MAKALAH MODEL KONSEP KURIKULUM Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kurikulum Pendidikan Dasar Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Sri Wardani, M.Si. 2. Prof. Dr. Sri Haryani, M.Si. Disusun oleh : Kelompok 3 1. Putri Wulan Agustina (0103522061) 2. Yodhi Wahyu Anggoro, S.Pd. (2399010002) PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2023
ii DAFTAR ISI MAKALAH................................................................................................................................i DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 1.1. Latar Belakang.............................................................................................................................. 1 1.2. Rumusan Masalah......................................................................................................................... 1 1.3. Tujuan........................................................................................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................3 2.1 Model Konsep Kurikulum ............................................................................................................. 3 2.2 Macam Model Konsep Kurikulum................................................................................................. 4 2.2.1 Kurikulum Subjek Akademis...................................................................................................... 4 2.2.2 Kurikulum Humanistik ............................................................................................................... 6 2.2.3 Kurikulum Rekonstruksi Sosial .................................................................................................. 7 2.2.4 Kurikulum Teknologi.................................................................................................................. 8 2.3 Implementasi Model Konsep Kurikulum pada Kurikulum di Indonesia ...................................... 10 2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)........................................................................ 10 2.3.2 Kurikulum 2013........................................................................................................................ 11 2.3.3 Kurikulum Merdeka.................................................................................................................. 14 BAB III PENUTUP .................................................................................................................16 3.1 Simpulan...................................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum memegang peranan yang sangat sentral dalam pendidikan, karena sangat erat kaitannya dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan lembaga pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan-tujuan pendidikan. Menurut Mauritz Johnson (1967, hlm.130) kurikulum “prescribes (or at least anticipates) the result of instruction”. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan. Mengenai model konsep kurikulum, ternyata kurikulum memiliki berbagai macam model konsep yang dapat digunakan dalam pendidikan. Masing- masing model konsep kurikulum memiliki perbedaan yang dapat diterapkan dalam praktik pendidikan. Tujuan dari dilakukannya pengembangan model kurikulum adalah untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi kurikulum yang ditempuh. Desain kurikulum merupakan rancangan mengenai kegiatan serta materi-materi pembelajaran dalam melaksanakan proses pendidikan. Model dan desain kurikulum di Indonesia digunakan sebagai acuan atau pedoman dalam menjalankan proses pembelajaran pada lembaga pendidikan. Terdapat 4 model kurikulum yang diterapkan di Indonesia, antara lain ialah model kurikulum subjek akademis, model kurikulum humanistik, model kurikulum teknologis, dan model kurikulum rekonstruksi sosial. Ke empat model kurikulum tersebut memiliki isi yang berbeda-beda namun tetap memiliki nilai yang sama penting bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia. (Andhara, O., et al, 2020). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apa maksud model konsep kurikulum? 2. Apa saja model konsep kurikulum? 3. Implementasi model model konsep kurikulum di pendidikan dasar ?
