i KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberi kemudahan dan kelancaran dalam penerbitan buku pengayaan “Situs-situs Prasejarah Tanah Bumbu Kalimantan Selatan“. Buku ini merupakah produk dari kegiatan Rumah Peradaban yang merupakan wadah bersama untuk menyelarasakan pandangan mengenai nilai sejarah budaya. Buku ini memberi sedikit gambaran mengenai aspek kehidupan berdasarkan tinggalan manusia prasejarah berupa hunian, teknologi, dan ungkapan perasaan dan seni. Segala bentuk aspek kehidupan dari tinggalan manusia prasejarah ini yang dapat menjadi contoh untuk pendidikan yang berkarakter. Buku ini merupakan hasil kolaborasi antara Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan dengan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. Semoga buku ini menjadi penyumbang sumber literasi dan mendukung gerakan literasi lainnya. Melalui penerbitan buku ini pula diharapkan pembaca memahami dan mengambil nilai postif dari segala aspek kehidupan tinggalan manusia prasejarah di kawasan karst Bukit Bangkai. Kepala Balai Arkeologi Provinsi Kalimantan Selatan Drs. Nuralam Proses Pemetaan Sebaran Lukisan Dinding Gua Sumber: Dok. Tim Peneliti
ii DAFTAR ISI Kata Pengantar (i) Daftar Isi (ii) Prasejarah Mantewe (1) Manusia Pendukung Kebudayaan (9) Tinggalan Arkeologis (12) Sebaran Situs (13) Lukisan Dinding Gua (16) Kjokkenmodinger (21) Alat- Alat Mesolitik (23) Gua Karst Kalimantan Selatan (25) Liang Bangkai (27) Liang Batu Ukir (32) Liang Susu (35) Liang Jago (38) Kesimpulan (41) Rujukan (42)
1 Proses Kropping di Liang Bangkai Ceruk 11 Sumber: Dok. Tim Peneliti PRASEJARAH MANTEWE DITINJAU DARI GEOHISTORIS
2 TELAH BANYAK KAJIAN dan penelitian prasejarah di Jawa. Namun masih belum banyak kajian dan penelitian prasejarah di luar Jawa seperti di Kalimantan Selatan. Padahal terdapat 43 situs dan 7 kawasan situs yang telah ditemukan mulai tahun 1993- 2015. Salah satu kawasan yang memiliki jejak tinggalan prasejarah yang kaya adalah kawasan karst Bukit Bangkai. Kawasan karst Bukit Bangkai terletak di Desa Dukuhrejo, Mantewe, Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Didalamnya terdapat beberapa gugusan bukit karst yang meliputi Bukit Liang Bangkai, Liang Batu Ukir, Liang Susu, dan Bukit Liang Jago. “Kawasan ini berada di lingkungan basah atau lahan rawa basah yang diperkirakan pernah dihuni manusia sekitar 6000 tahun sebelum masehi dengan menganut kebudayaan Mesolitikum”
3 KAWASAN KARST BUKIT BANGKAI terbentuk pada seperempat awal periode Holosen (antara 9560 hingga 9300 SM) karena endapan rawa selama terus menerus. Hal tersebut dapat terlihat dari semua sebaran situs-situs gua prasejarah yang ditemukan di kawasan Karst Bukit Bangkai ditemukan beberapa jenis tinggalan arkeologis kebudayaan Mesolitik. Diantaranya adalah 1) artefak yang berupa alat batu, alat tulang, gerabah, serta perhiasan dari tulang dan kerang, 2) ekofak yang berupa sisa makanan atau sampah dapur yang terdiri atas tulang binatang, cangkang kerang air tawar, serta pecahan gigi dan tulang manusia, dan terakhir 3) berupa lukisan pada dinding gua. DENGAN DITEMUKANNYA banyak tinggalan arkeologis kebudayaan Mesolitik di kawasan karst Bukit Bangkai dapat disimpulkan bahwa telah terjadi sebuah peradaban. Proses Kropping Lukisan Dinding Gua Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
4 KAWASAN KARST BUKIT BANGKAI sangat cocok untuk hunian permanen (menetap) maupun hunian semi permanen. Didukung oleh kondisi gua yang memiliki ukuran yang cukup tinggi, memiliki ukuran yang cukup lebar, memiliki kondisi permukaan tanah yang kering, rata, memiliki sirkulasi udara yang segar dan nyaman, memiliki intensitas cahaya yang cukup, dan dekat dengan sumber air serta sumber makanan. Sumber air dan sumber makanan yang dimaksud adalah sungai bawah tanah dan rawa serta hutan rawa di sekitar gua-gua kawasan karst Bukit Bangkai. Selain sebagai hunian permanen dan hunian sementara gua di kawasan ini juga berfungsi sebagai bengkel dan tempat ritual keagamaan. DALAM KAJIAN GEOHISTORI atau geografi kesejarahan terbentuknya kebudayaan tersebut dapat didukung oleh kondisi lingkungan dan kemampuan manusia untuk menyesuaikan dengan lingkungan. Kondisi Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
