The words you are searching are inside this book. To get more targeted content, please make full-text search by clicking here.

MAKALAH TERMOKIMIA KELAS XI MIA

Discover the best professional documents and content resources in AnyFlip Document Base.
Search
Published by defypuryanti, 2021-08-17 04:44:46

MAKALAH TERMOKIMIA

MAKALAH TERMOKIMIA KELAS XI MIA

Keywords: MAKALAH

MAKALAH

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI TERMOKIMIA PADA PESERTA
DIDIK KELAS XI MIA DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW di SMA

NEGERI 1 BELITANG

Oleh:

DEFY PURYANTI, S.Pd
NIP: 198705042009032003

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
PROPINSI KALIMANTAN BARAT
SMA NEGERI 1 BELITANG
TAHUN 2018

1

1. Judul Makalah LEMBARPENGESAHAN

LAPORAN PUBLIKASI ILMIAH

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP
MATERI TERMOKIMIA PADA SISWA
KELAS XI MIA DENGAN METODE
KOOPERATIF MODEL JIGSAW di SMA
NEGERI 1 BELITANG

2. Idenditas Pembuat Defy Puryanti, S.Pd
a. Nama Lengkap dan Gelar Perempuan
b. Jenis Kelamin
c. Pangkat, Golongan, NIP Penata Tk I, III/c, 198705042009032003
d. Asal Sekolah
e. Alamat Kantor SMA NEGERI 1 BELITANG
Jl. H.M. Saleh Ali Desa Belitang dua kec.
Belitang kab. Sekadau

f. Alamat Rumah Jl. Sintang KM. 8 Komplek BTN Villa Indah
3. Lama Pembuatan Sekadau No. B 8, Desa Bokak Sebumbun Rt
14/ Rw 07, Kec. Sekadau Hilir, Kab. Sekadau
1 (satu) bulan

4. Biaya yang diperlukan sumber Rp. 100.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu

dari pribadi Rupiah)

Mengesahkan/Menyetujui Belitang, 30 Mei 2018
Kepala SMA NEGERI 1 BELITANG Penulis

Agus Supriyanto, S.Pd. M.Pd Defy Puryanti, S.Pd
NIP.19700820 199903 1 004 NIP. 19870504 200903 2 003

2

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 BELITANG

Alamat: Jalan H.M. Saleh Ali Desa Belitang Dua Kec. Belitang
Kode Pos 79588 Email : [email protected]

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Agus Supriyanto, S.Pd., M.Pd

N I P : NIP.19700820 199903 1 004

Pangkat/Golongan : Pembina./ IV a

Jabatan : Kepala Sekolah

Nama dan Alamat Sekolah: : SMA Negeri 01 Belitang / Jl. H.M.Saleh Ali Desa Belitang

dua Kec. Belitang Kab. Sekadau

Menyatakan bahwa tinjauan ilmiah dengan judul

No JUDUL MAKALAH BERUPA TINJAUAN ILMIAH

1 PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI TERMOKIMIA PADA SISWA
KELAS XI MIA DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW di SMA NEGERI
1 BELITANG

Adalah Karya asli guru

Nama : Defy Puryanti, S.Pd
NIP : 19870504 200903 2 003
Pangkat/Golongan : Penata Tk.I (IIIc)
Jabatan : Guru Madya
Nama dan Alamat Sekolah : SMA NEGERI 1 BELITANG
Jenis Guru : Guru Mata Pelajaran
Tugas : Mengajar Bidang Studi Kimia

Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya
Belitang, 30 Mei 2018
Kepala Sekolah

Agus Supriyanto, S.Pd., M.Pd
NIP.19700820 199903 1 004

3

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia
yang dilimpahkan kepada penulis sehingga makalah yang berjudul ” Peningkatan
Pemahaman Konsep Materi Termokimia pada Siswa kelas XI Mia dengan Metode
Kooperatif Model Jigsaw di SMAN 1 Belitang” ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini dapat diselesaikan berkat
adanya bantuan, bimbingan, dorongan dan petunjuk dari berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih dari kesempurnaan. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan masukan berupa saran dan kritikan yang membangun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan tulisan ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua. Amin

Belitang, 30 Mei 2018

Penulis

4

ABSTRAK

Kegiatan pembelajaran Kimia di sekolah dewasa ini kurang menunjang terhadap
keterampilan dan kreatifitas siswa yang sekiranya dapat memotivasi belajarnya
sehingga hasil belajarpun meningkat dengan baik. Makalah ini berjudul “Peningkatan
Pemahaman Konsep Materi Termokimia pada Siswa Kelas XI MIA dengan Metode
Kooperatif Model Jigsaw di SMAN 1 Belitang.

Sedangkan tujuan dalam makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap
pemahaman konsep termokimia pada siswa Sma Negeri 1 Belitang

Strategi yang digunakan adalah kooperatif model jigsaw. Berdasarkan nilai tugas
dari 34 siswa, sebanyak 32 siswa (94,11%) mencapai nilai di atas ketuntasan minimal,
sedangkan 2 siswa (2,94) mencapai nilai di bawah ketuntasan minimal. Dengan
demikian dapat penulis nyatakan bahwa pembelajaran melaui penggunaan metode
kooperatif model jigsaw berpengaruh baik terhadap pemahaman konsep siswa pada
materi termokimia.