2 1.3. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang diharapkan dalam pembuatan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui maksud model konsep kurikulum 2. Untuk mengetahui apa saja model konsep kurikulum 3. Untuk mengetahui implementasi model model konsep kurikulum di pendidikan dasar
3 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Model Konsep Kurikulum Kurikulum secara umum dapat diartikan sebagai alat atau pedoman yang dijadikan acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Dapat dikatakan bahwa bagaimanapun bentuk kurikulum harus sesuai dengan tujuan dari pendidikan dan perkembangan zaman. Perkembangan zaman kian lama kian maju dan canggih, maka akan tidak relevan menggunakan kurikulum tradisional ditengah zaman yang semakin modern. Namun tidak berarti juga kurikulum harus berpatokan pada teknologi, karena masih terdapat daerah-daerah yang tertinggal dalam hal perkembangan teknologi. Jadi penggunaan kurikulum masih harus menyesuaikan dengan lingkungan peserta didik dan tempat dilaksanakannya proses belajar mengajar. Selain itu penggunaan kurikulum harus menyiapkan peserta didik yang berguna dimasa yang akan datang. Model kurikulum didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kurikulum adalah perubahan sosial. Penyusunan kurikulum harus memasukkan pandangan dan harapan-harapan masyarakat. Terdapat empat model kurikulum yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum Subjek Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Teknologis. Model-model kurikulum tersebut memiliki acuan teori pendidikan yang berbeda satu dengan yang lain. Kurikulum subjek akademis mengacu pada pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme), kurikulum humanistik mengacu pada pendidikan pribadi, kurikulum rekonstruksi sosial mengacu pada pendidikan interaksional dan kurikulum teknologis mengacu pada teknologi pendidikan. Model pengembangan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kurikulum yang ditempuh. Untuk melakukan pengembangan kurikulum terdapat berbagai model pengembangan kurikulum yang dapat dijadikan tumpuan atau diterapkan seluruhnya. Secara umum, pemilihan model pengembangan
4 kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut dan model konsep yang digunakan (Andhara, O., et al, 2020). 2.2 Macam Model Konsep Kurikulum Dalam pendidikan terdapat empat aliran pendidikan yaitu pendidikan klasik, pribadi, teknologi dan interaksionis. Model konsep kurikulum berkaitan dengan aliran pendidikan yang dianut yakni: (1) Pendidikan Klasik menggunakan model konsep kurikulum subjek akademis, (2) Pendidikan Pribadi menggunakan model konsep kurikulum humanistik, (3) Pendidikan interaksioinis menggunakan model konsep kurikulum rekonstruksi sosial, dan (4) Teknologi Pendidikan menggunakan kurikulum teknologis. 2.2.1 Kurikulum Subjek Akademis Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua, yang banyak digunakan di berbagai negara. Hal ini dikarenakan kurikulum ini bersifat praktis. Kurikulum ini merupakan kumpulan dari bahan ajar atau rencana pembelajaran. Tingkat pencapaian/penguasaan peserta didik terhadap materi merupakan ukuran utama dalam menilai keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, penguasaan materi sebanyak-banyaknya merupakan salah satu hal yang diprioritaskan dalam kegiatan belajar mengajar oleh guru yang menggunakan kurikulum ini. Ditinjau dari isinya, Sukmadinata (2009:84) mengklasifikasikan kurikulum model subjek Akademik menjadi empat kelompok besar: 1. Correlated curriculum Kurikulum ini menekankan pentingnya hubungan antara organisasi materi atau konsep yang dipelajari dari suatu pelajaran dengan pelajaran lain, tanpa menghilangkan perbedaan esensial dari setiap mata pelajaran. Dengan menghubungkan beberapa bahan tersebut, cakupan ruang lingkup materi semakin luas. Kurikulum ini didesain berdasarkan
5 pada konsep pedagogis dan psikologis yang dipelopori oleh Herbart dengan teori asosiasi yang menekankan pada dua hal, yaitu konsentrasi dan korelasi (Ahmad:1998,131). 2. Unified atau Concentrated Curriculum Sesuai dengan namanya, kurikulum jenis ini sangat kental dengan disiplin ilmu. Setiap disiplin ilmu dibangun dari berbagai macam tema pelajaran. Pola organisasi bahan dalam suatu pelajaran di susun dalam tema-tema pelajaran tertentu. Salah satu aplikasi kurikulum jenis ini terdapat pada pembelajaran yang sifatnya tematik. Dari satu tema yang diajukan, misalnya “lingkungan”, selanjutnya dikaji dari berbagai disiplin ilmu misalnya, sain, matematika, sosial, dan bahasa. Jenis kurikulum ini banyak digunakan dalam pengembangan pembelajaran tematik ditingkat sekolah dasar. 3. Integrated Curriculum Pola organisasi kurikulum ini memperlihatkan warna disiplin ilmu. Bahan ajar diintegrasikan menjadi satu keseluruhan yang disajikan dalam bentuk satuan unit. Dalam satu unit terdapat hubungan antar pelajaran serta berbagai kegiatan siswa. Dengan keterpaduan bahan pelajaran tersebut diharapkan siswa mempunyai pemahaman terhadap suatu materi secara utuh. 4. Problem Solving Curriculum Problem Solving Curriculum berisikan pemecahan masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan pengetahuan serta keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Kurikulum ini bersumber pada pendidikan klasik. Konsep pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa seluruh warisan budaya, yaitu pengetahuan, ide-ide, atau nilainilai telah ditemukan oleh para pemikir terdahulu. Pendidikan berfungsi untuk memelihara, mengawetkan dan meneruskan budaya tersebut kepada generasi berikutnya, sehingga kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Oleh karenanya kurikulum ini lebih bersifat intelektual.