5 INFOGRAFIS LIANG BANGKAI (Sumber: Dok. Tim Peneliti)
6 INFOGRAFIS LIANG BATU UKIR (Sumber: Dok. Tim Peneliti)
7 INFOGRAFIS LIANG SUSU (Sumber: Dok. Tim Peneliti
8 INFOGRAFIS LIANG JAGO (Sumber: Dok. Tim Peneliti)
9 Proses Kropping di Liang Bangkai Ceruk 11 Sumber: Dok. Tim Peneliti MANUSIA PENDUKUNG KEBUDAYAAN PRASEJARAH
10 TERDAPAT BEBERAPA RAS MANUSIA HOMINID yang dikenal sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yaitu Ras Australomelanesoid dan Mongoloid. Mereka bermigrasi melalui jalur pantai Cina bagian selatan kemudian menyebar ke Taiwan dan terus bergerak ke arah selatan sampai ke Indonesia bahkan sampai juga ke Australia. Ketika sampai di Kalimantan mereka dihadapkan dengan hutan hujan tropis dengan curah hujan yang tinggi sehingga mereka harus menetap sementara waktu di beberapa gua salah satunya adalah kawasan karst Bukit Bangkai. Pada 100.000- 300.000 sebelum masehi terjadi migrasi manusia purba hominid menuju Asia. Proses observasi Lukisan Dinding Gua Sumber: Dok. Tim Peneliti
11 BERDASARKAN KONDISI MORFOLOGI dan kemampuan menyesuaikan diri manusia prasejarah pada saat itu gua-gua di kawasan karst Bukit Bangkai layak digunakan sebagai hunian permanen dan hunian sementara. Diperkirakan mereka sudah mendiami kawasan karst Bukit Bangkai sejak 6000 tahun lalu. Dengan temuan kuburan manusia di Bukit Liang Bangkai 10 dapat diduga manusia yang menghuni kawasan karst Bukit Bangkai berasal dari ras Mongoloid. Proses pembuatan sketsa Peta Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
12 K Kegiatan Observasi Gua Sugung Sumber: Dok. Tim Peneliti TINGGALAN ARKEOLOGIS MANTEWE, TANAH BUMBU
13 SEBARAN TEMUAN TAHUKAH KAMU? Situs prasejarah di Kalimantan Selatan banyak ditemukan di kawasan karst atau pegunungan kapur. Terutama di wilayah Kalimantan Selatan bagian tengah yang didominasi oleh Pegunungan Meratus. Kecamatan Mantewe, merupakan salah satu kawasan karst yang cukup luas di Kabupaten Tanah Bumbu, bagian tenggara dari Pegunungan Meratus. Kawasan ini diketahui menyimpan situs gua hunian prasejarah yang potensial. Hal ini dikarenakan kawasan karst memungkinkan tulang belulang manusia dan binatang dapat bertahan dalam waktu yang lama. Kondisi gunung karst Kalimantan Selatan Sumber: Dok. Tim Peneliti
14 KAWASAN KARST di Kecamatan Mantewe terhampar secara acak pada beberapa desa diantaranya meliputi Desa Mantewe, Desa Bulurejo, Desa Dukuhrejo, Desa Rejosari, dan Desa Sukadamai. POTENSI ARKEOLOGI prasejarah di Kecamatan Mantewe sangatlah besar meskipun luas kawasan karst disana hanya sebagian kecil dari kawasan karst di Kabupaten Tanah Bumbu. Peninggalan situs prasejarah yang paling menonjol berada di Bukit Bangkai Desa Dukuhrejo. Mengapa demikian? Karena terdapat semua temuan dan bukti kehadiran manusia prasejarah pada satu gugus karst Bukit Bangkai. Seperti temuan sisa-sisa alat batu, rangka manusia, kitchenmidden/ kjokkenmoddinger, dan lukisan dinding gua. KAWASAN KARST BUKIT BANGKAI merupakan satu gugus bukit karst yang menyimpan banyak gua dan ceruk di dalamnya. Terdapat setidaknya 22 situs yang diduga pernah dihuni oleh manusia prasejarah pada masa lalu. Kawasan karst Bukit Bangkai terdiri dari beberapa gugusan bukit karst, antara lain gugusan karst Bukit Bangkai, Liang Batu Ukir, Liang Susu, dan Bukit Liang Jago. TERDAPAT SYARAT yang harus dipenuhi antara lain gua/ceruk memiliki uukuran yang cukup lebar, kondisi permukaan tanah kering dan rata, sirkulasi udara baik, intensitas cahaya cukup dan dekat dengan sumber air serta sumber makanan. Sebagian gua/ceruk digunakan sebagai permukiman, hunian sementara, bengkel atau tempat membuat alat-alat serpih, maupun pemakaman atau tempat upacara keagamaan.