5

DAFTAR ISI

Cover..................................................................................................................... 1
Lembar pengesahan laporan publikasi ilmiah………………………………………. 2

Surat pernyataan................................................................................................... 3

Kata Pengantar...................................................................................................... 4
Abstrak ………………………………………………………………………………….. 5

Daftar Isi................................................................................................................. 6
Sampul makalah ………………………………………………………………………… 7

Bab I. Pendahuluan .............................................................................................. 8

A. Latar Belakang.................................................................................. 8

B. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah............................... 10

C. Tujuan Penelitan ............................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian............................................................................ 10

Bab II. Kajian teori ........................................................................................... 11
A. Defenisi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw …………………… 11
B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ………………………………… 14

C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw. 15
D. Materi Termokimia ……………………………………………………… 17

Bab III. Pembahasan ....................................................................................... 19

Bab IV. Penutup.............................................................................................. 23

A. Kesimpulan....................................................................................... 23

B. Saran................................................................................................ 23

Daftar Pustaka................................................................................................ 24
Lampiran. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)……….….. 25

6

MAKALAH
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATERI TERMOKIMIA PADA SISWA
KELAS XI MIA DENGAN METODE KOOPERATIF MODEL JIGSAW di SMA NEGERI 1

BELITANG

DISUSUN OLEH
NAMA: DEFY PURYANTI, S.Pd

NIP. :19870504 200903 2 003

SMA NEGERI 1 BELITANG
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROPINSI

KALIMANTAN BARAT TAHUN 2018

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Pasal 1 menyebutkan bahwa manusia membutuhkan pendidikan dalam
kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan manusia agar dapat
mengembangkan potensinya melalui proses pembelajaran. Berbagai upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan terus dilakukan, salah satunya yaitu dengan
melakukan upaya inovasi di bidang pendidikan. Menurut Sudjana (2005: 2),
“pendidikan terjadi melalui interaksi insani, tanpa batas ruang dan waktu”. Dalam
penyelenggaraannya di sekolah, pendidikan yang melibatkan guru sebagai tenaga
pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi
belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai tenaga pendidik yaitu
dengan meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu mata pelajaran di tingkat
sekolah menengah yang membutuhkan tingkat pemahaman yang tinggi adalah
pelajaran kimia. Untuk mendapatkan nilai yang tinggi siswa cenderung lebih
banyak menghafal daripada memahami konsep isi materi. Kondisi ini semakin
meningkat manakala guru dalam memberikan penjelasan bersifat monoton. Hal
ini dapat dilihat pada kegiatan pembelajaran yang terjadi di kelas yang lebih
berpusat pada guru. Guru dalam penyampaian materi biasanya menerapkan
model 3 pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, di mana siswa
hanya duduk, diam, mendengarkan, dan mencatat apa yang disampaikan oleh
guru. Hal demikian menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar kimia yang
menyebabkan hasil belajarnya pun rendah.

Kurangnya pemahaman konsep materi juga disebabkan kurangnya
motivasi belajar siswa. Hal ini disebabkan siswa kurang mendapatkan
pengalaman belajar dari temannya. Kepada guru kurang berani menyampaikan,
sedangkan dengan temannya belum ada pembiasaan, sehingga menyebabkan
sulitnya berinteraksi. Kurangnya motivasi siswa dalam menyampaikan gagasan,
karena guru kurang memberi penguatan kepada siswa yang berani

8

mengungkapkan pendapatnya. Selain itu Informasi yang disampaikan guru saat
pembelajaran terlalu cepat sehingga siswa kurang bisa memaknai dan
memahami. Kurangnnya waktu yang diberikan kepada siswa untuk berinteraksi
dengan media / sumber belajar / alat peraga.

Rendahnya hasil belajar, dapat dilihat dari banyaknya kesalahannya dalam
siswa dalam memahami soal-soal ulangan harian, ulangan semester bahkan pada
soal ujian nasional. Rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena kurangnya
pemahaman konsep materi pelajaran kimia.

Salah satu materi pelajaran kimia yang dipelajari kelas XI MIA adalah
termokimia. Dalam materi termokimia ini, tidak semua materi mutlak dihapalkan
oleh siswa, namun siswa juga harus memahami entalpi pembakaran,
pembentukan, penguraian, hukum Hess, energi ikatan, dan energi bahan bakar.
Apabila metode konvensional bersifat monoton yang dilakukan oleh guru terus
dilakukan maka hal ini menjadikan siswa pasif dan dapat berakibat kurangnya
pemahaman kosep siswa pada materi termokimia, dan akan berdampak pada
rendahnya hasil belajar. Oleh karena itu perlu diterapkan model pembelajaran
yang menjadikan siswa aktif, termotivasi, dan dapat memahami konsep materi
yang diajarkan oleh guru.

Salah satu metode yang dapat membuat siswa aktif dan bersemangat
dalam belajarar adalah guru dapat menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw atau tim ahli. Menurut Isjoni (2010: 54), “pembelajaran kooperatif
jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa
aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai
prestasi yang maksimal”.