6 Menurut Pangestu (2019:18) terdapat beberapa ciri dalam kurikulum subjek akademik yang berkaitan dengan tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan dari kurikulum ini ialah memberikan pengetahuan dan melatih para peserta didik untuk dapat menghasilkan ideide dalam kegiatan penelitian. Peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep atau cara yang dapat dikembangkan pada masyarakat luas. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah memahami dan menguasai konsep-konsep yang telah dipelajari. 2.2.2 Kurikulum Humanistik Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik. Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education) yaitu John Dewey (progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education). Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Kurikulum humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Peserta didik adalah subyek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan, yang mempunyai potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Hal ini sejalan dengan teori Gestalt yang mengatakan bahwa individu atau anak merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan efektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain) (Sukmadinata: 2009:86). Menurut Nur (2013:3) aliran kurikulum humanistik lebih berpusat pada peserta didik. Tenaga pendidik bertugas menciptkan kondisi belajar yang dinamis dan kondusif untuk mendorong setiap peserta didik agar dapat memecahkan persoalan yang diberikan. Pendidikan yang menggunakan kurikulum ini selalu mengedepankan peran siswa di sekolah. Dengan situasi seperti ini, anak diharapkan mampu mengembangkan segala potensi yang dimilikinya. Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang mandiri. Proses belajar yang baik adalah
7 aktivitas yang mampu memberikan pengalaman yang bisa membantu siswa untuk mengembangkan potensinya. 2.2.3 Kurikulum Rekonstruksi Sosial Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut aliran ini pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswa dengan orang-orang di lingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja sama ini siswa berusaha memecahkan problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Dengan interaksi ini akan terjadi kerja sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat dan menjadi bahan masukan bagi pengembang kurikulum untuk mendesain sesuai dengan kebutuhan. Kurikulum rekontruksi sosial dilihat pada tataran implementasi melahirkan sebuah karakter pendidikan, yaitu: (1) karakter yang berorientasi ke masa lalu sebagai bahan untuk dijadikan pelajaran dan masa yang akan datang, sebagai bahan untuk disiapkan; (2) manusia sebagai makhluk sosial, yang menuntut hidup bersama dan bekerja sama; (3) pendidikan mampu memperbaiki kehidupan masyarakat yang lebih baik. Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Tujuan dari pelaksanaan pengajaran ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan penduduk di wilayah tersebut. Dalam konteks ini, sekolah secara aktif mengidentifikasi potensi-potensi yang ada dalam masyarakat tersebut. Dengan dukungan keuangan dari pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi-potensi ini. Sebagai contoh, di daerah pertanian, sekolah fokus pada pengembangan