15 GUA SUGUNG KALIMANTAN SELATAN Kondisi Gua Sugung Sumber: Dok. Tim Peneliti
16 LUKISAN DINDING GUA ROCK PAINTINGS TAHUKAH KAMU mengapa manusia prasejarah melukis di lukisan dinding gua? Salah satu hal yang mendorong manusia prasejarah menciptakan lukisan dinding gua adalah Proses Kroping di Ceruk 12 dengan ditemukannya api. Mengapa demikian? Penemuan api membuat manusia prasejarah dapat lebih mudah melakukan aktivitas sehari-hari seperti memasak. Sehingga ketika manusia hidup aman dan tercukupi maka perasaan dan seni akan muncul pada diri manusia. MANUSIA PRASEJARAH banyak menggambar lukisan dinding gua dibagian mulut gua. Mengapa demikian? Karena ruang mulut goa mudah dijangkau dan mendapatkan sinar matahari sepanjang hari. Namun ada juga lukisan dinding gua yang ditemukan di ruang dalam gua seperti di Gua Liang Bangkai 1 dan LUKISAN DINDING GUA PADA LIANG JAGO
17 PENEMUAN ANEKA RAGAM jenis lukisan dinding gua tersebar di beberapa liang. Diantaranya adalah Liang Bangkai (Liang Bangkai 1, Liang Bangkai Ceruk 11, Liang Bangkai Ceruk 12, dan Liang Bangkai Ceruk 13). Liang Batu Ukir, Liang Susu, dan Liang Jago. yang ditemukan di Bukit Bangkai antara lain berbagai macam lukisan binatang dari lingkungan lahan basah. Seperti ayam hutan, burung Enggang (sebagai alat angkut nenek moyang), reptil, dan lukisan ikan. Terdapat juga berbagai jenis lukisan wajah manusia, lukisan manusia berburu lebah dan beberapa lukisan geometris atau simbolik. Secara keseluruhan lukisan dinding gua yang ditemukan di kawasan karst Bukit Bangkai terdiri dari manusia, flora dan fauna di lingkungan rawaDIANTARA LUKISAN DINDING GUA TAHUKAH KAMU? Lukisan dinding gua yang ditemukan di kawasan karst Bukit Bangkai berupa gambar-gambar berwarna hitam. Warna hitam dapat menggambarkan konsep kepercayaan dan cita rasa yang dimiliki manusia prasejarah pada masa itu. Proses Kropping Lukisan dinding Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
18 LUKISAN & MAKNANYA Bukit Liang Bangkai MOTIF WAJAH MANUSIA/TOPENG Lukisan ini menggambarkan ekspresi wajah dengan dua mata, alis, dan senyum yang lebar. Lukisan dengan gambar wajah manusia ini merupakan perwujudan ungkapan perasaan manusia. MOTIF BURUNG ENGGANG Lukisan ini ditemukan pada Ceruk 13, Liang Bangkai, Kalimantan Selatan. Lukisan ini menggambarkan seekor Burung Enggang yang dijadikan kendaraan nenek moyang dan menjadi tataran simbolik serta menjadi representasi nilai kebaikan. MOTIF HEWAN REPTIL Lukisan ini ditemukan pada Ceruk 12, Liang Bangkai, Kalimantan Selatan. Lukisan ini menggambarkan seekor reptil dengan ekor panjang dan kaki empat. Lukisan dengan motif ini menggambarkan dunia bawah (Air) yang membawa kesuburan dan kemakmuran.