Dalam metode pembelajaran kooperatif model jigsaw, setiap siswa dalam
kelompok diberi materi yang berbeda-beda yang nantinya bertemu dengan
temannya dari kelompok lain dengan materi yang sama dalam kelompok ahli dan
setelah berdiskusi dalam kelompok ahli, siswa kembali ke kelompok asal dan
bertugas menjelaskan materinya kepada teman satu kelompoknya. Dari
penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa dengan menerapkan metode
pembelajaran kooperatif model jigsaw ini, selain dapat mempermudah siswa

9

dalam mempelajari materi termokimia, juga dapat meningkatkan kerjasama di
antara siswa secara berkelompok.
B. Rumusan Masalah dan Pemecahan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalah makalah ini
adalah “Bagaimana pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatifl
model jigsaw terhadap pemahaman konsep termokimia pada siswa Sma Negeri 1
Belitang”
C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan makalah ini adalah untuk mengetahu bagaimana pengaruh
penggunaan metode pembelajaran kooperatif model jigsaw terhadap pemahaman
konsep termokimia pada siswa Sma Negeri 1 Belitang.
D. Manfaat

Secara umum manfaat makalah ini adalah sebagai masukan dan
pertimbangan bagi guru untuk menerapkan metode pembelajaran kooperatif
model jigsaw pada pembelajaran kimia.

10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Defenisi Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Dalam subbab ini akan diuraikan tentang pengertian metode pembelajaran

kooperatif (cooperative learning), dan pembelajaran kooperatif model jigsaw. Uraian
selengkapnya yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce dalam Triyanto : 2009:22), adalah suatu
perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman alam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan untuk
menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku,film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”. Sementara Joyce dan Weil dalam
Abimanyu dkk (2008: 2.4), menjelaskan model pembelajaran sebagai berikut:
Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu yang berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas pembelajaran. Amri dan Ahmadi (2010: 190), menyederhanakan bahwa
“model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.”

Dari ketiga pendapat tentang model pembelajaran tersebut dapat
disimpulkan bahwa pengertian model pembelajaran adalah suatu kerangka/pola/
gambaran pembelajaran yang akan dilaksanakan yang di dalamnya memuat
langkah-langkah atau prosedur pelaksanaan yang digunakan oleh guru sebagai
pedoman dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
2. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)

Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal
dengan nama pembelajaran kooperatif. “Cooperative learning berasal dari kata
cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan
saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim” (Isjoni

11

2010:15). Cabrera et al. dalam McWey, Henderson, dan Piercy (2006),
memberikan definisi pembelajaran kooperatif sebagai berikut: “Cooperative
learning (CL) has been identified as an effective pedagogical strategy that
promotes a variety of positive cognitive, affective, and social outcomes”. Definisi
tersebut mengandung pengertian bahwa pembelajaran kooperatif (CL)
diidentifikasikan sebagai strategi pedagogis yang efektif yang mempromosikan
berbagai hasil pengetahuan, sikap, dan sosial yang positif.

“Pembelajaran kooperatif ini bernaung dalam teori konstruktivis.
Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan
dan memahami konsep yang sulit, jika mereka saling berdiskusi dengan
temannya” (Trianto 2009: 56). Hal ini sejalan dengan pemikiran Stahl dalam
Solihatin dan Raharjo (2008: 5), yang mengatakan bahwa “model pembelajaran
cooperative learning menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem
kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar”. Asma (2006:
6-7), menyebutkan bahwa model pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya
ciri-ciri seperti;
(1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan meteri

belajarnya,
(2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan

rendah,
(3) Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, dan

jenis kelamin berbeda-beda, dan
(4) Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Johnson dan Johnson dalam Trianto (2009: 57), menyatakan bahwa “tujuan
pokok belajar kooperatif yaitu memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan
prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara
kelompok”. Sementara itu, Stahl menambahkan keuntungan belajar kooperatif
yaitu disamping memungkinkan siswa meraih keberhasilan dalam belajarnya, juga
bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik itu keterampilan berpikir
maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan

12

pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, bekerjasama, rasa setia
kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku menyimpang dalam kehidupan kelas
(Isjoni 2010: 23).Roger dan Johnson dalam Lie (2004: 31-7), menyebutkan ada
lima unsur metode pembelajaran kooperatif, yaitu:
1. Saling Ketergantungan Positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya.
Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa, sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.
2. Tanggung Jawab Perorangan
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur metode pembelajaran
kooperatif, maka setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk
melakukan yang terbaik. Guru yang efektif dalam model pembelajaran
kooperatif membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa, sehingga
masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya
sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap Muka
Dalam pembelajaran kooperatif, setiap kelompok harus diberi kesempatan
untuk bertatap muka dan berdiskusi. Interaksi ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari
sinergi ini yaitu menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi
kekurangan masingmasing.
4. Komunikasi antar anggota
Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Keterampilan berkomunikasi
dalam kelompok juga merupakan proses panjang. Namun, proses ini
merupakan proses yang sangat bermanfaat dan perlu ditempuh untuk
memperkaya pengalaman belajar dan pembinaan perkembangan mental dan
emosional para siswa.