8 sektor pertanian dan peternakan, sementara di daerah industri, sekolah lebih berfokus pada pengembangan sektor-sektor industri. 2.2.4 Kurikulum Teknologi Terdapat korelasi yang positif antara ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan akan berdampak positif terhadap teknologi yang dihasilkan. Sebailknya, kemajuan teknologi juga berpengaruh terhadap ilmu pengetahuan dan perkembangan model konsep kurikulum. Model konsep kurikulum teknologis pada dasarnya dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menuntut para pelaku pendidikan untuk menggunakannya dalam proses pendidikan. Hasil-hasil kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendidikan konvensional, yang berfokus pada isi kurikulum, tetapi perbedaannya terletak pada tujuannya, yang bukan hanya mempertahankan dan melestarikan pengetahuan, tetapi lebih pada penguasaan kompetensi. Kompetensi yang luas diuraikan menjadi kompetensi yang lebih spesifik, dan akhirnya diubah menjadi perilaku yang dapat diamati atau diukur. Sukmadinata (2009:97) berpendapat bahwa karakteristik sebagai ciri kurikulum teknologis antara lain, terdapat pada aspek tujuan, metode, organisasi bahan, dan evaluasi : a. Tujuan diorientasikan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam bentuk perilaku hasil belajar yang dapat diukur. Tujuan yang masih bersifat umum dijabarkan menjadi tujuan-tujuan yang lebih kecil (tujuan khusus), yang didalamnya terkandung aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. b. Metode pengajaran lebih mengutamakan individual, setiap siswa menghadapi tugas sesuai dengan kemampuan setiap siswa, disesuaikan dengan tingkat gaya belajar dan tingkat kemampuan masing-masing. Konten materi atau isi kurikulum banyak diambil dari subjek akademik atau disiplin ilmu.
9 c. Evaluasi menggunakan pendekatan kondisional artinya dilakukan kapan saja, ketika peserta didik menyelesaikan atau mempelajarai suatu topik/ subtopik, dan dapat mengajukan diri untuk dievaluasi. Evaluasi sebagai alat umpan balik apakah tujuan, materi dan strategi yang digunakan dalam proses pembelajaran mencapai target atau belum. Hasil evaluasi dijadikan pertimbangan dalam mengambil keputusan tentang peserta didik untuk melanjutkan atau mengulang materi yang belum tercapai. Model kurikulum ini memiliki kelebihan dan keterbatasan. Penggunan Model kurikulum ini dapat menyenangkan dan memberikan motivasi pada diri siswa dan memberi kemudahan ketika mencari dan menemukan jawaban dari masalah yang diajukan guru. Sedangkan keterbatasan kurikulum ini adalah kurang mampu melayani siswa dengan berbagai macam bakat yang berbeda. Model ini cenderung seragam, dengan menggunakan teknologi yang ada. Dari penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa standar model ke empat kurikulum tersebut harus memenuhi beberapa syarat seperti : 1) bahan ajar yang digabungkan dalam suatu mata pelajaran harus memiliki kaitan yang erat; 2) bahan pelajaran harus disusun berdasarkan tema-tema tertentu yang berisi materi pelajaran disiplin ilmu; 3) mata pelajaran didesain dengan mengacu pada suatu topik permasalahan tertentu; 4) materi pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar ilmu-ilmu di dalamnya dapat digunakan sebagai pemecah masalah yang ada di masyarakat; 5) model pembelajaran yang digunakan harus berpusat pada peserta didik; 6) isi dari materi pembelajaran harus dapat membentuk karakter peserta didik, membuat peserta didik bebas berekspresi dan mengutarakan pendapatnya; 7) materi pembelajaran harus memusatkan perhatian pada topik permasalahan yang dihadapi di masyarakat.