19 LUKISAN & MAKNANYA Liang Batu Ukir MOTIF MANUSIA & BURUNG ENGGANG Lukisan ini menggambarkan manusia dengan tangan terangkat dan burung enggang dalam suatu rangkaian cerita. Lukisan dengan motif ini digunakan sebagai simbol pemujaan terhadap arwah nenek moyang. MOTIF MANUSIA Lukisan ini ditemukan pada Liang Batu Ukir, Kalimantan Selatan. Lukisan ini menggambarkan motif manusia dengan sikap satu tangan terangkat dan kedua kaki yang menekuk. MOTIF BURUNG ENGGANG Lukisan ini menggambarkan Burung Enggang (Tumenggang) yang ditunggangi sebagai kendaraan. Lukisan ini merupakan simbol dunia atas (alam kedewataan) dengan filosofi sikap rendah hati dan kesetiaan terhadap keluarga.
20 LUKISAN & MAKNANYA Liang Jago MOTIF AYAM JAGO Lukisan ini menggambarkan motif ayam jago dengan badan dan ekor yang tidak terlalu panjang. Lukisan ini merupakan dasar penamaan salah satu liang di Kalimantan Selatan yaitu Liang Jago. MOTIF ANTROMORFIK Lukisan ini menggambarkan goresan berbentuk manusia dengan kedua tangan terlentang ke atas dan kepala yang menyerupai kepala burung dengan paruh. Lukisan ini merupakan atribusi karakteristik hewan dan manusia. MOTIF MANUSIA Lukisan ini menggambarkan goresan berbetuk manusia dengan tangan terlentang dan bagian bawah berbentuk bulat dengan bentuk kaki mengarah ke sebelah kanan. Lukisan motif ini menggambarkan simbol kesuburan.
21 SAMPAH KERING KJOKKENMODINGER/KITCHENMIDDEN KJOKKENMODINGER/ KITCHENMIDDEN atau yang biasa disebut sebagai sampah dapur. Temuan kitchenmidden di kawasan karst Bukit Bangkai terdiri dari penumpukan sisa makanan hewan darat, air, rawa, dan sisa makanan dari kegiatan pengumpulan makanan. KJOKKENMODINGER/ KITCHENMIDDEN di kawasan karst Bukit Bangkai didominasi oleh avertebrata/invertebrate (hewan yang tidak memiliki tulang belakang) dan terdapat vertebrata (hewan bertulang belakang). Sebaran Sampah Dapur di Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
22 TERNYATA MANUSIA PRASEJARAH pada masa itu sudah mengenal memasak. Hal itu dapat diketahui dengan ditemukannya sisa-sisa makanan yang dimasak. Selain memakan hewan-hewan di sungai, rawa, dan hutan rawa, manusia prasejarah diduga juga mengkonsumsi umbi-umbi an yang mudah tumbuh di kawasan karst Bukit Bangkai. KJOKKENMODINGER/ SAMPAH DAPUR yang telah disebutkan ditemukan di beberapa lokasi. Diantaranya adalah Gua Liang Bangkai 1, Gua Liang Bangkai 10, Gua Liang Batu Ukir, Ceruk Liang Susu 1, dan Liang Jago. SAMPAH KERANG BANYAK DITEMUKAN DI HALAMAN GUA Mengapa demikian? Karena manusia prasejarah yang tinggal di gua dan ceruk di kawasan karst Bukit Bangkai dekat dengan sungai dan rawa-rawa Sampel Sampah Dapur (Kjokkenmodinger) Sumber: Dok. Tim Peneliti Sebaran Sampah Dapur di Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
23 ALAT-ALAT MESOLITIK MESOLITHIC TOOLS BAGAIMANA CARA MENDAPATKAN BAHAN untuk membuat alat-alat batu? Manusia prasejarah mengambil bahan baku pembuatan alat- alat batu dari tepi Sungai Mantewe. Kemudian diangkut ke tepi ruang gua untuk diubah menjadi berbagai jenis alat batu. APA SAJA alat batu yang ditemukan di kawasan karst Bukit Bangkai? Jenis-jenis alat batu yang ditemukan terdiri dari: alat serpihan (alat pemotong, juru tulis, pukulan, sekop dan mata panah yang digunakan untuk berburu), serpihan, pengikis, batu corse, mata panah, dan pencacah. TEMUAN SISA alat-alat batu di kawasan karst Bukit Bangkai menunjukkan ciri- ciri hasil budaya mesolitik. Sisa alat-alat batu dapat ditemukan menumpuk di kjokkenmoddinger/sampah dapur. Alat Lancipan di Liang Batu Ukir Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti
24 DITEMUKAN DIMANA DIMANA SAJAKAH alat-alat batu ditemukan? Peneliti menemukan serpihan, alat serpihan, batu inti dalam jumlah yang sangat banyak di Gua Liang Bangkai 1. Begitu juga di Gua Liang Batu Ukir, Ceruk Liang Susu 1, dan Liang Jago dapat ditemukan serpihan, alat serpih, batu inti namun tidak sebanyak di Gua Liang Bangkai 1. Hanya saja di Liang Jago temuan alat-alat batu didominasi oleh alat serpihan. Ditemukan juga alat serut berbahan dasar andesit, batu api, dan grit, serta mesin perajang gamping. Kemudian perkakas serpih pemotong, juru tulis, dan pencukur mata panah. Selain itu ada juga mesin perajang yang digunakan untuk memukul atau memecah tulang hewan Fragmen Tulang Mamalia di Liang Batu Ukir Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai, Ceruk 13 Sumber: Dok. Tim Peneliti
25 Kondisi Liang Susu, Sektor II Sumber: Dok. Tim Peneliti GUA-GUA KARST TANAH BUMBU, KALIMANTAN SELATAN
26 PEGUNUNGAN MERATUS membelah wilayah Kalimantan Selatan mulai dari Kabupaten Tabalong di utara sampai ke Kabupaten Tanah Bumbu di selatan. Tradisi menetap di dalam gua-gua ini tampaknya juga berkembang di wilayah Kalimantan Selatan (Sugiyanto, 2017). Awal kehidupan pada masa prasejarah ditandai dengan berkembangnya budaya Paleolitik yang ditandai dengan munculnya peradaban di lembah-lembah tepi sungai Kondisi Gua Sugung Sumber: Dok. Tim Peneliti “Pegunungan Meratus merupakan salah satu bentang lahan yang sangat dominan di wilayah Kalimantan Selatan” PADA MASA SELANJUTNYA, manusia mulai tinggal di gua-gua kapur dan mengembangkan budaya mesolitik. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya temuan gua karst yang berisi sampah dapur, alat batu, bahkan lukisan dinding gua. Persebaran gua karst di Kalimantan Selatan menunjukkan suatu pola terkait dengan pemilihan dan pemanfaatan lingkungan untuk hunian (Fajari, 2017). Pola tersebut terbentuk karena adanya hubungan antara aktivitas manusia dengan ruang tempat Kondisi Liang Hanafi/ Rusa Sumber: Dok. Tim Peneliti
27 Kondisi Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti LIANG BANGKAI LOKASI MORFOLOGI KARAKTERISTIK CERUK TEMUAN
28 Kondisi Liang Bangkai I Sumber: Dok. Tim Peneliti LIANG BANGKAI merupakan salah satu bagian dari Pegunungan Karst meratus yang merupakan suatu jajaran bukit karst yang membentang di zona utara dan tenggara. Pegunungan meratus merupakan lokasi yang sangat penting bagi kehidupan masnusia dari masa prasejarah hingga sekarang (Sugiyanto, 2013). Liang bangkai dikategorikan sebagai gua hunian berbentuk payung dengan 13 ceruk/ bagian gua. Struktur Liang bangkai terdiri dari gua bagian dalam, halaman gua, dinding gua, dan atap gua. Lokasi Liang Bangkai berada di Desa Dukuhrejo, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. MORFOLOGI DARI LIANG BANGKAI dapat diktegorikan sebagai suatu gua hunian. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian Sugiyanto (2015) yang menyatakan bahwa karakteristik gua hunian antara lain adalah memiliki ukuran cukup lebar, dengan kondisi tanah yang kering, intensitas cahaya yang baik, sirkulasi udara lancar, serta dekat dengan sumber makanan dan bahan baku pembuatan alat. Berikut adalah beberapa ceruk dari Liang Bangkai. TAHUKAH KAMU? Nama Liang Bangkai digunakan sebagai nama gua, karena banyak ditemukan kotoran kelelawar yang beraroma seperti bangkai.