13

5. Evaluasi Proses Kelompok
Guru perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi
proses kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa
bekerjasama dengan lebih efektif.

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan

diujicobakan oleh Elliot Aronson pada tahun 1971 di Austin, Texas (Aronson).
Arends seperti yang dikutip dalam Amri dan Ahmadi (2010: 94) mengatakan bahwa
“model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan suatu tipe pembelajaran
kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang
bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu
mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya”. Dalam
pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini terdapat dua kelompok, yaitu
kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal merupakan kelompok awal di
mana terjadi pembagian masing-masing materi yang berbeda untuk setiap anggota.
Selanjutnya kelompok ahli merupakan kelompok yang terbentuk dari sekumpulan
anggota kelompok asal yang mempunyai materi yang sama. Priyanto dalam Wena
(2009: 194-5), menyebutkan ada beberapa langkah dalam pembelajaran kooperatif
tipe jigsaw, yaitu:
 Pembentukan Kelompok Asal

Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam
pembelajaran. Setiap kelompok asal terdiri dari 4-5 orang anggota dengan
kemampuan yang heterogen.
 Pembelajaran pada Kelompok Asal
Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota kelompok asal.
Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan menjadi
keahliannya yang dikerjakan secara individual.
 Pembentukan Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas
mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, kemudian masing-masing

14

ahli submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk
kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
 Diskusi Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi
tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok
ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu
menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
 Diskusi Kelompok Asal (Induk)
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-
masing. Kemudian setiap anggota kelompok menjelaskan dan menjawab
pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang menjadi keahliannya kepada
anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung secara bergilir sampai seluruh
anggota kelompok asal telah mendapatkan giliran.
 Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru
berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
 Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota
kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
 Pemberian Penghargaan Kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

C. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran Jigsaw adalah sebagai berikut :
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar, karena sudah ada kelompok ahli

yang bertugas menjelaskan materi kepada rekan-rekannya.

15

2. Mengembangkan kemampuan siswa mengungkapkan ide atau gagasan dalam
memecahkan masalah tanpa takut membuat salah.

3. Dapat meningkatkan kemampuan sosial: mengembangkan rasa harga diri dan
hubungan interpersonal yang positif.

4. Siswa lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat karena siswa diberikan
kesempatan untuk berdiskusi dan menjelaskan materi pada masing-masing
kelompok.

5. Siswa lebih memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan
sederhana dengan anggota kelompoknya.

6. Siswa lebih menguasai materi karena mampu mengajarkan materi tersebut
kepada teman kelompok belajarnya.

7. Siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dalam kelompok
8. Materi yang diberikan kepada siswa dapat merata.
9. Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan positif

Menurut Ibrahim dkk (2000) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik antar siswa,
dan dapat mengembangkan kemampuan akademis siswa. Siswa lebih banyak
belajar dari teman mereka dalam belajar kooperatif dari pada guru. Ratumanan
(2002) menyatakan bahwa interaksi yang terjadi dalam bentuk kooperatif dapat
memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.

Adapun kekurangan yang bisa ditemukan didalam pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw adalah sebagai berikut:
1. Siswa yang tidak memiliki rasa percaya diri dalam berdiskusi maka akan sulit

dalam menyampaikan materi pada teman.
2. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol

jalannya diskusi.
3. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berpikir rendah akan mengalami

kesulitan untuk menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli.
4. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
5. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses

pembelajaran.

16

6. Penugasan anggota kelompok untuk menjadi tim ahli sering tidak sesuai antara

kemampuan dengan kompetensi yang harus dipelajari.

7. Keadaan kondisi kelas yang ramai, sehingga membuat siswa kurang bisa

berkonsentrasi dalam menyampaikan pembelajaran yang dikuasainya.

8. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal jika ada

anggota yang hanya membonceng dalam menyelesaikan tugas-tugas dan pasif

dalam diskusi.

9. Jika tidak didukung dengan kondisi kelas yang mumpuni (luas) metode sulit

dijalankan mengingat siswa harus beberapa kali berpindah dan berganti

kelompok.

10. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum

terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu merubah posisi yang dapat juga

menimbulkan gaduh serta butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum

model pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik.

D. Materi Termokimia

1. Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi.
2. Energi yang terkandung dalam suatu zat disebut entalpi dengan lambang H. Jika

energi yang terkandung dalam materi berubah maka perubahan energi dinamakan
kalor. Perubahan energi (kalor) pada tekanan tetap dinamakan perubahan entalpi
(ΔH).
3. Secara prinsip, perubahan entalpi disebabkan adanya aliran panas dari sistem ke
lingkungan, atau sebaliknya. Sistem merupakan bagian dari alam semesta yang
menjadi pusat perhatian kita, sedangkan lingkungan adalah bagian dari alam
semesta di luar sistem yang berinteraksi dengan sistem.
4. Setiap materi mengandung energi yang disebut energi dalam (U). Besarnya energi
ini tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahannya. Pada tekanan
konstan, perubahan entalpi sama dengan jumlah kalor reaksi yang dilepaskan atau
diserap oleh sistem.
5. Reaksi eksoterm memiliki ciri sebagai berikut.
a. Kalor mengalir dari sistem ke lingkungan (sistem melepas kalor).
b. Harga ΔH-nya negatif, artinya ΔH hasil reaksi lebih kecil dari ΔH pereaksi.
c. Terjadinya reaksi eksoterm ditandai dengan naiknya suhu pada sistem.
6. Reaksi endorterm memiliki ciri sebagai berikut.
a. Kalor mengalir dari lingkungan ke sistem (sistem menyerap kalor).
b. Harga ΔH-nya positif, artinya ΔH hasil reaksi lebih besar dari ΔH pereaksi.
c. Terjadinya reaksi endorterm ditandai dengan turunnya suhu pada sistem.
7. Perubahan entalpi standar (ΔH°) merupakan perubahan entalpi yang diukur pada
kondisi standar, yakni pada suhu 298,15 K (25°C) dan pada tekanan 1 atm. Nilai