10 2.3 Implementasi Model Konsep Kurikulum pada Kurikulum di Indonesia 2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pada dasarnya merupakan penyempurnaan model dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang diujicobakan oleh Depdiknas secara nasional. KBK itu sendiri adalah kurikulum yang berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi adalah salah satu jenis dari model konsep kurikulum teknologis. Dengan demikian KTSP menggunakan model konsep kurikulum teknologis. Meskipun konsep kurikulum teknologis menjadi tulang punggung pengembangan KTSP, tapi tidak berarti nilai esensial dari model konsep kurikulum lainnya diabaikan. Karakter yang ada pada model konsep lainnya tetap ada, hanya tidak dominan. Karena dalam realitas, konsep-konsep tersebut saling melengkapi. Hal ini bisa dilihat dalam prinsip-prinsip pengembangan KTSP dan acuan operasional penyususunan KTSP yang dikembangkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP). Secara umum prinsip-prinsip pengembangan KTSP meliputi: 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. 2. Beragam dan terpadu 3. Tanggap terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan 5. Menyeluruh dan berkesinambungan 6. Belajar sepanjang hayat 7. Seimbang antara kepentingan nasional dankepentingan daerah. Sedangkan acuan operasional penyusunan KTSP harus memperhatikan hal-hal berikut ini: 1) Peningkatan iman dan taqwa serta ahlak mulia
11 2) Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat sesuai dengan tingkat perkembangandan kemampuan peserta didik. 3) Keragaman potensi dan karakteristik daerah dan lingkungan 4) Tuntutan pembangunan daerah dan nasional 5) Tuntutan dunia kerja 6) Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni 7) Agama 8) Dinamika perkembangan global 9) Persatuan nasinal dan niai-nilai kebangsaan 10) Kondisi sosal budaya masyarakat setempat 11) Kesetaraan gender 12) Karaktrsitik satuan pendidikan. Dari sejumlah prinsip dan acuan operasional KTSP di atas tampak bahwa pengembangan potensi diri siswa sebagai individu, aspek sosial masyarakat, penguasaan mata pelajaran/ipteks, dan aspek ketuhanan juga diperhatikan. Meskipun berbasis kompetensi tidak berarti hanya ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperhatikan, unsur kemanusiaan, sosial, dan spiritual juga tidak dilepaskan. Sedangkan apabila ditinjau dari model pendekatan pengembangannya, kurikulum 2006/KTSP menerapkan pendekatan dekonsentrasi, yaitu campuran antara setralistik dan desentralistik. 2.3.2 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 termasuk kurikulum yang menggunakan campuran model konsep kurikulum. Model konsep kurikulum yang mempengaruhi kurikulum 2013 antara lain: a. Kurikulum humanistik yaitu kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik dengan berbagai pengalaman naluriah yang sangat berperan dalam perkembangan individu. Tujuan pendidikan menurut kurikulum humanistik adalah suatu proses atas diri
12 individu yang dinamis yang berkaitan dengan pemikiran, integritas, dan otonomnya (Oemar Hamalik, 2008: 148). Dalam dokumen kurikulum 2013 (2013: 11) tercantum bahwa kurikulum 2013 menggunakan model kurikulum humanistic. Disebutkan mengenai prinsip pengembangan kurikulum, sebagai berikut: 1) Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap, keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik. 2) Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar. b. Model kurikulum rekonstruksi sosial juga turut mewarnai pengembangan kurikulum 2013. Menurut Oemar Hamalik (2008: 146), kurikulum ini sangat memerhatikan hubungan kurikulum dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Tujuan kurikulum rekonstruksi sosial yaitu untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan kemanusiaan. Seperti kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial juga digunakan sebagai prinsip pengembangan kurikulum 2013 sebagaimana tercantum dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2013: 11), sebagai berikut: Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup. Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari
13 permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat. c. Kurikulum teknologis, seperti kurikulum yang disebutkan sebelumnya juga memiliki peranan dalam membentuk kurikulum 2013. Menurut Oemar Hamalik (2008: 147), perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan material untuk mencapai manfaat dan keberhasilan. Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas kurikulum dengan berkontribusi pada keefektifan instruksional, tahapan instruksional dan memantau perkembangan peserta didik. Intinya dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa materi kurikulum yang digunakan peserta didik seharusnya dapat menghasilkan kompetensi khusus bagi mereka. Nilai-nilai dari kurikulum sebagai prinsip pengembangan kurikulum 2013 juga tercantum dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2013: 11), sebagai berikut; Kurikulum harus tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Selain itu, munculnya pendekatan saintifik (ilmiah) pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa kurikulum teknologis juga mewarnai pengembangan kurikulum 2013. d. Model selanjutnya yaitu kurikulum subjek akademis. Kurikulum ini bertujuan mengajak peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk mengamati, hubungan antar sesama, analisis data dan penarikan kesimpulan (Oemar Hamalik, 2008: 149). Kurikulum subjek akademis memiliki beberapa kelemahan yakni: lebih mementingkan isi daripada proses pembelajaran, peranan guru sangat dominan, serta
14 tidak mampu membawa peserta didik menjawab permasalahan kehidupan modern yang kompleks, dll. Meski memiliki banyak kelemahan tetapi ada nilai baik yang dapat diambil yakni dalam kurikulum ini, tugas pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu dan nilai budaya masa lalu. Kita mengetahui bahwa nilai-nilai budaya luhur masa lalu di negara kita sangatlah beragam sehingga patut bagi kita untuk memelihara dan mewariskan agar tidak hilang di telan arus globalisasi. Oleh karena itu, pada kurikulum 2013, terdapat prinsip pengembangan kurikulum yang berkaitan dengan hal tersebut, sebagai berikut: Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (Dokumen Kurikulum 2013, 2013: 12). 2.3.3 Kurikulum Merdeka Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD) menyebutkan bahwa pendidikan berarti mengembangkan potensi atau bakat yang menjadi kodrat alam dan kodrat jaman masingmasing siswa (Wiryopranoto, dkk, 2017). Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara inilah yang menjadi landasan dari kurikulum merdeka yang saat ini dicanangkan oleh pemerintah. Kurikulum merdeka dimaknai sebagai desain pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar dengan tenang, santai, menyenangkan, bebas stres dan bebas tekanan, untuk menunjukkan bakat alaminya. Merdeka belajar berfokus pada kebebasan dan pemikiran kreatif (R. Rahayu, dkk, 2021). Esensi dari Merdeka Belajar adalah menggali
15 potensi terbesar untuk para guru dan murid untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas pembelajaran; karenanya, pemerataan akses teknologi menjadi keniscayaan (Alam dalam Dwi Efiyanto, 2021). Model kurikulum rekontruksi sosial memiliki hubungan dengan kegiatan kemasyarakatan yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi. Kurikulum ini dikembangkan oleh aliran interaksional. Pakar di bidang ini berpendapat bahwa pendidikan merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk menumbuhkan adanya interaksi dan kerja sama. Interaksi di sini mempunyai makna yang lengkap, yaitu tidak hanya mencakup interaksi guru-siswa tetapi juga interaksi antarsiswa serta interaksi siswa dengan orang lain di sekitarnya dan juga dengan sumber belajarnya. Dengan interaksi ini akan terjadi kerja sama dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat sehingga terbentuklah masyarakat yang lebih baik. Sekolah tidak hanya mengembangkan kehidupan sosial siswa, tetapi juga mengarah pada bagaimana siswa berpartisipasi dalam kehidupan sosial masyarakatnya (Cholily, 2008). Lebih lanjut lagi Cholily menjelaskan tujuan setiap periode pengajaran bisa berubah sesuai dengan perkembangan tuntutan dan kebutuhan sosial. Survei terhadap keadaan yang terjadi di masyarakat sangat bermanfaat dalam menentukan langkah awal tujuan pembelajaran. Selanjutnya, analisis kebutuhan dan keadaan sekitar juga sangat berpengaruh terhadap penentuan tujuan dan isi dari kurikulum jenis ini. Dalam praktiknya, perancang kurikulum rekonstruksi sosial selalu berusaha menyelaraskan antara tujuan nasional dengan tujuan siswa. Guru berperan dalam membantu siswa untuk menemukan minat, bakat, dan kebutuhannya, serta membantu mereka dalam memecahkan masalah-masalah sosial. Sehingga dapat diambil benang merah antara model kurikulum rekontruksi sosial dan kurikulum merdeka, dimana keduanya sama-sama berupaya untuk menyelaraskan pendidikan dengan bakat dan minat siswa serta berusaha mendidik siswa untuk sesuai dengan kodrat alamnya, baik sebagai manusia maupun sebagai bagian dari masyarakat.