29 CERUK-CERUK DI LIANG BANGKAI Kondisi Liang Bangkai Ceruk 10 Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai I Sumber: Dok. Tim Peneliti MORFOLOGI : 1. Pintu gua menghadap barat 2. Intensitas cahaya baik 3. Sirkulasi udara baik 4. Kering dan tidak lembab 5. Atap tinggi membentuk ceruk 6. Posisi tanah lebih tinggi dari sekitarnya KELEBIHAN : 1. Layak Huni 2. Terbebas dari hewan buas 3. Melindungi dari hujan TIPE GUA : HUNIAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Alat batuan 3. Karapas penyu 4. Lukisan dinding gua. MORFOLOGI : 1. Pintu gua menghadap utara 2. Intensitas cahaya baik 3. Sirkulasi udara baik 4. Kering dan tidak lembab 5. Terdapat 6 sektor (3-14 m) 6. Posisi 15 meter diatas Ceruk 12 KELEBIHAN : 1. Layak Huni 2. Terbebas dari hewan buas 3. Melindungi dari hujan TIPE GUA : HUNIAN & KUBURAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Alat batuan 3. Kerangka Manusia Purba CERUK 1 CERUK 10 Ceruk 10 merupakan gua tempat perkuburan manusia purba.
30 CERUK-CERUK DI LIANG BANGKAI MORFOLOGI : 1. Ruangan yang besar 2. Intensitas cahaya hanya pada mulut gua 3. Lantai cenderung lembab (kering di bibir gua) 4. Sirkulasi udara baik 5. Posisi tanah lebih tinggi dari sekitarnya KELEBIHAN : 1. Melindungi dari angin 2. Melindungi dari hujan TIPE GUA : PERSINGGAHAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Lukisan dinding gua MORFOLOGI : 1. Tanah lebih tinggi dari sekitarnya 2. Intensitas cahaya baik 3. Sirkulasi udara baik 4. Terdapat sumber mata air 5. Atap cenderung tinggi 6. Terdapat variasi morfologi KELEBIHAN : 1. Layak Huni 2. Dekat dengan sumber air 3. Melindungi dari hujan TIPE GUA : HUNIAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Alat batuan 3. Lukisan Dinding Gua CERUK 11 CERUK 12 Ditemukan lukisan berbentuk buaya sebagai simbol kesuburan dan kemakmuran. Pada Ceruk 11 ditemukan banyak lukisan dinding gua disepanjang dindingnya. Kondisi Liang Bangkai Ceruk 11 Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai Ceruk 12 Sumber: Dok. Tim Peneliti
31 CERUK-CERUK DI LIANG BANGKAI Pembuatan sketsa Peta Liang Bangkai Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Bangkai Ceruk 13 Sumber: Dok. Tim Peneliti Proses Observasi lukisan Liang Batu Ukir Sumber: Dok. Tim Peneliti MORFOLOGI : 1. Terletak di bagian utara 2. Intensitas cahaya hanya pada mulut gua 3. Lantai gua kering 4. Sirkulasi udara baik 5. Posisi tanah lebih tinggi dari sekitarnya 6. Ruangan tidak terlalu luas TIPE GUA : PERSINGGAHAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Lukisan dinding gua “Gua yang telah disediakan oleh alam menjadi pilihan terbaik untuk ketersediaan ruang yang aman dalam beraktivitas tanpa mengerahkan upaya yang besar” CERUK 13 Pada Ceruk 13 ditemukan Lukisan Burung Enggang sebagai tunggangan arwah leluhur.
32 Kondisi Liang Batu Ukir, Sektor IV Sumber: Dok. Tim Peneliti LIANG BATU UKIR LOKASI MORFOLOGI KARAKTERISTIK SEKTOR TEMUAN
33 LIANG BATU UKIR berada di Kawasan Bukit Karst Ulin-Bangkai, Kecamatan Mantewe, Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Liang Batu Ukir berada 300 m di sebelah timur Bukit Bangkai. Secara geografis, Liang Batu Ukir berada di sebelah utara Liang Bangkai. Liang Batu Ukir dibagi menjadi 4 sektor berdasarkan lokasi temuan lukisan dinding gua. Berada di sekitar anak Sungai Bangkai yang tidak pernah kering. Kondisi Liang Batu Ukir Sektor I Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Batu Ukir Sertor 2A Sumber: Dok. Tim Peneliti TAHUKAH KAMU? Nama “Batu Ukir” didasarkan pada bentuk dinding gua yang terlihat seperti diukir/dipahat. MORFOLOGI : 1. Ruangan gua yang cukup lapang 2. Tanahnya kering dan tidak lembab 3. Intensitas Cahaya yang baik 4. Dekat dengan sumber air & batuan 5. Sirkulasi Udara yang baik 6. Terbebas dari hujan dan luapan air TIPE GUA : HUNIAN & PEMBUATAN ALAT TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (Sampah Dapur) 2. Alat Batuan