17

ΔH° umumnya diberikan dengan basis 1 mol dari suatu zat yang terlibat dalam
reaksi, sehingga juga dikenal sebagai perubahan entalpi molar standar.
8. Penentuan ΔH reaksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu melalui percobaan
dengan kalorimeter, berdasarkan perhitungan dengan hukum Hess, data
perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan.

18

BAB III
PEMBAHASAN

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif model jigsaw penulis terapkan pada
siswa kelas XI MIA -1. Materi yang dipelajari adalah termokimia dimana waktu
pelaksanaannya pada semester ganjil. Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan
pembelajaran kooperatif model jigsaw adalah;
1. Pembentukan Kelompok Asal

Penulis membagi kelompok menjadi 5 kelompok, setiap kelompok asal terdiri
dari 5-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.
Kelompok asal merupakan kelompok yang dibentuk pertama dalam
pembelajaran. Dalam tahap ini, terjadi pembagian tugas untuk setiap anggota
kelompok asal. Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran
yang akan menjadi keahliannya yang dikerjakan secara individual. Sub materi
terdiri dari: Entalpi molar, kalorimetri, hukum Hess, energi ikatan, dan energi
bahan bakar.
2. Pembentukan Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas
mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, dan untuk memudahkan
dalam mengkomunikasi materi kelompok asal ini membuat gambar di kertas
karton sesuai sub materi yang ditugaskan. Kemudian masing-masing ahli
submateri yang sama dari kelompok yang berlainan bergabung membentuk
kelompok baru yang disebut kelompok ahli.
3. Diskusi Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi
tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota kelompok
ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa yakin mampu
menyampaikan dan memecahkan persoalan yang menyangkut submateri
pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Diskusi Kelompok Asal (Induk)

19

Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-
masing. Kemudian setiap anggota kelompok dengan bantuan gambar,
menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran yang
menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal lainnya. Ini berlangsung
secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah mendapatkan
giliran.
5. Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru
berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.
6. Pemberian Kuis
Kuis dikerjakan secara individu. Nilai yang diperoleh masing-masing anggota
kelompok asal dijumlahkan untuk memperoleh jumlah nilai kelompok.
7. Pemberian Penghargaan Kelompok
Kepada kelompok yang memperoleh jumlah nilai tertinggi diberikan
penghargaan berupa piagam dan bonus nilai.

Dari hasil pembelajaran kooperatif model jigsaw yang telah dilakukan oleh
siswa, tampak siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi yang
sedang dibahas yaitu dengan cara diskusi dan presentasi. Keaktifan siswa dimulai
dari keaktifan siswa membaca buku dan bahan materi diinternet untuk menambah
pemahaman siswa terhadap submateri yang ditugaskan.

Peningkatan keaktifan belajar siswa dalam membahas materi yang
ditugaskan guru, dikarenakan pada pembelajaran kooperati tipe jigsaw siswa
diberi tugas yang sifatnya berkelompok sehingga siswa diberi kesempatan lebar
untuk mendiskusikan tugas yang diberikan oleh guru bersama teman
sekelompoknya (kelompok ahli) dengan tujuan tugas dapat terselesaikan dengan
cepat dan mudah. Selain itu siswa berdiskusi tanpa rasa malu dan takut salah
ketika menyampaikan pendapat dan dalam menjelaskan kepada sesame anggota
kelompoknya.

20

Pada pembelajaran kooperatif model jigsaw ini model penjelasan tidak
berpusat pada guru, tetapi pembelajaran yang menjadikan pembelajaran
berpusat pada siswa, dimana penjelasan materi menggunakan teman sebaya
yang disebut tim ahli. Dengan metode kooperatif model jigsaw ini, siswa lebih
memahami materi yang diberikan karena dipelajari lebih dalam dan sederhana
dengan anggota kelompoknya. Siswa lebih menguasai materi karena mampu
mengajarkan materi tersebut kepada teman kelompok belajarnya dan materi
yang diberikan dapat merata.

Dari hasil pembelajaran ini dapat dilihat oleh penulis, siswa juga diajarkan
bagaimana bekerja sama dalam kelompok. Selain itu juga dapat melatih siswa
untuk memiliki keterampilan, baik itu keterampilan berpikir maupun
keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat,
menerima saran dan masukan dari orang lain, serta dapat bekerjasama.

Berikut ini daftar nilai siswa kelas XI MIA-1.

