fitri, sekaligus dalam rangka menyambut orang rantau pulang kampung. Upacara bakatik diadakan di lapangan terbuka yakni di pasar atau didepan kantor kerapatan adat nagari (KAN) Kanagarian BarungBarung Balantai. Dengan adanya tradisi bakatik adat yang merupakan salah satu wujud kebudayaan yang berkaitan dengan berbagai nilai kehidupan bagi masyarakat pendukungnya. Arti dan nilai yang terkandung dalam tradisi ini sangat penting dan bermanfaat dan dapat dijadikan pedoman bagi masyarakat Kanagarian Barung-Barung Balantai khususnya. 39 B. Saran Setiap daerah di Indonesia memiliki kebudayaan khususnya tradisi adat yang berbeda-beda. Oleh karena itu, masyarakat harus menjaga dan melestarikan adat untuk diwariskan kepada generasi berikutnya. Tradisi bakatik adat merupakan tradisi lisan yang mengandung makna yang berarti, agar tradisi lisan tidak punah generasi muda harus mempertahankan dan menjaga kelestarian budaya lisan dalam bentuk tulisan sehingga dapat menjadi referensi di masa depan.


40 DAFTAR PUSTAKA Hoed, Benny H. 2008. “Komunikasi Lisan sebagai Dasar Tradisi Lisan,” dalam Pudentia MPSS. Metodologi Kajian Tradisi Lisan. Jakarta: Asosiasi Tradisi Lisan. Liani, Lainus. (2017). Fungsi Tradisi Bakatik Adat di Nagari Barung-Barung Balantai, Kecamatan Koto XI, Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. (Skripsi). Padang: Universitas Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Sumatera Barat. Mathala, Agusti. (2014). Penghulu dan Filosofi Pakaian Kebesaran Konsep Kepemimpinan Tradisional Minangkabau. Bandung: Humaniora Bandung. Rosa, Silvia. (2014). Struktur, Makna dan Fungsi Pidato Adat Dalam Tradisi Malewakan Gala di Minangkabau. (Disertasi). Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Usman, A.K. (2001). Sekilas Tentang Upacara Berkhatib Adat. Padang.


Untuk Mengakses Paket Informasi Tradisi Bakatik Adat Versi Digital


Click to View FlipBook Version