JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4.
DEWI PUSPITASARI, S.Pd.
CGP ANGKATAN 7 KAB. TEGAL
DARI SDN PAGEDANGAN 01
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua,
shalom, om swastiastu. Namo buddhaya, salam kebajikan.
Apa kabar para pembaca yang budiman? Semoga Kesehatan dan keberkahan selalu
menyertai kita semua, aamiin.
Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul
1.4 yaitu tentang Budaya . Kali ini saya akan memaparkannya dengan menggunakan model 4F.
4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat
diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan Facts (Peristiwa), Feelings (Perasaan), Findings
(Pembelajaran) dan Future (Penerapan).
Facts ( Peristiwa )
Di modul 1.4 tentang Budaya Positif ini banyak ilmu baru yang saya pelajari. Dimulai dengan
Mulai dari diri dengan mempelajari sub modul dengan tujuan pembelajaran khusus
mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep
pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di
sekolah. Kemudian dilanjut ke sub modul Eksplorasi konsep yang mencakup beberapa bagian
yaitu : Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol,teori Motivasi,
Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas,
Segitiga Restitusi. Kemudian dilanjutkan dengan Ruang Kolaborasi dengan teman CGP.
Setelah ruang kolaborasi dilanjutkan dengan menerapkan praktik segitiga restitusi di
Demonstrasi Kontekstual. Setelah itu kami mendalami materi Bersama instruktur di Elaborasi
Pemahaman. Kemudian saya diminta untuk membuat Koneksi antar materi, mengaitkan
materi sebelumnya dengan materi sekarang. Dan di akhiri dengan membuat Aksi Nyata.
Dengan harapan setelah mempelajari sub-sub modul tersebut calon guru penggerak akan
mampu menjadi motor penggerak perubahan budaya positif di satuan Pendidikan masing-
masing dengan berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan agar tercipta ekosistem
sekolah yang lebih berpihak pada murid sesuai dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara.
Feeling (Perasaan)
Dalam mempelajari modul 1.4 saya banyak menemukan pemahaman-pemahaman budaya
positif yang berbanding terbalik dengan apa yang saya yakini dan saya tahu selama ini,
Sebelumnya saya berkeyakinan bahwa penerapan displin itu harus dengan hukuman dan
pemaksaan, Ketika murid melanggar peraturan mereka harus menerima konsekuensi sesuai
dengan apa yang mereka perbuat. Saya beranggapan disiplin akan berhasil apabila mereka
mentaati aturan tanpa terkecuali, dan tanpa memikirkan efek jangka Panjang yang diterima
oleh murid tersebut apakah mereka akan merasa nyaman atau bahkan sakit hati dengan kita.
selain terbukanya pemahaman saya tentang penerapan budaya positif. Saya juga merasa
menyesal jika mengingat Ketika saya memposisikan diri saya dalam posisi kontrol sebagai
seorang penghukum, jangan-jangan ada salah satu atau salah dua murid yang membenci saya
karena pernah dihukum oleh dan mereka merasa tersakiti. Begitu juga sebaliknya Ketika anak
menerima penghargaan, saya dulu menganggap penghargaan adalah bentuk memotivasi anak
tapi ternyata hal tersebut salah. Penghargaan malah justru lebih banyak mematikan kreativitas
anak dan cenderung merusak hubungan. Baik itu dengan guru maupun dengan murid.
Finding (Pembelajaran)
Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 adalah bahwa
sebagai calon guru penggerak harus mampu menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat
dalam penerapan budaya positif disekolah yaitu posisi kontrol sebagai manajer dengan
menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.
Kenapa dengan segitiga restitusi? karena restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan
karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Dan saya merasakan hal tersebut memang benar,
menyelesaikan masalah dengan hukuman tidak menyelesaikan masalah justru membuat
keadaan semakin rumit. Segitiga restitusi adalah penyelesaiannya. Dengan segitiga restitusi
masalah selesai dengan damai dan anak-anak pun tidak kehilangan identitas mereka, justru
mereka Kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.
Future (Perubahan)
Perubahan yang saya rasakan adalah saya merasa harus tergerak, bergerak dan menggerakkan
orang-orang yang ada di sekitar saya untuk segera mengetahui materi yang saya dapatkan ini.
Hal yang akan saya lakukan untuk melakukan perubahan yang positif dengan lebih
memperhatikan kebutuhan peserta didik, menggunakan posisi control sebagai manager dalam
menangani kasus siswa, menerapkan segitiga restitusi dan selalu menganalisis secara reflektif
dan kritis penerapan budaya positif disekolah dengan berkolaborasi dengan warga sekolah dan
berbagai pemangku kepentingan, walau hal tersebut memerlukan waktu yang tidak sebentar
karena melakukan perubahan yang sudah menjadi kebiasaan tidak lah mudah. Tapi kita harus
bergerak menuju perubahan yang lebih baik.
Demikianlah jurnal refleksi dwi mingguan yang dapat saya paparkan. Semoga bermanfaat dan
dapat menjadi referensi bagi pembaca semua. Terima Kasih.