NOMOR NAMA SISWA NILAI
1 Aidil Barokah 81
2 Andi Maulana 72
3 Annisa Radhanty 90
4 Asmawati 80
5 Ayuwansari 81
6 Azfa Fadhilah 91
7 Beti Rafeah 80
8 Dea Indriani 81
9 Desty Ressyah A. 80
10 Dewi 80
11 Dhea Pramata Nia 90
12 Difo Gondho Mantep 81
13 Dimas Ergian 90

21

14 Dinda Apriani 81
15 Fariyani 81
16 Feren Yurike 81
17 Inda Silvia 81
18 Khairul 90
19 Kiki 95
20 Kristina 81
21 Linda 81
22 Manisa Zaskia 90
23 Mila Sawitri 90
24 Muhammad Ayub 81
25 Nabil Salsabillah 81
26 Nadia 81
27 Nuno Adam Avryllo 72
28 Puri Ditya Nanda 72
29 Rara Anugrah J 72
30 Riky 60
31 Rizki Rifaldi 72
32 Robi Waldani 68
33 Sri Indri Yani 81
34 Supriadi 90
35 Sumita 80

Berdasarkan tugas dari 35 siswa seperti pada tabel di atas, sebanyak 34
orang siswa (97,14%) mendapatkan nilai di atas ketuntasan minimal dan
sebanyak 1 orang siswa (2,86%) mendapatkan nilai di bawah ketuntasan
minimal. Dengan demikian dapat penulis nyatakan bahwa pembelajaran
menggunakan metode kooperatif model jigsaw berpengaruh baik terhadap
pemahaman konsep siswa pada materi termokimia.

22

BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembelajaran yang berpusat pada guru cenderung membosankan, tidak

membuat siswa aktif dan kurang memahami konsep. Untuk mewujudkan situasi
belajar yang efektif diperlukan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Salah satu metode pembelajaran yang efektif adalah metode kooperatif model
jigsaw. Penggunaan metode kooperatif model jigsaw ini dapat meningkatkan
pemahaman konsep materi. Penggunaan metodede kooperatif model jigsaw ini
harus dioptimalkan oleh guru, karena dengan metode ini dapat meningkatkan
keaktifan dan motivasi siswa. Selain itu dapat menumbuhkan keterampilan
berpikir maupun keterampilan sosial, seperti keterampilan untuk mengemukakan
pendapat, menerima saran dan masukan dari orang lain, serta siswa dapat
bekerjasama.

Berdasarkan tugas dari 33 siswa seperti pada tabel di atas, sebanyak 32
orang siswa (94,11%) mendapatkan nilai di atas ketuntasan minimal dan sebanyak
1 orang siswa (2,94%) medapatkan nilai di bawah ketuntasan minimal. Dengan
demikian dapat penulis nyatakan bahwa pembelajaran menggunakan metode
kooperatif model jigsaw berpengaruh baik terhadap pemahaman konsep siswa
pada materi sistem gerak.

B. Saran
Guru harus pandai memilih dan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
dengan kebutuhan siswa. Salah satu metode yang baik dalam pembelajaran kimia
khususnya materi termokia adalah metode kooperatif model jigsaw dimaksudkan
agar siswa menjadi aktif, termotivasi untuk belajar dan dapat mengkomunikasikan
materi sehingga siswa dapat memahami konsep dalam materi termokimia.

23

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu, Soli dkk. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. 2010. Konstruksi Pengembangan
Anitah, Sri, Prof., M.Pd. 2010. Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.
Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Depdiknas.
McWey, L.M., Henderson, T.L., dan Piercy, F.P. 2006. Cooperative Learning
Through Collaborative Faculty-Student Research Teams. Jurnal subject

Sociology, Education. 55/2: 252-262.
Sudjana, Nana,Dr. Dan Rivai, Ahmad,Drs. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: Sinar

Baru Algensindo
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan,

dan Implementasinyapada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasionl. 2006. Bandung: Citra Umbara.
//www.siswapedia.com
Sumber:ttps://www.siswapedia.com
Purba, Michael Drs. Msi dan Sunardi, Drs. Msi. Kimia kelas XI (KTSP 2006). 2012.
Jakarta. Penerbit Erlangga.

24

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Nama sekolah : Sma Negeri 1 Belitang

Mata Pelajaran : Kimia

Kelas/Semester :XI/1

Materi : Termokimia

Alokasi waktu : 2 jam pelajaran

Kompetensi Inti : -Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

- Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli

(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan

proaktif sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan

dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan

alam serta menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia

- Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,

dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,

kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang

kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk

memecahkan masalah

- Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah

abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di

sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta

mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

Kompetensi Dasar :-Menjelaskan konsep perubahan entalpi reaksi pada tekanan tetap

dalam persamaan termokimia

- Menjelaskan jenis entalpi reaksi, hukum Hess, dan konsep energi

ikatan

- Menyimpulkan hasil analisis data percobaan termokima pada

tekanan tetap

- Membandingkan perubahan entalpi beberapa reaksi berdasarkan

Indikator data hasil percobaan
: - Menjelaskan cara penentuan ΔH reaksi berdasarkan hukum Hess,

data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi

ikatan

A. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan

entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan

Karakter siswa yang diharapkan:

- Disiplin, jujur, kerja keras, dan tanggung jawab

25

B. Materi Pembelajaran
Termokimia

Pertemuan Ke-5

9. Termokimia merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari kalor reaksi.

10. Energi yang terkandung dalam suatu zat disebut entalpi dengan lambang H. Jika

energi yang terkandung dalam materi berubah maka perubahan energi dinamakan

kalor. Perubahan energi (kalor) pada tekanan tetap dinamakan perubahan entalpi
(ΔH).
11. Secara prinsip, perubahan entalpi disebabkan adanya aliran panas dari sistem ke

lingkungan, atau sebaliknya. Sistem merupakan bagian dari alam semesta yang

menjadi pusat perhatian kita, sedangkan lingkungan adalah bagian dari alam

semesta di luar sistem yang berinteraksi dengan sistem.

12. Setiap materi mengandung energi yang disebut energi dalam (U). Besarnya energi

ini tidak dapat diukur, yang dapat diukur hanyalah perubahannya. Pada tekanan

konstan, perubahan entalpi sama dengan jumlah kalor reaksi yang dilepaskan atau

diserap oleh sistem.

13. Reaksi eksoterm memiliki ciri sebagai berikut.

a. Kalor mengalir dari sistem ke lingkungan (sistem melepas kalor).
b. Harga ΔH-nya negatif, artinya ΔH hasil reaksi lebih kecil dari ΔH pereaksi.
c. Terjadinya reaksi eksoterm ditandai dengan naiknya suhu pada sistem.

14. Reaksi endorterm memiliki ciri sebagai berikut.

a. Kalor mengalir dari lingkungan ke sistem (sistem menyerap kalor).
b. Harga ΔH-nya positif, artinya ΔH hasil reaksi lebih besar dari ΔH pereaksi.

c. Terjadinya reaksi endorterm ditandai dengan turunnya suhu pada sistem.
15. Perubahan entalpi standar (ΔH°) merupakan perubahan entalpi yang diukur pada

kondisi standar, yakni pada suhu 298,15 K (25°C) dan pada tekanan 1 atm. Nilai
ΔH° umumnya diberikan dengan basis 1 mol dari suatu zat yang terlibat dalam
reaksi, sehingga juga dikenal sebagai perubahan entalpi molar standar.
16. Penentuan ΔH reaksi dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu melalui
percobaan dengan kalorimeter, berdasarkan perhitungan dengan hukum Hess, data

perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan.

C. Metode Pembelajaran

1. Pendekatan : Ketrampilan proses,

2. Metode : Kooperative learning dan tanya jawab

3. Model : Jigsaw

A. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Gambar bagan kalorimeter bom dan kalorimeter sederhana

2. Gambar diagram tingkat energi reaksi pembakaran dan siklus reaksi

pembakaran karbon menurut dua lintasan

3. Tabel data energi ikatan

4. Buku teks, jurnal ilmiah, dan akses internet.

26

B. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan
a. Pemusatan perhatian dan pemotivasi siswa dengan cara guru
memberikan pertanyaan, berupa; apa yang membedakan reaksi
endoterm dan reaksi eksoterm?
b. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini mengenai cara
menghitung ΔH reaksi berdasarkan percobaan melalui kalorimeter,
hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data
energi ikatan

2. Inti
Mengumpulkan data
a. Membimbing siswa untuk belajar secara berkelompok.
Guru membagi kelompok menjadi 5 kelompok, setiap kelompok asal terdiri
dari 5-6 orang anggota dengan kemampuan yang heterogen.
b. Kemudian setiap anggota mempelajari submateri pelajaran yang akan
menjadi keahliannya yang dikerjakan secara individual. Sub materi terdiri
dari: menghitung ΔH reaksi berdasarkan percobaan kalorimeter, hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi
ikatan.

Mengamati
a. Pembentukan Kelompok Ahli

Dalam tahap ini, setelah setiap anggota kelompok asal mendapatkan tugas
mempelajari submateri yang menjadi keahliannya, dan untuk memudahkan
dalam mengkomunikasi materi kelompok asal ini membuat gambar di kertas
karton sesuai sub materi yang ditugaskan.
b. Menghitung ΔH reaksi berdasarkan percobaan kalorimeter, hukum Hess,
data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi ikatan.