16 BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan Model konsep kurikulum dikembangkan oleh para ahli dikaji empat macam model konsep kurikulum berdasarkan pada urutan kajian paling tradisional sampai dengan kajian yang dianggap modern yaitu kurikulum subjek akademis, kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi, dan kurikulum teknologi. Kurikulum subjek akademis mengacu pada pendidikan klasik (perenialisme dan esensialisme), tujuan kurikulum subjek akademik memberikan pengetahuan dan melatih para peserta didik untuk dapat menghasilkan ide-ide dalam kegiatan penelitian. Model kurikulum humanistik lebih berpusat pada peserta didik. Tenaga pendidik bertugas menciptakan kondisi belajar yang dinamis dan kondusif untuk mendorong setiap peserta didik agar dapat memecahkan persoalan yang diberikan. Model kurikulum rekonstruksi sosial memusatkan perhatian pada masalah yang dihadapi di lingkungan masyarakat. Aliran pendidikan interaksional merupakan sumber dari model kurikulum ini. Kurikulum teknologis mengacu pada teknologi pendidikan. Model konsep kurikulum teknologis pada dasarnya dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan teknologi yang menuntut para pelaku pendidikan untuk menggunakannya dalam proses pendidikan. Hasil-hasil kemajuan teknologi dimanfaatkan dalam bidang pendidikan. Model pengembangan kurikulum bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kurikulum yang ditempuh.
17 DAFTAR PUSTAKA Andhara, O., Mustiningsih, M., & Karimah, K. Z. (2020). Implementasi Model Dan Desain Kurikulum Di Indonesia. In Seminar Nasional Arah Manajemen Sekolah Pada Masa Dan Pasca Pandemi Covid-19. Cholily, Y. M. (2008). Unit 3: Model Kurikulum. In Pengembangan Kurikulum SD (pp. 9–39). Dirjen Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. http://scholar.google.com/scholar?start=120&hl=en&as_sdt=2005&sciodt=0,5&cites=2 3 33046083361203433&scipsc=#7 Dwi Efiyanto. (2021). Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK. In Universitas Muhammadiyah Malang. Universitas Muhammadiyah Malang. Kementrian Pendidikan Dan Kebudayaan. 2012. Dokumen Kurikulum 2013. https://www.datadikdasmen.com/2019/06/unduh-dokumen-kurikulum-2013- sekolah.html Masykur, R. 2019. Teori dan Telaah Pengembangan Kurikulum. Lampung: Aura. Pangestu, D., Pambudhi, T., & Surahman, M. (2019). Studi Evaluatif Relevansi Model Pengembangan Kurikulum Pgsd Dengan Kurikulum Sd Di Bandar Lampung. Jurnal Inovatif Ilmu Pendidikan, 1(2), 99-112. Rahayu, R., Rosita, R., Rahayuningsih, Y. S., Hernawan, A. H., & Prihantini. (2021). Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Penggerak Restu. Jurnal Basicedu, 5(4), 2541–2549. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1230 Sukmadinata, N. S., & Syaodih, E. (2009). Kurikulum dan Pengembangan Kompetensi. Wiryopranoto, S., Herlina, N., Marihandono, D., Tangkilisan, Y. B., Nasional, T. M. K., & Editor: (2017). Ki Hajar Dewantara “Pemikiran dan Perjuangannya” (D. Marihandono (ed.)). Museum Kebangkitan Nasional Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.