34 SEKTOR-SEKTOR LIANG BATU UKIR Kondisi Liang Batu Ukir Sektor I Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Batu Ukir Sektor IV Sumber: Dok. Tim Peneliti Pada sektor 1 ditemukan banyak lukisan dinding gua dan yang terbesar bermotif Rusa SEKTOR 1 SEKTOR 4 Pada sektor 4 ditemukan berbagai macam temuan mulai dari lukisan dinding gua, fragmen tulang, sampah kerang, dan alat batuan. SEKTOR 3 Sektor 3 cenderung sempit digunakan sebagai tempat mengekspresikan lukisan dinding gua SEKTOR 2 Pada sektor 2 dibagi menjadi bagian A dan B dengan sebaran lukisan dan sampah kerang Kondisi Liang Batu Ukir Sektor Iii Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Batu Ukir Sektor Ii Sumber: Dok. Tim Peneliti
35 Kondisi Liang Susu, Sektor I Sumber: Dok. Tim Peneliti LIANG SUSU LOKASI MORFOLOGI KARAKTERISTIK SEKTOR TEMUAN
36 LIANG SUSU terletak 200 m diantara Liang Batu Ukir dan Liang Bangkai yang terhubung oleh sungai bawah tanah. Kondisi dari Liang Susu dapat dikatakan pada kondisi yang rusak, sebagian besar bagian dari gua ditutupi oleh lumut dan cenderung lembab. Hal ini dikarenakan adanya erosi yang disebabkan oleh sungai bawah tanah. LIANG SUSU terdiri dari dua sektor, pada sektor pertama ditemukan berbagai macam lukisan hewan dan perahu. Namun, sangat disayangkan bahwa kondisi lukisannya sulit untuk diidentifikasi kembali karena adanya Vandalisme lukisan dinding gua di Liang Susu Kondisi Lukisan dengan Vandalisme Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Susu, Sektor ii Sumber: Dok. Tim Peneliti
37 Kondisi Liang Susu Sumber: Dok. Tim Peneliti Kondisi Liang Susu, Sektor I Sumber: Dok. Tim Peneliti MORFOLOGI : 1. Dekat dengan sumber air 2. Intensitas cahaya yang baik 3. Posisi tanah lebih tinggi dari sekitarnya 4. Beberapa bagian dinding berlumut 5. Memiliki sungai bawah tanah KELEBIHAN : 1. Melindungi dari hewan buas 2. Melindungi dari hujan TIPE GUA : HUNIAN SEMENTARA & PEMBUATAN LUKISAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah kerang) 2. Lukisan dinding gua. 3. Alat batuan SEKTOR 1 SEKTOR 2 Kondisi Liang Susu, Sektor II Sumber: Dok. Tim Peneliti
38 Kondisi Liang Jago Sumber: Dok. Tim Peneliti LIANG JAGO LOKASI MORFOLOGI KARAKTERISTIK SEKTOR TEMUAN
39 LIANG JAGO terletak pada 200 m sebelah barat dari Bukit Bangkai. Rute jalan menuju Liang Jago cenderung kombinasi antara perairan dan daratan. Hal ini dikarenakan antara Bukit Bangkai dan Liang Jago terdapat suatu sungai bawah tanah. Kondisi Liang Jago Sumber: Dok. Tim Peneliti MORFOLOGI : 1. Intensitas matahari yang baik 2. Tanahnya kering & tidak lembab 3. Menyerupai paying 4. Dekat dengan sumber air & batuan 5. Sirkulasi Udara yang baik 6. Terbebas dari hujan TIPE GUA : HUNIAN TEMUAN : 1. Kjokkenmodinger (sampah dapur) 2. Chopper 3. Lukisan Dinding Gua 4. Karapas Penyu 5. Fragmen Gerabah Kondisi Liang Jago Sumber: Dok. Tim Peneliti
