The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.
Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by putrii nasarethaaa, 2023-11-16 22:31:05

Tradisi Puputan Bayi Masih Dilestarikan Sebagian Warga

Puputan_putri nasaretha

Tradisi Puputan Bayi Masih Dilestarikan Sebagian Warga a. Menurut Pengertian di Desa Wringingputih, Borobudur, Kabupaten Magelang Puputan itu untuk menandai tali pusar bayi sudah lepas. Dibarengi pula dengan memangkas rambut bayi dengan nama panggilan Cinda itu. Sementara itu dalam moment memangkas rambut bayi, sang bayi digendong oleh kakeknya, Gunantara. Pada saat yang sama sang bayi dipayungi oleh bapaknya, Panji. Urutan tradisi warga setempat, biasanya setelah potong rambut, bayi dibawa berjalan keliling melewati depan seluruh peserta acara, untuk dikenalkan kepada warga setempat. Seusai rambutnya digunting oleh Modin, bayi kemudian dibawa masuk ke kamar. “Kalau sudah dilakukan selamatan bayi rasanya sudah mantap,” kata nenek bayi, Eem. b. Menurut Pengertian Umum Dalam adat Jawa terdapat berbagai rangkaian upacara untuk menyambut kelahiran bayi. Sejumlah upacara tersebut diyakini dapat menjauhkan bayi yang baru lahir dari hal-hal jahat yang mengganggu bayi, dan bertujuan untuk memberi harapan dan doa untuk bayi.


Dalam tradisi Jawa terdapat upacara puputan yang berkaitan dengan penyambutan kelahiran bayi. Upacara puputan ini bertujuan memohon keselamatan bagi si bayi. Upacara ini diadakan setelah maghrib dan dihadiri oleh bayi, ibu, pinisepuh, dan seluruh keluarga, dan tetangga terdekat. Upacara ini diselenggarakan dengan mengadakan kenduri atau selamatan yang dihadiri oleh kerabat dan tetangga terdekat. Upacara puputan biasanya ditandai dengan dipasangnya sawuran , dan aneka macam duri kemarung di sudut-sudut kamar bayi. Di halaman rumah dipasang tumbak sewu, yaitu sapu lidi yang didirikan dengan tegak. d. Makna atau lambang yang antara lain dalam upacara: • Nasi gudangan mengandung makna kesegaran jasmani dan rohani bagi si bayi. • Jajanan pasar melambangkan kekayaan untuk si bayi. Duri dan daundaunan berduri (duri kemarung) dipasang di penjuru rumah mengandung maksud agar dapat menolak gangguan bencana gaib dari makhluk halus jahat. • Coreng coreng hitam putih pada ambang pintu untuk menolak pengaruh jahat yang akan masuk melalui pintu. • Daun nanas yang diolesi hitam putih menyerupai ular welang mengandung makna magis yang mampu menakut-nakuti makhluk halus jahat yang hendak memasuki kamar bayi. • Dedaunan apa-apa, awar-awar, dan girang memiliki makna harapan agar kelahiran tidak mengalami suatu gangguan (apa-apa), semua kekuatan jahat menjadi tawar (awar-awar), dan seluruh keluarga (girang). • Pisang raja melambangkan agar si bayi kelak berbudi luhur atau memiliki derajat mulia. • Tumbak Sewu (sapu lidi yang diberi bawang dan cabai) memiliki makna untuk menolak makhluk gaib jahat supaya tidak mengganggu keselamatan si bayi.


d. Tata Cara Rangkaian upacara puputan didahului dengan upacara sepasar. Upacara sepasaran merupakan upacara yang menandakan si bayi telah berumur sepasar . Sebagian masyarakat mengadakan upacara sepasaran dengan sederhana, yaitu mengadakan kenduri atau selamatan dan dihadiri oleh keluarga dan tetangga terdekat. Namun,beberapa daerah di Jawa upacara sepasaran dianggap upacara yang paling meriah dalam rangkaian upacara kelahiran anak. Upacara sepasaran tersebut diadakan secara besar-besaran sesuai kemampuan keluarga masing-masing dan biasanya disertai dengan pemberian nama bagisi bayi. Upacara sepasaran tidak memiliki aturan mengikat, yang utama adalah diadakan setelah si bayi berumur lima hari. Ada sebagian masyarakat yang tidak merayakan upacara sepasaran secara meriah. Namun, biasanya upacara selapanan diselenggarakan dengan meriah. Upacara selapanan ini menandakan si bayi telah berumur selapan . Upacara selapan biasanya berhubungan dengan weton si bayi. Jika dalam upacara sepasar dulu, si bayi belum diberi nama, ketika upacara selapanan ini si bayi akan diberi nama oleh kedua orang tuanya. Sebelum upacara selapanan diadakan didahului dengan upacara parasan. Setelah upacara adat selapanan, rangkaian upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran seorang anak selesai dilaksanakan. e. Prosesi Upacara Prosesi upacara puputan diawali dengan menutup pusar bayi yang sudah mengering dengan merica atau ketumbar, tergantung jenis kelamin bayi. Bayi dipangku oleh para sesepuh pada malam hari secara bergantian. Saat menjelang pagi hari, bayi ditidurkan pada tempat tidur yang diberi batu gilig yang digambari bentuk manusia. Batu tersebut digendong layaknya bayi dan ditidurkan pada tempat tidur. Menurut kepercayaan Jawa, prosesi terakhir ini bisa menipu makhluk halus dengan batu gilig tersebut. Saat jam 1 malam, nasi dan lauk pauk mulai dikeluarkan, selain itu ada pisang mas. Setelah makan semua para tamu pulang tetapi ada beberapa yang tetap tinggal untuk tirakatan. Ada cara yang lebih sederhana yaitu dengan membuat tumpeng, bubur merah putih, jajan pasar, dan baro-baro pada saat bayi berusaha sepasar atau 5 hari. Istilah asing : • Sawuran (bawang merah, dlingo bengle yang dimasukkan ke dalam ketupat). • Tumbak sewu : (sapu lidi yang diberi bawang dan cabai).


• Weton : istilah yang digunakan untuk menyebut penanggalan Jawa. • Sepasar : adalah perhitungan waktu Jawa yang lamanya 5 hari. • Sepasaran : adalah selamatan yang diadakan pada waktu bayi berumur 5 hari. Sunber: • https://www.kompas.com/skola/read/2022/12/04/090000169/mengenalupacara-puputan-adat-jawa-?page=all • https://www.detik.com/jateng/budaya/d-6754342/mengenal-upacarapuputan-tradisi-sambut-kelahiran-bayi-adat-jawa • https://suarabaru.id/2022/02/20/tradisi-puputan-bayi-masih-dilestarikansebagian-warga • https://inibaru.id/tradisinesia/puputan-dan-selapanan-upacara-khasmasyarakat-jawa-setelah-mendapatkan-bayi


Click to View FlipBook Version