27

Kemudian masing-masing ahli submateri yang sama dari kelompok yang
berlainan bergabung membentuk kelompok baru yang disebut kelompok
ahli.
Mengkomunikasi
a. Perwakilan siswa menerangkan hasil diskusi cara menghitung ΔH reaksi
berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar,
dan data energi ikatan.
b. Perwakilan siswa menerangkan cara menghitung ΔH reaksi berdasarkan
hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data
energi ikatan.
c. Siswa lainnya berkesempatan untuk menanggapi, bertanya dan menjawab
berbagai hal mengenai hasil diskusi.
d. Mengemukakan kesimpulan diskusi mengenai cara menghitung ΔH reaksi
berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar,
dan data energi ikatan.
e. Diskusi Kelompok Ahli
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli mengerjakan tugas dan berdiskusi
tentang masalah yang menjadi tanggung jawabnya. Setiap anggota
kelompok ahli mempelajari materi pelajaran sampai mencapai taraf merasa
yakin mampu menyampaikan dan memecahkan persoalan yang
menyangkut submateri pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya dan
mencari informasi dari buku literatur dan juga internet mengenai cara
menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum Hess, data perubahan entalpi
pembentukan standar, dan data energi ikatan
f. Diskusi Kelompok Asal (Induk)
Dalam tahap ini, anggota kelompok ahli kembali ke kelompok asal masing-
masing. Kemudian setiap anggota kelompok dengan bantuan gambar,
menjelaskan dan menjawab pertanyaan mengenai submateri pelajaran
yang menjadi keahliannya kepada anggota kelompok asal lainnya. Ini
berlangsung secara bergilir sampai seluruh anggota kelompok asal telah
mendapatkan giliran.

28

g. Diskusi Kelas
Dengan dipandu oleh guru, diskusi kelas membicarakan konsep-konsep
penting yang menjadi bahan perdebatan dalam diskusi kelompok ahli. Guru
berusaha memperbaiki salah konsep pada siswa.

Menanya
1) Melakukan tanya jawab kepada siswa untuk mengetahui pemahaman
siswa setelah melakukan studi literatur. Berikut beberapa pertanyaan
sebagai bahan diskusi siswa?
a) Bagaimana cara menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data
energi ikatan ?
b) Mengapa menghitung energi ikatan harus menggunakan data
energi ikatan?
Mengasosiasi
1) Menyimpulkan cara menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi
ikatan.
2) Memberi kesempatan siswa untuk bertanya mengenai materi yang
bersangkutan.

3. Penutup
a. Mendorong siswa untuk melakukan, menyimpulkan, merefleksi, dan
menemukan nilai-nilai yang dapat dipetik dari aktivitas hari ini.
b. Guru mengajukan beberapa pertanyaan secara lisan untuk menguji
wawasan siswa mengenai cara menghitung ΔH reaksi berdasarkan hukum
Hess, data perubahan entalpi pembentukan standar, dan data energi
ikatan
c. Memberikan penghargaan (pujian dalam lisan atau tulisan) kepada
kelompok atau individu berkinerja baik.

29

PENILAIAN Bentuk Instrumen
1. Teknik dan bentuk instrumen Lembar pengamatan sikap
Tes uji kerja
Teknik Tes uraian dan pilihan
Pengamatan sikap
Tes unjuk kerja
Tes tertulis

2. Contoh instrumen
a. Lembar pengamatan sikap
Hasil
No Aspek yang dinilai Penilaian Keterangan
*)
1 Menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan
2 Memiliki rasa ingin tahu (curiosity)
3 Menunjukkan ketekunan dan
tanggungjawab dalam belajar dan bekerja
baik secara individu maupun berkelompok
4 Menyampaikan ide, informasi, dan
argumentasi
5 Mengajukan pertanyaan
6 Menghargai pendapat orang lain
7 Partisipasi dalam kelompok belajar
8 Kerapihan laporan percobaan
*) 5=sangat baik, 4=baik, 3=cukup, 2=kurang, dan 1=sangat kurang.

30

b. Tes tertulis

Indikator Pencapaian Teknik Bentuk Instrumen
Kompetensi
Penilaian Penilaian

1.Menjelaskan cara penentuan Tes Uraian 1.Sebanyak 12,8
ΔH reaksi berdasarkan hukum tertulis
gram nafta-lena

Hess, data per-ubahan entalpi C10H8 (Mr = 128,
ΔH°c = -5.000
pembentukan standar, dan

data energi ikatan kJ/mol) dibakar

2.Memahami, merancang, sempurna dalam

melakukan, menyimpulkan kalorimeter bom.

serta menyajikan hasil Jika reaksi yang

percobaan reaksi eksoterm terjadi

dan reaksi endoterm mengakibatkan

3.Memahami, merancang, suhu naik 4°C,

melakukan, menyimpulkan tentukan

serta menyajikan hasil besarnya kalor
percobaan penentuan ΔH
reaksi

suatu reaksi pembakarannya

(de-ngan asumsi

sistem ter-

isolasi) serta

jenis reaksinya

(eksoterm atau

endoterm)!

2.Diketahui:
ΔH°f C3H8 = -

103 kJ/mol
ΔH°f H2O = -

285,5 kJ/mol
ΔH°f CO2 = -

393,5 kJ/mol

Berapakah

perubahan ental-

pi untuk reaksi:
C3H8 + 5O2 → 4H2O

+ 3CO2?

3.Diketahui energi

ikatan:

C=C = 614

kJ/mol 348
C–C =

kJ/mol 413
C–H =

kJ/mol

31

H–H = 436

kJ/mol

Berapa

perubahan

entalpi reaksi

adisi etena

(C2H4) menjadi

etana (C2H6)?

Mengetahui : Belitang, Mei 2018
Kepala SMA Negeri 1 Belitang Guru mata pelajaran

Agus Supriyanto, S.Pd,. M.Pd Defy Puryanti, S.Pd
NIP.19700820 199903 1 004 NIP.19870504 200903 2 003

32


Click to View FlipBook Version