40 PENAMAAN LIANG JAGO didasarkan pada penemuan suatu lukisan dinding gua dengan motif menyerupai ayam jago. Sebaran lukisan dinding gua di Liang Jago meliputi motif hewan, antropomorfik, dan juga manusia. Pada bagian halaman Liang Jago ditemukan berbagai macam sampah kerang jenis Gastropoda dengan ordo Tiaridae, Limmaidae, dan Pupinidae. Lukisan Ayan Jago di Liang jago Sumber: Dok. Tim Peneliti Sampel Sampah dapur di Liang Jgao Sumber: Dok. Tim Peneliti Proses Kropping di Liang jago Sumber: Dok. Tim Peneliti TAHUKAH KAMU Teknik yang digunakan untuk mengetahui motif lukisan dinding gua adalah teknik “KROPING”
41
42 KESIMPULAN TERDAPAT SALAH SATU KAWASAN situs di Mantewe, Kalimantan Selatan yang memiliki jejak tinggalan prasejarah yang kaya yaitu kawasan Karst Bukit Bangkai. Letaknya berada di Desa Dukuhrejo, Mantewe, Tanah Bambu, Kalimantan Selatan. Kawasan ini terbagi menjadi beberapa gugusan bukit karst yang meliputi Bukit Liang Bangkai, Liang Batu Ukir, Liang Susu, dan Bukit Liang Jago. Berdasarkan kajian geohistori kawasan karst Bukit Bangkai cocok digunakan sebagai hunian permanen maupun sementara. SELAIN SEBAGAI HUNIAN gua-gua di kawasan karst Bukit Bangkai juga berfungsi sebagai bengkel alat-alat Mesolitik, dan tempat melakukan ritual keagamaan. Terdapat berbagai temuan arkeologis diantaranya 1) artefak, 2) ekofak, 3) berupa lukisan pada dinding gua. Penghuni kawasan karst Bukit Bangkai diperkirakan merupakan orang Mongoloid yang menghuni pada tingkat budaya Mesolitik (antara 8000 dan 5000 tahun yang lalu). Yakni sejak 6000 tahun yang lalu dan bertahan hidup hingga 3000 tahun yang lalu. Kondisi Dinding Gua Sumber: Dok. Tim Peneliti
43 DAFTAR RUJUKAN Bellwood, P. 2000. Prasejarah Kepulauan Indo-Malaya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Bemmelen, R.W.V. 1949. The Geology of Indonesia Volume IA The Hague: Martinus Nijhoff. Bintliff, J. 1992. Interaction Between Archaelogical Sites and Geomorphology. Cuaternario y Geomorfologia, 6, 5-20. Bridsell, J.B. 1977. “Recalibration of a Paradigm fot the First Peopling of Greater Australia”, Sunda and Sahul: Prehistoric Studies in South-East Asia, Melanesia, and Australia. London: Academic Press. Fajari, N.M.E. 2017. Karakteristik Situs-Situs Arkeologi Kalimantan Selatan Berdasarkan Lokasi Geografis. Naditiria Widya. 11(1), 61-79. Jati, S.S.P. 2013. Prasejarah Indonesia: Tinjauan Kronologi dan Morfologi. Jurnal Sejarah dan Budaya. 7(2), 20-30. Munandar, A.A. 2013. Artefak di Ruang Geografi: Kajian Artefak dalam Geografi Sejarah. Jurnal Sejarah dan Budaya, 7(2), 8-15. Noor, Y & Mansyur. 2015. Menyusuri Jejak-Jejak Masa Lalu Indonesia. Banjarmasin: Banjarmasin Press.
44 DAFTAR RUJUKAN Saleh, M.I. 1991. Sejarah Lokal Kerajaan Banjarmasin dan Kebudayaan Sungainya. Buletin Kayuh Baimbai, 1(1), 15-36. Sugiyanto, Bambang. 2013. Potensi Situs Gua Hunian Prasejarah di Kawasan Karst Pegunungan Meratus, Kalimantan Selatan. Jurnal Naditira Widya. Vol.2 (1). Halaman 1-11. Sugiyanto, Bambang. 2015. Potensi Arkeologi Prasejarah Kabupaten Tnah Bumbu dan Ancaman yang dihadapinya. Jurnal Naditira Widya. Vol 9 (1). Halaman 1-14. Suprapta, Blasius; Nafi’ah, Ulfatun; Subekti, Arif. 2020. Reconstruction of Socioeconomic Life Cave Habitation of Mesolothic in Karst Area “Bukit Bangkai”, Tanah Bumbu, South Kalimantan: Archaeological Study of Mesolithic Indutry and Kitchenmidden. Advance in Social Science, Education and Humanities Research. Volume 404. Halaman 178- 184. Suprapta, Blasius; Nafi’ah, Ulfatun; Subekti, Arif. 2020. Space Composition of Mesolithic Caves Habitation in Karst Area “Bukit Bangkai” Tanah Bumbu, South Kalimantan: Wetland Archaeological Study. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. Volume 412. Halaman 1-9.